A. Definisi Preeklampsia
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2018). Sectio caesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2017).
Pre eklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 38 minggu
atau lebih (Nanda, 2015).
Preeklampsia adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling
sedikit 140/90, proteinuria, dan oedema. Preeklampsia merupakan penyulit
kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari
gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat (Sarwono, 2018).
B. Klasifikasi
Klasifikasi operasi SC :
Menurut NANDA (2015) operasi SC dapat dibedakan menjadi :
1. Sectio caesaria abdomen
Seksio secara transperitonealis:
a. Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
b. Sectio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim
c. Sectio caesaria ekstraperitonealis,yaitu tanpa membuka peritonium
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
2. Sectio caesaria vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio caesaria dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
b. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
c. Sayatan huruf T (T-incision)
3. Sectio caesaria klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena
memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang
yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.
Kelebihan:
a. Mengeluarkan janin lebih cepat
b. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
a. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik
b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan
4. Sectio caesaria ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan:
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka lebih mudah
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga periotoneum
d. Perdarahan berkurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan
kurang/lebih kecil
Kekurangan:
a. Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan arteri uterina terputus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak
b. Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.
Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini
adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti, 2017) :
1. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas, penyebab preeklampsia ringan belum diketahui
secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome”
akibat vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah dan
Yulianti, 2017).
Gejala preeklampsia ringan meliputi:
a. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90-110 mmHg
b. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau
tangan
d. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ
2. Preeklampsia Berat
Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan
Yulianti, 2017).
Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:
a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110
mmHg
b. Trombosit <100.000 /mm3
c. Proteinuria (>3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada
pemeriksaan kuantitatif bisa disertai dengan:
1) Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
2) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
3) Nyeri abdomen
4) Gangguan fungsi hati
5) Gangguan perkembangan Intrauterine
C. Etiologi
Menurut Manuaba (2018 ) indikasi ibu dilakukan Sectio caesaria adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor Sectio caesaria diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab Sectio caesaria sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin.
a. Kelainan pada letak kepala
b. Letak Sunsang
Apa yang menjadi penyebab pre-eklamsia dan eklamsia sampai
sekarang belum diketahui. Tetapi pre-eklamsia dan eklamsia hamper secara
ekslusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Biasanya
terdapat pada wanita sama subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja
belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
Nair, M., & Peate, I., (2018). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta :
Bumi Medika.