Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROLAPS UTERI
MK : KEPERAWATAN MATERNITAS
DOSEN : ESTHER HUTAGAOL, Mkep, Ns.Sp.Kep.Mat

DISUSUN OLEH :
NAMA : JEYCHENIA SUPIT
NIM : 01808010054
KELAS : KEPERAWATAN B
SEMESTER : IV

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT ,karena berkat dan rahmatNya penyusun diberi kesehatan sehingga makalah
yang berjudul “Prolaps Uteri” dapat selesai dalam jangka waktu yang telah di tentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah keperawatan maternitas, dimana sumber materi di ambil
dari buku yang relevan guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan digunakan

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu
dan kemampuan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Kotamobagu, 10 Mei 2020

Pensyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………………..
B. TUJUAN………………………………………………………………………………………
C. MANFAAT……………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………
A. DEFINISI………………………………………………………………………………………
B. ETIOLOGI………………………………………………………………………………………
C. TANDA DAN GEJALA………………………………………………………………………
D. KLASIFIKASI…………………………………………………………………………………
E. PATOFISIOLOGI……………………………………………………………………………….
F. PATHWAY……………………………………………………………………………………
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG………………………………………………………………
H. TATA LAKSANA MEDIS…………………………………………………………………….
I. KOMPLIKASI………………………………………………………………………………...
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………………
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PRIORITAS PADA PASIEN
DENGAN PROLAPS UTERI……………………………………………………………………………………..
A. PENGKAJIAN…………………………………………………………………………………..
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………………………………….
C. INTERVENSI KEPERAWATAN………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Prolaps uteri merupakan salah satu bentuk prolaps organ panggul dan merupakan suatu kondisi
jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar melalui vagina sebagai akibat dari kegagalan
ligament dan fasial yang dalam keadaan normal menyangganya prolaps organ panggul merupakan
masalah kesehatan yang umum terjadi dan mengenai hingga 40% wanita yang telah melahirkan dan
berusia diatas 50 tahun. Prolaps uteri menepati urutan kedua tersering setelah cystourethrocele (bladder
and urethral prolapse). (herdianti,2005)
Menurut enelitian WHO tentang kesehatan reproduksi ditemukan kejadian prolaps uteri lebih tinggi
pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tuju dari pada wanita yang mempunyai sat atau dua anak.
Prolaps uteri lebih berpengaruh pada perempuan dinegara-negara berkebang yang perkawinannya pada
usia muda. (mulandari,2011)
Di Indonesia sejak jaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan peranakan terbalik.
Prolaps uteri adalah merupakan keadaan yang sangat jarang terjadi frekuensi kejadian prolaps uteri
sendiri di Indonesia hanya 1% saja kebanyakan terjadi pada usia tua dibandingkan pada usia muda. Hal
ini disebabkan oleh kelemahan dari oto-otot dan struktur fascia pada usia yang lebih lanjut.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui tinjauan teoritis mengenai prolaps uteri dan bagaimana pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan prolaps uteri.

C. MANFAAT

a. Bagi Pembaca

Menambah wawasan bagi pembaca untuk dapat mengutamakan tindakan pencegahan dari
prolaps uteri.

b. Bagi Institusi Pendidikan


Menambah bahan bacaan serta meningkatkan daya pikir dari mahasiswa untuk berpikir
kritis dengan panduan bahan referensi mengenai penyakit prolaps uteri.

c. Bagi Keperawatan

Memberikan pengetahuan tentang tinjauan teoritis mengenai prolaps uteri dan


pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan prolaps uteri sehingga pada
penerapan di lapangan dapat dilaksanakan dengan optimal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Prolaps uteri adalah suatu hernia, dimana uterus turun melalui hiatus genitalis. Prolaps uteri lebih
sering ditemukan pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita yang bekerja berat.
Pertolongan persalinan yang tidak terampil seperti memimpi meneran pada saat pembukaan rahim belum
lengkap, perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat di bawah panggul kendor,
juga dapat memicu terjadinya prolaps uteri.

B. EIOLOGI
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya prolaps uteri antara lain :
1. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit merupakan penyebab
prolaps genitalis dan memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain antara tarikan janin
pada pembukaan belum lenkap. Bila prolaps uteri dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya adalah
kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus (Wiknjosastro, 2007).
2. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan yang lama dan sulit,
meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina pada kala II, penatalaksanaan
pengeluaran plasenta, reparasi otoo-otot dasar panggul yang tidak baik. Pada menopause, hormon
estrogen telah berkurang sehingga otot-otot dasar panggul menjdi atrofi dan melemah (Wiknjosastro,
2007).
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang satu dengan
prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banya keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir sering dijumpai menurut
Wiknjosastro, 2007 :
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
2. Rasa sakit dipinggul dan dan pinggang, biasanya jika penderita bebaring, keluhan menghilang dan
berkurang
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
a) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian lebih berat pada malam
hari
b) Perasan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya
c) Stress incotinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk dan mengejan. Kdang-kadang
dapat terjadi retensia urine pada sistokel yang besar sekali.
4. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a) Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
b) Baru bisa defekasi stelah diadakan tekanan pada rektokel vagina
5. Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita saat berjalan dan beraktivitas
6. Lekores karea kognesti pembuluh darah didaerah serviks dan karena infeksi serta luka pada portio
7. Entrokel dapat menyebabkan persaan berat di rongga panggul dan rasa penuh divagina.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi prolaps uterus menurut Friedman dan Little (1961) antara lain :
1) Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks uteri turun sampai introitus vaginae, prolapsus uteri tingkat II
yaitu serviks menonjol keluar dari intoitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, yaitu seluruh uterus
keluar dari vagina, prolapsus ini juga di namakan prosidensia uteri.
2) Prolapsus uteri tingakat I, yaitu serviks masih berada di dalam vagina, prolapsus uteri tingkat III,
yaitu servik keluar dari introitus, sedang pada prosidensia uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina
3) Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks mencapai intoitus vagina; prolapsus uteri tingkat II, yaitu
uterus keluar dari inkoitus kurang dari setengah bagian; prolapsus uteri tingkat III, yaitu uterus keluar
dari introitus lebih besar dari 1/2 bagian.
4) Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks mendekati prosesus spinosus; prolapsusu uteri tingkat II, yaitu
serviks terdapat antara prosesu spinosus dan introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat III, yaitu
serviks keluar dari introitus.
5) Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi nomor 4, di tambah dengan prolapsus uteri tingkat IV
(prosidensia uteri).

E. PATOFISIOLOGI
Prolapsus uteri terbagi dalam berbagai tingkatan dari yang ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama
akibat persalinan, khususnya persalinan pervaginam yang susah, persalinan lama dan sulit, meneran
sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala 2, pentalaksanaan dan terdapat
kelemahan-kelemahan pada ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endo pelvik, dan reparasi otot-
otot serta fasia dasar panggul. Penurunan uterus ini akan menjadi lebih mudah jika dalam dalam keadaan
tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik terutama apabila hormon estregon telah berkurang
sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.
Kekendoran fasia di bagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetik atau sebab-sebab lain dapat
menyebabkan turunnya rektum ke depan dan menyebabkan dinding vagina menonjol ke lumen vagina
yang di namakan rektokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina atas bagian
belakang menjadi turun dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
F. PATHWAY

- Pertus berulang
- Pertus dengan penyulit
- Pengeluaran plasenta secara
paksa Hormone estrogen berkurang
- Nulipara dengan kelainan bawaan
- Asites, tumor di area pelvis
- Menopause

Kelemahan ligament endopelvic dan obat – obat dasar panggul

Reparasi otot-otot fasia dasar panngul


Tekanan intra abdomen
Otot dasar panggul atrofi / melemah

Prolaps uteri

Grade II Grade III


Grade I Grade IV

Carvik uteri keluar


Cervic uteri turun sampai uterus keluar dari
dari introitus vagina Seluru uterus keluar dari
introitus vagina inkoitus kurang dari vagina/prosidensia
setengah bagian
Terjadi gesekan fisik
(celana dengan uteri dan
Hipertropi dan Elongatio Resiko kursi)
koli pendarahan
keratinisasi infertility
Dekubitus
Resiko Infeksi Histerektomi
Nyeri

Kerusakan integritas kulit Nyeri Akut Ansietas Resiko infeksi


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis prolaps uteri umumnya dengan mudah dapat ditegakkan. Friedman dan Little (1961)
mengajukan pemeriksaan sebagai berikut : penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan
ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah portio uteri pada posisi normal, apakah portio uteri
pada posisi normal, apakah portio dibawah posisi normal, apakah portio sampai introitus vagina, apakah
serviks uteri sudah kelur dari vagina (Wiknjosastro, 2007).
H. TATA LAKSANA MEDIS
Pengobatan cara ini tidak begitu memuaskan tapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada prolaps
uteri ringan tanpa keluhan atau penderita masih ingin mendapatkan anak lagi atau penderita menolak
untuk dioperasi atau kondisinya tidak memungkinkan untuk dioperasi (Wiknjosastro, 2007). Pengobatan
tanpa dioperasi :
a) Latihan otot-otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolaps uteri ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan
yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang
mempengaruhi miksi.
b) Stimulasi otot-otot dengan alat listrik
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya dapat dipasang
dalam pessarium yang dimasukkan ke dalam vagina.
c) Pengobtan dengan pessarium
Pengobatan dengan pessarium ini sebenarnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di
tempatnya selama dipakai. Oleh karena itu, jika pessarium diangkat diangkat, timbul prolaps lagi.
Prinsip pemakaian pessarium adalah mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga
bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bgian bawah.
Penatalaksanaan operatif
Prolaps uteri biasanya disertai prolaps vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolaps uteri,
prolaps vagina perlu ditangani juga. Ada kemungkinan terdapat prolaps vagina yang membutuhkan
pembedahan padahal tidak terdapat prolaps uteri. Beberapa pebedahan yang dilakukan antara lain:
a) Operasi manchester
b) Histeraktomi
c) Kalpoklelsis
Jika pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya cara yang terbaik adalah
dengan :
Pengobatan dengan pessarium ini sebenarnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di
tempatnya selama dipakai. Oleh karena itu, jika pessarium diangkat diangkat, timbul prolaps lagi. Prinsip
pemakaian pessarium adalah mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari
vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bgian bawah.
I. KOMPLIKASI
a. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
b. Dekubitus
c. Hipertropi serviks uteri dan elogasioa koli
d. Gangguan miksi dan stress inkontinesia
e. Infeksi salura kencing
f. Infertilitas
g. Gangguan partus
h. Hemoroid
i. Inkarserasi usus
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Prolaps uteri merupakan salah satu bentuk prolaps organ panggul dan merupakan suatu kondisi jatuh atau
tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar melalui vagina sebagai akibat dari kegagalan ligament
dan fasial yang dalam keadaan normal menyangganya prolaps organ panggul merupakan masalah
kesehatan yang umum terjadi dan mengenai hingga 40% wanita yang telah melahirkan dan berusia diatas
50 tahun. Di Indonesia sejak jaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan peranakan
terbalik.
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya prolaps uteri antara lain :
- Pertus berulang
- Pertus dengan penyulit
- Pengeluaranplasentasecarapaksa
- Nuliparandengankelainanbawaan
- Asites, tumor di area pelvis
- Menopause

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PRIORITAS PADA PASIEN DENGAN PROLAPS


UTERI
A. PENGKAJIAN
1. Data subyektif
a. Biodata
Prolaps uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita
yang bekerja berat. (Wiknjosastro, 2007)
b. Keluhan utama
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual, kadangkala penderita yang satu
dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita
lain dengan prolaps ringan mempunyai banya keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir sering
dijumpai menurut Wiknjosastro, 2007 :
1) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
2) Rasa sakit dipinggul dan pinggang, biasanya jika pendeita berbaring, keluhan menghilang dan
menjadi kurang.
c. Riwayat kebidanan
1) Haid
Awal menstruasi (menarche) pada usia 11 tahun atau lebih muda. Siklus haid tidak teratur,
nyeri haid luar biasa, nyeri panggul setelah haid atau senggama. (Wiknjosastro, 2010:346)
2) Riwayat kehamilan
Faktor resiko yang menyebabkan prolaps uteri jumlah kelahiran spontan yang banyak, berat
badan berlebih riwayat operasi pada area tersebut, batuk dalam jangka waktu yang lama saat
hamil.
3) Riwayat persalinan
Patrus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit merupakan
penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk prolapsyang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah
tarikan janin pada pembukaan belum lengkap. Bila prolaps uteri dijumpai pada nulipara, faktor
penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus
(Wiknjosastro, 2007).
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Eliminasi
Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
(a) Miksi yang sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian lebih berat
pada malam hari
(b) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya
(c) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk atau mengejan.
Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang besar sekali.
Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
(a) Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
(b) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel vagina
2) Aktivitas dan istirahat
Pengeluaran servik uteri dari vulva menggangu penderita saat berjalan dan beraktivitas. Gesekan
portio uteri oleh celana dapat menibulkan lecet hingga dekubitus pada porsio.

2. Data obyektif
a. Keadaan umum lemah
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 – 130/90 mmHg
N : 60-90x/mnt
S : 36,5- 37,5°C
RR : 16-24x/mnt
c. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat dingin bila terjadi syok.
Bila perdarahan konjungtiva tampakanemis. Pada klien yang disertai rasa nyeri klien tampak
meringgis. (Manuaba, 1998 : 410)
2) Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada mulut jika terjadi shock hipovolemik
hebat.
3) Dada dan payudara
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan O2 akibat kadar O2
dalam darah yang tinggi, keadaan jantung tidak abnormal.
4) Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah. Teraba adanya massa pada perut bagian bawah
konsisten keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi kadang-kadang ditemui
nyeri. (Sastrawinata, 1981 : 158)

Pada pemeriksaan bimanual akan terba benjolan pada perut bagian bawah, terletak digaris
tengah maupun agak kesamping dan sering kali teraba benjolan-benjolan dan kadang-kadang
terasa sakit (Wiknjosastro, 2006 : 344)
5) Genitalia
Pada kasus ringan, bagian bawah uterus turun ke puncak vagina dan pada kasus yang sangat
berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium vagina dan berada diluar vagina.
6) Anus
Akan timbul haemoroid, luka dan varices pecah karena keadaa obstipasi akbat penekanan
mioma pada rectum.
7) Ekstremitas
Oedem pada tungkai bawah oleh karena adanya tekanan pada vena cava inferior
(Sastrawinata, 1981 : 159).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. tekanan intraabdominal meningkat
b. Resiko infeksi b.d. adanya luka akibat gesekan massa uterus yang keluar dengan celana

C. RENCANA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. tekanan intraabdominal meningkat

Criteria hasil
Intervensi Ket. Criteria hasil No.1-8

Status kenyamanan (SLKI, Hal 110) Manajemen Nyeri (SIKI, Hal 201)  Menurun >1
 Cukup menurun >2
1. Kesejahteraan fisik Observasi  Sedang >3
2. Kesejahteraan psikologis - Identifikasi lokasi, karateristik,  Cukup meningkat >4
3. Dukungan social dari keluarga durasi, frekuensi, kualitas, Intensitas  Meningkat >5
4. Dukungan social dari teman nyeri
5. Perawatan sesuai keyakinan dan budaya - Identifikasi skala nyeri
6. Perawatan sesuai kebutuhan - Identifikasi respons nyeri non verbal
7. Kebebasan malakukan ibadah Ket. Criteria hasil No.9-25
- Identifikasi factor yang memberat
8. Rileks dan memperingan nyeri  Meningkat >1
9. Keluhan tidak nyaman - Identifikasi pengetahuan dan kelainan  Cukup meningkat >2
10. Gelisah tentang nyeri
11. Kebisingan  Sedang >3
- Identifikasi pengaruh budaya
12. Keluhan sulit tidur  Cukup menurun >4
terhadap respon nyeri
13. Keluhan kedinginan  Menurun >5
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
14. Keluhan kepanasan
kualitas hidup
15. Gatal
- Monitor keberhasilan terapi
16. Mual Ket. Criteria hasil No.26-32
komplementer yang sudah diberikan
17. Lelah
- Monitor efek samping menggunakan
18. Merintih  Memburuk >1
19. Menangis analgetik
 Cukup memburuk >2
20. Iritabilitas  Sedang >3
21. Menyalahkan diri sendiri Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis  Cukup membaik >4
22. Konfusi
23. Konsumsi alcohol untuk mengurangi rasa nyeri  Membaik >5
24. Penggunaan zat - Control lingkungan yang memberat
25. Percobaan bunuh diri rasa nyeri
26. Memori masa lalu - Fasilitasi istirahat dan tidur
27. Suhu ruangan - Pertimbangkan jenis dan sumber
28. Pola eliminasi nyeri dalam pemikihan strategi
29. Postur tubuh meredahkan nyeri
30. Kewaspadaan
31. Pola hidup Edukasi
32. Pola tidur - Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
a. Resiko infeksi b.d. adanya luka akibat gesekan massa uterus yang keluar
dengan celana

Criteria Hasil Intervensi


Tingkat infeksi (SLKI, Hal 139) Pencegahan Infeksi (SIKI, Hal 278) Ket. Criteria hasil No.1-3
1. Kebersihan tangan Observasi
2. Kebersian badan - Monitor tanda dan gejala infeksi  Menurun >1
3. Nafsu makan local dan sistemik  Cukup menurun >2
4. Demam Terapeutik  Sedang >3
5. Kemerahan - Batasi jumlah pengunjung  Cukup meningkat >4
6. Nyeri - Berikan perawatan kulit pada area  Meningkat >5
7. Bengkak edema
8. Vesikel - Cuci tanga sebelum dan sesudah
9. Cairan berbau busuk kontak dengan pasien dan Ket. Criteria hasil No.4-16
10. Sputum berwarna hijau lingkungan pasien
11. Drainase purulen - Pertahankan teknik aseptic pada  Meningkat >1
12. Piuria pasien berisiko tinggi  Cukup meningkat >2
13. Periode malaise Edukasi  Sedang >3
14. Periode mengigil - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
15. Latergi  Cukup menurun >4
- Ajarkan cara mencuci tangan  Menurun >5
16. Gangguan kognitif
dengan benar
17. Kadar sel darah putih
- Ajarkan etika batuk
18. Kultur darah
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
19. Kultur urine Ket. Criteria hasil No.17-22
luka atau luka operasi
20. Kultur sputum
21. Kultur area luka - Anjurkan meningkatkan asupan  Memburuk >1
22. Kultur feses nutrisi
 Cukup memburuk >2
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan  Sedang >3
Kolaborasi  Cukup membaik >4
- Kolaborasi pemberian imunisasi,  Membaik >5
jika perlu

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang mungkin akan muncul :

 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik pada prosedur/luka


Histerektomi.
 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akibat prosedur Histerektomi.

E. RENCANA KEPERAWATAN PACSA PEMBEDAHAN HISTEREKTOMI

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik pada prosedur/luka Histerektomi.
Criteria hasil Intervensi
Tingkat Nyeri (SLKI, Hal 145) Manajemen Nyeri (SIKI, Hal 201)
Ket. Criteria hasil No.1
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
2. Keluhan nyeri Observasi  Menurun >1
3. Merigis sikap protektif - Identifikasi lokasi, karateristik,
 Cukup menurun >2
4. Gelisah durasi, frekuensi, kualitas,
Intensitas nyeri  Sedang >3
5. Kesulitan tidur
- Identifikasi skala nyeri  Cukup meningkat >4
6. Menarik diri
- Identifikasi respons nyeri non  Meningkat >5
7. Berfokus pada diri sendiri
8. Diaphoresis verbal
9. Perasaan depresi (tertekan) - Identifikasi factor yang memberat
10.Perasaan takut mengalami cedera dan memperingan nyeri
Ket. Criteria hasil No.2-17
berulang - Identifikasi pengetahuan dan
11.Anoreksia kelainan tentang nyeri  Meningkat >1
12.Perineum terasa tertekan - Identifikasi pengaruh budaya  Cukup meningkat >2
13.Uterus teraba membulat terhadap respon nyeri
 Sedang >3
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
14.Ketegangan otot  Cukup menurun >4
kualitas hidup
15.Pupil dilatasi  Menurun >5
- Monitor keberhasilan terapi
16.Muntah
komplementer yang sudah
17.Mual
diberikan
18.Frekuensi nadi - Monitor efek samping Ket. Criteria hasil No.16-26
19.Pola napas menggunakan analgetik
20.Tekanan darah  Memburuk >1
21.Proses berpikir Terapeutik  Cukup memburuk >2
22.Focus Berikan teknik non farmakologis
-  Sedang >3
23.Fungsi berkemih untuk mengurangi rasa nyeri  Cukup membaik >4
24.Perilaku - Control lingkungan yang memberat
 Membaik >5
25.Nafsu makan rasa nyeri
26.Pola tidur - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemikihan strategi
meredahkan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akibat prosedur Histerektomi.

Criteria Hasil Intervensi


Tingkat Ansietas (SLKI, Hal 132) Reduksi Ansietas (SIKI, Hal 387) Ket. Criteria hasil No.1-13
1. Verbalisasi kebingungan Observasi
2. Verbalisasi khwatir akibat kondisi - Identifikasi saat tingkat ansietas  Meningkat >1
yang dihadapi berubah  Cukup meningkat >2
3. Perilaku gelisah - Identifikasi kemampuan mengambil  Sedang >3
4. Perilaku tegang keputusan  Cukup menurun >4
5. Keluhan pusing - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal  Menurun >5
6. Anoreksia nonverbal)
7. Palpitasi Terapeutik
8. Frekuensi pernapasan - Ciptakan suasana terapeutik untuk Ket. Criteria hasil No.14-19
9. Frekuensi nadi menumbuhkan kepercayaan
10. Tekanan darah - Teani pasien untuk mengurangi  Memburuk >1
11. Diaphoresis kecemasan, jika memungkinkan  Cukup memburuk >2
12. Tremor - Pahami situasi yang mebuat ansietas  Sedang >3
13. Pucat - Dengarkan dengan penuh perhatian  Cukup membaik >4
14. Konsentrasi
- Gunakan pendekatan yang tenang  Membaik >5
15. Pola tidur
dan meyakinkan
16. Perasaan keberdayaan
- Tempatkan barang pribadi yang
17. Kontak mata
memberikan kenyamanan
18. Pola berkemih
19. Orientasi - Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan menggungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik.


Edisi 1. Tim pokja SDKI DPP PPNI.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
https://id.scribd.com/doc/269534286/Laporan-Pendahuluan-PROLAPSUS-UTERI diakses 9 Mei
2020 Pukul 13:40.
https://id.scribd.com/doc/315323355/Askep-Uterina-Prolaps-Kel-11 diakses 9 Mei 2020 Pukul 17:00.

Anda mungkin juga menyukai