Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TRAUMA MELAHIRKAN/PERSALINAN

OLEH
KELOMPOK 7

Ni Kadek Rai Dwijayanti 223221362


Ni Ketut Istri Sundari 223221363
Risqi Nurainni 223221365
Hervin Awaludin 223221367

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2022
KATA PENGANTAR

Terimakasih kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena
dengan RahmatNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan
Ganggan Kardiovaskuler Pada Masa Kehamilan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
tugas ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan tugas ini. Kami semua menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan tugas ini, dan mungkin banyak kata-kata yang kurang tepat. Untuk itu, saran, dan
kritik, dari para pembaca sekalian senantiasa kami nantikan demi kesuksesan tugas kami di
masa yang akan datang. Semoga tugas yang kami buat ini bermanfaat khususnya bagi para
pembaca sekalian. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Denpasar, 14 Oktober 2022

1
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................................5
2.1 Definisi...................................................................................................................................................................5
2.2 Etiologi...................................................................................................................................................................6
2.3 Klasifikasi............................................................................................................................................................... 6
2.4 Komplikasi..............................................................................................................................................................7
2.5 Patofisiologi............................................................................................................................................................7
2.6 Patway..................................................................................................................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................................................................8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................10
3.1 Pengkajian.............................................................................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................................................11
3.3 Intervensi.............................................................................................................................................................. 12
3.4 Implementasi.........................................................................................................................................................14
3.5 Evaluasi................................................................................................................................................................. 14
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................................15
BAB V PENUTUP.....................................................................................................................................................16
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................................................................16
5.2 Saran.....................................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi
yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang
panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya
kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang
terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak
semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa
prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh
kembang anak selanjutnya. (Saiffudin, 2006)
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-
tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan,
cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai
cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan
adekuat.
Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat
tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis
persalinan. Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau
kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin
abnormal.
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang
dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa
persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian
medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun
telah mendapat perawatan medis yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada
kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir

3
tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah
vena kulit kepala atau resusitasi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
1. Pengertian Trauma Persalinan
2. Penyebab Trauma Persalinan
3. Macam-Macam Trauma Persalinan
4. Asuhan keperawatan Trauma Persalinan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma
kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan
fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat
tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis
persalinan.
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang
dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa
persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian
medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun
telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada
kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir
tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah
vena kulit kepala atau resusitasi.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri,
khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan
melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma
lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2
sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka
kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda,
disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus,
bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi
atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau
phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara
lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara
klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang
dapat meninggalkan gejala sisa.Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis

5
dikenal pula trauma lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat
hubungan antara hipoksik selama proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan
perintraventrikuler dalam otak.

2.2 Etiologi

Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu sebagai
berikut:
1. Makrosomia(Berat bayi baru lahir lebih dari 400 gram)
2. Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
3. Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
4. Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
5. Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan alat)
6. Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
7. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan berakhir
dengan lahirnya bayi)
8. Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
9. Distosia bahu (kemacetan bahu)

2.3 Klasifikasi
a. susunan saraf

Paralis Pleksus Brakialis Paralisis


Nervus Frenikus Kerusakan
Medulla Spinalis Paralisis Pita
Suara

b. Fraktur (Patah Tulang)

Fraktur Tulang Tengkorak Fraktur


Tulang Klavikula Fraktur
Tulang Humerus Fraktur
Tulang Femur

c. Jaringan lunak

Kaput Suksedaneum
Sefalohematoma
Perdarahan Subafoneurosis
6
Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus Perdarahan
Subkunjungtiva
Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis

2.4 Komplikasi
1) Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.
2) Ikterus
Pada bayiyang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas
faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi.
3) Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan terjadi
perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

2.5 Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan
lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh
ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini
ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya
jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan
penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan


pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.

2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe
disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi
lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.

7
2.6 Patway

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan
pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali.
Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto
rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak,
koagulopati dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000),
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis
sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan
perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan
presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat
ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia.

8
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan
adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-
kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan
caput succedaneum :

1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan
apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat
dan teratur.

2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.

3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal

4. Mencegah terjadinya infeksi dengan :

a. Perawatan tali pusat


b. Personal hygiene baik
c. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
d. Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
e. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-
3 hari
6. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
7. Awasi keadaan umum bayi.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

- Biodata

Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari.

- Keluhan Utama

Adanya benjolan di kepala

- Riwayat Penyakit Sekarang


Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan batas tidak jelas Organ
tubuh yang lain relatif seperti bayi normal
- Riwayat Penyakit Dahulu

Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum ekstrasi Proses
persalinan bayi lama
- ADL (Activity Daily Life)

- Pola Nutrisi

Pemberian ASI yang adekuat

- Pola Aktivitas

Tidak sering diangkat agar benjolan tidak meluas

- Pola Istirahat

Biasanya bayi sering tidur

- Pola Eliminasi

Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan

- Pola Personal Hygiene


Pasien diseka di tempat tidur
- Pemeriksaan Umum

- Keadaan Umum

10
1)TTV
Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt RR : 80
x/mnt, pada menit I, kemudian menurun setelah tenang 40x.mnt Suhu :
365oC – 374oC
2)Kesadaran Composmentis
3)Pemeriksaan Fisik
Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak Thorax :
Lingkar dada 30 – 38 cm
Genetalia : - Sesuai umur kehamilan

- Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-laki, testis belum turun, pada bayi wanita labia
mayora belum menutupi labia minora
Ekstrimitas : Aktif

Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.


2. Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan status kesehatan anak.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.

11
3.3 Intervensi

No Diangnosa Tujuan & kriteri hasil Intervensi Rasional

keprwtan
Gangguan rasa Tujuan : Anak akan 1. Kaji ekspresi anak 1) Memberikan data
nyaman menunjukkan (diam, rewel, dasar untuk
berhubungan berkurangnya rasa menangis terus menentukan dan
dengan trauma ketidak nyamanan. menerus, dll) mengevaluasi
jaringan KH : 2. Kurangi jumlah intervensi yang
perinatal. cahaya lampu, diberikan.
1. Anak tidak rewel.
kebisingan, dan 2) Stimulus demikian
2. Anak tidak terus
berbagai stimulus dapat mengganggu
menangi
lingkunagn lainya anak yang
3. Anak
dalam anak. mengalami
memperhatikan
3. Kaji tanda Tanda cedera.Karena dapat
tanda – tanda vital
vital, catat meningkatkan
dalam batas
peningkatan tekanan intrkranial.
normal.
frekuensi nadi, 3) Peningkatan
peningkatan atau frekuensi nadi,
penurunan nafas,dan peningkatan atau
diforesis penurunan frekuensi
4. Kolaborasi: Berikan pernapasan, atau
analgesik sesuai diforesis
kebutuhanuntuk menunjukkan
nyeri ketidaknyamana
4) Mengurangi nyeri
dan spasme otot
Ansietas Tujuan : Anak dan Orang 1. Jelaskan pada anak 1. Dengan
berhubungan tua akan menunjukkan dan orang tua menegetahui apa
dengan kecemasan berkurang. tentang tujuan yang akan
ketidaktahuan KH : semua tindakan dilakukan sebelum
status 1. Menunjukkan keperawatan yang melaksanakan
kesehatan anak pengurangan rasaagitasi dilakukan dan prosedur dan

12
2. Mengajukan pertanyaan bagaimana tindakan mengapa prosedur
yang tepat sehubungan dilakukan tersebut dilakukan
dengan penyakit dan membantu
2. Ijinkan orang tua
penangananya. mengurangui
tetap menemani
kecemasan.
anak, bergantung
Dengan mengijinkan
pada keadaan anak.
orangtua untuk
3. Berikan informasi
menemani anak
akurat, konsisten
memberi dukungan
mengenai prognosis
emosional padaanak
dan mengurangi
kecemasan pada
anak. Kecemasan
orang tua akan
berkurang dengan
mengijinkan mereka
memantau dan
berpartisipasi dalam
perawatan anak
Dapat menurunkan
ansietas dan
memungkinkan
pasien membuat
keputusan atau
pilihan sesuai
realita.

13
3. Resiko infeksi Tujuan : Anak akan 1. Kaji keadaan 1. Mengidentifikasi
berhubungan menunjukkan indurasi pada anak. adanya infeksi secara
dengan adanya tidak adanya tanda atau 2. Pantau suhu anak dini.
indurasi. gejala infeksi setiap 4 jam 2. Hipertermi merupakan
KH : 1. Suhu tubuh 3. Kaji tanda dan suatu tanda infeksi.
kurang dari 37oC gejala meningitis, 3. Meningitis
2. Tidak ada drainase termasuk kakuk merupakn
dari luka kuduk, peka komplikasi yang
(cephalhematom) rangsang, nyrei mungkin terjadi
3. Tidak ada tanda- kepala, demam, pada setiap
tanda infeksi. muntah dan kejang - kejadian cephal
4. Sel darah putih dalam kejang. hematom
batas normal sesuai 4. Ganti balutan walaupun jarang.
dengan usia. indurasi (jika ada) 4. Teknik steril akan
dan gunakan teknik membantu mencegah
sterilisasi. masuknya bakteri
kedalam luka dan
mengurangi infeksi.

3.4 Implementasi
Implementasi dilaksana sesuai dengan intervensi SLKI dan SIKI

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam pelaksanaannya,
untuk pencatatan asuhan dapat dalam bentuk SOAP
a. S : data subjektif, data ini diperoleh dari anamnesa
b. O : data objektif, hasil dari pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya
c. A : analisis, intervensi berdsar data yang terkumpul dibuat kesimpulan
d. P : penatalaksanaan, merupakan tindaka dari diagnosa yang telah dibua

14
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma
kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh
kelainan fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang
ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah
dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari
pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat
diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput
suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda
tersebut dapat hilang setelah satu minggu.(Sarwono, 2007)

5.2 Saran
1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar selalu memantau keadaan pada bayi
2. Diharapkan untuk benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan pada setiap kelainan
kepala yang mungkin terjadi pada neonatus.
3. Diharapkan kepada setiap orang tua untuk melakukan perawatan bayinya secara
rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,E.marlynn.1993.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta.EGC
Daly.W Lloyd.1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta.ECG
Http://.Wordpress.Tauma persalinan pada bayi baru lahir.(diakses pada tanggal 21 november 2013)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan criteria
hasil keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

17

Anda mungkin juga menyukai