Disusun Oleh :
Dian Fadhillah ( 22154013008 )
Dinda Ayu Pertiwi ( 22154013009 )
Dinda Purnama D.S ( 22154013010 )
Dwi Shina Miranda ( 22154013011 )
Erwika ( 22154013012 )
Humairoh Sinulingga ( 22154013013 )
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka
dari itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari
berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah
kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian
ibu yang tinggi.tragedi yang mencemaskan dalam proses reproduksi salah
satunya kematian yang terjadi pada ibu. Keberadaan seorang ibu adalah
tonggak untuk keluarga sejahtera. Untuk itu Indonesia mempunyai target
pencapaian kesehatan melalui Millennium Development Goals (MDGs)
sehingga tercapai pembangunan masyarakat sejahtera. MDGs adalah hasil
kesepakatan negara-negara yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat yang berisi 8 tujuan.MDGs ke-5 bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2015 (Depkes, 2013).
Menurut Word Health Organization (WHO, 2010) kematian ibu adalah
kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah
kehamilan berakhir dengan sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.Pada tahun 2013 AKI
didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di
negara berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan negara maju, yaitu
230 per 100.000 kelahiran (WHO, 2014).
Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan pre-
eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi
11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan
Indonesia (2012) kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit
kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang
berakhir abortus (26%). Penyebab kematian terbesar adalah pre eklampsi dan
eklampsi dengan case fatality rate (CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari
keseluruhan kasus obstetri.
1
Angka Kematian Ibu di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Tampak pada tahun 2013 AKI di
Indonesia 190/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 29/100.000 kelahiran hidup,
Vietnam 49/100.000 kelahiran hidup, Singapore 6/100.000 kelahiran hidup,
Fhilipina 120/100.000 kelahiran hidup, Thailand 26/100.000 kelahiran hidup
(WHO, 2014). Hal ini masih menjadi masalah sulitnya mencapaian derajat
kesehatan di Indonesia.Selama periode tahun 1991 sampai 2007 angka
kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup namun pada tahun 2012 angka kematian ibu melahirkan
mengalami peningkatan mencapai 359/100.000 kelahiran hidup ini
menandakan sulit mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup (Depkes, 2012). Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun
2012 didapat AKI sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Dinas
Kesehatan Kota Surakarta, kematian ibu mengalami kenaikan 100% dari 3
kasus tahun 2013 meningkat jadi 6 kasus pada tahun
3
2014. AKI menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, keadaan
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan
terutama untuk ibu hamil, pelayanan melahirkan dan masa nifas (Dinkes,
2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Perdarahan Pervagina?
2. Apa itu Hipertensi Gravidarum?
3. Nyeri Perut Bagian Bawah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Penjelasan Perdarahan Pervagina
2. Mengetahui Penjelasan Hipertensi Gravidarum.
3. Mengetahui Penyebab Nyeri Perut Bagian Bawah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERDARAHAN PERVAGINA
Perdarahan vagina adalah keluarnya darah dari vagina. Perdarahan tersebut
dapat timbul dari uterus, dinding vagina, atau serviks.[1] Secara umum,
keadaan tersebut adalah bagian dari siklus menstrual normal atau disebabkan
oleh masalah hormonal atau masalah lainnya dari sistem reproduksi, seperti
perdarahan uterin abnormal.
Perdarahan pervaginam dapat disebabkan oleh beberapa macam. Untuk
kasus keguguran, maka perdarahan dapat dikategorikan seperti perdarahan
pasca melahirkan. Hanya bedanya pada keguguran, yang dilahirkan ialah janin
yang belum viabel untuk hidup di dunia luar. Perdarahan yang terjadi dapat
disebabkan oleh 4 T yakni :
Tone : yakni tonus atau kekuatan kontraksi dari rahim yang kurang kuat
menyebabkan dinding rahim tidak mampu "menjepit" pembuluh
darah yang terbuka karena adanya proses kelahiran tersebut
Trauma : ketika proses melahirkan, adanya perlukaan pada jalan lahir dapat
menyebabkan perdarahan sulit berhenti bila perlukaan tersebut
tidak ditutup dengan cara dilakukan penjahitan
3
ialah melakukan konsultasi kepada ahli kandungan Anda untuk menentukan
langkah yang sebaiknya Anda ambil. Berikut kami lampirkan tautan mengenai
perdarahan pasca melahirkan. Semoga bermanfaat.
B. HIPERTENSI
Hipertensi pada kehamilan adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic diatas 90 mmHg. Terdapat
beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan. Yang pertama adalah hipertensi
gestasional. Hipertensi ini adalah tipe yang paling ringan, biasanya muncul
setelah usia kehamilan 20 minggu, tanpa ditemukan adanya protein pada urin.
Yang kedua adalah preeklampsia. Preeklampsia adalah bentuk hipertensi
kehamilan yang lebih berat daripada hipertensi gestasional. Preeklampsia
ditandai dengan tekanan darah yang tinggi disertai adanya protein pada
pemeriksaan urin. Preeklampsia dikelompokkan menjadi preeklampsia ringan
dan berat, tergantung pada tekanan darah sistolik dan diastoliknya. Yang ketiga
adalah eclampsia. Eklampsia adalah tipe hipertensi dalam kehamilan yang
paling berat. Eklampsia ditandai dengan adanya hipertensi, protein pada
pemeriksaan urin, dan disertai adanya kejang. Dan yang keempat adalah
hipertensi kronis yang diperberat dengan kehamilan. Tipe ini biasanya
ditemukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan.
Insiden hipertensi pada kehamilan cukup sering terjadi. Lima sampai
sepuluh dari seratus ibu hamil mengalami komplikasi hipertensi. Salah satu
bentuk hipertensi kehamilan yang dianggap paling ringan adalah hipertensi
gestasional. Hipertensi ini muncul pada usia kehamilan diatas 20 minggu, dan
biasanya akan menghilang setelah persalinan. Beberapa faktor yang
meningkatkan risiko ibu hamil terkena hipertensi adalah overweight, obesitas,
dan diabetes melitus.
Belakangan diketahui, bahwa hipertensi gestasional meningkatkan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Riise dkk pada tahun 2017, ibu hamil yang
mengalami hipertensi selama kehamilan mempunyai risiko yang lebih tinggi
4
untuk mengalami penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang, seperti
penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Insiden penyakit kardiovaskular
inni ditemukan lebih berat pada pasien dengan hipertensi gestasional pada
kehamilan kedua, dibandingkan pada kehamilan pertama. Bila insiden penyakit
kardiovaskular di masa depan dibandingkan antara pasien hipertensi
gestasional dan preeklampsia, maka didapatkan insiden yang lebih tinggi pada
ibu hamil dengan preeklampsia.
Bila ditemukan kondisi hipertensi pada ibu hamil, maka diperlukan
pemeriksaan urin untuk mencari apakah terdapat kebocoran protein. Bila tidak
ditemukan protein pada urin, maka ibu hamil disarankan mengkonsumsi obat
antihipertensi selama kehamilan, dan lebih sering memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan. Namun bila ditemukan protein pada urin, maka terapi
antihipertensi yang diberikan harus lebih maksimal. Ibu hamil juga harus
mewaspadai tanda awal dari kondisi eclampsia, yaitu nyeri kepala, pandangan
kabur, dan nyeri ulu hati. Bila ibu hamil dengan hipertensi mengalami hal ini,
maka harus segera memeriksakan diri ke UGD rumah sakit agar bisa
mendapatkan tatalaksana secara optimal. Ibu hamil dengan preeklampsia berat
maupun eclampsia mempunyai risiko yang besar untuk mengalami kematian
ibu dan juga janin. Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami tanda awal
eclampsia, atau sudah mengalami kejang, harus menghentikan kehamilan
dengan cara operasi sesar.
Setelah persalinan, walaupun sudah mencapai tekanan darah yang normal,
ibu dengan riwayat hipertensi dalam kehamilan harus rutin memeriksakan
tekanan darahnya, minimal 1 kali setahun. Kontrol rutin diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran dan dapat mendeteksi dini hipertensi sebelum terjadi
beragam komplikasi. Dengan demikian dapat mencegah penyakit
kardiovaskular di masa yang akan datang.
Selain itu, anak yang lahir dari ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan mempunyai peningkatan risiko untuk mengalami penyakit
kardiovaskular dalam 10 tahun pertama kehidupan. Hal ini terutama bila ibu
juga mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular atau diabetes melitus. Terapi
hipertensi dalam kehamilan yang lebih dini dan efektif, terutama pada awal
5
fase kehamilan, dapat memperbaiki kesehatan kardiovaskular anak. Dengan
demikian dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada generasi
selanjutnya.
Tekanan darah tinggi selama kehamilan bisa disebabkan oleh berbagai hal,
antara lain:
• Kelebihan berat badan atau obesitas.
• Kurangnya aktivitas fisik.
• Merokok.
• Minum alkohol.
• Kehamilan pertama kali.
• Adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami hipertensi terkait
kehamilan.
• Hamil lebih dari satu anak.
• Berusia di atas 35 tahun.
• Mengidap diabetes atau penyakit autoimun tertentu.
6
bayi mengalami masalah pernapasan, berisiko tinggi terkena
infeksi, dan komplikasi lain.
b. Solusio Plasenta
Preeklamsia (hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu usia
kehamilan) bisa meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta,
yaitu terpisahnya plasenta dari dinding dalam rahim sebelum
melahirkan. Solusio yang parah bisa menyebabkan perdarahan
yang hebat yang bisa mengancam jiwa ibu dan bayi.
c. Batasan Pertumbuhan Intrauterin
Hipertensi bisa menyebabkan pertumbuhan bayi ibu melambat
atau menurun.
d. Kerusakan pada Organ Ibu
Hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan kerusakan
pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan organ vital lainnya.
Pada kasus yang parah, kondisi tersebut bisa mengancam jiwa.
e. Penyakit Kardiovaskular di Masa Depan
Risiko ibu mengalami penyakit kardiovaskular di masa depan
lebih tinggi jika ibu pernah mengalami preeklamsia lebih dari satu
kali atau ibu pernah mengalami kelahiran prematur karena
memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan.
7
a. Dapatkan Perawatan Prenatal Lebih Dini dan Teratur
Mulailah mengunjungi dokter kandungan lebih dini untuk
mendapatkan perawatan prenatal dan usahakan untuk melakukan
kunjungan prenatal secara teratur selama kehamilan.
b. Minum Obat Tekanan Darah Sesuai Resep
Bicarakanlah pada dokter tentang obat apa yang aman untuk
diminum untuk mengatasi tekanan darah tinggi saat hamil. Jangan
berhenti atau mulai minum obat jenis apa pun, termasuk obat bebas,
tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan dokter kandungan
ibu.
c. Pantau Tekanan Darah
Periksa tekanan darah secara teratur di rumah dengan tensimeter.
Segera hubungi dokter bila tekanan darah ibu lebih tinggi dari
biasanya atau bila ibu mengalami gejala preeklamsia. Ibu bisa
menghubungi dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc untuk
membicarakan keluhan ibu selama kehamilan.
d. Tetap Aktif
Tanyakan pada dokter kandungan mengenai jenis olahraga yang
aman dilakukan selama kehamilan dan berolahraga lah secara rutin.
e. Konsumsi Makanan Sehat
Usahakan untuk memilih makanan sehat dan bergizi seimbang untuk
dikonsumsi sehari-hari. Ibu juga bisa menemui ahli gizi bila ibu
perlu bantuan untuk merencanakan menu makanan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
f. Hindari Pantangan saat Hamil
Selama masa kehamilan, ibu dilarang untuk merokok, mengonsumsi
minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang.
8
masalah yang ringan, seperti menstruasi, hingga gangguan yang berat, seperti
batu ginjal atau kanker.
Secara medis, sakit perut bagian bawah juga dapat dideskripsikan sebagai
nyeri panggul. Rasa sakit ini bisa dialami siapa saja, baik pria maupun wanita,
walau sebenarnya lebih sering terjadi pada wanita.
Meski umum terjadi dan terlihat ringan, sakit perut bagian bawah bukanlah
kondisi yang dapat disepelekan, apalagi bila disertai dengan gejala tertentu.
9
mengapa wanita lebih berisiko mengalami sakit perut bagian bawah.
Beberapa kemungkinan penyebab sakit perut bagian bawah pada wanita
adalah:
• Sakit perut akibat menstruasi
• Ovulasi
• Kehamilan ektopik
• Keguguran
• Penyakit radang panggul
• Kista ovarium atau gangguan lain pada ovarium
• Endometriosis
• Abrupsi plasenta atau gangguan lain pada plasenta saat hamil
• Miom atau uterine fibroid
• Gangguan pada serviks, seperti infeksi atau kanker
• Kanker rahim
• Radang saluran tuba atau salpingitis
10
• Pemeriksaan alat kelamin
• Tes kehamilan
• Foto Rontgen
• USG
• CT scan
• Endoskopi
• Kolonoskopi
• Histeroskopi
• Laparoskopi
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan vagina adalah keluarnya darah dari vagina. Perdarahan tersebut
dapat timbul dari uterus, dinding vagina, atau serviks.[1] Secara umum,
keadaan tersebut adalah bagian dari siklus menstrual normal atau disebabkan
oleh masalah hormonal atau masalah lainnya dari sistem reproduksi, seperti
perdarahan uterin abnormal.
Hipertensi pada kehamilan adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic diatas 90 mmHg. Terdapat
beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan. Yang pertama adalah hipertensi
gestasional. Hipertensi ini adalah tipe yang paling ringan, biasanya muncul
setelah usia kehamilan 20 minggu, tanpa ditemukan adanya protein pada urin.
Yang kedua adalah preeklampsia. Preeklampsia adalah bentuk hipertensi
kehamilan yang lebih berat daripada hipertensi gestasional. Preeklampsia
ditandai dengan tekanan darah yang tinggi disertai adanya protein pada
pemeriksaan urin. Preeklampsia dikelompokkan menjadi preeklampsia ringan
dan berat, tergantung pada tekanan darah sistolik dan diastoliknya. Yang ketiga
adalah eclampsia. Eklampsia adalah tipe hipertensi dalam kehamilan yang
paling berat. Eklampsia ditandai dengan adanya hipertensi, protein pada
pemeriksaan urin, dan disertai adanya kejang. Dan yang keempat adalah
hipertensi kronis yang diperberat dengan kehamilan.
Sakit perut bagian bawah sering kali ditandai dengan anita au bahkan
rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum. Keluhan ini bisa disebabkan oleh
masalah yang ringan, seperti menstruasi, hingga gangguan yang berat, seperti
batu ginjal atau kanker.
Secara medis, sakit perut bagian bawah juga dapat dideskripsikan sebagai
nyeri panggul. Rasa sakit ini bisa dialami siapa saja, baik pria maupun anita,
walau sebenarnya lebih sering terjadi pada anita.
Meski umum terjadi dan terlihat ringan, sakit perut bagian bawah bukanlah
kondisi yang dapat disepelekan, apalagi bila disertai dengan gejala tertentu.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/kenapa-bisa-terjadi-sakit-perut-bagian-bawah
https://www.halodoc.com/artikel/darah-tinggi-saat-hamil-apa-yang-harus-
dilakukan
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/perdarahan-pervaginam-2
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1541/efek-jangka-panjang-
hipertensi-selama-kehamilan
13