Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL

Diajukan untuk tugas Stase Keperawatan Maternitas

Sisi Kurnia
NIM : 211FK04058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BAKTI KENCANA
BANDUNG
2021

2.1 Konsep Intranatal


1. Definisi intranatal
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks. Masa
kehamilan di mulai dari konsepsi dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Indrayani, 2013).
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun
pada janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidak nyamanan dan ketidak puasan. Kehamilan beresiko
dibedakan menjadi :
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Seluruh ibu hamil berisiko terhadap kehamilanya untuk ibu hamil
dengan kehamilan risiko rendah jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya
masalah atau faktor risiko. Persalinan dengan kehamilan risiko rendah
dalam dilakukan secara normal dengan keadaan ibu dan bayi sehat,
tidak dirujuk dan dapat ditolong oleh bidan.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor 6 - 10, adanya satu atau
lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu maupun
bayi dalam kandungan yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat.
c. Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu
hamil dengan dua atau lebih faktor risiko meningkat dan memerlukan
ketepatan waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta pertolongan
persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani oleh Dokter
spesialis.
Batasan persalinan :
a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau
kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua,
primi tua sekunder, anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145
cm, riwayat penyakit, kehamilan hidramnion dan riwayat tindakan ini
merupakan faktor fisik pertama yang menyebabkan ibu hamil berisiko.
1) Primi muda ibu yang hamil pertama kali pada usia ≤ 16 tahun,
dimana pada usia tersebut reproduksi belum siap dalam menerima
kehamilan kondisi rahim dan panggul yang masih kecil, akibat dari
ini janin mengalami gangguan. Disisi lain mental ibu belum siap
menerima kehamilan dan persalinan. Bahaya yang terjadi jika usia
terlalu muda yaitu premature, perdarahan anterpartum, perdarahan
post partum.
2) Primi tua
a) Lama perkawinan ibu ≥ 4 tahun dan mengalami kehamilan
pertama setelah masa pernikahan dan pasangan tidak
mengguanakan alat kontrasepsi KB.
b) Pada umur ibu ≥ 35 tahun dan mengalami kehamilan. Usia
tersebut dikategorikan usia tua, ibu dengan usia tersebut mudah
terserang penyakit, kemungkinan mengalami kecacatan untuk
bayinya dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), cacat bawaan
sedangkan komplikasi yang dialami oleh ibu berupa pre-
eklamsi, mola hidatidosa, abortus.
3) Anak terkecil ≤ 2 tahun, ibu yang mempunyai anak pertama
terkecil ≤ 2 tahun namun tersebut telah mengalami kehamilan
berikutnya. Jarak kehamilan ≤ 2 tahun kondisi rahim belum
kembali seperti semula selain itu ibu masih dalam proses menyusui.
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan setelah bayi
lahir, bayi lahir namun belum cukup umur sehingga menyebabkan
berat badan bayi lahir rendah (BBLR) < 2.500.
4) Multigrande yaitu Ibu yang pernah mengalami persalinan sebanyak
4 kali atau lebih, komplikasi yang mungkin terjadi seperti anemia,
kurang gizi, dan kekendoran pada dinding rahim. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan kelainan letak janin, persalinan lama,
perdarahan pasca persalinan, dan rahim robek pada kelainan letak
lintang.
5) Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu hamil pada usia ini dapat
menglami komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD),
hipertensi, partus lama, partus macet dan perdarahan post partum.
Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia
tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah tidak lentur dan
memungkinkan mengalami penyakit.
6) Tinggi Badan (TB) 145 cm atau kurang komplikasi yang mungki
terjadi yaitu ukuran panggul ibu sebagai jalan lahir sempit namun
ukuran kepala janin tidak besar atau ketidak sesuaian antara janin
dan jalan lahir. Kemungkinan ukuran panggul ibu normal,
sedangkan ukuran kepala janin besar.
7) Ibu hamil dengan riwayat obstetric jelek dengan kondisi: Ibu hamil
kedua dimana kehamilan pertama mengalami keguguran,meninggal
di dalam kandungan, lahir dalam keadaan belum cukup umur, lahir
mati, dan lahir hidup kemudian mati pada usia ≤ 7 hari, kehamilan
sebelumnya pernah keguguran sebanyak ≥ 2 kali.
8) Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan ditolong oleh alat
bantu seperti: cunam/forcep/vakum, uri manual (manual plasenta),
pemberian infus / tranfusi pada saatproses persalinan dan operasi
sectio caesars pada persalinan.
b. Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan
nifas.
1) Pre-eklamsia ringan, tiga gejala preeklamsi yaitu oedema pada
muka, kaki dan tungkai, hipertensi dan urin protein positif.
Komplikasi yang dapat terjadi seperti kejang, IUFD, dan IUGR.
2) Kehamilan kembar (gemeli) dengan jumlah janin 2 atau lebih.
Komplikasi yang terjadi seperti hemoroid, prematur, BBLR,
perdarahan antepartum.
3) Hidramnion atau kelebihan jumlah air ketuban dari normalnya (> 2
liter). Faktor yang mempengaruihi hidramnion adalah penyakit
jantung, spina bifida, nefritis, aomali kongenital pada anak, dan
hidrosefalus.
4) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin
tidak terasa lagi dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil, tidak
terdengar denyut jantung.
5) Hamil serotinus usia kehamilannya ≥ 42 minggu. Pada usia tersebut
fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah akan menurun. Maka
akan menyebabkan ukuran janin menjadi kecil, kulitnya
mengkerut, berat badan bayi saat lahir akan rendah, dan
kemungkinan janin akan mati mendadak dalam kandungan dapat
terjadi.
6) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim
berada di atas dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat
menyebabkan bayi sulit bernapas sehinga menyebabkan kematian
dan letak lintang. Letak janin dalam rahim pada usia kehamilan 8
sampai 9 bulan melintang, dimana kepala berada di samping kanan
atau kiri ibu.
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan
bayi yaitu perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan
a. Power (kontraksi/HIS ibu)
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus)
His adalah kontraksi otot –otot rahim pada persalinan yang terdiri
dari kontraksi otot dinding perut, kontraksi diagfragma felvis atau
kekuatan yang mengejan dan kontraksi ligamentum rotundum
(Indrayani, 2013). His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah.
Pada presentasi kepala, dila his sudah cukup kuat, kepala akan
turun dan mulai masuk kedalam rongga panggul (Prawirohardjo,
2014).
2) Tenaga mengejan
Power atau tenaga yang mendorong anak keluar. Uterus
berkontraksi karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna dengan sifat–sifat: Kontraksi simetris, fundus dominan,
relaksasi, involunter (terjadi diluar kehendak), intermitten (terjadi
secara berkala), terasa sakit, terkordinasi, kadang dapat dipengaruhi
dari luar secara fisik, Kimia, dan psikisis.
b. Jalan lahir (passage way)
Passage way merupakan jalan lahir dalam persalinan keadaan segmen
atas dan segmen bawah rahim pada persalinan. Segmen atas
memegang peran yang aktif karena kontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen
bawah rahim memegang peran dan makin tipis dengan majunya
persalinan karena peregangan. Jalan lahir terdiri dari pelvis dan
jaringan lunak serviks, dasar panggul, vagina dan introitus (bagian
luar/lubang vagina).
c. Janin (Passanger)
Janin atau passanger bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi
beberapa faktor, diantaranya: ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin karena plasenta dan air ketuban yang harus
melewati jalan lahir, maka dianggap sebagai bagian dari passanger
yang menyertai janin. Namun plasenta dan air ketuban jarang
menghambat persalinan pada kehamilan normal (Indrayani, 2013).
d. Posisi (position)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan perslinan anatomi dan
fisiologi persalinan. Posisi tegak member sejumlah keuntungan.
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang member rasa nyaman dan
melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya
gravitasi untuk penurunan bagian terendah janin. Kontraksi uterus
lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi
serviks sehingga persalinan lebih cepat.posisi tegak dapat mengurangi
insidensi penekanan tali pusat (Indrayani,2013)
e. Psikologi (Psycology)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika
wanita tersebut tidak memahami apa yang terjadi dengan dirinya, ibu
akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan
penampilan wanita serta pasangannya merupakan petunjuk berharga
jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu wanita dalam
berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi
harapan wanita akan hasil akhir persalinan. Dukungan psikologis dari
orang-orang terdekat yang membantu melancarkan proses persalinan
yang sedang berlansung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman
dengan menciptakan suasana nyaman, dan memberikan sentuhan
(Indrayani, 2013)
3. Proses persalinan dan adaptasi persalinan
Menurut Sulistyawati A (2010) dan Johariyah (2012) bahwa
serangkaian proses persalinan yang normal dapat menimbulkan adanya
adaptasi fisiologi pada ibu bersalin. Adapun adaptasi atau perubahan
fisiologi ibu bersalin tersebut adalah sebagai berikut.
Ada empat tahapan (kala) dalam persalinan normal :
a. Kala I
Kala 1 atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat
sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primi, berlangsung selama
12 jam dengan Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam, dan pada
multipara sekitar 8 jam dengan kecepatan pembukaan serviks lebih
dari 1 cm hingga 2 cm. Persalinan Kala 1 di bagi menjadi 2 fase, yaitu
fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten
Persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servik secara bertahap. Dan pembukaan
serviks kurang dari 4 cm biasanya berlangsung hingga di bawah 8
jam.
2) Fase Aktif
Fase dimana frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat. Fase
aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal
Pembukaan serviks berlangsung cepat dalam waktu 2 jam
c) Fase deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam 2 jam
Perubahan Fisiologis Kala I
a. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium
berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada
saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi
berubah ke ukuran yang lebih pendek secara progresif. Maka
cavum uteri lama kelamaan akan menjadi mengecil. Proses ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke
pelvic. Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang
dan sangat kuat pada fundus.
b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran
dengan berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat,
serviks mulai menipis dan membuka.
a) Penipisan Serviks (effacement)
Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Batas antara
segmen atas dan bawah rahim (retraction ring) mengikuti arah
tarikan ke atas sehingga seolah-olah batas ini letaknya bergeser
ke atas. Panjangnya serviks pada akhir kehamilan normal
berubah-ubah (dari beberapa mm menjadi 3 cm). Serviks yang
sampai tipis ini disebut dengan “menipis penuh”
b) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah
serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya
adalah pembukaan. Dilatasi dan diameter serviks dapat
diketahui melalui pemeriksaan intravaginal. Berdasarkan
diameter pembukaan serviks terbagi menjadi 2 fase
berdasarkan fase laten dan aktif.
c. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir
atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan
ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah
sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
d. Tekanan Darah
a) Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata
5-10 mmHg.
b) Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah
kembali ke tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan
tekanan darah yang sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek
tekanan darah selama interval kontraksi.
c) Dengan mengubah posisi pasien dari terlenteang ke posisi
miring, perubahan tekanan darah selama persalinan dapat
dihindari.
d) Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah.
e) Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir,
pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnya
menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-
eklampsia).
e. Metabolisme
1) Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob
maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan dan
aktivitas otot rangka.
2) Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, pernapasan, curah jantung, dan cairan yang
hilang.
f. Suhu Tubuh
1) Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan.
2) Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10 C dianggap
normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme
persalinan.
3) Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam
persalinan, namun bila persalinan berlangsung lebih lama
peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan dehidrasi,
sehingga parameter lain harus dicek. Begitu pula pada kasus
ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan
infeksi dan tidak dapat dianggap normal dalam keadaan ini.
g. Detak jantung
1) Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik
puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi
diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
2) Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus
tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan
telentang.
3) Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi di
banding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
4) Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka
diperlukan pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan
kemungkinan proses infeksi.
h. Pernapasan
1) Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal
selama persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan
metabolisme.
2) Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan
dapat menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan pasien dan
bantu untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang
ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan
pusing.
i. Perubahan Renal (berkaitan dengan ginjal)
1) Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah jantung
selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal.
2) Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk
mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk
mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang
penuh. Yang akan mencegah penurunan bagian presentasi
janin, dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang
lama, yang akan menyebabkan ipotonia kandung kemih dan
retensi urin selama periode pascapersalinan
3) Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan. Lebih sering terjadi
pada primipara, pasien yang mengalami anemia, atau yang
persalinannya lama.
4) Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang
abnormal. Hal ini mengindikasikan pre-eklampsi.
j. Gastrointestinal
1) Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh
berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan
lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka
saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Makanan yang
dimakan selama periode menjelang persalinan atau fase laten
persalinan cenderung akan tetap berada di dalam lambung
salama persalinan.
2) Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan
selama masa transisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk
tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi
makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi.
3) Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang
menandai akhir fase pertama persalinan. Perubahan saluran
cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu
kombinsi antara faktor-faktor seperti kontraksi uterus, nyeri,
rasa takut, khwatir, obat atau komplikasi.
k. Hematologi
1) Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan
dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama
pasca persalinan jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal.
2) Tes darah yang menunjukkan kadar darah berada dalam batas
normal membuat kita terkecoh sehingga mengabaikan
peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa
persalinan.
3) Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan
terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan
ini menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan pada
pasien normal.
4) Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala
I sebesar kurang lebih 5 ribu/ul hinggaa jumlah rata-rata
15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap.
5) Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun
drastis pada persalinan yang alami dan sulit. Hal tersebut
kemungkinan besar terjadi akibat peningkatan aktivitas otot
uterus dan rangka.
b. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala tersebut juga
disebut kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:
a. Ibu ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya tekanan peningkatan pada rektrum dan
vaginanya.
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan spingter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.
Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan
teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk
meneran akan mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga 2
jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.
Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke
ruang panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan
pada rektrum sehinnga ibu merasa seperti mau buang air besar yang
ditandai dengan anus membuka. Saat adanya his bagian terendah akan
semakin terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva mulai
membuka dan perineum menonjol (Indrayani, 2013).
Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II,
sebagai berikut.
1) Serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh
pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang
semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi
suatu lubangs aja dengan pinggir yang tipis. Pada pembukaan
lengkap tidak teraba bibir portio, segmen bawah rahim, serviks dan
vagina telah merupakan satu saluran.
2) Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat Fundal
dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik
otot bawah rahim keatas sehinga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.
3) Vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan
sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban
pecah, segala perubahan, terutama pada dasar panggul diregang
menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian
depan anak. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas.
4) Pergeseran organ dasar panggul
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan
menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perenium
yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia
mulai membuka dan tak lama kemudiaan kepala janin tampak pada
vulva saat ada his.
5) Ekspulsi janin
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi,
muka, dan dagu melewati perenium. Setelah istirhatat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh bayi. Pada
primigravida, kala II berlangsung kira-kira satu setengah jam
sedangkan pada multigravida setengah jam.
6) Sistem Cardiovaskuler
a) Kontraksi menurunkan aliran darah meuju uterus sehingga
jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat
b) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
c) Saat mengejan, cardiac output meningkat 40-50%
d) Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat
kontraksi. Upaya meneran juga akan memengaruhi tekanan
darah, dapat meningkatkan dan kemudian menurun kemudian
akhirnya kembali lagi sedikit di atas normal. Rata-rata normal
peningkatan tekanan darah selama kala II adalah 10 mmHg.
e) Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah
f) Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan
hipoksiatetapi dengan kadar yang masih adekuat tidak
menimbulkan masalah serius.
7) Respirasi
a) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler : konsumsi
oksigen meningkat
b) Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed maturation
ofsurfactant) : penekanan pada dada selama proses persalinan
membersihkan paru-paru janin dari cairan yang berlebihan
8) Pengaturan Suhu
a) Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan
suhu
b) Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan
dan segera setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-1oC
c) Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat oleh
karena meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi yang
menyebabkan restriksi cairan.
9) Urinaria
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung
kencing menurun.
10) Musculoskeletal
a) Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di antara
tulang
b) Fleksibilitas pubis meningkat
c) Nyeri punggung
d) Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi flexi
maksimal
11) Saluran cerna
a) Praktis inaktif selama persalinan
b) Proses pencernaan dan pengosongan lambung memanjang
c) Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut
sampai pada kala II. Biasanya mual dan muntah pada saat
transisiakan mereda selama kala II persalinan, tetapi bisa terus
ada pada beberapa pasien. Bila terjadi muntah, normalnya
hanya sesekali. Muntah yang konstan dan menetap selama
persalinan merupakan halyang abnormal dan mungkin
merupakan indikasi dari komplikasi obstetric, seperti ruptur
uterus atau toksemia.
12) System syaraf
Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin, sehingga
denyut jantung janin menurun.
13) Metabolisme
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan.
Upaya meneran pasien menambah aktivitas otot-otot rangka
sehingga meningkatkan metabolisme.
14) Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran. Secara
keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai
takikardi yang nyata ketika mencapai puncak menjelang kelahiran
bayi.
c. Kala III
Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Setelah kala dua persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10
menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta, karena
sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda dibawah ini:
1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
Setelah bayi lahir dan sebelum miomiterium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus uteri di bawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berubah bentuk menjadi seperti buah pear / alpukat dan
tinggi fundus uteri menjadi di atas pusat.
2) Tali pusat bertambah panjang
3) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba (Indrayani, 2013).
d. Kala IV
Kala IV persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala empat
dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu.
Pada kala paling sering terjadi pendarahan postpartum, yaitu pada dua
jam pertama postpartum. Masalah atau komplikasi yang dapat muncul
pada kala empat adalah pendarahan yang mungkin disebabkan oleh
atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta.
Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan kontraksi dan
mencegah pendarahan pervagina.
1) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan.
2) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
3) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri (Indrayani, 2013)
Adaptasi fisiologis pada kala IV yaitu :
1) Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi,
dan pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu pasien
biasanya akan mengalami sedikit peningkatan, tapi masih dibawah
38oC, hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika
intake cairan baik, maka suhu akan berangsur normal kembali
setelah dua jam.
2) Gemetar
Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal
ini normal sepanjang suhu kurang dari 38o C dan tidak dijumpai
tanda-tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya
ketegangan dan sejumlah energi selama melahirkan dan
merupakan respon fisiologis terhadap penurunan volume
intrabdominal serta pergeseran hematologik.
3) Sistem gastrointestinal
Selama dua jam pasca persalinan kadang dijumpai pasien merasa
mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang
memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus
aleanum ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk
di tempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh karena
itu hidrasi sangat penting diberikan untuk mencegah dehidrasi.
4) Sistem Renal
Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam
keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering
dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami
pembesaran. Hal ini disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih
dan uretra selama persalinan. Kondisi ini dapat minimalisir dengan
selalu mengusahakan kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna
mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atoni. Uterus yang
berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri.
5) Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran
ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Pada
persalinan per vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml
sedangkan pada persalinan SC pengeluaran dua kalilipat.
Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hematokrit.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah pasien relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
dekompensasio kaordis pada pasien dengan vitum kardio.
6) Serviks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk
serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks
berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kecil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu
persalinan akan menututp secara perlahan dan bertahap. Setelah
bayi lahir tangan bisa masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua
jam hanya dapat dimasuki dua atau tiga jari.
7) Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
8) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, seperti labia menjadi
lebih menonjol.
9) Penegeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human
Placenta Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat
berfungsi mebentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli
bahkan sampai ductus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting
susu ibu menyebabkan reflex yang dapat mengeluarkan oksitosin
dari hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli
dan ductus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI ke
dalam sinus yang disebut “letdown reflex”.
4. Penatalaksanaan nyeri persalinan non-farmakologi
a. Sistem Motivasional-Afektif
Sistem motivasional-afektif menyebabkan respons fight-or-flight
(melawan atau menghindar) terhadap nyeri. Jadi, tidak satupun teknik
pereda nyeri pada sistem lain yang efektif jika respons fight-or-flight
ini tidak ditangani. Namun, jika ditangani akan muncul respons
relaksasi fisiologis, yang merupakan tujuan utama penatalaksanaan
nyeri dalam persalinan. Pada setiap metode persiapan melahirkan
lebih menekankan relaksasi otot selama persalinan. Ketegangan otot
merupakan respons terhadap nyeri dan ansietas. Relaksasi meredakan
nyeri dengan mengganggu lingkaran proses nyeri dan ansietas yang
kompleks. Oleh karena itu, respons perilaku relaksasi, bertentangan
dengan respons nyeri dan kecemasan.
b. Sistem Kognitif-Evaluatif
Penggunaan strategi kognitif-evaluatif pada nyeri dan stress dapat
memberi wanita rasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan
nyeri dan menurunkan emosi, pikiran, dan penilaian negatif terhadap
nyeri. Pada akhirnya rasa ini dapat mengurangi nyeri, penderitaan, dan
perilaku nyeri.
c. Sistem Sensori-Diskriminatif
Untuk mengurangi persepsi nyeri dengan menggunakan sistem
sensori-dikriminatif, tiga reseptor perifer dapat digunakan diantaranya
yaitu mekanoreseptor, termoreseptor, dan kemoreseptor. Ketiga
reseptor disuplai oleh serabut saraf yang memiliki kecepatan yang
berbeda dalam konduksi/penghantaran ke korteks. Persepsi nyeri
menurun karena informasi sensori mencapai otak sebelum informasi
nyeri.
d. Terapi massage
Pijat merangsang tubuh untuk melepaskan endorfin, yang
merupakan bahan penghilang rasa sakit alami dan merangsang
produksi hormone oksitosin, menurunkan hormon stres, dan
rangsangan neurologis (Chauhan, Rani, & Bansal, 2016). Terapi
pijat mempengaruhi permukaan kulit, jaringan lunak, otot, tendon,
ligamen, dan fasia secara manual. Pelepasan endorphin,
mengendalikan nerve gate dan menstimulasi saraf simpatis,
sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang, pengurangan
intensitas nyeri, dan relaksasi otot (Kimber, McNabb, Mc Court,
Haines, Brocklehurst, 2008)
e. Terapi music
Pada saat seseorang mendengarkan music ketika nyeri,
maka otak akan menerima dua persepsi. Impuls musikakan
dipersepsikan terlebih dahulu oleh otak daripada impuls nyeri,
sehingga musik dapat memberikan distraksi atau pengalihan atau
pengurangan konsentrasi terhadap nyeri (Kimber, McNabb, Mc
Court, Haines, Brocklehurst, 2008). Teori gate control merupakan
teori yang mendasari mendengarkan musik dapat menurunkan
nyeri. Musik mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat pengatur
emosi. Sinyal yang diterima oleh korteks limbik melalui
pendengaran kemudian dilanjutkan ke hipokampus dan
hipotalamus. Di hipotalamus yang merupakan pengaturan sebagian
fungsi vegetatif dan fungsi endokrin seperti aspek perilaku
emosional, jaras pendengaran diteruskan ke formatio retikularis
sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom. Serat tersebut
mempunyai dua sistem saraf, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf tersebut mempengaruhi
kontraksi dan relaksasi organ-organ, sehingga melalui persarafan
tersebut musik dapat memberikan ketenangan (Tamsuri, 2007;
Pedak, 2009; Ranggakayo, 2012). Ritme musik dapat memberikan
efek relaksasi pada tubuh karena tubuh akan bernafas lebih dalam
dan lambat mengikuti irama music sehingga berpengaruh pada
aliran darah, denyut jantung lebih stabil, dan timbul rasa tenang.
Mendengarkan musik dengan pilihan irama yang tepat memberikan
efek tenang bagi tubuh, sehingga merangsang endorphine dalam
mengurangi nyeri (Bassano, 2009).
f. Aromaterapi
Molekul-molekul aromaterapi yang telah dihirup dapat
diserap dengan cepat melalui sistem pernapasan yang kemudian
masuk ke aliran darah. Aroma yang keluar tersebut merangsang
sistim limbik untuk melepaskan neurokimia otak, sehingga dapat
membantu mengurangi rasa sakit dan menimbulkan efek tenang.
Aromaterapi lavender memberikan efek tenang, bersifat antiseptik
serta analgetik karena kandungan lavender yang utama adalah
linalool dan linalyl acetate. Kandungan linalool dan linalyl acetate
inilah yang merangsang parasimpatik dan memiliki efek narkotik
dan linalool bertindak sebagai obat penenang (Koulivand,
Khaleghi, dan Gorji, 2013).
g. Kompres Hangat
Efektifitas terapi kompres hangat ini berkaitan dengan
mekanisme panas yang dapat merangsang pelepasan hormon
endorphin, sehingga timbul respon perasaan nyaman dan
penurunan rasa nyeri. Selain itu, kompres hangat mampu
menurunkan nyeri karena efek fisiologisnya
yangdapatmemvasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan
aliran darah, sehingga memperlancar sirkulasi oksigenisasi
mencegah terjadinya spasme otot, membuat otot rileks, dan
menurunkan rasa nyeri (Potter, dkk, 2010; Berman, 2009).
h. Latihan Nafas (Breathing Exercise)
i. Latihan Birthball
5. Ciri-ciri family centered maternity care
a. Dilaksanakannya kelas-kelas antenatal.
b. Melibatkan partisipasi keluarga pada persalinan dan post partum.
c. Persalinan tindakan melibatkan keluarga.
d. Rumah bersalin seperti rumah.
e. Pelaksanaan prosedur fleksibel.
f. Kontak dini orang tua-bayi.
g. Pelaksanaan rooming-in fleksibel.
h. Bayi dengan komplikasi melibatkan keluaga.
i. Pemulangan dini dengan folllow up.
6. Pengkajian fetal
a. NST (Non Stress Test)
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan
kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut
jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik
pada saat kehamilan maupun persalinan.
Fungsi Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj
dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Dilakukan untuk
menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah
bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia
kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan
kondisi bayi. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj)
dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin
sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut
jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi
tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
b. Amniocentesis
Amniosintesis adalah tes untuk mengetahui kelainan genetik pada
bayi dengan memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion. Di dalam
cairan amnion terdapat sel fetal (kebanyakan kulit janin) yang dapat
dilakukan analisis kromosom, analisis biokimia dan biologi.
Ultrasonografi digunanakan untuk memastikan posisi kandungan,
plasenta, dan janin serta jumlah cairan amnion yang mencukupi.
Manfaat pemeriksaan amniosintesis Mengetahui kelainan bawaan
(Syndrome down,dll) Mengetahui jenis kelamin bayi. Mengetahui
tingkat kematangan paru janin. Mengetahui ada tidaknya infeksi
cairan amnion.
Tes ini diutamakan untuk wanita hamil yang berisiko tinggi, yaitu
: Wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan kelainan genetik.
Wanita berusia di atas 35 tahun. Wanita yang memiliki hasil tes yang
abnormal terhadap sindrom down pada trimester pertama kehamilan.
Wanita dengan kelainan pada pemeriksaan USG. Wanita dengan
sensitisasi Rh. Risiko Amniosintesis: Kebocoran atau infeksi terhadap
air ketuban, Jarum menyentuh bayi, Kelahiran premature, Keguguran
7. Pengkajian faktor-faktor resiko persalinan
a. Identifikasi: nama, gravida, para
b. Haid terakhir (LMP) dan perkiraan hari persalinan (EDC), nyeri
abdomen, mulainya; sifat, perdarahan per vaginam: jumlahnya,
ketuban: utuh; ruptur
c. Lain-lain: kejang, koma, dispnea, demam, nyeri kepala, nausea,
vomitus, penambahan berat badan, makan minum terakhir
d. Riwayat dahulu: komplikasi prakelahiran, riwayat reproduksi
sebelumnya, riwayat medis dan operasi atau rawat inap sebelumnya
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum: suhu, nadi, TD, pernafasan, penampilan, berat
badan
Pemeriksaan abdomen: palpasi besar uterus, kontraksi, presentasi
janin, auskultasi bunyi jantung janin, bising usus
Pemeriksaan spekulum vagina
Pemeriksaan colok vagina
f. Tes laboratorium: hitung sel darah lengkap dengan apusan darah,
urinalisis, golongan darah dan rhesus, serologi (VDRL)
g. Penilaian Diagnosis atau diagnosis banding, faktor etiologi atau
predisposisi, komplikasi atau masalah penyerta, keparahan proses
penyakit
h. Pengkajian biofisik : USG, MRI
i. Pemantauan elektronik : FAT (fetal activity test) dan CST (contraction
stress test)
8. Persalinan abnormal
Persalinan abnormal adalah persalinan pervagina dengan bantuan
alat-alat maupun melalui dinding perut dengan tindakan operasi caesaria
a. Macam-Macam Penyulit Persalinan (Dwi Lestari, 2015)
1) Kelainan Tenaga/His (Power)
2) Persalinan Hipertonik
3) Persalinan Hipotonik
4) Partus Lama
5) Persalinan Presipitatus
6) Persalinan Preterm
7) Ketuban Pecah Dini
8) Ruptur Uterus
b. Kelainan Janin (Passanger)
1) Distres Janin
2) Ukuran terlalu besar (makrosomia)
3) Hidrosefalus
4) Kehamilan Ganda
5) Malposisi dan malpresentasi
6) Presentasi Sunsang
7) Kematian Janin
c. Kelainan Jalan Lahir (Passageway)
Bahkan ketika tidak terdapat masalah pada power dan passanger,
kelahiran yang berhasil tidak akan terjadi jika passageway (jalan lahir)
kontraktur (terlalu kecil) atau jika terhambat oleh sumbatan seperti
tumor atau faktor lainnya. Kelainan tersebut antara lain:
1) Kontraktur pada Tulang Pelvik
2) Tumor
9. Askep persalinan normal kala I yang berhubungan dengan masalah
keperawatan
a. Pengkajian kala I
1) Keluhan
Kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa
keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air dari
kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur.
2) Pengkajian riwayat obstetrik
Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang.
Kaji riwayat kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong
persalinan lalu, kondisi bayi saat lahir. Kaji riwayat nifas lalu,
masalah setelah melahirkan, pemberian ASI dan kontrasepsi.
3) Integritas Ego
a) Dapat senang atau cemas
b) Nyeri/Ketidak nyamanan
c) Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan keparahan.
4) Keamanan
Irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus
(tergantung posisi janin).
5) Seksualitas
Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah muda,
kecoklatan, atau terdiri dari plak lendir
6) Prioritas keperawatan
a) Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap
persalinan.
b) Meningkatkan kemajuan persalinan
c) Mendukung kemampuan koping klien/pasangan
d) Mencegah komplikasi maternal/bayi.
7) Secara Khusus
a) Memeriksa tanda-tanda vital
b) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan
penurunan karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus:
Frekwensi, Interval, Intensitas, Durasidan Tonus istirahat
c) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada
kehamilan pertama dan seorang diikuti pembukaan dalam
kehamilan berikutnya
d) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwakekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan:
(1) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi
jumlah fetus, letrak janin, penurunan janin. Kaji TFU,
Leopold I, II, II, dan IV
(2) Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station
(3) Tes diagnostik dan laboratorium
(4) Spesimen urin dan tes darah
(5) Ruptur membrane
(6) Cairan amnion : Warna, karakter dan jumlah
b. Diagnosa kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2) Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan,
hiperkapnea
3) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan
hormonal
4) Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplai darah
5) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan aliran darah
c. Intervensi keperawatan Kala I
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Tujuan: nyeri 1. Kaji derajat nyeri 1. Mengetahui skala
berhubungan berkurang secara verbal dan nyeri pasien
dengan Kriteria hasil : non verbal sehingga dapat
kontraksi 1. Pasien 2. Anjurkan berkemih ditentukan
uterus melaporkan 1-2 jam, palpitasi intervensi yang
nyeri di atas simpisis tepat
berkurang pubis. 2. Mempertahankan
2. Pasien tampak 3. Ajarkan pasien kandung kemih
relaks atau untuk bebas distensi yang
tenang mengedanyang dapat menyebabkan
diantara efektif dan ketidaknyamanan.
kontraksi relaksasi saat tidak 3. Mengejan yang
ada his. efektif
4. Berikan meminimalkan
analgetik/alfafrodin nyeri dan
hidroklorida atau tenagayang
meperidin dikeluarkan
hidroklorida sehingga pasien
dengan IV/IM tidak kelelahan.
diantara kontraksi 4. Membantu
meringankan rasa
nyeri
2. Risiko tinggi Tujuan : tidak 1. Pantau DJJ 1. DJJ harus di rentang
cidera terjadi cerera 2. Catat kemajuan 120-160x/menit
berhubungan janin persalinan dengan variasi rata-
dengan Kriteria hasil : 3. Lakukan rata percepatan
hipoksia 1. DJJ dalam pemeriksaan dalam respon
jaringan, batas normal leophod terhadap aktivitas
hiperkapnea (120-160 4. Posisikan janin maternal, gerak
x/menit) miring janin dan kontraksi
2. Tidak ada 5. Kolaborasi dalam uterus
perubahan pemberian oksigen 2. Persalinan lama
periodik yang dengan
berbahaya perpanjangan fase
laten dapat
menimbulkan
masalah kelelahan
ibu, stres berat,
infeksi dan
hemorargi karena
ruptur uteri
menempatkan janin
pada resikot inggi
terhadap hipoksia
dan cedera
3. Abnormalitas seperti
presentasi wajah,
dagu dan posterior
memerlukan
intervensi khusus
untuk mencegah
persalinan lama.
4. Meningkatkan
perfusi plasenta,
mencegah sindrome
hipotensi terlentang.
5. Menambah O2 ibu
untuk ambilan fekal
3. Perubahan Tujuan: 1. Catat dan 1. Keseimbangan
eliminasi perubahan bandingkan intake dan output
urine eliminasi urine masukan dan cairan sehingga
berhubungan teratasi sehingga haluaran urine tidak terjadi
dengan memudahkan 2. Anjurkan untuk dehidrasi
perubahan kemajuan dalam sering berkemih1-2 2. Tekanan dari bagian
hormonal persalinan jam presentasi dari
Kriteria hasil : 3. Palpasi di atas kandung kemih
1. Pasien simpisis pubis sering menurunkan
mengosongka 4. Kolaborasi dalam sensasi dan
n kandung melakukan mengganggu
kemih dengan kateterisasi pengosongan
cepat komplit.
2. Pasien bebas 3. Mendeteksi adanya
dari cedera urine dalam
kandung kandung kemih dan
kemih derajat kepenuhan
4. Distensi kandung
kemih dapat
menyebabkan atoni,
menghalangi
turunnya janin,
menimbulkan
trauma pada
presentasi janin.
4. Risiko tinggi Tujuan: tidak 1. Kaji adanya faktor 1. Situasi resiko tinggi
kerusakan terjadi kerusakan maternal/kondisi mempengaruhi
pertukaran pertukaran gas yang menurunkan sirkulasi,
gas Kriteria hasil : utero plasenta. kemungkinan di
berhubungan 1. DJJ dan 2. Pantau DJJ setiap manifestasikan
dengan variabilitas 15-30 menit dengan hipoksia.
perubahan denyut dalam 3. Periksa DJJ segera 2. Bradikardi atau
suplaidarah batas normal setelahketuban takikardi
(120- pecah (periksa merupakan indikasi
160x/menit) setiap 15menit). dari kemungkinan
2. TTV dalam 4. Pertahankan dan penurunan yang
batas normal catat warna, memerlukan
terutama jumlah amnion intervensi khusus.
respirasi saat ketuban 3. Mendeteksi distres
normal (16- pecah. janin karena prolaps
20x/menit) 5. Anjurkan pasien tali pusat.
miring kiri 4. Pada presentasi
6. Ajarkan pasien vertex, hipoksia
menarik lama menyebabkan
napasdalam cairan amnion
berwarna
mekonium karena
vagal yang
merilekskan
spingter anal.
5. Menurunkan resiko
hipoksia pada janin
dan resiko prolaps
plasenta.
6. Napas dalam
merilekskan otot-
otot sehingga tidak
terjadi kelelahan
5. Risiko tinggi Tujuan: tidak 1. Kaji TTV diantara 1. Selama kontraksi
penurunan terjadi penurunan kontraksi. TD biasanya
curah curah jantung 2. Pantau adanya meningkat 5-10
jantung Kriteria hasil : edema dan mmHg, kecuali
berhubungan 1. TTV dalam luasnya, pantau selama fase transisi
dengan batas normal : DJJ. Peningkatan
penurunan TD : 100- 3. Catat masukan tahanan curah
aliran darah 120/60-80 parenteral dan jantung dapat terjadi
mmHg oraldan haluaran bila ada hipertensi
RR : 16- secara akurat. intrapartal yang
20x/menit Ukur berat jenin selanjutnya
N : 60- bila fungsi ginjal meningkatkan
80x/menit menurun tekanan darah.
S : 36,5-37,4 4. Tes urin terhadap 2. Kelebihan retensi
C albumin cairan
2. DJJ dalam menempatkan klien
batas normal pada resiko
(120- terhadap perubahan
160x/menit) sirkulasi, dengan
kemungkinan
insufisiensiutero
plasenta di
manifestasikan
sebagai deselerasi
lanjut.
3. Tirah baring
meningkatkan curah
jantung dan
haluaran urine
dengan penurunan
berat jenis urine.
Peningkatan berat
jenis
dan/ataureduksi
dalam haluaran
urine menandakan
dehidrasi atau
kemungkinan
terjadinya
hipertensi.
4. Menandakan
spasme glomerulus,
yang menurunkan
reabsorpsi albumin.
Kadar lebih dari +2
menandakan
gangguan ginjal,
kadar +1 atau lebih
rendah mungkin
terjadi karena
katabolisme otot
yang terjadi
padalatihan atau
peningkatan
metabolisme pada
periode intrapartal

10. Askep pada kala II persalinan


a. Pengkajian kala II
1) Aktivitas Istirahat
a) Kelelahan
b) Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik relaksasi
c) Latargi
d) Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi
3) Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol
4) Eliminasi
a) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada
kontraksi disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan
uterus
b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c) Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus dikeluarkan
selama upayamendorong
5) Nyeri/ketidaknyamanan
a) Merintih/meringis selama kontraksi
b) Amnesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat
c) Rasa terbakar/meregang di perineum
d) Kaki gemetar selama upaya mendrong
6) Pernapasan : frekuensi napas meningkat
7) Keamanan
a) Diaporesis
b) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Seksualitas
a) Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%
b) Peningkatan perdarahan pervagina
c) Penonjolan rektum dengan turunya janin
d) Membran dapat ruptur jika masih utuh
e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa kala II
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi, dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola
kontraksi semakin intensif
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran
balik vena, perubahan pada tahanan vaskular sistemik
3) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
pencetusan pesalinan, polakontraksi hipertonik, janin besar,
pemakaian forsep
c. intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Tujuan : nyeri 1. Identifikasi 1. Mengklarifikasi
berhubungan berkurang derajat kebutuhan ;
dengan Kriteria hasil: ketidaknyama memungkinkan
tekanan 1. Mengungkapk nan dan intevensi yang tepat
mekanik pada an penurunan sumbernya 2. Memberikan
bagian nyeri 2. Pantau dan informasi/
presentasi, 2. Menggunakan catat aktivitas dokumentasi legal
dilatasi/perega teknik yang uterus pada tentang kemajuan
ngan jaringan, tepat untuk setiap kontinu ; membantu
kompresi saraf, mempertahank kontraksi mengidentifikasi pola
pola kontraksi an kontrol, 3. Berikan kontraksi abnormal,
semakin istirahat dukungan dan memungkinkan
intensif diantara informasi pengkajian dan
kontraksi yang intervensi segera
berhubungan 3. Pertahankan supaya
dengan pasangan tetap
kemajuan mendapatkan
persalinan informasi tentang
4. Anjurkan perkiraan kelahiran ;
klien atau menguatkan bahwa
pasangan upaya-upaya yang
untuk dilakukan itu berarti
mengatur 4. Upaya mengejan
upaya spontanyang bukan
mengejan terus menerus
dengan menghindari efek
spontan, dari negatif daivalsava
pada manuver berkenaan
dilakukan dengan penurunan
terus-menerus, kadar oksigen ibu dan
mendorong janin
selama 5. Pemutaran anal ke
kontraksi arah luar dan
5. Pantau penonjolan perineal
penonjolan terjadi saat verteks
perineal dan janin turun,
rektal, menandakan
pembukaan kebutuhan untuk
muara vagina persiapan kelahiran
dan tempat 6. Posisi yang tepat
janin dengan relaksasi
6. Bantu klien jaringan perineal
memilih posisi mengoptimalkan
optimal untuk upaya mengejan,
mengejan memudahkan
(Mis jongkok, kemajuan persalinan,
rekumben menurunkan
lateral, posisi ketidaknyamanan dan
semi fowler menurunkan
atau kebutuhan terhadap
penggunaan penggunaan forsep
kursi
melahirkan).
Kaji
keefektifan
upaya untuk
mengejan;
bantu klien
untuk
merelakskan
semua otot
dan
beristirahat
diantara
kontraksi
2. Perubahan Tujuan : tidak 1. Pantau TD dan 1. Peningkatan curah
curah jantung terjadi penurunan nadi (setiap 5- jantung 30%-50%
berhubungan curah jantung 15 menit). terjadi pada tahap
dengan Kriteria hasil : Perhatikan pengeluaran,
fluktuasi pada 1. Mempertahan jumlah dan penajaman pada
aliran balik kan tanda vital konsentrasi puncak kontraksi
vena, yang tepat haluaran urin uterus dan kembali
perubahan terhadap tahap 2. Anjurkan klien secara lambat pada
pada tahanan persalinan untuk status prakontraksi,
vaskular 2. Menunjukkan inhalasi/ekhala saat kontraksi
sistemik DJJ dan si selama menurun atau berhenti
variabilitas upaya 2. Valsava manuver
dalam batas mengejan, yang lama dan
normal dengan berulang, terjadi bila
menggunakan klien menahan napas
teknik glotis saat mendorong
terbuka dan terhadap glottis yang
menahan tertutup, akhirnya
napas tidak mengganggu aliran
lebih dari 5 bali vena dan
detik. Katakan menurunkan curah
pada klien jantung, TD dan
untuk tekanan nadi
mendorong 3. Mendeteksi
hanya bila ia bradikardia janin dan
merasakan hipoksia berkenaan
dorongan dengan penurunan
untuk sirkulasi maternal dan
melakukannya penurunan perfusi
(dorongan plasenta yang
tidak boleh disebabkan oleh
dipaksakan) valsava manuver atau
3. Pantau DJJ posisi yang tidak tepat
setelah 4. Posisi rekumben tegak
kontraksi dan lateral mencegah
atauupaya oklusi vena kava
mengejan inferior dan obstruksi
4. Anjurkan aorta,
klien/pasangan mempertahankan
memilih posisi aliran balik vena dan
persalinan mencegah hipotensi
yang 5. Jalur IV harus tersedia
mengoptimalk pada kasus perlunya
an sirkulasi memperbaikihipotensi
seperti posisi atau menaikkan
rekumben pemberian obat
lateral, posisi kedaruratan
fowler atau
berjongkok
5. Atur infus IV
sesuai indikasi
; pantau
pemberian
oksitosin dan
turunkan
kecepatan bila
perlu
3. Kerusakan Tujuan : tidak 1. Bantu 1. Membantu
integritas terjadi kerusakan klien/pasangan meningkatkan
kulit/jaringan integritas kulit dengan posisi peregangan bertahap
berhubungan Kriteria hasil : yang tepat, dari perineal dan
dengan 1. Otot-otot pernapasan jaringan vagina
pencetusan perineal rileks dan upaya 2. Menungkinkan
pesalinan, selama upaya untuk rileks melahirkanlambat saat
polakontraksi mengejan 2. Bantu sesuai kepala bayi telah
hipertonik, 2. Bebas dari kebutuhan distensi di perineum 5
janin besar, laserasi yang dengan cm ; menurunkan
pemakaian dapat dicegah manuver trauma pada jaringan
forsep tangan ; ibu
berikan 3. Episiotomi dapat
tekanan pada mencegahrobekan
dagu janin perineum pada kasus
melalui bayi besar, persalinan
perineum ibu cepatdan
saat tekanan ketidakcukupan
pengeluaran relaksasi perineal
padaoksiput 4. Trauma jaringan ibu
dengan tangan meningkat karena
lain penggunaan forsep,
3. Bantu dengan yang dapat
episiotomi mengakibatkan
garist engah kemungkinan laserasi
atau atau ekstensi
mediolateral episiotomi
bila perlu
4. Bantu dengan
penggunaan
forsep pada
kepala janin,
bila perlu

11. Askep pada kala III persalinan


a. Pengkajian kala III
1) Aktivitas Istirahat : perilaku senang sampai keletihan
2) Sirkulasi
a) TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudia kembali
normal dengan cepat
b) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgetik
c) Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
3) Makanan/cairan: kehilangan darah
4) Nyeri/ketidaknyamanan: tremor kaki/menggigil
5) Keamanan
a) Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan danya
robekan atau laserasi
b) Perluasan epiostomi/laserasi jalan lahir
6) Seksualitas
a) Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya 1-5 menit setelah bayi lahir
b) Tali pusat memanjang
b. Diagnosa kala III
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnya intake, muntah dan diaphoresis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi
selama melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta
c. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Risiko tinggi Tujuan: 1. Pantau TTV dan 1. Monitor TTV
kekurangan pemenuhan DJJ. dilakukan karena
volume kebutuhan cairan 2. Pantau tanda-tanda efek samping
cairan terpenuhi Kriteria dehidrasi. okxytocin yang
berhubungan hasil: 3. Catat waktu dan sering terjadi adalah
dengan 1. TTV dalam mekanisme hipertensi dan
kurangnya batas normal pelepasan plasenta. peningkatan DJJ
intake, TD : 100- 4. Kolaborasi dalam menandakan
muntah dan 120/60-80 pemberian cairan dehidrasi.
diaphoresis mmHg perenteral 2. Segera beri minum
RR : 16- melalui oral jika
20x/menit ditemukan tanda-
N : 60- tanda dehidrasi.
80x/menit 3. Pelepasan harus
S : 36,5-37,4 C terjadi dalam waktu
2. Tidak ada 5 menit setelah
tanda-tanda kelahiran, lebih
dehidrasi banyak waktu yang
diperlukan plasenta
untuk lepas makan
lebih banyak darah
hilang.
4. Membantu
memenuhi
kebutuhan cairan
2. Nyeri Tujuan: nyeri 1. Kaji skala nyeri 1. Skala nyeri yang
berhubungan berkurang atau pasien. tinggi atau berat
dengan terkontrol Kriteria 2. Beri pasien posisi diberikan obat sesuai
trauma hasil : yang nyaman. indikasi.
jaringan, 1. Pasien 3. Ajarkan pasien 2. Posisi yang nyaman
respon mengatakan tehnik relaksasi membuat pasien
fisiologis nyeri napas dalam. relaks sehingga
melahirkan berkurang 4. Lakukan massage nyeri dapat
2. Pasien tampak pada daerah berkurang.
relaks fundus untuk 3. Relaksasi napas
3. Pasien tidak menurunkan nyeri dalam membantu
merintih dan resiko mengontrol nyeri
kesakitan perdarahan sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Massage membantu
merelakskan otot-
otot dan mencegah
perdarahan.
3. Risiko tinggi Tujuan : tidak 1. Palpasi fundus dan 1. Memudahkan
terhadap terjadi cedera masase dengan pelepasan plasenta
cedera terhadap ibu perlahan 2. Menghindari
maternal Kriteria hasil : 2. Masase fundus rangsangan/trauma
berhubungan Bebas dari cedera secara perlahan berlebihan pada
dengan posisi maternal setelah fundus
selama pengeluaran 3. Menghilangkan
melahirkan, plasenta kemungkinan
kesulitan 3. Bersihkan vulva kontaminan yang
pelepasan dan perineum dapat
plasenta dengan air dan mengakibatkan
larutan antiseptik infeksi saluran
steril, berikan asenden selama
pembalut. periode pascapartum
4. Rendahkan kaki 4. Membantu
klien secara menghindari
simultan dari regangan otot
pijakan kaki 5. Meningkatkan
5. Kolaborasi kontraktilitas
pemberian miometrium uterus
oksitosin IV, 6. Membatasi potensial
posisikan kembali infeksiendometrial
uterus di bawah
pengaruh anastesi,
dan berikan
ergonovin maleat
IM setelah
penempatan uterus
kembali
6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
profilaktik

12. Askep pada kala IV persalinan


a. Pengkajian kala IV
1) Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk atau
berenergi.
2) Sirkulasi
a) Nadi biasanya lambat (50-70) karena hipersensitivitas vaginal
b) TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau meningkat
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
c) Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah
d) Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.
3) Integritas ego
a) Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat
(lelah), kecewa.
b) Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera
pada neonatal.
4) Eliminasi
a) Hemoroid sering ada dan menonjol
b) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau
terpasang kateter
c) Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat
aliran urine.
5) Makanan/cairan: haus/lapar, mual
6) Neurosensasi
a) Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anestesi
spinal
b) hiperfleksi
7) Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi
8) Keamanan
a) Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan tenaga)
b) Perbaikan epiostomi utuh
9) Seksualitas
a) Fundus keras terkontraksi
b) Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap dengan
bekuan kecil
c) Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis
d) Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
e) Payudara lunak, puting tegang
b. Diagnosa kala IV
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan
3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi
4) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggota keluarga
c. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Risiko tinggi Tujuan: kebutuhan 1. Pantau TTV, 1. Peningkatan suhu
kekurangan cairan terpenuhi terutama suhu. menandakan
volume cairan Kriteria hasil : 2. Pantau DJJ. dehidrasi
berhubungan 1. Pasien tidak 3. Ukur masukan 2. Pada awalnya DJJ
dengan terdapat tanda- cairan dan meningkat karena
kelelahan, tanda dehidrasi haluaran urine. dehidrasi dan
kegagalan 2. Haluaran urine 4. Berikan masukan kehilangan cairan.
miometri dari adekuat cairan peroral/ 3. Mengetahui
mekanisme 3. Mukosa bibir parenteral adanya dehidrasi
homeostatis lembab sehingga dapat
segega dilakukan
intervensi yang
tepat.
4. Mengganti
kehilangan cairan
2. Nyeri Tujuan: nyeri 1. Kaji skala nyeri 1. Skala nyeri yang
berhubungan berkurang atau pasien. tinggi atau berat
dengan trauma terkontrol Kriteria 2. Beri pasien posisi diberikan obat
mekanis/cedera hasil : yang nyaman. sesuai indikasi.
jaringan 1. Pasien 3. Ajarkan pasien 2. Posisi yang
mengatakan tehnik relaksasi nyaman membuat
nyeri berkurang napas dalam. pasien relaks
2. Pasien tampak 4. Lakukan massage sehingga nyeri
relaks pada daerah dapat berkurang.
3. Pasien tidak fundus untuk 3. Relaksasi napas
merintih menurunkan nyeri dalam membantu
kesakitan dan resiko mengontrol nyeri
perdarahan sehingga nyeri
dirasakna
berkurang.
4. Massage
membantu
merelakskan otot-
otot dan mencegah
perdarahan.
3. Risiko tinggi Tujuan: tidak 1. Observasi TTV 1. Perubahan suhu
infeksi terjadi terutama suhu. menandakan
berhubungan infeksiKriteria 2. Kaji tanda-tanda terjadinya infeksi.
dengan adanya evaluasi:1. infeksi. 2. Adanya tanda-
luka epiostomi 3. Pertahankan tanda seperti kalor,
Tidak ada tanda- tehnik aseptik. dolor, rubor, tumor
tanda infeksi2. 4. Kolaborasi dalam dan fungsi olaesia
pemberian menandakan
TTV dalam batas antibiotik dan kaji terjadinya infeksi
normal terutama efek samping segera berikan
suhu intervensi yang
tepat.
3. Tehnik aseptik
menurunkan resiko
terjadinya infeksi
kepada pasien
ataupun perawat.
4. Antibiotik sesuai
indikasi membantu
menghambat
mekanisme
terjadinya infeksi
sehingga pasien
tidak mengalami
efek samping yang
tidak diinginkan
4. Perubahan Tujuan: 1. Observasi interaksi 1. Kontak mata,
proses penerimaan ibu dan bayi serta posisi
keluarga anggota baru dalam keluarganya. menghadapwajah
berhubungan keluarganyaKriteria 2. Catat adanya menandakan
dengan transisi evaluasi:1. pengungkapan atau penerimaan yang
atau perilaku yang baik atas kehadiran
peningkatan Ibu mengatakan menunjukkan bayinya.
perkembangan merasakan kekecewaan. 2. Perilaku atau
anggota kebahagiaan 3. Berikan ibu pengunggkapan
keluarg memiliki bayi.2. menyusui bayinya. secara verbal
4. Anjurkan pasien mengenai
Ibu tampak dan keluarga kekecewaan
menyusui bayinya menggendong terhadap kelahiran,
dengan penuh bayinya berikan KIE
cinta3. tentang keadaan
bayi dan
Ibu tampak penanganan yang
menerima tepat.
kehadiran bayi. 3. Menyusui secara
dini
memberikankesem
patan kepada bayi
lebih dekat dengan
ibu dan
mendapatkan
nutrisi penting dari
ASI.
4. Kedekatan ibu,
bayi dan keluarga
memberikan
kehangatan pada
bayi sehingga bayi
menjadi tenang

13. Karakteristik bayi baru lahir


Menurut Dewi (2010), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah
sebagai berikut:
a. Berat badan 2.500-4000 gram
b. Panjang badan 45-55cm
c. Lingkar dada 30-33cm
d. Lingkar kepala 32-36,8cm
e. Bunyi jantung 110-160 x/menit
f. Pernafasan 30-60x/menit
g. Kulit kemerah-merahandan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi vernik caseosa
h. Rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang atau melewati jari-jari
j. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
k. Reflek hisap dan menelan baik
l. Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan memeluk.
m. Reflek menggenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
14. Pengkajian fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara menyeluruh.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur
perawatan bayi segera setelah lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk
mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan untuk memastikan bayi dalam
keadaan normalatau mengalami penyimpangan (Muslihatun,2010; h.28).
a. Pernapasan
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung
rata'rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan
normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per
menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi,
tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau
usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat adanya
retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara
periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.
b. Warna kulit
Lakukan inspeksi pada warna bayi. Pemeriksaan ini berfungsi untuk
mengetahui apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral, atau
tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat
dibandingkan bayi dalam keadaan preterm, mengingat kondisi
kulitnya lebih tebal.
c. Denyut jantung
Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami
gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal,
seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan
napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 100-160 kali per menit, dalam keadaan normal
apabila di atas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif
pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama beberapa hari
pertama jika bayi mengalami distres.
d. Suhu aksiler
Ukur suhu aksila. 7akukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk
menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam
kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat celcius.
e. Postur dan gerakan
Kaji postur dan gerakan. Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau
tidaknya epistotonus/hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan
kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya
kejang/spasme, serta tremor. Pemeriksaan postur dalam keadaan
normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar
dengan lengan panggul dan lutut semi fleksi. Selanjutnya pada bayi
berat kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37
minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi
letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi
penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh,
sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas
bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan
gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.
f. Tonus otot/tingkat kesadaran
Periksa tonus atau kesadaran bayi. Pemeriksaan ini berfungsi untuk
melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran di mana bayi dapat
bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang
lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar
(tidur yang dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan
ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai dari diam
hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur
atau dalam keadaan diam.
g. Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan
ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal
(menghadap kedalam atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi
jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat. Periksa posisi,
reaksi bayi bila ekstrimitas disentuh, dan pembengkakan.
h. Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya
kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepult),
luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas
kulit, serta ada tidaknya main popok (bercak merah terang dikulit
daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini normal apabila tanda
seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat putih kecil pada muka,
tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh
yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal.
i. Tali pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak,
bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal
apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai
mengering atau mengecil dan lepas pada hari ke 7 hingga ke 10
j. Berat badan
Normal 2500-4000 gram
k. Eleminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointensial bagian bawah.
Bayi baru lahir normal biasanya kencing lebih dari 6 kali perhari. Bayi
baru lahir normal biasanya berak cair 6-8 kali perhari. Dicurigai diare
apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lendir atau
darah. Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini di anggap
normal. Pemeriksaan urine dan tinja menilai ada atau tidaknya diare
serta kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi
mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai
apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah. Adanya
perdarahan per vaginam pada bayi baru lahir dapal terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.
l. Pengukuran antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti
berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-
3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2.500 gram,
maka dapat dikatakan bayi memiliki berat rendah BBLR). Akan
tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari
3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok makrosomia.
Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan
secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm,
pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran
lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan
diameterkepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi
mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm
dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a. Kepala
Pemeriksaan bagian kepala : Pemeriksaan rambut dengan menilai
jumlah dan warna, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan
punggung. Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya
maulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat
lahir untuk dilihat asimetris atau tidak. Ada tidaknya caput
succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi,
batasnya tidak tegas, serta menyeberangi sutura dan akan hilang dalam
beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat setelah lahir
dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput
succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada
tepi hilang tengkorak, tidak menyeberangi sutura, dan apabila
menyeberangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang
akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan
yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di
luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk
kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya
fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai
fontanella dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan,
kemudian fontanel posterior dapat dilihat proses penutupannya setelah
usia 2 bulan, dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
b. Mata
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya
adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan,
sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila
ditemukan jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya
berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila
ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan anak
mengalami sindrom down. Pada glaukoma kongenital, dapat terlihat
pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital
dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada
trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan
konjungtiva, retina, dan lain-lain.
c. Telinga
Untuk menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan
membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak
terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
d. Hidung
Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila
bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami
obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan
pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila
sekret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit
sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
e. Mulut
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada
mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan
kemampuan reflex mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur
keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan kongenital.
Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi bisanya disebut
sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa untuk menilai
adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang
tidak sempurna.
f. Leher
Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan,
apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan
terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid,
hemangioma, dan lain-lain.
g. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari
h. Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan pernafasan,
auskultasi bunyi jantung dan pernafasan
i. Abdomen dan punggung
Pemeriksaan pada abdomen meliputi pemeriksaan secara inspeksi :
apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut.
Palpasi : hati biasanya teraba 2 -3 cm di bawah arkus kosta kanan,
limfa teraba 1cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat
dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi
perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya
pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan
bawaan, atau trombosis vena renalis. Cntuk menilai daerah punggung
atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan
bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk
mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau
mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis
dan selaput otak menonjol).
j. Genitalia
Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah turun berada dalam
skrotum, orifisium uretrae di ujung penis, kelainan (fimosis,
hipospadia/ epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan labia
minora, klitoris, orifisium vagina, orifisiumuretra, sekret dan lain-lain.
Pemeriksaan genitalia untuk mengetahui keadaan labium minor yang
tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya
terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan
terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal
tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering
didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4
cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi
adalah adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian central
ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan
kelainan defek pada dorsinn penis.
k. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/ tidak, jumlah jari, pergerakan, pes
equinovarus/pesequinovalgus.
l. Anus
Berlubang atau tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani,
meconium plugsyndrome, megacolon.
m. Refleks
Berkedip, babinski, merangkak, menari atau melangkah, ekstrusi,
galant’s, moro’s, neck righting, palmar graps, rooting, startle,
menghisap, tonic neck.
Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
Kriteria fisik bayi baru lahir (neonatus) normal, antara lain sebagai
berikut. Lahir cukup bulan dengan usia kehamilan 37-42 minggu, berat
badan lahir antara 2.500-4000 gram atau sesuai masa kehamilan, panjang
badan antara 44-53 cm, lingkar kepala melalui diameter biparietal 31-36
cm, skor APGAR antara 7-10 tanpa kelainan kongenital atau trauma
persalinan. Dilihat dari kriteria neurologik neonatus normal mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: posisi bayi frog position (fleksi pada ekstrimitas
atas dan bawah), refleks moro / kejutan positif (+) dan harus simetris,
refleks hisap positif (+) pada sentuhan palatum molle, refleks
menggenggam positif (+), reflex rooting (+). Bayi baru lahir mempunyai
variasi penampilan yang normal. Beberapa variasi ini bersifat sementara
dan akan menghilang sesuai dengan pertumbuhan fisik. Tapi ada juga
beberapa yang menetap dan disebut sebagai “tanda lahir”. Berikut ini
variasi penampilan yang normal pada bayi baru lahir :
a. Kulit
Warna kulit bayi sangat bervariasi tergantung ras,usia,suhu dan
keadaan bayi. Saat bayi lahir, warna kulit mungkin berwarna
keunguan,lalu berubah menjadi kemerahansetelah bayi menangis keras
dan dapat bernafas. Beberapa kulit bayi berwarna kekuningan. Hal ini
dapat merupakan respons normal tubuh terhadap jumlah sel
darahmerah yang banyak tapi dapat pula pertanda serius, terutama bila
warna kekuningan bertambah dan menetap selama beberapa hari.
b. Kepa!a
Bentuk kepala dihari-hari pertama tidak benar-benar bulat akibat posisi
dalam rahim ataupun proses persalinan yang dialami, tapi akan
kembali ke bentuk normal dalamseminggu pertama. Bayi juga bisa
mengalami cephal hematoma. Yaitu benjolandikepala bagian samping
akibat adanya kesulitan persalinan, biasanya terjadi 24-48 jam pasca
persalinan. Tapi tak mempengaruhi otak bayi dan bisa menghilang
beberapa minggu. Keadaan ini tidak membutuhkan perawatan khusus.
c. Telinga
Bentuknya bisa tidak sama antara kanan dan kiri, kadang terlipat, dan
kadang berbulu. Tapi hal ini tidak akan menetap, melainkan akan
menuju ke bentuk yang sempurna.Rambut di sekitar telinga pun akan
rontok.
d. Bibir
Bibir bayi akan kering untuk sementara waktu, yang disebut sucking
blister. Hal ini terjadi akibat gesekan antara bibir bayi dengan puting
atau aerola. !ulit bibir yang kering akan segera tergantikan dengan
lapisan baru.
e. Payudara
Pembesaran dada dapat terjadi pada bayi baru lahir baik laki-laki
ataupun perempuan dalam tiga hari pertama kehidupannua. Hal ini
disebut newborn breast swelling , yang dihubungkan dengan hormon
ibu dan menghilang dalam beberapa hari dampai beberapa minggu.
f. Alat kelamin
Alat kelamin dapat terlihat membengkok atau mengeluarkan cairan.
Tampilannya dapat berbeda sesuai usia kehamilan. Bayi prematur
mempunyai klitoris menonjol dengan labia/bibir vagina yang dalam.
Semakin cukup bulan labia semakin ke sisiluar. Bayi perempuan dapat
mengeluarkan cairan atau mukus kemerahan dari vagina dalam minggu
pertama kehidupan. Kejadiann normal ini dihubungkan dengan
hormone ibu. Bayi prematur laki-laki mempunyai skrotum yang rata
dan halus dengan testisyang belum turun (sebaiknya testis turun
sebelum usia 3 bulan). Bayi lebih bulan menampakkan garis-garis pada
skrotum dengan testis yang sudah turun.
g. Tanda Lahir
Tanda lahir seringkali mencemaskan orang tua. Biasanya ditemui di
punggung bagian bawah hingga bokong, meskipun dapat juga dijumpai
di bagian lain. Beberapa jenis tanda lahir berikut ini dapat membantu
memastikan apakah tanda lahir tersebut normal:
1) Vernix caseosa
Vernix caseosa adalah substansi berwarna putih, licin seperti keju
melapisi kulit bayi yang baru lahir. Fungsinya melindungi bayi dari
cairan ketuban dalam rahim.Vernix dapat tidak terlihat pada bayi
yang lebih bulan. Tidak perlu dibersihkandan biasanya diserap
kulit.
2) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus pada tubuh bayi, terutama di
punggung, dahi dan pipi. Lanugo lebih terlihat pada bayi prematur.
Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi yang lebih bulan.
3) Milia
Milia adalah bercak putih kecil dan keras seperti jerawat pada
hidung bayi baru lahir. Dapat pula muncul didagu dan dahi. Milia
berasal dari sumbatan kelenjar minyak dan dapat menghilang
sendiri. Bila terdapat di mulut dan gusi disebut Epstein pearls.
4) Strock bites atau salmon patches
Adalah bercak merah atau pink kecil yang ditemukan di kelopak
mata, diantara mata, bibir atas dan belakang leher. Bercak ini
terlihat jelas ketika bayi mengis dan akan menghilang dengan
sendirinya.
5) Mongolian spot
Mongolian spot adalah bercak biru keunguan seperti memar pada
bagian bawah belakang ayi dan bokong. Penyebabnya adalah
penumpukan sel pigemn dan biasanya menghilang pada usia 4
tahun.
6) Café au lait spot
Yaitu berupa tanda lahir bewarna cokelat muda ini bersifat
permanen dan muncul pada saat lahir atau beberapa hari kemudian.
7) Erythema toxicum
Adalah bercak kemerahan pada bayi baru lahir. Sering terdapat di
dada dan di punggung atau hingga seluruh tubuh. Setengah dari
bayi baru lahir mengalami kejadian ini pada hari pertama. Tapi
jarang terjadi pada bayi prematur. Penyebabnya tidak diketahui.
Keadaan ini tidak membutuhkan pengobatan dan menghilang
sendiri dalam beberapa hari.
8) Acne Neonatorum
Sekitar 1/5 bayi baru lahir mempunyai jerawat pada bulan pertama.
Biasanya di pipi dan dahi. Hal ini disebabkan oleh hormon ibu dan
akan menghilang dalam beberapa bulan . jerawat tersebut tidak
boleh dipencet karena dapat menyebabkan infeksi.
9) Strawberry hemangioma
Adalah area menonjol, sembab, berwarna merah tua atau terang
seperti starwberry yang dibentuk oleh penumpukan pembuluh
darah prematur. Strawberry hemangioma sering terlihat dikepala.
Umumnya tidak muncul pada saat lahir tetapi baru terlihat untuk
beberapa bulan, dan secara bertahap menghilang dan biasanya
menghilang sempurna saat uisa 9 tahun.
10) Portwine stain
Adalah tanda lahir berupa bercak tidak menonjol berwarna pink,
merah, ungu. Tanda lahir ini berasal dari penumpukan kapiler dan
biasanya muncul di kepala dan leher. Ukurannya dapat kecil atau
menutupi seluruh permukaan tubuh. Cirinya tidak berubah warna
atau menghilang bila ditekan. Keseimbangan kalori dan cairan
pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa, cairan tubuh bayi
sebanyak 70-75% berat badan. Jumlah ini lebih banyak disbanding
dengan banyaknya cairan tubuh orang dewasa yaitu 60-65%.
Kebutuhan keseimbangan cairan pada bayi dihitung berdasarkan
intakeoutput,insensible loss dan kebutuhan tumbuh kembang.
15. Askep bayi baru lahir yang berhubungan dengan masalah
keperawatan
a. Pengkajian Fokus
1) Aktivitas/istirahat
Aktivitas spontan, status terjaga yang terlihat (mengantuk, sadar
aktif, sadar diam, menangis), status tidur yang terlihat (tidur
dalam, tidur sebentar).
2) Sirkulasi
Nadi apikal, bunyi jantung (murmur), warna kulit (kebiruan,
belang-belang, abu-abu), sianosis (lokasi, efek menangis),
haemoglobin, hematokrit.
3) Integritas ego
Area umum dari masalah perhatian terhadap rangsang
(penglihatan, auditorium), kebiasaaan terhadap rangsang,
perilaku sosial/keinginan untuk digendong.
4) Eliminasi
Bising usus, abdomen (utuh, lunak, masa), anus (paten, fisura,
kista pilonidal), mekonium keluar (waktu), urine (waktu pertama
berkemih, jumlah/frekuensi, warna).
5) Makanan/cairan
Berat badan, panjang badan, kulit (lembab/kering, turgor),
fontanel (normal, tertekan), kekuatan refleks (menghisap,
menelan), muntah.
6) Hygiene
Bayi tidak mampu merawat diri dan tergantung secara total (tingkat
4)
7) Neurosensori
Tingkat kesadaran, respons terhadap rangsang, menangis
(kekuatan, karakter), respons pendengaran dan pengelihatan, tonus
otot, refleks.
8) Nyeri/ketidaknyamanan
Observasi (tidak dites untuk) respons terhadap rangsang
nyeri : gelisah, iritabilitas, menangis konstan.
9) Pernapasan
APGAR skor 1 menit dan 5 menit, frekuensi pernapasan, bunyi
napas, pernapasan cuping hidung,
10) Keamanan
Tipe kelahiran, suhu, kulit (tekstur, lembab/kering, warna,
verniks kaseosa), tali pusat (jumlah pembuluh, warna,
perdarahan, eksudat, hernia, navel kutis), klavikula (utuh,
ikatan/krepitasi/lokasi), ekstremitas (kesamaan panjang,
jumlah jari), spinal (lurus, melengkung).
11) Seksualitas
Payudara (jarak, diameter areola), genitalia wanita (labia mayor
lebih besar dari labia minor, kemerahan, bengkak, perdarahan),
genitalia pria (skrotum ada rugae, bengkak, testis turun)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Lingkar kepala
2) Lingkar dada
3) Panjang badan
4) Berat badan
5) Tanda – tanda vital : suhu, nadi, pernafasan
6) Keadaan umum : kesadaran dan keefektifan
7) Kulit
8) Kepala
9) Mata
10) Telinga
11) Hidung
12) Mulut
13) Leher
14) Klavikula dan lengan tangan
15) Dada
16) Abdomen
17) Genitalia
18) Tungkai dan kaki
19) Anus
20) Punggung
21) Pemeriksaan kulit
22) Reflex pada bayi baru lahir
c. Diagnosa dan Intervensi Keperawatana.
1) Risiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan
membran alveolar-kapiler
NOC :
a) Status pernapasan : pertukaran gas
b) Status pernapasan : ventilasi
c) Status tanda-tanda vital
Kriteria hasil:
a) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas daritanda-tanda
distress pernapasan
b) Suara napas bersih, tidak ada sianosis dan dipsnea
c) Tanda-tanda vital dalam rentang normal Nadi : 110-160 x/menit
Suhu : 36,5-37,20C RR : 30-60 x/menit
NIC :
a) Monitor respirasi dan status O2
b) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
c) Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan napas
buatan
d) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
e) Keluarkan sekret dengan suction
f) Berikan bronkodilator bila perlu
2) Risiko infeksi berhubungan dengan kerentanan bayi, kurangnya
flora normal, bahaya lingkungan dan luka terbuka (tali pusat,
sirkumsisi
NOC :
a) Status imun
b) Pengetahuan : kontrol infeksi
c) Kontrol risiko
Kriteria hasil :
a) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi (rubor , kalor , dolor,
tumor, fungsio leisa)
b) uhu 36,5-37,2 C
c) Integritas kulit baik
d) Leukosit dalam batas normal (9000 -30.000 /mm3)
NIC :
a) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
b) Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, dandrainase
c) Bersihkan box / inkubator setelah dipakai bayi laind)Beri
perawatan kulit luka
d) Beri antibiotik bila perlu.
3) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan
transisi lingkungan ekstrauterus neonates
NOC :
a) Hidrasi
b) Status imun
c) Kontrol risiko
d) Deteksi risiko
Kriteria hasil :
a) Suhu axila 36,5-37,2 C
b) RR : 30-60 X/menit
c) HR 110-160 X/menit
d) Warna kulit merah muda
e) Tidak ada distress respirasi
f) Bayi tidak menggigil, gelisah dan letargi
NIC :
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Monitor tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
c) Pertahankan panas suhu tubuh bayi (misal : segera ganti
pakaian jika basah)
d) Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan selimut.
e) Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu sorot / sumber
panas
f) Jelaskan kepada keluargacara untuk mencegah kehilangan
panas / mencegah panas bayi berlebih
4) Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
NOC :
a) Keseimbangan cairan
b) Hidrasi
c) Status nutrisi : intake makanan dan cairan
Kriteria hasil :
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan berat badan,
berat jenis urine normal (1.002-1.006 gr/mL), Hematokrit
normal (48-69%)
b) Nadi, suhu dalam batas normal (nadi= 110-160 x/menit,
suhu = 36,5-37,2 C)
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
NIC :
a) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat)
b) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harianc)Monitor vital sign
c) Dorong masukan oral
d) Kolaborasi pemberian cairan IV
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis
NOC :
a) Status nutrisi : intake makanan dan cairan
b) Kontrol berat badan
Kriteria hasil:
a) Adanya peningkatan berat badan
b) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
c) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
a) Observasi intake dan output
b) Observasi refleks menghisap dan menelan
c) Kaji kesiapan ibu untuk menyusui
d) Berikan minum sesuai program
e) Timbang BB setiap hari
d. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah
disusun pada masing-masing diagnosa keperawatan. Namun pada
pelaksanaannya di lapangan, implementasi disesuaikan dengan
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien, situasi dan
kondisi pasien serta ketersediaan alat-alat dan prosedur di rumah sakit.
Evaluasi mengacu kriteria hasil yang ada pada masing-masing
diagnosa keperawatan
16. Identifikasi peralatan pertolongan persalinan
a. APD (alat pelindung diri) : barascot/celemek plastic, sepatu boot/sepatu
pelastik yang melindungi kaki, masker, kacamata goggle, handscoon
bersih dan steril, penutup kepala, handuk bersih
b. Partus set (peralatan steril)
1) Bak instrument

2) 2 klem kocher
3) Klem arteri
Klem arteri bermanfaat untuk menghentikan pendarahan pembuluh
darah kecil yang tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak
dibutuhkan.

4) Kateter
5) Klem ½ kocher
berfungsi sebagai alat untuk memecahkan ketuban saat persalinan.
Pemecahan ketuban dilakukan jika kepala bayi sudah turun tetapi
ketuban belum pecah.
6) 2 pasang sarung tangan
7) Kasa atau kain kecil 5 buah
8) Kapas basah
9) Spuit 2,5 atau 3 cc
10) Penghisal lender de lee

11) Duk steril


12) Gunting tali pusat
Gunting Tali Pusar adalah alat yang digunakan untuk menggunting
tali pusar bayi

13) Umbilical cord/benang tali pusat


Penjepit tali pusat berfungsi untuk mengikat tali pusat supaya tidak
terjadi infeksi jika di ikat menggunakan benang saja.

14) Gunting episiotomy


Gunting ini digunakan untuk menggunting bagian perineum terutama
jika perineum ibu yang melahirkan kaku. Perineum adalah daerah
antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus

c. Heacting set
1) 1 Pinset anatomis dan 1 silurgis
Pinset Anatomi adalah alat yang digunakan untuk membantu proses
menjahit luka dan menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit
jaringan yang tipis dan lunak.

2) Spuit 10 cc dan jarum


3) Nald pooder
Digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan juga untuk
menjepit benang

4) 2-3 nald (kulit dan otot)


digunakan untuk membantu proses manjahit luka pada tubuh.

5) Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0


Digunakan untuk menjahit luka

6) Sepasang handscoon steril


7) Duk
d. Peralatan tidak steril
1) Termometer
2) Stetoskop
3) Tensimeter
4) Pita pengukur / meteran
5) Pinnards, fetoskop, stetoskop Laenec atau dopler
6) Bengkok
7) Piring plasenta
8) Timbangan bayi
9) Pengukur panjang bayi
10) Gunting ferband
11) Sarung tangan rumah tangga
12) Wadah untuk larutan klorin 0,5 %
13) Wadah untuk air DTT
14) Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah)
e. Obat-Obat dan bahan habis pakai
1) Oksitosin 1 ml 10 U
2) Lidokain 1%
3) Cairan infus R/L,Nacl, dan Dext 5%
4) Peralatan untuk menginfus
5) Kanula IV no 16-18G
6) Methylergometrin
7) MgSO4 40% (25 gr)
8) Amoxicillin / ampisilin tab 500 gr atau IV 2 gr
9) Vitamin K
10) salep mata tetrasilklin 1 %
f. Peralatan resusitasi (persiapkan semua menjelang persalinan)
1) Meja yang bersih, datar dan keras
2) 1 buah kain di gelar di atas perut ibu
3) 1 buah kain untuk mengalas meja dan untuk mengganti kain
pembungkus bayi yang basah
4) 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
5) Lampu sorot 60 watt
6) Alat penghisap lendir (bola-bola karet/ de lee)
7) Balon dengan sungkupnya
8) Jam / pecatat waktu
g. Persiapan Ibu dan Bayi
1) 1 buah handuk
2) 1/3 kain Alas bokong ibu
3) Selimut untuk mengganti
4) Topi Bayi
5) Pakaian ibu
6) Kain/sarung yang bersih dan kering (±5 buah)
7) Pakaian bayi
8) 2 buah washlap
17. Pertolongan persalinan
a. Persiapan Alat
1) Trolley dengan alasnya bagian atas berisi :
2) Bak instrument yang berisi partus set :
a) 2 pasang hand schone
b) ½ kocher
c) Gunting episiotomy
d) Benang tali pusat/klem umbilical
e) 2 arteri klem
f) Gunting tali pusat
g) Kassa steril
h) Spuit
i) Kateter nelaton
3) Kom tertutup berisi de lee
4) Kom kecil berisi :
a) Oksitosin 1 ampul
b) Lidokain 1 % 1 ampul
5) Kom kecil yang berisi kapas DTT
6) Bak instrument yang berisi hecting set :
a) Hand scone
b) Spuit
c) Pinset
d) Needle holder
e) 2 buah nald hecting yang terdiri dari 1 buah nald kulit dan 1
buah nald otot cut gut (chromic)
7) Tensi meter
8) Stetoskop
9) Thermometer
10) Bagian bawah trolley berisi :
a) Leanec
b) 2 buah nierbeken
c) 1 buah piring placenta
d) Schor
e) Masker
f) Geogle (kaca mata )
g) Sepatu boot/sandal tertutup
h) 1 buah handuk kecil untuk cuci tangan
i) 3 buah kain bersi
j) 2 buah handuk bersih
11) Pakaian bayi terdiri dari :
a) Kain varnel / bedong
b) Popok bayi
c) Baju bayi
d) Pakaian ibu, yang terdiri dari : Pakaian dalam, Pembalut, Baju
ibu
12) Tiga buah tempat sampah :
a) 1 buah berwarna merah untuk tempa sampah kering
b) 1 buah berwarna kuning untuk tempat sampai infeksi
c) 1 buah berwarna hitam untuk pakaian kotor
13) Satu buah ember berisi larutan klorin 0,5%
14) Partograf
15) Baki dengan alasnya berisi :
a) Peralatan infuse :
b) Cairan NaCl 0,9% dan RL
c) Abocath
d) Kassa
e) Plester
f) Gunting
16) Bak instrument berisi :
a) 1 hand schone panjang steril
b) 1 hand schone pendek steril
c) Foley kateter steril
d) Kocher
e) Suit 5 cc
17) Perlengkapan resusitasi bayi :
a) 3 buah kain
b) Balon resusitasi, sungkup No 0 dan 1
c) Kom bertutup berisi de lee
18) Kassa tempat dalam tempatnya
19) Kapas DTT
20) Medikamentosa :
a) Analgetik (petidin 1-2 mg/kg BB), ketamin HCL 0,5/kg BB
b) Sedative (diazepam 10 mg)
c) Atropine sulfas 0,25 – 0,50 mg
d) Uterotonika (oksitosin, ergometrin, prostaglandin)
21) Oksigen dan regulator
22) Larutan klorin 0,5 % dan tempatnya
b. Pelaksanaan
1) Inform concent
2) Menjaga privasi klien
3) Pengumpulan data :
a) Menanyakan Identitas.
b) Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu.
c) Menanyakan riwayat menstruasi.
d) Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat
kontrasepsi.
e) Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat
penyakit keluarga.
f) Menanyakan keluhan pasien.
g) Pemeriksaan Hb dan golongan darah (untuk Bumil dengan K1),
pemeriksaan Hb diulang pada umur kehamilan trimester III,
serta pemeriksaan laboratorium lainnya (seperti protein urin,
reduksi urin) atas indikasi
4) Pemeriksaan
a) Tinggi Badan, Berat Badan, LILA, Tekanan darah.
b) Petugas melakukan Inspeksi kepada pasien.
c) Mengukur ukuran panggul ( bila ada indikasi : TB < 145 cm ).
d) Memeriksa TFU, posisi janin, presentasi janin.
e) Pemeriksaan DJJ.
5) Petugas memberikan Asuhan Persalinan Normal bermutu tinggi
yang meliputi aspek-aspek:
a) Ketepatan pengambilan keputusan klinik
b) Penerapan konsep sayang ibu dan bayi
c) Mengaplikasikan praktek terbaik pencegahan infeksi
d) Pencatatan /dokumentasi
e) Rujukan (jika diperlukan)
6) Melakukan penatalaksanaan persalinan normal selama kala I
7) Melakukan penatalaksanaan persalinan normal selama kala II
8) Melakukan penatalaksanaan asuhan bayi baru lahir & Inisiasi
Menyusu Dini ( IMD)
9) Melakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala III
10) Melakukan Manual Plasenta
11) Melakukan Penatalaksanaan Kala IV & Penjahitan
12) Melakukan Penatalaksanaan Atonia Uteri
c. Menyiapkan pertolongan persalinan
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalasana komplikasi segera pada ibu
dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :
1) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
2) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk gajal bahu bayi)
3) Alat penghisap lender
4) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu :
1) Menggelar kain di perut bawah ibu
2) Menyiapkan oksitosin 10 unit
3) Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
d. Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan
e. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
f. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
g. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
h. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT
2) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
3) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
4) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%. Pakai sarung
tangan DTT/steril untuk melaksanakan langkah lanjutan
5) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
6) Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
7) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin
0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan
i. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120 –
160x/menit)
1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
2) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
j. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran
k. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
l. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada
m. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara
benar
n. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman
o. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat :
1) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
2) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
3) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
4) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
5) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
6) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
7) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
8) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan pimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada
primigravida atau > 60 menit (1 jam) pada multigravida
p. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit
q. Persiapan untuk melahirkan bayi
r. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
s. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
t. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan
u. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
v. Pertolongan untuk melahirkan bayi
w. Lahirnya Kepala
1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang
kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas
cepat dan dangkal
2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan !
3) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
4) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
5) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
x. Lahirnya Bahu
1) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hinggal bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah
atas dan distal utuk melahirkan bahu belakang
y. Lahirnya Badan dan Tungkai
1) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan siku sebelah atas
2) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukka telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari – jari lainnya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Damayanti IP (2014) Buku Ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu
bersalin dan bayi baru lahir. Yogyakarta: Deepublish.
2. Doenges, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC
3. Indrayani dan Moudy Emma Unaria. asuhan persalinan dan bayi baru lahir.
Jakarta: Trans Info Media. 2013
4. Johariyah, Ningrum EW (2012). Asuhan kebidnaan Persalinan dan Bayi
BaruLahir. Jakarta: CV.Trans Info Medika.
5. Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh:
Diana Kurnia S.Yogyakarta: Rapha Publishing.
6. Karjatin, Atin. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
7. Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan
Keperawatan INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media
8. Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.
9. Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid I.
Yogyakarta : Mediaction.
10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014
11. Solehati Tetti, Kosasih C. E, dkk. 2018. Terapi Nonfarmakologi Nyeri
Padapersalinan:Systematic Review. Faculty of Nursing-Universitas
Padjajaran.
12. Sulistyawati A, Nugraheny E (2010) . Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin.Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai