Anda di halaman 1dari 35

PANDUAN SKILLS LAB

DRESSING, BANDAGING, PEMASANGAN BIDAI,


DAN TRANSPORTASI
BLOK 7.1
OCCUPATIONAL HEALTH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
I. TINJAUAN TEORI

DRESSING
Dressing atau pembalutan luka paskaoperasi bertujuan untuk melindungi
daerah operasi dari kotoran. Banyak macam dan jenis balutan, mulai yang paling
konvensional seperti kasa (gauze), sampai balutan yang menyerap eksudat seperti
bahan dari rumput laut bahkan sampai bio ceramic. Komposisi balutanpun ditambah
dengan berbagai macam zat yang berfungsi mengoptimalkan suasana agar
penyembuhan luka dapat berlangsung tanpa komplikasi. Pemakaian antibiotik,
antiseptik, anti perdarahan sampai yang mengandung zat untuk peningkatan oksigen
kedalam jaringan. Secara kosmetik juga berkembang balutan yang mengandung zat
untuk meminimalkan skar post operasi.

Balutan luka sintetik


Balutan luka sintetik semula terdiri dari 2 tipe; pembalutan gauze dan balutan
pasta seperti balutan pasta zinc. Pada pertengahan tahun 1980-an, pembalutan luka
modern pertama diperkenalkan. Karakteristik terpenting dari pembalutan luka yang
ideal : mempertahankan kelembaban dan bersifat menyerap (seperti busa poliuretan,
hidrokoloid) dan mempertahankan kelembaban dan antibakteri (seperti gel yang
mengandung yodium). Selama pertengahan tahun 1990-an, pembalutan luka sintetik
meluas menjadi beberapa kelompok produk berikut:
 vapour-permeable adhesive films
 hidrogel
 hidrokoloid
 alginates
 Balutan luka sintetik
 silicone meshes
 tissue adhesives
 barrier films
 Balutan mengandung perak atau kolagen

2
Balutan luka ideal
Tidak ada balutan tunggal yang dapat dipergunakan untuk semua tipe luka.
Seringkali, sejumlah tipe balutan yang berbeda digunakan selama proses
penyembuhan luka. Balutan seharusnya memenuhi fungsi berikut :
 Mempertahankan lingkungan yang lembab pada permukaan luka/balutan
 Menyerap eksudat yang berlebihan tanpa adanya kebocoran pada permukaan balutan
 Terlindung dari termal dan mempertahankan secara mekanis
 Memberikan proteksi terhadap bakteri
 Adanya pertukaran gas dan cairan
 Menyerap bau luka
 Tidak melekat pada luka dan mudah dibuka tanpa trauma
 Memberikan aksi debridement (mengangkat jaringan mati dan/atau partikel asing)
 Non-toxic, non-allergenik dan non-sensitif (baik bagi pasien dan tenaga medis)
 Steril

Klasifikasi balutan luka


Tabel 1: Klasifikasi balutan luka sintetik secara luas
Tipe Karakteristik
Produk Balutan tradisional yang menutupi
pasif seluruh luka, misalnya balutan gauze
dan tulle
Produk Film polimerik dan bentuk yang lebih
interaktif transparan, permeable terhadap air
dan oksigen, non-permeabel terhadap
bakteri, misalnya asam hialuronat,
hidrogel, balutan busa
Produk Balutan yang mengandung substansi
bioaktif aktif yang berperan dalam perbaikan
luka, misalnya hidrokoloid, alginate,
kolagen, chitosan

3
Tipe luka dan balutan
Tabel 2: tipe perbedaan balutan luka dan karakteristik utamanya.

Tipe balutan Karakteristik Gambar


Gauze Balutan dapat melekat
pada permukaan luka
dan merusak dasar
luka ketika diangkat.
Hanya digunakan
pada luka minor atau
sebagai balutan
sekunder
Tulle Balutan tidak melekat
pada permukaan luka.
Cocok untuk luka
datar dan dangkal.
Berguna pada pasien
dengan luka sensitive.
Contohnya
Jelonet®, Paranet®
Film Lapisan steril dari
semipermeabel poliuretan yang
dilapisi oleh pita
akrilik. Karena
transparan, mudah
mengecek luka.
Cocok untuk luka
dangkal dengan
sedikit eksudat.
Contohnya OpSite®,
Tegaderm®

4
Hidrokoloid Terdiri dari
karboksimetilselulosa
gelatin, pektin,
elastomer dan pelekat
yang berubah menjadi
gel ketika eksudat
diabsorbsi.Hal ini
membentuk suasana
panas dan lembab
yang akan
merangsang
debridement dan
penyembuhan.
Tergantung pada
balutan hidrokoloid
yang dipilih, dapat
digunakan pada luka
dengan sedikit sampai
banyak eksudat, luka
lembab atau
bergranulasi. Tersedia
dalam beberapa
bentuk (adhesive atau
nonadhesif pad, pasta,
bubuk) tetapi lebih
sering sebagai
self-adhesive pads.
Contohnya
DuoDERM®,
Tegasorb®

5
Hidrogel Trutama terdiri atas
air dalam jaringan
kompleks atau fiber
yang
mempertahankan
keutuhan gel polimer.
Air dilepaskan untuk
menjaga agar luka
tetap lembab.
Digunakan untuk luka
nekrotik atau lembab
untuk rehidrasi dan
mengangkat jaringan
mati. Tidak
digunakan untuk luka
eksudat moderat
sampai berat. Contoh
Tegagel®, Intrasite®
Alginat Terdiri atas kalsium
alginate (komponen
rumput laut). Ketika
kontak dengan luka,
kalsium dalam
balutan diubah
menjadi natrium dari
cairan luka dan hal ini
akan mengubah
balutan menjadi
bentuk gel yang
mempertahankan
suasana lembab
luka. Baik untuk luka
dengan eksudat dan

6
membantu dalam hal
debridement luka
lembab. Tidak
digunakan pada luka
dengan sedikit
eksudat karena dapat
menyebabkan suasana
kering dan krusta.
Balutan sebaiknya
diganti setiap hari.
Contohnya
Kaltostat®, Sorbsan®
Busa Didesain untuk
poliuretan mengabsorbsi
atau silikon sejumlah besar
eksudat.
Mempertahankan luka
dalam suasana
lembab tetapi tidak
berguna seperti
alginate atau
hidrokoloid untuk
debridement.
Tidak digunakan pada
luka dengan sedikit
eksudat karena dapat
menyebabkan suasana
kering dan krusta.
Contohnya Allevyn®,
Lyofoam®

7
Hidrofiber Balutan lembut non-
woven pad atau
plester yang terbuat
dari fiber natrium
karboksimetilselulose.
Berinteraksi dengan
drainase luka untuk
membentuk suatu gel
lunak. Mengabsorpsi
eksudat dan
memberikan suasana
lembab di bagian
dalam luka.
Kolagen Balutan berasal dari
pad, gel atau partikel.
Merangsang deposit
baru kolagen pada
dasar luka.
Mengabsorpsi eksudat
dan menciptakan
suasana lembab.

Perbedaan tipe luka dan perbedaan tingkat penyembuhan luka memerlukan pembalutan yang
berbeda atau kombinasi pembalutan.

Tabel 3: balutan yang sesuai untuk tipe luka tertentu.

Tipe luka Tipe balutan Contoh


Bersih, medium  Paraffin gauze
sampai banyak  Knitted viscose
eksudat primary
(epithelialising) dressing

8
Bersih, kering,  Absorbent
sedikit eksudat perforated
(epithelialising) plastic film-
faced dressing
 Vapour-
permeable
adhesive film
dressing

Bersih, exudasi  Hidrokoloid


(granulating)  Busa
 Alginat

Slough-covered  Hirokoloid
 Hidrogel

Kering,  Hidrokoloid
nekrotik  Hidrogel

Pembalutan mungkin memerlukan balutan sekunder seperti absorben pad dan plester.

Efek samping balutan


Balutan luka dapat menyebabkan masalah, termasuk:
 Maserasi (kelembaban) kulit di sekitarnya (sering ganti balutan dan gunakan lebih
banyak balutan absorben)
 Dermatitis kontak iritan (melindungi kulit dengan emolien atau film barier)
 Dermatitis kontak alergik (jarang : ganti tipe balutan, oleskan steroid topical)

9
Tabel 4: Tipe luka dan pilihan balutan

Tipe luka Pilihan balutan Review


times
Luka nekrotik Moisture retention 3-4 hari
kering misalnya hidrokoloid,
semi permeabel
Slough – covered Moisture retention dan 3-4 hari
wounds absorpsi cairan misalnya
hidrokoloid, alginat
Luka terinfeksi Hindari balutan 1-2 hari
semiterbuka.
Pertimbangkan alginat
atau hidrokoloid bila
banyak eksudat
Graze, abrasions – Film, tulle, lapisan 2 hari
clean terfiksasi atau lapisan
kering
Graze, abrasions – Kering atau tulle 2 hari
soiled
Luka tusuk atau Terbuka atau kering 2 hari
gigitan
Laceration - Terbuka atau kering, 3-7 hari
suturedLacerations pertimbangkan paper
tape support setelah
pengangkatan jahitan
Luka bakar minor Film, medicated tulle, 4-5 hari
fixation sheet visual
review leave
dressing on
if healing
see

10
Luka bakar mayor Plastic wrap terutama Pemeriksaan
atau memerlukan untuk pemeriksaan rawat inap
rawat inap surgical, medicated tulle
misalnya area luka
bakar kronis
special
Luka kronis Hidrokoloid, alginat, 5 hari
misalnya ulkus, busa
PEG sites dll

Pemilihan balutan
Pemilihan balutan didasarkan kepada:
 Jenis luka
 Ukuran luka
 Lokasi luka
 Kebersihan luka
 Produktifitas luka
 Komplikasi penyerta
 Ketersediaan bahan
 Finansial

Secara umum, pemilihan balutan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5: pemilihan balutan

Tipe balutan Contoh Keuntung Kerugian Indikasi Kontraindi


an kasi
Film poliuretan OpSite, Evaporasi Eksudat Luka superfisial Luka dengan
transparan semi- Tegaderm kelembaba tergenang, Sebagai balutan banyak
permeabel – tipis, n, dapat sekunder eksudat
melekat, Menguran traumatik.
gi nyeri.

11
Barrier
terhadap
kontamina
si
eksternal.
Mudah
terlihat.
Non adherent Moist Jelonet, Melekat Tidak Luka Alergi
(Tulle Gras Dressing) Unitulle pada luka. mengabsorpsi bakar.Penyemb
– Gauze ditambah Bactigras, Suasana eksudat.Mem uhan luka
paraffin atau zat Sofra-Tulle lembab erlukan dengan tujuan
serupa. Dapat membantu balutan sekunder
ditambahkan dengan penyembu sekunder.
antiseptic atau han Dapat
antibiotic merangsang
alergi atau
memperlamba
t
penyembuhan
ketika terisi
paraffin atau
zat serupa
Film plastic Melolin, Perlekatan Tidak cocok Luka dengan Luka kering
berlubang tipis Melolite, luka pada luka eksudat moderat (dapat
kering, non adherent Tricose ringan. dengan menyebabka
melekat pada pad Dapat eksudat n dehidrasi
absorben mengabsor banyak. Dapat jaringan)
psi sedikit mongering
eksudat dan
menempel
pada luka.
Memerlukan
balutan

12
sekunder.
Fixation SheetPorous Fixomull, Dapat Balutan perlu Luka dengan Luka
polyester fabric Hypafix, digunakan dibasuh sabun eksudat ringan, terinfeksi
dengan adhesive Mefix secara dan water pat- tidak perlu alergi
backing langsung dried 2 kali sering control terhadap
di tempat sehari.Memerl plester
luka. ukan olesan
Mengikuti minyak
kontur sebelum
tubuh, diangkat,
mengurang idealnya
i nyeri dan direndam
mengontro dalam minyak
l edema, dan
Permeabel dibungkus
hingga film melekat
eksudat semalaman.
mudah
keluar dan
luka
mongering.
Ganti
balutan
setelah 5-7
hari.
Natural Kalsium Kaltostat Membentu Memerlukan Luka eksudativa Luka kering
Alginat polisakarida k gel pada balutan moderat atau atau jaringan
dari rumput laut luka dan sekunder. tinggi parut keras
melembab Tidak eksudat.Perlu
kan. direkomendas untuk
Menguran ikan pada hemostasis
gi nyeri. infeksi
Dapat anaerob

13
membungk Gel dapat
us dikelirukan dg
ruang.Abs slough atau
orbenpada pus dalam
luka luka.
eksudatif.
Merangsan
g
hemosasis
Allergenik
rendah.
Foam PolyMem Lembab, Ukuran busa Luka dengan Luka
DressingsPolyuretha absorben terbatas eksudat ringan kering.Luka
ne foam dressing tinggi dan terhadap sampai moderat. yang perlu
dengan layer protektif ukuran luka. control yang
incorporated sering.

BANDAGING dan PEMBIDAIAN

Balutan (Bandaging) adalah suatu tindakan membatasi gerakan tungkai


menggunakan bahan yang terbuat dari kain. Balutan akan memberikan efek immobilisasi
parsial pada tungkai. Balutan juga berfungsi sebagai alat untuk mengurangi atau mencegah
pembengkakan pada tungkai cedera, menghentikan perdarahan, dan untuk memegang alat
untuk mengimmobilisasi tungkai seperti bidai.

Tujuan Pembalutan
Terdapat lima tujuan pembalutan:
1. Untuk mengkompres atau menyokong bagian tubuh yang cedera.
2. Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya edema pada tungkai yang cedera.
3. Untuk melindungi luka dari kontaminasi.
4. Untuk memegang kassa atau bidai.
5. Untuk membantu mempertemukan pinggir luka.

14
Prinsip pembalutan
Prinsip – prinsip pembalutan
1. Balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat dapat mengganggu sirkulasi
2. Jangna terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas
3. Bila ada keluhan balutan terlalu erat hendaknya sedikit dilonggarkan tapi tetap rapat,
kemudian evaluasi keadaan sirkulasi
4. Syarat – syarat pembalutan
5. Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa batas fungsi bagian
tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan
6. Tersedian bahan – bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan, bentuk besarnya
bagian tubuh yg akan dibalut.
Macam – macam pembalut
1. Pembalut segitiga (mitella)
Terbuat dari kain tipis, lemas, kuat, biasanya berwarna putih. bentuk segitiga sama
kaki-tegak lurus dengan panjang aki – kakinya 90cm – 100cm (40 inch). cara
memakainya bisa dilebarkan atau dilipat – lipat sehingga berbentu seperti kain
pramuka.
Terdapat 3 maam pembalut segitiga :
a. segitiga biasa
b. segitiga plantenga
c. segitiga funda
penggunaannya bisa untuk pembalut biasa, torniquet, penahan bidai atau penyangga
(sling).

Teknik pembalutan
1. Pembalut segitiga
a. Untuk kepala
b. Untuk pembungkus kepala/penahan rambut
c. Untuk fiksasi cedera tulang/sendi pada wajah
d. Untuk pembalut mata/telinga/perdarahan temporal
e. Untuk pembalut sendi bahu, sendi panggul
f. Untuk pembalut punggung/dada, penyangga buah dada
g. Untuk pembalut sendi siku/lutut/tumit/pergelangan tangan

15
h. Untuk pembalut tangan/kaki
i. Untuk penyangga lengan/bahu (sling)
2. Pembalut pita
macam – macamnya :
a. pembalut kasa gulung
biasanya untuk pembalut luka sederhana atau pembalut gips. pembalut kasa
dipakai bila diperlukan pembalut yang kau dan kuat misalnya untuk penutup
kepala, bidai, pembalut gips (saat ini jarang dipakai). disamping itu bisa juga
dibuat dari kain katun, atau kain flanel, dan seringkali dipakai untuk tujuan PPGD.
Pembalut elastic tersedia di toko dengan ukuran 4 dan 6 inch. bisa dipakai untuk
berbagai tujuan: penahan, penekanan, pelindung dan penyangga. sehingga
pemakaiannya sangat luas. pembalut gulung dapat dibuat dari katun, kain kasa,
flanel, ataupun bahan yang elastik.
b. Pembalut tricot
Terdiri dari kain seperti kain kasa sehingga agak elastik bagian tengahnya diisi
kapas sehingga berbentuk bulat panjang. tersedia di toko dengan berbagai ukuran
2, 4,6 dan 10 inch. pemakaiannya sebagai bebat, tekan, penahan, penyangga, dan
pelindung.
c. Plester
terbuat dari pita berperekat, digunakan untuk :
- melekatkan kassa penutup luka
- untuk fiksasi
- untuk adaptasi, mendekatkan tepi – tepi luka lama yang sudah bersih
pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir,
untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. cara pembidaian langsung dengan
plester disebut strapping. plester dibebatkan berlapis – lapis dari distal ke proksimal
dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing – masing ujungnya difiksasi
dengan plester. untuk menutup luka sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik.
d. Pembalut dasi (cravat)
merupakan mitella yg dilipat – lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk
pita dengan kedua ujungnya lancip dan lebarnya anatara 5 – 10 cm. pembalut ini
biasa digunakan untuk mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak,
lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.

16
cara membuat
bebaskan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ijungnya dapat diikatkan.
diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya
saling menarik kedua ujungn diikatkan secukupnya.
pembalut lainnya
Snelverband : pembalut pita yg sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. baru
dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka – luka yg lebar
scfratulle : kasa steril yg sudah direndam dalam antibiotika. di gunakan untuk
menutup luka – luka kecil
prosedur pembalutan
a. perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yg akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini :
1. bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yg
digunakan dan ukuran pembalut bila mnenggunakan pita)
2. luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
3. bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
4. perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai atau tidak)
b. pilih jenis pembalut byg akan digunakan. dapat satu atau kombinasi
c. sebelum dibaluut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dgn
pembalut yg mengandung desinfektan. jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. urut –urutan tindakan desinfektan luka terbuka :
1. letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfektan
2. kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik
3. kasa penutup luka diambil kembali. luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya
4. dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dulu)
kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan
5. tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. kemudian
di atasnya dilapisi dengna kasa yg agak tebal dan lembut
6. kemudaian berikan balutan yg menekan

17
d. Apabila terjadi perdarahan, tindakan penghentian perdarahan dapat dilakukan
dgn cara :
1. pembalut tekan,dipertahankan sampai perdarahan berhenti atau sampai
pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan
2. penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yg terluka. penekanan
paling lama 15 menit
3. pengikatan dengan torniquet
diguanakan bila perdarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o lokasi pemasangan : lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan di lengan)
dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
o cara : lilitkan torniquet di tempat yg dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan
kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yg terkena torniquet. untuk
torniquet kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu
e. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
1. dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yg memang perlu
difiksasi
2. sesedikt mungkin membatasi gerak bagian tubuh yg lain
3. usahakan posisis balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
4. tidak mengganggu peredearan darah, misalnya balutan berlapis, yg paling
bawah letaknya di sebelah distal dan balutan tidak mudah lepas.
Teknik balutan
a. putaran sirkuler
o balutan dililitkan mengelilingi bagian tubuh dan saling menindih bagian
sebelumnya
o memulai dan mengakhiri suatu balutan ujung anggota gerak
b. putaran spiral
- balutan untuk silindris seperti lengan bawah dan tungkai bawah
- setiap putaran menindih separoh atau 2/3 lebar pembalut
c. Putaran tulang ikan herring
- balutan untuk menopang suatu sudut seperti jempol atau bahu
- merupakan lilitan menaik dan menurun
d. putaran berulang
o balutan untuk menutupi atau menekan bagian ujung tubuh seperti tangan dan
jari, kaki dan jari, puntung amputasi

18
o balutan dimulai untuk ditindih oleh lilitan berikutnya dan saling membentuk
sudut sehingga menutupi bagian tubuh yg dibalut
e. putaran angka delapan
- terutama untuk daerah sendi
- balutan miring (oblik) ssaling menindih dan menyilang sendi
- berikan penekanan untuk memberikan penyanggah
f. putaran kunci tumit (heel lock)
- untuk kompresi pergelangan kaki akibat cedera akut
- untuk menyokong bagian laateral dan medial pergelangan kaki
- merupakan gabungan beberapa balutan
Balutan luka di kepala
- putaran berulang
- sebaiknya pembalut berperekat
- letakkan balutan saling berhadapan dan saling mengait
- posisi operator di belakang
- bahan :
 2 rol pembalut 5-7,5 cm
 gunting
Balutan pada bahu
- putaran spica turn
- bahu dalam posisi santai dan sedikit abduksi
- bahan :
 2 rol pembalut elastis
 gunting
 plester
Balutan bahu dan dada
- putaran sirkuler
- bahan :
 2 rol pembalut elastis
 1 rol padding
 gunting
 plester dan pengait

19
Balutan pada siku
- putaran angka delapan
- sendi dalam posisi santai
- bahan :
 1 rol pembalut 5-7,5 cm
 padding
 gunting
Balutan daerah pergelangan tangan
- kombinasi putaran spiral dan putaran spica
- sendi posisi istirahat/netral
- arah balutan dari tangan ke siku
- bahan ;
 1 rol pembalut 5-7,5 cm
 gunting
 plester atau pengait
Balutan jempol dan jari
- balutan spica turn
- tangan dalam posisi santai dan jempol/jari mengacung
- gunakan pembalut yang merekat
- bahan ;
 1 rol pembalut 2,5 cm
 gunting
Balutan daerah paha
- balutan spica turn
- sebaiknya pembalut dengan perekat
- dapat menopang otot yang cedera
- bahan :
 1 rol pembalut elastis 10 cm
 gunting
Balutan daerah lutut
- balutan melingkar dan angka delapan
- sebaiknya pembalut berperekat
- letakkan padding diatas lutut untuk menghindari kemungkinan komplikasi

20
- bahan :
 1 rol pembalut berperekat
 padding
 gunting
Balutan pergelangan kaki
- kombinasi balutan gibney basketweave dan heel lock
- sebaiknya pembalut berperekat
- posisi kaki sedikit eversi
- cukur bulu kaki sekitar ankle
- bahan :
 1 rol pembalut elastis berperekat
 1 rol leukotape/strap
 adhesive spray
 1 rol tensoban

Pembidaian atau splinting adalah salah satu cara pertolongan pertama pada cedera/
trauma pada sistem mukuloskeletal. Pembidaian bertujuan untuk menggimmobilisasi
ekstremitas yang mengelami cidera, mengurangi rasa nyeri, dan mencegah kerusakan
jaringan lebih lanjut.

Tujuan Pembidaian
Terdapat lima tujuan pembidaian:
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
6. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak.
7. Untuk mencegah terjadinya syok

21
Jenis bidai
a. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat
dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan
darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Contoh
: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
b. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si
penolong. Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
c. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga)
dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah
cedera. Contoh : gendongan lengan.

Pedoman umum pembidaian


Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman
umum.
- Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
- Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila
ada.
- Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka
perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
- Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam
posisi ketika ditemukan.
- Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
- Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih
dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
- Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut.
- Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
- Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar. ( Cara mengechecknya dengan
kemampuan pengisian kapiler dan meraba denyut nadi ) yaitu: Dengan cara menekan
sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan. Kalo 1-2 detik berubah menjadi
merah, berarti balutan bagus. Kalau lebih dari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi

22
merah, maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras. Pada kaki bisa meraba
pada denyut arteri dorsalis pedis. Pada tangan bisa meraba pada denyut arteri radialis.
- Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian
sendi atas dari tulang yang patah. ( artinya balutan dilakukan dari bagian bawah ke
atas).
- Jangan membidai berlebihan.
- Kurangi rasa sakit.
- Istirahatkan bagian yang cedera.
- Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup)
- Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.

TRANSPORTASI
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan kegiatan pemindahan korban dari
tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit.
Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter.
Dalam kegiatan pemindahan terdapat beberapa tata cara pemindahan korban, yaitu:
1) Dasar melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat, pengawasan korban,
pelihara udara agar tetap segar.
2) Syarat pemindahan korban:
(a) korban tentang keadaan umumnya cukup baik
(b) tidak ada gangguan pernapasan
(c) pendarahan sudah diatasi
(d) luka sudah dibalut
(e) patah tulang sudah dibidai
Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan pemantauan dari korban
tentang:
1) Keadaan umum korban
2) Sistem persyarafan (kesadaran)
3) Sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)
4) Sistem pernapasan
5) Bagian yang mengalami cedera

23
Cara pengangkutan korban:
- Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual
Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera
ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang
- Pengangkutan dengan alat (tandu)
Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak jauh dan korban cedera sedang
serta berat.
Rangkaian pemindahan korban:
1) Persiapan,
2) Pengangkatan korban ke atas tandu,
3) Pemberian selimut pada korban
4) Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.
Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:
1) Pengangkatan korban,
Dilakukan secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok yaitu;
menggunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat mungkin dengan
tubuh korban.
2) Sikap mengangkat.
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
3) Posisi siap angkat dan jalan.
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari kaki, kecuali;
(a) menaik, bila tungkai tidak cedera,
(b) menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
(c) mengangkut ke samping,
(d) memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
(e) kaki lebih tinggi dalam keadaan shock

Manajamen selama transportasi


- pasien seharusnya ditutupi dengan selimut untuk mengurangi kenyamanan pasien
- Semua peralatan harus disimpan dengan aman. Ini harus baik diikat ke troli trans-port
atau aman disimpan dalam loker yang tepat dalam ambulans. Bila hal ini tidak
mungkin, peralatan harus ditempatkan pada lantai menghadap dinding sekat. Dalam
situasi apapun seharusnya peralatan (misalnya selang infus) dibiarkan di atas pasien.
- Pemantauan harus terus menerus sepanjang perjalanan. Semua monitor dan syringe

24
driver harus terlihat kepada staf yang menyertainya.
- Masalah utama yang berkaitan dengan keselamatan selama transportasi adalah
kecepatan perjalanan. Untuk kasus utama perjalanan kecepatan tinggi tidak
diperlukan dan keselamatan semua penumpang dan pengguna jalan lainnya harus
menjadi perhatian utama. mereka harus memahami persyaratan dari UU Lalu Lintas
Jalan. Keputusan untuk menggunakan lampu biru dan sirene terletak dengan sopir
ambulans
- Staf harus tetap duduk sepanjang waktu dan memakai sabuk pengaman yang
disediakan. Jika, keadaan darurat tak terduga muncul dan pasien membutuhkan
intervensi, hal ini hendaknya tidak dilakukan dalam ambulans bergerak. Kendaraan
harus dihentikan tepat di tempat yang aman dan pasien dilayani. Di mana staf
mungkin diperlukan untuk bergerak di luar. Pada masalah keamanan semua staf di
kendaraan harus mematuhi instruksi dari kru

25
II. DAFTAR PUSTAKA
Kapten. http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/221# diakses tanggal 5
November 2013
Top Page. Pemindahan. http:// Pemindahan-Together For Humanity com. di akses
tanggal 5 November 2013

26
III. CHECKLIST
Imobilisasi pada lengan, pergelangan tangan

SKOR
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2 3
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan adanya cedera pada lengan,
pergelangan tangan, sprain (perhatikan gejala
klinis serta hasil pemeriksaan radiologi/fotopolos)
3. Informed consent, menjelaskan rencana
pemasangan splinting guna imobilisasi
4. Menyiapkan peralatan :
a. Elastic bandage + clip
b. Cottong padding (bila diperlukan)
c. Arm sling
d. Perlengkapan rawat luka bila
diperlukan
5. Menilai kondisi daerah cedera, bila ada luka
dirawat, diberi padding menilai fungsi
neurovascular pada sisi distal
6. Memasangkan elactic bandage melingkar pada
lengan dan atau pergelangan tangan, secara
lembut

27
Gambar 1: Immobilisasi pada tangan, pergelangan tangan

Keterangan:
0-1
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan
0-3
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tetapi salah
2 : Melakukan tapi kurang benar, tidak berurutan atau tidak lengkap
3 : Melakukan dengan benar dan berurutan

SKOR PENILAIAN:
Jumlah Skor yang diperoleh x 100 = .................................
16

28
Imobilisasi fraktur clavicula

SKOR
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2 3
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan adanya fraktur clavicula
(perhatikan gejala klinis serta hasil pemeriksaan
radiologi/fotopolos)
3. Informed consent, menjelaskan rencana
pemasangan splinting guna imobilisasi (figure of
8+arm sling)
4. Menyiapkan peralatan :
a. Elastic bandage + clip
b. Cottong padding
c. Arm sling
d. Perlengkapan rawat luka bila
diperlukan
5. Menilai kondisi daerah cedera, bila ada luka
dirawat, diberi padding menilai fungsi
neurovascular pada sisi distal
6. Pasien duduk tegak dengan membusungkan
dadanya dengan kedua lengan diletakkan pada
pinggang

7. Elastic bandage dipasang melingkar dari


belakang leher kearah kedua ketiak dan
menyilang dipunggung membentuk angka
delapan secara lembut, cegah pemasangan secara

29
ketat

8. Lengan pada sisi cedera digantung dalam arm


sling
9. Mengecek kembali fungsi imobillisasi, fungsi
neurovaskuler, kekuatan bandage, kenyamanan
pasien
10. Melakukan pencatatan

30
Gambar 2: Immobilisasi pada clavicula

Keterangan:
0-1
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan
0-3
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tetapi salah
2 : Melakukan tapi kurang benar, tidak berurutan atau tidak lengkap
3 : Melakukan dengan benar dan berurutan

SKOR PENILAIAN:
Jumlah Skor yang diperoleh x 100 = .................................
28

31
Immobilisasi pda fraktur iga

SKOR
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2 3
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan adanya fraktur clavicula (perhatikan
gejala klinis serta hasil pemeriksaan
radiologi/fotopolos)
3. Informed consent, menjelaskan rencana
pemasangan splinting guna imobilisasi (figure of
8+arm sling)
4. Menyiapakan peralatan :
a. Elastic bandage + clip
b. Cottong padding
5. Pasien duduk tegak dengan membusungkan
dadanya dengan kedua lengan diletakkan pada
pinggang
6. Memasang cotton padding pada daerah fraktur,
kemudian memasang elastic bandage mengelilingi
dinding dada secara lembut

Keterangan:
0-1
0 : Tidak melakukan

32
1 : Melakukan
0-3
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tetapi salah
2 : Melakukan tapi kurang benar, tidak berurutan atau tidak lengkap
3 : Melakukan dengan benar dan berurutan

SKOR PENILAIAN:
Jumlah Skor yang diperoleh x 100 = .................................
16

Imobilisasi fraktur pada tungkai bawah dan lutut

SKOR
No. ASPEK PENILAIAN
0 1 2 3
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan adanya fraktur atau cedera pada
tungkai bawah dan lutut (perhatikan gejala klinis
serta hasil pemeriksaan radiologi/fotopolos)
3. Informed consent, menjelaskan rencana
pemasangan splinting guna imobilisasi (figure of
8+arm sling)
4. Menyiapkan peralatan :
a. Elastic bandage + clip
b. Cottong padding
c. Arm sling
d. Perlengkapan rawat luka bila
diperlukan
5. Menilai kondisi daerah cedera, bila ada luka
dirawat, diberi padding menilai fungsi
neurovascular pada sisi distal

33
Gambar 3: Immobilisasi fraktur pada tungkai bawah

Gambar 4: Immobilisasi fraktur pada lutut

Keterangan:
0-1
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan
0-3
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tetapi salah
2 : Melakukan tapi kurang benar, tidak berurutan atau tidak lengkap

34
3 : Melakukan dengan benar dan berurutan

SKOR PENILAIAN
Jumlah Skor yang diperoleh x 100 = .................................
13

Transportasi pada pasien

NO ASPEK PENILAIAN SKOR


0 1 2 3
1 Gunakan alat pelindung diri
2 Bekerja sama dengan tim
3 Menjelaskan prosedur kepada pasien (informed consent)
4 Gunakan alat yang tepat untuk mengangkat dan
memindahkan pasien dengan aman
5 Menjamin keselamatan pasien dan diri sendiri
6 Pastikan pasien aman
7 Tempatkan pasien dalam posisi yang tepat

Keterangan:
0-1
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan
0-3
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tetapi salah
2 : Melakukan tapi kurang benar, tidak berurutan atau tidak lengkap
3 : Melakukan dengan benar dan berurutan
SKOR PENILAIAN
Jumlah Skor yang diperoleh x 100 = .................................
21

35

Anda mungkin juga menyukai