M DENGAN SECTIO
CAESAREA ATAS INDIKASI BEKAS SC
DI RS “X” JAKARTA PUSAT
TAHUN 2016
Oleh :
AFRIANI ERMILA SARI MANURUNG
(201352001)
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi
karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu
sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat. Ibu yang sehat pula akan menciptakan
keluarga sehat dan bahagia. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di Negara berkembang. Kematian ibu dan perinatal merupakan tolak ukur
kemampuan pelayanan kesehatan suatu Negara.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau
dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia
kehamilan. Indikator yang umum di gunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian
Ibu (AKI) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa (AKI) di Indonesia
mengalami kenaikan dari 228 kasus kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007,
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012
Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung, penyebab langsung
dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil, persalinan atau nifas dan kematian
yang disebabkan oleh segala penanganan yang tidak tepat dari selama hamil, bersalin dan
nifas, seperti per komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh pada kehamilan seperti malaria,
anemia, (HIV) /AIDS dan penyakit kardiovaskuler. Kematian ibu tergolong pada penyebab
kematian ibu langsung. Penyebab kematian ibu langsung yaitu perdarahan, infeksi,
hipertensi dalam kehamilan, partus macet dan aborsi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ny.M dengan Induksi
Persalinan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian dalam asuhan kebidanan pada induksi
persalinan.
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada Ny. D dengan dengan induksi
persalinan.
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial pada Ny. D dengan
induksi persalinan.
4. Mengetahui kebutuhan akan tindakan segera pada Ny. D dengan induksi
persalinan.
5. Mengidentifikasi perencanaan asuhan yang komprehensif pada Ny. D dengan
induksi persalinan.
6. Mengimplementasikan rencana asuhan kepada Ny. D dengan induksi
persalinan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500g, melalui sayatan
pada dinding uterus yang masih untuh (intact)
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (gland baby), menyebabkan bayi sulit
keluar dari jalan lahir, umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan (macrosomia)
karena ibu menderita kencing manis (diabetes militus). Apabila dibiarka terlalu lama
dijalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.
Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak lintang. Letak
sungsang yaitu letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin
merupakan katub bawah, sedangkan letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu
membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu memanjang janin. Oleh karena
seringkali bahu terletak diatas PAP (Pintu Atas Panggul), malposisi disebut juga
presentasi bahu.
d) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetic, dan hidrosepalus (kepala besar karena
otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya tindakan operasi.
e) Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat menyebabkan keadaan gawat darurat pada
ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi yaitu plasenta
previa (plasenta menutupi jalan lahir), solution plasenta (plasenta lepas), plasenta
accrete ( plasenta menempel kuat pada dinding uteus), vasa previa (kelainan
perkembangan plasenta).
Ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu: prolapus tali pusat (tali pusat
menumbung) adalah keadaan keluarnya sebagian atau seluruh tali pusat berada di
depan atau di amping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada dijalan lahir
sebelum bayi. Dalam hal ini, persalinan harus segera dilakukan sebelum terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan pada bayi, misalnya sesak nafas karena kekurangan
oksigen (O2), Terlilit tali pusat atau terplintir menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi
ke janin tidak lancar . jadi, posisi janin tidak dapat masuk ke jalan lahir, sehingga
mengganggu persalinan maka kemungkinan dokter akan mengambil keputusan untuk
melahirkan bayi melalui tindakan seksio saesaria.
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara seksio saesaria. Kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Bayi kembar dapat megalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan melalui persalinan alami. Hal ini diakibatkan, janin kembar dan cairan
ketuban yang berlebihan membuat janin mengalami kelainan letak. Oleh karena itu,
pada kelahiran kembar dianjurkan dilahirkan di rumah sakit karena kemungkinan
sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipin dalam
keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara alami. Faktor ibu menyebabkan
persalinan menjadi tindakan operasi , misalnya panggul sempit atau abnormal,
disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian pre-natal, pernah mengalami trauma
persalinan.
h) Faktor Ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia sekitar 35 tahun memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi perempuan dengan usia 40 than ke atas.
Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang berresiko, misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis (diabetes mellitus) dan pre-eklamsia
(kejang), eklamsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga
seringkali menyebabkan dokter memutuskan persoalan dengan operasi sesarea.
2) Tulang panggul
Cephaloplvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin dan dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Kondisi tersebut membuat bayi susah keluar melalui
jalan lahir.
Adanya gangguan dari jalan lahir , misalnya ada tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas. Gangguan jalan lahir ini bisa
terjadi karena adanya mioma atau tumor. Keadaan ini menyebabkan persalinan
terhambat atau macet, yang biasa disebut distosia.
5) Kelainan kontraksi rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses
persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong atau tidak dapat melewati
jalan lahir dengan lancar. Apabila keadaan tidak memungkinkan dokter biasanya
akan melakukan operasi sesarea.
Pada umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
rasa sakit, yaitu berupa rasa mules disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal
paha yang semakin kuat. Kondisi tersebut sering menyebabkan seseorang
perempuan yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas
menjalaninya. Sehingga untuk menghilangkan perasaan tersebut seorang
perempuan akan berfikir melalui seaserea.
1) Pada ibu
Infeksi puerperal, komplikasi dapat bersifat ringan dan berat. Pada
komplikasi yang bersifat ringan misalnya kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas. Sedangkan yang bersifat berat misalnya peritonitis
sepsis.
Perdarahan yang banyak bdapat timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang ateri uterine ikut terbuka atau perdarahan karena atoni uteri
Komplikasi lain-lain misalnya luka kandung kemih atau embolisme paru.
Komplikasi yang timbul kemudian hari yaitu kurang kuatnya parut pada
dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur
uteri.
2) Pada janin
TTN (transient tacypnoea of the newborn), yaitu pernafasan bayi yang cepat
karenakarena tidak adanya tekanan pada toraks pada saat persalinan berbeda
dengan persalinan pervaginam.
Bradikardi, pernafasan akan lebih lambat karena efek dari obat anastesi.
Ada beberapa jenis seksio saesarea (SC). Menurut Mochtar (1998), antara lain:
Kelebihan :
Kelebihan:
c) Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum
d) Perdarahan kurang
Kekurangan:
1) Anastesi local
Bius local merupakan alternative yang aman, namun anastesi ini tidak dianjurkan
pada ibu hamil yang menderita eklamsia, obesitas, atau alergi terhadap lignokain
(obat bius local), pada pemberian obat anastesi oleh dokter dilakukan pada bagian
local sekitar jaringan yang akan dilakukan sayatan pada seksio saesaria sehingga
tidak mempengaruhi keadaan bagi ibu dan bayi.
Anastesi ini menghilangkan rasa dari bagian tubuh dengan cara menghalangi
transmisi rasa sakit dari srabut saraf. Pembiusan dengan metode block spinal ini
paling banyak dilakukan untuk kasus seksio seaserea, sebab relative aman dan
ibu tetap terjaga kesadarannya. Pembiusan ini dilakukan dengan cara
memasukkan obat anastesi pada daerah lumbal dengan jarum functie yang
dosisnya telah diatur oleh tim anastesi.
1) Pemeriksaan fisik untuk merencanakan secara cermat jenis anestesi, lama dan
teknik pembedahan, dan antisipasi kesulitan atau komplikasi operasi. Umumnya
pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum pasien,seperti tingkat kesadaran, status
gizi dan paru paru, jantung, lambung, hati, limpa, anggota gerak, tekanan darah,
pembuluh nadi, dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan darah dan laboratorium rutin seperti hemoglobin (zat warna dalam sel
darah merah), lekosit (sel darah putih), trombosit (keeping darah), dan golongan
darah. Pada operasi yang sudah terencana, darah akan diambil dan dites untuk
mengetahui kadar gulanya.
6) Pemeriksaan khusus, terutama pada ibu yang melahirkan pada usia lebih dari 40
tahun. Misalnya, rontgen untuk melihat kelainan paru, pemeriksaan darah untuk
mengetahui kondisi ginjal, kadar gula, hepatitis, kelainan darah, USG
(ultrasonografi) untuk mengetahui posisi janin atau letak plasenta, posisi dan besar
tumor (jikaada).
7) Pasien diharuskan puasa enam jam sebelum operasi. Pasien darurat yang tidak
dapat berpuasa harusdipasang pipa lambung dan dihisap sampai lambung benar-
benar kosong.
Selain itu, ada beberapa prosedur yang dilakukan diruang operasi seperti berikut ini :
1) Di rumah sakit
a. Mengecek apakah pemeriksaan yang diperlukan sudah lengkap, seperti
pemeriksaan darah. Namun, untuk operasi Caesar yang emergensi, cukup
dilakukan pemeriksaan Hb (hemoglobin) dan golongan darah.
b. Persetujuan tindakan operasiai istri dan suaminya.
c. Baju paien diganti dengan baju khusus yang dipakai selama di kamar operasi.
d. Rambut disekitar kemaluan dan pada perut bagian bawah dicukur, meskipun kini
tidak semua rumah sakit melakukannya.
e. Apabila terdapat infeksi intrapartum (dalampersalinan) dan ketuban pecah lama
pada masa sebelum operasi maka vagina dibersihkan dengan cairan betadin.
f. Infus diberikan sebelum, selama, dan setelah pembedahan.
g. Memasukkan kateter kedalam lubang saluran kemih. Ini untuk menampung urin
yang keluar selama dan setelah persalinan, apalagi jika menggunakan bius total
(Kasdu, 2003: 40).
2) Diruang operasi
a. Pasien akan dibaringkan dalam posisi yang tepat untuk prosedur tindakan di meja
operasi sehingga mudah dan aman bagi dokter anestesi, dokter obstetric, dan para
medislainnya untuk melakukan tugasnya. Pasien dibaringkan dengan wajah
menghadap keatas dan kepala tengadah untuk memudahkan pernapasannya.
b. Pemasangan tensi, infuse, dan kateter urin.
c. Kulit perut dibersihkan dengan bilasan air dan sabun untuk membersihkan lemak
dan kotoran. Untuk mencegah kontaminasi, kulit perut dioleskan cairan antiseptic.
Selanjutnya, dipasang kain steril dengan lubang pada daerah yang telah dioles
cairan antiseptic. Jika persalinan dilakukan dengan bius regional, akan
dibentangkan sehelai kain di atas perut pasien untuk menutupi jalannya operasi
dari pandangan pasien. Setelah itu, mulai dilakukan pembedahan (Kasdu, 2003:
41)
Pada tanggal 2 mei 2016 pukul 11.40 WIB Ny. I. F 26 tahun HPHT awal juli 2015 dan HP
14-05-2016, agama kristen, suku batak, Pendidikan terakhir S1 komputer, bekerja sebagai
karyawan swasta Suami Tn. F umur 33 tahun, agama kristen, suku batak, Pendidikan
terakhir S1 hukum, dan bekerja sebagai pengacara. Ny. I.F beralamat di komplek bina
lindung Jl. Binaloka raya blok A9 18 Wilayah Bekasi.
Masuk kamar bersalin dikirim oleh dr.R untuk untuk SC pk 13.00, belum ada mules teratur,
belum keluar darah lendir, belum keluar air, dan belum ada rasa ingin meneran. KU : baik,
kesadaran: composmentis, TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,4C, P: 20 x/menit, BB:
61 kg, TB: 151 cm, konjungtiva tidak anemik, sklera tidak ikterik, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, payudara normal, punggung normal, reflek patella (+), edema kaki negative.
Pemeriksaan obstetrik: fundus uteri 4 jari bawah px (29cm), Denyut jantung janin positif (+)
128-136 x/menit. Kontraksi tidak ada. Tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
Dengan hasil tersebut ditegakkan
Diagnosa : G2P1A0 hamil 38 minggu > 2 dengan bekas SC 1x janin tungggal hidup
presentasi kepala intra uterin
Masalah : cemas
Diagnosa Potensial : partus dengan tindakan
Masalah Potensial : kecemasan meningkat
Kebutuhan : informasi, dukungan dan dampingan
Tindakan segera : tidak ada
Rencana asuhan
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan saat ini
2. Observasi KU dan TTV tiap 4-6 jam
3. Observasi his dan DJJ tiap 1 jam
4. Penuhi hidrasi dan nutrisi
5. Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAK
6. Anjurkan pasien untuk puasa 6 jam
2-05-2016
Pukul 11.40 WIB, pasien dan suami dijelaskan tentang IMD, tatib Immanuel, cuci tangan
efektif
Pukul 11.50 WIB, lapor dr R nas RM 04 → siapkan SC pk 13.00
Pukul 12.00 WIB, pasien sudah dicukur
Pukul 12.10 WIB, bezet yosep acc Sr T, gorety acc Sr. W, UPI acc L, OK acc Sr.E dr anak :
dr E acc.
Pukul 12.20 WIB, pasien sudah dipasang infus RL kosong
Pukul 12.30 WIB, pasien sudah diambil darah untuk pemeriksaan EDTA dan MP3
Pukul 12.40 WIB, DJJ (+) 146-149x/m (dopp).
Pukul 13.45 WIB, DJJ (+) 142-147x/m (dopp) pasien diantar ke OK. Waktu operasi pk
14.30 sampai dengan 15.30
Pukul 14.40 WIB, bayi lahir dengan operasi SC jenis kelamin perempuan N/A : 9/9 BB :
2831 gram PB : 46 cm.
Post partum
Alasan masuk untuk perawatan post SC KU datang sakit sedang TD: 100/60 S: 36 6°C, N:
75x/m, P: 20x/m. konjungtiva tidak anemik payudara bentuk simetris mamae lembek,puting
susu tidak lecet colostrum (+) sedikit, kontraksi uterus baik, TFU 1 jari di bawah pusat,
balutan operasi bersih, perdarahan pervaginam 1/2 koteks lochea rubra tidak berbau catheter
lancar. Sehingga ditegakkan diagnosa P2A0 post SC atas indikasi bekas SC 1x, Masalah :
sakit luka operasi, DP : Perdarahan nifas, infeksi nifas, masalah potensial : nyeri semakin
bertambah,, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas, dukungan dan support, Rencana
asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi uterus balutan operasi dan
perdarahan, 3. Observasi intake dan output, 4. Ajarkan ibu tekik relaksasi dan ikat gurita
kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, 6. Laksanakan program medik. Cek lab
besok
Pasien mengatakan nyeri luka operasi, Ku baik TD: 100/70 S: 366°C, N: 75x/m, P: 20x/m.
conjungtiva tidak anemik, payudara bentuk simetris mamae lembek putting susu tidak lecet
colostrum (+) sedikit, kontraksi uterus baik, TFU 1 jari dibawah pusat, balutan operasi
bersih, perdarahan pervaginam 1/2 koteks lochea rubra tidak berbau cathteter lancar.
Sehingga ditegakkan diagnosa P2A0 post SC atas indikassi bekas SC 1x hari kedua,
Masalah : sakit luka operasi, DP : Perdarahan nifas, anemia nifas, masalah potensial : nyeri
semakin bertambah,, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas, dukungan dan support,
Rencana asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi uterus balutan operasi
dan perdarahan, 3.anjurkan ibu untuk sering menyusi bayinya, 4. Ajarkan ibu teknik
relaksasi dan ikat gurita kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, 6. Laksanakan
program medic cek lab Hb 8,9 gr/dl.
Pasien mengatakan nyeri luka operasi, Ku baik TD: 130/60 S: 364°C, N: 70x/m, P: 20x/m
VAS 2/10. conjungtiva tidak anemik, payudara bentuk simetris mamae lembek putting susu
tidak lecet colostrum (+) banyak, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, balutan
operasi bersih, perdarahan pervaginam 1/2 koteks lochea rubra tidak berbau cathteter sudah
di aff, flatus (+). Sehingga ditegakkan diagnosa P2A0 post SC atas indikasi bekas SC hari
kedua, Masalah : nyeri luka operasi, DP : Perdarahan nifas, anemia nifas, masalah
potensial : nyeri semakin bertambah, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas, dukungan
dan support, Rencana asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi uterus
balutan operasi dan perdarahan, 3.anjurkan ibu untuk sering menyusi bayinya, 4. Ajarkan
ibu teknik relaksasi dan ikat gurita kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, 6.
Anjurkan ibu untuk mengikuti penyuluhan breast care, 7. Penuhi nutrisi dan hidrasi, 8.
Laksanakan program medik.
Pasien mengatakan tidak ada keluhan istimewa dan ingin pulang hari ini, Ku baik TD:
110/70 S: 367°C, N: 80x/m, P: 20x/m. conjungtiva agak anemik, payudara bentuk simetris
mamae lembek putting susu tidak lecet colostrum (+) sedikit, kontraksi uterus baik, TFU 2
jari dibawah pusat, balutan operasi bersih sudah di GV, perdarahan pervaginam 1/4 koteks
lochea rubra tidak berbau defekasi (+) flatus (+). Sehingga ditegakkan diagnosa P2A0 post
SC hari ketiga, Masalah : sakit luka operasi, DP : tidak ada, masalah potensial : nyeri
semakin bertambah,, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas, dukungan dan support,
Rencana asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi uterus balutan operasi
dan perdarahan, 3.anjurkan ibu untuk sering menyusi bayinya, 4. Ajarkan ibu teknik
relaksasi dan ikat gurita kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, 6. Penuhi nutrisi
dan hidrasi, 7. Laksanakan program medik.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sectio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus. Indikasi untuk melakukan sectio sesarea adalah disproporsi janin
panggul (DJP), gawat janin, plasenta previa, bekas sectio sesarea, kelainan letak, pre-
eklamsi dan hipertensi, dan incordinate uterine action (Myles, 2009). Pada Ny. I.F dilakukan
sectio sesarea atas indikasi bekas SC, sehingga kasus yang terjadi sudah sesuai dengan teori.
Ny. I.F disiapkan untuk di SC, dengan dipuasakan, rambut pubis dicukur, dan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap. Sesuai dengan teori buku Myles, 2009, dimana semua hal
tersebut termasuk dalam persiapan praoperasi yang harus dilakukan.
Akhirnya Ny. I.F mengakhiri proses persalinan dengan sectio caesarea atas indikasi
bekas SC. Selama menjalani proses operasi seksio sesarea Ny. R.P dalam keadaan baik,
anastesi yang di berikan secara spinal. Proses seksio sesarea di lakukan oleh dokter
kebidanan. Setelah bayi lahir, dilakukan penilaian APGAR pada menit pertama dan menit
ke lima. Pada bayi dilakukan penghisapan lendir oleh dokter anak, kemudian bayi langsung
diberikan pada ibunya untuk dilakukan inisiasi menyusui dini. Hal tersebut sudah sesuai
dengan teori dimana inisiasi menyusui dini dilakukan setelah bayi lahir yaitu minimal 30
menit. Setelah proses operasi selesai ibu dan bayi di bawa ke ruang transisi untuk di lakukan
observasi. Observasi yang dilakukan meliputi observasi pada ibu yaitu berupa keadaan
umum, tekanan darah dan nadi, sedangkan untuk bayi dilakukan observasi berupa keadaan
umum, pernafasan, dan heart rate.
DAFTAR PUSTAKA
Fraser, Diane M., Margaret A. Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Manuaba, 2009. Ilmu Kebidanan: Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Saifuddin AB. 2008. .Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP.