Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
SECTIO CAESAREA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Maternitas


Dosen Pembimbing : Susan Susyanti.,M.Kep

Disusun oleh :

Silva Heryanti
Mirna Yulianti
Sri Gustiana
Nurhikmat
Muhammad Faisal

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
KARSA HUSADA GARUT
TA. 2021-202
A. Pengertian

Sectio Caesarea adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk


melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut dan rahim ibu (Penny,
Janet, dan Ann, 2008). Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depat perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Sarwono, 2009).

Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan


sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio
Caesarea merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015). Dari beberapa pengertian
tentang Sectio Caesarea diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sectio Caesarea
adalah suatu tindakan pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan janin
didalam rahim melalui insisi pada dinding dan rahim perut ibu dengan syarat
rahim harus dalam keadaan utuh dan bobot janin diatas 500 gram.

Gawat janin adalah Denyut jantung janin (DJI) kurang dari 100 per menit atau
lebih dari 180 per menit (Nugroho, 2012). Gawat janin terjadi bila janin tidak
menerima Oz yang cukup, sehingga akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat
terjadi (kronik) dalam jangka waktu yang lama atau akut. Disebut gawat janin bila
ditemukan denyut Jantung janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut
jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan
(Prawirohardjo, 2009). Gawat janin merupakan suatu reaksi ketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup (Dewi-Ah, Cristine.C.P., 2010)
B. Tanda dan Gejala

Menurut Prawirohardjo (2007) tanda gejala gawat janin dapat diketahui


dengan :
1. DJJ Abnormal
Dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin abnormal adalah sebagai berikut :
a. Denyut jantung janinirregullerdalam persalinan sangat bervariasi
dan dapat kembali setelah beberapa watu. Bila DJJ tidak kembali
normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan adanya hipoksia.
b. Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak
menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya gawat janin.
c. Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
a) Demam pada ibu
b) Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misal: obat tokolitik)
Denyut jantung janin abnormaldapat disebut juga dengan fetaldistress. Fetal
distress dibagi menjadi dua yaitu fetal distress akutdan fetal distresskronis.
Menurut Marmi, Retno A.M.S., Fatmawaty.E (2010) dibawah ini dijelaskan
beberapa faktor yang mempengaruhinya.
2. Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut
a. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah abnormal dan
uterus dalam keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi
sirkulasi utero plasenta, ketika kontraksi sehingga mengakibatkan
hipoksia uterus.
b. Kompresi tali pusat
Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi darah fetus dan dapat
mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan pada prolapsus,
lilitan talu pusat.
c. Kondisi tali pusat
Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal ini berhubungan
dengan kelainan fetus.
d. Depresi pusat pada sistem pernafasan
Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir sebagai akibat
pemberian analgetika pada ibu dalam persalinan dan perlukaan pada
proses kelahiran menyebabkan hipoksia.
3. Faktor yang mempengaruhi fetal distresskronis
Fetal distress kronis berhubungan dengan faktor sosial yang kompleks.
a. Status sosial ekonomi rendah
Hal ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Status sosial ekonomi adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan
tetapi juga kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.
b. Umur maternal
Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35 tahun merupakan
umur resiko tinggi.
c. Merokok
Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan menyebabkan penurunan
aliran darah uterus dimana karbonmonoksida mengurangi
transport oksigen. Angka mortalitas perinatal maningkat.
d. Penyalah gunaan obat terlarang
Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan
berhubungan dengan banyak komplikasi meliputi IUGR, hipoksia
dan persalinan preterm yang semuanya meningkatkan resiko
kematian perinatal.
e. Riwayat obstetrik yang buruk
Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm atau lahir mati
berhubungan dengan resiko tinggi pada janin dalam kehamilan ini.
f. Penyakit maternal
Kondisi yang meningkatkan resiko fetal distress kronis dapat
mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan menyebabkan
insufisiensi aliran darah dalam uterus seperti: Hipertensi yang diinduksi
kehamilan, hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal kronis.
Sedangakan faktor yang mempengaruhi penurunan oksigenasi arteri
maternalseperti: penyakit skle sel, anemia berat (Hb kurang dari 9% dl
atau kurang), penyakit paru-paru, penyakit jantung, epilepsi (jiak
tidak terkontrol dengan baik), infeksi maternal berat.Kondisi tersebut
meliputi insufisiensi plasenta, post matur, perdarahan antepartum
yang dapat mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
g. Kondisi plasenta
Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur, perdarahan
antepartum yang dapat mengakibatkan resiko hipoksia intra uterin.
Resiko ini mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
h. Kondisi fetal
Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan
incompatibilitas resus yang meningkatkan resiko hipoksia intra uterin.
Resiko ini meningkat pada kehamilan ganda.
i. Faktor resiko inta partum
Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan peningkatan
resiko fetal distress, yaitu: malpresentasi seperti presentasi bokong,
kelahiran dengan forcep, SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan,
komplikasi anastesi (meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum
presipitatus atau partus lama.

C. Etiologi

Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :

1. Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik Disproportion


(disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, komplikasi kehamilan yaitu pre eklampsia dan eklampsia berat, atas
permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

2. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin seperti
bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali pusat,
terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta previa, solutio plasenta, 8
plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan persalinan vakum atau forseps
ekstraksi, dan bayi kembar (multiple pregnancy).

Menurut Prawirohardijo (2007) penyebab gawat janin sebagai faktor etiologi


terjadinya gawat janin dikelompokan ke dalam :

1. Faktor ibu:
a. Oksigen ibu
b. Anemia yang signifikan
c. Penurunan aliran darah uterin
d. Posisi supine atau hipotensi lain
e. Preeklampsia
f. Kondisi ibu yang kronis
g. Hipertensi
2. Faktor Uteroplasental
a. Kontraksi uterus
b. Hiperstimulasi, solusio plasenta
c. Disfungsi uteroplasental
d. Infark plasental
e. Korioamnionitis
f. Disfungsi plasental ditandai oleh IUGR,
g. Oligohidramnion
3. Faktor Janin
a. Kompresi tali pusat
b. Oligohidramnion
c. Prolaps tali pusat
d. Puntiran tali pusat
e. Oksigen
f. Anemia berat

D. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang


menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang
berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban
pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
Sectio Caesarea. (Sari, 2016)
E. Pathway

Indikasi Indikasi JaninGawat janin,


v Ibu CPD, Plasenta Previa, Tumor
Jalan lahir, stenosis servik, preeklampsia, presentasi bokong, letak lintang,
eklampsia kehamilandengan DM, Janin besar,
prolapsus funik

Sectio Cesarea (SC) Kurang MK:Ansiet


pengetahua as

Post operasi SC

Kerusakan integritas kulit Resiko Efek anestesi spinal/epidural


perdarahan

MK: Resiko Nosiseptor Supply O2 Supresi saraf simpatis simpatis


Infeksi teraktifasi dan nutrien

Nyeri pada luka Ototi Hipotensi Motilitas usus terhambat


insisi Hipotensi

Kelelahani Dilatasi
MK: Nyeri Abdomen
Akut
MK:
Nyeri
Intoleransi
Aktivitas
F. Klasifikasi

Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi :

1. Sectio Caesarea Klasik

Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra-kira sepanjang 10
cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina
apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.

2. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda

Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan
vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian
bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan
dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke
otot-otot bawah rahim.

3. Sectio Caesarea Histerektomi

Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin


dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.

4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada seorang


pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas
bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa
abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum

Jenis gawat janin yaitu :

5. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah


a. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan
medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah
mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman
pemantauan jantung janin.

b. Posisi tidur ibu

Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava
sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan
perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.

c. Infus oksitosin

Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi
uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan.
Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus
ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.

d. Anestesi Epidural

Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah
jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat
menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan
variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat
tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi
arteri uterina

G. Komplikasi

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) komplikasi Sectio Caesarea adalah


sebagai berikut :

1. Infeksi Peurperal

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea dua kali lipat
dibanding lewat persalinan normal.

3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme


paru. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah
Sectio Caesarea Klasik.

Persalinan Sectio Caesarea juga dapat menimbulkan masalah keperawatan pada


ibu diantaranya nyeri bekas luka operasi, kelemahan, kerusakan integritas kulit,
hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi, gangguan pola tidur.

H. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap keselamatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin atau hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan (tucker, susan martin, 1998. Dalam buku
Aplikasi Nanda 2015)

I. Pengkajian
1. Identifikasi ;nama, umur,alamat,pekerjaan, nama suami,pendidikan
2. riwayat kesehatan.
a. keluhan utama
b. teratur tidaknya haid dansiklusnya, lamanya haid, banyaknya darah haid,
sifat darahnya, dan nyeri tidak pada sewaktu haid.
c. perkawinan/seksualitas
d. kehamilan, persalinan yang lalu
e. kehamilan sekarang
f. kesehatan keluarga & riwayat kesehatan dahulu
g. prenatal : kesehatan ibu, pengobatan penggunaan alkohol, atau obat-obat
terlarang,pendarahan vagina, penambahan berat badan, dan lamanya
kehamilan.
h. intranatal : sifat persalinan dan kelahiran
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bentuk, benjolan, nyeri tekan, rambur
b. Mata : Konjungtiva, Sklera
c. Hidung : simertris, lubang hidung, nyeri tekan
d. Mulut : lidah dan mulut, gigi dan geraham
e. Dada : simetris, nyeri tekan, pernafasan
f. Payudara : bentuk, puting susu, pengeluaran, pembengkakan,
g. Abdomen : Pembesaran, pembegkakan, bekas luka operasi, konsistensi,
kandung kemih, leopod I,II, III, IV
h. Genetalia
i. ekstremitas atas dan bawah : Oedema,kekuatan otot, kemerahan

J. Diagnosa Keperawatan

K. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada
luka post operasi
Do :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Skala nyeri 8 (1-10)
- TTV
TD : 130/100 mmHg

2. Ds: Ansietas
- Klien mengatakan cemas akan
kondisi anaknya
Do :
- Klien tampak tegang
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Konsentrasi kurang
3

4
L. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri a. Menentukan intervensi selanjutnya.
keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun Observasi: b. Reaksi nonverbal bisa
a. Frekuensi nadi Membaik menggambarkan nyeri yang dirasakan
b. Pola nafas Membaik a. Identifikasi lokasi, karakteristik, pasien
c. Keluhan nyeri Menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
d. Meringis Menurun nyeri c. Lingkungan yang nyaman dapat
Gelisah Menurun mengurangi persepsi nyeri pasien.
b. Identifikasi skala nyeri
menggunakan tekhnik non-
c. Identifikasi respons nyeri non
farmakologi
verbal
d. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
g. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:

a. Berikan teknik nonfarmakologi


untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

a. Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas a.Untuk mengetahui tingkat ansietas
keperawatan 3x24 jam klien
diharapkan tingkat ansietas b. Untuk dapat memperhati kan keaadan
menurun kriteria hasil: Observasi: klien
c.Agar dapat membanding kan
a. Konsentrasi membaik h. Identifikasi saat tingkat ansietas pengambilan keputusan klien awal dan
berubah saat ini
b. Pola tidur membaik d. Agar klien dapat merasa kan
i. Identifikasi kemampuan mengambil kenyaman saat mengungkapkan
c. Perilaku gelisah menurun keputusan perasaan nya
e.Untuk mengurangi rasa cemas pada
j. Monitor tanda-tanda ansietas
d. Perilaku tegang menurun klien
f. Untuk mengantisipasi kenyaman
Terapeutik:
kondisi klien
g. Menggunakan teknik bhsp untuk
e. Ciptakan suasana teraupetik untuk
menimbulkan rasa nyaman pada klien
menumbuhkan kepercayaan
h. Agar pasien merasa diperhatikan
f. Temani pasien untuk mengurangi i. Memberikan teknik rileksasi pada
kecemasan, jika memungkinkan pasien

g. Pahami situasi yang membuat Untuk memberikan rasa nyaman pada


ansietas klien
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
j. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan

Edukasi

d. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi


yang mungkin dialami
e. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
f. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
g. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
h. Latih teknik relaksasi

4
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika


Prawirohardjo, Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
Dewi & Sunarsih. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Sari L. (2016). Patofisiologi Sectio Caesarea. Published thesis for University of
Muhammadiyah Purwokerto
NANDA Internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai