Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

HEMORAGIK POST PARTUM

Disusun oleh:

KELOMPOK

EDWIN 190

SULASTRI 19028

PRODI DIII KEPERAAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan penyakit hemoragil post
partum. Penilisan asuhan keperawatan ini dilakukan demi memenuhi tugas mata kuliah Gadar

Penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dan ikut terlibat dalam
proses penyusunan makalah ini. Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Kendari, 16 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar.................................................................................................... i

Daftar isi.............................................................................................................. ii

BAB 1: PENDAHULUAN

Latar belakang..................................................................................................... 1

Rumusan Masalah...............................................................................................2

Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Konsep Medis...................................................................................................... 4
B. Konsep keperawatan.............................................................................................6

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang masif dan berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya juga merupakan salah satu penyebab
kematian ibu di samping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus (Prawirohardjo, 2012). Faktor
resiko terjadinya perdarahan postpartum yaitu: usia, paritas, janin besar, riwayat buruk persalinan
sebelumnya, anemia berat, kehamilan ganda, hidramnion, partus lama, partus presipitatus,
penanganan yang salah pada kala III, hipertensi dalam kehamilan, kelainan uterus, infeksi uterus,
tindakan operatif dengan anastesi yang terlalu dalam (Lestrina, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa penyebab utama perdarahan


postpartum adalah retensio plasenta yaitu sebesar 53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%,
atonia uteri 14,6% dan inversio uteri sebesar 2,4% (Dina, 2013). Begitu pula penelitian di RSUD
Kanjuruhan Kepanjen Malang pada tahun 2013 kejadian perdarahan postpartum sebesar 115 dari 356
persalinan (Annisa, 2014).

B. Rumusan Maasalah
Bagaimana proses asuhan keperawatan ..

C. Tujuan
untuk mengetahui prosses asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Hae moragic
Post ParPost Partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu ( Saleha, 2009).
Haemoragic post partum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III
selesai (setelah plasenta lahir) ( Wiknjosastro, 2007 ).Perdarahan postpartum ada kalanya
merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita
jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus
menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang
mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Mochtar, 1995).

etiologi Kondisi dalam persalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan karena
tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kainalas tidur.Sehingga penentuan
untuk perdarahan dilakukan setelah bayi lahir dan penentuan jumlah perdarahandilihat dari
perdarahan lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital (Abdul
Bari ,2002)

2. Etiologinya (Amru Sofian, 2012)adalah :


1. Atoni uteri Dilihat dari faktor predisposisinya : umur, paritas, partus lama dan partus
terlantar, obstetric operatif dan narkosa, uterus terlalu regang dan besar, miomia uteri,
malnutrisi Atoni uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi dengan baik
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban
3. Jalan lahir : robekan pertonium, vagina serviks, forniks, dan rahim
4. Penyakit darah Kelainan pembekuan darah sering dijumpai pada perdarahan yang banyak,
solusio plasenta, kematian janin yang lama dalam kandungan, pre-eklamsia dan eklamsi,
infeksi, hepatitis, dan septic syok. Perdarahan postpartum juga bisa sebagai akibat
kegagalan koagulasi seperti eklampsia berat, perdarahan antepartum, cairan ketuban
embolus, kematian janin intrauterine atau sepsis
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisnya adalah suhu meningkat lebih dari 3.80o c, air ketuban keruh kecoklatan
dan berbau, leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan atau lebih dari 20.000/mm3
dari persalinan (Arief Mansjoer, 1999). Gejala-gejala perdarahan post partum (Sulaiman
Sastrawinata, 2005) adalah :

1. Perdarahan pervaginam

2. Jonsistensi rahim lunak

3. Fundus uteri naik (jika pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah atau selaput
janin)

4. Tanda-tanda syok

4. Patofisiolog
Penyebab utama perdarahan post partum disebabkan kelainan kontraksi uteri adalah
atonia uteri. Atoni uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi dengan baik
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.Pada keadaan yang normal, miometrium bisa
berkontraksi sehingga menempatkan pembuluh darah robek dan mengontrol kehilangan darah
sehingga
mencegah perdarahan yang cepat dan berbahaya (Winkyosastro, 2007). Perdarahan dapat
terjadi meskipun rahim baik kontrak dan kurangnya jaringan ditahan, maka trauma pada jalan
lahir atau trauma genitalia dicurigai (Winkyosastro, 2007). Pada trauma atau laserasi jalan
lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim.Keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi. Laserasi jalan lahir
biasanya terjadi karena persalinan secara operasi termasuk seksio sesaria, episiotomy,
pimpinan persalinan yang salah dalam kala uri, persalinan pervaginam dengan bayi besar, dan
terminasi kehamilan dengan vacuum atau forcep dengan cara yang tidak benar. Keadaan ini
juga bisa terjadi secara spontan akibat rupture uterus, inverse uterus, perlukaan jaan lahir, dan
vaginal hematom. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan
menyebabkan hematom. Perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena
tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Hematoma
biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan
perineum (Cunningham, 2005)
5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien perdarahan post partum (Dr. Sardjito, 2000) adalah :

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk.
b. Pemeriksaan golongan darah dan tes antibody harus dilakukan sejak periode antenatal
c. Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu
pembekuan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau
radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG dapat Resiko
syok hipovolemik Intoleransi aktifitas dan deficit perawatan diri Kekurangan volume
cairan 19 membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta.
3. USG pada periode antenatal
dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang memiliki
faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa.
Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensivitas dan spesifitas dalam diagnosis
plasenta akreta dan variannya
6. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis Berbagai intervensi medis untuk wanita yang mengalami
perdarahan pascapartum awal bergantung pada penyebab perdarahan.Pada umumnya
perdarahan pascapartum awal akibat atonia uterus ditangani dengan masase fundus uterus
dengan agens oksitosin.Jika perdarahan terjadi akibat laserasi atau tetinggalnya fragmen
plasenta, klien dapat dikembalikan keruang pelahiran untuk perbaikan laserasi atau
evakuasi fragmen plasenta dari uterus (Bobak, 2005). Perdarahan yang menetap akibat
uterus yang lembek dapat diatasi dengan melakukan kompresi bimanual pada uterus.
Kepalan tangan diletakkan di forniks anterior vagina dan didorong kearah dinding depan
uterus. Dengan tangan satunya praktisi memegang dinding belakang uterus melalui
dinding abdomen.Prosedur kompresi bimanual ini sering kali dapat mengontrol aliran
perdarahan sampai pemberian oksitosin tambahan menghasilkan kontraksi miometrium
yang efektif. Atoni uterus yang sulit ditangani dapat merespon Metilergonovin 0,2 mg IM
dan prostaglandin 1,0 mg Intramiometrium. Obat ini cara paling efisien untuk menekan
tempat perdarahan, mengepak uterus dengan kasa, suatu prosedur yang dianggap berguna
untuk meningkatkan hemostasis dalam kasus seperti itu, saat ini jarang digunakan.
(Bobak, 2005)
2. Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawatan perdarahan post partum
(Amin Huda, dkk, 2013 ) adalah
a. Resusitasi Cairan
b. Transfuse Darah Transfuse darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus
berlanjut dan diperkirakan akan melebihi 2.00 mL atau keadaan klinis pasien
menunjukan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat
7. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum (Sulaiman Sastrawinata, 2005 adalah :
a. Sindrom Sheehan Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan sindrom
Sheehan yaitu : kegagalan laktasi, amenor, atrofi payudara, rambut rontok pubis dan
aksila, superinvolusi uterus, hipotiroid dan infusiensi korteks adrenal.
b. Diabetes insipidu
Perdarahan banyak pasca persalinan dapat mengakibatkan diabetes insipidus
tanpa disertai defisiensi hipofisis interior Komplikasi yang paling berat dari
perdarahan postpartum primer adalah syok.Bila terjadi syok yang berat dan pasien
selamat, komplikasi lanjutan adalah anemia dan infeksi dalam nifas.Infeksi dalam
keadaan anemia biasa berlangsung berat sampai sepsis.Pada perdarahan yang disertai
pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ-organ seperti
gagal ginjal mendadak. Pada sebagian penderita terjadi komplikasi lambat dalam
bentuk sindrom Sheehan (TMA Chalik, 1998).

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Pengkajian primer hemoragic post partum
a. Airway
a) Jalan napas bersih
b) Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
c) Tidak ada jejas badan daerah dada
b. Breathing
a) Distess pernafasan : pernafasan cuping hidung,takipneu/bradipneu,retraksi.
b) Menggunakan otot aksesoris pernafasan
c) Kesulitan bernafas : diaforesis,sianosis
d) Peningkatan frekuensi napas
e) Kelemahan otot pernapasan
c. Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah,latergi,takikardi
b) Edema
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas,gelisah
d) Akral dingin
e) Takikardi
f) Kulit pucat,sianosis
g) Urin output menuru
h) Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran,reaksi pupil.

2) Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
lain,juga berguna untuk Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis ketosidosis dan menyingkirkan kemungkinan penyakit
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,meliputi pemeriksaan:

1. Status kesehatan umum


Perlu dikaji tentang kesadaran klien,kecemasan,gelisah,kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi,frekuensi pernapasan yang meningkat,penggunaan otot-
otot pembantu pernafasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
2. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar,kering,kelainan pigmentasi,turgor
kulit,kelembapan,mengelupas atau berisik,perdarahan,pruritus,ensim,serta
adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut dkaji warna
rambut,kelembaban dan kusam. Terdapat suara fesikuler yang meningkat
disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih 3x inspirasi,dengan
bunyi pernafasan dan wheezing.

3. Thorak
a. Inspeksi
Dada di isnpeksi terutama postur bentuk dan kesimetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis,sifat
dan irama pernafasan serta frekuensi pernafasan.
b. Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan,ekspansi dan taktil fremitus.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d. Auskultasi
4. Sistem pernafasan
a. Mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
b. Frekuensi pernafasan meningkat
c. Otot-otot bantu pernafasan hipertofi.
d. Bunyi pernafasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
e. Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang dari pada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f. Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
a) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
b) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-
otot bantu nafas (antar iga,sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal,supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
c) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest),sianosis.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah meningkat,nadi juga meningkat
b. Pada pasie yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
a) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul plusus paradoksus dimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih.
b) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menururn, gangguan
irama jantung.

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Nurarif dan Hardhi 2015 yaitu :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume secara aktif
akibat perdarahan.
2) Ganguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan , infiltrasi)
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis
cairan tubuh, penurunan Hb,
4) Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan proses penyakit.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume secara aktif akibat
perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan
volume cairan selama dalam perawatan Kriteria hasil :
a. Turgor kulit baik (elastis)
b. Intake dan output dalam rentang normal
c. TTV dalam rentang normal

Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran, ukur volume darah yang keluar melalui
perdarahan.
R/untuk membantu perkiraan keseimbangan cairan pasien.
b. Hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan pada daerah yang
mengalami perdarahan.
R / untuk menghindari perdarahan yang berlebihan.
c. Pantau TTV
R / agar dapat mengindikasikan devisit volume cairan.
d. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler, kaji turgor kulit dan kelembaban
membran mukosa.
R / untuk mengetahui tanda dehidrasi
e. perhatikan keluhan haus pada pasien
R / untuk mengetahui perubahan status cairan atau elektrolit.
f. Kolaborasi berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi.
R / untuk mengembalikan kehilangan darah
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agens cidera fisik Tujuan :
Dalam perawatan 1 x 24 jam, nyeri klien dapat berkurang atau hilang Kriteria hasil :
a. Klien tidak meringis kesakitan
b. Klien menyatakan nyerinya berkurang
c. Ekspresi muka dan tubuh rileks Intervensi :
d. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif : termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas nyeri
R / untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
e. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
R / untuk mengetahui reaksi non verbal pasien
f. Ajarkan teknik non farmakologi : napas dalam, distraksi dan kompres hangat
R / untuk mengurangi nyeri
g. Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
R / untuk mengurangi nyeri
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
R / untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan tidak adekuatnya pertahanan tubuh/sistem imun.
Tujuan yang akan dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
a. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam pencegahan infeksi.
b. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung
normal. Intervensi:
c. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan untuk
melakukan hal yang sama.
R/ untuk mencegah terjadinya infeksi silang.
d. Jaga personal hygine klien dengan baik.
R / untuk menurunkan atau mengurangi adanya organisme hidup.
e. Monitor temperatur atau suhu tubuh pasien
R/ untuk meningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
f. Kaji semua system tubuh untuk melihat tanda-tanda infeksi.
R / untuk mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi,
g. Kolaborasi pemberian antibiotik bila diindikasikan
R/ untuk adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotic yang dapat diberikan
dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
4. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan agens cidera fisik Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasiendapat
meningkatkan kemampuan mobilisasi fisik,sesuai kemampuan. Kriteria hasil yaitu:
a. Klien dapat melakukan aktifitas ditempat tidur
b. Klien mengerti tujuan dan peningkatan mobilisasi fisik.
c. Klien mampu mengungkapkan perasaan dalam meningkatkan kemampuan
berpindah.

Intervensi :
a. Kaji TTV dan derajat mobilisasi pasien.
R / mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b. Bantu klien mulai latihan gerak dari posisi duduk.
R / untuk meningkatkan mobilisasi pasien secara bertahap.
c. Anjurkan klien untuk tidur kembali jika saat duduk terasa nyeri.
R/ mencegah terjadinya redressing.
d. Anjurkan klien untuk merubah posisi 2 jam sekali.
R / agar luka pasien tidak terinfeksi dan mencegah terjadinya komplikasi.

D. IMPLEMENTASI kEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan
secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu, kemampuan tekhnik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan evaluasi. Tahap pelaksanaan
keperawatan meliputi: fase persiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan keluarga.
Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Post Partum Post Partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu ( Saleha, 2009).
2. Haemoragic post partum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III
selesai (setelah plasenta lahir) ( Wiknjosastro, 2007 ).Perdarahan postpartum ada kalanya
merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita
jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi
terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak
yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Mochtar, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Taylor chyintia.2011, diagnosis keperawatan.EGC :jakarta


WHO, 2017.perdarahan post partum online http// depyulianti blogspot. com.
Wulanda, 2015.biologi reproduksi.EGC :Jakarta
Sinclair constance,2010. Buku saku kebidanan.EGC : Jakarta.
Reader Martin,2002. Keperwatan maternitas.EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai