Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN LETAK SUNGSANG


Makalah Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Dasar Maternal dan Neonatal
Dosen Pembimbing: Triatmi Andri Yanuarini, M.Keb.

DISUSUN OLEH :
1. CELINE DELVI NATASYA (P17321183011)
2. ALLIFIYANTI FAIRUZ (P17321183030)
3. IRMANIA AZZAH (P17321183039)
4. SELVYRA EKA M. (P17321183040)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan pada
Letak Sungsang” dapat kami selesaikan. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang Laporan Pendahuluan pada Letak Sungsang.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ira
Titisari , S. Si.T , M. Kes selaku dosen pembimbing kami yang telah berkenan mengizinkan
pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada kedua
orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa, dorongan, serta bantuan
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini, sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Kediri, 15 Februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................i
2
Daftar Isi ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ..............................................................................................1
1.3 Metode Pengumpulan Data ..............................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori pada Persalinan Kala I dan Kala II disertai Letak Sungsang…4
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Kala I dan Kala II disertai Letak Sungsang....11
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data ............................................................................................19
3.1.1 Data Subjektif ......................................................................................19
3.1.2 Data Objektif .......................................................................................21
3.1.3 Analisis ..............................................................................................23
3.1.4 Penatalaksanaan ..................................................................................23
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................25
BAB V PENUTUP ..............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..27

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak sungsang merupakan penyulit dalam proses persalinan yang
kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian letak sungsang
merupakan faktor utama penyebab timbulnya keadaan yang dapat mengancam
hidup ibu bersalin. Tingginya angka kematian ibu bersalin sebagai akibat
perkembangan kelainan letak sungsang yang tidak terkontrol memberikan
kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka kematian. Dari kasus
persalinan yang dirawat di rumah sakit 3 % merupakan kasus letak sungsang.
Dari kasus tersebut terjadi pada semua persalinan, terjadi pada multi gravida.
Masih tingginya angka kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran umum
tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat kesehatan masyarakat secara umum.
Dengan besarnya pengaruh kelainan letak sungsang terhadap tingginya tingkat
kematian ibu bersalin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah
dan menangani kasus - kasus letak sungsang. Perawatan pada ibu bersalin dengan
letak sungsang merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya komplikasi - komplikasi sebagai akibat lanjut dari letak
sungsang tersebut.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan dan asuhan kebidanan
secara komprehensif kepada persalinan kala I dan II disertai letak
sungsang dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat memahami persalinan kala I dan II disertai letak sungsang.
b. Dapat melakukan pengkajian kepada kasus persalinan kala I dan II
disertai letak sungsang.
c. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada persalinan kala I
dan II disertai letak sungsang.
d. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh persalinan kala I
dan II disertai letak sungsang.
e. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah persalinan kala I dan II disertai letak sungsang.

1
f. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan
sebelumnya.
g. Dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
SOAP.

1.3 Metode Pengumpulan Data


Manajemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan
data yaitu dengan mengambil literatur pada buku-buku dan makalah.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Teori pada Persalinan Kala I dan Kala II disertai Letak Sungsang
1. Definisi Letak sungsang
2. Etiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
6. Faktor Prediposisi
7. Penanganan
8. Komplikasi
9. Prosedur Pertolongan Persalinan Sungsang Spontan
10. Dorongan (ekspresi) Kristeller
11. Mekanisme Penurunan Kepala Persalinan Sungsang

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Persalinan kala I dan II disertai letak sungsang
a. Konsep Manajemen Asuahan Varney
b. Pendokumentasian Secara SOAP
c. Bagan Alur Berfikir dan Pendokumentasian SOAP

2
BAB II TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
3.1.1 Data Subjektif
3.1.2 Data Objektif
3.1.2.1 Pemeriksaan Fisik
3.1.2.2 Pemeriksaan Penunjang
3.1.2.3 Program Terapi
3.1.3 Analisis
3.1.4 Penatalaksanaan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori pada Persalinan Kala I dan Kala II disertai Letak Sungsang
A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin/uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan/tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2002).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di
dunia luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain (Prawirohardjo,
2005 : 89).
Persalinan adalah kontraksi uterus yang teratur dan semakin kuat,
menciptakan penipisan dan dilatasi serviks di sepanjang waktu, yang
menimbulkan dorongan kuat untuk melahirkan janin melalui jalan lahir
melawan resistansi jaringan lunak, otot, dan struktur tulang panggul(Kennedy
dkk,2013:2 ).
Persalinan adalah serangkai kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Kuswanti dan Melina, 2014:1)

B. Tanda-tanda Persalinan
1. Permulaan Persalinan
a. Lightening/dropping adalah kepala turun masuk PAP
terutama pada primigravida. Pada multigravida tidak begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering kencing atau susah kencing (polikisuria)
karena kandung kemih tertekan bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit perut dan pinggang oleh adanya kontraksi
lemah di uterus, kadang disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
2. Inpartu
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4
d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

C. Konsep Teori Letak Sungsang

1. Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum
uteri (Prawirohardjo, 2005).
Persalinan sungsang Adalah keadaan janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri.
Pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama
makin besar dimulai dari lahirnya bokong, bahu, kemudian kepala (Icesmi
Sukarni K dkk, 2013).
Persalinan sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi
bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu,
kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian
terbawah (di daerah pintu atas panggul / simfisis) (Prawirohardjo,2014).
Janin yang letaknya memanjang (menonjol) dalam rahim, kepala
berada di fundus dan bokong dibawah. Letak memanjang dengan bokong
sebagai bagian terendah. Keadaan janin dimana letaknya memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibagian bawah uteri (Rustam,
1998).

2. Etiologi
a. Relaksasi berlebih dinding abdomen akibat multiparitas
b. Uterus abnormal (uterus arkuatus atau subseptus)
c. Panggul sampit
d. Tumor daerah panggul
e. Pendulum dari dinding abdomen
f. Plasenta previa
g. Inserversi plasenta di fundus
h. Gemeli (Kehamilan ganda)
i. Janin sudah lama mati

3. Tanda dan Gejala


Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil
dinyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya,
karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan lebih hanyak

5
dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa
dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan
sebelumnya apakah ada yang sungsang. Pada pemeriksaan luar
berdasarkan pemeriksaan Leopod ditemukan bahwa Leopod I di fundus
akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopod II teraba
punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba
bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat
dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila
didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena
dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah
ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki,
maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga
kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena
jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang
rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan
membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis
lurus. Pada presentasi bokongkaki sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang
paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis
posisi.

6
4. Klasifikasi
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan
beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut :
1. Letak Bokong (Frank Breench)
a. Kedua kaki menjungkit keatas sampai kepala bayi
b. Kedua kaki bertindak sebagai spalk
c. Teraba bokong
2. Letak Sungsang Sempurna (Letak Bokong)
a. Teraba bokong
b. Kedua kaki disamping bokong
3. Letak sungsang Tidak Sempurna (Incomplet Brach)
a. Teraba bokong
b. Di samping bokong teraba satu kaki/kaki dua dan satu lutut/dua
lutut
Adapun posisi bokong berdasarkan sacrum,terdapat empat posisi
yaitu :
a. Sacrum kiri depan (left sacrum anterior)
b. Sacrum kanan depan (right sacrum anterior)
c. Sacrum kiri belakang (left sacrum posterior)
d. Sacrum kanan belakang (right sacrum posterior).

5. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin


terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.

6. Faktor Predisposisi
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari
1. Sudut ibu

7
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Naroma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan pinggul
2) Deformator tulang panggul
3) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir
dan perputaran ke posisi kepala
d. Faktor janin
1) Tali pusat pendek/ lilitan tali pusat
2) Hydrocephalus/ ancepalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidramnion
5) Oligohidramnion

7. Penanganan
1. Saat Hamil
Dilakukan versi luar dengan syarat:

a. Primi umur kehamilan 34minggu


b. Multi umur kehamilan 36minggu
c. Tidak ada panggul sempit
d. Tidak ada gemeli
e. Tidak ada plasenta previa
f. Pada inpartu pembukaan < 4cm
g. Bokong belum masuk PAP/dapat dikeluarkan dari PAP
h. Bayi dapat dilahirkan pervaginam
i. Ketuban masih ada

2. Saat Persalinan dapat diselesaikan dengan:


a. Pertolongan Persalinan Pervaginam
b. Persalinan fisiologis secara brach

8
Pada Persalinaan secara brach ada 3 tahap
1. Tahap Pertama
Fase lambat, mulai lahirnya bokong sampai pusar (scapula
depan) disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk
melahirkan bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap Kedua
Fase cepat yaitu mulai lahirnya pusar sampai lahirnya
mulut.Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
mulai masuk PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjapit.
Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat
segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir janin bisa bernafas
lewat mulut.
3. Tahap Ketiga
Fase lambat yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari
ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) dunia luar yang
tekanannya lebih rendah sehingga kepala harus dilahirkan
secara perlahan (adanya ruptura tentorium setelli)
c. Ekstrasi parsial
1) secara klasik
2) secara muller
3) secara louset
d. Persalinan Kepala
1) secara mouriceu
2) menggunakan ekstraksi forsep

e. Ekstraksi Bokong Totalis


1) ekstraksi bokong
2) ekstraksi kaki

8. Komplikasi
Komplikasi Persalinan Sungsang
a. Komplikasi pada ibu :
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir
3) Infeksi

9
b. Komplikasi pada bayi :
1) Sufokasi / aspirasi
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir terjadi
pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan
sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang
janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi
2) Asfeksia
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh tejepitnya
tali pusat pada fase cepat

3) Trauma Intrakranial
Terjadi sebagai akibat:
a) Panggul sempit
b) Dilatasi servik belum maksimal
c) Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua
terlalu cepat)
4) Fraktura / Dislokasi
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif :
a) Fraktura humerus
b) Fraktura klavikula
c) Fraktura femur
d) Dislokasi bahu
5) Paralisa nervus
Brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi
akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari
penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan
pada leher saat membebaskan lengan.
c. Trauma persalinan
1) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
2) Kerusakan alat vital : limpa,hati, paru-paru,jantung
3) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala; fraktur tulang kepala; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga; kerusakan pada jaringan otak (Padila,2015).

10
9. Prosedur Pertolongan Persalinan Sungsang Spontan

Tahapan :

1. Tahap pertama : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai


pusat (sakpula depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya
untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap Kedua : Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemingkinan tali pusat
terjepit. Oleh karena itu, fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat
bernafas lewat mulut.
3. Tahap Ketiga : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar
dari ruangan ang bertekanan tinggi (uterus), kedunia yang tekanannya
lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan
untuk menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya ruptura
tentorium serebelli)

Teknik
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun
penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan
cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri didepan
vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul
kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitoksin intra muskulus, pemberian
oksitoksin ini ialah untuk merangsang kontraksi rahim sehingga fase
cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva, segera
setelah bokong lahir, bokong dicengkeram secara bracht, yaitu kedua
ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain
memegang panggul

11
Gambar 1 : Cara mencengkeram bokong janin secara Bracht

4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak sangat terengang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.
5. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke
perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan
tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya
berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlodosis
ini, seorang asisten melakukan ekspresi Kristiller pada fundus uterus,
sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi kristeller adalah :
a) Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat
segera diselesaikan (berakhir)
b) Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c) Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan
kepala janin, shingga tidak terjadi lengan menjungkit.

Gambar 2. Gerakan Hiperlordosis

12
6. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir tali pusar, perut,
bahu, dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lendir dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat.

Gambar 3 : Gerakan Hiperlordosis sampai kepala lahir


8. Keuntungan
a. Tangan penolong tidak masuk e dalam jalan lahir, sehingga
mengurangi bahaya infeksi
b. Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologik,
sehingga mengurangi trauma pada janin.
9. Kerugian
a. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga
tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan
cara Bracht
b. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya
pada primigravida, adanya lengan menjungkit dan menunjuk.
(Ilmu Bedah, Sarwono Prawirohardjo, 2014)

10. Dorongan (ekspresi) Kristeller

Definisi
Dorongan (ekspresi) Kristeller adalah dorongan (ekspresi) tangan
penolong persalinan pada fundus uteri dengan arah menuju panggul yang
bertujuan untuk membantu persalinan kala II.
Indikasi
1. Pada persalinan letak kepala :
a. Ibu kelelahan.
b. Kemajuan persalinan kala II yang lambat.

13
2. Pada persalinan sungsang :
Dilakukan saat bokong membuka pintu dengan tujuan untuk
memperlancar persalinankala II dan agar lengan janin tidak
menjungkit.

Syarat
1. Bagian bawah janin sudah berada di dasar panggul
2. His adekuat.

Indikasi kontra
1. Disproporsi janin panggul.
2. Bekas perlukaan dinding rahim (relatif).

Komplikasi yang dapat terjadi


1. Ibu kesakitan.
2. Ruptura uteri.
3. Ruptura perinei.

Teknik pelaksanaan
Penolong duduk di sebelah kiri dada ibu, menghadap ke arah panggul.
Dengan satuatau kedua lengan lurus, telapak tangan diletakkan pada
fundus uteri dan mengadakandorongan bersamaan dengan his serta
pengejanan ibu.Umumnya dorongan (ekspresi) Kristeller ini dihentikan
bila :
 Pada persalinan letak kepala, yaitu pada waktu kepala keluar pintu.
 Pada persalinan sungsang, saat skapula janin terlihat pada vulva.

MEKANISME PERSALINAN SUNGSANG


Mekanisme persalinan hampir saja dengan letak kepala, hanya disini yang memasuki
p.a.p adalah bokong. Persalinan berlangsung agak lama, karena bokong
dibandingkan dengan kepala lebih lembek, jadi kurang kuat menekan, sehingga
pembukaan agak lama.

14
Keterangan : Turunnya bokong dalam posisi miring atau melintang memasuki pintu
atas panggul

Keterangan : Pada Permulaan Kala II, bokong turun memasuki dasar panggul, terjadi
putar paksi dalam dimana diameter bitrochanter memasuki pintu bawah panggul
dalam posisi antero-posterior.

Keterangan : Akhir Kala II Bokong depan lahir melewati vulva dengan latero – fleksi
badan, berputar pada titik simfisis. Bahu belum memasuki panggul.
Bokong masuk p.a.p dengan garis pangkal paha melintang atau miring. Dengan
turunnya bokong, terjadi putar sehingga di dasar paggul garis paha letaknya menjadi
muka belakang. Dengan tronchanter depan sebagai hipomoklion (dibawah simfisis),
terjadi latero – fleksi tubuh janin (punggung), sehingga tronchanter belakang
melewati perineum. Setelah bokong lahir diikuti kedua kaki, kemudianterjadi sedikit
rotasi untuk memungkinkan bahu masuk p.a.p dalam posisi melintang atau miring.
Lalu bahu depan dibawah simfisis dan bahu belakang lahir. Kemudian kepala
dilahirkan.

15
Keterangan : Bokong dan kaki lahir bahu masuk atas panggul. Terjadi putar paksi
luar sehingga punggung menghadap ke atas.

Keterangan : Bahu mencapai dasar panggul, terjadi rotasi dalam sehingga diameter
biakromial terletak anteroposterior dan bersamaan dengan itu bokong berputar 90° ke
depan (putaran resusitasi). Kepala memasuki pintu atas panggul dengan sutura
sagitalis berada pada diameter transversa panggul.

Keterangan : Bahu depan lahir di bawah simfisis dengan fleksi lateral badan.

Keterangan : Melahirkan bokong

Keterangan : Mengait kaki secara fleksi dan abduksi

Keterangan : Melahirkan dada sampai skapula

16
CARA MELAHIRKAN BAHU DAN LENGAN
1. Cara Klasik (Deventer)

Pegang bokong dengan menggunakan ibu jari berdampingan pada os sakrum


dan jari lain di lipat paha. Kemudian janin di tarik ke arah bawah, sehingga
skapula berada dibawah simphisis. Lalu lahirkan bahu dan lengan belakang,
kemudian lengan depan.

2. Cara Lovset

Setelah sumbu bahu janin berada dalam ukuran muka belakang, tubuhnya di
tarik ke bawah lalu dilahirkan bahu serta lengan belakang. Setelah itu janin
diputar 90º sehingga bahu depan mejadi bahu belakang, lalu dikeluarkan
separti biasa.

3. Cara Mueller

Tarik janin vertikal ke bawah lalu dilahirkan bahu dan legan depan. Cara
melahirkan bahu – lengan depan bisa spontan atau dikait dengan satu jari
menyau muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke atas lalu
bahu – lengan belakang dikait menyapu kepala.

17
4. Cara Bracht

Bokong ditangkap, tangan diletakkan pada paha dan sakrum, kemudian janin
ditarik ke atas. Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara.

5. Cara Potter

Dikeluarkan dulu lengan dan baju depan dengan menarik janin ke bawah dan
menekan dengan 2 jari pada skapula. Badan janin diangkat ke atas untuk
melahirkan lengan dan bahu belakang dengan menekan skapula belakang.

MELAHIRKAN KEPALA
1. Mauriceau (veit smellie)

Masukkan jari – jari dalam mulut (mua mengarah ke kiri = jari kiri, mengarah
kekanan = jari kanan). Letakkan anak menunggang pada lengan sementara
tangan lain memegang pada tengkuk, lalu tarik kebawah sampai rambut dan
kepala dilahirkan. Kegunaan jari dalam mulut, hanya untuk menambah fleksi
kepala.

18
2.  De snoo

Tangan kiri menadah perut dan


dada serta 2 jari diletakkan di leher (menunggang kuda). Tangan kanan
menolng menekan di atas simphisis. Perbedaannya degan mauriceau ialah
3. Wigand Martin – Winckel

Satu tangan (kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulut janin sedang
jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah. Tangan lain menekan diatas
simphisis atau fundus.
4. Naujoks

Satu tangan memegang leher janin dari depan, tangan lain memegang leher
pada behu, tarik janin ke bawah dengan bantuan dorongan dari atas simphisis.

5.  Cara prague terbalik

Dilakukan pada ubun – ubun kecil terletak sebelah belakan. Satu tangan
memegang bahu janin dari belakang,
tangan lain memegang kaki
lalu menarik janin ke arah perut ibu
dengan kuat.

19
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Persalinan Kala I Dan II Disertai Letak
Sungsang
2.1.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
A. Langkah I (pertama) : Pengkajian Data
Langkah pertama adalah pengumpulan data dasar. Kumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam menejeman kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
Pada langkah pertama ini diperlukan, pengkajian dilakukan dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengna kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
[CITATION i \l 1057 ].
Pengkajian data dilakukan melalui:
a. Pengkajian awal untuk mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
1. Cek kondisi ibu dan janin terhadap tanda komplikasi kehamilan
2. Tanyakan usia kehamilan
3. Cek pengeluaran pervaginam, untuk mengetahui tanda persalinan
b. Pengkajian selanjutnya
1. Meninjau ulang catatan ANC bila ada
2. Bila tidak tersedia, tanyakan riwayat kesehatan, kehamilan dan
persalinan yang lalu (paritas, bedah sesar, berat badan bayi lahir,
masalah)
3. Menanyakan tentang masalah pada kehamilan saat ini
4. Menanyakan tentang riwayat dan kemajuan persalinan saat
inkondisi ibu dan janin (keluhan umum, his, pengeluaran
pervaginam, gerak janin, istirahat, makan, BAK, BAB terakhir)
c. Pemeriksaan fisik dan penunjang
1. Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan
pernapasan)
2. Keadaan fisik secara umum (edema, warna, dan kelembapan kulit,
reflek patella)
3. Abdomen dan uterus (leopold, penurunan bagian terendah, ukuran
pembesaran uterus, his, luka bekas operasi)
4. DJJ (jumlah, keteraturan, kekuatan)

20
5. Jalan lahir dan alat genetalia (pemeriksaan luar dan dalam)
6. Kandung kemih
7. Rektum dan anus (feses, haemoroid ada atau tidak)
8. Darah (haemoglobin, golongan darah) bila belum pernah dilakukan
9. Urine protein (bila ada dicurigai PE)
[ CITATION Her03 \l 1057 ]

B. Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnose
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa kebidanan adalah ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi “standar nomenklatur” (tatanama) diagnosa
kebidanan dan dirumuskan secara spesifik. Masalah psikologi berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami wanita tersebut (Marmi, 2016:385)
Contoh :
a. Diagnosis kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosa uyang ditegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.

1. Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya (jumlah kehamilan), dibedakan menjadi
primigravida (hamil pertama kali) dan multigraivda (hamil kedua
atau lebih).
Contoh penulisan paritas dalam intrepetasi data
a) Primigravida : G1P0A0
G1 (gravida 1) berarti kehamilan pertama
P0 (partus nol) berarti belum pernah partus/melahirkan
A0 (abostus nol) berarti belum pernah mengalami abortus
b) Multigravida : G3P1A1
G3 (gravida 3) berarti kehamilan yang ketiga
P1 (partus satu) berarti sudah pernah partus/melahirkan satu
kali
A1 (abostus satu) berarti sudah pernah mengalami abortus
satu kali

21
b. Masalah
Perasaan cemas bukan termasuk dalam suatu kategori diagnosis,
tetapi memerlukan asuhan untuk mengurangi rasa cemasnya tersebut.
Diagnose kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan, 2011)

Contoh intrepetasi dasar pada persalinan kala 1 menurut [ CITATION Her03 \l


1057 ]

No Kategori Gambaran
1. Inpartu 1) Terdapat tanda-tanda persalinan
2) Pembukaan serviks >3cm
3) His adekuat (teratur, minimal 2x dalam
10 menit selama 40 detik)
4) Keluar lendir darah dari vagina

2. Kemajuan persalinan 1) Kemajuan persalinan sesuai dengan


normal partograf
3. kemajuan persalinan 1) Kemajuan persalinan tidak sesuai
bermasalah seperti : partus dengan partograf melewati garis
macet/ tidak maju, inertia waspada.
uteri, dsb
4. Kegawadaruratan 1) Ditemui tanda-tanda kegawatan ibu dan
persalinan atau bayi, bila tidak ditolong segera
dapat menyebabkan kematian.

Contoh intrepetasi dasar pada persalinan kala 2 menurut [ CITATION


Her03 \l 1057 ]
No Kategori Gambaran
1. Kala 2 berjalan baik 1) Ada kemajuan penurunan kepala bayi.

2. Kegawatdaruratan kala 2 1. Kondisi ibu dan janin yang


membutuhkan pertolongan segera
seperti eklampsi
2. DJJ brakikardi/takikardi, penurunan
bagian janin terhenti, karena kelelahan

22
ibu, dll
3. Persalinan normal 1) Persalinan spontan melalui vagina,
bayi tunggal, cukup bulan

C. Langkah III (ketiga) : Identifikasi diagnosis potensial dan maslaah


potensial dan mengantisipasi penanganannya
Identifikasi diagnosa/masalah potensial adalah mengidentifikasi masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifkasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial
terjadi[ CITATION Her11 \l 1057 ]
Contoh :
a. Diagnosis: GIP0000 Inpartu kala 1 disertai letak sungsang
b. Masalah: plasenta menutupi rongga rahim
c. Diagnosis potensial: asfiksia
d. Masalah potensial: gangguan pernapasan pada bayi
e. Antisipasi diagnosis/masalah potensial: SC

D. Langkah IV (keempat) : Menentukan kebutuhan terhadap


kebutuhan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain serta melaksanakan rujukan sesuai dengan kondisi klien
Merupakan tindakan segera terhadap kondisi yang diperkirakan akan
membahayakan klien. Oleh karena itu, bidan harus bertindak untuk
menyelamatkan jiwa ibu dan anak. Tindakan ini dilaksanakan segera
kolaborasi dan rujukan sesuai dengan kondisi klien [ CITATION Her11 \l
1057 ].
Asuhan pada persalian kala 1 dan kala 2 [ CITATION Her03 \l 1057 ]
Kategori Kegiatan
Kala 1 1. Memonitor TD, Suhu badan setiap 1 jam, denyut nadi
setiap 30 menit, dan 1 jam perlu fase laten
2. Mendengarkan DJJ setiap jam pada fase laten dan 30
menit pada fase aktif
3. Memonitor UC setiap jam pada fase laten dan 30 menit
pada fase aktif
4. Memonitor perubahan serviks, penurunan bagian terendah
setiap jam pada fase laten dan 2-4 jam pada fase aktif.
5. Memonitor pengeluaran urin setiap 2 jam, seluruh hasil
pemantauan dicatat dalam partograf

23
6. Menghadirkan orang yang dianggap penting menurut ibu
seperti suami, keluarga, teman dekat
7. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan
selanjutnya serta kemajuan persalinan
8. Mengatur aktifitas, posisi dan membimbing relaksasi
sewaktu ada his
9. Menajaga privasi ibu dan kebersihan
10. Mengatasi ketidaknyaman ibu (panas, nyeri, his)
11. Memberi cukup minum dan makan.
12. Pertahankan kandung kemih tetap kosong dan rasa
kedekatan misalnya sentuhan
Kala 2 1. Memberikan dukungan terus menerus pada ibu
2. Mempertahankan kebersihan ibu
3. Mempersiapkan kelahiran bayi
4. Membimbing meneran pada waktu his
5. Melakukan pemantauan keadaan ibu dan DJJ
6. Melakukan amniotomi dan episiotomi bila diperlukan
7. Melahirkan bahu dan badan bayi
8. Nilai tanda – tamda kehidupan bayi (bernafas, denyut
jantung, warna kulit)
9. Klem atau jepit tali pusat di dua tempat dan potong
dengan gunting steril atau DTT
10. Menjaga kehangatan bayi
11. Merangsang pernafasan bayi bila diperlukan

E. Langkah V (kelima) : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh


dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah-langkah sebelumnya.
Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana
pelaksanaan dan evaluasi. Rencana ini disusun berdasarkan kondisi klien
(diagnosa, masalah dan diagnosa potensial) berkaitan dengan semua aspek
asuhan kesehatan. Rencana yang dibuat harus rasional dan benar- benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien [ CITATION
Her11 \l 1057 ].
Asuhan terhadap ibu mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,

24
yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh sebab itu,
pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya [ CITATION i \l 1057 ].

F. Langkah VI (keenam) : Pelaksanaan langsung asuhan secara efisiensi


dan aman.
Tahap ini dilakuakan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada masa
intranatal (Mohammad, W & Hidayat A, 2010: 54).
Dalam situasi dimana bidan tetap terlibat dan tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Penatalaksanaan yang efisiensi akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien (Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan,2011).

G. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi.


Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar - benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah didefinisikan
dalam masalah dan diagnosa (Hidayat, A,dkk, 2010: 118)

1.2.2 Pendokumentasian secara SOAP


a. S (Data Subjektif)
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Contoh kasus
S : Ibu mengaku berusia 35 tahun ingin melahirkan anak pertamanya dan
perutnya terasa mules, nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan
keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya sejak pukul 02.00 WIB

b. O (Data Objektif)
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur,
informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG,

25
USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan
menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Contoh kasus
O : KU: Baik, Kesadaran : Composmentis ,BB/TB : 65kg/158cm,TD :
110/70 mmHg, N: 80x/menit,S: 36,50C,RR: 24x/menit
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (35cm), pada fundus teraba lunak,
kurang bundar,kurang melintang.
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan ada tahanan
seperti papan, Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin
Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba bundar, keras dan melintang
Leopold IV : Tidak dapat digoyangkan
TBJ : 35-12 x 155 = 3565gram
Auskultasi : DJJ 140 x/mnt, regular . His/kontraksi : kuat dan teratur
120x/menit, VT : 10 cm eff 100.% ketuban(-) presentasi bokong
denominator os sacrum hodge 4, USG: presentasi bokong dibgaian bawah

c. A (Analisa / Assesment)
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan objektif
tersebut. Hal ini mengacu pada manajemen Varney langkah II,III,IV.
Diagnosa kebidanan dibuat sesuai analisis data dan dirumuskan secara
sistematis. Contoh kasus :
A : G1P0A0H0 UK 40 minggu Janin tunggal hidup intra uteri, presentasi
bokong dengan inpartu kala I fase aktif
d. P (Penatalaksanaan)
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mu--ngkin atau
menjaga /mempertahankan kesejahteraannya. Pada penatalaksanaan
meliputi intervensi, implementasi, dan evaluasi dari pasien.

P : 1. Melakukan pendekatan dan komunikasi terapeutik pada klien dan


keluarga dengan memperkenalkan diri dan memberikan senyuman
yang ramah
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yaitu
ibu saat ini dalam kondisi akan melahirkan, tetapi posisi janin ibu
bagian bokong berada dibawah(sungsang) sehingga perlu dilakukan
tindakan operasi SC
3. Melakukan kolaborasi dengan dr. Heri, SpOG

26
4. Melakukan observasi kesejahteraan ibu TTV dan janin tiap 15 menit
sekali.
5. Mempersiapakan pakaian ibu dan bayi, softek,celana dalam, popok
dan selimut bayi, dll
6. Menganjurkan ibu untuk tidur miring, kiri untuk memperlancar
peredaran darah dan mencegah terjadinya sindrom vena cava
superior, serta mempercepat proses penurunan kepala
7. Menganjurkan ibu untuk mengungkapkan perasaannya, sehingga
dapat membantu mengidentifikasi perasaan/masalah negatif dan
memberi kesempatan untuk mengatasi perasan ibu
8. Memberi motivasi kepada ibu dan keluarga untuk berdo’a supaya
lebih tenang dan siap menghadapi operasi
9. Tindakan SC dilakukan oleh tim operasi

27
BAB II
TINJAUAN KASUS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IVKEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN (INC)


PENGKAJIAN

Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 10.00 WIB


No. RM : 45XXXX
Nama : Ny.A Nama Suami : Tn.B
Umur : 35 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Kusumabangsa no.15 Alamat : Jl.Kusumabangsa no.15
Kota Kediri Kota Kediri
Cara masuk :
Datang Sendiri Rujukan dari : BPM EMMA
Diagnose : G1P0A0 Hidup0 UK 40 minggu janin tunggal hidup intrauteri,
inpartu kala I fase laten dengan presentasi bokong
A. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama : Rasa nyeri perut sampai ke pinggang dan mules disertai
keluarnya cairan seperti air kencing bercampur darah dari kemaluannya pada
pukul 04.00 WIB
2. Riwayat menstruasi
 Usia manarche : 14 Tahun
 Jumlah darah haid : 3x/hari ganti pembalut
 HPHT : 4 Mei 2020
 Keluhan saat haid : Tidak ada
 Lama haid : 6 hari
 Flour albus : Ada, tidak berbau dan tidak berwarna
 TP : 11 Februari 2021
 Keluhan haid : Tidak ada

Disminorhoe Spoting Menorrhagia Premenstrual syndrome


Dll..............
3. Riwayat hamil ini
 Hamil muda :

28
Mual Muntah Perdarahan Lain-lain(isi
sesuai keluhan)
 Hamil tua :
Pusing Sakit Kepala Perdarahan Lain-lain(isi
sesuai keluhan)
 Riwayat imunisasi : TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
 Gerakan janin pertama :......4......bulan
Gerakan janin terakhir : pukul 08.20 WIB
 Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi
Tidak pernah mengonsumsi jamu
 Keluhan BAK :....Tidak ada....... Keluhan BAB :..Tidak ada.....
 Kekhawatiran khusus :
Tidak ada

4. Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu.


G1P0000

N Tgl, Temp Umur Jenis Penolon Penyul Anak Keadaa


O. Th at kehamil Kelam g it JK/B n anak
partu partus an in persalin B sekara
s an ng

1. H A M I L I N I

5. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita : Tidak ada


Pernah dirawat : ya/tidak Kapan : ........ Dimana :..........
Pernah dioperasi : ya/tidak Kapan : .......

6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
Tidak ada penyakit keluarga yang menular dan menurun seperti diabetes,
hipertensi, tbc dll

7. Status perkawinan : ya/tidak


Kawin 1 kali, kawin usia 20 tahun, lama menikah 1 tahun
8. Riwayat psiko sosial ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu dan keluarga senang terhadap kehamilannya
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Pernah menggunakan kb implant
- Dukungan keluarga

29
Keluarga mendukung terhadap kehamilan ini, seperti mengantar ibu periksa
anc
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Suami
- Kebiasaan hidup sehat
Mandi 2x sehari , sikat gigi 2x sehari memakai pasta gigi , ganti baju setiap
sehabis mandi , ganti celana dalam saat basah, jalan-jalan setiap pagi ,
- Beban kerja sehari
Membersihkan rumah
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
Bidan
- Penghasilan keluarga
Rp. 3.500.000
9. Riwayat KB dan rencana KB
Metode yang pernah dipakai : implant , Lama : .....2.......bulan/tahun
Komplikasi dari KB : ....-..., Rencana KB selanjutnya: ...Pil KB...

10. Riwayat Ginekologi : Tidak ada riwayat


Infertilitas Infeksi virus PMS Endometritis
Polipserviks Kanker kandungan Operasi kandungan
Perkosaan DUB dll

11. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat


- Pola makan : 3x sehari (nasi , sayur , lauk pauk , buah kadang-kadang, porsi
sedang)
- Pola minum : .... 8.....gelas/hari Pola eliminasi :
BAK.......3.........kali/hari, warna : jernih ,tidak nyeri/kuning/kuning pekat/
groshematuri , BAK terakhir jam :..09.00 WIB....
BAB.......1......kali/hari, karakteristik: lembek, tidak ada konstipasi/keras,
BAB terakhir jam :....07.00 WIB.........
- Pola istirahat : 9 jam/hari ( Siang 2 jam, malam 7 jam),tidur terakhir jam :
22.00 WIB
- Dukungan keluarga : Suami Orang tua Mertua Keluarga lain
- Pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan (perubahan fisik & psikologis,
ketidaknyamanan dan cara mengatasi,kebutuhan bumil, tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda persalinan dsb)

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 64 kg/ 160 cm Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,8 0C
Pernafasan : 23 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik

30
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak Selera : Ikterik/tidak
Pandangan Kabur Adanya pemandangan dua
- Rahang, gigi, gusi: normal (tidak caries)/tidak, gusi berdarah/tidak
- Leher : adanya pembesaran vena jugularis / tidak, adanya
pembesaran kelenjar thyroid/tidak.
- Dada : aerola hiperpigmentasi Tumor Kolostrum
Puting susu menonjol/masuk ke dalam
- Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Sistem respiratori : dispneu tachipneu
wheezing batuk
- Sistem kardio : Nyeri dada murmur palpitasi
- Pinggang :nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis(coret yang
tidak perlu)
- Ekstremitas atas dan bawah: tungkai simetris/asimetris
oedema
varises
Reflek patella
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi membesar dengan arah memanjang melebur
linea alba linea nigra strie livide
Strie albican luka bekas operasi lain-lain
Palpasi :
 Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, teraba lunak, tidak
melintang dan tidak bulat
 Leopold II : Teraba tahanan besar, keras dan memanjang
dibagian kanan (Puka) dan teraba bagian kecil janin di bagian
kiri (Puki)
 Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba bulat, lunak dan
melenting
 Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP dan
tidak dapat digoyangkan
TFU (Mcdonald) …33…cm
TBJ : ....3255....gram
Auskultasi : DJJ.....137 ...........x/mnt
His : 1x10”/ 10 menit
b. Genetalia

Pemeriksaan Inspeksi :
Tidak ada luka, varises, benjolan serta pembesaran abnormal di vulva.
Pemeriksaan dalam :
Pembukaan 10cm, selaput ketuban tidak teraba, teraba sacrum,
presentasi bokong, hodge 4
4. Pemeriksaan laboratorium :
- Laboratorium lengkap.
- CTG : ………-…….
- USG : Presentasi bokong dibagian bawah

31
- Foto thorak : ..........-...........
- EKG : ..........-...........
- HB : 8,7% gr/dL

C. ANALISA / INTERPRETASI DATA


Ny. A G2P1001 UK 40 minggu janin tunggal hidup intra uteri, inpartu kala I
fase aktif dengan presentasi bokong

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 10.10 WIB

Pukul 10.10 Melakukan penilaian awal dan pemeriksaan


WIB
fisik kepada Ny. A.
Ibu bersedia untuk diperiksa

Pukul 10.20 Menjelaskan kepada ibu dan suami tentang


WIB
hasil pemeriksaan ibu dalam kondisi akan
melahirkan tetapi posisi janini sungsang
sehingga perlu dilakukan tindakan operasi
SC

Ibu dan suami mengerti dan menerima


kondisi ibu saat ini

Pukul 10.25 Memberi dukungan kepada ibu dan suami


WIB Ibu dan suami mengerti dan ikhlas

Pukul 10.30 Memberikan informed consent kepada


WIB
suami karena perlu adanya tindakan SC.
Suami menandatangi informed consent

Pukul 10.10 Melakukan kolaborasi dengan dr. Heri,


WIB
SpOG, yaitu :
 Setelah mengisi informed consent,
menganjurkan ibu untuk puasa mulai
pukul 10.10 WIB
 Memasang infus RL 500cc 20 tpm
 Melakukan skiren (pembersihan
pubis)

32
 Menyiapkan pasien untuk operasi SC
pada pukul 12.40 WIB dan
mengantarkan ke ruang operasi

Pukul 10.25 Melakukan observasi kesejahteraan ibu dan


WIB
janin dengan melakukan TTV tiap 15 menit
sekali
Ibu bersedia
Pukul 10.30 Mempersiapkan pakaian ibu dan bayi,
WIB
celana dalam, popok, selimut, dan lain-lain.
Pukul 12.40 Tindakan SC dilakukan oleh tim operasi

Kediri,10 Februari 2021

Pembimbing Praktik Mahasiswa

.................................................... ......................................................

NIP. NIM.

Dosen Pembimbing

....................................................

NIP.

33
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny.A melakukan kunjungan pada tanggal 10 Februari 2021 ke BPM EMMA.


Ibu didiagnosa bahwa letak janin presentasi bokong dan dirujuk ke rumah sakit
terdekat. Hasil anamnesis menyatakan bahwa ibu merasakan nyeri perut sampai ke
pinggang dan mules disertai keluarnya cairan seperti air kencing bercampur darah
dari kemaluannya pada pukul 04.00 WIB

Hasil dari pemeriksaan terdapat Keadaan umum ibu Baik, Kesadaran


compos mentis BB/TB : 64 Kg/160 cm, Tekanan daran : 120/ 70 mmHg, Nadi
: 88x/ menit, Suhu : 36,80C, Pernafasan : 23 x / menit

Hasil pemeriksaan palpasi yang dilakukan: uterus sesuai usia kehamilanya (TFU 33),
TBJ : 3255, Auskultasi : DJJ :140, His : 1x10”/ 10 menit, Genetalia : Pembukaan
10cm, selaput ketuban tidak teraba, teraba sacrum, presentasi bokong, hodge 4.

Pembahasan asuhan kebidanan dalam kasus ibu bersalin dengan letak


sungsang disebabkan oleh janin yang mudah bergerak seperti hydramnion,
multipara, janin kecil (premature), gemeli (kehamilan ganda), kelainan uterus
seperti uterus akuator, bikornis, atau jani sudah lama mati.
Kasus Ny.A adalah rujukan bidan merupakan primi tua, untuk mencegah
kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat timbul dari persalinan sungsang
maka advice dokter adalah dilakukan pertolongan persalinan secara section secaria.

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Persalinan sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi bokong
(sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu kepada berada
pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah. Komplikasi
persalinan letak sungsang adalah terjadi kemacetan kala II sehubungan dengan
letak abnormal janin letak sungsang, resiko terjadinya asfiksia janin karena
proses kelahiran kepala terlalu lama, resiko prolap funiculi sehubungan dengan
bagian terendah janin tidak memenuhi ruang sehingga membutuhkan perawatan
yang komprehensif. Selama pengkajian hingga dilaksanakannya implementasi
dari intervensi yang diberikan, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang dihadapi oleh penulis, sehingga Ny. A sudah mendapatkan
asuhan kebidanan dengan tepat.

5.2 Saran
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan ini diharapkan:
1. Penulis dapat lebih memperdalam wawasan dengan banyak membaca literature
yang berkaitan dengan persalinan
2. Agar kehamilan ibu berakhir dengan kelahiran bayi yang sehat dan dengan
kondisi yang baik pula, maka diperlukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
dan berkala oleh tenaga kesehatan
3. Peran serta keluarga dan masyarakat sangat penting dalam mendukung ibu
hamil dan janinnya dapat terhindar dari kesakitan maupun kematian.

35
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Bary. 2006. Obstetric William. Jakarta: EGC


Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002 .Kapita Selekta Pentalaksanaan Rutin Obstetri dan
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstertri, Edisi 2 jilid 1. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Icesmi Sukarni K, Margareth ZH.2013.Kehamilan,Persalinan dan Nifas. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Kennedy, Besty B, Donna Jean Ruth, e. Jean Martin.2013.Managemen
Intrapartu.Sm Edisi 4. Jakarta : EGC.
Nita Norma D, Mustika Dwi S. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan
Tinjauan Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Indrayani, Maudy Emma Unaria Djami, dkk. 2013. Asuhan Persalimam dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta : Cv. Trans Info Media.
Kuswanti,Ina dan Fitria Melina. 2014. Askeb II Persalina. Yogyakarta : Pustaka
pelajar.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirojardjo
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Media.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Susriningsih.2018.Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Sulfianti,dkk.2020.Asuhan Kebidanan pada Persalinan.Medan:Yayasan Kita
Menulis
Nilakesuma, nur Fadjri.2020. Pengambilan Keputusan Rujukan pada Ibu
Hamil.Bandung:CV Media Sains Indonesia
Sarwono Prawirohardjo.2014.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka
Herawani. (2003). Standar Asuhan Kebidanan Bagi Bidan Di Rumah Sakit Dan
Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral Keperawatan Medik.
Heryani, R. (2011). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: TIM.
Hj.Salmiati. (2011). Konsep Kebidanan Manajemen & Standar Pelayanan. Jakarta:
EGC.

36
37

Anda mungkin juga menyukai