OLEH KELOMPOK 8
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Asuhan Keperawatan Trauma Melahirkan. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
BAB II Pembahasan 6
2.1 Definisi Trauma Lahir 6
2.2 Klasifikasi 7
2.3 Etiologi 7
2.4 Patofisiologi 8
2.5 Manifestasi Klinis 9
2.6 Komplikasi 11
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Askep 14
BAB III Penutup 15
3.1 Kesimpulan 15
3.1 Saran 15
BAB I
PENDAHULUAN
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi
yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang
panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya
kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang
terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi
tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada
masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh
kembang anak selanjutnya. (Saiffudin, 2006)
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-
tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan,
cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut
sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan
tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan
yang baik dan adekuat.
Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat
tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan
fisiologis persalinan. Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan
berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau
presentasi atau posisi janin abnormal.
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik
yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau
perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi
meskipun telah mendapat perawatan medis yang terampil dan kompeten dan sama sekali
tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.
Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri,
pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan
anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat
bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan
atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat
terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan
sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak
acuh.Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi
intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri,
khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan
melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian
trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar
antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan
angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi
ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan
presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong
persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir
bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi.
Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula.
Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat
meninggalkan gejala sisa.Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma
lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama
proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak
2.2 KLASIFIKASI
1. Susunan saraf
a. Paralis Pleksus Brakialis
b. Paralisis Nervus Frenikus
c. Kerusakan Medulla Spinalis
d. Paralisis Pita Suara
2. Fraktur (Patah Tulang)
a. Fraktur Tulang Tengkorak
b. Fraktur Tulang Klavikula
c. Fraktur Tulang Humerus
d. Fraktur Tulang Femur
3. Jaringan lunak
a. Kaput Suksedaneum
b. Sefalohematoma
c. Perdarahan Subafoneurosis
d. Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus
e. Perdarahan Subkunjungtiva
f. Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis
2.3 . ETIOLOGI
Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu
sebagai berikut:
1. Makrosomia(Berat bayi baru lahir lebih dari 400 gram)
2. Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
3. Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
4. Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan
menggunakan alat)
5. Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
6. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan
berakhir dengan lahirnya bayi)
7. Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
8. Distosia bahu (kemacetan bahu)
2.4PATOFISIOLOGI
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan
lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan
tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering
bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang
tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu
upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir.
Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi
lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri
dalam satu sampai dua hari.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan
penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :
2.6 KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.
2. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi.
3. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan
terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.
2.8 PENATALAKSANAAN
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000),
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau
garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan
dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan
presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat
ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan
adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,
kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi
darah.
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak
dengan caput succedaneum :
1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan
tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian
ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan
bantal Mencegah terjadinya infeksi dengan :
A. Pengkajian
- Biodata
Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari.
- Keluhan Utama
Adanya benjolan di kepala
- Pola Nutrisi
Pemberian ASI yang adekuat
- Pola Aktivitas
Tidak sering diangkat agar benjolan tidak meluas
- Pola Istirahat
Biasanya bayi sering tidur
- Pola Eliminasi
Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan
- Pola Personal Hygiene
Pasien diseka di tempat tidur
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
TTV
Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt RR :
80 x/mnt, pada menit I, kemudian menurun setelah tenang 40x.mnt Suhu :
365oC – 374oC
2. Kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak Thorax :
Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Genetalia : Sesuai umur kehamilan
5. Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-laki, testis belum turun, pada bayi wanita labia mayora belum
menutupi labia minora
6. Ekstrimitas : Aktif
7. Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan
B. Diagnosa Keperawatan
No Diangnosa
Tujuan & kriteri hasil Intervensi Rasional
keperawatan
4. Ganti balutan
indurasi (jika ada)
dan gunakan
teknik sterilisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan
akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik
persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
3.2Saran
1) Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar selalu memantau keadaan pada bayi
2) Diharapkan untuk benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan pada setiap
kelainan kepala yang mungkin terjadi pada neonatus.
3) Diharapkan kepada setiap orang tua untuk melakukan perawatan bayinya secara
rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brohi, Z.P., Sadaf, A., Zohra, N., & Perveen. (2012). Frequency and Severity of
(62). 803.
Chigbu, B., Aluka, C., Kamani, C., & Adibe, E. (2008). Factors Influencing the
Salemba Medika.
Damayanti, I.P., Liva, M., Ani, T., & Rita, A. (2014). Buku Ajar Asuhan
Yogyakarta: Depublish.
Dewi, V.N.L. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: EGC.