Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL &

BASIC LIFE SUPPORT


MELAKUKAN PENANGANAN PADA PENDARAHAN POST
PARTUM (SEKUNDER)

Dosen pengampu :
1. Amrina Octaviana, S.Si.T., M.Keb
2. Rosmadewi, S.ST., M.Kes
3. Roslina, S.Psi., M.Kes
4. Iga Mirah WS., S.ST., M.Keb

Nama Kelompok 11 :
1. Safira mas alipah : 2215401117
2. Sheira azzahra febrianis : 2215401123
3. Sheilla anggraini : 2215401124
4. Yulia arta mara : 2215401131

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


PRODI D-III KEBIDANAN REGULER 3 TINGKAT 2
TAHUN AJARAN 2024/2025

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “kegawatdaruratan maternaal & basic support
melakukan penanganan pendarah pada post partum” tepat waktu.
Makalah kegawatdaruratan maternaal & basic support disusun guna memenuhi tugas
dosen pada mata kegawatdaruratan maternaal & basic support di kampus Poltekkes
Tanjung Karang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan ibu selaku dosen
mata kuliah kegawatdaruratan maternaal & basic support. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 15 maret 2024

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang……………………………………………………......……………IV
1.2. Rumusan Masalah……….…………………………………………......….….……IV
1.3. Tujuan Masalah……………………………………………………......….……..…V
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian perdarahan postpartum...........................……………..…..........…….....VI
2.2. etiologi pendarahan postpartum.....…….………………………….………….……VI
2.3. manifestasi klinis.........................………………….............................................….IX
2.4. klasifikasi ..................................………………..……….....…................................X
2.5. patofisiologi.................................………………….………….….....................…...X
2.6. diagnosis......................................................………………..………………..…..…XI
2.7. prognosis...................................................................................................................XI
2.8. penanganan sisa plasenta, infeksi dalam rahin dan sub involusi..............................XII
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………XV
3.2. Saran………………………………………………………………………….….…XV
DAFTAR PUSTAKA
SOAL

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III
selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks
membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana
serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak, kemudian
dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir
dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III persalinan
selesai (Saifuddin, 2014).
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama tingginya angka kematian ibu (AKI).
Kira-kira 14 juta wanita menderita perdarahan postpartum setiap tahunnya. Perdarahan
postpartum menyebabkan kematian sebanyak 30% di negara berkembang (Sosa, 2009).
Pada tahun 2013, perdarahan yaitu terutama perdarahan postpartum menyebabkan
kematian ibu sebanyak 30,3% di Indonesia. Selain perdarahan, penyebab kematian ibu
tertinggi lainnya adalah hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama dan abortus
(Kemenkes RI, 2015).
Di Indonesia angka kematian ibu menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 1991 dan 2007 adalah sebesar 390 dan 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini telah mengalami penurunan namun belum mencapai target MDGs
(Millennium Development Goals/ Tujuan Pembangunan Milenium) yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2011). Angka ini meningkat pada SDKI 2012
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di Indonesia ini masih sangat tinggi mengingat target SDGs
(Sustainable Development Goals) pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga
di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian pendarahan post partum?

IV
2. Apa itu etiologi pendarahan post partum?
3. Apa itu manifestasu klinis ?
4. Apa itu klasifikasi pendarahan postpartum?
5. Apa itu patofisiologi pendarahan postpartum ?
6. Apa saja diagnosis perdarahan post partum ?
7. Apa itu pronognosis post partum ?
8. Bagaimana penanganan sisa plasenta, infeksi dalam rahim dan sub involusi?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat memahami Apa Pengertian pendarahan post partum


2. Agar mahasiswa dapat memahami Apa itu etiologi pendarahan post partum
3. Agar mahasiswa dapat memahami Apa itu manifestasu klinis
4. Agar mahasiswa dapat memahami Apa itu klasifikasi pendarahan postpartum
5. Agar mahasiswa dapat memahami Apa itu patofisiologi pendarahan postpartum
6. Agar mahasiswa dapat memahami Apa saja diagnosis perdarahan post partum
7. Agar mahasiswa dapat memahami Apa itu pronognosis post partum
8. Agar mahasiswa dapat memahami Bagaimana penanganan sisa plasenta, infeksi
dalam rahim dan sub involusi

V
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perdarahan Postpartum


Perdarahan postpartum mencakup semua perdarahan yang terjadi setelah kelahiran
bayi, sebelum, selama, dan sesudah keluarnya plasenta. Kehilangan darah lebih dari 500
ml selama 24 jam pertama disebut perdarahan postpartum (Oxorn & Forte, 2010).

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc setelah persalinan


pervaginam dan lebih dari 1.000 ml untuk persalinan abdominal (Oktarina, 2016). MA

Perdarahan postpartum adalah adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi yang
lahir melewati batas fisiologis normal. Secara fisiologis, seorang ibu yang melahirkan akan
mengeluarkan darah sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostatis. Jumlah
perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1 bengkok = ±500 cc). Oleh sebab
itu, secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan lebih dari 500 ml dikategorikan
sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan mencapai 1000 ml secara kasat mata harus
segera ditangani secara serius (Nurhayati, 2019).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perdarahan postpartum
merupakan perdarahan berlebihan yang terjadi setelah melahirkan sebanyak lebih dari 500
ml. berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Perdarahan postpartum awal (early postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan yang
terjadi sampai 24 jam setelah persalinan.
b. Perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan yang
terjadi sampai 28 jam setelah persalinan.

2.2 Etiologi Perdarahan Postpartum


Pendarahan postpartum disebabkan oleh banyak faktor, beberapa faktor predisposisi
adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan
penyebab yang paling bermakna. Penyebab pendarahan postpartum paling sering

VI
adalah atonia uteri serta retensio plasenta penyebab lain kadang kadang adalah laserasi
serviks atau vagina, ruptur uteri, dan inversi uteri (saiffudin, 2014)
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena:
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta
(Wiknjosastro, 2006).
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan
perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi
miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan
lama atau persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu,
obat-obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-
simpatomimetik. Dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium.
Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah rahim,
korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada solusio plasenta,
dan hipotermia karena resusitasi masif (Rueda et al., 2013).
Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak PPP, hingga sekitar 70%
kasus. Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif
ataupun persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia
uteri lebih tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dengan persalinan
vaginal (Edhi, 2013),

2. Laserasi jalan lahir


Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin
persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau
vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo, 2010).

VII
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu (Rohani, Saswita dan
Marisah, 2011):

a. Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.


b. Derajat dua. Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot perineum.
c. Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, dan
otot sfingter ani eksternal.
d. Derajat empat Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum,
otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.

3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta
merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan postpartum (20% 30% kasus).
Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan
dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan
diagnosis. Pada retensio plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada
persalinan normal (Ramadhani, 2011).

Terdapat jenis retensio plasenta antara lain (Saifuddin, 2002):


a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
serosa dinding uterus.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus serosa
dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan
oleh konstriksi ostium uteri.

VIII
4. Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada pembekuan
darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang disusul dengan
tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan darah dapat
pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan
dan penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala kelainan pembekuan
darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan
darah dapat berupa hipofibrinogenemia, trombositopenia, Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP), HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver
enzymes, and low platelet count), Disseminated Intravaskuler Coagulation
(DIC), dan Dilutional coagulopathy (Wiknjosastro, 2006; Prawirohardjo,
2010).
Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa kondisi
kehamilan lain seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia dan sepsis
intrauteri, kematian janin lama, emboli air ketuban, transfusi darah
inkompatibel, aborsi dengan NaCl hipertonik dan gangguan koagulasi yang
sudah diderita sebelumnya. Penyebab yang potensial menimbulkan gangguan
koagulasi sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga persiapan untuk
mencegah terjadinya PPP dapat dilakukan sebelumnya (Anderson, 2008).

2.3. Manifestasi klinis


1. Pengertian manifestasi klinis
Manifestasi klinis adalah sebuah istilah dalam dunia kedokteran. Pengertiannya
adalah sebuah gejala klinis yang dialami seseorang saat mereka terkena penyakit.
Sebagai contoh, kita akan ambil dari kasus alergi obat antiretroviral pada anak
penderita HIV yang dikutip dari buku berjudul Manajemen HIV/AIDS milik
Rumah Sakit Universitas Airlangga.

Pada kondisi ini, manifestasi klinisnya antara lain:


 Erupsi kulit
 Anafilaksis
 Kelainan pulmonal
 Kelainan hepatik

IX
 Kelainan hematologi
 Demam
 Serum sickness
Jika sudah terlihat gejala tersebut, maka dapat diputuskan solusi berupa
pemeriksaan lebih lanjut untuk menangani masalah ini.
Biasanya dapat berupa terapi, penghentian konsumsi obat, desensitiasasi, dan
melakukan pencegahan alergi.

2. Gejala Klinis Perdarahan Postpartum


Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil,
derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan.
Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan darah
untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak.
Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda- tanda syok yaitu penderita
pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan
lain-lain (Wiknjosastro, 2012).

2.4. Klasifikasi pendarahan postpartum


Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008):
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24
jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah
24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh
infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.

2.5. Patofisiologi Perdarahan Post Partum


Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah, didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum,
sehingga sinus-sinus maternalis, ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh
darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.

X
Patofisiologi perdarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH) disebabkan
oleh beberapa faktor. PPH dapat disebabkan oleh gangguan pada 4T (tonus, tissue, trauma,
dan thrombin). Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian
menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan
menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.

2.6. Diagnosis pendarahan post partum


1. Perdarahan banyak yang terjadi terus-menerus setelah bayi lahir
2. Pada perdarahan melebihi 20% volume total timbul gejala penurunan tekanan
darah nadi cepat, pucat, ekstremitas dingin, sampai terjadi syok.
3. Perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta atau
laserasi jalan lahir. bila karena retensio plasenta, perdarahan berhenti setelah
plasenta lahir.
4. Pada perdarahan setelah plasenta lahir perlu dibedakan sebanya antara atonia uteri,
sisa plasenta, atau trauma jalan lahir. pada pemeriksaan obsterti, mungkin kontraksi
uterus lembek dan membesar jika ada atonia uteri. bila kontraksi uterus baik,
eksprolasi untuk mengetahui adanya sisa plasenta atau atau trauma lahir.
5. Riwayat partus lama, partus presipitatus, perdarahan antepartum atau etiologi lain

2.7. Pregnosis pendarahan post partum


Pregnosis Perdarahan postpartum (PPH) adalah pendarahan hebat setelah
melahirkan. Ini adalah kondisi yang serius dan berbahaya. PPH biasanya terjadi dalam
waktu 24 jam setelah melahirkan, namun bisa juga terjadi hingga 12 minggu pasca
melahirkan. Jika pendarahan diketahui sejak dini dan diobati dengan cepat, hal ini akan
memberikan hasil yang lebih sukses.
Perdarahan pascapersalinan adalah ketika total kehilangan darah lebih dari 32 ons
cairan setelah melahirkan, terlepas dari apakah itu persalinan pervaginam atau operasi
caesar, atau operasi caesar, atau ketika perdarahan cukup parah sehingga menyebabkan
gejala kehilangan darah terlalu banyak atau a perubahan signifikan pada detak jantung
atau tekanan darah.
1. Jenis perdarahan postpartum

XI
Ada dua jenis PPH:
a. Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan.
b.Perdarahan pascapersalinan sekunder atau lanjut terjadi 24 jam hingga 12 minggu
pascapersalinan.

2. Ada beberapa alasan mengapa perdarahan postpartum terjadi.


Plasenta menempel pada dinding rahim dan menyediakan makanan dan oksigen
untuk bayi Anda selama kehamilan. Setelah bayi Anda lahir, rahim Anda terus
berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. Ini disebut persalinan kala tiga. Kontraksi
juga membantu menekan pembuluh darah tempat menempelnya plasenta pada dinding
rahim Anda. Terkadang, kontraksi ini tidak cukup kuat untuk menghentikan
pendarahan (disebut atonia uteri). Ini adalah penyebab hingga 80% perdarahan
postpartum.
Perdarahan pascapersalinan juga bisa terjadi jika sebagian plasenta tetap menempel
pada dinding rahim atau jika ada bagian organ reproduksi yang rusak saat melahirkan.
Anda berisiko lebih tinggi terkena PPH jika Anda memiliki kelainan pembekuan darah
(koagulasi) atau kondisi kesehatan tertentu.

2.8. penanganan post partum


Cara Mengatasi Perdarahan Postpartum Beserta Pencegahannya
Perdarahan postpartum atau perdarahan pascamelahirkan membutuhkan penanganan
cepat. Oleh karena itu, selama 24 jam setelah persalinan dilakukan, dokter kandungan
maupun bidan akan melakukan pemeriksaan atau pemantuan secara berkala.
1. Sisa plasenta
a. Perbaikan keadaan umum ibu ( pasang infus )
b. Kosongkan kandung kemih
c. Memakai sarung tangan steril
d. Desinfeksi genetalia eksterna
e. Lakukan eksplorasi didalam cavum uteri untuk mengeluarkan sisa plasenta
f. Lakukan pengeluaran sisa plasentasecara digital
g. Setelah plasenta keluar berikan injeksi uterotonika
h. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
i. Antibiotika ampisilin dosis awal 19 IV dilanjutkan dengan 3x1 gram

XII
j. Oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 gr suppositoria dilanjutkan
dengan 3x 500mg oral
k. Observasi ttv dan pendarahan
l. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya di berikan
2. Infeksi dalam rahim
a. Evaluasi dokter
Infeksi rahim dapat didiagnosis terutama berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik. Kadang-kadang infeksi didiagnosis ketika wanita mengalami demam
selama 24 jam setelah melahirkan dan tidak ada penyebab lain yang
diketahui.
Biasanya dokter mengambil sampel urin untuk dianalisis (urinalisis) dan
mengirimkannya untuk dikultur dan diperiksa bakterinya. Tes urin dapat
membantu mengidentifikasi infeksi saluran kemih.
b. Antibiotik diberikan secara intravena
Jika rahim terinfeksi, wanita biasanya diberikan antibiotik melalui
pembuluh darah (intravena) sampai tidak demam setidaknya selama 48 jam.
Setelah itu, sebagian besar wanita tidak perlu mengonsumsi antibiotik
melalui mulut.

3. Sub involusi
Subinvolusi uteri adalah kondisi penyusutan ukuran rahim yang tidak sempurna
setelah proses melahirkan, sehingga rahim tetap berukuran besar pasca persalinan.
Penyusutan ukuran rahim terjadi segera setelah plasenta (ari-ari) keluar dari rahim.
Kemudian, rahim berangsur-angsur mengecil secara perlahan sampai mencapai
ukuran normalnya sebelum hamil. Proses ini disebut sebagai involusi rahim dan
terjadi karena adanya kontraksi dari rahim. Pada subinvolusi rahim, penyusutan ini
tidak terjadi sebagaimana mestinya.
Gejala yang dapat dialami pasien subinvolusi uterus adalah keluarnya
lochia dari vagina dalam waktu yang panjang, demam, kram perut. Selain itu akan
uterus masih tetap teraba walaupun sudah lama di masa nifas. Pemeriksaan
penunjang seperti ultrasonografi diperlukan untuk memeriksa apakah ada sisa
jaringan pada rahim atau kelainan lain yang menyebabkan kondisi subinvolusi
tersebut.

XIII
Penanganan subinvolusi uterus tergantung dari penyebab yang mendasari,
antara lain dengan pemberian antibiotik apabila terjadi infeksi pada rahim,
eksplorasi rahim, kuretase, pemberian obat-obatan untuk menurunkan darah dari
rahim.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdarahan postpartum merupakan suatu keadaan dimana seorang ibu yang
habis melahirkan mengeluarkan darah lewat jalan lahir yang melebihi 500ml
Penyebab terjadinya pendarahan post-partum umumnya karena atonia uteri,
plasentasi yang abnormal, trauma maupun koagulopati. jumlah kehamilan yang
memperoleh janin yang dilahirkankehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk
multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan
pascapersalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan
primigravida (hamil pertama kali).Terjadinya perdarahan postpartum karena
semakin sering ibu mengalami kehamilan dan melahirkan maka uterus semakin
lemah sehingga risiko komplikasi kehamilan semakin besar.
Endometritis adalah penyebab paling umum dari perdarahan postpartum
sekunder. Wanita yang melahirkan melalui operasi caesar memiliki kemungkinan
lebih kecil untuk mempertahankan jaringan plasenta namun berisiko lebih tinggi
terkena endometritis dan pseudoaneurisma uterus dibandingkan mereka yang
melahirkan melalui vagina.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengenali perdarahan post partum sehingga
dapat melakukan tindakan deteksi,pencegahan dan penanganan terhadap
perdarahan pot partum.
Diharapkan bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk menjaga
kehamilannya dengan baik, mengingat kondisi kehamilan dapat memengaruhi
luaran janin yang dikandung. Menjaga agar kehamilan tetap sehat dapat

XIV
dilakukan dengan disiplin dalam program antenatal care dan menerapkan
anjuran atau edukasi kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan
medis seperti perawat, bidan dan dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Akindele, R.A., Isawumi, A.I., Oboro, V.O., Fasanu, A.O., Mabayoje, V.O., & Oyeniran,
A.O. (2014). Identification of Women at Low Risk for Early Severe Postpartum Anaemia.
International Journal of Modern and Alternative Medicine Research, 2, 1-7.

Atukunda, E.C., Mugyenyi, G.R., Obua, C., Atuhumuza, E.B., Musinguzi, N., Y.F...., &
Siedner, M.J. (2016). Measuring Post Partum Haemorrhage in Low Resource Settings The
Diagnostic Validity of Weighed Blood Loss Versus Quantitative Changes in Hemoglobin.
PLOS ONE, 11 (4).

XV
Baktiyani, S.C.W., Meirani, R., & Khasanah, U. (2016). Hubungan Antara Partus Lama
Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Dini Di Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum Dr.
Saiful Anwar Malang. Majalah Kesehatan FKUB, 3 (4).

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Chalik, T.M.A. (2008). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: EGC

Ekin, A., Gezer, C., Solmaz, U., Taner, C.E., Dogan, A., & Ozeren, M. (2015). Predictors
of Severity in Primary Postpartum Hemorrhage. Arch Gynecol Obstet, 292, 1247-1254.

El-Refaey, H., & Rodeck, C. (2003).Post Partum Haemorrahage Definitions Medical and
Surgical Management A time for Change. British: Medical Bulletin.

Erizal, N., Defrin., & Lestari, Y. (2015). Hubungan Perdarahan Postpartum Periode 1
Januari 2010-31 Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4 (3).

Friyandini, F., Lestari, Y., & Utama, B.I. (2015). Hubungan Kejadian Perdarahan
Postpartum dengan Faktor Risiko Karakteristik Ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas

SOAL:
1. Perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir adalah pengertia dari
A. Perdarahan caesar
B. Perdarahan port partum
C. Perdarahan pervaginum
D. Perdarahan perineum
Jawaban: B. Perdarahan post partum

2. Perdarahan normal post partum adalah


A. 100 cc

XVI
B. 50 cc
C. 500 cc
D. 150 cc
Jawaban : C. 500 cc

3. Perdarahan yang terjadi sampai 28 jam persalinan adalah perdarahan…


A. Perdarahan post partum lambat
B. Perdarahan pots partum awal
C. Perdarahan post partum sedang
D. Perdarahan postpartum lama
Jawaban : A. Perdarahan post pasrtum lambat

4. Ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta


lahir adalah pengertia dari…
A. Laserasi jalan lahir
B. Retensio plasenta
C. Atonia uteri
D. Koagulopati
Jawaban : C. Atonia uteri

5. Perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran adalah…


A. Perdarahan postpartum sekunder
B. Perdarahan postpartum
C. Perdarahan postpartum lambat
D. Perdarahan postpartum primer
Jawaban: D. Perdarahan postpartum primer

6. Penyebab utama kasus perdarahan terebut di atas adalah.......


A. Atonia uteri
B. Retensio plasenta
B. Perdarahan post partum dini
D. Robekan jalan lahir
Jawaban: A. Atonia uteri

XVII
7. Adanya bidan terlatih dalam melakukan pertolongan persalinan dan tersedianya system
rujukan, ini merupakan...
A. Tujuan Persalinan di rumah
B. Syarat Persalinan dirumah
C. Asuhan Persalinan dirumah
D. Definisi Persalinan dirumahl
Jawaban: B. Syarat persalinan dirumah

8. Perdarahan muncul 6-10 hari psca salin dan sub involusi uterus, hal ini disebabkan
karena...
A. Atonia uteri
B. Retensio plasenta
C. Plasenta previa
D. Sisa plasenta
Jawaban: D. Sisa plasenta

9. Apabila Seorang perempuan terjadi abortus, tindakan pertama yang dapat dilakukan
untuk penatalaksanaannya adalah...
A. Berikan infus
B. Berikan obat
C. Nilai keadaan umum ibu
D. Lakukan observasi
Jawaban: C. Nilai keadaan umum ibu

10. Involusio uteri berlangsung kira-kira selama ...


A. 6-8 jamB. 6 hariC. 2 mingguD. 6 minggu
Jawaban: D. 6 minggu

11. Di bawah ini adalah salah satu penyebab ibu hamil mengalami perdarahan post partum
akibat kehilangan volume darah:
A. Ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi TT

XVIII
B. Ibu hamil dengan anemia
C. Ibu hamil yang tidak mendapatkan tablet kalsium
D. Ibu hamil yang tidak mendapatkan kunjungan k4
Jawaban: A. Ibu hamil dengan anemia

12. Ny D melahirkan anak ke 4 partus spontan di BPM 1 jam yang lalu, K/U lemas pucat,
TD80/60 mmg kontraksi uterus baik. Ibu mengeluh ada keluar darah dari vagina merembes
sejak tadi, kemungkinan diagnosa ibu tersebut adalah:
A. Atonia Utreri
B. Laserasi jalan lahir
C. PEB
D. Sisa selaput placenta tertahan
Jawaban: D. Sisa selaput placenta tertahan

13. Apabila terjadi perdarahan yang banyak, maka tindakan dasar yang dapat dilakukan
oleh bidan R adalah....
A. Manual plasenta
B. Kompersi aorta abdominal
C. Kuretase
D. KBI
Jawaban: A. Manual plasenta

14. Tertahanya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri
adalah pengertia dari
A. Plasenta perkreta
B. Plasenta akreta
C. Plasenta inkreta
D. Plasenta inkarserata
Jawaban: D. Plasenta inkarserara

15. Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan mekanisme
separasi fisiologis adalah pengertian dari

XIX
A. Plasenta inkreta
B. Plasenta perkreta
C. Plasenta adhesiva
D. Plasenta inkarserata
Jawaban: C. Plasenta adhesiva

XX

Anda mungkin juga menyukai