Anda di halaman 1dari 6

PERDARAHAN POST PARTUM

(PERDARAHAN PASCASALIN)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

1. RUDJANAH WIDYA SARI (2019201050)


2. YUNISA AMSAH (2019101064)
3. LENI NURWAHYULIS (2019201024)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )
MITRA HUSADA MEDAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala dimana Allah telah memberikan
kesehatan dan kelapanngan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
kepada saya dengan baik. Saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan bhakan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Dan saya berharap semoga makalah yang saya
buat memberi banyak manfaat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengtetahuan yang kami miliki sehingga harus lebih
banyak belajar lagi.

Medan, 22 April2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

Abstrak
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian maternal diseluruh dunia
dengan insiden sebesar 5%-10% dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan postpartum
meliputi atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, sisa plasenta dan gangguan
pembekuan darah.

1.1 Latar Belakang


Perdarahan masih merupakan masalah utama dalam bidang obstetric sampai saat ini.
Bersama-sama dengan preeklampsia/eclampsia dan infeksi merupakan trias penyebab
kematian maternal utama baik dinegara maju maupun di negara sedang berkembang. Estimasi
waktu menuju kematian pada perdarahan postpartum diperkirakan hanya erlangsung 2 jam,
sementara itu perdarahan antepartum membutuhkan waktu kira-kira 12 jam, oleh sebab itu
sangat penting untuk mengenali leih dini dan memberikan penanganan segera. Terdapat
kecenderungan penururnan kematian maternal oleh karena perdarahan hal ini disebabkan
antara lalin penanganan yang semakin baik tetapi angka ini seharusnya masih bisa diturunkan
lebih rendah lagi.
Sejak lama perdarahan postpartum diartikan sebagai kehilangan darah 500 ml atau
lebih setelah janin dan plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan pervaginam atau seribu
ml atau lebih pada persalinan seksio sesarea. Definisi ini dirasakan terlalu sederhana apabila
dikaitkan dengan adanya pertambahan volume plasma darah yang normal pada kehammilan
yaitu rata-rata sebesar 30-60% atau 1500-2000 ml selama kehamilan. Oleh karena itu
pengukuran kadar hematokrit sangat penitng menilai jumlah perdarahan yang terjadi selain
pengukuran secara kwantitatif. Secara umum diterima apabila kadar hematokrit turun sebesar
3% itu berarti sudah terjadi kehilangan darah sebanyak pertambahan volume darah kehamilan
normal (30-60%) ditambah dengan 500 ml.

1.2 Klasifikasi Perdarahan Postpartum


Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000ml atau mayor >1000ml. perdaraahn
mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 10000-2000 ml atau berat >2000ml. Pembagian lain
menurut Sibai adalah perdarahan ringan (mild) apabila jumlah perdarahan < 1500ml, berat
(severe) >1500ml, dan massif >2500ml.
Berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi perdarahan postpartum primer yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama postpartum, sedangkan sekunder merupakan
perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam sampai 6 minggu post[partum. Penyebab
utama perdarahan postpartum adalah atonia uteri.

1.3 Macam-macam Perdarahan Postpartum


a. Perdarahan Postpartum Primer
Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama
kelahiran.
b. Perdarahan Postpartum Sekunder
Perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah 24 jam pertama setelah bayi lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari
postpartum.

1.4 Etiologi Perdarahan Postpartum


Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum antara lain
sebagai berikut :
a. Trauma jalan lahir. 1) Episiotomi yang lebar. 2) Laserasi perineum, vagina, dan
serviks. 3) Ruptur uterus. 4) Kegiatan kompresi pembuluh darah tempat
implantasi plasenta.
b. Miometrium hipotonia (atonia uteri). 1) Anestesi umum (trauma dengan senyawa
halogen dan eter). 2) Perfusi miometrium yang kurang. 3) Setelah persalinan yang
lama. 4) Setelah persalinan yang terlalu cepat. 5) Setelah persalinan yang
dirangsang dengan oksitosin dalam jumlah yang besar. 6) Paritas tinggi
meningkatkan risiko perdarahan postpartum. 7) Distensi rahim berlebihan (janin
yang besar, kehamilan multipel, hidramnion). 8) Retensi sisa plasenta. 9)
Perlekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).
c. Gangguan Koagulasi Gangguan koagulasi yang didapat maupun kongenital akan
memperberat perdarahan. (Mitayani, 2011).

1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perdarahan Postpartum


Factor yang mempengaruhi perdarahan adalah partus lama, paritas, peregangan uterus
yang berlebihan, oksitosin drip, dan anemia ( Cunningham, 2010). Berikut adalah factor yang
mempengaruhi perdarahan postpartum:
a. Partus lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan
lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama menyebabkan terjadinya inersia uteri yaitu,
keadaan yang menunjukkan kontraksi rahim melemah atau kekuatan kontraksi rahim
tidak sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim. Hal ini dapat mengakibatkan
kelelahan pada otot-otot uterus sehingga rahim berkontraksi lemah setelah bayi lahir
b. Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan postpartum.
Paritas satu dan paritas lebih dari tiga mempunyai angka kejadian perdarahan
postpartum paling tinggi. Pada paritas satu, ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil
dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Pada paritas lebih dari tiga, perdarahan postpartum dapat disebabkan karena fungsi
reproduksi yang mengalami penurunan.
c. Peregangan uterus
Peregangan uterus disebabkan oleh kehamilan ganda, polihidramnion, dan
makrosomia. Sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu
berkontraksi segera setelah plasenta lahir sehingga sering menyebabkan perdarahan
postpartum.
d. Oksitosin drip
Stimulasi dengan oksitosin drip dengan pemberian dosis yang tinggi dapat
menyebabkan tetania uteri terjadi trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan serta inversion uteri
e. Anemia
Kadar haemoglobin <11 gr/dl akan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan
darah. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai
penyebab langsung perdarahan postpartum.
f. Usia
Ibu yang hamil berumur < 20 tahun dan > 35 tahun lebih beresiko mengalami
perdarahan pasca persalinan. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun lebih berisiko
karena rahim dan panggul ibu belum siap bereproduksi dengan baik, sehingga perlu
diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan kehamilan yang bisa
berakibat terjadinya komplikasi persalinan. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada
usia lebih dari 35 tahun kurang siap untuk menghadapi kehamilan dan persalinan
cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, mioma uterus
persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya (Megasari M, 2013).
g. Jarak kehamilan
Idealnya jarak kehamilan adalah lebih dari 2 tahun (2-5 tahun). Pengaturan jarak
kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih siap dalam
menerima dan siap untuk memiliki anak. Jarak kehamilan harus dihindari antara lain
4T yaitu : terlalu muda untuk hamil ( 3 orang berisiko tinggi), terlalu dekat jarak
kehamilan.

1.6 Tanda dan Gejala Perdarahan Postpartum


Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus menerus dan keadaan pasien secara
berangsur-angsur menjadi semakin jelek ditandai dengan perubahan tanda-tanda vital seperti
denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah menjadi pucat
dan dingin, nafas sesak, terengah-engah, berkeringat, dan akhirnya koma bahkan sampai
meninggal. Situasi yang berbahaya apabila denyut nadi dan tekanan darah hanya
memperlihatkan sedikit perubahan karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler.
Kemudian fungsi kompensasi tidak dipertahankan lagi, akan terjadi perubahan tanda vital
seperti denyut nadi meningkat dengan cepat, tekanan darah tiba-tiba menurun, pasien dalam
keadaan syok. Uterus bisa saja terisi darah dalam jumlah yang banyak meskipun dari luar
hanya terlihat sedikit (Oxorn & Forte, 2010).
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil, derajat
hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan. Gambaran perdarahan
postpartum yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk
mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan
banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, dan lain-lain (Nurhayati, 2019).

1.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana ini terdiri dari tatalaksana awal diantaranya meminta bantuan, memasang
jalur intravena dengan kateter ukuran besar, mencari etiologic dan melakukan masase uterus.
Langkah selanjutnya yaitu memberikan obta-obatan berupa preparat uterotonika, diantaranya
oksitosin, metilergometrin, dan ,isoprostol. Setelah memberikan obta-obatan, langkah
selanjutnya adalah memberikan tatalaksana konservatif non bedah, seperti menyingkirkan
factor sisa plasenta atau robekan jalan lahir, melakukan kompresi bimanual atau komresi
aorta abdominal, serta memasang tampo uterus vagina dan kondom kateter. Langkah
selanjutnya dari tatalaksana perdarahan postpartum adalah melakukan tatalaksana konservatif
bedah, yakni metode kompresi uterus dengan Teknik B-Lynch, devaskularisasi system
perdaraahn pelvis, atau embolisasi arteri uterine dengan radiologi intervensi. Langkah
terakhir adalah melakukan histerektomi subtotal atau total.

DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.uhn.ac.id/index.php/eksakta/article/download/51/188/585
http://repository.unimus.ac.id/4199/4/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai