Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS SC DENGAN INDIKASI PRE EKLAMPSIA

Disusun Oleh :

PUTRI DELIA AZHAR

(202101014)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

T.A 2023/2024
1.1 Pengertian

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah


persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas,
organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involus
(Agung, 2021).

Sectio caeasar adalah persalinan dengan cara membuat sayatan


perut untuk mengeluarkan janin. Persalinan sectio caesarea yaitu proses
mengeluarkan bayi dengan membedah perut ibu dengan membuat sayatan
didinding rahim. Tindakan sectio caesar tindakan medis utama untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan juga bayi. Ada beberapa indikasi untuk
dilakukan tindakan sectio caesarea adalah gawat janin, Diproporsi
sepalopelvik, Persalinan macet, Plasenta Previa, Prolapsus tali pusat, Mal
presentase janin, dan pre eklampsia (Zahroh, 2021).

Preeklamsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension


(PIH) kehamilan atau toksemia kehamilan, ditandai dengan Tekanan
darah meningkat, oedema, bahkan adanya proteinuria. Biasanya
preeklamsia terjadi pada ibu yang usia kehamilannya 20 minggu keatas
atau tiap triwulan dari kehamilan, pada kehamilan 37 minggu tersebut
umumnya preeklamsia biasa terjadi hingga minggu pertama setelah
persalinan (Riyana, 2019).

1.2 Etiologi
Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan dilakukan SC sebagai
berikut :

1.2.1 Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua


disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin /
panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, Plasenta previa terutama padu primigravida,
solutsio plasenta tingkat 111, komplikasi kehamilan yang disertai
penyakit (jantung, DM). Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,
mioma uteri, dan sebagainya).

1.2.2 Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi


kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, 89
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.

Manuabu (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah


ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan junin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran
lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar
kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan
tindakan operasi Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuranukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya masih belum jelas. Setelah pendarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamai merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam
ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum


terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil term di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 16
minggu

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.


Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir


yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya
tumor dan kelainan hawaan pada jalan lahir, tali pasat
pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan Letak Janin

Kelainan pada letak kepala etak kepala tengadah Bagian


terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau
mati, kerusakan dasar panggul Presentasi muka, Letak
kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi,
kira-kira 0,27-0,5% c. Presentasi dahi. Posisi kepala antara
fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
kepala. Letak Sungsang dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak maka atau letak belakang (Agung, 2021).

1.2.3 Etiologi Preeklampsia

Sampai saat ini belum diketahui secara jelas penyebab terjadinya


preeklampsia pada ibu hamil, namun ada yang menyatakan bahwa
preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu menurut (Sulistiyana
2020). diantaranya yaitu :

1. Primigravida atau kehamilan pertama


Ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam
menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada
primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-
releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian
menyebabkan peningkatan kortisol (Afrino and Janah 2019).
Berdasarkan teori immunologik, preeklamsia pada primigravida
terjadi. karena di primigravida pembentukan blocking antibody
terjadi mengenai antigen yang belum sempurna, primigravida
juga mengalami pembentukan Human Leucoyte Antigen (HLA-
G) memainkan peran dalam memodulasi respons imun sehingga
hasil konsepsi ditolak pada klien atau intoleransi ibu terhadap
plasenta yang dapat menyebabkan preeklamsia.
2. Morbid obesitas atau biasa disebut kegemukan
Penyakit ini menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus,
Obesitas dapat mengakibatkan kolesterol meningkat, bahkan
mengakibatkan jantung lebih cepat dan bekerja berat. Klien
dengan obesitas dalam tubuhnya semakin banyak jumlah darah
yang terkandung yang berarti semakin parah jantung dalam
memompa darah sehingga dapat menyebabkan preeklamsia.
Preeklamsia lebih menjurus terjadi pada klien yang memiliki
Riwayat Diabetes mellitus dikarenakan saat klien kebutuhan
janin yaitu plasenta lebih berperan aktif dalam memenuhi semua
kebutuhannya.
3. Usia Kehamilan
Preeklamsia muncul setelah klien dengan usia kehamilan
20 minggu dengan Gejala kenaikan tekanan darah. Jika terjadi
preeklamsia di bawah 20 minggu, masih dikategorikan hipertensi
kronik. Sebagian besar preeklamsia terjadi pada minggu >37
minggu dan semakin tua kehamilan maka semakin berisiko untuk
terjadinya preeklamsia.
4. Riwayat Hipertensi
Orang dengan hipertensi sebelum kehamilan (hipertensi
kronis) memiliki risiko 4-5 kali terjadi preeklamsia pada
kehamilannya. Angka kejadian hipertensi kronis pada kehamilan
yang disertai preeklamsia sebesar 25%. Sedangkan bila tanpa
hipertensi kronis angka kejadian preeklamsia hanya 5% (Malha
et al, 2018).
5. Usia
Klien pada usia >35 tahun rentan mengalami masalah
kesehatan salah satunya adalah preeklamsia. Karena adanya
perubahan jaringan rahim dan saluran lahir yang tidak fleksibel
seperti halnya pembuluh darah, disebabkan oleh peningkatan
tekanan darah. Seiring bertambahnya umur semakin mudah
terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah ibu, proteinuria
dan edema. Sebenarnya pada umur 35 tahun belum dianggap
rentan, tetapi kapasitas reproduksi semakin menurun sehingga
dianggap sebagai fase untuk berhenti hamil.
1.3 Klasifikasi
1.3.2 Klasifikasi SC
1. Segmen bawah: Insisi melintang

Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam


yang aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan
dan sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan
sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmen
bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan
obstetric

2. Segmen bawah: Insisi membujur


Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama
seperti insisi melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan
dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada
bayi.
3. Sectio Caesarea klasik Insisi longitudinal

digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding


anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan
gunting yang berujung tumpul. Diperlukan luka inaisi yang lebar
karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta
plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.
Pada masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi
untuk mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi
untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam
menyingkapkan segmenn bawah.

4. Sectio Caesares Extraperitoneal

Pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk


mennghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang
mengalami infeksi luas dengan mencegahh peritonitis generalisata
yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio Caesarea
Extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton, T.
tekhnik pada prosedur ini relative lebih sulit, sering tanpa sengaja
masuk kedalam vacuum peritoneal dan isidensi cedera vesica
urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap
disimpan sebagai cadangan kasus-kasus tertentu.

5. Histerektomi Caesarea

Pembedahan ini merupakan Sectio Caesaren yang


dilanjutkan dengan pengeluaran uterus Jika mimuungkin
histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan
tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan dapatt
dikerjakan lebih cepat, maka pemmbedahan subtotal menjadi
prosedur pilihan jika terdapat perdarahan bebat dan pasien terjadi
syok, atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab
lain. Pada kasus-kasus semacam ini lanjatas pembedahan adalah
menyelesaikannya secepat mungkin (Zahroh, 2021).

1.3.3 Klasifikasi Preeklamsia

Menurut (Justina and Rasmada, 2021). klasifikasi preeklamsia atau


hipertensi dalam kehamilan terbagi 3, yaitu :

1) Preeklamsia Ringan

a) Kenaikan TD 140/90mmHg

b) Adanya pembengkakan kaki, muka, jari tangan serta berat


badan naik 1kg lebih tiap minggunya

c) Adanya Proteinuria

d) Tidak ada nyeri kepala

2) Preeklamsia Sedang

Tekanan darah Sistolik 150-159 mmHg, tekanan diastolic


100-109 mmHg
3) Preeklamsia Berat

a) Tekanan darah senilai >160/100 mmHg

b) Adanya proteinuria >5 gram/L

c) Jumlah urine kurang (Oliguria) dari 500 cc/24Jam

d) Serebral terganggu, visus terganggu dan timbul nyeri pada


epigastium

e) Terjadi pembengkakan/edema paru atau sianosis

f) Ada kejang (Eklampsia)

g) Timbul keluhan subjektif, seperti : nyeri, gangguan


penglihatan, sakit kepala, gangguan kesadaran ataupun odema
paru

1.4 Manifestasi Klinis

1.4.1 Manifestasi Sc

Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan


yang lebih komprehensif yaitu perawatan post operatif dan
post partum, manifestasi klinis Sectio Caesarea yaitu :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus terletak di umbilicus
d. liran lockhea sedang bebas membeku yang tidak
berlebihan
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
750-1000
f. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
i. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
j. Bonding attachment pada anak yang baru lahir
1.4.2 Manifestasi Preeklampsia

Menurut (Ulum 2022). ada beberapa manifestasi preeklamsia, yaitu :

1) Bertambahnya Berat Badan


terjadi kenaikan berat badan yaitu ±1 kg beberapa kali seminggu
2) Timbul pembengkakan akibat BB meningkat
pembekakan pada kaki, muka dan pergelangan pada tangan
3) Hipertensi / tekanan darah tinggi
yang di ukur selama 30 menit setelah pasien beristirahat) dengan
tekanan darah >140/90 mmHg

4) Proteinuria

a) adanya protein dalam urine sebesar 0,3 gram/L/hari atau


pemeriksaan kualitatif senilai +1/+2

b) kadar proteinuria 1 g/I yang dikeluarkan melalui kateter yang


di ambil sebanyak 2 kali setiap 6 jam.

5) Tanda dan gejala lainnya yaitu :

gangguan penglihatan, nyeri epigastric, sakit kepala, mual dan


muntah, penurunan Gerakan janin dan ukuran janin lebih kecil
tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu.

1.5 Patofisiologi

Menurut Lalenoh (2019) patofisiologi terjadinya hipertensi dalam


kehamilan atau preeklamsia terdapat beberapa teori teori yang berkaitan
dengan Preeklamsia dan edema diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Teori kelainan vaskularisasi plasenta


Cabang-cabang Arteri uterus dan arteri ovarioum memberikan
aliran darah menuju rahim dan plasenta. kemudian keduanya akan
masuk meometrium dalam bentuk arteri aquaria sehingga dapat
memberikan cabang arteri radial. arteri radial tersebut akan masuk ke
endometrium sehingga menjadi anggota dari arteri basal dari cabang
arteri spiral. Dengan kehamilan yang normal, biasa terdapat trofoblas
yang masuk kedalam lapisan otot arteri spiral. Trofoblas juga masuk
kedalam bagian arteri spiral, sehingga jaringan matriks menjadi
longgar serta lumen spiral menjadi lebih lebar. Lumen arteri spiral
terjadi vasodilatasi dan distensi sehingga berdampak terjadinya
hipotensi, resistensi pembuluh darah juga menurun, bahkan dapat
membuat aliran darah ke daerah plasenta utero itu meningkat.
Tekanan darah yang tinggi pada masa kehamilan membuat tidak
terdapat invasi yang cukup lengkap di dalam sel trofoblas yang di
lapisi otot arteri spiral untuk tetap kaku dan keras maka tidak
mungkin terjadi distensi dan vasodilatasi akibat lumen arteri spiral
itu sendiri. Maka mengakibatkan arteri spiral mengalami pengecilan
lumen pembuluh darah sehingga alirah darah uteroplasenta itu
menjadi berkurang, berakibat tidak adanya oksigen yang cukup
dalam jaringan untuk mempertahankan fungsi tubuh, dan iskemia
pada plasenta
2) Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
Iskemia yang dialami plasenta serta tidak adanya oksigen yang
cukup dalam jaringan untuk mempertahankan fungsi tubuh itu akan
menimulkan radikal bebas atau senyawa oksidan. Radikal bebas
merupakan senyawa yang mendapatkan elektron atom atau molekul
yang memiliki elektron tetapi tidak memiliki pasangan. Iskemik pada
plasenta dapat menghasilkan sebuah oksidan penting yaitu radikal
hidroksi yang toksik, terutama membran endotel didalam pembuluh
darah untuk perlindungan dalam tubuh yang normal yaitu produksi
oksidan
Hadirnya radikal hidroksil ini didalam pembuluh darah dianggap
sebagai racun mengalir dalam aliran darah, sehingga hipertensi
dalam kehamilan tersebut biasa disebut dengan "Toksemia". Radikal
hidroksil tersebut dapat menghancurkan membrane yang menyimpan
asam lemak tidak jenuh membuat lemak perioksida. Lemak
peroksida dapat menghancurkan protein sel endotel dan juga
nucleus.
Preeklamsia teruji kadar oksidan yang lebih khusus
meningkatnya lemak peroksida, sedangkan antioksidan mis. fat-
soluble sebagai vitamin dalams preeklamsia mengalami penurunan,
yang mengakibatkan dominasi kadar lemak oksidatif peroksida yang
tinggi. Lemak perioksidan seperti oksidan sangat toksik bersirkulasi
aliran darah ke seluruh tubuh tetapi menghancurkan membrane sel
sendotel itu sendiri. Selaput sel endotel sangat rentan terhadap
kerusakan akibat peroksida lemak yang relatif gemuk. Secara
langsung berkaitan dengan peraliran darah dan yang menampung
begitu banyak asam lemak takjenuh
3) Teori pembenaran imunologik ibu dan janin
Ibu dengan kehamilan yang normal, respon imunnya tidak lagi
tolak keberadaan konsepsi. Terdapat Human Leukocyte Antigen
Protein G (HLA-G), yang sangat memiliki berperan penting terkait
modulasi respon imun seseorang, sehingga untuk menolak hasil
konsepsi (plasenta) ibu tidak bisa. Dengan adanya kehadiran HLA-G
maka penyerbuan sel trofoblas menuju kedalam jaringan desidua
ibu bisa terjasi. Ibu yang mengalami preeklamsia maka plasenta
mengalami penurunan pada HLA-G. Penurunan tersebut pada daerah
desidua plasenta, maka terlambat invasi trovoblas menuju desidua.
Jadi, pentingnya invasi trofoblas ini sehingga menjadikan jaringan
desidua yang lunak, juga rapuh mudah dilatasi arteri spiral. Produksi
sitikon yang dirangsang oleh HLA-G untuk mempermudah
terjadinya reaksi inflamasi
4) Teori penyesuaian kardiovaskuler
Klien normal, pembuluh darahnya refrakter. Refrakter adalah
suatu pembuluh darah yang tidak peka dengan adanya impuls bahan
vasepresor, untuk menimbulkan respon vasokontrinksi maka
dibutuhkan kadar vasopresor yang tinggi. Klien normal, sintesis
prostaglandin dalam sel endotel melindungi pembuluh darah
refrakter pada vasopressor.
Tetapi pada preeklamsia, kekuatan refrakter menghilang
terhadap bahan vasokonstriktor, pada kenyataannya sensitivitas
meningkat terhadap vasopresor. kekuatan refraktori pembuluh darah
menghilangnya bahan vasopressor sehingga membuat pembuluh
darah jadi sensitif akan bahan vasopresor.
5) Teori stimulus inflamasi
Teori yang didasarkan pada fakta adanya proses inflamasi ketika
pelepasan puing-puing trofoblas dalam peredarah darah merupakan
stimulus utama. Klien yang normal, memiliki jumlah puing trofoblas
yang masih batas wajar, sehingga reaksi inflasi dalam batas normal
dan plasenta lepaskan puing-puing trofoblas sebagai nekrotik
trofoblas dan sisa proses apoptosis karena reaksi stres oksidatif.
Bahan asing tersebut yang memicu munculnya proses inflamasi.
Berbeda dengan adanya proses apoptisis atau kematian sel pada ibu
hami yang terkena preeklamsia membuat produksi debris apoptosis
dan trofoblas nekrotik mengalami peningkatan maka terjadi
peningkatan stress oksidatif

1.6 Web Of Couction (WOC)

Mempunyai riwayat Mempunyai riwayat


Nulipara umur
preeklamsia dan vesikuler hipertensi
Baru pertama kali belasan tahun Pasien yang
eklamsia dlm sebelumnya
hamil dan berusia lebih cemas
keluarga
>40 thn

PREEKLAMSIA

Post operasi sc
Perubahan status Prosedur Prosedur
Hipovolemia
kesehatan invasive/insisi invasive/insisi

Penurunan Pintu masuknya


Situasi krisis infeksi Terputusnya
Return venous
kontinuitas
jaringan

Peningkatan Ketegangan Timbul gejala


tekanan meningkat infeksi
vaskular Merangsang
pengeluaran
Demam,nyeri, mediator kimia
Khawatir
bengkak dan
terhadap
Perubahan perubahan
keselamatan diri
hemodinamik fungsi
dan bayinya
Menekan ujung
syaraf nyeri
MK : Ansietas Mk : Resiko
Sesak nafas
Infeksi

Tekanan darah
meningkat
MK :Pola
napas tidak
efektif

MK : Nyeri
akut

1.7 Pemeriksaan penunjang


Menurut (Saifuddin,2019). Pemeriksaan Laboratorium Preeklamsia
adalah sebagai berikut:

1) Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin menurun kadar normal Hb


pada ibu yang sedang hamil adalah 12-14 gram%, peningkatan
hemaktrosit (dengan nilai 37-43 vol%), dan trombosit mengalami
penurunan (dengan nilai 150.000-450.000/mm3 )
2) Tes urin, yang ditemukan proteinuria
3) Tes fungsi hati, Bilirubin mengalami peningkatan
4) Tes asam urat, peningkatan asam urat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
5) Radiologi
a) Ultrasonografi, adanya perlambatan pertumbuhan janin
intrauterin, respirasi intrauterin melambat, aktivitas pada janin
melambat, dan cairan ketuban dengan volume sedikit.
b) Kardiografi, ditemukan denyut jantung janin (DJJ) dapat
diketahui bahwa mengalami kelemahan

1.8 Penatalaksanaan

Menurut (Adriani & Wirjatmadi, 2019). Penatalaksanaan


Preeklamsia memiliki beberapa prinsip dan beberapa penatalaksanaan
sesuai dengan tingkat klasifikasinya, yaitu :

Prinsip penatalaksanaan Preeklamsia

1) Melindungi klien dari penyebab tekanan darah meningkat

2) Mencegah progresovitas penyakit menjadi eklampsia

3) Menurunkan atau mengatasi risiko janin (pertumbuhan janin


yang terlambat, solusio plasenta, hipoksia sampai terjadi kematian
pada janin)

4) Melahirkan dengan cara yang aman dan cepat sesegera


mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui adanya resiko
pada janin dan klien juga lebih berat jika persalinan ditunda lebih
lama.

 Penatalaksanaan preeklampsia tanpa proteinuria:

kehamilan <37 minggu maka dilakukan secara rawat jalan dengan


memantau tekanan darah pasien, proteinuria, kesehatan janin setiap
minggu. Apabila terdapat peningkatan tekanan darah, maka segera
ditangani.

 Penatalaksanaan preeklamsia ringan:

1) Dapat dikatakan tidak mempunyai resiko bagi ibu maupun janin

2) Lakukan istirahat yang cukup

3) Bila klien tidak bisa tidur berikan luminal 1-2 x 30 mg/hari


4) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 80 mg/hari

5) Jika tekanan darah tidak menurun, anjurkan beri obat


antihipertensi

6) Diet rendah garam dan diuretik

7) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap


satu kali dalam seminggu

8) Indikasi rawat: jika terjadi perburukan, tekanan darah tidak


menurun setelah dua minggu rawat jalan, peningkatan berat badan
melebihi 1kg/minggunya dua kali secara berurutan, atau jika klien
menunjukkan tanda-tanda preeklamsia berat. Silahkan berikan obat
antihipertensi.

9) Jika selama perawatan tidak ada perubahan, tata laksana sebagai


preeklamsia berat. Jika ada perubahan maka lanjutkan rawat jalan.

10) Pengakhiran kehamilan: ditunggu sampai usia kehamilan 40


minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat
janin, solusio plasenta, eclampsia, atau indikasi terminasi lainnya.
Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.

11) Persalinan pada preeklamsia ringan dapat dilakukan spontan atau


dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan preeklamsia berat, Dapat ditangani secara aktif atau
konservatif :

1) Aktif berarti kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan


pengobatan medisinal

2) Konsevatif berarti kehamilan dipertahankan Bersama dengan


pengobatan medisinal

3) Prinsip tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,


kardiografi.
 Penatalaksanaan preeklampsia berat yaitu:
pemberian obat anti hipertensi (nifedipin), gluko kortikoid dengan
tujuan untuk pematangan paru janin, obat anti kejang (magnesium
sulfat/mgso4) dengan syarat terpenuhi yaitu tersedianya antidotu
mgso4 yaitu kalsium glukonas untuk persiapan apabila terjadinya
intoksikasi (hiperofleksia, frekuensi napas<12x/menit, hipotensi,
latergi), memberikan oksigen 4-6 lpm setelah klien kejang.

1.9 Komplikasi

1.9.1 Komplikasi Masa Nifas


Komplikasi dan Penyakit Dalam Masa Nifas Komplikasi dan
penyakit yang terjadi pada ibu masa nifas yaitu:

1. Infeksi nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua


peradangan alat- alat genetelia dalam masa nifas. Masuknya
kumankuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan, dan
nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apa
pun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38⁰ C
atau lebih selama 2 hari dari dalam 10 hari postpartum. Kecuali pada
hari pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral.

2. Infeksi saluran kemih


Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap
tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat
trauma persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi
peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar,
laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina. Setelah
melahirkan, terutama saat infus oksitosis dihentikan, terjadi
diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi
kandung kemih. Over distensi yang disertai katerisasi untuk
mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran
kemih.
3. Metritis

Metritis adalah inspeksi uterus setelah persalinan yang


merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelvic yang menahun, peritonitis, syok septik, trombosis yang
dalam, emboli pulmonal, infeksi felvik yang menahan
dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.

4. Infeksi payudara

Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah


peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang
disebabkan oleh kuman terutama Sraphylococcus aureus melalui luka
pada puting susu atau melalui peredaran darah.

5. Perdarahan pervagina

Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum adalah


kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia
setelah melahirkan. Hemoragi postpartum primer mencakup semua
kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.

1.9.2 Komplikasi SC

Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio


Caesarea adalah komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi
Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan
darah, dan cedera organ abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih,
pembuluh darah. Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai
sepsis apalagi pada kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi
komplikasi pada bekas luka operasi (Rahmah Pebrianti, 2021).

Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi


yaitu infeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena
banyak factor, seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang
berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis
akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi
imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang
mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk
anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi
pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap
antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka
dalam minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit
dan subkulit saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust
abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan
berbahaya jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar
melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat,
dibersihkan dan dilakukan kultur dari caliran luka tersebut.

1.9.3 Komplikasi Preeklampsia


Menurut (Lyall & Belfort, 2020). bila preeklamsia tidak cepat
ditangani dapat menimbulkan komplikasi yang akan menyebabkan
kematian :

1) Kurangnya aliran darah menuju ke plasenta


Preeklamsia dapat mempengaruhi arteri yang membawa darah
menuju plasenta. Jika sampai di plasenta namun darah yang
sampai tidak cukup, maka terjadi kekurangan oksigen dan
pertumbuhan pada melambat atau lahir dengan barat bayi yang
lebih rendah akibat kekurangan nutrisi .
2) Terlepasnya Plasenta
Resiko terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum ibu
melahirkan salah satunya yaitu akibat dari Preeklamsia yang
meningkatkan terjadinya resiko yang mengakibatkan
pendarahan sehingga dapat mengancam ibu dan bayinya.

3) Sindrom HELLP
Hemolyssi (enzim sel darah merah) atau yang biasa
disingkat dengan (HELLP), adalah tingginya enzim hati dan
rendahnya trombosit. Gejala, yang timbul biasanya pusing,
muntah, sakit kepala dan sakit perut pada bagian atas.
4) Eklampsia Preeklamsia
jika tidak dikontrol, maka akan terjadi eklampsia.
Eklampsia menyebabkan terjadinya kerusakan yang permanen
pada organ klien, seperti hati, dan ginjal. Eklampsia yang parah
menimbulkan ibu mengatasi koma, kerusakan pada otak dan
menyebabkan kematian yang gagal.

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


 Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan informasi
tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan.
Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan
klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan keperawatan yang sesuai (Apriyani, 2019).
Tanyakan pada ibu :
 Biodata/anamneses
Nama, nama panggilan, alamat, bahasa yang digunakan.
Usia ibu dalam kategori usia subur (15-49 tahun). Bila didapatkan
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35
tahun) merupakan kelompok resiko tinggi. Pendidikan dan
pekerjaan klien.
1. Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu
adanya rasa nyeri dan pusing. Lokasi luka biasanya terdapat pada
daerah-daerah yang menonjol, misalnya pada daerah abdomen.
daerah tangan, telapak kaki

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Hal-hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan
dirasakan, lokasi keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi,
faktor yang memperberat atau memperingan serangan, serta
keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya-upaya yang telah
dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit
dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi,
nyeri, demam, edema, dan neuropati
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan, kapan, oleh siapa, dan dimana
tindakan tersebut berlangsung.
a. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya; DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi
atau urinary, penyakit endokrin dan penyakit-penyakit
lainnya.
4. Riwayat alergi
Biasanya untuk melihat apakah klien memiliki alergi obat atau
makanan, reaksi abnormal atau reaksi berlebihan sistem kekebalan
tubuh terhadap suatu zat. Substansi penyebab alergi atau alergen
biasanya tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan gejala alergi
pada orang lain.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji adanya riwayat penyakit dalam keluarga yang dapat
memperburuk kondisi klien saat persalinan seperti TBC dan
hepatitis, menurun seperti jantung dan DM.
6. Riwayat keluarga berencana
Meliputi alat kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan,
keluhan selama penggunaan, jumlah anak yang direncanakan
Riwayat Kehamilan Sekarang
7. Riwayat kehamilan
sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau tidak,
meliputi :
a. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : Digunakan untuk
mengetahui umur kehamilan
 Menghitung Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) Apabila
ibu memiliki siklus menstruasi yang teratur dengan rata-rata
28 hari, maka ibu bisa menentukan hari perkiraan lahir
menggunakan rumus Naegele seperti berikut: Rumus
Naegele = HPHT + 7 hari - 3 bulan + 1 tahun
b. Hari Perkiraan Lahir (HPL) : Untuk mengetahui perkiraan lahir
c. Keluhan-keluhan : Untuk mengetahui apakah ada keluhan-
keluhan pada trimester I,II dan II
d. Ante Natal Care (ANC) : Mengetahui riwayat ANC, teratur /
tidak, tempat ANC, dan saat kehamilan berapa.
8. Riwatyat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
a. Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan
hasil pemeriksaan kehamilan
b. Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada
perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan.
c. Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir
hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat
komplikasi atau intervensi pada masa nifas, dan apakah ibu tersebut
mengetahui penyebabnya.
 Pola Kebutuhan Sehari – hari
a. Nutrisi
mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi seperti
mual/ muntah, masukan protein kalori kurang.
b. Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada
letak punggung anak,klien sulit tidur
c. Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak membuat
klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah
masuk sebagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien
dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar
bersalin. Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien
dalam posisi miring ke kanan / kiri
d. Eliminasi
Adanya perasaan sering /susah kencing selama kehamilan dan
proses persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.
e. Personal hygiene
Kebersihan tubuh senantiasa dijaga kebersihannya. Baju
hendaknya yang longgar dan mudah dipakai
f. Seksual Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual/fungsi dari seks yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas (Sursilah, 2019).
 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang,
jelek. Pada persalinan SC keadaan umum klien menurun
 Di lakukan pengukuran berat badan/BB ,tinggi
badan/TB, lingkar lila atau lengan/LL
2. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran klien apakah
composmetis, apatis, somnolen, delirium, semi koma dan
koma. Pada kasus ibu bersalin dengan letak sunsang
kesadarannya composmentis
3. Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan
hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg
b. Nadi
Untuk mengetahui nadi klien yang dihitung dalam
menit. Batas normalnya 69- 100 x/ menit
c. Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien yang
dihitung dalam 1 menit. Batas normalnya 12-22 x/
menit
d. Suhu
Untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan
febris/ infeksi dengan menggunakan skala derajat
celcius. Suhu wanita saat bersalin tidak lebih dari 38º.
 Pemeriksaan Head To To

1. Kepala-leher

Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang


ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.

2. Hidung

Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak


mengalami nafas pendek, dalam, dan terjadi cupping
hidung.
3. Mulut

Biasanya pada wajah klien preeklamsia terlihat sianosis


terutama pada bibir.

4. Payudara

simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, areola


mamae berwarna hitam merata,keluar asi atau tidak,
payudara terasa padat, papilla mamae menonjol, colostrum
ada, tidak ada kelainan pada payudara

5. Thorax

Inspeksi : vokal fremitus getarannya sama


Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan ataupun benjolan
Perkusi : terdengar sonor

Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan


broncovesikular,vesicular ada suara nafas tambahan atau
tidak yaitu wheezing atau ronchi

6. Jantung

Inpesi : Ictus kordis terlihat atau tidak

Palpasi : Ictus kordis teraba atau tidak

Perkusi : suara redup atau typani

Auskultasi : bunyi jantung lub dup

7. Inspeksi : perut simestris, warna kulit merata,tidak ada


lesi, lihat garis lurus dari pusat kebawah,luka post operasi
sc.

Palpasi : pada pemeriksaan TFU teraba 3 jari di bawah


prosesus xifoudeus, nyeri perut karena kontraksi uterus.

Pada pemeriksaan leopold

1) Leopold I

Tujuan Pemeriksaan :

1. Mengetahui tinggi fundus uteri untuk memperkirakan


usia kehamilan

2. Menenetukan bagian-bagian janin yang berada di fundus


uteri

2) Leopold II Tujuan Pemeriksaan :

Mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada bagian


samping kanan dan kiri uterus

3) Leopold III Tujuan Pemeriksaan :

1. Menentukan presentasi janin


2. Menentukan apakah presentasi sudah masuk ke pintu
atas panggul

4) Leopold IV Tujuan Pemeriksaan:

1. Memastikan bagian terbawah janin sudah masuk Pintu


Atas Panggul

2. Menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin sudah


memasuki pintu Atas Panggul

Perkusi : redup

Auskultasi : bising usus normal atau tidak, DJJ normalnya


120-160 kali per menit

8. Genetalia

Lakukan pemeriksaan genetalia eksterna dan anus untuk


mengetahui kondisi anatomis genetalia eksternal dan
mengetahui adanya tanda infeksi dan penyakit menular
seksual. Karena adanya peningktan hormone sekresi cairan
vagina semakin menigkat sehingga membuat rasa tak
nyaman pada ibu, periksa apakah cairan pervaginaan
(secret)berwarna dan berbau.Lakukan pemeriksaan anus
bersamaan pemeriksaan genetalia, lihat adakah kelainan,
misalnya hemorrhoid (pelebaran vena) di anus dan
perineum, lihat kebersihannya
9. Ekstremitas
Ekstermitas Atas : Pada pasien persalinan normal
ekstremitas atas : Lingkar Lengan Atas sekisaran 23 cm,
tidak ada edema .
Ekstremitas bawah : Ada atau tidak edema, ada atau tidak
varises, ada atau tidak reflek patela.
2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b.d kecemasan d.d dyspnea
(D.0005)
b. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang di hadapi dan tekanan darah
meningkat (D.0080)
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post operasi sc) d.d
mengeluh nyeri dan tekanan darah meningkat (D.0077)
d. Resiko infeksi di buktikan dengan efek prosedur invasive
(D.0142)
2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi


. Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen pencedera tindakan Keperawatan 2
(L.08238)
fisik (D.0081) x 24 jam diharapkan
tingkat nyeri pasien a. Observasi
menurun dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi
1. keluhan nyeri lokasi,karakteristik,durasi,
menurun
frekuensi nyeri
2. tampak kesakitan
menurun 2. identifikasi skala nyeri
3. gelisah menurun
b. Terapeurik
(L.08065)
3. berikakan teknik
nonfarmakologis yang
membuat pasien nyaman
dan menghilangkan rasa
nyeri (di elus
punggungnya, teknik
nafas dalam)
4. fasilitasi istirahat dan
tidur
c. Edukasi
5. jelaskan
penyebab,periode dan
pemicu nyeri
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (SIKI
khawatir terhadap tindakan keperawatan I.08238)
keselamatan ibu selama 2 x 24 jam, a. Observasi :
dan bayi (D.0081) diharapkan tingkat 1. monitor tanda-tanda
ansietas menurun. ansietas
Dengan kriteria hasil: b. Terapeutik :
1. Verbalisasi 2. temani pasien untuk
kebingungan mengurangi kecemasan
menurun 3. gunakan pendekatan
2. Verbalisasi yang tenang dan
khawatir terhadap meyakinkan
kondisi yang di c. Edukasi :
hadapi menurun 4. anjurkan keluarga
3. Perilaku gelisah tetap bersama pasien
menurun
(SLKI l.09093)

3. Pola napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan


efektif b.d tindakan keperawatan Respirasi(1.01014)
kecemasan selama 2 x 24 jam, a. Observasi
diharapkan pola napas 1. monitor frekuensi
menurun. Dengan kriteria napas
hasil: 2. monitor saturasi
1. Dispnea menurun oksigen
(L.01004) b. Terapeutik
1. dokumentasi hasil
pemantauan
c. Edukasi
1. jelaskan tujuan
prosedur pemantauan
respirasi
2.informasikan hasil
pemantuan respirasi
4. Resiko infeksi di Setelah dilakukan
buktikan dengan
tindakan keperawatan
efek prosedur
invasive (D.0142) selama 2 x 24 jam,
diharapkan tingkat
infeksi menurun. Dengan
kriteria hasil:
1. Demam menurun
2. Kemerahan
menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak
menurun
(L.14137)

2.4 Implementasi
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
yang telah direncanakan dan kolaborasi tim medis. Tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien preeklamsia sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah direncanakan berdasarkan teori yang
ada dan disesuai dengan kebutuhan klien dengan preeklamsia. Dalam
implementasi pada klien dilakukan Asuhan keperawatan operasi
section caesare (SC) .
2.5 Evaluasi

Pada klien terdapat empat diagnosa keperawatan yang di


tegakkan, empat diagnosa keperawatan dapat teratasi dengan baik
sesuai dengan rencana tindakan keperawatan hingga pasien pulang,
yaitu
a. Pola napas tidak efektif b.d kecemasan d.d dyspnea
(D.0005)
b. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang di hadapi dan tekanan darah
meningkat (D.0080)
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post operasi sc) d.d
mengeluh nyeri dan tekanan darah meningkat (D.0077)
d. Resiko infeksi di buktikan dengan efek prosedur invasive
(0142)
DAFTAR PUSTAKA
Afrino, Reki, and Rahmatul Janah. 2019. “Analisa Stressor Pada Ibu Hamil
Primipara Terhadap Proses Persalinan.” REAL in Nursing Journal 2(3):86.
doi: 10.32883/rnj.v2i3.563.
Apriyani, Heni. 2018. “Identifikasi Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Di
Ruang Paru Sebuah Rumah Sakit.” Jurnal Keperawatan XI(1):107–11.
Barana, Puskesmas, and Kabaupaten Jeneponto. 2022. “Joa : Journal Omicron
Adpertisi.” 40–44.
Ilmiah, Jurnal, and Kesehatan Sandi. 2022. “Dampak Kejadian Preeklamsia
Dalam Kehamilan Terhadap Pertumbuhan Janin Intrauterine Pendahuluan.”
11:445–54.
Justina, and Sada Rasmada. 2021. “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan
Klasifikasi Pre Eklamsia Di Bekasi.” Jurnal Mutiara Ners 4(2):86–93. doi:
10.51544/jmn.v4i2.1796.
Riyana. 2019. “Preeklamsia Secio Caesarea Pada Ibu Hamil.” 1–23.
Sulistiyana. 2020. “Aroma Therapy Lavender Untuk Mengurangi Nyeri Post Sc.”
10–31.
Ulum. 2022. “Fakumi Medical Journal.” 1(3):209–15.

Anda mungkin juga menyukai