C DENGAN G3P2A0
Disusun Oleh :
Amelia Maharani
Nim. 22149011091
2023
1. KONSEP SECTIO CAESARIA (SC)
A. DEFINISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006). Sectio caesaria adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim
(Mansjoer, 2002)
B. JENIS – JENIS
1. Sectio cesaria transperitonealis profund
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b) Bahaya peritonitis tidak besar.
c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada
halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda.
Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di
lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi
uterin berat.
4. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a) Atonia uteri
b) Plasenta accrete
c) Myoma uteri
d) Infeksi intra uteri berat
C. ETIOLOGI
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan
atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-
kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
4) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
C. ETIOLOGI PREEKLAMSIA
1. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu
dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup usia,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia
pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya
meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun.
2. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan
minggu ke 20, gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika
terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih
dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua
usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia.
3. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin
lebih dari satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang
pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:
F. KOMPLIKASI
Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami bergantung
pada derajat preeklamsia yaitu antara lain:
1. Komplikasi pada ibu
Eklamsia.
a) Solusio plasenta.
b) Perdarahan subkapsula hepar.
c) Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular
coagulation (DIC).
d) Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan
low platelet count).
e) Ablasio retina.
f) Gagal jantung hingga shok dan kematian.
2. Komplikasi pada janin
a) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b) Premature
c) Asfiksia neonatorum.
d) Kematian janin dalam uterus.
e) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
Keletihan (D.0057)
3
Penyebab :
1) Gangguan tidur
2) Gaya hidup monoton
3) Kondisi fisiologis
4) Program
perawatan/pengobatan jangka
panjang
5) Peristiwa hidup negative
6) Stress berlebihan
7) Depresi
Gejala Dan Tanda Mayor:
Subjektif:
1. Merasa tidak pulih walaupun
telah tidur
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah
Objektif:
1. Tidak mampu
mempertahankan aktivitas
rutin
2. Tampak lesu
Gejala Dan Tanda Minor:
Subjektif :
1. Merasa bersalah akibat tidak
mampu menjalankan
tanggung jawab
2. Libido menurun
Objektif :
1. Kebutuhan istirahat
meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M., Deitra L.L, & Margaret D.J. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T.H. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiradjo.
Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada
kehamilan di RSU Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.
2, Hal. 21-24.
Widiastuti, N.P.A. (2012). “Asuhan keperawatan pre eklamsia.
http://nursingbeautiful.wordpress.com/2010/12/03/askep-preeklamsia/.