Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DENGAN SISA PLASENTA

CI Akademik

Donna Harriya Novidh,SS.T,M.Keb

KELOMPOK 1 :

1.Sri Lestari
2. Era Zora
3. Afridayanti
4. Dwi Putri Novilmi

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

CLAS PROFESI MERANGIN

TAHUN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan karunia-NYA. Penulis dapat menyajikan makalah Asuhan

Kebidanan MASA NIFAS DENGAN SISA PLASENTA penulis banyak mendapatkan

arahan dan bimbingan dari berbagai pihak.Oleh karna itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada Yth :

1. Ibu Dona Hariya Novid SST M.Keb. selaku CI Akademik

2. Ibu Nofrita Yeni AmKeb sebagai CI lahan.

3. Teman-teman seperjuangan dan seangkatan yang ikut serta membantu dalam

penyusunan makalah ini dan teman-teman semua yang tidak bisa disebutkan

satu persatu namanya.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan

kesalahan .Oleh karena itu ,penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

sifatnya membangun dalam rangka perbaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat

bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu kebidanan dan pendidikan untuk

semua pihak yang memerlukannya.

Merangin , 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A.LATAR BELAKANG....................................................................................1

B.TUJUAN.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A.DEFINISI...................................................................................................3

B.PENYEBAB.............................................................................................3

C.GEJALA KLINIS...................................................................................6

D.KOMPLIKASI.......................................................................................6

E.PENCEGAHAN....................................................................................6

F.PENANGANAN....................................................................................7

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN 

1. Latar Belakang

Perdarahan dalam bidang obstetri dan ginekologi hampir selalu berakibat fatal

bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau

jika komponennya tidak dapat segera dilakukan. Oleh karena itu, setiap Perdarahan

yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai

suatu keadaan akut dan serius. (http://www.kalbe.co.id, diakses 26 juni 2010).

Perdarahan dalam kehamilan dan persalinan terdiri dari pendarahan ante, intra

dan postpartum (pasca persalinan). Perdarahan pasca persalinan ialah Perdarahan

yang terjadi setelah bayi lahir dengan angka kejadian berkisar antara 5%-15% dari

laporan-laporan pada negara maju maupun negara berkembang, termasuk

didalamnya adalah Perdarahan karena Rest Plasent, insidens Perdarahan Pasca

Persalinan akibat Rest Plasenta dilaporkan berkisar 23%-24%. (Mochtar R, 1998 )

Data World Health Organitation (WHO) sebanyak 99 % kematian ibu akibat

masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasio

kematian ibu dinegara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450

kematian ibu per 100ribu kelahiran hidup. (http://www.tenaga-

kesehatan.or.id.online , diakses 15 Juli 2010).Angka Kematian Ibu di Indonesia pada

tahun 2009 masih menempati AKI tertinggi di Asia Tenggara yaitu 226/100.000

kelahiran hidup. Dimana, penyebab kematian ibu komplikasi akibat kehamilan,

persalinan dan nifas. Hal ini diikuti oleh tingginya AKB ditingkat ASEAN khususnya

negara Indonesia yang berkisar 26/1000 kelahiran hidup. Tetapi bila dibandingkan

dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar

1
125 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa tahun terakhir AKB telah banyak

mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat

kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia.

(http://www.depkes.go.id diakses 15 Juli 2010).

2
BAB II

PEMBAHASAN

 A. Pengertian

Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membranya dalam


cavum uteri. (Saifuddin, A.B, 2002)Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian
plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer
atau perdarahan post partum sekunder (Alhamsyah, 2008).

B. Penyebab

Pengeluaran plasenta tidak hati-hati Salah pimpinan kala III : terlalu terburu-buru

untuk mempercepat lahirnya plasenta Perdarahan post partum yang

mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur

dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang

terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah

usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2006 : 23).

Paritas Ibu, Perdarahan  post partum semakin meningkat pada wanita yang

telah melahirkan tiga anak atau lebih, dimana uterus yang telah melahirkan banyak

anak cenderung bekerja tidak efesien pada semua kala persalinan. Uterus pada

saat persalinan, setelah kelahiran plasenta sukar untuk berkontraksi dan beretraksi

kembali sehingga pembuluh darah maternal pada dinding uterus akan tetap

terbuka. Hal inilah yang dapat meningkatkan insidensi perdarahan postpartum

(Wiknjosastro, 2006 : 23).Jika  kehamilan  “terlalu muda,  terlalu tua, terlalu banyak

dan terlalu dekat (4 terlalu)”  dapat meningkatkan risiko berbahaya pada proses

reproduksi karena kehamilan yang terlalu sering dan terlalu dekat menyebabkan

intake (masukan) makanan atau gizi menjadi rendah. Ketika tuntunan dan beban

3
fisik terlalu tinggi mengakibatkan wanita tidak mempunyai  waktu untuk

mengembalikan kekuatan diri dari tuntutan gizi, juga anak yang telah dilahirkan

perlu mendapat perhatian yang optimal dari kedua orangtuanya sehingga perlu

sekali untuk mengatur kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk hamil (Saifuddin,

2002 : 7).

Status Anemia dalam kehamilan, Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin (Hb)dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro , 2002).

Anemiadalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah

11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada

trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil

terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2002).

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazimdisebut hidremia atau

hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya seldarah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehinggaterjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut

adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel d

arah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah

dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam

kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2006). Secara fisiologis,

pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin

berat dengan adanya kehamilan Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai

berikut: Kurang gizi (malnutrisi), Kurang zat besi dalam diit, Malabsorpsi, Kehilangan

darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain, Penyakit-penyakit

kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dlL

4
 D. Gejala Klinik Akibat Rest Plasenta

Gejala klinik yang sering di rasakan pada pasien dengan rest plasenta yaitu :

1. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka

uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat

menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak

ada perdarahan dengan sisa plasenta. Tertinggalnya sebagian plasenta (rest

plasenta)

2. Keadaan umum lemah

3. Peningkatan denyut nadi

4. Tekanan darah menurun

5. Pernafasan cepat

6. Gangguan kesadaran (Syok)

7. Pasien pusing dan gelisa

8. Tampak sisa plasenta yang belum keluar

 E.Diagnosa Rest Plasenta Ditegakkan Berdasarkan

Diagnosa rest plasenta dapat di tegakkan berdasarkan :

1. Anamnese

2. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

3. Palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

4. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.

5. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari

6. Sisa plasenta atau selaput ketuban

7. Robekan rahim

5
8. Plasenta suksenturiata

6. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang

pecah

7. Pemeriksaan laboratorium : Hb, Hematokrit

8. Pemeriksaan USG

 F. Komplikasi Rest Plasenta

1. Sumber infeksi dan perdarahan potensial

2. Memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan

3. Terjadi plasenta polip

4. Degenerasi korio karsinoma

5. Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah

G. Penjegahan Rest Plasenta (Manuaba,2008)

Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama,

sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya

preventif dapat dilakukan dengan :

1. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam kehamilan.

2. Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara legeartis.

3. Meningkatkan usaha penerimaan KB.

4. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang mengalami

perdarahan post partum.

5. Memberikan uterotonika segera setelah persalinan bayi, kelahiran plasenta

dipercepat.

6
H. Penanganan Rest Plasenta

Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan boleh melakukan

pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital, dg langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus)

2. Kosongkan kandung kemih

3. Memakai sarung tangan steril

4. Desinfeksi genetalia eksterna

5. Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna,tangan kanan dimasukkan secara

obstetri sampai servik

6. lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk  mengeluarkan sisa plasenta

7. lakukan pengeluaran plasenta secara digital

8. Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi         uterus tonika

9. Berikan antibiotik utk mencegah infeksi

10. Antibiotika ampisilin dosis awal 19 IV dilanjutkan dengan 3×1 gram.oral

dikombinasikan dengan metronidazol 1 gr suppositoria dilanjutkan     dengan

3×500 mg oral.

11. Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan

12. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.

Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri   berlangsung tidak lancar atau setelah

melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap

pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium

uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah

terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara

7
manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang ditimbulkan

setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperluannya

(Sarwono Prawirohaardjo, 2008, hal: 527)

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membranya dalam

cavum uteri. Pengeluaran plasenta tidak hati-hati dn salah pimpinan kala III : terlalu

terburu-buru untuk mempercepat lahirnya plasenta sehingga terjadi Perdarahan

post partum bisa mengakibatkan kematian Perdarahan  post partum semakin

meningkat pada wanita yang telah melahirkan tiga anak atau lebih, dimana uterus

yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efesien pada semua

kala persalinan. Uterus pada saat persalinan, setelah kelahiran plasenta sukar untuk

berkontraksi dan beretraksi kembali sehingga pembuluh darah maternal pada

dinding uterus akan tetap terbuka.

B. Saran

Disarankan kepada semua tenaga kesehatan bahwa pencegahan terjadinya

perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga dapat menghemat

tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya preventif dapat dilakukan dengan

cara meningkatkan pendidikan kesehatan ibu dalam mencegah anemia dalam

kehamilan., melakukan persiapan pertolongan persalinan sesuai standart, dan

melakukan asuhan persalinan normal

Anda mungkin juga menyukai