Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMBEKUAN


DARAH PADA MASA KEHAMILAN

OLEH :
KELOMPOK 4

Ni Made Tri Ardiyani


Luh Putu Merta Tejayanti
Desak Putu Dita Pranila
Ni Made Merry Wara Cahyani
Ida Ayu Puspayani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat  Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan
Gangguan Pembekuan Darah Pada Masa Kehamilan ”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunanTuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar - besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini

Denpasar, Oktober 2022

(Penyusun)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertiangangguan pembekuan darah pada kehamilan ……………... 3
2.2 Terjadinya pembekuan darah pada ibu hamil…………………………. 3
2.3 Klasifikasi gangguan pembekuan darah pada kehamilan………………5
2.4 Mengukur jumlah pendarahan dan bekuan……………………………..5
2.5 Penyebab gangguan pembekuan darah pada kehamilan ……………….6
2.6 Tanda dan gejala gangguan pembekuan darah pada kehamilan………..6
2.7 Komplikasi ……………………………………………………………. 6
2.8 Dampak gangguan pembekuan darah pada kehamilan ……………….. 7
2.9 Pencegahan gangguan pembekuan darah pada kehamilan …………… 8
2.10 Patofisiologi gangguan pembekuan darah pada kehamilan …………. 9
2.11 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………... 9
2.12 Penatalaksanaan …………………………………………………….. 10
2.13 Konsep asuhan keperawatan …………………………………………11
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan pembekuan darah merupakan suatu gangguan sulitnya atau


tidak dapat membekunya darah dalan tubuh. Pembekuan darah sangat
diperlukan oleh tubuh untuk segera menutupi luka yang terjadi pada tubuh
kita, baik luka kecil ataupun besar. Jika seseorang yang memiliki gangguan
pembekuan darah walaupun dia terkena luka yang kecil sekalipun akan sulit
atau tidak dapat membeku, dan ditakutkan darah yang tidak membeku
tersebut akan terus menerus keluar dari tubuh, sehingga mengakibatkan
perdarahan.
Untuk ibu hamil, gangguan pembekuan darah ini disebabkan oleh
hormon yang membuat trombosit ibu rendah, sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan pembekuan darah. Gangguan pembekuan darah
merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan pada trimester 3
kehamilan. Pada saat terjadi perdarahan ,maka secara normal dalam tubuh
terjadi proses keseimbangan(hemostatis) dan fibrinolisis. Sistem hemostatis
berfungsi menghentikan aliran darah dari pembuluh darah yang cedera,
sebagian melalui pembentukan benang-benang fibrin yang tidak larut.
      Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak. Semua wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko
perdarahan post partum dan sekuelenya. Walaupun angka kematian maternal
telah turun secara drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post
partum tetap merupakan penyebab kematian maternal terbanyak dimana-
mana.
      Kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal secara
langsung di Amerika Serikat diperkirakan 7 – 10 wanita tiap 100.000
kelahiran hidup. Data statistik nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar
8% dari kematian ini disebabkan oleh perdarahan post partum. Di negara

4
industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas
penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi. Di
beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita
tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari
kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan
100.000 kematian matenal tiap tahunnya.
      Frekuensi perdarahan post partum yang dilaporkan Mochtar, R. dkk.
(1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan.
Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang
angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut,
diperoleh sebaran etiologi antara lain: atonia uteri (50 – 60 %), sisa plasenta
(23 – 24 %), retensio plasenta (16 – 17 %), laserasi jalan lahir (4 – 5 %),
kelainan darah (0,5 – 0,8 %).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan yang dimaksud dengan gangguan pembekuan pada ibu hamil?


2. Bagaimana terjadinya gangguan pembekuan pada ibu hamil ?
3. Apa klasifikasi dari pembekuan darah pada ibu hamil?
4. Bagaimana cara mengukur jumlah pendarahan dan bekuan?
5. Apa penyebab gangguan pembekuan darah pada kehamilan?
6. Apa sajakah tanda dan gejala gangguan pembekuan darah pada
kehamilan?
7. Apa komplikasi dari gangguan pembekuan darah pada kehamilan?
8. Apa Dampak gangguan pembekuan darah pada kehamilan?
9. Bagaimana cara pencegahan gangguan pembekuan darah pada
kehamilan?
10. Bagaimana patofisiologi gangguan pembekuan darah pada kehamilan?
11. Jelaskan patofisiologi dari gangguan pembekuan darah pada ibu hamil?
12. Apa sajakah pemeriksaan penunjang dari gangguan pembekuan darah?
13. Bagaimana penatalaksanaan gangguan pembekuan pada ibu hamil ?
14. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Ibu hamil dengan
gangguan pembekuan darah

5
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui materi gangguan pembekuan pada kehamilan serta
mengetahui asuhan keperawatan gangguan pembekuan pada kehamilan

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Bekuan darah adalah sejenis rumpun yang terjadi ketika darah mengeras
dan berubah menjadi semi padat atau padat. Bekuan darah biasanya merupakan
masalah kesehatan yang serius dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi
selama kehamilan. Sementara gumpalan darah selama kehamilan dapat
mempengaruhi bayi yang belum lahir juga, itu adalah kondisi yang langka.
Bekuan darah (juga disebut trombosis) adalah massa atau rumpun darah
yang terbentuk ketika darah berubah dari cairan menjadi padat. Tubuh biasanya
membuat gumpalan darah untuk menghentikan pendarahan setelah kerokan atau
luka. Tetapi kadang-kadang gumpalan darah dapat menghalangi aliran darah di
pembuluh darah, seperti pembuluh darah atau arteri. Ini dapat menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh dan bahkan kematian.
Sebagian besar wanita dengan kondisi pembekuan darah memiliki
kehamilan yang sehat. Namun kondisi ini dapat menimbulkan masalah bagi
sebagian ibu hamil. Dalam kasus yang parah, mereka dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan bayi.

2.2 Terjadinya pembekuan darah pada ibu hamil

1) Selama Trimester Pertama


Tidak dapat dipungkiri bahwa perdarahan atau bercak di trimester pertama
bisa berarti keguguran (sejenis keguguran), tetapi juga bisa menandakan masalah
lain. Sekitar separuh wanita yang mengalami perdarahan vagina trimester pertama
mengalami keguguran. Hal tersebut mungkin terdengar menakutkan, tetapi perlu
diingat, itu juga berarti bahwa setengah dari wanita yang mengalami pendarahan
tidak mengalami keguguran.
2) Selama Trimester Kedua Dan Ketiga

7
Dalam beberapa kasus, perdarahan vagina pada trimester kedua atau ketiga
tidak serius. Misalnya, bercak coklat muda dapat terjadi karena alasan yang sama
seperti perdarahan trimester pertama (bisa dari iritasi ringan pada leher rahim
setelah hubungan seksual atau dari pemeriksaan medis). Namun, perdarahan
vagina pada trimester kedua atau ketiga biasanya berarti bahwa Anda perlu ke
dokter segera, terutama jika perdarahan berat dan merah atau disertai dengan
gejala lain (seperti sakit perut atau kontraksi).
Perdarahan pada trimester kedua atau ketiga bisa menunjukkan kondisi
serius, seperti solusio plasenta atau plasenta previa. Solusio plasenta adalah
ketika semua atau sebagian plasenta tiba-tiba terpisah dari uterus setelah minggu
ke 20 kehamilan. Ini adalah kondisi langka, terjadi pada sekitar satu dari setiap
100 kehamilan, biasanya pada trimester ketiga, dan dapat memicu kelahiran
prematur atau kelahiran mati. Anda mungkin merasakan kontraksi dan sakit perut
bersamaan dengan pendarahan.
Placenta previa adalah suatu kondisi di mana plasenta berada di tempat
yang rendah dan entah agak atau seluruhnya menutupi serviks. Dapat
menyebabkan pembatasan pertumbuhan pada bayi dan perdarahan fatal
(kehilangan darah) pada ibu, di antara komplikasi lainnya. Seorang wanita yang
didiagnosis dengan plasenta previa biasanya harus pergi ke tempat tidur, sering di
rumah sakit. Placenta previa juga langka, terjadi pada sekitar satu dari setiap 200
kehamilan.
Kesimpulannya, pendarahan vagina selama kehamilan dapat memiliki
banyak penyebab yang berbeda-beberapa serius dan beberapa tidak. Karena sulit
untuk mengetahui perbedaannya, penanganan dokter sangat diperlukan untuk
mendapatkan informasi dan tindakan yg tepat pada ibu hamil yg mengalami
perdarahan.

2.3. Klasifikasi

1) Deep Vein Trombosis (DVT)


Penggumpalan darah jenis ini terbentuk dari jaringan di dalam vena dan
umumnya mempengaruhi vena ekstermitas bawah. Penggumpalan terjadi
dalam pembuluh darah dan tidak dapat dilihat melalui kulit. Hal ini terjadi

8
terutama di betis kecuali selama kehamilan maka bekuan biasanya terletak
dalam panggul dan paha.

2) Portal Vein Trombosis (PVT)


Jenis trombosis mempengaruhi pembuluh darah portal yang dapat
menyebabkan hipertensi portal sehingga menghasilkan penurunan aliran
darah ke hati. Hal ini diketahui dapat menyebabkan gangguan pada splen.
Penyebab trombosis adalah karena kanker di hati, pankreas dan perut serta
abses hati. Infeksi pusar adalah penyebab umum dari trombosis vena
portal pada bayi baru lahir.
3) Renal Vein Trombosis (RVT)
Hal ini terjadi terutama pada pasien dengan sindrom nefritik. Pembentukan
bekuan dalam jenis ini merupakan trombosis di vena yang mengalirkan
darah di ginjal.
4) Cerebral Venous Sinus Trombosis (CVST).
Bentuk thrombosis yang parah dan jarang terjadi pada anak-anak dan usia
dewasa muda. Thrombosis ini paling sering terjadi pada perempuan.
Penyebabnya sulit ditentukan dan trombosis ini diyakini menjadi penyebab
umum dari stroke.
5) Jugular Vein Trombosis (JVT).
Suatu bentuk trombosis di jugularis internal atau eksternal. Thrombosis ini
jarang terjadi dan biasanya menyerang sebagian besar pasien rumah sakit
dan sebagian besar disebabkan intervensi intravena, infeksi dan keganasan.

2.4. Mengukur jumlah perdarahan dan bekuan

Berguna untuk mengawasi berapa banyak pembalut yang digunakan selama


perdarahan pada kehamilan. Dokter menggunakan “jumlah pad” untuk mengukur
jumlah perdarahan sebagai berikut:

1) Parah : Melewati darah dan bekuan cukup untuk menyerap melalui pad
dalam satu jam selama dua jam berturut-turut atau lebih
2) Sedang : Pendarahan melalui pad dalam tiga jam

9
3) Cahaya : Merendam kurang dari satu pad dalam tiga jam
4) Minimal : Hanya beberapa noda darah di pad dalam dua hingga tiga jam

2.5. Penyebab
Banyak perubahan fisiologis terjadi selama kehamilan. Salah satunya
adalah kompresi di panggul dari bayi. Ada juga perubahan faktor pembekuan
darah yang dimulai sejak awal kehamilan dan bertahan hingga seorang wanita
enam minggu pascakelahiran.

Hormon kehamilan memainkan peran. Ada banyak estrogen yang beredar


selama kehamilan, dan estrogen meningkatkan risiko pembekuan darah.
Perempuan yang mengonsumsi pil KB yang mengandung estrogen memiliki
risiko peningkatan DVT yang sama. wanita dengan gangguan pembekuan genetik,
yang disebut trombofilia, berada pada risiko yang lebih tinggi untuk trombosis
vena dalam pada kehamilan.

1. Stasis, bisa diakibatkan oleh imobilitas, operasi lama, obesitas, gagal


jantung dan trauma.
2. Jejas endotel (cedera pada dinding pembuluh darah) bisa diakibatkan
olehtrauma, kanul intralumen, inflamasi, dan infeksi .
3. Perubahan koagulasi darah (hiperkoagulasi) bisa diakibatkan oleh
polisitemia, trombositemia, leukemia, sepsis, trauma mayor, diabetes
mellitus, kehamilan/pil kontrasepsi oral kombinasi, merokok dan
keganasan.

2.6. Tanda dan gejala


Trombus yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila
trombus sudah menyumbat sehingga aliran darah menurun maka akan timbul
gejala. Gejala yang umum adalah rasa nyeri akibat sel-sel tubuh tidak mendapat
suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan teraba dingin, juga nadi terasa
lemah akibat sumbatan.

2.7. Komplikasi
1) Pembekuan darah di plasenta . Plasenta tumbuh di rahim Anda (rahim) dan
memasok bayi dengan makanan dan oksigen melalui tali pusat. Bekuan darah

10
di plasenta dapat menghentikan aliran darah ke bayi Anda dan membahayakan
bayi..
2) Serangan jantung. Hal ini biasanya terjadi ketika gumpalan darah menghalangi
aliran darah dan oksigen ke jantung. Tanpa darah dan oksigen, jantung tidak
bisa memompa darah dengan baik, dan otot jantung yang terkena bisa mati.
Serangan jantung dapat menyebabkan kerusakan jantung atau kematian yang
abadi.
3) Pembatasan pertumbuhan intauterine (juga disebut IUGR) . Ini adalah ketika
bayi Anda tumbuh buruk di dalam rahim.
4) Keguguran . Keguguran adalah ketika bayi meninggal di dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu.
5) Insufisiensi plasenta. Ini adalah ketika plasenta tidak bekerja sebaik
seharusnya sehingga bayi Anda mendapat lebih sedikit makanan dan oksigen.
6) Preeklampsia . Preeklampsia adalah kondisi yang dapat terjadi setelah minggu
ke-20 kehamilan atau tepat setelah kehamilan. Itu ketika seorang wanita hamil
memiliki tekanan darah tinggi dan tanda-tanda bahwa beberapa organnya,
seperti ginjal dan hatinya, mungkin tidak berfungsi dengan baik. Beberapa
tanda-tanda ini termasuk memiliki protein dalam urin, perubahan penglihatan
dan sakit kepala yang parah.
7) Kelahiran prematur . Ini adalah saat bayi Anda lahir sebelum 37 minggu
kehamilan.

2.8. Dampak

Resiko terbentuknya gangguan pembekuan darah dapat meningkat oleh faktor-


faktor berikut:

1. Obesitas
Hingga saat ini, ahli kesehatan masih tidak mengetahui bagaimana
obesitas meningkatkan resiko pembekuan darah. Tetapi mereka yakin
bahwa gaya hidup yang banyak duduk, kurang bergerak, perubahan pada
kimia darah, dan sebagainya, dapat membentuk suatu hubungan yang
menyebabkan pembekuan darah.

11
2. Pil Keluarga Berencana (KB)
Pil KB meningkatkan kadar estrogen pada tubuh. Tetapi, pil KB juga
meningkatkan produksi faktor koagulasi yang menyebabkan peningkatan
resiko pembekuan darah.
3. Aterosklerosis
Kondisi di mana arteri mengeras karena timbunan plak. Timbunan plak
(kolesterol) memiliki tutup yang pada akhirnya akan pecah. Ketika itu
terjadi, tubuh akan mengirim trombosit dan faktor koagulasi ke daerah
tersebut untuk memperbaiki robekan. Kemudian, hal itu akan
menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang dapat semakin
mempersempit jalan aliran darah.

2.9. Pencegahan
1) Bergerak (Darah bisa menumpuk di kaki saat Anda duduk dalam
waktu lama. Bila pekerjaan Anda menuntut untuk duduk dalam waktu
lama, sebaiknya luangkan waktu berjalan-jalan setiap 1 atau 2 jam)
2) Hidup sehat (Segera ubah kebiasaan buruk seperti merokok atau
makan berlebih agar berat badan tetap normal. Selain itu, minumlah
banyak air untuk mengurangi risiko penggumpalan darah). Hati-hati
dengan obat-obatan tertentu (Risiko DVT juga dapat meningkat saat
mengonsumsi pil kontrasepsi. DVT juga bisa diturunkan dari keluarga
yang telah mengalami penyakit ini)
3) Mengetahui tanda dan gejala (DVT terkadang sulit diidentifikasi
karena gejala yang ditunjukkan hampir sama dengan gangguan lain.
Perhatikan bila kaki menunjukkan gejala seperti membengkak, sakit,
kemerahan, mengalami perubahan warna, dan kulit terasa hangat saat
dipegang. Bila gumpalan darah sudah menjalar ke paru-paru biasanya
dapat menimbulkan sesak napas secara tiba-tiba)
4) Lebih proaktif (Bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah,
cedera, atau akan melakukan operasi, maka segeralah berkonsultasi ke
dokter. Informasikan kepada ahli meida bila sedang mengonsumsi pil

12
kontrasepsi, pernah menjalani operasi, melakukan perjalanan panjang,
atau cedera dalam 8 minggu sebelumnya

2.10. Patofisiologi
Trombosis vena rentan terjadi pada masa kehamilan trimester ke tiga dan
periode post partum. Pada masa kehamilan terjadi perkembangan janin. Lama-
kelamaan berat janin menekan vena-vena besar yang mengaliri pelvik dan
ekstrimitas bawah. Plasma fibrinogen mengalami peningkatan 40% atau lebih
namun waktu pembekuan tetap sama seperti masa sebelum kehamilan. Hal ini
memudahkan terjadi pembekuan darah serta terjadi statis venosa menyebabkan
ibu hamil mengalami thrombosis vena (Hamilton, 1995). Trombosis vena akibat
perubahan mekanisme pembekuan darah yang tidak terkontrol (Rizki, 2013).

Pada proses persalinan baik pervaginam maupun operasi sesar, plasenta


akan melepaskan plasminogen ke jaringan. Plasminogen yang masuk ke sirkulasi
dapat menyebabkan peningkatan koagulasi darah. Terjadi penurunan aktivitas
fibrinolitik selama kehamilan dapat menimbulkan hiperkoagulasi. Hal ini
menyebabkan thrombosis vena (Geinberg at al, 1998).
Penurunan Risiko Cidera
pathway Curah Jantung

2.11 Pemeriksaan penunjang


1) Ultrasound untuk memeriksa pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dengan
menggunakan jenis ultrasound khusus yang disebut Doppler untuk
memeriksa aliran darah bayi Anda di arteri umbilical, pembuluh darah di tali
pusat. Tali pusat menghubungkan bayi Anda ke plasenta. Ia membawa
makanan dan oksigen dari plasenta ke bayi.
2) Pemantauan detak jantung janin (juga disebut tes nonstress atau NST) . Tes
ini memeriksa detak jantung bayi di dalam rahim dan melihat bagaimana
detak jantung berubah ketika bayi bergerak. Tes ini untuk memastikan bayi
mendapatkan cukup oksigen.

13
2.12 Penatalaksanaan

Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya
perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari
terjadinya perdarahan post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP,
fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil
langkah spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari dan kelainan
hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati
dilusional. Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk
darah bersifat sangat esensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus
transfusi masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada
pasien dengan trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit
dengan cepat. Satu unit trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar
5.000 – 10.000/mm3. Dosis biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-
gejala perdarahan telah jelas atau bila hitung trombosit di bawah 20.000/mm3.
transfusi trombosit diindakasikan bila hitung trombosit 10.000 – 50.000/mm3, jika
direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan aktif atau diperkirakan
diperlukan suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan
karena masa paruh trombosit hanya 3 – 4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V,
VII, IX, X dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak
diperlukan adanya kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi
dengan sel-sel penerima. Bila ditemukan koagulopati, dan belum terdapat
pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang dibekukan harus dipakai secara
empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan fibrinogen,
dipakai dalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan penyakit von

14
Willebrand. Kuantitas faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk terjadinya
suatu pembekuan, serta bervariasi menurut keadaan klinis.
DIC
-          Uterotonika dosis adekuat
-          Tambahan fibrinogen langsung
-          Analisa factor bekuan darah

2.13 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tanda – tanda klasik seperti edema kaki
unilateral, eritema, hangat, nyeri, pembuluh darah superficial teraba, dan
Homan’s sign positif yaitu nyeri pada daerah betis setelah dilakukan dorso
fleksi pada kaki, tidak selalu ditemukan.
Bila thrombosis terjadi akibat thrombus vena superficial maka akan
didapatkan data:
1. Nyeri
2. Tenderness
3. Redness
4. Teraba hangat pada daerah yang terkena

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan sirkulasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan aliran balik vena
3. Resiko cedera (perdarahan) berhubungan dengan pemberian
antikoagulan
4. Intoleran aktivitas.
C. Intervensi Keperawatan
Luaran Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
SLKI SIKI
1 2 3 4

15
1 berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:
penurunan sirkulasi keperawatan selama …..,
Perawatan JAntung Akut
maka diharapkan curah
(I.02076 :
jantung meningkat, dengan
kriteria hasil: Observasi:

1. Kekuatan nadi perifer 1. Identifikasi karakteristik


meningat nyeri dada (meliputi faktor
2. Ejection fraction (EF) pemicu dan pereda,
meningkat kualitas, lokasi, radiasi,
3. Cardiac index (CI) skala, durasi, dan frekuensi
meningkat 2. Monitor EKG 12 sadapan
4. Left ventricular stroke untuk perubahan ST dan T
work index (LCSWI) 3. Monitor aritmia (kelainan
meningkat irama dan frekuensi)
5. Stroke volume index 4. Monitor elektrolit yang
(SVI) meningkat dapat meningkatkan resiko
6. Palpitasi menurun aritmia (mis. kalium,
7. Bradikardia menurun magnesium, serum)
8. Takikardia menurun 5. Monitor enzim jantung
9. Gambaran EKG aritmia (mis. CK, CK-MB,
menurun Troponin T, Troponin I)
10. Lelah menurun 6. Monitor saturasi oksigen
11. Edema menurun 7. Identifikasi stratifikasi pada
12. Distensi vena jugularis sindrom koroner akut (mis.
menurun skor TIMI, Kilip, Crusade)
13. Dispnea menurun
Terapeutik
14. Oliguria menurun
15. Pucat/sianosis menurun 1. Pertahankan tirah baring
16. Paroxismal nocturnal minimal 12 jam
dyspnea (PND) menurun 2. Pasang akses intravena
17. Ortopnea menurun 3. Puasakan hingga bebas

16
18. BAtuk menurun nyeri
19. SUara jantung S3 & S4 4. Berikan terapi relaksasasi
menurun untuk mengurangi ansietas
20. Murmur jantung dan stres
menurun 5. Sediakan lingkungan yang
21. Berat badan menurun kondusif untuk beristirahat
22. Hepatomegali menurun dan pemulihan
23. Pulmonary vascular 6. Siapkan menjalani
resistance (PVR) intervensi koroner
menurun perkutan, jika perlu
24. Systemic vascular 7. Berikan dukungan
resistance menurun emosional dan spiritual
25. Tekanan darah membaik
Edukasi
26. Capilary refil time
(CRT) membaik 1. Anjurkan segera
27. Pulmonary artery wedge melaporkan nyeri dada
pressure (PAWP) 2. Anjurkan menghindari
membaik manuver valsava mis.
28. Central Venous pressure mengedan saat BAB atau
membaik batuk)
3. Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
4. Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antiangia (mis.
nitrogliserin, beta blocker,

17
calcium channel blocker)
3. Kolaborasi pemberian
morfin, jika perlu
4. Kolaborasi pemberian
inotropik, jika perlu
5. Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah manuver
Valsava(mis. penulak tinja,
antiemetik)
6. Kolaborasi pencegahan
trombus dengan
antikoagulan, jika perlu
7. Kolaborasi pemeriksaan x-
ry dada, jika perlu

2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:


dengan gangguan aliran keperawatan selama …..,
Manajemen Nyeri (I.08238):
balik vena maka diharapkan tingkat
nyeri menurun, dengan Observasi:
kriteria hasil:
1. Identifikasi likasi,
1. Kemampuan
karakteristik, durasi,
menuntaskan aktivitas
frekuensi, kualitas,
meningkat (5)
intensitas nyeri
2. Keluhan nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
(5)
3. Identifikasi respon nyeri
3. Meringis (5)
non verbal
4. Sikap protektif (5)
4. Identidfikasi faktor yang
5. Gelisah (5)
memperberat dan
6. Kesulitan tidur (5)
memperingan nyeri
7. Menarik diri (5)
5. Identifikasi pengetahuan
8. Berokus pada diri
dan keyakinan tentang
sendiri (5)

18
9. Diaforesis (5) nyeri
10. Perasaan depresi 6. Identifikasi pengaruh
(tertekan) budaya terhadap respon
11. Perasaan takut nyeri
mengalami cedera 7. Identifikasi pengaruh nyeri
berulang pada kualitas hidup
12. Anoreksia 8. Monitor keberhasilan terapi
13. Perineum terasa komplementer yang sudah
tertekan dilakukan
14. Uterus teraba membulat 9. Monitor efek samping
15. Ketegangan otot penggunaan analgetik
16. pupil dilatasi
17. Muntah Terapeutik
18. Mual 1. Berikan teknik
19. Frekuensi nadi nonfarmakologis untuk
20. Pola nafas mengurangi rasa nyeri (mis.
21. Tekanan darah TENS, hipnosis, ekupresus,
22. Proses berpikir terapi musik, biofeedback,
23. Fokus terapi pijat, aromaterapi,
24. Fungdi berkemih teknik imajinasi
25. Perilaku terbimbing, kompres
26. Nafsu makan hangat/dingin, terapi
27. Pola tidur bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi

19
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajakan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pepberian
analgetik jika perlu

3 Resiko cedera (perdarahan) Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:


berhubungan dengan keperawatan selama…..,
Pencegahan Cedera (I.14537):
pemberian antikoagulan maka diharapkan tingkat
cedera menurun, dengan Observasi:
kriteria hasil:
1. Identifikasi lingkungan
1. Toleransi aktivitas
yang berpotensi
meningkat
menyebabkan cedera
2. Nafsu makan meningkat
2. Identifikasi obat yang
3. Toleransi makanan
berpotensi menyebabkan
meningkat
cedera
4. Kejadia cedera menurun
3. Identifikasi kesesuaian alas
5. luka/lecet menurun
kaki atau stoking elastis
6. Ketegangan otot
pada ekstremitas bawah
menurun
Terapeutik:
7. Fraktur menurun
1. Sediakan pencahayaan yang

20
8. Perdarahan menurun memadai
9. Ekspresi wajah 2. Gunakan lampu tidur
kesakitan menurun selama jam tidur
10. Agita menurun 3. Sosialisasikan pasien dan
11. Iritabilitas menurun keluarga dan lingkungan
12. Gangguan moblitas ruang rawat (mis.
menuun pnggunaan telepon, tempat
13. Gangguan kognitif tidur, penerangan ruangan,
menurun dan lokasi kamar mandi)
14. Tekanan darah membaik 4. Gunakan alas lantai jika
15. Frekuensi nadi membaik berisiko mengalami cedera
16. Frekuensi nafas serius
membaik 5. Sediakan alas kaki antislip
17. Denyut jantung apikal 6. Sediakan pispot atau urinal
membaik untuk eleminasi di tempat
18. Denyut jantu radialis tidu, jika perlu
membaik 7. Pastikan bel panggilan atau
19. Pola istirahat/tidur telepon mudah dijangkau
membaik 8. Pastikan bel panggilan atau
telepon mudah dijagkau
9. Pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saat
digunakan
10. Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
11. Pastikan roda tempat tidur
atau kursi roda dalam posisi
terkunci
12. Gunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas

21
pelayanan kesehatan
13. Pertimbangkan penggunaan
alarm elektrinik pribadi aau
alarm sensor pada tempat
tidur atau kursi
14. Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
15. Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai
(mi. tongkat atau alat bantu
jalan)
16. Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampngi pasien
17. Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
2. Anjurkan mengganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri

4 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:


keperawatan selama …..,
Manajmen Energi (I.05178):
maka diharapkan toleransi
aktivitas meningkat, dengan Observasi:
kriteria hasil:
1. Identifikasi gangguan
1. Frekuensi nadi

22
meningkat (5) fungsi tubuh yang
2. Saturasi oksigen mengakibatkan kelemahan
meningkat (5) 2. Monitor kelemahan fisik
3. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat 4. Monitor lokasi dan
(5) ketidaknyamanan
4. Kecepatan berjalan selamamelakukan aktivitas
meningkat (5) Terapeutik:
5. Jarak berjalan meningkat 1. Sediakan lingkungan
(5) nyaman dan rendah
6. Kekuatan tubuh bagian stimulus (mis. cahaya,
atas meningkat (5) suara, kunjungan)
7. Kekuatan tubuh bagian 2. Lakukan latihan tentang
bawah meningkat (5) gerak pasif dan/atau aktif
8. Toleransi dalam menaiki 3. Berikan aktivitas distraksi
tangga meningkat (5) yang menenangkan
9. Keluhan lelah menurun 4. Fasilitasi duduk di sisi
(5) tempat tidur, jia tidak dapat
10. Dispnea saat aktivitas berpindah atau berjalan
menurun (5) Edukasi:
11. Dispnea setelah aktivitas 1. Anjurkan tirah baring
menurun (5) 2. Anjurkan melakukan
12. Perasaan lemah menurun aktivitas secara bertahap
(5) 3. Anjurkan menghubungi
13. Aritmia saat aktivitas perawat jika tanda dan
menurun (5) gejala kelemahan tidak
14. Aritmia setelah sktivitas berkurang
menurun (5) 4. Ajarkan strategi koping
15. Sianosis menurun(5) untuk mengurangi
16. Warna kulit membaik kelelahan
(5)

23
17. Tekanan darah Kolaborasi:
membaik (5) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
18. Frekuensi nafas embaik tentang cara meningkatkan
(5) asupan makan
19. EKG iskemia membaik
(5)

24
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Pada setiap kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan anatomi sesuai


tingkat usia kehamilan ibu hamil tersebut. Perubahan tersebut dimulai pada
trimester awal sampai trimester terakhir.

Perubahan-perubahan anatomi yang terjadi pada ibu hamil yaitu darah dan
pembekuan darah, peningkatan volume darah selama kehamilan berkisar 30-50%
dan bahkan bisa lebih pada kehamilan ganda. Peningkatan volume darah
berhubungan dengan peningkatan CO mulai kehamilan 6 minggu. Peningkatan
volume darah juga berhubungan dengan mekanisme hormonal. Peningkatan
volume plasma yaitu sekitar 50%, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme ibu dan janin. Peningkatan ini erat hubunganya dengan
berat badan bayi. Ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami peningkatan
volume plasma yang lebih besar dari pada ibu dengan kehamilan biasa.

3.2. Saran

Sebaiknya ibu hamil bersiap dalam menghadapi perubahan anatomi dan


fisiologis terkait dengan kehamilanya. Selain itu juga, sebaiknya bidan memberi
konseling kepada ibu bahwa perubahan yang terjadi selama masa kehamilan
adalah hal yang lumrah dan hanya bersifat sementara.

25
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku dari


Brunner & Suddarth. Hal. 184. Jakarta: EGC.

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th ed.


Missouri: Elsevier Inc.

Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa


Tim penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC.

Damayanti. Ika Putri. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komperehensif pada
Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish

Dino W. Ramzi, M.D., C.M., And Kenneth V. Leeper, M.D. 2004. DVT and
PPart II. Treatment and Prevention. American Academy of Family.

Geinberg at al. 1998. Critical Decisions in Thrombosis and Hemostatis. London:


B. C Decker Inc

Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Ed. 3. Hal.
156-157. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

http://healthosphere.com/thrombosis/#venous-thrombosis, diakses pada tanggal 15


Maret 2016.

26

Anda mungkin juga menyukai