OLEH :
KELOMPOK 4
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan
Gangguan Pembekuan Darah Pada Masa Kehamilan ”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunanTuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar - besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini
(Penyusun)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertiangangguan pembekuan darah pada kehamilan ……………... 3
2.2 Terjadinya pembekuan darah pada ibu hamil…………………………. 3
2.3 Klasifikasi gangguan pembekuan darah pada kehamilan………………5
2.4 Mengukur jumlah pendarahan dan bekuan……………………………..5
2.5 Penyebab gangguan pembekuan darah pada kehamilan ……………….6
2.6 Tanda dan gejala gangguan pembekuan darah pada kehamilan………..6
2.7 Komplikasi ……………………………………………………………. 6
2.8 Dampak gangguan pembekuan darah pada kehamilan ……………….. 7
2.9 Pencegahan gangguan pembekuan darah pada kehamilan …………… 8
2.10 Patofisiologi gangguan pembekuan darah pada kehamilan …………. 9
2.11 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………... 9
2.12 Penatalaksanaan …………………………………………………….. 10
2.13 Konsep asuhan keperawatan …………………………………………11
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas
penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi. Di
beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita
tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari
kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan
100.000 kematian matenal tiap tahunnya.
Frekuensi perdarahan post partum yang dilaporkan Mochtar, R. dkk.
(1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan.
Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang
angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut,
diperoleh sebaran etiologi antara lain: atonia uteri (50 – 60 %), sisa plasenta
(23 – 24 %), retensio plasenta (16 – 17 %), laserasi jalan lahir (4 – 5 %),
kelainan darah (0,5 – 0,8 %).
B. RUMUSAN MASALAH
5
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui materi gangguan pembekuan pada kehamilan serta
mengetahui asuhan keperawatan gangguan pembekuan pada kehamilan
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bekuan darah adalah sejenis rumpun yang terjadi ketika darah mengeras
dan berubah menjadi semi padat atau padat. Bekuan darah biasanya merupakan
masalah kesehatan yang serius dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi
selama kehamilan. Sementara gumpalan darah selama kehamilan dapat
mempengaruhi bayi yang belum lahir juga, itu adalah kondisi yang langka.
Bekuan darah (juga disebut trombosis) adalah massa atau rumpun darah
yang terbentuk ketika darah berubah dari cairan menjadi padat. Tubuh biasanya
membuat gumpalan darah untuk menghentikan pendarahan setelah kerokan atau
luka. Tetapi kadang-kadang gumpalan darah dapat menghalangi aliran darah di
pembuluh darah, seperti pembuluh darah atau arteri. Ini dapat menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh dan bahkan kematian.
Sebagian besar wanita dengan kondisi pembekuan darah memiliki
kehamilan yang sehat. Namun kondisi ini dapat menimbulkan masalah bagi
sebagian ibu hamil. Dalam kasus yang parah, mereka dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan bayi.
7
Dalam beberapa kasus, perdarahan vagina pada trimester kedua atau ketiga
tidak serius. Misalnya, bercak coklat muda dapat terjadi karena alasan yang sama
seperti perdarahan trimester pertama (bisa dari iritasi ringan pada leher rahim
setelah hubungan seksual atau dari pemeriksaan medis). Namun, perdarahan
vagina pada trimester kedua atau ketiga biasanya berarti bahwa Anda perlu ke
dokter segera, terutama jika perdarahan berat dan merah atau disertai dengan
gejala lain (seperti sakit perut atau kontraksi).
Perdarahan pada trimester kedua atau ketiga bisa menunjukkan kondisi
serius, seperti solusio plasenta atau plasenta previa. Solusio plasenta adalah
ketika semua atau sebagian plasenta tiba-tiba terpisah dari uterus setelah minggu
ke 20 kehamilan. Ini adalah kondisi langka, terjadi pada sekitar satu dari setiap
100 kehamilan, biasanya pada trimester ketiga, dan dapat memicu kelahiran
prematur atau kelahiran mati. Anda mungkin merasakan kontraksi dan sakit perut
bersamaan dengan pendarahan.
Placenta previa adalah suatu kondisi di mana plasenta berada di tempat
yang rendah dan entah agak atau seluruhnya menutupi serviks. Dapat
menyebabkan pembatasan pertumbuhan pada bayi dan perdarahan fatal
(kehilangan darah) pada ibu, di antara komplikasi lainnya. Seorang wanita yang
didiagnosis dengan plasenta previa biasanya harus pergi ke tempat tidur, sering di
rumah sakit. Placenta previa juga langka, terjadi pada sekitar satu dari setiap 200
kehamilan.
Kesimpulannya, pendarahan vagina selama kehamilan dapat memiliki
banyak penyebab yang berbeda-beberapa serius dan beberapa tidak. Karena sulit
untuk mengetahui perbedaannya, penanganan dokter sangat diperlukan untuk
mendapatkan informasi dan tindakan yg tepat pada ibu hamil yg mengalami
perdarahan.
2.3. Klasifikasi
8
terutama di betis kecuali selama kehamilan maka bekuan biasanya terletak
dalam panggul dan paha.
1) Parah : Melewati darah dan bekuan cukup untuk menyerap melalui pad
dalam satu jam selama dua jam berturut-turut atau lebih
2) Sedang : Pendarahan melalui pad dalam tiga jam
9
3) Cahaya : Merendam kurang dari satu pad dalam tiga jam
4) Minimal : Hanya beberapa noda darah di pad dalam dua hingga tiga jam
2.5. Penyebab
Banyak perubahan fisiologis terjadi selama kehamilan. Salah satunya
adalah kompresi di panggul dari bayi. Ada juga perubahan faktor pembekuan
darah yang dimulai sejak awal kehamilan dan bertahan hingga seorang wanita
enam minggu pascakelahiran.
2.7. Komplikasi
1) Pembekuan darah di plasenta . Plasenta tumbuh di rahim Anda (rahim) dan
memasok bayi dengan makanan dan oksigen melalui tali pusat. Bekuan darah
10
di plasenta dapat menghentikan aliran darah ke bayi Anda dan membahayakan
bayi..
2) Serangan jantung. Hal ini biasanya terjadi ketika gumpalan darah menghalangi
aliran darah dan oksigen ke jantung. Tanpa darah dan oksigen, jantung tidak
bisa memompa darah dengan baik, dan otot jantung yang terkena bisa mati.
Serangan jantung dapat menyebabkan kerusakan jantung atau kematian yang
abadi.
3) Pembatasan pertumbuhan intauterine (juga disebut IUGR) . Ini adalah ketika
bayi Anda tumbuh buruk di dalam rahim.
4) Keguguran . Keguguran adalah ketika bayi meninggal di dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu.
5) Insufisiensi plasenta. Ini adalah ketika plasenta tidak bekerja sebaik
seharusnya sehingga bayi Anda mendapat lebih sedikit makanan dan oksigen.
6) Preeklampsia . Preeklampsia adalah kondisi yang dapat terjadi setelah minggu
ke-20 kehamilan atau tepat setelah kehamilan. Itu ketika seorang wanita hamil
memiliki tekanan darah tinggi dan tanda-tanda bahwa beberapa organnya,
seperti ginjal dan hatinya, mungkin tidak berfungsi dengan baik. Beberapa
tanda-tanda ini termasuk memiliki protein dalam urin, perubahan penglihatan
dan sakit kepala yang parah.
7) Kelahiran prematur . Ini adalah saat bayi Anda lahir sebelum 37 minggu
kehamilan.
2.8. Dampak
1. Obesitas
Hingga saat ini, ahli kesehatan masih tidak mengetahui bagaimana
obesitas meningkatkan resiko pembekuan darah. Tetapi mereka yakin
bahwa gaya hidup yang banyak duduk, kurang bergerak, perubahan pada
kimia darah, dan sebagainya, dapat membentuk suatu hubungan yang
menyebabkan pembekuan darah.
11
2. Pil Keluarga Berencana (KB)
Pil KB meningkatkan kadar estrogen pada tubuh. Tetapi, pil KB juga
meningkatkan produksi faktor koagulasi yang menyebabkan peningkatan
resiko pembekuan darah.
3. Aterosklerosis
Kondisi di mana arteri mengeras karena timbunan plak. Timbunan plak
(kolesterol) memiliki tutup yang pada akhirnya akan pecah. Ketika itu
terjadi, tubuh akan mengirim trombosit dan faktor koagulasi ke daerah
tersebut untuk memperbaiki robekan. Kemudian, hal itu akan
menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang dapat semakin
mempersempit jalan aliran darah.
2.9. Pencegahan
1) Bergerak (Darah bisa menumpuk di kaki saat Anda duduk dalam
waktu lama. Bila pekerjaan Anda menuntut untuk duduk dalam waktu
lama, sebaiknya luangkan waktu berjalan-jalan setiap 1 atau 2 jam)
2) Hidup sehat (Segera ubah kebiasaan buruk seperti merokok atau
makan berlebih agar berat badan tetap normal. Selain itu, minumlah
banyak air untuk mengurangi risiko penggumpalan darah). Hati-hati
dengan obat-obatan tertentu (Risiko DVT juga dapat meningkat saat
mengonsumsi pil kontrasepsi. DVT juga bisa diturunkan dari keluarga
yang telah mengalami penyakit ini)
3) Mengetahui tanda dan gejala (DVT terkadang sulit diidentifikasi
karena gejala yang ditunjukkan hampir sama dengan gangguan lain.
Perhatikan bila kaki menunjukkan gejala seperti membengkak, sakit,
kemerahan, mengalami perubahan warna, dan kulit terasa hangat saat
dipegang. Bila gumpalan darah sudah menjalar ke paru-paru biasanya
dapat menimbulkan sesak napas secara tiba-tiba)
4) Lebih proaktif (Bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah,
cedera, atau akan melakukan operasi, maka segeralah berkonsultasi ke
dokter. Informasikan kepada ahli meida bila sedang mengonsumsi pil
12
kontrasepsi, pernah menjalani operasi, melakukan perjalanan panjang,
atau cedera dalam 8 minggu sebelumnya
2.10. Patofisiologi
Trombosis vena rentan terjadi pada masa kehamilan trimester ke tiga dan
periode post partum. Pada masa kehamilan terjadi perkembangan janin. Lama-
kelamaan berat janin menekan vena-vena besar yang mengaliri pelvik dan
ekstrimitas bawah. Plasma fibrinogen mengalami peningkatan 40% atau lebih
namun waktu pembekuan tetap sama seperti masa sebelum kehamilan. Hal ini
memudahkan terjadi pembekuan darah serta terjadi statis venosa menyebabkan
ibu hamil mengalami thrombosis vena (Hamilton, 1995). Trombosis vena akibat
perubahan mekanisme pembekuan darah yang tidak terkontrol (Rizki, 2013).
13
2.12 Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya
perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari
terjadinya perdarahan post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP,
fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil
langkah spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari dan kelainan
hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati
dilusional. Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk
darah bersifat sangat esensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus
transfusi masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada
pasien dengan trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit
dengan cepat. Satu unit trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar
5.000 – 10.000/mm3. Dosis biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-
gejala perdarahan telah jelas atau bila hitung trombosit di bawah 20.000/mm3.
transfusi trombosit diindakasikan bila hitung trombosit 10.000 – 50.000/mm3, jika
direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan aktif atau diperkirakan
diperlukan suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan
karena masa paruh trombosit hanya 3 – 4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V,
VII, IX, X dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak
diperlukan adanya kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi
dengan sel-sel penerima. Bila ditemukan koagulopati, dan belum terdapat
pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang dibekukan harus dipakai secara
empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan fibrinogen,
dipakai dalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan penyakit von
14
Willebrand. Kuantitas faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk terjadinya
suatu pembekuan, serta bervariasi menurut keadaan klinis.
DIC
- Uterotonika dosis adekuat
- Tambahan fibrinogen langsung
- Analisa factor bekuan darah
A. Pengkajian Keperawatan
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tanda – tanda klasik seperti edema kaki
unilateral, eritema, hangat, nyeri, pembuluh darah superficial teraba, dan
Homan’s sign positif yaitu nyeri pada daerah betis setelah dilakukan dorso
fleksi pada kaki, tidak selalu ditemukan.
Bila thrombosis terjadi akibat thrombus vena superficial maka akan
didapatkan data:
1. Nyeri
2. Tenderness
3. Redness
4. Teraba hangat pada daerah yang terkena
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan sirkulasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan aliran balik vena
3. Resiko cedera (perdarahan) berhubungan dengan pemberian
antikoagulan
4. Intoleran aktivitas.
C. Intervensi Keperawatan
Luaran Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
SLKI SIKI
1 2 3 4
15
1 berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:
penurunan sirkulasi keperawatan selama …..,
Perawatan JAntung Akut
maka diharapkan curah
(I.02076 :
jantung meningkat, dengan
kriteria hasil: Observasi:
16
18. BAtuk menurun nyeri
19. SUara jantung S3 & S4 4. Berikan terapi relaksasasi
menurun untuk mengurangi ansietas
20. Murmur jantung dan stres
menurun 5. Sediakan lingkungan yang
21. Berat badan menurun kondusif untuk beristirahat
22. Hepatomegali menurun dan pemulihan
23. Pulmonary vascular 6. Siapkan menjalani
resistance (PVR) intervensi koroner
menurun perkutan, jika perlu
24. Systemic vascular 7. Berikan dukungan
resistance menurun emosional dan spiritual
25. Tekanan darah membaik
Edukasi
26. Capilary refil time
(CRT) membaik 1. Anjurkan segera
27. Pulmonary artery wedge melaporkan nyeri dada
pressure (PAWP) 2. Anjurkan menghindari
membaik manuver valsava mis.
28. Central Venous pressure mengedan saat BAB atau
membaik batuk)
3. Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
4. Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antiangia (mis.
nitrogliserin, beta blocker,
17
calcium channel blocker)
3. Kolaborasi pemberian
morfin, jika perlu
4. Kolaborasi pemberian
inotropik, jika perlu
5. Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah manuver
Valsava(mis. penulak tinja,
antiemetik)
6. Kolaborasi pencegahan
trombus dengan
antikoagulan, jika perlu
7. Kolaborasi pemeriksaan x-
ry dada, jika perlu
18
9. Diaforesis (5) nyeri
10. Perasaan depresi 6. Identifikasi pengaruh
(tertekan) budaya terhadap respon
11. Perasaan takut nyeri
mengalami cedera 7. Identifikasi pengaruh nyeri
berulang pada kualitas hidup
12. Anoreksia 8. Monitor keberhasilan terapi
13. Perineum terasa komplementer yang sudah
tertekan dilakukan
14. Uterus teraba membulat 9. Monitor efek samping
15. Ketegangan otot penggunaan analgetik
16. pupil dilatasi
17. Muntah Terapeutik
18. Mual 1. Berikan teknik
19. Frekuensi nadi nonfarmakologis untuk
20. Pola nafas mengurangi rasa nyeri (mis.
21. Tekanan darah TENS, hipnosis, ekupresus,
22. Proses berpikir terapi musik, biofeedback,
23. Fokus terapi pijat, aromaterapi,
24. Fungdi berkemih teknik imajinasi
25. Perilaku terbimbing, kompres
26. Nafsu makan hangat/dingin, terapi
27. Pola tidur bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
19
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajakan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pepberian
analgetik jika perlu
20
8. Perdarahan menurun memadai
9. Ekspresi wajah 2. Gunakan lampu tidur
kesakitan menurun selama jam tidur
10. Agita menurun 3. Sosialisasikan pasien dan
11. Iritabilitas menurun keluarga dan lingkungan
12. Gangguan moblitas ruang rawat (mis.
menuun pnggunaan telepon, tempat
13. Gangguan kognitif tidur, penerangan ruangan,
menurun dan lokasi kamar mandi)
14. Tekanan darah membaik 4. Gunakan alas lantai jika
15. Frekuensi nadi membaik berisiko mengalami cedera
16. Frekuensi nafas serius
membaik 5. Sediakan alas kaki antislip
17. Denyut jantung apikal 6. Sediakan pispot atau urinal
membaik untuk eleminasi di tempat
18. Denyut jantu radialis tidu, jika perlu
membaik 7. Pastikan bel panggilan atau
19. Pola istirahat/tidur telepon mudah dijangkau
membaik 8. Pastikan bel panggilan atau
telepon mudah dijagkau
9. Pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saat
digunakan
10. Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
11. Pastikan roda tempat tidur
atau kursi roda dalam posisi
terkunci
12. Gunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas
21
pelayanan kesehatan
13. Pertimbangkan penggunaan
alarm elektrinik pribadi aau
alarm sensor pada tempat
tidur atau kursi
14. Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
15. Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai
(mi. tongkat atau alat bantu
jalan)
16. Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampngi pasien
17. Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
2. Anjurkan mengganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri
22
meningkat (5) fungsi tubuh yang
2. Saturasi oksigen mengakibatkan kelemahan
meningkat (5) 2. Monitor kelemahan fisik
3. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat 4. Monitor lokasi dan
(5) ketidaknyamanan
4. Kecepatan berjalan selamamelakukan aktivitas
meningkat (5) Terapeutik:
5. Jarak berjalan meningkat 1. Sediakan lingkungan
(5) nyaman dan rendah
6. Kekuatan tubuh bagian stimulus (mis. cahaya,
atas meningkat (5) suara, kunjungan)
7. Kekuatan tubuh bagian 2. Lakukan latihan tentang
bawah meningkat (5) gerak pasif dan/atau aktif
8. Toleransi dalam menaiki 3. Berikan aktivitas distraksi
tangga meningkat (5) yang menenangkan
9. Keluhan lelah menurun 4. Fasilitasi duduk di sisi
(5) tempat tidur, jia tidak dapat
10. Dispnea saat aktivitas berpindah atau berjalan
menurun (5) Edukasi:
11. Dispnea setelah aktivitas 1. Anjurkan tirah baring
menurun (5) 2. Anjurkan melakukan
12. Perasaan lemah menurun aktivitas secara bertahap
(5) 3. Anjurkan menghubungi
13. Aritmia saat aktivitas perawat jika tanda dan
menurun (5) gejala kelemahan tidak
14. Aritmia setelah sktivitas berkurang
menurun (5) 4. Ajarkan strategi koping
15. Sianosis menurun(5) untuk mengurangi
16. Warna kulit membaik kelelahan
(5)
23
17. Tekanan darah Kolaborasi:
membaik (5) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
18. Frekuensi nafas embaik tentang cara meningkatkan
(5) asupan makan
19. EKG iskemia membaik
(5)
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Perubahan-perubahan anatomi yang terjadi pada ibu hamil yaitu darah dan
pembekuan darah, peningkatan volume darah selama kehamilan berkisar 30-50%
dan bahkan bisa lebih pada kehamilan ganda. Peningkatan volume darah
berhubungan dengan peningkatan CO mulai kehamilan 6 minggu. Peningkatan
volume darah juga berhubungan dengan mekanisme hormonal. Peningkatan
volume plasma yaitu sekitar 50%, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme ibu dan janin. Peningkatan ini erat hubunganya dengan
berat badan bayi. Ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami peningkatan
volume plasma yang lebih besar dari pada ibu dengan kehamilan biasa.
3.2. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti. Ika Putri. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komperehensif pada
Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish
Dino W. Ramzi, M.D., C.M., And Kenneth V. Leeper, M.D. 2004. DVT and
PPart II. Treatment and Prevention. American Academy of Family.
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Ed. 3. Hal.
156-157. Jakarta: Penerbit Erlangga.
26