OLEH :
RADHIYATAN MARDHIYAH (720200053)
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. dr. Yusrawati, SpOG(K)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Rupture Uteri”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah Kegawatdaruratan dalam Kebidanan dan Neonatal.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, dengan ini saya mengucapkan terima kasih .
Saya mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan
dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat .
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................
BAB II KAJIAN TEORITIS
A Definisi Rupture Uteri..................................................................................
B. Etiologi Rupture Uteri..................................................................................
C. Klasifikasi Rupture Uteri.............................................................................
D. Tanda dan Gejala Rupture Uteri..................................................................
F. Patofisiologi Rupture Uteri ………………………………………………..
G. Penatalaksanaan Rupture Uteri....................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Ibu bersalin merupakan
seorang yang sedang berjuang, bila karena suatu hal tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa
meninggal selama proses persalinan berlangsung. Lebih dari separuh jumlah kematian ibu terjadi
dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan
darah. Perdarahan hebat adalah penyebab yang paling utama dari kematian ibu di seluruh dunia.
Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan
postpartum, namun akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan
akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.Perdarahan postpartum primer adalah
perdarahan yang terjadi 24 jam pertama, penyebab utama perdarahan post partum primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir terbanyak dalam 2
jam post partum. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah
perdarahan primer yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain
pasien mengeluh lemah, limbung berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah
sistolik <90mmHg, denyut nadi>100x/menit, kadar Hb<8g/dL(Sarwono,2011).
Perdarahan post partum primer apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
perdarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam anak lahir dan pasien dapat mengalami anemia
berkepanjangan. Selain itu juga akan mengakibatkan syok hipovelemik atau syok hemorrhagic
serta mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat dari trauma jalan lahir. Beberapa
pencegahan dapat dilakukan dengan deteksi secara dini komplikasi dan penyulit persalinan dan
nifas (fadlun,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu rupture uteri?
2. Apa etiologi dari rupture uteri?
3. Apa klasifikasi rupture uteri?
4. Apa tanda dan gejala rupture uteri?
5. Apa patofisiologi rupture uteri?
6. Bagaimana penatalaksanaan rupture uteri?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian rupture uteri
2. Untuk mengetahui etiologi dari rupture uteri
3. Untuk mengetahui klasifikasi rupture uteri
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala rupture uteri
5. Untuk mengetahui patofisiologi rupture uteri
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan rupture uteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Haemorragic Post Partum (HPP) atau Perdarahan Post Partum adalah perdarahan setelah
bayi lahir yang volumenya melebihi 500 ml. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan
menentukan jumlah perdarahan yang terjadi karena bercampur dengan air ketuban dan serapan
pakaian atau kain alas tempat tidur.
Oleh sebab itu maka batasan operasional untuk periode pasca persalinan adalah setelah
bayi lahir. Sedangkan tentang jumlah perdarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang lebih
dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda vital (Sarwono; 2001) seperti:
B. Etiologi
1. Atonia uteri
Faktor Predisposisi Terjadinya Atonia Uteri adalah :
3) Partus lama
4. Penyakit darah
2. Solusio Plasenta
C. Klasifikasi
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
1. Menurut waktu terjadinya
a. Ruptur uteri Gravidarum
1) Waktu sedang hamil
2) Sering lokasinya pada korpus
b. Ruptur Uteri Durante Partum
1) Waktu melahirkan anak
2) Ini yang terbanyak
2. Menurut lokasinya
a. Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah
mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
b. Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit
dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan
akhirnya terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
c. Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsipal
atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
d. Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina
3. Menurut robeknya peritoneum
a. Ruptur uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut
peritoneumnya ( perimetrium ) ; dalam hal ini terjadi hubungan langsung
antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis
b. Ruptur uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek
peritoneumnya. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke
lig.latum
4. Menurut etiologinya
a. Ruptur uteri spontanea
Menurut etiologinya dibagi 2 :
1) Karena dinding rahim yang lemah dan cacar
a) bekas seksio sesarea
b) bekas miomectomia
c) bekas perforasi waktu keratase
d) bekas histerorafia
e) bekas pelepasan plasenta secara manual
f) pada gravida dikornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis
g) kelainan kongenital dari uteruspenyakit pada rahim
h) dinding rahim tipis dan regang ( gemelli & hidramnion )
2) Karena peregangan yang luarbiasa dari rahim
a) pada panggul sempit atau kelainan bentuk dari panggul
b) janin yang besar
c) kelainan kongenital dari janin
d) kelainan letak janin
e) malposisi dari kepala
f) adanya tumor pada jalan lahir
g) rigid cervik
h) retrofleksia uteri gravida dengan sakulasi
i) grandemultipara dengan perut gantung ( pendulum )
j) pimpinan partus salah
b. Ruptur uteri violent
Karena tindakan dan trauma lain :
1) Ekstraksi forsipal
2) Versi dan ekstraksi
3) Embriotomi
4) Braxton hicks version
5) Sindroma tolakan
6) Manual plasenta
7) Kuretase
8) Ekspresi kristeller atau crede
9) Trauma tumpul dan tajam dari luar
10) Pemberian piton tanpa indikasi dan pengawasan
5. Menurut simtoma klinik
a. Ruptur uteri Imminens ( membakat = mengancam
b. Ruptur Uteri ( sebenarnya )
E. Patofisiologi
1. Ruptur uteri spontan.
Ruptur uteri ini terjadi secar spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut).
Faktor pokok disini adalah bahwa persalinan tidak dapat berjalan dengan baik
karena ada halangan misalnya: panggul yang sempit, hidrosefalus, janin yang
letak lintang, dll. Sehingga segmen bawah uterus makin lama makin diregangkan.
Pad suatu saat regangan yang terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan
miometrium, maka terjadilah ruptur uteri.
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri adalah
multiparitas, stimulus oksitosin, dll.Disini ditengah-tengah miometrium sudah
terdapat banyak jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi
kurang, sehingga regangan lebih mudah menimbulkan robekan.
Pada persalinan yang kurang lancar, dukun-dukun biasanya melakukan
tekanan keras kebawah terus-menerus pada fundus uterus, hal ini dapat menambah
tekanan pada segmen bawah uterus yang sudah regang dan mengakibatkan
terjadinya ruptur uteri.Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlalu tinggi /
indikasi yang tidak tepat bisa menyebabkab ruptur uteri.
2. Ruptur uteri traumatic.
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh,
kecelakaan.Robrkan ini yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang
terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar.Yang
lebih sering terjadi adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta.Disini
karena dystosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal
untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptur uteri.
Hal itu misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan
bertentangan dengan syarat. Kemungkinan besar yang lain adalah ketika
melakukan embriotomi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri
dengan tangan untuk mengetahui terjadinya ruptur uteri.
3. Ruptur uteri pada luka bekas parut.
Diantar parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio
sesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptur uteri dari pada parut bekas seksio
sesarea profunda.Hal ini disebabkan karena luka pada segmen bawah uterus yang
menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh
dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptur uteri pad bekas parut sesarea
klasik juga lebih sering terjadi pad kehamilan tua sebelum persalinan dimulai,
sedang peristiwa tersebut pada parut bekas seksio sesarea profunda umumnya
terjadi waktu persalinan. Ruptur uteri pasca seksio sesarea bisa menimbulkan
gejala-gejala seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi
tanpa banyak menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi
robekan secara mendadak, melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas luka
menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur uteri. Disini
biasanya peritoneum tidak ikut serta sehingga terdapat ruptur uteri
inkompleta.Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul
perdarahan yang sebagian berkumpul di ligametum dan sebagian keluar.Biasanya
janin masih tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada.Sementar itu
penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan tempet bekas luka.Jika
arteria besar terluka, gejal-gejal perdarahan, anemia dan syok, janin dalam uterus
meningggal pula.
A. Kesimpulan
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim
akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah
riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin
yang sembarangan atau persalinan yang lama serta presentasi abnormal ( terutama
terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ) dengan Tanda dan gejala ruptur
uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu
terjadinya, Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut
etiologinya, dan Menurut simtoma klinik
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mata kuliah
Kegawatdaruratan dalam Kebidanan dan Neonatal sekaligus dapat memahami
materi “Ruptur Uteri”.
DAFTAR PUSTAKA
Chunningham, F., Gary., Gant, F., Norman., Leveno, J., Kenneth., et all. 2011.
Obstetri Williams Edisi 21.. Jakarta: EGC
RSUD Dr. Soetomo. 2001. Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil.
Surabaya: FK. UNAIR
Norwitz, Errol dan Schorge, John. 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi
kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga
Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey
BM.Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. 2003. In: William Manual of
Obstetrics. Edisi. The University of Texas Southwestern Medical Centre at
Dallas.