PASCA PERSALINAN
OLEH :
KELOMPOK 2
B15-B
NI MADE SRI PURNAMA SARI (223221332)
NI NYOMAN AYU DARMA SANTHINI (223221336)
LUH PUTU SINTYA DEVI (223221343)
KOMANG SUDARMANA (223221347)
NI KADEK SRI MIRAWATI (223221354)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalag ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAATAN PADA PASIEN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN”.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak terlepas dari bantuan tenaga, pikiran, dan
dukungan moril. Oleh karena itu penulis mengucapka terima kasih pada semua pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu segala saran dan kritik sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Gianyar, Oktober 2022
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan................................................................................................1
1.1............................................................................................................................Latar
Belakang...........................................................................................................1
1.2............................................................................................................................Rumusan
Masalah.............................................................................................................2
1.3............................................................................................................................Tujuan 2
BAB II Pembahasan................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Perdarahan Pasca Persalinan.....................................................3
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Perdarahan Pasca Persalinan..................12
BAB III Penutup.....................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................22
3.2 Saran.................................................................................................................22
Daftar Pustaka.........................................................................................................23
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kembar, bayi besar, Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang,
Persalinan cepat, Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin(Oxorn :
2010).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
efek yang lebih serius. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang
lebih kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
2. Etiologi Perdarahan Postpartum
A. Etiologi perdarahan postpartum secara umum (4T) :
a. Tone – atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum serius
b. Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan, perinium,
dan rectum.
c. Tissue : produk konsepsi yang tertinggal
d. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi sebagai
konsekuensi dari abrupsi plasenta, eklampsia, atau emboli air ketuban.
B. Etiologi perdarahan postpartum secara khusus :
Perdarahan postpartum menurut Oxorn (2010) dan Astutik (2018) bisa disebabkan
karena :
a. Atonia uteri
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah
plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serat – serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat perlekatan plasenta. Atonia uteri
terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perdarahan postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang disebabkan
karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
b. Retensio plasenta
Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belumlahir atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum lepas
dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Terdapat jenis retensio plasenta antaralain :
1) Plasenta adhesive adalah oplantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan myometrium
4
3) Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yang menembus
lapisan serosa dinding uterus
4) Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Pada kasus retensio plasenta, plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan perdarahan, infeksi karena plasenta sebagai benda mati, dapat
terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degenerate
sel ganas korio karsinoma.
c. Laserasi jalan lahir
Perdarahan yang terjadi karena adanya robekan pada jalan lahir (perineum,
vulva, porsio, atau uterus). Robekan pada perineum, vulva, vagina dan persio
biasanya terjadi pada persalinan pervaginam.
d. Koagulopati
Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan darah.
Sebab tersering perdarahan postpartum adalah atonia uteri, yang disusui
dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan darah
dapat pula menyebabkan perdarahan postpartum. Hal ini disebabkan karena
defisiensi faktor pembekuan dan atau penghancuran fibrin yang berlebih.
Gejala – gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
1) Hipofibrinogemia
2) Trombositopeni
3) Idiopathic trimbocytopeny purpura
4) HELP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and los platetet
count)
5) Disseminated intravaskuler coagulation
6) Dilutional coagulppathy bisa terjadi pada tranfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak segar shingga komponen fibrin dan
trombosit sudah rusak.
Afibrinogenemia atau hipofibrinogemia dapat terjadi setelah abruption
plasenta, retio jalan janin – mati yang lama didalam rahim, dan pada emboli
cairan ketuban.
5
3. Patofisiologi Perdarahan Pasca Persalinan
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah, didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum, sehingga sinus-sinus maternalis, ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan
yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
Patofisiologi dari perdarahan pasca persalinan menurut Rukiyah (2012) dan
Astutik (2018) antara lain karena kontraksi rahim yang lemah setelah anak lahir,
insiden meningkat pada kehamilan dengan pembesaran rahim yang berlebihan seperti
pada kehamilan ganda, hidramnion, anak terlalu besar ataupun pada rahim yang
melemah daya kontraksinya seperti pada grandemultipara, interval kehamilan yang
pendek, atau pada kehamilan usia lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang
terlalu kuat sehingga anak dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya. Perdarahan
postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi
plasenta yang tersisa sering menyebabkan pendarahan pada akhir masa nifas. Kadang
– kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetric membuat batas – batas
durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio
plasenta sehingga pendarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat
dikurangi. Efek pendarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum
hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang dapat
mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai
terjadi kehilangan darah sangat banyak.
6
7
2. Pathway
Trombin -
Antoni uterus Laserasi jalan lahir Produk tertinggal disseminated
Hipofibrinoge
Suply darah mia
histerektomi Nyeri Akut Trombositope
nia
Kehilangan cairan Idiopathic
Luka insisi
vaskuler berlebih HB turun HELP
Pendarahan >500cc Disseminated
Syok Anemia Dilutional
Hipovolemia
9
fundus uterus berkurang
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang perdarahan postpartum menurut Achadiat (2004) antaralain :
1. Laboratorium
i. Darah lengkap : Hb, Hematokrit, golongan darah, masa pembekuan, masa
perdarahan
j. Urine lengkap
2. USG
6. Komplikasi
Komplikasi persalinan post partum sangat bervariasi, dari yang ringan sampai
berat. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi ortostastik, kelelahan, animia
(transfusi darah), depresi (post partum blues), sindroma sheecha (iskemia kelenjar
hipofisis anterior), edema paru, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan faal pembekuan
darah, dan syok perdarahan sampai kematian (Hidayat, 2018).
11
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses perawatan,
untuk itu di perlukan kecermatan dan keterlitihan tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
a. Identas Klien
1) Identitas klien meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk
rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah
2) Identitas suami meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, bahasa yang digunakan
b. Riwayat kesehatan
Pengkajian terhadap riwayat kesehatan pasien menjadi sangat penting untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keluhan saat ini atau kondisi saat
ini.
c. Riwayat obstetrik
1. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
2. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil
3. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta
4. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati,
berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir. Data yang harus dikaji
juga adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi partus, tipe
melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan, jahitan pada perineum dan
perdarahan.
5. Riwayat nifas meliputi : Pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan umum.
Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaran locea, keadaan perineum,
abdomen, payudara, episiotomy, kebersihan menyusui, dan respon orang
terhadap bayi, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
12
6. Riwayat Kehamilan sekarang
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal (ANC), dan imunisasi yang
diberikan pada ibu selama hamil
a. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan
gizi akibat mual, keluhan lain
7. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
d. Pola aktifitas sehari-hari
1. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum
dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas
harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
2. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995 )
3. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan
atau duk.
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran, nadi, laju napas, tekanan darah, hidrasi kulit dan membran mukosa,
capillary refill time (CRT), dan urine output. Pemeriksaan fisik secara umum
penting dilakukan terutama untuk menilai derajat keparahan hipovolemik akibat
perdarahan postpartum.
Pada pemeriksaan fisik khusus atau obstetri dicari tahu penyebab dari
perdarahan. Pemeriksaan obstetri meliputi pemeriksaan kontraksi uterus, letak,
konsistensi uterus, pemeriksaan dalam untuk menilai adanya perdarahan atau
sumber perdarahan, melihat keutuhan plasenta, tali pusat, serta mencari apakah
13
terdapat robekan pada jalan lahir. Berikut ini adalah tanda gejala sesuai penyebab
perdarahan postpartum
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, utamanya pemeriksaan Hemoglobin. Umumnya jika
terjadi perdarahan masif dapat ditemukan hasil Hb kurang dari 8 g/dL. selain
itu apabila pada saat asuhan antenatal ditemukan bahwa ibu mengalami
anemia, maka keadaan ini dapat segera dikoreksi. Pemeriksaan golongan
darah juga dilakukan untuk kepentingan tatalaksana bila pasien
membutuhkan transfusi darah. Transfusi sebaiknya tidak ditunda dan tidak
diputuskan berdasarkan kadar hemoglobin semata, tetapi sebaiknya dilakukan
berdasarkan kondisi klinis pasien. Pemeriksaan waktu perdarahan atau waktu
pembekuan, trombosit, protrombin dan partial prothrombin time / PTT, untuk
menyingkirkan kemungkinan gangguan faktor pembekuan darah.
Pemeriksaan fibrinogen atau D-dimer dapat digunakan untuk membantu
penegakan diagnosis disseminated intravascular coagulation (DIC).
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat apakah terdapat sisa plasenta
ataupun gumpalan darah. Kemudian apabila dilakukan pada saat antenatal
dapat membantu dokter mendeteksi plasenta previa dan plasenta akreta.
2. Diagnosa Keperawatan
- -
-
-
- -
-
-
14
- Penggunaan otot (misalnya Efektif
bantu pernapasan nyeri saat
- Fase ekspirasi bernapas,
memanjang kelemahan
- Pola napasa otot
abnormal pernapasan)
(misalnya - Deformitas dinding dada
takipnea, - Deformitas tulang dada
bradipnea, - Sindrome hipoventilasi
hiperventilasi, - Penurunan energi
kusmaul, cheyne-
strokes)
15
- Distensi vena
jugularis
- Central Venous
Pressure (CVP)
- Hepatomegaly
3. Perubahan Afterload
Data Subjektif:
- Dispnea
Data Obejektif:
- Tekanan darah
meningkat/menur
un
- Nadi perifer
teraba lemah
- Capillary refill
time <3 detik
- Oliguria
- Warna kulit
pucat/sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
Data Subjektif:
- Paroxysmal
noctural dyspnea
(PND)
- Ortopnea
- Batuk
Data Objektif:
- Terdengar suara
jantung S3 dan S4
- Ejection Fraction
(EF) menurun
16
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAW KRITERIA HASIL
ATAN
1. Pola nafas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
tidak efektif intervensi (I.01014)
(D.0005) keperawatan Observasi
selama ….., 1. Monitor frekuensi, 1. Memantau
diharapkan pola irama, kedalaman dan pernapasan pasien
napas membaik upaya napas
2. Mengetahui pola
(L.01004), dengan 2.Monitor pola napas
napas pasien
kriteria hasil: (seperti bradypnea,
3. Mengetahui
1. Dispnea takipnea, hiperventilasi,
kesimetrisan
menurun kussmaul, Cheyne-
ekspansi paru
2. Penggunaan stokes, biot, ataksik)
4. Mengetahui
otot bantu napas 3.Palpasi kesimetrisan
bunyi napas
menurun ekspansi paru
5. Mengetahui
3. Pemanjangan 4.Auskultasi bunyi napas
saturasi oksigen
fase ekspirasi 5.Monitor saturasi
menurun oksigen
4. Frekuensi napas Terapeutik 1. Membantu
membaik 1.Atur interval mengatur interval
5. Kedalaman pemantauan respirasi respirasi
napas membaik sesuai kondisi pasien 2. Bukti hasil
2.Dokumentasikan hasil pemantauan
pemantauan secara tertulis
Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan 1. Meningkatkan
prosedur pemantauan pemahaman
17
2.Informasikan hasil 2. Mengetahui
pemantauan, jika perlu. kondisi terkini
2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia 1. Memantau
(D.0023) intervensi (I.03116) kondisi serta
keperawatan Observasi tanda dan gejala
selama ……, 1.Periksa tanda dan hipovolemia
diharapkan status gejala hipovolemia 2. Untuk
cairan membaik (mis: frekuensi nadi mengetahui
(L.03028), dengan meningkat, nadi teraba ketidak
kriteria hasil: lemah, tekanan darah seimbangan
1. Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi cairan dalam
meningkat menyempit, turgor kulit tubuh
2. Output urin menurun, membran
meningkat mukosa kering, volume 1. Untuk
3. Membran mukosa urin menurun, mengetahui
lembab membaik hematokrit meningkat, kebutuhan
4. Frekuensi nadi haus, lemah) cairan tubuh
membaik 2.Monitor intake dan pasien
5. Tekanan darah output cairan 2. Untuk dapat
membaik Terapeutik meningkatkan
6. Turgor kulit 1.Hitung kebutuhan tekanan darah pada
meningkat cairan pasien
7. Jugular venous 2.Berikan posisi 3. Untuk
pressure modified mengurangi
membaik Trendelenburg kekurangan cairan
8. Hemoglobin 3.Berikan asupan cairan
membaik oral 1. Agar pasien
9. Hematokrit Edukasi mengetahui
membaik 1.Anjurkan pentingnya
memperbanyak asupan pemenuhan
cairan oral kebutuhan
2.Anjurkan menghindari cairan
perubahan posisi 2. Untuk
18
mendadak mencegah
Kolaborasi terjadinya
1.Kolaborasi pemberian hipotensi
cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL) 1. Meningkatkan
2.Kolaborasi pemberian cairan yang
produk darah menurun
2. Mencegah
terjadinya
anemia
3. Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung 1. Penanganan
curah jantung intervensi (I.02075) tepat sesuai gejala
(D.0008) keperawatan Observasi 2. Sebagai salah
selama ……., 1.Identifikasi satu cara untuk
diharapkan curah tanda/gejala primer mengetahui
jantung meningkat penurunan curah peningkatan
(L.02008), dengan jantung (meliputi: beban kerja
kriteria hasil: dispnea, kelelahan, jantung
1.Palpitasi menurun edema, ortopnea, PND, 3. Penurunan curah
2.Kekuatan nadi peningkatan CVP). jantung,
perifer meningkat 2.Monitor tekanan darah mengakibatkan
3.Takikardia/ (termasuk tekanan gangguan perfusi
Bradikardia darah ortostatik, jika ginjal, penurunan
menurun perlu) output urine.
4.Tekanan darah 3.Monitor intake dan 4. Untuk
membaik output cairan mengetahui
5.Pengisian kapiler 4.Monitor saturasi tingkat
membaik oksigen oksigenisasi pada
6.Gambaran EKG 5.Monitor keluhan nyeri jaringan sebagai
aritmia menurun dada (mis: intensitas, dampak adekuat
lokasi, radiasi, durasi, tidaknya proses
presipitasi yang pertukaran
mengurangi nyeri) oksigen
19
6.Monitor aritmia 5. Untuk
(kelainan irama dan penanganan cepat
frekuensi) mengurangi nyeri
6. Biasanya terjadi
takikardi
Terapeutik meskipun pada
1.Posisikan pasien semi- saat istirahat
fowler atau fowler untuk
dengan kaki ke bawah mengompensasi
atau posisi nyaman penurunan
2.Berikan diet jantung kontraktilitas
yang sesuai (mis: batasi ventrikel,AF
asupan kafein, natrium, disritmia umum
kolesterol, dan berkenan dengan
makanan tinggi lemak) GJK
3.Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi 1. Untuk
stress, jika perlu membantu dalam
4.Berikan dukungan ekspansi paru
emosional dan spiritual 2. Mengatur diet
5.Berikan oksigen untuk sehingga kerja
mempertahankan dan ketegangan
saturasi oksigen > 94% otot jantung
Edukasi minimal, dan
1.Anjurkan beraktivitas status nutrisi
fisik sesuai toleransi terpelihara
2.Anjurkan beraktivitas 3. Mengurangi
fisik secara bertahap ketegangan
3.Ajarkan pasien dan 4. Stress emosi
keluarga mengukur menghasilkan
intake dan output vasokonstriksi,
cairan harian yang terkait dan
Kolaborasi meningkatkan TD
1.Kolaborasi pemberian dan meningkatkan
20
antiaritmia, jika perlu frekuensi/kerja
2.Rujuk ke program jantung.
rehabilitasi jantung 5. Meningkatkan
sediaan oksigen
untuk kebutuhan
miokrdium
melawan efek
hipoksia/iskemia.
1.Meminimalkan
kelelahan
2.Untuk
mengurangi
beban kerja
jantung
3.Memberikan
informasi tentang
keseimbangan
cairan
1.Untuk
meningkatkan
curah jantung
2. Untuk
penanganan tepat
lebih lanjut
(SDKI 2017,SLKI 2019,SIKI 2018)
4. Implementasi
21
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Suarni & Apriyani,
2017). Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat
menyusun rencana keperawatan. dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dah hasil yang
diinginkan untuk medukung dan meningkatkan status kesehatan klien. Implementasi
keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
pertimbangan dan pengetahuan klinis yan bertujuan meningkatkan asuhan keperawatan
klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan klien. Setelah melaksanakan implementasi, mengumpulkan dat subjektif dan
objektif dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan selain itu, anda meninjau ulang
pngetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil
yang diharpkan dengan bekal pengalaman sebelumnnya, anda dapat mengevaluasi klien
secara lebih baik. Gunakan pemikiran kritis dan standar untuk menentukan apakah hasil
telah tercapai. Jika hasil telah dipenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi.
Bandingkan prilaku dan respon klien sebelum dah setelah dilakukan asuhan keperawatan.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24