Disusun Oleh :
Anna ayza Humaira 2110101218 2.
Dian Purbasari 2110101319
Niken Nindia Clarita 2110101320
Maria Octaviani 2110101321
Bulan alma aprilia 2110101322
Ita dina ulhaq putri 2110101323
Rike Sonia Kusairia 2110101324
Nadila Chairunisa 2110101325
Nunik Sulistyowati 2110101326
Ambaul Latifah 2110101328
Agil Tahniyati Shoimah 2110101329
Julita Ratika 2110101330
Haulida makdan 2110101331
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu menjadi salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat. World Health Organization memperkirakan 830 ibu meninggal
saat hamil atau bersalin setiap hari di seluruh dunia. Pada akhir tahun 2015, sekitar
303.000 wanita hamil akan meninggal pada saat maupun sesudah kehamilan dan
persalinan. Menurut WHO, 99% dari seluruh kematian maternal terjadi di negara
berkembang. Rasio kematian maternal di negara-negara berkembang pada tahun 2015
adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup versus 12 per 100.000 kelahiran hidup di
negara maju. Penyebab utama yang menyumbang hampir 75% dari semua kematian
maternal adalah perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsia dan
eklampsia) dan unsafe abortion.
AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas
(42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000
kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 menyebutkan
bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survey (2003-2007) sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil SDKI
tahun 2002-2003 yang sebesar 307 per 100.000 KH. Pada tahun 2012, SDKI kembali
mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per
100.000 KH. Angka ini cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara
tetangga di Kawasan ASEAN.
Perdarahan obstetrik tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu di
negara-negara berkembang dengan persentase 50% dari estimasi 500.000 kematian
maternal yang terjadi secara global setiap tahun. Perdarahan sebagai penyebab
kematian maternal terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang
lebih tua terutama setelah melewati trimester III atau setelah kehamilan 28 minggu.
Perdarahan antepartum mempersulit 3-5% kehamilan dan merupakan penyebab utama
kematian perinatal dan maternal di seluruh dunia. Penyebab paling penting dari
perdarahan antepartum adalah plasenta previa dan solusio plasenta.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui perdarahan antepertum
b. Untuk mengetahui penyebab perdarahan
c. Untuk mengetahui dampak perdarahan bagi ibu dan janin
d. Untuk mengetahui wewenang bidan
e. Untuk mengetahui faktor resiko
f. Untuk mengetahui menurut islam
g. Untuk mengetahui peran bidan
3. Manfaat
a. Dapat mengetahui perdarahan antepertum
b. Dapat mengetahui penyebab perdarahan
c. Dapat mengetahui dampak perdarahan bagi ibu dan janin
d. Dapat mengetahui wewenang bidan
e. Dapat mengetahui faktor resiko
f. Dapat mengetahui menurut islam
g. Dapat mengetahui peran bidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perdarahan Antepartum
1. Definisi Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada usia
kehamilan di atas 24 minggu sampai kelahiran. Perdarahan pada
kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan perinatal,
berkisar 35% (Amokrane, 2016).
2. Penyebab Perdarahan
Penyebab Umum Perdarahan di Trimester Pertama Kehamilan
Beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya perdarahan saat hamil,
terutama di trimester pertama kehamilan, adalah:
a. Keguguran
b. Perdarahan implantasi
c. Kehamilan ektopik
d. Kehamilan anggur
a. Hubungan seksual
b. Solusio plasenta
c. Plasenta previa
d. Bukaan lahir
Perdarahan antepartum dapat berasal dari:
a. Plasenta
Meliputi plasenta previa, solusio plasenta dan ruptura sinus marginal.
b. Lokal pada saluran genitali
1) Show
2) Serviks: servisitis, polip, erosi serviks dan keganasan
3) Trauma: trauma saat hubungan seksual
4) Vulvovaginal varicosities
5) Tumor saluran genital
6) Infeksi saluran genital
7) Hematuria
c. Insersi tali pusat
1) Meliputi vasa previa
Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan
antepartum. Perdarahan akibat plasenta previa terjadi secara
progresif dan berulang karena proses pembentukan segmen bawah
rahim. Sampai saat ini belum terdapat definisi yang tetap mengenai
keparahan derajat perdarahan antepartum. Seringkali jumlah darah
yang keluar dari jalan lahir tidak sebanding dengan jumlah
perdarahan sebenarnya sehingga sangat penting untuk
membandingkan jumlah perdarahan dengan keadaan klinis pasien.
Terdapat beberapa definisi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan perdarahan antepartum:
a) Spotting – terdapat bercak darah pada pakaian dalam
b) Perdarahan minor – kehilangan darah < 50 mL
c) Perdarahan mayor – kehilangan darah 50–1000 mL tanpa tanda
klinis syok
d) Perdarahan masif – kehilangan darah > 1000 mL dengan/tanpa
tanda klinis syok
d. Tonus/kekuatan otot, keadaan ketika uterus tidak dapat berkontraksi
atau disebut atonia uteri, menyebabkan darah yang keluar dari uterus
tidak dapat berhenti secara alamiah. Hal ini menyebabkan darah yang
keluar semakin banyak dan harus mendapatkan pertolongan.
e. Faktor pembekuan darah, perdarahan yang banyak dapat menyebabkan
hilangnya faktor-faktor yang dibutuhkan darah untuk membantu
penutupan luka. Selain itu, pengidap kelainan hemofilia, yaitu ketika
darah sukar membeku menyebabkan kelainan perdarahan pasca
melahirkan.
3. Dampak Perdarahan Antepartum
Dampak yang bisa ditimbulkan dari perdarahan postpartum adalah
anemia, syok hemorrhage dan sindrom Sheehan. Perdarahan postpartum
dapat berupa perdarahan yang hebat sehingga dalam waktu singkat ibu
dapat mengalami syok atau terkadang berupa perdarahan yang hanya
merembes perlahan namun secara terusmenerus sehingga tanpa disadari
perdarahan telah fatal dan menyebabkan ibu lemas dan mengalami syok.
Pada perdarahan yang fatal akan menimbulkan gejala tekanan darah
menurun, extrimitas dingin, tampak pucat, nadi dan napas cepat. Apabila
tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menyebabkan kematian ibu
(Rifdiani, 2016).
Pada janin dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti : Fetal
hypoxia atau kekurangan suplai oksigen, Pertumbuhan janin terhambat,
Lahir premature, Meninggal dunia.
4. Wewenang dan peran bidan
Ada beberapa permasalahan yang terjadi pada kehamilan lanjut,
diantaranya adalah:
a. Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan
b. Perdarahan intrapartum sebelum kelahiran
c. Perdarahan pada kehamilan lanjut dapat dibedakan seperti dalam Tabel
dibawah ini:
Allah SWT juga menjelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 153 yang
artinya:
"Wahai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
dengan bersabar dan mengerjakan sembahyang, karena sesungguhnya
Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah
ayat 153).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 minggu .
penyebab perdarahan antepartum akibat kelebihan plasenta yaitu : solusio plasenta,
plasenta previa, inersio plasenta, rupture sinus marginalis, plasenta sirkumvalata, vasa
previa, jika terjadi salah satu perdarahan antepartum seperti yang di jelaskan maka segera
mungkin harus di tindaki dengan baik.
SARAN
• Bagi ibu hamil ibu hamil yang mempunyai faktor-faktor risiko untuk terjadinya
perdarahan antepartum agar waspada dan diharapkan dapat mencegah terjadinya
perdarahan antepartum dengan melakukan pemeriksaan dan pengawasan kehamilan
kepada tenaga ahli secara teratur sehingga dapat diketahui sejak awal adanya risiko
perdarahan antepartum serta komplikasi kehamilan dan persalinan yang mungkin
terjadi sehingga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu.
• Bagi petugas Kesehatan :
1. Bagi petugas kesehatan Petugas kesehatan diharapkan untuk lebih meningkatkan
upaya promotif kepada ibu hamil tentang pentingnya antenatal care (ANC)
standar WHO minimal 4 kali selama hamil untuk mendeteksi secara dini plasenta
previa dan solusio plasenta.
2. Petugas kesehatan diharapkan untuk lebih meningkatkan upaya preventif
terhadap faktor-faktor yang dapat menjadi predisposisi terjadinya perdarahan
antepartum serta meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat dengan cara
penyuluhan dan konseling ibu hamil.
3. Petugas kesehatan diharapkan memberikan nasihat kepada ibu hamil untuk
memelihara kesehatannya selama kehamilan dan persalinan serta informasi
mengenai keluarga berencana.
4. Petugas kesehatan diharapkan memberikan informasi kepada ibu untuk segera ke
petugas kesehatan jika dijumpai tanda-tanda perdarahan.