Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN TRAUMA MELAHIRKAN

OLEH KELOMPOK 8

1. JAYA WARDANA 223221300

2. I WAYAN CAHYADI 223221329

3. NI WAYAN SUKARTINI 223221352

4. I WAYAN CHAYA WEDANTA 223221368

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Asuhan Keperawatan Trauma Melahirkan. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Gianyar 14 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4

BAB II Pembahasan 6
2.1 Definisi Trauma Lahir 6
2.2 Klasifikasi 7
2.3 Etiologi 7
2.4 Patofisiologi 8
2.5 Manifestasi Klinis 9
2.6 Komplikasi 11
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Askep 14
BAB III Penutup 15
3.1 Kesimpulan 15
3.1 Saran 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi
yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang
panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya
kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang
terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi
tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada
masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh
kembang anak selanjutnya. (Saiffudin, 2006)

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-
tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan,
cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut
sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan
tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan
yang baik dan adekuat.

Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat
tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan
fisiologis persalinan. Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan
berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau
presentasi atau posisi janin abnormal.

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik
yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau
perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi
meskipun telah mendapat perawatan medis yang terampil dan kompeten dan sama sekali
tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.
Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri,
pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu

1. Pengertian Trauma Persalinan

2. Penyebab Trauma Persalinan


3. Macam-Macam Trauma Persalinan

4. Asuhan keperawatan Trauma Persalinan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TRAUMA PERSALINAN


Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena
trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh
kelainan fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat
tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis
persalinan.

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan
anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat
bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan
atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat
terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan
sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak
acuh.Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi
intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.

Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri,
khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan
melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian
trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar
antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan
angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi
ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan
presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong
persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir
bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi.
Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula.
Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat
meninggalkan gejala sisa.Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma
lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama
proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak
2.2 KLASIFIKASI
1. Susunan saraf
a. Paralis Pleksus Brakialis
b. Paralisis Nervus Frenikus
c. Kerusakan Medulla Spinalis
d. Paralisis Pita Suara
2. Fraktur (Patah Tulang)
a. Fraktur Tulang Tengkorak
b. Fraktur Tulang Klavikula
c. Fraktur Tulang Humerus
d. Fraktur Tulang Femur
3. Jaringan lunak
a. Kaput Suksedaneum
b. Sefalohematoma
c. Perdarahan Subafoneurosis
d. Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus
e. Perdarahan Subkunjungtiva
f. Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis

2.3 . ETIOLOGI
Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu
sebagai berikut:
1. Makrosomia(Berat bayi baru lahir lebih dari 400 gram)
2. Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
3. Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
4. Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan
menggunakan alat)
5. Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
6. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan
berakhir dengan lahirnya bayi)
7. Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
8. Distosia bahu (kemacetan bahu)

2.4PATOFISIOLOGI
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan
lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan
tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering
bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang
tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu
upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir.
Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi
lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri
dalam satu sampai dua hari.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan
penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :

Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan


difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak
periosteum hingga dapat melampaui

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak ( Richard E, Behrman.dkk.2000 ),
tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi
berikut :
1. Adanya edema dikepala berwarna kemerahan
2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema melampaui sela-sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

2.6 KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.
2. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi.
3. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan
terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan
pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk
dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan
menggunakan foto rontgen ( X-Ray ) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu
fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. ( Meida.2009 )

2.8 PENATALAKSANAAN
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000),
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau
garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan
dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan
presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat
ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan
adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,
kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi
darah.
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak
dengan caput succedaneum :
1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan
tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian
ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan
bantal Mencegah terjadinya infeksi dengan :

a. Perawatan tali pusat


b. Personal hygiene baik

Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :

a. Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi


normal.
b. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena
benjolan akan menghilang 2-3 hari
c. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
d. Awasi keadaan umum bayi.

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

- Biodata
Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari.

- Keluhan Utama
Adanya benjolan di kepala

- Riwayat Penyakit Sekarang


Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan batas tidak
jelas Organ tubuh yang lain relatif seperti bayi normal

- Riwayat Penyakit Dahulu


Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum
ekstrasi Proses persalinan bayi lama

- Pola Nutrisi
Pemberian ASI yang adekuat

- Pola Aktivitas
Tidak sering diangkat agar benjolan tidak meluas

- Pola Istirahat
Biasanya bayi sering tidur

- Pola Eliminasi
Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan
- Pola Personal Hygiene
Pasien diseka di tempat tidur
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
TTV
Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt RR :
80 x/mnt, pada menit I, kemudian menurun setelah tenang 40x.mnt Suhu :
365oC – 374oC
2. Kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak Thorax :
Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Genetalia : Sesuai umur kehamilan
5. Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-laki, testis belum turun, pada bayi wanita labia mayora belum
menutupi labia minora
6. Ekstrimitas : Aktif
7. Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.


2. Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan status kesehatan anak.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.
C. Intervensi

No Diangnosa
Tujuan & kriteri hasil Intervensi Rasional
keperawatan

1. Gangguan Tujuan : Anak Kaji ekspresi anak Memberikan data dasar


rasa akan menunjukkan (diam, untuk menentukan dan
nyaman berkurangnya rasa ketidak rewel,menangis mengevaluasi intervensi
berhubungan nyamanan. terus- menerus,dll) yang diberikan.
dengan KH : Kurangi jumlah cahaya Stimulus demikian dapat
trauma jaringan lampu,kebisingan, mengganggu anak yang
perinatal. 1. Anak tidak rewel. dan berbagai mengalami
stimulus cedera.Karena
2. Anak tidak lingkunagn dapat
terus menangis. lainya dalam meningkatkan tekanan
3. Anak anak. intrkranial.
memperhatikan Kaji tanda Peningkatan frekuensi
tanda nadi,peningkatan
– tanda vital dalam batas Tanda vital, catat atau penurunan frekuensi
normal. peningkatan frekuensi pernapasan, atau diforesis
nadi, peningkatan menunjukkan ketidak
atau penurunan nyamanan.
nafas,dan diforesis Mengurangi nyeri dan
Kolaborasi spasme otot
:Berikan analgesik
sesuai
kebutuhanuntuk nyeri
2. Ansietas Tujuan : Anak dan Orang 1. Jelaskan pada Dengan menegetahui apa
berhubungan tua akan menunjukkan anak dan orang tua yang akan dilakukan
dengan kecemasan berkurang. tentang tujuan semua sebelum melaksanakan
ketidaktahuan KH : 1. Menunjukkan tindakan keperawatan prosedur dan mengapa
status pengurangan rasaagitasi yang dilakukan dan prosedur tersebut
kesehatan anak 2. Mengajukan bagaimana tindakan dilakukan membantu
pertanyaan yang tepat dilakukan mengurangui kecemasan.
sehubungan Dengan mengijinkan

dengan penyakit orangtua untuk menemani


dan 2. Ijinkan orang anak memberi dukungan
penangananya. tua tetap menemani emosional padaanak dan

anak, bergantung mengurangi kecemasan

pada keadaan pada anak. Kecemasan

anak. orang tua akan berkurang


dengan mengijinkan
mereka memantau dan
3. Berikan berpartisipasi dalam
informasi perawatan anak
akurat,
3. Dapat menurunkan
konsisten
ansietas dan
mengenai
memungkinkan pasien
prognosis
membuat keputusan atau
pilihan sesuai realita.
3. Resiko Tujuan : Anak akan 1. Kaji 1. Mengidentifikasiadan
menunjukkan tidak keadaan ya infeksi secara dini.
infeksi adanya tanda atau gejala indurasi pada anak.
2. Hipertermi
berhubungan infeksi
2. Pantau merupakan suatutanda
dengan
KH : 1. Suhu tubuh suhu anak infeksi.
kurang dari 37oC setiap 4 jam
adanya 3. Meningitis
indurasi. 2. Tidak ada drainase 3. Kaji tanda Merupakn komplikasi yang
dari luka dan gejala
mungkin terjadi pada
(cephalhematom) meningitis,termasuk
setiap kejadian cephal
kakuk kuduk,
3. Tidak ada tanda- hematom walaupun jarang.
peka
tanda infeksi.
rangsang, 4. Teknik steril
4. Sel darah putih akan membantu
dalam batas nyrei mencegah masuknya
normal kepala,demam,munt bakteri kedalam luka dan
sesuai dengan usia. ah, dan kejang - mengurangi infeksi.
kejang.

4. Ganti balutan
indurasi (jika ada)
dan gunakan
teknik sterilisasi.
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan
akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik
persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
3.2Saran
1) Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar selalu memantau keadaan pada bayi
2) Diharapkan untuk benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan pada setiap
kelainan kepala yang mungkin terjadi pada neonatus.
3) Diharapkan kepada setiap orang tua untuk melakukan perawatan bayinya secara
rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC

Brohi, Z.P., Sadaf, A., Zohra, N., & Perveen. (2012). Frequency and Severity of

Perineal Tear in countess lady duffin fund hospital hiderabad. JPMA, 6.

(62). 803.

Chigbu, B., Aluka, C., Kamani, C., & Adibe, E. (2008). Factors Influencing the

Use of Episiotomi During Vaginal Delivery in South Eastern Nigeria.

East African Medical Journal, 3. (85). 240

Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Damayanti, I.P., Liva, M., Ani, T., & Rita, A. (2014). Buku Ajar Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir.

Yogyakarta: Depublish.

Dewi, V.N.L. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai