KEPERAWATAN MATERNITAS
SECTIO CAESAREA
Disusun oleh :
Silva Heryanti
Mirna Yulianti
Sri Gustiana
Nurhikmat
Muhammad Faisal
Gawat janin adalah Denyut jantung janin (DJI) kurang dari 100 per menit atau
lebih dari 180 per menit (Nugroho, 2012). Gawat janin terjadi bila janin tidak
menerima Oz yang cukup, sehingga akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat
terjadi (kronik) dalam jangka waktu yang lama atau akut. Disebut gawat janin bila
ditemukan denyut Jantung janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut
jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan
(Prawirohardjo, 2009). Gawat janin merupakan suatu reaksi ketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup (Dewi-Ah, Cristine.C.P., 2010)
B. Tanda dan Gejala
C. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :
Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin seperti
bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali pusat,
terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta previa, solutio plasenta, 8
plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan persalinan vakum atau forseps
ekstraksi, dan bayi kembar (multiple pregnancy).
1. Faktor ibu:
a. Oksigen ibu
b. Anemia yang signifikan
c. Penurunan aliran darah uterin
d. Posisi supine atau hipotensi lain
e. Preeklampsia
f. Kondisi ibu yang kronis
g. Hipertensi
2. Faktor Uteroplasental
a. Kontraksi uterus
b. Hiperstimulasi, solusio plasenta
c. Disfungsi uteroplasental
d. Infark plasental
e. Korioamnionitis
f. Disfungsi plasental ditandai oleh IUGR,
g. Oligohidramnion
3. Faktor Janin
a. Kompresi tali pusat
b. Oligohidramnion
c. Prolaps tali pusat
d. Puntiran tali pusat
e. Oksigen
f. Anemia berat
D. Patofisiologi
Post operasi SC
Kelelahani Dilatasi
MK: Nyeri Abdomen
Akut
MK:
Nyeri
Intoleransi
Aktivitas
F. Klasifikasi
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra-kira sepanjang 10
cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina
apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan
vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian
bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan
dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke
otot-otot bawah rahim.
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava
sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan
perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.
c. Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi
uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan.
Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus
ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
d. Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah
jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat
menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan
variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat
tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi
arteri uterina
G. Komplikasi
1. Infeksi Peurperal
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea dua kali lipat
dibanding lewat persalinan normal.
H. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap keselamatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin atau hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan (tucker, susan martin, 1998. Dalam buku
Aplikasi Nanda 2015)
I. Pengkajian
1. Identifikasi ;nama, umur,alamat,pekerjaan, nama suami,pendidikan
2. riwayat kesehatan.
a. keluhan utama
b. teratur tidaknya haid dansiklusnya, lamanya haid, banyaknya darah haid,
sifat darahnya, dan nyeri tidak pada sewaktu haid.
c. perkawinan/seksualitas
d. kehamilan, persalinan yang lalu
e. kehamilan sekarang
f. kesehatan keluarga & riwayat kesehatan dahulu
g. prenatal : kesehatan ibu, pengobatan penggunaan alkohol, atau obat-obat
terlarang,pendarahan vagina, penambahan berat badan, dan lamanya
kehamilan.
h. intranatal : sifat persalinan dan kelahiran
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bentuk, benjolan, nyeri tekan, rambur
b. Mata : Konjungtiva, Sklera
c. Hidung : simertris, lubang hidung, nyeri tekan
d. Mulut : lidah dan mulut, gigi dan geraham
e. Dada : simetris, nyeri tekan, pernafasan
f. Payudara : bentuk, puting susu, pengeluaran, pembengkakan,
g. Abdomen : Pembesaran, pembegkakan, bekas luka operasi, konsistensi,
kandung kemih, leopod I,II, III, IV
h. Genetalia
i. ekstremitas atas dan bawah : Oedema,kekuatan otot, kemerahan
J. Diagnosa Keperawatan
K. Analisa Data
2. Ds: Ansietas
- Klien mengatakan cemas akan
kondisi anaknya
Do :
- Klien tampak tegang
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Konsentrasi kurang
3
4
L. Intervensi
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri a. Menentukan intervensi selanjutnya.
keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun Observasi: b. Reaksi nonverbal bisa
a. Frekuensi nadi Membaik menggambarkan nyeri yang dirasakan
b. Pola nafas Membaik a. Identifikasi lokasi, karakteristik, pasien
c. Keluhan nyeri Menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
d. Meringis Menurun nyeri c. Lingkungan yang nyaman dapat
Gelisah Menurun mengurangi persepsi nyeri pasien.
b. Identifikasi skala nyeri
menggunakan tekhnik non-
c. Identifikasi respons nyeri non
farmakologi
verbal
d. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
g. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
Edukasi
Kolaborasi
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas a.Untuk mengetahui tingkat ansietas
keperawatan 3x24 jam klien
diharapkan tingkat ansietas b. Untuk dapat memperhati kan keaadan
menurun kriteria hasil: Observasi: klien
c.Agar dapat membanding kan
a. Konsentrasi membaik h. Identifikasi saat tingkat ansietas pengambilan keputusan klien awal dan
berubah saat ini
b. Pola tidur membaik d. Agar klien dapat merasa kan
i. Identifikasi kemampuan mengambil kenyaman saat mengungkapkan
c. Perilaku gelisah menurun keputusan perasaan nya
e.Untuk mengurangi rasa cemas pada
j. Monitor tanda-tanda ansietas
d. Perilaku tegang menurun klien
f. Untuk mengantisipasi kenyaman
Terapeutik:
kondisi klien
g. Menggunakan teknik bhsp untuk
e. Ciptakan suasana teraupetik untuk
menimbulkan rasa nyaman pada klien
menumbuhkan kepercayaan
h. Agar pasien merasa diperhatikan
f. Temani pasien untuk mengurangi i. Memberikan teknik rileksasi pada
kecemasan, jika memungkinkan pasien
Edukasi
4
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI