Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TANDA TANDA KOMPLIKASI IBU DAN JANIN PADA


HAMIL LANJUT

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah : Pengantar Asuhan Kehamilan,


Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir.
Dosen Pengampu : Bd. Selvi Puspa Sari, SST.,M.Tr.Keb

Disusun Oleh :
Dian Fadhillah ( 22154013008 )
Dinda Ayu Pertiwi ( 22154013009 )
Dinda Purnama D.S ( 22154013010 )
Dwi Shina Miranda ( 22154013011 )
Erwika ( 22154013012 )
Humairoh Sinulingga ( 22154013013 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AS-SYIFA


KABUPATEN ASAHAN
2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Pengantar Asuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru
Lahir, dengan judul: " TANDA TANDA KOMPLIKASI IBU DAN JANIN
PADA HAMIL LANJUT".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka
dari itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari
berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kisaran, 01 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Perdarahan Pervagina .................................................................. 3


B. Hipertensi .................................................................................... 4
C. Nyeri Pada Perut Bagian Bawah ................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah
kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian
ibu yang tinggi.tragedi yang mencemaskan dalam proses reproduksi salah
satunya kematian yang terjadi pada ibu. Keberadaan seorang ibu adalah
tonggak untuk keluarga sejahtera. Untuk itu Indonesia mempunyai target
pencapaian kesehatan melalui Millennium Development Goals (MDGs)
sehingga tercapai pembangunan masyarakat sejahtera. MDGs adalah hasil
kesepakatan negara-negara yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat yang berisi 8 tujuan.MDGs ke-5 bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2015 (Depkes, 2013).
Menurut Word Health Organization (WHO, 2010) kematian ibu adalah
kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah
kehamilan berakhir dengan sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.Pada tahun 2013 AKI
didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di
negara berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan negara maju, yaitu
230 per 100.000 kelahiran (WHO, 2014).
Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan pre-
eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi
11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan
Indonesia (2012) kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit
kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang
berakhir abortus (26%). Penyebab kematian terbesar adalah pre eklampsi dan
eklampsi dengan case fatality rate (CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari
keseluruhan kasus obstetri.

1
Angka Kematian Ibu di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Tampak pada tahun 2013 AKI di
Indonesia 190/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 29/100.000 kelahiran hidup,
Vietnam 49/100.000 kelahiran hidup, Singapore 6/100.000 kelahiran hidup,
Fhilipina 120/100.000 kelahiran hidup, Thailand 26/100.000 kelahiran hidup
(WHO, 2014). Hal ini masih menjadi masalah sulitnya mencapaian derajat
kesehatan di Indonesia.Selama periode tahun 1991 sampai 2007 angka
kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup namun pada tahun 2012 angka kematian ibu melahirkan
mengalami peningkatan mencapai 359/100.000 kelahiran hidup ini
menandakan sulit mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup (Depkes, 2012). Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun
2012 didapat AKI sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Dinas
Kesehatan Kota Surakarta, kematian ibu mengalami kenaikan 100% dari 3
kasus tahun 2013 meningkat jadi 6 kasus pada tahun
3
2014. AKI menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, keadaan
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan
terutama untuk ibu hamil, pelayanan melahirkan dan masa nifas (Dinkes,
2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Perdarahan Pervagina?
2. Apa itu Hipertensi Gravidarum?
3. Nyeri Perut Bagian Bawah?

C. Tujuan
1. Mengetahui Penjelasan Perdarahan Pervagina
2. Mengetahui Penjelasan Hipertensi Gravidarum.
3. Mengetahui Penyebab Nyeri Perut Bagian Bawah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERDARAHAN PERVAGINA
Perdarahan vagina adalah keluarnya darah dari vagina. Perdarahan tersebut
dapat timbul dari uterus, dinding vagina, atau serviks.[1] Secara umum,
keadaan tersebut adalah bagian dari siklus menstrual normal atau disebabkan
oleh masalah hormonal atau masalah lainnya dari sistem reproduksi, seperti
perdarahan uterin abnormal.
Perdarahan pervaginam dapat disebabkan oleh beberapa macam. Untuk
kasus keguguran, maka perdarahan dapat dikategorikan seperti perdarahan
pasca melahirkan. Hanya bedanya pada keguguran, yang dilahirkan ialah janin
yang belum viabel untuk hidup di dunia luar. Perdarahan yang terjadi dapat
disebabkan oleh 4 T yakni :

Tone : yakni tonus atau kekuatan kontraksi dari rahim yang kurang kuat
menyebabkan dinding rahim tidak mampu "menjepit" pembuluh
darah yang terbuka karena adanya proses kelahiran tersebut

Trauma : ketika proses melahirkan, adanya perlukaan pada jalan lahir dapat
menyebabkan perdarahan sulit berhenti bila perlukaan tersebut
tidak ditutup dengan cara dilakukan penjahitan

Thrombin : gangguan pembekuan darah menyebabkan luka sukar berhenti dan


perdarahan terus terjadi

Tissue : adanya sisa jaringan di dalam rahim menyebabkan rahim tidak


dapat berkontraksi dengan baik untuk "menjepit" pembuluh darah
yang terluka akibat proses kelahiran. Inilah mengapa dikatakan
rahim harus bersih untuk dapat menghentikan perdarahan

Umumnya jalan membersihkan rahim ialah dengan secara manual


membersihkannya lewat tindakan kuret. Penggunaan obat umumnya tidak
dapat membersihkan rahim seutuhnya karena efeknya yang sudah terkurangi
oleh adanya sisa jaringan dalam rahim. Sehingga pada kasus ini, yang terbaik

3
ialah melakukan konsultasi kepada ahli kandungan Anda untuk menentukan
langkah yang sebaiknya Anda ambil. Berikut kami lampirkan tautan mengenai
perdarahan pasca melahirkan. Semoga bermanfaat.

B. HIPERTENSI
Hipertensi pada kehamilan adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic diatas 90 mmHg. Terdapat
beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan. Yang pertama adalah hipertensi
gestasional. Hipertensi ini adalah tipe yang paling ringan, biasanya muncul
setelah usia kehamilan 20 minggu, tanpa ditemukan adanya protein pada urin.
Yang kedua adalah preeklampsia. Preeklampsia adalah bentuk hipertensi
kehamilan yang lebih berat daripada hipertensi gestasional. Preeklampsia
ditandai dengan tekanan darah yang tinggi disertai adanya protein pada
pemeriksaan urin. Preeklampsia dikelompokkan menjadi preeklampsia ringan
dan berat, tergantung pada tekanan darah sistolik dan diastoliknya. Yang ketiga
adalah eclampsia. Eklampsia adalah tipe hipertensi dalam kehamilan yang
paling berat. Eklampsia ditandai dengan adanya hipertensi, protein pada
pemeriksaan urin, dan disertai adanya kejang. Dan yang keempat adalah
hipertensi kronis yang diperberat dengan kehamilan. Tipe ini biasanya
ditemukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan.
Insiden hipertensi pada kehamilan cukup sering terjadi. Lima sampai
sepuluh dari seratus ibu hamil mengalami komplikasi hipertensi. Salah satu
bentuk hipertensi kehamilan yang dianggap paling ringan adalah hipertensi
gestasional. Hipertensi ini muncul pada usia kehamilan diatas 20 minggu, dan
biasanya akan menghilang setelah persalinan. Beberapa faktor yang
meningkatkan risiko ibu hamil terkena hipertensi adalah overweight, obesitas,
dan diabetes melitus.
Belakangan diketahui, bahwa hipertensi gestasional meningkatkan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Riise dkk pada tahun 2017, ibu hamil yang
mengalami hipertensi selama kehamilan mempunyai risiko yang lebih tinggi

4
untuk mengalami penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang, seperti
penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Insiden penyakit kardiovaskular
inni ditemukan lebih berat pada pasien dengan hipertensi gestasional pada
kehamilan kedua, dibandingkan pada kehamilan pertama. Bila insiden penyakit
kardiovaskular di masa depan dibandingkan antara pasien hipertensi
gestasional dan preeklampsia, maka didapatkan insiden yang lebih tinggi pada
ibu hamil dengan preeklampsia.
Bila ditemukan kondisi hipertensi pada ibu hamil, maka diperlukan
pemeriksaan urin untuk mencari apakah terdapat kebocoran protein. Bila tidak
ditemukan protein pada urin, maka ibu hamil disarankan mengkonsumsi obat
antihipertensi selama kehamilan, dan lebih sering memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan. Namun bila ditemukan protein pada urin, maka terapi
antihipertensi yang diberikan harus lebih maksimal. Ibu hamil juga harus
mewaspadai tanda awal dari kondisi eclampsia, yaitu nyeri kepala, pandangan
kabur, dan nyeri ulu hati. Bila ibu hamil dengan hipertensi mengalami hal ini,
maka harus segera memeriksakan diri ke UGD rumah sakit agar bisa
mendapatkan tatalaksana secara optimal. Ibu hamil dengan preeklampsia berat
maupun eclampsia mempunyai risiko yang besar untuk mengalami kematian
ibu dan juga janin. Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami tanda awal
eclampsia, atau sudah mengalami kejang, harus menghentikan kehamilan
dengan cara operasi sesar.
Setelah persalinan, walaupun sudah mencapai tekanan darah yang normal,
ibu dengan riwayat hipertensi dalam kehamilan harus rutin memeriksakan
tekanan darahnya, minimal 1 kali setahun. Kontrol rutin diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran dan dapat mendeteksi dini hipertensi sebelum terjadi
beragam komplikasi. Dengan demikian dapat mencegah penyakit
kardiovaskular di masa yang akan datang.
Selain itu, anak yang lahir dari ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan mempunyai peningkatan risiko untuk mengalami penyakit
kardiovaskular dalam 10 tahun pertama kehidupan. Hal ini terutama bila ibu
juga mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular atau diabetes melitus. Terapi
hipertensi dalam kehamilan yang lebih dini dan efektif, terutama pada awal

5
fase kehamilan, dapat memperbaiki kesehatan kardiovaskular anak. Dengan
demikian dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada generasi
selanjutnya.

1. Penyebab Darah Tinggi saat Hamil


Tekanan darah tinggi adalah kondisi yang umum terjadi di antara para ibu
hamil. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar
6-8 persen wanita hamil berusia antara 20 dan 44 tahun di Amerika Serikat
mengalami darah tinggi.

Tekanan darah tinggi selama kehamilan bisa disebabkan oleh berbagai hal,
antara lain:
• Kelebihan berat badan atau obesitas.
• Kurangnya aktivitas fisik.
• Merokok.
• Minum alkohol.
• Kehamilan pertama kali.
• Adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami hipertensi terkait
kehamilan.
• Hamil lebih dari satu anak.
• Berusia di atas 35 tahun.
• Mengidap diabetes atau penyakit autoimun tertentu.

2. Bahaya Tekanan Darah Tinggi


Meskipun menjadi kondisi yang umum, tekanan darah tinggi selama
kehamilan tidak boleh disepelekan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
berbagai risiko kesehatan, antara lain:
a. Aliran Darah ke Plasenta Berkurang
Bila plasenta tidak mendapatkan cukup darah, bayi akan
menerima oksigen dan nutrisi yang lebih sedikit. Hal ini bisa
menyebabkan pertumbuhan yang lambat, berat badan lahir rendah
atau kelahiran prematur. Kelahiran prematur bisa menyebabkan

6
bayi mengalami masalah pernapasan, berisiko tinggi terkena
infeksi, dan komplikasi lain.
b. Solusio Plasenta
Preeklamsia (hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu usia
kehamilan) bisa meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta,
yaitu terpisahnya plasenta dari dinding dalam rahim sebelum
melahirkan. Solusio yang parah bisa menyebabkan perdarahan
yang hebat yang bisa mengancam jiwa ibu dan bayi.
c. Batasan Pertumbuhan Intrauterin
Hipertensi bisa menyebabkan pertumbuhan bayi ibu melambat
atau menurun.
d. Kerusakan pada Organ Ibu
Hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan kerusakan
pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan organ vital lainnya.
Pada kasus yang parah, kondisi tersebut bisa mengancam jiwa.
e. Penyakit Kardiovaskular di Masa Depan
Risiko ibu mengalami penyakit kardiovaskular di masa depan
lebih tinggi jika ibu pernah mengalami preeklamsia lebih dari satu
kali atau ibu pernah mengalami kelahiran prematur karena
memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan.

3. Cara Mengatasi Tekanan Darah Tinggi saat Hamil


Lantas, apa yang harus ibu lakukan bila mengalami tekanan darah
tinggi saat hamil? Mengendalikan tekanan darah sebaik mungkin adalah
cara terbaik yang bisa ibu lakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi
dari berbagai bahaya yang bisa disebabkan oleh darah tinggi.
Berikut ini cara yang bisa ibu lakukan untuk mengendalikan tekanan
darah tinggi, sehingga komplikasi bisa dicegah:

7
a. Dapatkan Perawatan Prenatal Lebih Dini dan Teratur
Mulailah mengunjungi dokter kandungan lebih dini untuk
mendapatkan perawatan prenatal dan usahakan untuk melakukan
kunjungan prenatal secara teratur selama kehamilan.
b. Minum Obat Tekanan Darah Sesuai Resep
Bicarakanlah pada dokter tentang obat apa yang aman untuk
diminum untuk mengatasi tekanan darah tinggi saat hamil. Jangan
berhenti atau mulai minum obat jenis apa pun, termasuk obat bebas,
tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan dokter kandungan
ibu.
c. Pantau Tekanan Darah
Periksa tekanan darah secara teratur di rumah dengan tensimeter.
Segera hubungi dokter bila tekanan darah ibu lebih tinggi dari
biasanya atau bila ibu mengalami gejala preeklamsia. Ibu bisa
menghubungi dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc untuk
membicarakan keluhan ibu selama kehamilan.
d. Tetap Aktif
Tanyakan pada dokter kandungan mengenai jenis olahraga yang
aman dilakukan selama kehamilan dan berolahraga lah secara rutin.
e. Konsumsi Makanan Sehat
Usahakan untuk memilih makanan sehat dan bergizi seimbang untuk
dikonsumsi sehari-hari. Ibu juga bisa menemui ahli gizi bila ibu
perlu bantuan untuk merencanakan menu makanan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
f. Hindari Pantangan saat Hamil
Selama masa kehamilan, ibu dilarang untuk merokok, mengonsumsi
minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang.

C. NYERI PADA PERUT BAGIAN BAWAH


Sakit perut bagian bawah sering kali ditandai dengan kram atau bahkan
rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum. Keluhan ini bisa disebabkan oleh

8
masalah yang ringan, seperti menstruasi, hingga gangguan yang berat, seperti
batu ginjal atau kanker.
Secara medis, sakit perut bagian bawah juga dapat dideskripsikan sebagai
nyeri panggul. Rasa sakit ini bisa dialami siapa saja, baik pria maupun wanita,
walau sebenarnya lebih sering terjadi pada wanita.
Meski umum terjadi dan terlihat ringan, sakit perut bagian bawah bukanlah
kondisi yang dapat disepelekan, apalagi bila disertai dengan gejala tertentu.

1. Beragam Penyebab Sakit Perut Bagian Bawah


Sakit perut bagian bawah bisa disebabkan oleh adanya infeksi di bagian
tubuh tertentu, seperti tulang panggul, kandung kemih, atau usus besar. Ada
beberapa kondisi yang dapat memicu munculnya sakit perut bagian bawah,
di antaranya:
• Cedera
• Penyakit Crohn
• Gangguan usus, seperti ileus
• Radang usus buntu
• Radang kandung kemih
• Konstipasi
• GERD atau penyakit asam lambung
• Infeksi ginjal
• Batu ginjal
• Hernia
• Divertikulitis
• Patah tulang panggul
• Sirosis
• Alergi makanan atau obat

2. Penyebab Lain Sakit Perut Bagian Bawah


Selain beberapa kondisi di atas, sakit perut bagian bawah juga dapat
disebabkan oleh infeksi pada organ reproduksi wanita, seperti vagina,
ovarium, rahim, serviks, atau tuba falopi. Hal inilah yang menjadi alasan

9
mengapa wanita lebih berisiko mengalami sakit perut bagian bawah.
Beberapa kemungkinan penyebab sakit perut bagian bawah pada wanita
adalah:
• Sakit perut akibat menstruasi
• Ovulasi
• Kehamilan ektopik
• Keguguran
• Penyakit radang panggul
• Kista ovarium atau gangguan lain pada ovarium
• Endometriosis
• Abrupsi plasenta atau gangguan lain pada plasenta saat hamil
• Miom atau uterine fibroid
• Gangguan pada serviks, seperti infeksi atau kanker
• Kanker rahim
• Radang saluran tuba atau salpingitis

3. Menentukan Penyebab Sakit Perut Bagian Bawah dan Penanganannya


Untuk mengetahui penyebab pasti rasa sakit yang muncul, Anda bisa
memeriksakan diri ke dokter. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik,
dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan terkait rasa sakit yang Anda
rasakan, seperti:
• Apakah sedang hamil?
• Sudah berapa lama merasakan sakit pada bagian bawah perut?
• Seperti apa rasa sakitnya?
• Kapan rasa sakit biasanya muncul? Apakah pada pagi hari, malam hari,
sesudah makan, atau saat menstruasi?
• Apakah rasa sakit turut menyerang bagian tubuh lainnya, seperti
bokong, selangkangan, pundak, atau punggung bawah?
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
seperti:
• Tes darah, urine, dan tinja

10
• Pemeriksaan alat kelamin
• Tes kehamilan
• Foto Rontgen
• USG
• CT scan
• Endoskopi
• Kolonoskopi
• Histeroskopi
• Laparoskopi

Setelah hasil tes keluar, dokter akan memberikan pengobatan sesuai


penyebab, tingkat keparahan, dan frekuensi sakit perut bagian bawah yang
Anda derita.
Sakit perut bagian bawah yang bersifat ringan umumnya dapat ditangani
sendiri di rumah dengan cara sederhana atau menggunakan obat-obatan.
Namun, bila sakit perut bagian bawah yang dialami tergolong berat,
penanganan secara medis pun diperlukan, misalnya melalui operasi.
Bila sakit perut bagian bawah yang Anda alami disertai nyeri yang sangat
hebat, demam, mual, muntah, perut bengkak, perut terasa sakit saat disentuh,
atau tinja berdarah, segera periksakan diri ke dokter agar dapat diberikan
penanganan yang tepat.
Begitu pula halnya jika Anda merasakan sakit perut bagian bawah setelah
mengalami kecelakaan, cedera, atau sakit di bagian dada.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan vagina adalah keluarnya darah dari vagina. Perdarahan tersebut
dapat timbul dari uterus, dinding vagina, atau serviks.[1] Secara umum,
keadaan tersebut adalah bagian dari siklus menstrual normal atau disebabkan
oleh masalah hormonal atau masalah lainnya dari sistem reproduksi, seperti
perdarahan uterin abnormal.
Hipertensi pada kehamilan adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic diatas 90 mmHg. Terdapat
beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan. Yang pertama adalah hipertensi
gestasional. Hipertensi ini adalah tipe yang paling ringan, biasanya muncul
setelah usia kehamilan 20 minggu, tanpa ditemukan adanya protein pada urin.
Yang kedua adalah preeklampsia. Preeklampsia adalah bentuk hipertensi
kehamilan yang lebih berat daripada hipertensi gestasional. Preeklampsia
ditandai dengan tekanan darah yang tinggi disertai adanya protein pada
pemeriksaan urin. Preeklampsia dikelompokkan menjadi preeklampsia ringan
dan berat, tergantung pada tekanan darah sistolik dan diastoliknya. Yang ketiga
adalah eclampsia. Eklampsia adalah tipe hipertensi dalam kehamilan yang
paling berat. Eklampsia ditandai dengan adanya hipertensi, protein pada
pemeriksaan urin, dan disertai adanya kejang. Dan yang keempat adalah
hipertensi kronis yang diperberat dengan kehamilan.
Sakit perut bagian bawah sering kali ditandai dengan anita au bahkan
rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum. Keluhan ini bisa disebabkan oleh
masalah yang ringan, seperti menstruasi, hingga gangguan yang berat, seperti
batu ginjal atau kanker.
Secara medis, sakit perut bagian bawah juga dapat dideskripsikan sebagai
nyeri panggul. Rasa sakit ini bisa dialami siapa saja, baik pria maupun anita,
walau sebenarnya lebih sering terjadi pada anita.
Meski umum terjadi dan terlihat ringan, sakit perut bagian bawah bukanlah
kondisi yang dapat disepelekan, apalagi bila disertai dengan gejala tertentu.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/kenapa-bisa-terjadi-sakit-perut-bagian-bawah
https://www.halodoc.com/artikel/darah-tinggi-saat-hamil-apa-yang-harus-
dilakukan
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/perdarahan-pervaginam-2
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1541/efek-jangka-panjang-
hipertensi-selama-kehamilan

13

Anda mungkin juga menyukai