Dosen pengampu :
1. Amrina Octaviana, S.Si.T., M.Keb
2. Rosmadewi, S.ST., M.Kes
3. Roslina, S.Psi., M.Kes
4. Iga Mirah WS., S.ST., M.Keb
Nama Kelompok 11 :
1. Safira mas alipah : 2215401117
2. Sheira azzahra febrianis : 2215401123
3. Sheilla anggraini : 2215401124
4. Yulia arta mara : 2215401131
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “kegawatdaruratan maternaal & basic support
melakukan penanganan pendarah pada post partum” tepat waktu.
Makalah kegawatdaruratan maternaal & basic support disusun guna memenuhi tugas
dosen pada mata kegawatdaruratan maternaal & basic support di kampus Poltekkes
Tanjung Karang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan ibu selaku dosen
mata kuliah kegawatdaruratan maternaal & basic support. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang……………………………………………………......……………IV
1.2. Rumusan Masalah……….…………………………………………......….….……IV
1.3. Tujuan Masalah……………………………………………………......….……..…V
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian perdarahan postpartum...........................……………..…..........…….....VI
2.2. etiologi pendarahan postpartum.....…….………………………….………….……VI
2.3. manifestasi klinis.........................………………….............................................….IX
2.4. klasifikasi ..................................………………..……….....…................................X
2.5. patofisiologi.................................………………….………….….....................…...X
2.6. diagnosis......................................................………………..………………..…..…XI
2.7. prognosis...................................................................................................................XI
2.8. penanganan sisa plasenta, infeksi dalam rahin dan sub involusi..............................XII
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………XV
3.2. Saran………………………………………………………………………….….…XV
DAFTAR PUSTAKA
SOAL
III
BAB I
PENDAHULUAN
IV
3. Apa itu manifestasu klinis ?
4. Apa itu klasifikasi pendarahan postpartum?
5. Apa itu patofisiologi pendarahan postpartum ?
6. Apa saja diagnosis perdarahan post partum ?
7. Apa itu prognosis post partum ?
8. Bagaimana penanganan sisa plasenta, infeksi dalam rahim dan sub involusi?
1.3 Tujuan
V
BAB II
PEMBAHASAN
Perdarahan postpartum adalah adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi yang
lahir melewati batas fisiologis normal. Secara fisiologis, seorang ibu yang melahirkan akan
mengeluarkan darah sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostatis. Jumlah
perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1 bengkok = ±500 cc). Oleh sebab
itu, secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan lebih dari 500 ml dikategorikan
sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan mencapai 1000 ml secara kasat mata harus
segera ditangani secara serius (Nurhayati, 2019).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perdarahan postpartum
merupakan perdarahan berlebihan yang terjadi setelah melahirkan sebanyak lebih dari 500
ml. berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Perdarahan postpartum awal (early postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan yang
terjadi sampai 24 jam setelah persalinan.
b. Perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan yang
terjadi sampai 28 jam setelah persalinan.
VI
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena:
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta
(Wiknjosastro, 2006).
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan
perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi
miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan
lama atau persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu,
obat-obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-
simpatomimetik. Dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium.
Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah rahim,
korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada solusio plasenta,
dan hipotermia karena resusitasi masif (Rueda et al., 2013).
Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak PPP, hingga sekitar 70%
kasus. Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif
ataupun persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia
uteri lebih tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dengan persalinan
vaginal (Edhi, 2013),
VII
a. Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
b. Derajat dua. Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot perineum.
c. Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, dan
otot sfingter ani eksternal.
d. Derajat empat Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum,
otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta
merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan postpartum (20% 30% kasus).
Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan
dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan
diagnosis. Pada retensio plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada
persalinan normal (Ramadhani, 2011).
4. Koagulopati
VIII
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada pembekuan
darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang disusul dengan
tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan darah dapat
pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan
dan penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala kelainan pembekuan
darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan
darah dapat berupa hipofibrinogenemia, trombositopenia, Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP), HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver
enzymes, and low platelet count), Disseminated Intravaskuler Coagulation
(DIC), dan Dilutional coagulopathy (Wiknjosastro, 2006; Prawirohardjo,
2010).
Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa kondisi
kehamilan lain seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia dan sepsis
intrauteri, kematian janin lama, emboli air ketuban, transfusi darah
inkompatibel, aborsi dengan NaCl hipertonik dan gangguan koagulasi yang
sudah diderita sebelumnya. Penyebab yang potensial menimbulkan gangguan
koagulasi sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga persiapan untuk
mencegah terjadinya PPP dapat dilakukan sebelumnya (Anderson, 2008).
IX
Demam
Serum sickness
Jika sudah terlihat gejala tersebut, maka dapat diputuskan solusi berupa
pemeriksaan lebih lanjut untuk menangani masalah ini.
Biasanya dapat berupa terapi, penghentian konsumsi obat, desensitiasasi, dan
melakukan pencegahan alergi.
X
dan thrombin). Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian
menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan
menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
XI
b.Perdarahan pascapersalinan sekunder atau lanjut terjadi 24 jam hingga 12 minggu
pascapersalinan.
XII
k. Observasi ttv dan pendarahan
l. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya di berikan
2. Infeksi dalam rahim
Endometritis pascapersalinan adalah infeksi rahim, biasanya disebabkan
oleh bakteri yang muncul dari saluran genital bagian bawah atau saluran
pencernaan. Gejalanya adalah nyeri tekan rahim, nyeri perut atau panggul, demam,
malaise, dan terkadang keluar cairan. Diagnosis bersifat klinis, jarang dibantu oleh
kultur.
Penanganan inspeksi dalam rahim yaitu dengan Antibiotik diberikan secara
intravena Jika rahim terinfeksi, wanita biasanya diberikan antibiotik melalui
pembuluh darah (intravena) sampai tidak demam setidaknya selama 48 jam. Jenis
obat yang akan Anda terima tergantung pada jenis bakteri yang menyebabkan
infeksi, Obat antibiotik oral pada umumnya sudah cukup, tetapi pada infeksi yang
lebih serius, Anda mungkin perlu obat antibiotik suntik dan kemungkinan
perawatan medis lain. Setelah itu, sebagian besar wanita tidak perlu mengonsumsi
antibiotik melalui mulut.
3. Sub involusi
Subinvolusi uteri adalah kondisi penyusutan ukuran rahim yang tidak sempurna
setelah proses melahirkan, sehingga rahim tetap berukuran besar pasca persalinan.
Penyusutan ukuran rahim terjadi segera setelah plasenta (ari-ari) keluar dari rahim.
Kemudian, rahim berangsur-angsur mengecil secara perlahan sampai mencapai
ukuran normalnya sebelum hamil. Proses ini disebut sebagai involusi rahim dan
terjadi karena adanya kontraksi dari rahim. Pada subinvolusi rahim, penyusutan ini
tidak terjadi sebagaimana mestinya.
Gejala yang dapat dialami pasien subinvolusi uterus adalah keluarnya
lochia dari vagina dalam waktu yang panjang, demam, kram perut. Selain itu akan
uterus masih tetap teraba walaupun sudah lama di masa nifas. Pemeriksaan
penunjang seperti ultrasonografi diperlukan untuk memeriksa apakah ada sisa
jaringan pada rahim atau kelainan lain yang menyebabkan kondisi subinvolusi
tersebut.
Penanganan subinvolusi uterus tergantung dari penyebab yang mendasari,
antara lain dengan pemberian antibiotik apabila terjadi infeksi pada rahim,
XIII
eksplorasi rahim, kuretase, pemberian obat-obatan untuk menurunkan darah dari
rahim.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdarahan postpartum merupakan suatu keadaan dimana seorang ibu yang
habis melahirkan mengeluarkan darah lewat jalan lahir yang melebihi 500ml
Penyebab terjadinya pendarahan post-partum umumnya karena atonia uteri,
plasentasi yang abnormal, trauma maupun koagulopati. jumlah kehamilan yang
memperoleh janin yang dilahirkankehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk
multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan
pascapersalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan
primigravida (hamil pertama kali).Terjadinya perdarahan postpartum karena
semakin sering ibu mengalami kehamilan dan melahirkan maka uterus semakin
lemah sehingga risiko komplikasi kehamilan semakin besar.
Endometritis adalah penyebab paling umum dari perdarahan postpartum
sekunder. Wanita yang melahirkan melalui operasi caesar memiliki kemungkinan
lebih kecil untuk mempertahankan jaringan plasenta namun berisiko lebih tinggi
terkena endometritis dan pseudoaneurisma uterus dibandingkan mereka yang
melahirkan melalui vagina.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengenali perdarahan post partum sehingga
dapat melakukan tindakan deteksi,pencegahan dan penanganan terhadap
perdarahan pot partum. bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk menjaga
kehamilannya dengan baik, mengingat kondisi kehamilan dapat memengaruhi
luaran janin yang dikandung. Menjaga agar kehamilan tetap sehat dapat dilakukan
dengan disiplin dalam program antenatal care dan menerapkan anjuran atau
XIV
edukasi kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan medis seperti perawat,
bidan dan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Akindele, R.A., Isawumi, A.I., Oboro, V.O., Fasanu, A.O., Mabayoje, V.O., & Oyeniran,
A.O. (2014). Identification of Women at Low Risk for Early Severe Postpartum Anaemia.
International Journal of Modern and Alternative Medicine Research, 2, 1-7.
Atukunda, E.C., Mugyenyi, G.R., Obua, C., Atuhumuza, E.B., Musinguzi, N., Y.F...., &
Siedner, M.J. (2016). Measuring Post Partum Haemorrhage in Low Resource Settings The
Diagnostic Validity of Weighed Blood Loss Versus Quantitative Changes in Hemoglobin.
PLOS ONE, 11 (4).
Baktiyani, S.C.W., Meirani, R., & Khasanah, U. (2016). Hubungan Antara Partus Lama
Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Dini Di Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum Dr.
Saiful Anwar Malang. Majalah Kesehatan FKUB, 3 (4).
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Chalik, T.M.A. (2008). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: EGC
Ekin, A., Gezer, C., Solmaz, U., Taner, C.E., Dogan, A., & Ozeren, M. (2015). Predictors
of Severity in Primary Postpartum Hemorrhage. Arch Gynecol Obstet, 292, 1247-1254.
El-Refaey, H., & Rodeck, C. (2003).Post Partum Haemorrahage Definitions Medical and
Surgical Management A time for Change. British: Medical Bulletin.
XV
Erizal, N., Defrin., & Lestari, Y. (2015). Hubungan Perdarahan Postpartum Periode 1
Januari 2010-31 Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4 (3).
Friyandini, F., Lestari, Y., & Utama, B.I. (2015). Hubungan Kejadian Perdarahan
Postpartum dengan Faktor Risiko Karakteristik Ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas
SOAL:
1. Perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir adalah pengertia dari
A. Perdarahan caesar
B. Perdarahan port partum
C. Perdarahan pervaginum
D. Perdarahan perineum
Jawaban: B. Perdarahan post partum
XVI
B. Retensio plasenta
C. Atonia uteri
D. Koagulopati
Jawaban : C. Atonia uteri
7. Adanya bidan terlatih dalam melakukan pertolongan persalinan dan tersedianya system
rujukan, ini merupakan...
A. Tujuan Persalinan di rumah
B. Syarat Persalinan dirumah
C. Asuhan Persalinan dirumah
D. Definisi Persalinan dirumahl
Jawaban: B. Syarat persalinan dirumah
8. Perdarahan muncul 6-10 hari psca salin dan sub involusi uterus, hal ini disebabkan
karena...
A. Atonia uteri
B. Retensio plasenta
C. Plasenta previa
XVII
D. Sisa plasenta
Jawaban: D. Sisa plasenta
9. Apabila Seorang perempuan terjadi abortus, tindakan pertama yang dapat dilakukan
untuk penatalaksanaannya adalah...
A. Berikan infus
B. Berikan obat
C. Nilai keadaan umum ibu
D. Lakukan observasi
Jawaban: C. Nilai keadaan umum ibu
11. Di bawah ini adalah salah satu penyebab ibu hamil mengalami perdarahan post partum
akibat kehilangan volume darah:
A. Ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi TT
B. Ibu hamil dengan anemia
C. Ibu hamil yang tidak mendapatkan tablet kalsium
D. Ibu hamil yang tidak mendapatkan kunjungan k4
Jawaban: A. Ibu hamil dengan anemia
12. Ny D melahirkan anak ke 4 partus spontan di BPM 1 jam yang lalu, K/U lemas pucat,
TD80/60 mmg kontraksi uterus baik. Ibu mengeluh ada keluar darah dari vagina merembes
sejak tadi, kemungkinan diagnosa ibu tersebut adalah:
A. Atonia Utreri
B. Laserasi jalan lahir
C. PEB
D. Sisa selaput placenta tertahan
Jawaban: D. Sisa selaput placenta tertahan
XVIII
13. Apabila terjadi perdarahan yang banyak, maka tindakan dasar yang dapat dilakukan
oleh bidan R adalah....
A. Manual plasenta
B. Kompersi aorta abdominal
C. Kuretase
D. KBI
Jawaban: A. Manual plasenta
14. Tertahanya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri
adalah pengertia dari
A. Plasenta perkreta
B. Plasenta akreta
C. Plasenta inkreta
D. Plasenta inkarserata
Jawaban: D. Plasenta inkarserara
15. Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan mekanisme
separasi fisiologis adalah pengertian dari
A. Plasenta inkreta
B. Plasenta perkreta
C. Plasenta adhesiva
D. Plasenta inkarserata
Jawaban: C. Plasenta adhesiva
XIX