Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA TENTANG

PENYULIT PADA NEONATUS, BAYI BALITA DENGAN


MASALAH YANG SERING TERJADI

Disusun oleh kelompok 1 :


Cristin Desi Fitri (202114046)
Dika Amalia (202114045)
Findli Fratia Supu (202114049)
Hawadia Rizki Diah Wulandari (202114053)
Irdayani (202114055)
Nur Afni Nalo (202114061)
Nur Ain Hulopi (202114078)
Yuliana Mosi (202114074)
Tiara asti

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN INSTITUT TEKNOLOGI


KESEHATAN DAN BISNIS GRAHA ANANDA PALU
Tahun ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah Asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan balita, sesuai dengan yang
direncanakan. Makalah ini menguraikan tentang deskripsi penyulit pada neonatus bayi balita
dengan masalah yang sering terjadi. Makalah ini berisi materi pembelajaran yang telah diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Ibu Nurhaeda, SST.,M.Keb.
Kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal kebajikan, kami menyadari masih adanya berbagai
kekurangan dalam makalah ini maka masukan/ saran konstruktif sangat diharapkan dari berbagai
pihak untuk penyempurnaan makalah ini.

Palu, 03 februari 2023

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
2.1 Penyulit pada neonatus, bayi dan balita dengan masalah yang sering terjadi..............2
1. Bercak Mongol........................................................................................................................2
2. Ikterik......................................................................................................................................4
3. Muntah....................................................................................................................................5
4.Hemangioma............................................................................................................................7
5. Diaper rash ( ruam popok)..................................................................................................10
6.Oral trush...............................................................................................................................12
7.Seborrhea...............................................................................................................................14
8.Bisul pada bayi......................................................................................................................17
9. Miliariasis..............................................................................................................................20
10. Diare....................................................................................................................................22
11. Obstipasi/konstipasi...........................................................................................................23
12. Infeksi pada bayi................................................................................................................25
13. sindrom kematian pada bayi.............................................................................................27
BAB III......................................................................................................................................30
PENUTUP.................................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................30
3.2 Saran....................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0-28 hari). Periode neonatas adalah
periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang
dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi
membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterine ke
ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi
baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan asfiksia,
prematuritas, kelainan konggenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan. 10
masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal.
Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi penyebab kecacatan. Masalah ini timbul sebagai
akibat dari buruknya Kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen
persalinan yang tidak tepat dan bersih, dan kurangnya perawatan bayi baru lahir.

1.2 Rumusan masalah


Asuhan kebidanan neonatus bayi dan balita dengan masalah yang sering terjadi merupakan
suatu keadaan pada neonatus bayi dan balita yang tidak diinginkan oleh orang tua maupun petugas
medis. Laporan dari beberapa penelitian mengungkapkan bahwa angka neonatus bayi dan balita
dengan masalah seperti bercak mongol, ikterik,muntah,hemangioma,diaper rash(ruam popok),oral
trush,sebborhea,bisul,milliariasis,diare,obstipasi/konstipasi,infeksi pada bayi, dan sindrom
kematian bayi mendadak dari tahun ketahun cenderung meningkat.Sebelumnya penyebab masalah
pada neonatus bayi dan balita Sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua
tentang cara merawat anak mereka dengan baik dan benar terutama bagi orang awam kurangnya
pengetahuan ini membuat anak cenderung terjangkit salah satu dari masalah diatas. Adapun dalam
makalah ini membahas tentang apa yang menjadi definisi,etiologi,tanda gejala dan bagaimana
penantalaksanaan dari masalah/penyulit yang sering terjadi pada neonatus bayi dan balita.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah yang menjadi penyulit neonatus bayi balita
2. Untuk mengetahui etiologi masalah tersebut
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada masalah tersebut
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari masalah – masalah tersebut

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyulit pada neonatus, bayi dan balita dengan masalah yang sering terjadi
1. Bercak Mongol

a. Definisi
 bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian daerah sacral,
walupun tekadang terlihaat dibagian tubuh yang lain. Bercak monggol biadanya terjadi pada anak
anak yang dilahirkan oleh orang tua asia dan afrika, kadang-kadang terjadi pada anak-anak dengan
orang tua mediterania.(mayes midwifery textbook).
 bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang terlihat di daerah lumbo sacral pada bayi yang
memiliki pigmentasi kulit (kulit berwarna), warnanya seperti memar.bercak monggol adalah lesi-
lesi muscular berwarna abu-abu atau biru dengan batas tepi berfariasi, paling sering pada daerah
prasakral, tapi dapat juga ditemukan di daerah posterior paha, tungkai, punggung dan bahu.
(Nelso,1993).
Kelainan ini berupa bercak dengan kebiruan, kehitaman,atau kecoklatan yang lebar,difus,
terhadat di daerah bokong atau lumbosacral yang dapat menghilang setelah beberapa bulan atau
sekitar satu tahun. Menurut saito (1989) bayi premature dan menyimpulkan bahwa menimbulnya
bercal mongol rata-rata pada umur-umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula terbatas di fulsa
koksigea lalu menjalar ke regro lumbosacral. Lesi ini biasanya berisi sel memlanolsit yang terletak
di lapisan dermis sebelah dalam atau disekitar polikel rambut. Kadang-kadang terbesar simetris,
dapat juga unirateral. Tempat predileksi yang lain adalah di daerah orbinal dan daerah zigo matikus
(nevus ota), yaitu yang mengenai daerah seklera atau fundus mata, atau di daerah delto -trapezius
(nevus ito).
b. Etiologi
Bercak mongol merupakan bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol ditimbulkan
oleh melanosit yang mengandung melanin pada demis yang terhambat selama proses migrasi dari
krista neuralis ke epidermis. Kemunculan tanda lahir di sebabkan juga oleh adanya hal-hal tertentu
yang terjadi dalam proses jalan lahir, misalnya trauma lahir atau terjadi pembuluh darah yang

v
melebar. Soal bahaya atau tidak harus dilihat dulu dari perkembangan tanda lahir ini. Misalnya ada
tanda kemerahan bila karna jalan lahir, biasanya sehari juga akan hilang tapi kalua setelah
seminggu masih tetap ada maka harus dipantau lagi perkembanganya tapi tanda lahir ini tidak
membahayakan.hampir 90 persen bayi dengan kulit berwarna atau kulit asia (timur) lahir dengan
bercak ini namun pada bayi kaum asia hanya 5 %. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang
terletak dilapisan dermis sebelah dalam atau disekitar folikel rambut yang terkadang tersebar
simetris, tetapi dapat juga unilateral. Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan
dengan kelainan sitemik.
c. tandagelaja
Bercak mongol terlihat sebagai:
a. Luka seperti pewarnaan
b. Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
c. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
d. Bercak yang biasanya akan hilang dalam hitungan bulan atau tahun
e. Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
Tanda bercak mongol yaitu :
a. Bercak kebiru – biruan, kehitaman atau kecoklatan yang lebar
b. Biasanya timbul di daerah bokong. Tempat timbul lainnya yaitu pada daerah pipi dan mata.
c. Bercak ini timbul pada kehamilan 38 minggu
d. Bercak ini akan menghilang setelah beberapa bulan atau sekitar satu tahun
d. Diagnosis
Kondisi bercak mongol tidak memiliki pengaruh pada kesehatan bayi. Selain itu, kondisi
bercak mongol dapat hilang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan
bayi. Namun, sebaiknya ibu perhatikan jika bercak yang muncul semakin luas dan menunjukkan
gejala gangguan pada kulit bayi seperti ruam atau memerah. 

Pemeriksaan kulit dan fisik bayi menjadi pemeriksaan pertama yang harus dilakukan oleh
dokter untuk memastikan kondisi bercak yang muncul pada bagian tubuh bayi. Foto rontgen bisa
dilakukan sebagai langkah diagnosis untuk mengetahui ada atau tidaknya tumor. Pemeriksaan pada
dokter bisa dilakukan di rumah sakit terdekat.

Bercak mongol atau congenital dermal melanocytosis biasanya muncul diarea


bokong,punggung,tangan, atau kaki. Timbulnya bercak akibat ditemukan lesi yang berisi sel
melanosit pada lapisan dalam dermis atau sekitar folikel rambut. Untuk mendiagnosis bercak
mongol, dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan yang timbul. Selanjutnya, dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk melihat warna, ukuran, dan lokasi
bercak.

vi
e. Penatalaksanaan
bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama, atau pada 1 – 4 tahun
pertama sehingga tidak memerlukan perlindungan khusus. Namun, bercak mongol multiple yang
tersebar luas, terutama pada tempat – tempat biasa, cenderung tidak akan hilang, tidak dapat
menetap sampai dewasa. Sumber lain menyatakan bahwa bercak mongol ini mulai pudar pada usia
dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7 – 13 tahun. Kadang – kadang juga menghilang
setelah dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5 % anak yang lahir dengan bercak mongol masih memiliki
bercak mongol hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini biasanya tidak berbahaya dan tidak
memerlukan perawatan ataupun pencegahan khusus. Nervus Ota (daerah zygomaticus) dan Nervus
Ito (daerah sclera atau fundus mata atau daerah delto trapezius) biasanya menetap, tidak perlu
diberikan pengobatan. Namun bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat dilakukan dengan
estetik. Akhir – akhir ini dianjurkan pengobatan dengan menggunakan sinar laser. Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan memberikan konseling pada orang
tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik mongol, menjelaskan
bahwa bitnik mongol ini akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya
serta tidak memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.

2. Ikterik

a. Definisi
Ikterik adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu minggu pertama
kehidupannya. Pada hari 2-3 dalam puncaknya dihari 5-7, kemudian akan menurun pada hari 10-
14, peningkatannya tidak melebihi 10mg/ddl pada bayi atterem < 12 mg/dl pada bayi premature.
Keadaan ini masih dalam batas normal. Ikterik dibagi menjadi 2 yaitu:
a). ikterik fisiologis: ikterik yang timbul pada hari kedua dan ketiga, tidak mempunyai dasar
patologis, kadar tidak melampaui kadar yang membahayakan. Dikatakan ikterik fisiologis
apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukan dasar
patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kren icterus (suatu kerusakan
otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak).
b). ikterik patologis: yang mempunyai dasar patologis, kadar bilirubin mencapai
hyperbilirubinemia,

vii
b. Etiologi
a). kurangnya enzim glukloronium transferase
b). pemberian munum, terutama ASI yang kurang
c). gangguan fungsi hati/ kerja hati yang bertambah berat, missal akibat inkompatibilitas.
c. Tandagejala
gejala bayi yang mengalami ikterik yaitu warna kulit pada bayi menjadi warna kuning atau
sering disebut dengan bayi kuning. Warna kadang – kadang dimulai pada wajah dan kemudian
menyebar ke dada, perut,kaki, dan telapak kaki. Terkadang, bayi dengan ikterus parah bertubuh
lemah dan tidak mau menyusu.
d. diagnosis
bayi kuning didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik langsung dan pemantauan dalam
minggu pertama lahir. Jika ada tanda yang tidak normal, bayi akan diambil darah untuk mengukur
kadar bilirubin. Kadar bilirubin normal bayi yang baru lahir dibawah 5mg/dl.
penegakan diagnosis ikterus neonatrum fisiologis dengan cara memeriksa kadar bilirubin. Kadar
bilirubin indirek (larut dalam lemak/tak terkonjugasi) tidak melewati 12mg/dl pada neonatus cukup
bulan dan 10mg/dl pada neonatus kurang bulan, kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak
melebihi 5mg/dl per hari. Kadar bilirubin terkonjugasi kurang dari 1mg/dl serta tidak terbukti
mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu seperti inkompatibilitas ABO, defisiensi
Enzim G6PD, atau penyakit metabolik seperti crigler – najjar syndrome
e. Penatalaksanaan
a). pemberian ASI yang adekuat
b). anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak 2-3 jam
c). jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi
d). pemberian terapi sinar matahari sehingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yang tidak
toksik dan mudah dikeluarkan tubuh karena mudah larut dalam air.

3. Muntah

viii
a. Definisi
muntah adalah keluarnya Kembali Sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen.
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi
muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi
setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk
mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla
oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lender bahkan
kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau
makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh
sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
b. Etiologi
a) Anak bayi yang sudah kenyang
b) posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam lambung
c) posisi botol yang tidak pas
d) terburu – buru atau tergesa – gesa dalam menghisap
e) akibat kebanyakan makan
f) kegagalan mengeluarkan udara
c. Tanda gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
1. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lender yang kadang disertai dengan sedikit
darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama
proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
2. Muntah yang terjadi pada hari – hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara
proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari
obstruksi usus halus.
3. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak bewarna kehijauan merupakan tanda adanya
stenosis pylorus.
4. Peningkatan tekanan intracranial dan alergi susu
5. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena Teknik pemberian makanan yang
salah atau factor psikososial.

ix
d. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila didapatkan gembaran suatu keadaan
kelainan kongenital bawaan seperti obstruksi usus halus, atresia esophagus dan lain – lain.
Selain dengan pemeriksaan radiologis, juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis,
juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uji coba memasukkan kateter kedalam lambung.
Diagnosis harus dapat segera dibuat sebelum anak tersedak sewaktu makan dengan
kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia.
e. penatalaksanaan
a) Utamakan penyebabnya
b) berikan suasana tenang dan nyaman
c) perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati – hati
d) kaji sifat muntah
e) simptomatis dapat diberi anti enemik (atas kolabirasi dan instruksi dokter)
f) kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti muntah, pada anak rutin digunakan seperti :
metoklopramid, domperidone (0,2 – 0,4 mg/hari/oral), anti hastamin, prometazin, kolinergik, 5-HT
reseptor antagonis, bila ada kelainan yang sangat penting segera lapor/rujuk ke rumah sakit/ yang
berwenang.

4.Hemangioma

a. Definisi
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskuler jinak akibat proliferasi
(pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap
jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia
kurang dari 1 tahun ( 5- 10%). Biasanya hemangioma sudah Nampak sejak bayi dilahirkan (30%)
atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul disetiap
tempat seperti kepala, leher, muka, kaki atau dada. Hemangioma merupakan tumor vaskuler jinak
terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua,
contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red – puple
papule pada kulit orang tua.

x
Hemangioma lebih banyak ditemukan pada kaum Wanita ketimbang kaum pria. Benjolan
merah ini juga lebih sering ditemukan pada bayi premature ketimbang bayi yang lahir pada
waktunya. Bayi yang memiliki kulit putih juga lebih beresiko memiliki hemangioma disbanding
bayi yang berkulit gelap atau berwarna.
b. Etiologi
pola pertumbuhan hemangioma dibagi dalam tiga fase atau tahapan. Fase proliferatif atau
masa pertumbuhan secara cepat terjadi pada 6 – 12 bulan. Kemudian terjadi proses penyusutan
yang mulai melambat pada usia 1 – 7 tahun. Diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh lagi. Tumor
tersebut akan mengalami kemunduran secara komplet pada sekitar 50% anak usia 5 tahun dan 70%
di usia 7 tahun. Penciutan tumor atau involusi berakhir saat anak berusia 10 – 12 tahun. Yang
terlihat hanya sedikit sisa jaringan lemak. Bahkan, ada pula yang terlihat seperti kulit normal. Itu
sebabnya, menurut Dr. Edi, hemangioma bisa ditunggu hingga anak berusia dua tahun. Karena ada
yang hilang dengan sendirinya, hemangioma 3-5 kali lebih sering terjadi pada perempuan
ketimbang laki – laki. Tumor jinak pembuluh darah ini juga lebih sering terjadi pada anak kembar.
Dan lebih banyak dijumpai pada bayi kaukasia ketimbang Asia. Sangat jarang terjadi pada bayi
afrika – amerika. Hemangioma biasanya tidak diturunkan. Meski begitu, sekitar 10% dari bayi
dengan hemangioma memiliki Riwayat keluarga dengan tanda lahir tersebut.
Rata – rata usia saat hemangioma muncul adalah dua minggu setelah lahir. Namun, pada
hemangioma tipe dalam,tidak bisa dilihat hingga bayi berusia 3 – 4 bulan. Pada sepertiga bayi,
tanda awal hemangioma bisa diamati saat mereka berada di ruang perawatan anak. Yang perlu
diperhatikan, hemangioma tidak muncul saat dewasa. Lokasi hemangioma, hamper 60% berada
disekitar kepala dan leher. Sekitar 25% berada di tubuh dan 15% nya terdapat di lengan atau kaki.
Hemangioma juga bisa muncul di lapisan bawah kulit ataupun organ dalam tubuh seperti hati,
saluran pencernaan, dan otak.
c. Tanda gejala
1) Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada usia 6 – 12 bulan
2) Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1 – 7 tahun dan tumor ini menciut
pada usia 10 – 12 tahun, kebanyakan ada pula yang menghilang pada usia 10 – 13 tahun
3) Adanya bola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan bertekstur (kadang disebut
hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi)
4) Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di bawah kulit. Saat
hemangioma mulai menyusut, warna merahnya akan memudar. Bekas warna akhir itu umumnya
akan hilang saat anak berusia 7 tahun.

xi
5) Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah (hemangioma dalam), terlihat
seperti lebam atau kebiru – biruan pada kulit tapi terkadang juga terkadang juga malah tidak
tampak sama sekali. Lebam ini biasanya terlihat pada saat anak berusia 2 – 4 bulan.
d. diagnosis
diagnosis hemangioma infantil umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik umumnya dengan kedua langkah tersebut dapat disesuaikan dengan riwayat
klinis, yaitu adanya lesi merah muda, dengan vasokonstriksi atau telangiektasis yang muncul
beberapa minggu setelah lahir. Lesi aka mengalami proliferasi sangat cepat pada usia 5-7 minggu,
dan berhenti pada usia 5 bulan. Pada usia 1 tahun lesi biasanya memasuki fase involusi, yang
ditandai dengan lesi menjadi lebih datar, lembut dan berubah warna. Fase involusi dapat terjadi
bertahap hingga usia 4 – 5 tahun.
Salah satu diagnosis diferensial hemangioma yaitu malformasi vaskular yang dapat
dibedakan dengan melihat karakteristik hemangioma pertumbuhan cepat dalam beberapa bulan
yang diikuti involusi atau bahkan regresi yang tidak terjadi pada malformasi vaskular.
e.penatalaksanaan
Apabila hemangioma berada di bagian tubuh vital. Misalnya, menutupi Sebagian mata atau
mulut, sehingga mengganggu proses makan dan penglihatan. Apabila sudah demikian keadaanya,
mau tidak mau dokter harus bertindak. Pada kondisi seperti ini dokter biasanya memberikan
kortikosteroid untuk mempercepat proses resolusi. Dulu penanganannya dilakukan dengan cara
menaruh tekan es kering pada hemangioma tersebut. Namum, car aitu mengakibatkan munculny
luka. Bisa dibayangkan, bila hemangioma yang menempel dibagian vital, resikonya bisa lebih
buruk. Malah menurut situs birthmark.org, hemangioma pun dapat terjadi cukup berbahaya,
meskipun presentase terjadinya sangat kecil. Yakni bila sampai muncul di berbagai organ dalam
tubuh. Seperti hati, usus, organ pernapasan, bahkan otak. Dapat ditebak, gangguan yang
diakibatkan tentu berupa tidak mulusnya proses kerja organ dll. Tidak heran bila hemangioma yang
tumbuh didalam tubuh dapat menjadi sangat berbahaya. Celakanya, jenis yang sudah harus segera
mendapat Tindakan medis.
Sakit kuning bisa jadi pertanda hemangioma di hati, darah di feses dapat menjadi indikasi
hemangioma di usus, sedangkan batuk disertai sesak nafas merupakan sinyal adanya hemangioma
di organ pernafasan. Hemangioma dibagian dalam tubuh dapat muncul pada anak yang disebut
hemangiomatosis alias memiliki beberapa hemangioma. Jadi, apabila ada seorang anak yang
memiliki tiga hemangioma, ia perlu mendapatkan pemeriksaan lebih komprehensif. Biasanya akan
dipergunakan ultrasonografi untuk memeriksakan seluruh tubuhnya, untuk memastikan apakah
terjadi luka didalam tubuhnya.

xii
5. Diaper rash ( ruam popok)

a. Definisi
Diaper rash dapat berupa ruam yang terjadi didalam area popok. Pada kasus ringan kulit
menjadi merah, dan pada kasus – kasus yang lebih berat mungkin terdapat rasa sakit. Biasanya
ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di dalam lipatan kulit pada paha dan pantat. Kasus
ringan dapat mengilang dalam 3 sampai 4 hari tanpa pengobatan.
Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi. Gangguan ini
banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8 – 10 bulan.
Ruam popok sering dialami oleh bayi baru lahir. Biasanya berwarna kemerahan disertai lecet –
lecet ringan dan gatal. Ruam popok terjadi karena ada gesekan antara popok dengan kulit bayi. Hal
ini karena kulit bayi masih sangat peka dan sensitif. Jika dia memakai popok maka kulitnya
otomatis tertutup, akibatnya kulit menjadi lembab. Kelembaban yang berlebih inilah yang memicu
timbulnya ruam popok.
b. Etiologi
1. Terlalu lembab
2. Luka atau gesekan
3. Kulit terlalu lama terkena urine, feses, atau keduanya
4. Infeksi jamur
5. Infeksi bakteri
6. Reaksi alergi terhadap ruam popok
7. Gangguan pada kelenjar keringat diarea yang tertutup popok
8. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen
Bila kulit basah terlalu lama, lapisan kulit yang melindungi kulit mulai rusak. Bila kulit
basah digosok, juga lebih mudah rusak. Lembab akibat popok yang sudah penuh dapat berbahaya
bagi kulit bayi dan membuat lebih mudah menjadi luka. Bila hal ini terjadi, maka dapat timbul
ruam popok.
Selanjutnya gesekan antara lipatan kulit yang lembab membuat ruam menjadi lebih berat.
Hal inilah yang menyebabkan ruam popok sering terbentuk dilipatan kulit leher dan paha atas.
Lebih dari separuh bayi berusia antara 4 bulan – 15 bulan terjadi ruam popok sedikitnya satu kali
dalam waktu 2 bulan.

xiii
Ruam popok lebih sering terjadi pada keadaan – keadaan berikut :
1. Begitu bayi bertambah usia, kebanyakan antara usia 8 – 10 bulan
2. Bila bayi tidak terjaga kebersihannya dan kering
3. Jika bayi sering buang air besar, khususnya bila tinja tetap berada dalam popok sepanjang
malam
4. Bila bayi mulai makan makanan padat
5. Bila bayi mengonsumsi antibiotic atau bayi yang masih menyusu yang ibunya mendapat
antibiotic
6. Bayi yang mengonsumsi antibiotik lebih mudah menderita ruam popok yang disebabkan oleh
infeksi jamur.
c. Tanda gelaja diaper rash
1. Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergen sehingga muncul eritema
2. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genetalia, perut bawah atau
paha atas
3. Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritemosa,vesikula dan ulserasi
4. Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam
5. Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
6. Beruntutan di daaerah kelamin, pantat dan pangkal paha.
7. Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering terkolonisasi oleh
jamur, terutama jenis candida albicans, sehingga kelainan kulit bertambah merah dan basa.
d. Diagnosis
Diagnosis ruam popok atau diaper rash dapat dicurigai pada pasien dengan riwayat
menggunakan popok, serta memiliki gejala erupsi kulit berupa eritema pada bagian konveks
gluteus dan area genital. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, dan hanya diindikasikan
untuk mengonfirmasi etiologi pada kasus atipikal, misalnya pemeriksaan kalium hidroksida (KOH)
untuk kecurigaan infeksi sekunder akibat jamur.

e. Penatalaksanaan
Untuk membantu mencegah timbulnya ruam popok sebaiknya :
1. Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah lembab pada kulit.
Janganlah memakai popok yang ketat sepangjang malam
2. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak menggesek
kulit lebih luas
3. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air.
4. Gunakan popok sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya

xiv
5. Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit. Alkohol atau
parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi

6.Oral trush

a. Definisi
Oral trush (sariawan) adalah lapisan atau bercak – bercak putih kekuningan yang timbul
dilidah yang mungkin dikelilingi oleh daerah kemerahan. Apabila lapisan atau bercak ini dicoba
dibersihkan atau diusap, maka dapat terlepas, namun meninggalkan daerah kemerahan yang mudah
berdarah.
Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih atau
kekuningan. Mula – mula berdiameter 1 – 3 mm. kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika
selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang/ulkus. Besarnya seriawan tetap,
tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti halnya bisul.
b. Etiologi
Penyebab oral trush yang terjadi pada neonatus dan bayi biasanya karena hal sebagai berikut :
a. Makanan/minuman panas
Mulut bayi belum sekuat orang dewasa. Jadi hati – hati saat membuatkan makanan/minuman
bagi si kecil. Selalu periksa keadaan suhunya masih panas atau sudah cukup hangat untuk
diterima mulut mungilnya. Justru anggapan bahwa susu yang memancar terlalu kencang dari
botol bisa memicu terjadinya sariawan ternyata tidak tepat. Kecuali jika susu tersebut bersuhu
tinggi. Jadi penyebab nya bukan kekuatan pancarannya tapi, sekali lagi, karena suhu yang
panas.
b. Traumatik
Yang dimaksud traumatik di sini, mulut anak terluka oleh sesuatu entah karena gusinya tergigit
atau terkena gesekan dot yang terlalu keras. Seperti yang sudah disinggung, kejadian luka pada
gusi bayi bisa berkaitan dengan ketidaknyamanan bayi akibat giginya yang baru tumbuh.
Antisipasinya, coba berikan ia teether (mainan khusus untuk digigit – gigit ) sehingga rasa tidak
nyamannya dapat berkurang. Gesekan dot yang berkontur agak kasar dan terbuat dari karet
yang keras juga memungkinkan muncul nya sariawan. Jadi sebaiknya gunakan dot yang dibuat
dari bahan lunak dan lentur seperti dari silicon.
xv
c. Zat kimia
Pemakaian obat – obatan yang terlalu lama umpamanya pada bayi yang harus mengonsumsi
obat untuk menyembuhkan vlek pada paru – parunya bisa memunculnya sariawan. Zat kimia
yang dikandung dalam obat bersifat asam. Bila tersisa di mulut bisa memicu sariawan karena
proses pengasaman akan mengundang datangnya bakteri. Untuk itu, sedapat mungkin, setalah
meminum obat, minumkan bayi air putih sehingga sisa – sisa obat tidak menempel di gusi
maupun dinding mulut.
c. Tanda gejala
Tanda pada bayi :
1. Suhu badan naik hingga 40 derajat
2. Mengeluarkan saliva lebih dari biasanya
3. Selalu rewel dan gelisah
4. Tidak mau makan, atau makanan dimuntahkan
5. Tidak mau minum ASI maupun susu botol
6. Bau mulut tidak sedap
7. Sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih atau kekuningan.
Mula – mula berdiameter 1 – 3 mm. kemudian berkembang berbentuk selaputnya. Jika
selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang atau ulkus. Besarnya
sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar.
Pada balita :
1. Kadang suhu naik terlalu tinggi
2. Nafsu makan berkurang
Gejala :
1. Lidah menjadi agak licin
2. Warna lidah kemerahan
3. Timbul lesi di bagian bawah dan pinggir pada belahan tengah lidah
4. Ada bitnik putih dan terkadang benjolan kecil yang dapat pecah pada bagian dalam sehingga
mulut terasa perih
5. Bercak keputihan di mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan
6. Mukosa mulut mengelupas
7. Lesi multiple pada mukosa mulut sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang
melekat, jika diangkat menyebabkan pendarahan
d. Diagnosis
Diagnosis kandidiasis oral cukup mudah ditegakkan secara klinis, di mana pasien biasanya
mengeluh rasa nyeri dan tampak plak putih pada mukosa rongga mulut. Pemeriksaan
penunjang di bawah mikroskop dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati bentuk dan penampakan
ruam. Selain itu, dokter juga memeriksa kondisi kulit di daerah tersebut.
Kultur kulit. Setelah memeriksa kondisi kulit dan ruam pada saat pemeriksaan fisik, dokter
akan melakukan swabbing (apusan) pada daerah kulit yang terkena kandidiasis. Hasil sampel
kulit yang diperoleh dari swabbing lalu diperiksa di laboratorium untuk memastikan
keberadaan jamur Candida sehingga bisa dipastikan apakah terjadi kandidiasis atau tidak.

xvi
e. Penatalaksanaan
1. Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
2. Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera diobati dengan pemberian
antibiotic
3. Menjaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut dan putting susu ibu
4. Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air matang dan juga
bersih. Apabila oral trush terjadi pada anak – anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga
kebersihan mulut, berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit demi sedikit tetapi
frekuensinya sering. Dan setiap habis makan, berikan air putih, serta usahakan agar sering
minum.
5. Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan Teknik steril dalam
memberikan botol susu. Yaitu dengan mencuci bersih botol dan dot susu. Sebelum botol susu
diberikan sebaiknya botol susu direbus hingga mendidih
6. Pemberian obat anti jamur diantaranya sebagai berikut :
a) Miconazole. Obat ini mengandung miconazole 25mg/ml dalam gel bebas gula. Gel
miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan
b) Nystatin. Tiap pastille mengandung 100.000 unit nystatin. Satu pastille harus diisap secara
perlahan – lahan 4 kali sehari selama 7 – 14 hari
7. Pemberian terapi pada bayi, antara lain :
a) 1 ml larutan nyistatin untuk diberikan 4 kali sehari dengan interval setiap 6 jam. Larutan
diberikan dengan lembut dan hati – hati agar tidak menyebar luas ke rongga mulut sebelum
ditelan. Obat ini akan membatasi penyebaran penyakit hanya di ruang perawatan bayi serta
menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang terjadi
b) Gentian violet (1-2%) dioleskan pada lesi mulut 1 jam setelah pemberian ASI 3 kali dalam
sehari

7.Seborrhea

a. Definisi
seborrehea merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan
papuloskuamosa yang kronik dengan dengan tempat predileksi di daerah – daerah seboroik yakni
daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial,
xvii
bibir, telinga, dada, axilla, umbilicus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik
didapatkan kelainan kulit yang berupa eritema, edema, serta skuama yang kering atau berminyak
dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta

b. Etiologi
penyebab dari seborrhea belum diketahui secara pasti, tetapi sejenis jamur yaitu
pityrosporum ovale mungkin merupakan factor kausatif. Jamur ini termasuk dalam kelas
Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak, oleh karena itu sering ditemukan
didaerah kulit yang kaya sebum seperti di badan, punggung, wajah dan kulit kepala. Manifestasi
seboroik dermatitis yang dipicu oleh jamur ini juga dapat berupa dandruff yang diduga merupakan
tipe non – inflamasi dari dermatitis seboroik.

Meskipun jamur ini merupakan flora jamur kulit, bila jumlahnya berlebih ataupun karena
respon imun host yang abnormal, maka dapat bermanifestasi sebagai dermatitis seboroik. Beberapa
penelitian menunjukan adanya perbaikan setelah pemberian antifungal seperti ketokonazol baik
topical maupun sistemik. Faktor genetik dan lingkungan sekitar mungkin dapat pula sebagai
pemicu dermatitis seboroik, disamping faktor hormonal dan imun.

c. Tanda gejala

Pada bayi dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada vertex kulit
kepala. Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak – anak dewasa.
Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang
pada minggu ketiga atau ke empat setelah kelahiran.

Dermatitis seboroik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau
berminyak dikulit kepala, kadang disertai gatal – gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus
yang lebih berat, timbul bruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan disepanjang
garis rambut, dibelakang telinga, didalam saluran telinga, alis mata dan dada. Pada bayi baru lahir
yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng
berwarna kuning di kulit kepala dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang
telingan atau beruntusan merah di wajah. Ruam kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok.
Pada kanak – kanak, dermatitis seboroik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal dikulit kepala
yang sukar disembuhkan.

Adapun tanda dan gejala dari dermatitis seboroik sebagai berikut :

1. Serpihan / sisik. Sisik merupakan tanda yang paling mudah dilihat


2. Gatal

xviii
Satu tanda lagi bahwa dermatitis seboroik menyebabkan gatal pada kulit kepala. Gatal tersebut
terjadi karena timbul peradangan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur P. Ovale
Dermatitis seboroik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak
dikulit kepala, kadang disertai gatal – gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang
lebih berat, timbul bruntusan / jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang
garis rambut , dibelakang telinga, didalam saluran telinga, alis mata dan dada.
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam
tebal berkeropeng berwarna kuning dibelakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam
dikulit kepalanya ini sering disertai dengan ruam popok. Pada anak – anak, dermatitis seboroik
menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.
3. Kemerahan
Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea. Dalam kondisi ini, terlihat kemerahan
disekitar kulit kepala. Dapat juga terlihat disekitar alis mata,pipi,belakang telinga atau bagian
dada.
d. Diagnosis
Diagnosis dermatitis seboroik umumnya bisa ditegakkan secara klinis lewat anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang teliti.Pada bayi biasanya dermatitis
seboroik terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Sering disebut cradle cap. Keluhan utama
biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan umumnya tidak gatal.
e. Penatalaksanaan

Seborrhea pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan
cenderung tidak rekuren hingga mencapai penyembuhan, yakni dengan membersihkan dan
menghilangkan skuama dan usia pubertas. Secara umum,terapi bekerja dengan prinsip bukan
kurusta, menghambat kolonisasi jamur.mengontrol infeksi sekunder dan mengurangi eriktema dan
gatal.

Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat di lakukan berbagai terapi: skuama dihilangkan
mengunakan sisir yang lembut khusus untuk bayi,pemberisihan krusta menggunakan larutan asam
salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air,pengompresan kulit kepala dengan minyak
zaitun hangat (untuk skuama yang tebal) pengolesan kortikosteroitd berpotensi rendah
(hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan sampo ringan
khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi lainnya yang cocok menggunakan emilen, krim
ataupun pasta lembut. Bila ada infeksi sekunder khususnya yang di sebabkan oleh staphylococcus,
dapat di berikan antibiotic oral.

xix
Untuk seborrhea yang berlangsung sangat lama dan penggunaan steroid telah memberikan
efek samping yang merungikan, pertimbangan yang menggunakan obat-obatan lain yang efektif
terus dilakukan. Beberapa preparate seperti tacrolimus, pimecrolimus dan inhibitor calcineurin
yang efektif pada pengobatan dermatitis atopic, ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi
penyakit dengan inflamsi lainnya, termasuk dermatitis seboroik. (10,13) sementara metronidazole,
dilaporkan cukkup efektif dalam terapi dermatitis seborrhea sebagai penganti ketoconazole.

8.Bisul pada bayi

a. Definisi

Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukan kulit disebut pastual.
Kulit diatasnya sangat tipis, hingga nanah didalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar.
Bisul tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjdi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul
akan cepat sembuh lebih cepat bila dibuka, tetapi jika Tindakan ini dilakukan sebelum nanah
terbentuk, tentu tidak ada gunanya.njangan memijit bisul karena akan mempercepat penyebaran
infeksi.

Dalam keadaan yang normal, sekitar 50% yang lahir cukup bulan sering mengalami
bisul-bisul kecil atau jerawat yang dikelilingi oleh warna kulit yang kemerahan. Gangguan ini
bisa timbul diseluruh tubuh bayi, entah itu wajah , badan, punggung, tangan, kaki dan tempat-
tempat lainnya.

Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya saat bayi berusia dua hari biasanya di alami
selama kurang lebih 2 minggu. Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan memandikan
bayinya karna takut kondisinya akan memburuk. Padahal dengan begitu, justru bisa
mengundang infeksi kulit karna kulit si kecil bedaki atau kotor akibat tidak dimandikan. Jadi
solusinya sederhana saja, tetap mandikan bayi seperti biasabkan

Belum sempurnanya fungsi kulit pada bayi juga membuat vbayi mudah terserang
infeksi mikroorganisme. Salah satunya, infeksi bakteri stafilokokkus aureus, yang
menyebabkan bisul. Bisul seringkali dimulai dari peradangan folikel (akar rambut) dan jaringan
sekitarnya. Karn itu, pada bayi dan balita, bisul kerap timbul dikulit kepala. Sebab memang
pembentukan folikel rambut didaerah ini belum sempurna dan keringat pun sering keluar dalam
xx
jumlah banyak. Namun bisul juga dapat timbul di bagian mana saja termasuk ketiak, leher,
lipatan paha, atau pantat.

b. Etiologi
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh staphylococcus aureus

Faktor kebersihan memegang peran pinting terjadi tidaknya infeksi. Bila lingkungan kurang
bersih, infeksi akan mudah terjadi. Karna itu, pada bayi, gejala bisul mudah di jumpai. Bayi
dan anak-anak identik dengan dunia eksplorasi dalam bermain, apabila terkena benda kotor
semisal tanah. Belum lagi setelah main, anak tidak di cuci tanggan nya sehingga buka
kebersihan anak dan bayi tak dijaga, akan mempermudah terjadinya bisul

Pada dasarnya bisul muncul karna adanya kuman. Orang tua yang tidak menjaga kebersihan
tubuh bayi dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang terpapar kuman
penyebab bisul tak heran kalau mereka yang tinggal di permukiman yang padat, didaerah
pengungsian, dimana faktor kebersihannya terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus
diingat, walaupun tinggal di tempat yang bersih tapi kalua jarang dimandikan dan dijaga
kebersihan bayi, dengan sendirnya kuman pun akan bersarang

 Daerah tropis
Secara giografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas sehingga
dengan mudah bayi akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah satu pemicu
munculnya bisul terutama bisul yang terjadi pada kelenjar keringat.
 Faktor gizi
Namun jangan pula di lupakan faktor gizi. Gizi yang kurang juga dapat mempengaruh
timbulnya infeksi. ,Bila gizi kurang, berarti daya tahan tubuh menurun, sehingga akan
mempermudah timbulnya infeksi. Terlebih pada bayi kekebalan tubuhnya kurang di
badingkan orang dewasa.
c. Tanda gejala
Gejala yang timbul dari adanya frungkel berfariasi,bergantung pada beratnya penyakit. Gejala
yang sering ditemui pada furungkel sebagai berikut:
1. nyeri pada daerah ruam. Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk halus, berbentuk kuba dan
berwarna merah disekitaarnya.
2. Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk kerucut dan memiliki
pustule.
xxi
3. Nodul dapat melunat menjadi apses yang berisi pus dan jaringan nekrotis yang dapat pecah
membentuk fistel lalu keluar melalui logus minoris presitensiae
4. Setelah semunggu, umunya frunkel akan pecah sendiri dan Sebagian dapat menghilang
dengan sendirinya.
5. Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai 3-10 cm atau bahkan
lebih.
6. Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat.
7. Jika pecah spontan atau disengaja, akan mengering dan membentuk lubang yang kuning
keabuan pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi.
8. Waktu penyembuhan kurang lebih 2mg.
9. Jaringan perut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.
d. Diagnosis

Dokter akan menanyakan mengenai keluhan dan gejala yang Anda alami. Selanjutnya, akan
dilakukan pemeriksaan fisik pada kulit yang mengalami bisul. Jika diperlukan, dokter akan
mengambil sampel nanah, kulit, atau darah untuk diperiksa di laboratorium.Pemeriksaan
penunjang dilakukan jika : Bisul tidak kunjung sembuh setelah diobati dan muncul kembali
(kambuh).Bisul muncul dalam jumlah banyak dan berkumpul(karbunkel).Bayi memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah karena mengalami suatu penyakit.

e. Penatalaksanaan
Dalam beberapa hari cobalah tutup dengan kain kering, guna mengetahui apakah nananya
dapat mengalir keluar. Kompres hangat dapat mempercepat keluar nana celupkan sepotong kain
kedalam air panas lalu letakan diatas bisul, jika sudah dingin, celupkan lagi kain tadi kedalam air
panas, lakukan ini beberapa kali, tetapi harus berhaiti-hati, jangan terlalu panas agar kulit anak
tidak sampai terbakai. Bisul tidak boleh dipijit, sebab hal itu dapat membantu menjalarnya
kuman-kuman menembus jaringan disekitar. Jika disekitarnya terdapat selulitis yang meluas atau
jika terdapat banyak bisul, berilah anak pengobatan dengan penicillin. Jangan menggunakan
sulphadimine untuk pengobatan radang bernanah kecuali jika lukanyatelah terbuka dan nanahnya
telah mengalir keluar. Berilah ibu lebih banyak bubuk kristal kalium bermanganan untuk
mencuci luka-luka anaknya Tindakan ini dapat mencegah agar kuman-kuman tidak menjalar terus
dikulitnya dan menyebabkan timbulnya bisul baru.

xxii
9. Miliariasis

a. Definisi

miliariasis, disebut juga sudamina,liken tropikus,biangkringat,keringat buntet.miliaria


adalah dermatusis yang di sebabkan oleh retensi keringat,yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat.biasanya timbut bila udara panas dan lembab.penyumbatan ini dapat ditimbulakn oleh
bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat persipirasi yang tidak dapat keluar dan
diapsorbsi oleh stratum korneum.

Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan
disertai sumbatan saluran kelenjar keringat,yaitu didahi,leher,bagian-bagian bdan yang tertutup
pakain (dada dan punggung),serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat
juga di kepala.keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan,daoat diikuti
rasa gatal seperti di tusuk,kulit menjadi kemerahan dan di sertai banyak gelembung kecil
berair(Arjatmo Tjotronegoro dan Hendra Utama,2000).

b.Etiologi

1.Udara panas dan lembeb dengan ventilasi udara yang kurang.


2.Pakaian yang terlalu ketat,bahan tidak menyerap keringat.
3.Aktivitas yang berlabihan.
4.Setelah mendarita demam atau panas.
5.Penymbatan dapat ditimbiulkan oleh bakteri yang menimbulakn radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorsi oleh stratum korneum.

c.Tanda dan Gejala

Miliariasis pada bayi baru lahir memiliki gejala atau tanda sebagai berikut:

1.Bintik bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi.keadaan ini disebabkan peradangan
kulit pada bagian tersebut.penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat lap
dengan handuk setelah bayi di mandikan.apalagi jika pada bayi gemuk sehingga leher dan
ketiaknya berlipat lipat.

xxiii
2.Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang tertutup pakain (dada dan
punggung).gejala utama ialah gatal-gatal seperti di tusuk- tusuk,dapat disertai dengan warna kulit
yang kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil(1-2mm).kondisi ini bisa kambuh berulang
ulang terutama jika udara panas dan berkeringat.

3.Bayi rewel dan berat badan menurun.

d. diagnosis

Diagnosis miliaria ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang dermoskopi berguna


untuk membantu diagnosis apabila gambaran miliaria tidak khas atau pada pasien berkulit gelap.
Pemeriksaan biopsi bermanfaat membantu diagnosis untuk gambaran miliaria yang menyerupai
lesi kulit lain. Pemeriksaan laboratorium tidak perlu dikerjakan secara rutin karena hasilnya kurang
bermakna untuk mendiagnosis ataupun mengubah tata laksana miliaria.

Guna mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, dokter pastinya akan melakukan
wawancara terkait gejala atau keluhan yang dialami, bagaimana riwayat medis atau kondisi
kesehatan, dan keadaan lingkungan tempat tinggal pengidap. Setelah itu, dokter baru melakukan
pemeriksaan pada fisik pengidap dengan mengamati langsung ruam yang muncul.

e. Penatalaksanaan

Asuhan yang di berikan pada neonatus,bayi dan balita denagn miliaria tergantung pada
beratnya penyakit dan keluhan yang dialami.asuhan yang umum diberikan adalah :

1.Prinsip asuhan adalah dengan mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan
yang sudah timbul.

2.Memelihara kebersihan tubuh bayi.

3.Upayakan kelembaban suhu yang cukup dan suhu lingkungan yang sejuk dan kering. misalnya
pasien tinggal di ruang ber ac atau didaerah yang sejuk dan kering.

4.Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit,gunakan pakaian yang menyerap keringat.

5.Segera ganti pakain yang basah dan kotor.

6.Pada millia lubra dapat diberikan bedak salisil 2%dan dapat ditambahkan menthol 0.5%-2% yang
bersifat mendinginkan ruam.

xxiv
10. Diare

a. Definisi

penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak
Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150 – 430 /1000 penduduk setahunnya.

Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena istilah yang
disebut terakhir ini memberikan kesan seolah – olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi
dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.
Dibagian ilmu Kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.

b. Etiologi

a) Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman pathogen saat dilahirkan

b) Infeksi silang oleh petugas Kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene dan sanitasi
yang buruk

c) Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan

d) Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi,beracun,alergi)

e) Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani

f) Infeksi kuman E. Coli, salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenivirus

g) Sindroma malabsorbsi (kaborhidrat, lemak, protein)

h) Penyakit infeksi (campak,ISPA,OMA)

i) Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR,immunosupresi, terapi antibiotic)

xxv
c. Tanda gejala

a) Feses berwarna merah dan putih

b) Sikecil BAB lebih dari 10 kali dalam sehari

c) Bab berdarah dan berlendir

d) Muntah berulang kali

e) Mual, ruam kulit, demam tinggi

d. diagnosis

Dokter akan mendiagnosis diare dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang, seperti:

1) Pemeriksaan sampel feses di laboratorium untuk mengidentifikasi infeksi yang terjadi pada
pengidap.
2) Pemeriksaan darah untuk mengetahui penyebab diare.
3) Pemeriksaan tambahan, seperti sigmoidoskopi dan kolonoskopi jika terdapat dugaan penyakit
yang lebih serius.
e. penatalaksanaan

a) Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit

b) Terapi rehidrasi

c) Kolaborasi untuk terapi peberian anti biotik sesuai dengan kuman penyebabnya

d) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan

e) Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotic

f) Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat – obatan pengental Feses

11. Obstipasi/konstipasi

xxvi
a. definisi

Obstipasi berasal dari Bahasa latin Ob berarti in the way = perjalanan dan stipare to
compress = menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya
disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).

Secara umum obstipasi adalah pengeluaran meconium tidak terjadi pada 24 jam pertama
sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan feses yang menyangkut dengan konsistensi
feses dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya
pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih.

b. Etiologi

a. kebiasaan makan

Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar. Keadaan ini
terjadi akibat kelaparan, dehidrasi, makanan kurang mengandung selulosa.

b. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding
usus.

c. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh masa
intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum

d. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang
mengandung air/gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang
mengandung polisakarida atau serat.

e. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus
tidak melakukan Gerakan peristaltic.

c. Tanda gejala

pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak
mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih

a. Sakit dan kejang pada perut


b. Bayi sering menangis
c. Susah tidur dan gelisah
d. Kadang – kadang muntah
e. Abdomen distensi (kembung, karna usus tidak berkontraksi)
f. Bayi susah/tidak menyusui
g. Bising usus yang janggal
xxvii
h. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
i. Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum
j. Terdapat luka pada anus
d. diagnosis

Diagnosis obstipasi/ konstipasi perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan kesulitan saat
buang air besar. Gejala dapat berupa frekuensi buang air besar yang jarang, tinja yang keras dan
padat, usaha mengejan berlebihan, rasa tidak lampias setelah buang air besar, atau penyumbatan.
Diagnosis konstipasi dapat ditegakkan berdasarkan kriteria Rome IV. Tanda bahaya perlu dikenali
untuk mewaspadai penyebab organik yang berat, seperti ileus obstruktif dan kanker
kolorektal.

e. penatalaksanaan

a) mencari penyebab obstipasi/konstipas

b) menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dan memperhatikan gizi, tambahan cairan
dan kondisi psikis

c) pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan
kembali kebiasaan defekasi biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laktasiva.

d) pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja

e) peningkatan intake caira

f) bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus

g) bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bias diberi
satu sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari

i) anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah – buahan, kacang
polong sereal, kripik graham, buncis dan bayam.

12. Infeksi pada bayi

xxviii
a. definisi

Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta
terutama di RSCM, infeksi merupakan 10- 15 % dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin
disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar. Infeksi pada
neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir
di rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik.
Bayi baru lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal
130 Setyo Retno Wulandari dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak
mempunyai imunitas.

b. Etiologi

Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escherichia


coli,Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus aureus, dan Coccusgonococcus. Infeksi
ini bisa terjadi pada saat antenatal, intranatal, dan postnatal.

c. Tanda gejala
Gejala infeksi yang umum terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal adalah sebagai
berikut :
1) Bayi malas minum
2) Gelisah dan mungkin juga terjadi kelelahan
3) Frekuensi pernapasan meningkat
4) Berat badan menurun
5) Pergerakan kurang
6) Muntah
7) Diare
8) Sklerema (kelainan pada jaringan lemak subkutan) dan edema (penumpukan cairan pada
jaringan tubuh)
9) Perdarahan, ikterus, kejang
10) Suhu tubuh dapat normal, hiportermi dan hipertermi
11) Gula darah rendah

xxix
d. Diagnosis

Diagnosis omfalitis dapat ditegakkan secara klinis dengan melihat tanda inflamasi dan
infeksi pada pangkal tali pusat dan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan,
namun kultur bakteri bisa dipertimbangkan untuk mengetahui etiologi.

e. penatalaksanaan
Ada 10 langkah yang harus dilaksanakan dalam perencanaan penggunaan antibiotik:
1. Selalu melakukan pengambilan kultur darah (dan mungkin CSP dan/atau urin) sebelum
memulai pemberian antibiotic
2. Sedapat−dapatnya pergunakan antibiotik dengan spektrum yang paling sempit, hampir selalu
berupa penisilin dan aminoglikosida
3. Sebagai aturan yang umum, janganlah memberi terapi dengan sefalosporin generasi ketiga
(misalnya cefotaxime, cefftazedine) atau carbapenem (misalnya imipenem, mesopenem)
4. Pergunakan antibiotik buatan lokal/nasional untuk mengurangi terapi antibiotik broad
spectrum yang mahal
5. Percayai hasil kultur
6. Peningkatan CRP tidak berarti bayi terkena sepsis
7. Bila hasil kultur negatif dalam 2−3 hari lebih baik apabila menghentikan pemberian antibiotik
8. Usahakan agar tidak menggunakan antibiotik untuk jangka panjang
9. terapi ditujukan terhadap sepsis bukan pada kolonisasi
10. Upayakan semaksimal−maksimalnya tindakan pencegahan infeksi nosokomial, dengan
menggalakkan upaya pencegahan infeksi terutama dengan upaya cuci tangan yang baik dan
benar.

13. sindrom kematian pada bayi

a. definisi

Bayi meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi mendadak
(SIDS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup secara teoritis telah
dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur terlentang’ pada bula Desember tahun

xxx
2016 dan berbagai laporan pemerintahan setelahnya (DoH 2016,2017, 2018). Posisi miring
dianggap lebih dapat diterima untuk bayi sehat yang di rumah sakit, untuk bayi yang memerlukan
pemantauan fungsi pernafasan atau jantung atau keduanya, tetapi tidak untuk bayi yang di rumah.

Saat ini diyakini bahwa posisi terlentang sebaiknya merupakan posisi tidur yang
direkomendasikan bagi semua bayi dan harus dimulai di rumah sakit sebelum pulang. Diwajibkan
bagi bidan untuk membiasakan bayi dan mengajari orang tua dalam mengadopsi pendekatan ini
mengingatkan bahwa, selain informasi tertulis, terdapat kebutuhan untuk mengingatkan orang tua
secara terus menerus tentang faktor resiko dan prosedur keamanan (misal posisi tidur kaki-ke-kaki,
dan ruangan yang bebas asap rokok) yang berhubungan dengan SDIS selain mengajari orang tua
untuk menjaga bayi mereka tetap hangat. Namun, selebaran ‘Kurangi resiko kematian di tempat
tidur bayi’ dapat menyebabkan kebingungan.

Bidan perlu menjelaskan bagaimana penerapan isu tersebut di keluarga individu dan
mempertimbangkan tahun, usia gestasi dan usia pascanatal saat memindahkan perawatan ke bidan
komunitas. Pelatihan orang tua tentang ‘apa yang sebaiknya dilakukan jika bayi berhenti bernafas’,
menjadi bagian penting persiapan rutin untuk pemulangan. Tingkat persiapan ini dapat
memperdayakan sebagian orang tua.

b. Etiologi
1) Ibu yang masih remaja
2) Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
3) Bayi laki – laki dengan badan dibawah normal
4) Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
5) Bayi premature
6) Gemeli (bayi kembar)
7) Bayi dengan sibling
8) Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
9) Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup
10) Bayi dengan virus pernapasan
11) Bayi dengan infeksi botulinum
12) Bayi dengan apnea yang berkepanjangan
13) Bayi dengan pola napas herediter
14) Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
c. Tanda gelaja
SIDS terjadi secara mendadak. Oleh sebab itu, kondisi ini tidak menunjukkan tanda gejala apa
pun. Bayi yang tampak sehat dan tidak menderita penyakit juga bisa mengalami SIDS. Namun,
xxxi
masalah pada pernapasan atau perut yang ringan juga mungkin muncul dalam beberapa
minggu sebelum sindrom ini terjadi. 
d. Diagnosis

SIDS tidak dapat didiagnosis karena sifatnya yang mendadak. Terlebih lagi, SIDS dapat
disebabkan oleh kondisi yang beragam. Namun, dalam beberapa kasus Semakin banyak bukti
bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di
temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi,denyut jantung dan suhu
tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal.
e. Penatalaksanaan

 Tidurkan bayi pada posisi telentang, setidaknya untuk tahun pertamanya.


 Jangan memakai tempat tidur yang tebal dan terlalu empuk untuk bayi.
 Hindari meninggalkan bantal atau mainan yang empuk di boks bayi.
 Berikan bayi pakaian yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, agar tidak perlu
dibalut lagi dengan selimut tambahan.
 Hindari menyelimuti kepala bayi dengan benda apa pun.
 Tidurkan bayi di kamar yang sama dengan orang tua tetapi dengan tempat tidur terpisah.
 Berikan bayi ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.
 Berikan bayi imunisasi secara lengkap dan sesuai jadwal.

Beberapa studi menyebutkan bahwa pemberian dot dapat mengurangi risiko SIDS. Namun,
efektivitas metode tersebut belum terbukti secara pasti. Oleh sebab itu, lakukan konsultasi dengan
dokter untuk mengetahui upaya pencegahan yang tepat, terutama jika melihat adanya gangguan
kesehatan pada bayi.

xxxii
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bercak mongol atau disebut juga congenitaldermal malanocytosis adalah suatu kondisi
kongenital atau bawaan dari lahir berupa bercak kebiruan pada kulit. Lokasi bercak ini biasanya
paling sering pada pantat atau punggung, dapat juga pada bagian tubuh lain. Bercak ini bersifat non
kanker dan tidak berbahaya bagi Kesehatan bayi. Pada umunya, bercak mongol tidak
membutuhkan penanganan apapun. Sebagian besar kasus bercak mongol akan perlahan memudar
dan menghilang saat usia remaja atau mendekati usia remaja.

Ikterik adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu minggu pertama
kehidupannya. Pada hari 2-3 dalam puncaknya dihari 5-7, kemudian akan menurun pada hari 10-
14, peningkatannya tidak melebihi 10mg/ddl pada bayi atterem < 12 mg/dl pada bayi premature.
Keadaan ini masih dalam batas normal.

muntah adalah keluarnya Kembali Sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen.

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskuler jinak akibat proliferasi
(pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap
jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia
kurang dari 1 tahun ( 5- 10%). Biasanya hemangioma sudah Nampak sejak bayi dilahirkan (30%)
atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%).

Diaper rash dapat berupa ruam yang terjadi didalam area popok. Pada kasus ringan kulit
menjadi merah, dan pada kasus – kasus yang lebih berat mungkin terdapat rasa sakit. Biasanya
ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di dalam lipatan kulit pada paha dan pantat. Kasus
ringan dapat mengilang dalam 3 sampai 4 hari tanpa pengobatan.
Oral trush (sariawan) adalah lapisan atau bercak – bercak putih kekuningan yang timbul
dilidah yang mungkin dikelilingi oleh daerah kemerahan. Apabila lapisan atau bercak ini dicoba
dibersihkan atau diusap, maka dapat terlepas, namun meninggalkan daerah kemerahan yang mudah
berdarah.seborrehea merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan
papuloskuamosa yang kronik dengan dengan tempat predileksi di daerah – daerah seboroik yakni
daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial,
bibir, telinga, dada, axilla, umbilicus, selangkangan dan glutea.
Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukan kulit disebut pastual.
Kulit diatasnya sangat tipis, hingga nanah didalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar. Bisul
tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjdi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan
xxxiii
cepat sembuh lebih cepat bila dibuka, tetapi jika Tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk,
tentu tidak ada gunanya.njangan memijit bisul karena akan mempercepat penyebaran infeksi.

miliariasis, disebut juga sudamina,liken tropikus,biangkringat,keringat buntet.miliaria


adalah dermatusis yang di sebabkan oleh retensi keringat,yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat.biasanya timbut bila udara panas dan lembab.penyumbatan ini dapat ditimbulakn oleh
bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat persipirasi yang tidak dapat keluar dan
diapsorbsi oleh stratum korneum.

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.
Dibagian ilmu Kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Obstipasi berasal dari Bahasa latin Ob berarti in the way = perjalanan dan stipare to
compress = menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya
disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).

Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta
terutama di RSCM, infeksi merupakan 10- 15 % dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin
disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar.

Bayi meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi mendadak
(SIDS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup secara teoritis telah
dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur terlentang’ pada bula Desember tahun
2016 dan berbagai laporan pemerintahan setelahnya (DoH 2016,2017, 2018).

3.2 Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang penyulit pada neonatus bayi dan balita
dengan masalah yang sering terjadi. Berharap agar kita sebagai mahasiswi dapat mengetahui
bagaimana pengertian, etiologi, tanda gejala dan penatalaksanaan dari masalah tersebut dengan
pembahasan yang ada dalam makalah ini.

xxxiv
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Asuhan Neonatus bayi dan balita. Jakarta : buku kedokteran EGC

Mansyoer, Arif. Kapita selecta kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2001.

Muslihatun, Wati Nur. 2010. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Yogyakarta: Fitramaya

Buku ajar Ilmu Kesehatan anak jilid 1, A.H. Markum bagian ilmu Kesehatan anak : Fakultas
Kedokteran universitas Indonesia

DEPKES RI. 2003. Manejemen terpadu bayi muda. Modul – 6. DEPKES RI

Bobak, 2004, buku ajar ; keperawatan maternitas, Jakarta, EGC

Uliyah, Musrifatul dkk (2006) keterampilan dasar praktik klinik kebidanan, Jakarta : Salemba
Medika

Armini, Ni Wayan (2017) ASUHAN KEBIDANAN : Neonatus, Bayi, Balita dan anak presekolah,
Yogyakarta : penerbit ANDI (Anggota IKAPI)

Depkes RI (2004) buku panduan manajemen masalah BBL untuk, bidan, perawat di rumah sakit,
Jakarta: Depkes RI

xxxv
xxxvi
xxxvii
xxxviii
xxxix
xl
xli
xlii
xliii
xliv
xlv

Anda mungkin juga menyukai