Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

C DENGAN G3P2A0

DENGAN PRE OP SC INDIKASI PEB (PRE EKLAMSIA BERAT)

DI RUANG BERSALIN (VK) RSD GUNUNG DJATI CIREBON

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Amelia Maharani

Nim. 22149011091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA

2023
1. KONSEP SECTIO CAESARIA (SC)
A. DEFINISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006). Sectio caesaria adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim
(Mansjoer, 2002)
B. JENIS – JENIS
1. Sectio cesaria transperitonealis profund
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b) Bahaya peritonitis tidak besar.
c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada
halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda.
Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di
lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi
uterin berat.
4. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a) Atonia uteri
b) Plasenta accrete
c) Myoma uteri
d) Infeksi intra uteri berat
C.   ETIOLOGI
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan
atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6.   Kelainan Letak Janin
a.    Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-
kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
4)    Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

2. KONSEP DASAR PENYAKIT PEB


A. DEFINISI PREEKLAMSIA
Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas
(Sofian, 2015). Definisi preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-
tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila terdapat perubahan
pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani,
2012).
Menurut definisi Manuaba, (1998) mendefinisikan bahwa
preeklamsia (toksemia gravidarum) merupakan tekanan darah
tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih),
atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20
minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan(Sukarni,
2013).
Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari
trias hipertensi, proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang
disertai konvulsi sampai koma. Ibu hamil tersebuttidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015).
Risiko cedera pada janin yaitu berisiko mengalami bahaya atau
kerusakan fisik pada janin selama proses kehamilan dan persalinan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
B. KLASIFIKASI PREEKLAMSIA
Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan
yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
1. Preeklamsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang - kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya dengan selang waktu 6
jam. Edema umum, kaki, jari tangan, serta wajah, atau
kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+
atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2. Preeklamsia berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gr atau
lebih per liter, Oliguria, adalah jumlah urin kurang dari 500 cc
per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, serta
rasa nyeri di epigastrium. Dan terdapat edema parudan
sianosis.

C. ETIOLOGI PREEKLAMSIA
1. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu
dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup usia,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia
pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya
meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun.
2. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan
minggu ke 20, gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika
terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih
dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua
usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia.
3. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin
lebih dari satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang
pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

a) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin


untuk pertama kalinya
b) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin
lebih dari satu kali.
c) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih
dari lima kali
4. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah
faktor utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian
preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak
perinatal yang buruk (Lalenoh, 2018).
5. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan
risiko hampir tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada
ibu dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat
(Lalenoh, 2018).
6. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes,
kemungkinan akan terkena preeklampsia meningkat 4 kali
lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi
preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi
dari pada ibu yang tidak menderita hipertensi kronik
D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
ritensi garam serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteiola glomelurus. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik, sehingga usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi (Sofian, 2015).
Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial
belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteliola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015).

E. TANDA DAN GEJALA PREEKLAMSIA


Menurut Mitayani (2012), preeklamsia memiliki dua gejala yang
sangat penting yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak
disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah diatas
yaitu sebagai berikut:
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan
awal yang penting pada preeklamsia. Tekanan diastolik
adalah tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan
dengan tekanan sistolik. Pada tekanan diastolik sebesar 90
mmHg atau lebih yang terjadi terus- menerus menunjukkan
keadaan abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preeklamsia serta bahkan kenaikan berat badan (BB) yang
berlebihan adalah tanda pertama preeklamsia pada sebagian
wanita. Peningkatan berat badan normal ialah 0,5 kg per
minggu. Apabila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan
terjadinya preeklamsia harus dicurigai. Peningkatan berat
badan terutama disebabkan karena retensi cairanserta selalu
dapat ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang
tampak jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau
jaringan tangan yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif
satu, positif dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat
proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai 10 g/dL.
Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan
hipertensi serta kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan.

F. KOMPLIKASI
Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami bergantung
pada derajat preeklamsia yaitu antara lain:
1. Komplikasi pada ibu
Eklamsia.
a) Solusio plasenta.
b) Perdarahan subkapsula hepar.
c) Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular
coagulation (DIC).
d) Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan
low platelet count).
e) Ablasio retina.
f) Gagal jantung hingga shok dan kematian.
2. Komplikasi pada janin
a) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b) Premature
c) Asfiksia neonatorum.
d) Kematian janin dalam uterus.
e) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien, untuk mengidentifikasi, mengenal masalah kebutuhan
kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Deden Dermawan, 2012). Pengkajian yang dilakukan
pada ibu preeklamsia menurut Mitayani (2012), yaitu sebagai
berikut.
1) Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama,
umur, Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama,
suku, alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal masuk
rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji identitas
penanggung jawab atas pasien.
2) Data riwayat kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan
yang paling dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi
sebelum hamil.
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia
pada kehamilan terdahulu.
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
2) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.
3) Gangguan virus: penglihatan kabur, scotoma, dan
diplopia.
4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex
tinggi, dan tidak tenang
6) Edema pada ektremitas.
7) Tengkuk terasa berat.
8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat obstetrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan
riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan,
persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini,
dan riwayat keluarga berencana.
d. Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada
pasien seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan
dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau
aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien
merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus,
perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola
komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain,
ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.
B. PEMERIKSAAN FISIK BIOLOGI
1. Kepala: sakit kepala, wajah edema.
2. Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
3. Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium,
anoreksia, mual, dan muntah.
4. Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.
5. System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.
6. Genitourinaria: oliguria, proteinuria.
7. Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan
janin melemah.
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan
yaitu suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan diagnosis keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga,
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks,
pengeluaran janin
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive,
penurunan HB
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang meliputi
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada pasien. Dan berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan
serta keperawatan pasien dapat diatasi (Bararah, 2013).

No Diagnosa keperawawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Melahirkan (D.0079) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.03114)

Penyebab : Setelah dilakukan asuhan Observasi


1) Dilatasi serviks keperawatan selama  Identifikasi lokasi,
2) Pengeluaran janian ………..........X..................... karakteristik, durasi,
Maka diharapkan tingkat frekuensi, kualitas,
nyeri menurun dengan intensitas nyeri
Gejala Dan Tanda Mayor: kriteria hasil:  Identifikasi skala nyeri
Subjektif: 1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respons nyeri
1. Mengeluh Nyeri 2. Meringis menurun verbal
2. Perineum terasa tertekan 3. Sikap protektif menurun  Identifikasi faktor yang
Objektif: 4. Gelisah menurun memperberat dan
1. Ekspresi wajah meringis 5. Kesulitan menurun memperingan nyeri
2. Berposisi meringankan posisi 6. Perineum terasa tertekan  Identifikasi pengetahuan
3. Uterus teraba bulat menurun dan keyakinan tentang
7. Uterus teraba bulat nyeri
menurun  Identifikasi pengaruh
Gejala Dan Tanda Minor: 8. Ketegangan otot budaya yang
Subjektif : menurun mempengarugi nyeri
1. Mual 9. Tekanan darah membaik  Identifikasi pengaruh nyeri
2. Nafsu makan 10. Fungsi berkemih pada kualitas hidup
menurun/meningkat membaik Terapetik:
Objektif : 11. Nafsu makan membaik  Berikan teknik
1. Tekanan darah meningkat nonfarmakologis untuk
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Ketegangan otot meningkat
4. Pola tidur berubah mengurangi rasa nyeri
5. Fungsi berkemih berubah  Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6. Diaforesis
 Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Gangguan prilaku
 Pertimbangkan jenis dan
8. Pupil dilatasi sumber nyeri dalam
9. Muntah pemelihan strategi
meredakan nyeri
10. Focus pada diri sendiri Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode,
Kondisi Klinis Terkait : dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
1. Proses persalinan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jik perlu

2 Resiko Infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.141337) Manajemen Nyeri (I.03114)

Penyebab : Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama
1) Penyakit kronis  Identifikasi riwayat
………..........X.....................
kesehatan dan riwayat
2) Efek prosedur invasive
Maka diharapkan tingkat alergi
3) Malnutrisi infeksi menurun dengan  Identifikasi kontraindikasi
4) Peningkatan paparan kriteria hasil: pemberian imunisasi
organisme pathogen
lingkungan 1. Demam menurun  Identifikasi status imunisasi
setiap kunjungan ke
2. Kemerahan menurun
pelayanan kesehatan
Kondisi Klinis Terkait : 3. Nyeri menurun Terapetik:
1. Tindakan invasive 4. Bengkak menurun  Berikan suntikan pada bayi
di bagian paha aterolateral
2. Ketuban Pecah Sebelum 5. Kadar sel darah putih
membaik  Dokumentasikan informasi
Waktunya (KPSW)
6. Kultur darah membaik vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada
7. Kultur urine membaik interval waktu yang tepat
8. Nafsu makan membaik Edukasi :
 Jelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi,
jadwal,dan efek samping
 Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
 Informasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
 Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
 Informasikan penyedia
layanan Pekan Imunisasi
Nasional yang menyediakan
vaksin gratis

Keletihan (D.0057)
3
Penyebab :
1) Gangguan tidur
2) Gaya hidup monoton
3) Kondisi fisiologis
4) Program
perawatan/pengobatan jangka
panjang
5) Peristiwa hidup negative
6) Stress berlebihan
7) Depresi
Gejala Dan Tanda Mayor:
Subjektif:
1. Merasa tidak pulih walaupun
telah tidur
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah
Objektif:
1. Tidak mampu
mempertahankan aktivitas
rutin
2. Tampak lesu
Gejala Dan Tanda Minor:
Subjektif :
1. Merasa bersalah akibat tidak
mampu menjalankan
tanggung jawab
2. Libido menurun
Objektif :
1. Kebutuhan istirahat
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M., Deitra L.L, & Margaret D.J. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T.H. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiradjo.
Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada
kehamilan di RSU Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.
2, Hal. 21-24.
Widiastuti, N.P.A. (2012). “Asuhan keperawatan pre eklamsia.
http://nursingbeautiful.wordpress.com/2010/12/03/askep-preeklamsia/.

Anda mungkin juga menyukai