Anda di halaman 1dari 16

MOLAHIDATIDOSA

KELOMPOK 3:
1. SRI LESTARI PO71241230647
2. MARIA EMININTHA PO71241230568
3. WISKA YUNISA PO71241230569
4. NINGSIH PO71241230559
5. ASMIDAR LUBIS PO71241230558
6. SRI DEBI UTARI PO71241230567
7. CANDRA WIDHI ANJANI PO71241230564
8. ELVI NENSIH PO71241230565
9. EKA FITRIANI PO71241230570
10. MELYANTI KOMARA PO71241230234
11. TRI UTAMI PO71241230549
12. YAYUK DWISTI.A PO71241230226
13. NADELA GUSTIA PO71241230225
14. MERI ANDA RISKA PO71241230517
15. PEBRIYA WINARTI PO71241230584

DOSEN MATA KULIAH :


ROASMARIA.M.Keb

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TA 2023/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Mola Hidatidosa (Hamil
Anggur) dengan baik dan semaksimal mungkin.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menemukan berbagi
hambatan ataupun kesulitan.Namun atas bantuan dari banyak pihak maka kami pun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Rosmaria,M.Keb dan teman-teman kelompok 11
yang telah membantu penyelesaian dari makalah ini

Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. kami sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1      LatarBelakang                                                   
1.2      Tujuan  
1.2.1   TujuanUmum
1.2.2    TujuanKhusus
BAB II. PEMBAHASAN
2.1              Definisi Mola Hidatidosa
2.2              Etiologi Mola Hidatidosa
2.3              Patofisiologi Mola Hidatidosa
2.4              Diferensial Diagnosis Mola Hidatidosa
2.5              Penanganan Mola Hidatidosa
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1              Kesimpulan                                  
3.2              Saran
3.2.1     Untuk Klien
3.2.2     Untuk Sarana Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari


pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran,kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi
yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa. Di Indonesia masalah ibu dan anak
merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat, sesuai
dengan target MDG’s 2015 (MilleniumDevelopment Gold), Angka Kematian Ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa
setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi
kehamilan, persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit
dan diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara berkembang yang
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan Negara maju dan 51 negara
persemakmuran.

Menurut SDKI Angka Kematian Ibu pada tahun 2007 mencapai 228 per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya jumlah kematian ibu mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara
lainnya yaitu Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing 13 dan 14 per
100.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2009, AKI di Jawa Barat adalah 258 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 583 per 100.000 kelahiran.
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia kabupaten Garut pada Tahun 2009 Angka
Kematian Ibu mencapai 219 per 100.000 kelahiran hidup.

Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan


dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di
Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Perdarahan sebanyak 30% dari total kasus kematian, eklamsi (keracunankehamilan)
25%, infeksi 12%. Salah satu dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah perdarahan,
perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Perdarahan
yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi pada awal kehamilan maupun kehamilan
anjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal
kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus, mola
hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio
Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan besar
kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari salahsatu
perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan Molahidatidosa.

Molahidatidos aadalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan


abnormal, dengan ciri-ciri stomavilluskorialislangka, vaskularisasi dan edematous,
janin biasanya meninggalakan tetapivillus-villus yang membesar dan edematousitu
hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur. Penyebab pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum
diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktorovum,
imunoselektiftrofoblast , usia, keadaansosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi,
defisiensiprotein, infeksi virus dan faktorkromosom yang jelas, dan riwayatkehamilan
mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu MolahidatidosaKomplet (MHK)
dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan oleh
kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% – 5,7%.

Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara


komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibatanya
kehamilandengan Molahidatidosayaitu TTG (Tumor TrofoblastGestasional) dimana
TTG ini terbagi menjadi 2 macam yaitu: Choriocarcinoma non Villosum dan
Choriocarcinoma Villosum yang bersifat hematogen dan dapat bermetastase ke
vagina, paru-paru, ginjal, hatibahkansampai ke otak. Dengan presentas kejadian
tersebut adalah 18-20% keganasan.

Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan


umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara  Kuretase atau Histerektomi, dan
pemeriksaan tindaklanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-
HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindaklanjut serta penatalaksanaan
saat ini berpusat pada pengukuran serial kadarβ-HCG serum untuk mendeteksi Tumor
Trofoblast Persisten.
1.2  Tujuan
2.1.1.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan  gambaran umum tentang asuhan kebidanan yang
komprehensif terhadap pasien mola hidatidosa

2.1.2.      Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian dan menentukan diagnose kebidanan pada
kasus mola hidatidosa.
2. Mampu menyusun rencana asuhan sesuai kebutuhan pasien.
3. Mengetahui apa itu mola hodatidosa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Mola Hidatidosa


Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuh
antrofoblas placenta atau calon placenta dan disertai dengan degenerasi
kistikvili dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau molahidatidosa adalah
kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan
pembentukan “bakal janin“ sehingga terbentuk jaringan permukaan membran
(vili-vili) mirip gerombolan buah anggur. Sedangkan menurut beberapa ahli
pengertian mola hidatidosa adalah sebagai berikut :

 Molahidatidosa adalah chorionicvilli (jonjotan/gantungan) yang tumbuh


berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk,
1998:23).
 Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri
stomavilluskorialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggalakan tetapi villus-villus yang membesar dan edematusitu hidup
dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
 Molahidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi
sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.
Embriomati dan mola tumbuh dengancepat, membesarnya uterus dan
menghasilkansejumlahbesar human chorionic gonadotropin (hCG)
(Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
 Molahidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi
sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.
Embriomati dan mola tumbuh dengancepat, membesarnya uterus dan
menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG)
(Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

2.2 Etiologi Mola Hidatidosa


Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-
faktor penyebabnya adalah :

1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh
sebuah selsperma.
2. Imunos elektifdaritrofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan
respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya
vilimengalamidistensi kaya nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam
vilus  tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio ‘ kelaparan’, mati, dan
diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu
mengadakan invasi kejaringan ibu.

3. Usia
Faktor usia yang di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi
pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi
kehamilan mola.

4. Keadaansosio-ekonomi yang rendah


Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan social ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi
zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadike hamilan
molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpan gantransmisi
secara genetik yang dapat diidentifikasi kandengan penggunaan
stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga
tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan
molahidatidosa.

6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada
ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan pertumbuhan pada
janin tidak sempurna.

7. Infeksi virus dan faktorkromosom yang belumjelas


Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu
menimbulkan penyakit( desease ). Halini sangat tergantung dari jumlah
mikroba( kumanatau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan
tubuh.

8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya


Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam
suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000
Kelahiran,frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang
molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan
bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer “.

2.3 Patofisiologi Mola Hidatidosa


Setelah ovum dibuahi,terjadi pembagian dari selter tersebut tidak lama
kemudian terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar.Dinding init
erjadi atas sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi tropoblash. Sebagian vili
berubah menjadi gelembung berisi cairan jernih,biasa tidak ada janin. Gelembung-
gelambung atau tesikeluk urannya bervariasi mulai dari yang mudah dilihat,sampai
beberapa sentimeter, bergantung dalam beberapa kelompok dar tangkai yang tipis.
Masater sebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi cavum uteri
.Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia kehamilan.

Pada beberapa kasus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villikorealis


berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm.
Keadaan ini disebut mola parsial. Ada beberapa kasus pertumbuhan dan
perkembangan villikorealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan
berkembang.

1. Teori Missed Abortion


Mudigan mati pada kehamilan tigasampai lima minggu,karena terjadi
gangguan peredaran darah,sehingg aterjadi penemuan cairan dalam jaringan
masenkimdari villi dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.

2. Teori Neoplasmadari park


Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi
abnormal pula, dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga
timbul gelembung,hal ini menyebabkan peredaran gangguan peredaran darah
dan kematian mudigan.

 Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :


1)   Mola hidatidosakomplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. Villikorion
berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat
sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karakteristik
yaitu :
 Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
 Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macamukuran
 Tidak adanya janin atau amnion
Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti
seonggok buahanggur. Molahidatidosa merupakan hasil pembuahan dari
seltelur  ( Ovum ) yang  kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi
terjadi oleh satu sperma yang mempunyai kromosom 23 X ,yang kemudian
setelah masing masing kromosom membelah terbentuklah sel dengan 
kromosom 46 XX, dengan demikian sebagian besar mola  komplit sifatnya
androgenik , homozigot  dan berjenis kelamin wanita.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang
menghasilkan selanak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas
konseptus adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-
pakan allograft. Jaringan molakomplita secara histologist idak menampakkan
pertumbuhan villi dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi
pembentukan cisterna villosa, disertai hyperplasia baik dari selsel 
sinsisiotrofoblas  maupun dari  selselsitotrofoblas. Tidak tampak embryo
karena sudah mengalami kematian pada masa dini akibat tidakterbentuknya 
sirkulasi plasenta.
2)   Mola hidatidosainkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagiandarijanin. Umumnya
janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai
aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang
edema dengan seltrofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat
lain masih banyak yang normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola parsialis
bias normal ,triploidiatautrisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY. Ditemukan
juga adanya fetus dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak
menyeluruh. Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa
hiperplasiatrofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialishanya
ditemukan pada konseptus yang triploid. Secara biokimiawi dan sitogenetik
ditemukan adanya gen maternal pada mola
parsialissehinggaterjadinyaadalah diandri (terdiriatassatu set kromosom 
maternal dan dua set kromosom paternal). Gambaran histologisd  yangkhas
pada mola parsialisadalah adanya crinkling atau scalloping dan ditemukannya
stromal trophoblastic inclusion Hiperplasia trofoblas umumnya terjadi pada
sinsisiotrofoblas dan jarang terjadi pada sitotrofo-blas.Walau pun ada janin ,
umumnya mengalami kematian pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih
jarang terjadi pasca mola parsialis dibandingkan dengan pasca mola komplit.
2.5 Penanganan Mola Hidatidosa
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan .Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :

 PerbaikanKeadaan Umum
Perbaikan keadaan umum pada pasien molahidatidosa, yaitu :

 Koreksidehidrasi.
 Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk
memperbaiki syok.
 Bila ada gejala preeklamsia dan hiperémesis gravidarum di obati
sesuai protocol penanganannya.
 Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit
dalam Pengeluaranjaringan mala dengan cara kuretase dan
histerektomi
1) Definisi
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim
2)      Faktor Resiko

1. Usia ibu yang lanjut


2. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
5. Berbagai macam infeksi
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia
7. Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
8. Kelainan kromosom
3)      Teknik Pengeluaran Jaringan

Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun


dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual,
dilanjutkan dengan kuretase.

1. Sondage, menentukan posisi ukuran uterus.


2. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 900 untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar yang
bisa masuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun
kuret.
4)      Risiko Yang MungkinTerjadi

1. Perdarahan
2. Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di
dinding rahim.
3. Gangguan haid
4. Infeksi
5)      PersiapanSebelumOprasi

a) Informed consend
b) Puasa
c) Cek darah, darah harus tersedia dan sudah dilakukan crossmatching.
6)      Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa

1. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin,


kadar beta Hcg dan fototoraks) keculai bilajaringan mola sudah keluar
sepontan .
2. Bila kanalisservikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian .
3. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse
dengan tetesan infuse oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 % .
4. Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .
5. Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.
7)      Teknik Suction Curetase

a) Dilatasi seviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat di masukkan.


b)Pilihlah kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam kanalis
servikalis.
c) Serviks dipegang dengan tenakulum
d) Menjelang dilakukan suction curetase, oksitosin disuntikkan atau secara
drip sehingga suction akan selalu diikuti dengan makin kecilnya uterus
e)Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk mengikuti
turunnya fundus uteri dan merasakan bahwa tidak teerjadi perforasi karena
kanula.
f) Setelah suction kuretase, ikuti dengan kurettajam dan besar sehingga
dapat dijamin kebersihannya.
g) Histerektomi

1)      Syarat melakukan histerektomi adalah:

1. Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak
cukup.
2. Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa
penderita
3. Resisten terhadap obat kemoterapi.
4. Dugaan perforasi pada mola destruen
5. Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
6. Dugaan sulit nya melakukan pengawasan ikutan
2)      Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan:

1. Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)


2. Segerasetelah suction curetaseberakhir
3. Pada koriokarsinomadenganpertimbangankhusus
3)      Tekhnik Operasi

Teknik operasi sampai saat ini belum dijumpai secara utuh diberbagai
pustaka. Oleh karena itu,kami menganjurkan teknik operasi sebagai berikut:

1. Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat


mengurangi mestastase  saat operasi berlangsung.
2. Lakukan langkah histerektomi dengan mencari dulu pembuluh darah yang
besar dipotong dan diikat sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan
perdarahan.
3. Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga tercecernya seltrofoblas
dari uterus segera mengalami denaturasi dan dapat mengalami
kemungkinan hidup untuk mestastase
4. Jika dapat dilakukan, serviks dijahit sehingga kanalisservikalis tertutup dan
mengurangi kemungkinan tercecernya seltrofoblas saat operasi
berlangsung.
5. Mestastasedur anteoperationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi drip
(belum umum diIndonesia) tetapi kami anjurkan dan evaluasi hasilnya.
4)      Filosofi Operasi Pada Histerektomi

1. Trauma yang terjadi haruslah minimal


2. Lindungi organ penting pelvis dari trauma, yaitu :ureter, pembuluh darah
dan Vesika urinaria .
3. Kurangi komplikasi operasi, infeksi, perdarahan, dan trauma organ pelvis
atau kenali secepatnya bila terjadi trauma untuk segera melakukan
rekontruksi
4. Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump
5. Upayakan agar tidak terjadi komplikasi pascaoperasi
Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia, tindakan operasi
dengan hilangnya darah minimal sangat penting karena darah adalah RED (Rare,
Expensive, Dangerous).

Kami anjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis kemoterapi sehingga
dapat memperkecil aktivitas sel-seltrofoblas ganas yang kebetulan dapat masuk ke
pembuluh darah atau tercecer pada vagina, untuk tumbuh dan berkembang.

 Pemeriksaan tindaklanjut:
Tujuan utama tindakan lanjuta dalah deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindaklanjut pada pasien molahidatidosa
meliputi:

1. Cegah kehamilan selama masa tindaklanjut, sekurang-kurangnya satu


tahun.
2. Ukur kadar β hCGsetiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan
pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
3. Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang
meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya
terapi.
4. Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran
pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1
tahun.
5. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.
6. Karena itu, tindaklanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar β hCG serum untuk mendeteksi tumor
trofoblaspersisten
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Molahidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-seltrofoblas (yaitu
bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) Hasil pembuahan
yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung menyerupai buah anggur.
Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa berkembang
secara cepat. Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa
tampak cepat besar.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan


GM titrasi)  atau dapat dilihat dari  hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu
hamil  tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang
kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis
di sebut ”Snowstorm”.

Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah
melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa terjadi
begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan seksual.

Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum
diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial
ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran
darah dalam rahim.

Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembung-


gelembung hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang  beberapa kali
tergantung kondisi kehamilan  Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar hormon
Hcg dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh-sungguh bersih. Pada
keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan tindakan
pengangkatan rahim, namun keputusan ini  juga mempertimbangkan faktor umur ibu
dan jumlah anak yang sudah dimiliki. Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan.

3.2 Saran
3.2.1    Untuk Klien
Diharapkan klien dengan kehamilan Molahidatidosa mendapatkan perawatan dan
penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama 12
bulan sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi keganasan
sampai pasien benar-benar dikatakan sembuh atau sehat.

3.2.2    Untuk Sarana Kesehatan


Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik lagi,
untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya yang
diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat Molahidatidosa
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun, dkk. 2011. AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :SalembaMedika.

Mochtar. R. PenyakitTrofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2..

Prawirohadjo, S. &Wiknjosastro, H.MolaHidatidosa.ILMU KANDUNGAN.     


Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999.      Hal.262-
264

http://dokunimus.blogspot.com/2011/07/mola-hidatidosa.html#ixzz2QQuNSLTG
http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/
http://meyceria.wordpress.com/2012/04/14/hamil-anggurmola-hidatido
 
Sumber : Google

Anda mungkin juga menyukai