Anda di halaman 1dari 167

Pembalutan

Dressing atau pembalutan luka paskaoperasi bertujuan untuk melindungi daerah operasi dari kotoran.
Banyak macam dan jenis baluta, mulai yang paling konvensional seperti kasa (gauze), sampai balutan yang
menyerap eksudat seperti bahan dari rumput laut bahkan sampai bio ceramic. Komposisi balutanpun ditambah
dengan berbagai macam zat yang berfungsi mengoptimalkan suasana agar penyembuhan luka dapat berlangsung
tanpa komplikasi. Pemakaian antibiotik, antiseptik, anti perdaraha sampai yang mengandung zat untuk
peningkatan oksigen kedalam jaringan. Secara kosmetik juga berkembang balutan yang mengandung zat untuk
meminimalkan skar post operasi.
Balutan luka sintetik
Balutan luka sintetik semula terdiri dari 2 tipe; pembalutan gauze dan balutan pasta seperti balutan pasta zinc.
Pada pertengahan tahun 1980-an, pembalutan luka modern pertama diperkenalkan dimana diperkenalkan
karakteristik terpenting dari pembalutan luka yang ideal : mempertahankan kelembaban dan bersifat menyerap
(seperti busa poliuretan, hidrokoloid) dan mempertahankan kelembaban dan antibakteri (seperti gel yang
mengandung yodium).
Selama pertengahan tahun 1990-an, pembalutan luka sintetik meluas menjadi beberapa kelompok produk
berikut:

vapour-permeable adhesive films

hidrogel

hidrokoloid

alginates

Balutan luka sintetik

silicone meshes

tissue adhesives

barrier films

Balutan mengandung perak atau kolagen

Balutan luka ideal


TIdak ada balutan tunggal yang dapat dipergunakan untuk semua tipe luka. Seringkali, sejumlah tipe balutan
yang berbeda digunakan selama proses penyembuhan suatu luka. Balutan seharusnya memenuhi fungsi berikut :

Mempertahankan lingkungan yang lembab pada permukaan luka/balutan

Menyerap eksudat yang berlebihan tanpa adanya kebocoran pada permukaan balutan

Terlindung dari termal dan mempertahankan secara mekanis

Memberikan proteksi terhadap bakteri

Adanya pertukaran gas dan cairan

Menyerap bau luka

Tidak melekat pada luka dan mudah dibuka tanpa trauma

Memberikan aksi debridement (mengangkat jaringan mati dan/atau partikel asing)

Non-toxic, non-allergenik dan non-sensitif (baik bagi pasien dan tenaga medis)

Steril

Klasifikasi balutan luka


Balutan luka sintetik secara luas dikategorikan dalam tipe berikut:

Tipe

Karakteristik

Produk pasif

Balutan tradisional yang menutupi seluruh


luka, misalnya balutan gauze dan tulle

Produk
interaktif

Film polimerik dan bentuk yang lebih


transparan, permeable terhadap air dan
oksigen, non-permeabel terhadap bakteri,
misalnya asam hialuronat, hidrogel, balutan
busa

Produk
bioaktif

Balutan yang mengandung substansi aktif


yang berperan dalam perbaikan luka,
misalnya hidrokoloid, alginate, kolagen,
chitosan

Tipe luka dan balutan


Tabel berikut menggambarkan beberapa tipe perbedaan balutan luka dan karakteristik utamanya.

Tipe balutan Karakteristik

Gauze

Balutan dapat melekat


pada permukaan luka dan
merusak dasar luka ketika
diangkat. Hanya
digunakan pada luka
minor atau sebagai
balutan sekunder

Gambar

Tulle

Balutan tidak melekat


pada permukaan luka.
Cocok untuk luka datar
dan dangkal. Berguna
pada pasien dengan luka
sensitive. Contohnya
Jelonet, Paranet

Film
Lapisan steril dari
semipermeabe poliuretan yang dilapisi
l
oleh pita akrilik. Karena
transparan, mudah
mengecek luka. Cocok
untuk luka dangkal
dengan sedikit eksudat.
Contohnya OpSite,
Tegaderm

Hidrokoloid Terdiri dari


karboksimetilselulosa
gelatin, pektin, elastomer
dan pelekat yang berubah
menjadi gel ketika
eksudat diabsorbsi.Hal ini
membentuk suasana
panas dan lembab yang
akan merangsang
debridement dan
penyembuhan.
Tergantung pada balutan
hidrokoloid yang dipilih,
dapat digunakan pada
luka dengan sedikit
sampai banyak eksudat,
luka lembab atau
bergranulasi. Tersedia
dalam beberapa bentuk
(adhesive atau nonadhesif
pad, pasta, bubuk) tetapi
lebih sering sebagai
self-adhesive pads.
Contohnya DuoDERM,
Tegasorb

Hidrogel

Trutama terdiri atas air


dalam jaringan kompleks
atau fiber yang
mempertahankan
keutuhan gel polimer. Air
dilepaskan untuk menjaga
agar luka tetap lembab.
Digunakan untuk luka
nekrotik atau lembab

untuk rehidrasi dan


mengangkat jaringan
mati. Tidak digunakan
untuk luka eksudat
moderat sampai berat.
Contoh Tegagel,
Intrasite

Alginat

Terdiri atas kalsium


alginate (komponen
rumput laut). Ketika
kontak dengan luka,
kalsium dalam balutan
diubah menjadi natrium
dari cairan luka dan hal
ini akan mengubah
balutan menjadi bentuk
gel yang
mempertahankan suasana
lembab luka. Baik untuk
luka dengan eksudat dan
membantu dalam hal
debridement luka lembab.
Tidak digunakan pada
luka dengan sedikit
eksudat karena dapat
menyebabkan suasana
kering dan krusta.
Balutan sebaiknya diganti
setiap hari. Contohnya
Kaltostat, Sorbsan

Busa
poliuretan
atau silikon

Didesain untuk
mengabsorbsi sejumlah
besar eksudat.
Mempertahankan luka
dalam suasana lembab
tetapi tidak berguna
seperti alginate atau
hidrokoloid untuk
debridement.
Tidak digunakan pada
luka dengan sedikit
eksudat karena dapat
menyebabkan suasana
kering dan krusta.
Contohnya Allevyn,
Lyofoam

Hidrofiber

Balutan lembut nonwoven pad atau plester


yang terbuat dari fiber
natrium
karboksimetilselulose.
Berinteraksi dengan
drainase luka untuk
membentuk suatu gel
lunak. Mengabsorpsi
eksudat dan memberikan
suasana lembab di bagian
dalam luka.

Kolagen

Balutan berasal dari pad,


gel atau partikel.
Merangsang deposit baru
kolagen pada dasar luka.
Mengabsorpsi eksudat
dan menciptakan suasana
lembab.

Perbedaan tipe luka dan perbedaan tingkat penyembuhan luka memerlukan pembalutan yang berbeda atau
kombinasi pembalutan.
Tabel berikut ini memperlihatkan balutan yang sesuai untuk tipe luka tertentu.

Tipe luka

Tipe balutan

Contoh

Bersih, medium
sampai banyak
eksudat
(epithelialising)

Paraffin gauze

Knitted
viscose
primary
dressing

Bersih, kering,
sedikit eksudat
(epithelialising)

Absorbent
perforated
plastic filmfaced dressing

Vapourpermeable
adhesive film

dressing

Bersih, exudasi
(granulating)

Slough-covered

Kering, nekrotik

Hidrokoloid

Busa

Alginat

Hirokoloid

Hidrogel

Hidrokoloid

Hidrogel

Pembalutan mungkin memerlukan balutan sekunder seperti absorben pad dan plester.

Efek samping balutan


Balutan luka dapat menyebabkan masalah, termasuk:

Maserasi (kelembaban) kulit di sekitarnya (sering ganti balutan dan gunakan lebih banyak balutan
absorben)

Dermatitis kontak iritan (melindungi kulit dengan emolien atau film barier)

Dermatitis kontak alergik (jarang : ganti tipe balutan, oleskan steroid topical)

Tipe luka

Pilihan balutan

Review
times

Luka nekrotik
kering

Moisture retention misalnya 3-4 hari


hidrokoloid, semi permeabel

Slough covered
wounds

Moisture retention dan


absorpsi cairan misalnya
hidrokoloid, alginat

Luka terinfeksi

Hindari balutan semiterbuka. 1-2 hari


Pertimbangkan alginat atau
hidrokoloid bila banyak
eksudat

3-4 hari

Graze, abrasions Film, tulle, lapisan terfiksasi 2 hari


clean
atau lapisan kering

Graze, abrasions Kering atau tulle


soiled

2 hari

Luka tusuk atau


gigitan

2 hari

Terbuka atau kering

Laceration Terbuka atau kering,


suturedLacerations pertimbangkan paper tape
support setelah
pengangkatan jahitan

3-7 hari

Luka bakar minor Film, medicated tulle,


fixation sheet

4-5 hari
visual
review
leave
dressing on
if healing
see

Luka bakar mayor Plastic wrap terutama untuk Pemeriksaa


atau memerlukan pemeriksaan surgical,
n rawat
rawat inap misalnya medicated tulle
inap
area luka bakar
kronis special

Luka kronis
misalnya ulkus,
PEG sites dll

Hidrokoloid, alginat, busa

5 hari

Pemilihan balutan
Pemilihan balutan didasarkan kepada

Jenis luka

Ukuran luka

Lokasi luka

Kebersihan luka

Produktifitas luka

Komplikasi penyerta

Ketersediaan bahan

Finansial

Secara umum, pemiliha balutan dapat dilihat pada table dibawah ini

Tipe balutan Cont Keuntunga Kerugian


oh
n

Indikasi

Kontrain
dikasi

Film
poliuretan
transparan
semipermeabel
tipis, melekat,

OpSit Evaporasi
e,
kelembaban,
Tegad Mengurangi
erm nyeri.
Barrier
terhadap
kontaminasi
eksternal.
Mudah
terlihat.

Luka
superfisial
Sebagai
balutan
sekunder

Luka
dengan
banyak
eksudat

Non adherent
Moist (Tulle
Gras
Dressing)
Gauze
ditambah

Jelon
et,
Unitu
lle
Bacti
gras,

Eksudat
tergenang,
dapat
traumatik.

Melekat
Tidak
Luka
Alergi
pada luka. mengabsorps bakar.Penye
Suasana
i
mbuhan
lembab
eksudat.Me luka dengan
membantu merlukan
tujuan
penyembuha balutan

paraffin atau Sofra- n


zat serupa.
Tulle
Dapat
ditambahkan
dengan
antiseptic
atau antibiotic

sekunder.
sekunder
Dapat
merangsang
alergi atau
memperlamb
at
penyembuha
n ketika
terisi
paraffin atau
zat serupa

Film plastic
berlubang
tipis kering,
non adherent
melekat pada
pad absorben

Melol Perlekatan
in,
luka ringan.
Melol Dapat
ite, mengabsorp
Tricos si sedikit
e
eksudat

Tidak cocok
pada luka
dengan
eksudat
banyak.
Dapat
mongering
dan
menempel
pada luka.
Memerlukan
balutan
sekunder.

Fixation
SheetPorous
polyester
fabric dengan
adhesive
backing

Fixo Dapat
mull, digunakan
Hypaf secara
ix,
langsung di
Mefix tempat luka.
Mengikuti
kontur
tubuh,
mengurangi
nyeri dan
mengontrol
edema,
Permeabel
hingga
eksudat
mudah
keluar dan
luka
mongering.
Ganti
balutan
setelah 5-7
hari.

Balutan
Luka
Luka
perlu
dengan
terinfeksi
dibasuh
eksudat
alergi
sabun dan ringan, tidak terhadap
water pat- perlu sering plester
dried 2 kali control
sehari.Meme
rlukan
olesan
minyak
sebelum
diangkat,
idealnya
direndam
dalam
minyak dan
dibungkus
film
melekat
semalaman.

Natural
Kalsium
Alginat

Kalto Membentuk Memerlukan Luka


stat gel pada
balutan
eksudativa
luka dan
sekunder.
moderat

Luka
dengan
eksudat
moderat

Luka
kering
(dapat
menyebab
kan
dehidrasi
jaringan)

Luka
kering
atau

polisakarida
dari rumput
laut

melembabka Tidak
atau tinggi jaringan
n.
direkomenda eksudat.Perl parut
Mengurangi sikan pada u untuk
keras
nyeri. Dapat infeksi
hemostasis
membungku anaerob
s
Gel dapat
ruang.Absor dikelirukan
benpada
dg slough
luka
atau pus
eksudatif. dalam luka.
Merangsang
hemosasis
Allergenik
rendah.

Foam
Poly Lembab,
DressingsPoly Mem absorben
urethane
tinggi dan
foam dressing
protektif
dengan layer
incorporated

Ukuran busa
terbatas
terhadap
ukuran luka.

Luka
dengan
eksudat
ringan
sampai
moderat.

Luka
kering.Lu
ka yang
perlu
control
yang
sering.

Medikamentosa
Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS
Obat-obat anestesi lokal
Obat-obatan anestesi lokal yang digunakan secara garis besar dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan
aminoester dan amino amida.
Golongan amino ester adalah:
1.

Benzokain ( ethyl 4-aminobenzoate)

2.

Prokain/novokain (2-diethylamino ethyl 4-aminobenzoat)

3.

Tetrakain (-dimethyl amino ethyl 4 buthyl aminobenzoate)

4.

Kloroprokain/nesakain (2-diethylamino ethyl 4-amino 2- chlorobenzoat)

5.

Kokain

Golongan amino amida adalah:


1.

Lidokain/xylocain/lignokain (2-diethyl aminoacetat-2,6xylidine)

2.

Prilokaine/citanest (propylamino-2propionotoluidine)

3.

Bupivacaine marcaine (1-buthyl-2,6-hexahydropicolixylidide)

4.

Etidokain/duranest(2-N-Ethylpropylamino-26butyroxylidide)

Kecuali kokain, semua anestesi lokal bersifat vasodilator sehingga zat anestesi cepat diserap yang akan
meninggikan toksisitas dan memperpendek masa kerja obatnya (duration of action). Untuk memperpanjang
kerja obat dan menurunkan toksisitasnya biasanya ditambahkan vasokonstriktor, misalnya dengan
menambahkan adrenalin dengan konsentrasi 1:100.000 atau 1:500.000. Tetapi pada khitanan atau pada organ
end arteri lainnya, penggunaan vasokonstriktor tidak dibenarkan.
Obat anestesi yang sering digunakan pada bedah minor adalah lidocain karena mempunyai masa kerja yang
lama (DOA 60-90 menit) dan awitan yang cepat (3-5 menit). Daya anestesinya pun lebih kuat jika dibandingkan
dengan prokain dan jarang menimbulkan reaksi alergi.
Konsentrasi yang sering digunakan adalah lidokain HCl 2%. Menurut hasil penelitian beberapa ahli bahwa pada
pemakaian anestesi lokal secara infiltrasi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pemakaian lidocain
HCl 0,5% dan 2% terhadap derajat anestesi yang ditimbulkannya. Bahkan dengan menggunakan lidocain HCl
0,5% secara bermakna akan mengurangi risiko timbulnya intoksikasi obat. Sediaan yang ada di pasaran lidocain
HCl dengan konsentrasi 2% dikemas dalam flacon dan ampul. Untuk mendapatkan konsentrasi yang lebih
rendah kita harus mencampurnya dengan aqua bidestilata.
Untuk mendapatkan hasil optimal antara onset yang cepat dan durasi yang lama, dapat digunakan campuran
obat anestesi antara lidocain (onset cepat) dan bupivacaine (durasi lama) dengan perbandingan 1 :1.
Reaksi toksis dapat terjadi karena kesalahan penyuntikan sehingga obat masuk ke pembuluh darah atau dosis
yang terlalu tinggi. Gejala yang timbul akibat toksisitas adalah:
1.

Terhadap SSP : gelisah, nyeri kepala, pusing, dan penglihatan kabur

2.

Terhadap Respirasi : nafas cepat dan dangkan kemudian tak teratur sampai apneu

3.

Terhadap sistem kardiovaskular : hipotensi dan bradikardi

Amoksisilin
Nama Dagang
Abdimox,Aclam, Amobiotic, Amocomb, Amosine, Amoxan, Amoxil, Amoxillin, Ancla, Arcamox, Athimox,
Auspilin dll. \
Indikasi
Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif (Haemophilus
Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella). Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif (seperti; Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinaseproducing staphylococci, Listeria) tetapi walaupun demikian, aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak
dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan
staphilococcal.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis Oral :
Umum: Anak < 3 bulan: 20-30 mg/kgBB/hari terpisah setiap 12 jam. Anak >3 bulan dan <40kg; dosis antara 2050 mg/kg/hari dosis terpisah setiap 8-12 jam. Khusus: Infeksi hidung,tenggorokan,telinga,saluran kemih dan
kulit: ringan sampai sedang: 25 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 20 mg/kg/hari setiap 8 jam.Gawat: 45
mg/kg/hari setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam.
DOSIS DEWASA:
Umum: Rentang dosis antara 250 500 mg setiap 8 jam atau 500 875 mg dua kali sehari.
Antibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time dependent sehingga untuk menjaga konsentrasi obat dalam
plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan sesuai dengan jadwal waktu yang telah dibuat.
Obat dapat diberikan bersamaan dengan makanan.
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau komponen lain dalam obat.
Metronidazol
Nama Dagang
Corsagyl, Elyzol, Fladex, Flagyl, Fortagyl, Gravazol, Mebazid, Metrofusin dll.
Indikasi
Infeksi anaerobik (termasuk gigi) , lihat pada bagian dosis, infeksi protozoa, eradikasi Helicobacter pylori;
infeksi kulit.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Infeksi anaerobik (pengobatan biasanya selama 7 hari dan 10 hari untuk penggunaan antibiotika pada
pengobatan kolitis), peroral dengan dosis awal 800 mg kemudian 400 mg setiap 8 jam atau 500 mg setiap 8
jam; anak-anak 7,5 mg/kg setiap 8 jam; kemudian pemberian dilanjutkan tiap 12 jam, anak-anak setiap 8 jam
selama 3 hari, kemudian pemberian dilanjutkan tiap 12 jam, umur hingga 1 tahun 125 mg, 1 5 tahun 250 mg, 5
10 tahun 500 mg, lebih dari 10 tahun dosis dewasa; selama 3 hari, pemberian secara infus intravena lebih dari
20 menit, 500 mg setiap 8 jam; anak-anak 7,5 mg/kg setiap 8 jam.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap metronidazol, turunan nitroimidazol, atau komponen yang ada dalam sediaan,
kehamilan (trimester pertama didapatkan efek karsinogenik pada tikus)
Efek Samping
Mual, muntah, gangguan pengecapan, lidah kasar dan gangguan saluran pencernaan; rash; mengantuk (jarang
terjadi), sakit kepala, pusing , ataksia, urin berwarna gelap, erytema multiform, pruritus, urtikaria, angioedema
dan anafilaksis; juga dilaporkan abnormalitas tes fungsi hati, hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia
aplastic, myalgia, athralgia; pada pengobatan intensif dan jangka panjang dapat terjadi peripheral neuropathy,
transient epilepsi-form seizure dan leukopenia.
Pengaruh

Terhadap Kehamilan : Produsen menyarankan untuk menghindari penggunaan obat pada dosis tinggi.
Faktor risiko : B (dikontraindikasikan pada trimester pertama) Obat dapat menembus plasenta ( efek

karsinogenik pada tikus); dikontraindikasikan terhadap pengobatan trichomoniasis pada trimester


pertama, kecuali jika pengobatan alternatif tidak adekuat. Untuk keamanan dan efikasi pada indikasi
yang lain, gunakan obat pada ibu hamil hanya jika keuntungan pada ibu hamil lebih banyak daripada
potensial risiko terhadap janinnya.

Terhadap Ibu Menyusui : Ditemukan dalam air susu, produsen menyarankan untuk menghindari
penggunaan obat dengan dosis tunggal yang besar. Masuk kedalam air susu ibu/tidak
direkomendasikan (AAP rates of concern)

Terhadap Anak-anak : Keamanan dan efikasi penggunaan obat pada anak-anak belum diketahui
dengan jelas, kecuali untuk pengobatan amoebiasis. Bayi baru lahir menunjukkan keterbatasan dalam
eliminasi metronidazole. Pada bayi berumur 28 hingga 40 minggu, waktu paro eliminasi 10,9 22,5
jam.

Kotrimoksazol
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi
Nama Dagang
Bactricid, Bactrim, Bactrizol, Cotrim, Cotrimol, Dumotrim, Erphatrim, Fsiprim, Ottoprim, Primadex,
Primsulfon, Septrin, Sulprim, Sultrimmix, Trimezol, Trimoxsul, Zoltrim, Zultrop, Bactoprim Combi
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi saluran urin yang disebabkan E.coli, Klebsella dan Enterobacter sp, M.morganii,
P.mirabilis dan P.vulgaris; otitis media akut pada anak; eksaserbasi akut pada bronchitis kronis pasien dewasa
yang disebabkan oleh bakteri yang sensistif seperti H.influenzae,atau S.pneumoniae; pencegahan dan
pengobatan Pneumocitis carinii pneumoniae (PCP); traveler diarrhea yang disebabkan oleh enterotoksigenik
E.coli; pengobatan entritis yang disebabkan oleh Shigella flexneri atau Shigella sonnei.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis: dihitung berdasarkan perbandingan dasar obat, dengan komposis sulfametoxazole 800 mg dan
trimethoprim 160 mg. Anak >2 tahun , dengan panduan :
Infeksi ringan berat:
oral; 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.
Infeksi serius:
Oral: 20mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
IV: 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
Kontraindikasi
Hipersensitif pada obat golongan sulfa, trimethoprim atau komponen lain dalam obat; profiria; anemia
megaloblastik karena kekurangan asam folat; bayi dengan usia <2 bulan; adanya tanda kerusakan pada hepar
pasien; gagal ginjal parah; kehamilan
Efek Samping
Reaksi efek samping yang paling banyak adalah gangguan pencernaan (mual, muntah, anorexia), reaksi
dermatologi (rash atau urticaria); efek samping yang jarang dan dapat hilang dengan sendirinya terkait dengan
penggunaan co-trimoxazole meliputi : reaksi dermatologi gawat dan hepatotoxic. Endokrin dan metabolit :
miperkalemia (pada penggunaan dosis besar), hipoglikemik. Gastrointestinal : Mual, muntah, anorexia,
stomatitis, diare, pseudomembranous collitis, pankreatitis.
Levofloksasin
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi
Nama Dagang
Cravox, Difloxin, Inacid, Levocin, Levovid, Lexa, Mosardal, Nislev, Nufalev, Prolecin, Prolevox, Volequin,
Voxin, Cravat dll.
Indikasi
Sistemik: Pengobatan infeksi ringan, sedang dan berat yang disebabkan oleh organisme yang sensitive, meliputi
CAP (community-acquired penumoniae), termasuk juga MDRSP (multidrug resistant strains of S.pneumoniae);
pneumoniae nosokomial; bronchitis kronis; sinusitis bakteri akut; infeksi saluran urin dengan atau tanpa
komplikasi, termasuk juga pyelonepritis akut yang disebabkan oleh E.coli; prostatitis (cronic bacterimia);
infeksi kulit (dengan atau tanpa komplikasi); untuk profilaksis serangan anthrak (setelah terpapar)

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian


Oral, IV: dewasa
Sinusitis bakteri (akut): 500 mg setiap 24 jam untuk 10-14 hari atau 750 mg setiap 24 jam untuk 5 hari.
Bronkitis kronis (bakteri eksaserbasi akut): 500 mg setiap 24 jam untuk 7 hari.
Pneumonia: Community acquired: 500 mg setiap 24 jam untuk 7-14 hari atau 750 mg setiap 24 jam untuk 5
hari (efikasi obat pada pemberian 5 hari untuk MDRSP tidak dapat dipastikan).
Infeksi kulit: infeksi tanpa komplikasi: 500 mg setiap 24 jam untuk 7-10 hari. Dengan komplikasi: 750 mg
setiap 24 jam selama 7-14 hari.

Siprofloksasin
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi
Nama Dagang
Baquinor, Bernoflox, Bidiprox, Bimaflox, Cetafloxo, Ciflos, Ciproxin, Ciproxin XR, Corcasin, Coroflox,
Cylowam, Cyrox, Disfabac, Duflomex, Fimoflox, Floxid, Floxifar, Floxigra, Girabloc, Gurolone dll.
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi yag disebabkan bakteri: infeksi saluran urin; cistitis akut tanpa komplikasi pada
wanita;
prostatitis bakteri kronik; infeksi saluran nafas bawah (termasuk eksaserbasi akut dan bronchitis kronik);
sinusistis akut; infeksi kulit; tulang dan persendian; infeksi intraabdominal komplek; diare karena infeksi;
demam tyfoid karena Salmonella typhi; pneumonia nosokomial, terapi empiris febrile neutrophenic (kombinasi
dengan piperacillin).
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Infeksi 500-750 mg dua kali sehari 4-6 minggu, tergantung kegawatan dan kepekaan dari bakteri
penginfeksinya.
Sefiksim
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi
Nama Dagang
Cefspan, Ceptik, Comsporin, Fixacef, Fixep, Fixiphar, Lanfix, Maxpro, Sarcef, Simcef, Sofix, Spancef, Spaxim,
Tocef, Cefixime OGB Dexa dll.
Indikasi
Pengobatan infeksi pada kulit, saluran urin, otitis media, infeksi saluran nafas termasuk suspek dari S.
pneumonia dan S. Pyogenes, H. Influenza dan beberapa Enterobacteriaceae; tidak termasuk N. Gonorrhoeae
gonorrhea pada serviks dan ureter
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral :
Anak 6 bulan : 8 mg/kgBB/hari dibagi setiap 12-24 jam.
Anak> 50 kg atau > 12 tahun dan dewasa 400 mg/hari dibagi setiap 12-24 jam;
Untuk infeksi S. Pyogenes : pengobatan selama 10 hari
Efek Samping
Saluran cerna : Diare (16%)
Abdominal pain, mual, dispepsia,
perut kembung(flatulense),
Gagal ginjal akut, reaksi anafilaktik, angioderma, peningkatan BUN, kandidiasis, peningkatan kreatinin, pusing,
demam, sakit kepala, hepatitis, hiperbilirubinemia, erythema multiforme, facial edema, demam, jaundice,
leucopenia,pruritus, colitis pseudomembran, rash, seizure, menyerupai serum sickness, sindrome StevensJohnson,trombositopenia,urtikaria, vaginitis, muntah.

Sefotaksim
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi
Nama Dagang
Biocef, Cefor, Cefotaxim Hexpharm, Cefovell, Cefoxal, Clacef, Claforan, Clatax, Combicef, Efotax, Goforan,
Kalfoxim, Lancef, Lapixime, Procefa, Rycef dll.
Indikasi
Infeksi saluran napas, kulit dan struktur kulit, tulang dan sendi, saluran urin, ginekologi seperti, septisemiam
dugaan meningitis, aktif terhadap basil Gram negative (kecuali Pseudomonas), Gram positif cocci (kecuali
enterococcus). Aktif terhadap beberapa penicillin yang resisten pneumococcus.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Infant dan anak :
1-12 bulan : I.M., I.V. : <50 k : 50-180 mg/kg BB/hari dibagi dalam
Anak > 12 tahun dan dewasa :
Infeksi tanpa komplikasi : I.M., I.V. : 1g setiap 12 jam.
Infeksi sedang-parah : I.M., I.V. : 1-2 g setiap 8 jam.
Preop : I.M., I.V. : 1 g , 30-90 menit sebelum pembedahan.

dosis setiap 4-6 jam.

Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap sefotaksim, komponen lain dalam sediaan dan sefalosporin lainnya.
Efek Samping
Kulit : rash, pruritus
Saluran cerna : Saluran cerna : kolitis, diare, mual dan muntah
Lokal : sakit pada tempat suntikan
Anafilaksis dan aritmia (setelah pemberian injeksi I.V kateter pusat), peningkatan BUN, kanidiasis,kreatinin
meningkat, eusinophilila, erythema multiforme, demam, sakit kepala, interstitial nephritis, neutropenia,
phlebitis, pseudomembranous colitis, sindrom Stevens-Johnson, trombositopenia, transaminases meningkat,
toxic epidermal necrolysis, urtikaria, vaginitis.
Sefadroksil
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi
Nama Dagang
Ancefa, Bidicef, Biodroxil, Cefadroxil Hexpharm, Dexacef, Doxef, Duricef, Erphadrox, Ethicef, Kelfex,
Lapicef, Librocef, Longcef, Opicef, Osadrox, Pyricef, Qcef, Qidrox, Renasistin, Sedrofen, Tisacef, Widrox,
Alxil dll.
Indikasi
Pengobatan suspek infeksi bakteri, termasuk yang disebabkan oleh Group A beta-hemolitic Streptococcus.
Profilaksis bakteri endokarditis pada pasien yang alergi terhadap penisilin dan pasien yang operasi dan
tindakan pada gigi.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral :Anak : 30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis
maksimal 2g/hari.
Dewasa : 1-2 g/hari dibagi dalam 2 dosis.
Profilaksis endokarditis :
Anak : 50 mg/kg BB 1 jam sebelum tindakan.
Dewasa : 2 gram 1 jam sebelum tindakan
Interval pada pasien gangguan ginjal
ClCr 10-25 mL/menit : diberikan setiap 24 jam.
ClCr <10 mL/menit : diberikan setiap 36 jam.
Gentamisin
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi
Nama Dagang
Diprogenta, Gentak, Gentamerc, Gentamisin, Gentana, Genoptik

Indikasi
Infeksi gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), infeksi tulang,
infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan
septikemia , penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit
Dosis umum :
Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
Anak dan dewasa : Intratekal : 4 8 mg/hari
Topikal :
Salep : Salep dioleskan pada kulit yang sakit 3 4 kali sehari
Dewasa : Diberikan secara i. v. atau i. m.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain
Efek Samping
- Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas (vertigo,
ataxia)
- Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability
- Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas (vestibular)
- Ginjal : Nefrotoksik ( meningkatkan klirens
kreatinin) 1% 10%
Asam Mefenamat
Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid
Nama Dagang
Analspec, Mefinal, Asimat, Ponstan, Benostan, Cetalmic, Corstanal, Dolfenal, Dolodon, Dolos, Dystan,
Fargetix, Gitaramin, Lapistan, Licostan, Mectan, Mefast dll.
Indikasi
Nyeri. Dismenore (gangguan nyeri saat haid). Anti-piretik (demam pada anak karena infeksi)
Dosis, Cara dan Lama Pemberian
Untuk nyeri : Dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis 250mg setiap 6 jam jika diperlukan. Penggunaan
sebaiknya tidak lebih dari 1 minggu.
Kontraindikasi
Adanya riwayat hipersensitif berupa gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh
Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien dengan riwayat gangguan saluran cerna. Pasien hamil trimester ke-3.
Pasien menyusui (atau hentikan menyusui).
Efek Samping
Gangguan lambung : tidak nafsu makan, sakit abdomen, sembelit, diare, dispepsi, kembung, rasa terbakar, mual,
tukak lambung, muntah, mulut kering hingga pendarahan lambung.
Efek pada darah : penurunan hematokrit (pemakaian jangka lama), anemia, memperpanjang waktu pendarahan,
eusinopili, epstaxis, leucopenia, thrombo, cytopenia, trombositopenia, menghambat agregasi platelet.
Bentuk Sediaan
Kapsul 250 mg, Kaplet 500 mg
Peringatan
Hati-hati Pasien Lansia. Pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan Pasien sedang menggunakan obat-obat
yang berinteraksi dengan Asam Mefenamat Pasien anak di bawah usia 14 tahun. Sebaiknya tidak digunakan
secara rutin sebagai obat antipiretik.

Ibuprofen
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik
Nama Dagang
Dofen, Dolofen Forte, Farsifen, Febryn, Fenris, Helafen, Iprox, Nofena, Ostarin, Profen, Proris, Ribunalm
Shelrofen, Anafen dll.
Indikasi
Nyeri & radang pada penyakit artritis (rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, osteoarthritis) & gangguan non
sendi (otot kerangka), nyeri ringan sampai berat termasuk dismenorea, paska bedah, nyeri & demam pada anakanak
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa :
Artritis : 400-800 mg 3-4 kali sehari (maksimun 3.2 g/hari)
Juvenile artritis : 30-40 mg/kg berat badan per hari dalam 3-4 dosis terbagi (maksimum 50 mg/kg berat badan)
Nyeri ringan s/d sedang : 200-400 mg tiap 4-6 jam, bila perlu (max 1,2 g/hari)
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema
Efek Samping
Gangguan saluran cerna : dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi, anoreksia dll.
Ketopropen
Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid
Nama Dagang
Kaltrofen, Profenid , Pronalges dll.
Indikasi
Penyakit inflamasi :
Rheumatoid arthritis, Juvenile Arthritis, Osteo, Arthritis, Ankylosing Spondilitis.
Kondisi inflamasi lain :
Penanganan nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan,ortopedi & nyeri karena kanker. Dismenore
(rasa krg nyaman/nyeri saat haid). Demam untuk Pasien usia 16thn atau lebih. Pemakaian lain : menurut studi
cohort pemakaian dosis rendah Ketoprofen selama 2 tahun atau lebih pada Pasien Geriatri dapat menurunkan
prevalensi penyakit alzheimer
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis disesuaikan dengan keadaan Pasien (sangat individual)
Penyakit inflamasi :
Dosis awal untuk penanganan gejala rheumatoid arthritis & osteo arthritis akut maupun kronis adalah 75mg, 3X
sehari atau 50 mg 4 kali sehari atau kapsul lepas lambat 200mg sekali sehari. Dosis ini dapat digunakan untuk
penanganan ankylosing spondilitis
Nyeri & Dismenore :
Pasien dewasa : 25mg atau 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal & hati : Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi
sehari adalah 150mg.
Farmakologi
Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 &
COX-2 pada jalur arachidonat tidak melalui jalur opiat
Efek Samping
Saluran cerna : (terjadi pada 10-30% Pasien) Keluhan saluran cerna, tukak peptik, mual, diare, sakit pada bagian
abdomen, sembelit, kembung, tidak ada nafsu makan, mulut kering, gastritis, pankreatitis, sampai pendarahan
pada saluran cerna. Sistim Syaraf Pusat : (lebih dari 3% Pasien) Sakit kepala, eksitasi (insomnia, bermimpi,
cemas, takut), pusing, depresi, sulit berkonsentrasi, lelah, bingung, migrain, rasa berputar, halusinasi. Ginjal &
Saluran kemih : (3-8% Pasien) Meningkatkan serum kreatinin, BUN, pendarahan saluran kemih, edema. Mata &

telinga : (1-3% Pasien) Gangguan penglihatan & tinitus. Gangguan jantung : (2% Pasien) peripheral edema.
Kulit : (1-3% Pasien) Gatal, eksim dll
Pengaruh
Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita hamil. Terutama pada akhir
masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan prematur
duktus arteriosus) & kontraksi uterus.
Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak direkomendasikan untuk
digunakan oleh ibu yg sedang menyusui.
Peringatan
Keamanan & efikasi belum jelas untuk penggunaan pada anak di bawah usia 12 tahun. Penyesuaian dosis untuk
Pasien Lansia karena eliminasi obat lambat. Pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan. Pasien
menggunakan obat-obat yang berinteraksi dengan Ketoprofen.
Ketorolac
Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid
Nama Dagang
Carpuject In, Remopain Inj, Rolac Inj, Scelto Inj, Toradol Inj, Torasic Inj, Torpain Inj, Trolac Inj, Toradol dll.
Indikasi
Nyeri : Nyeri akut, penanganan nyeri setelah operasi. Indikasi untuk sediaan mata : Inflamasi konjungtivitis
alergi musiman
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Parenteral : (IV/IM)dosis tunggal dewasa : 30-60mg,lansia dan dewasa dengan BB<50 kg: I5-30mg, dapat
dilanjutkan dengan oral. Anak-anak usia 2-16thn : 0,5-1mg/Kg BB, max. 15-30mg.
Oral : Ketorolac oral hanya digunakan sebagai terapi lanjutan dari ketorolac parenteral.
Dewasa, Dosis pertama 20mg dilanjutkan, 10mg sehari, dapat sampai 4X (setiap 4-6jam), meskipun demikian
dosis lebih tinggi masih dimungkinkan. Total lama pemakaian terapi kombinasi parenteral dan oral tidak boleh
lebih dari 5 hari
Farmakologi
Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 &
COX-2 pada jalur arachidonat tidak melalui jalur opiat. Efek pada darah : Menghambat proses agregasi platelet
& dapat memperpanjang waktu pendarahan. Konsentrasi tromboxan B2 serum ?
Kontraindikasi
Tidak diindikasikan untuk :
Pasien dengan hipersensitivitas urtikaria, angioudema, bronkospasme, rinitis yang parah, pasien yg alergi
terhadap golongan salisilat, penderita polip, asma, hipotensi, penanganan kondisi nyeri yang minor atau
kronik, pasien dengan penyakit tukak lambung aktif, pasien yg sedang menggunakan obat gol. AINS, anak di
bawah usia 2 tahun,pasien hamil trimester ke-3, pasien menyusui (atau hentikan menyusui)
Efek Samping
Sistem Syaraf (23% dari pemberian IV) : Sakit kepala, pusing, cemas, depresi, sulit berkonsentrasi, nervous,
kejang , tremor bermimpi, halusinasi, insomnia vertigo, psikosis.Gastro Intestin : (12-13% ) Mual, diare,
konstipasi, sakit lambung, perasaan kenyang, muntah, kembung, luka lambung, tidak ada nafsu makan, sampai
pendarahan lambung & saluran pembuangan. Kulit : (2-4% dari pemberian IV) Sakit di daerah tmp.
Penyuntikan (IM), kemerahan, hematoma gatal, berkeringat,

Meloksikam
Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid
Nama Dagang
Artrilox, Loxil, Loxinic, Meloxicam, Meloxin, Mevilox, Mexpharm, Mobiflex, Movicox, Moxam, Moxic,
Nulox, Ostelox, X-cam, Artricom dll.

Indikasi
Osteoarthritis, ankylosing spondilitis & Artritis Reumatoid
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Osteoartritis :
Dosis awal & pemeliharaan Pasien dewasa adalah dosis tunggal 7,5mg/hari. Dosis tertinggi adalah 15mg sekali
sehari. Tidak ada penyesuaian dosis untuk Pasien dengan gangguan fungsi ginjal/hati. Tidak disarankan untuk
Pasien dengan kerusakan ginjal/hati.
Farmakologi
Lebih banyak menghambat kerja enzim COX-2 & sedikit menghambat COX-1 pada sintesa prostaglandin
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Meloxicam, atau komponen lain dalam formulasi sediaan meloxicam Adanya riwayat
gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien
hamil trimester ke-3 Pasien menyusui (atau hentikan menyusui)
Efek Samping
Dispepsi, sakit kepala, mual, diare, infeksi saluran cerna atas, sakit abdomen, pusing, bengkak, kembung,
kemerahan. Efek pada saluran pencernaan : Pendarahan, tukak, perforasi yang serius Efek pada hati : SGOT,
SGPT meningkat Adanya anemia pada penggunaan jangka panjang.
Piroksikam
Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid
Nama Dagang
Faxiden, Felcam, Felcam Gel, Felden Gel, Felden Inj, Felden Supp, Infeld, Kifaden, Piroxicam, Rexicam,
Felden, Roxidene, Scandene, Scandene Gel, Sofden, Tropidene dll.
Indikasi
Rheumatoid arthritis & Osteo arthritis sebagai anti-inflamasi & analgetik
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Rheumatoid arthritis & Osteo arthritis :
Dewasa :
Dosis awal : 20mg/hari, dosis pemeliharaan : 20-40mg/hari

Farmakologi
Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 &
COX-2 pada jalur arachidonat tidak melalui jalur opiat
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap golongan AINS. Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat,
atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien hamil trimester ke-3. Pasien menyusui (atau hentikan
menyusui)
Efek Samping
Gangguan lambung (1-10% Pasien) : krg nafsu mkn, skt abdomen, sembelit, diare, dispepsi, kembung, rasa
terbakar, mual, tukak lambung, muntah, mulut kering hingga pendarahan lambung.
Efek pada darah (1-10% Pasien) : anemia, memperpanjang waktu pendarahan, eusinopili,epstaxis, leucopenia,
thrombo, cytopenia, trombositopenia, menghambat agregasi platelet.
Tramadol
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Narkotik
Nama Dagang
Centrasic, Contram, Dolana, Dolgesik, Dolocap, Dolsic, Forgesic, Intradol, Tradonal, Tradosik, Tradyl, Tramal,
Trasidan, Traumasik, Trazodon HCl, Trazone dll.

Indikasi
Nyeri sedang sampai berat
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Nyeri kronis sedang sampai berat yg tdk memerlukan efek analgesik yg cepat : awal 25 mg/hari kemudian
dinaikkan 25 mg per 3 hari hingga 25 mg 4x sehari. Maksimum 400mg. Sesudah itu dapat dinaikkan sesuai
toleransi dan kebutuhan: 50mg setiap 3 hari hingga 50mg 4 x sehari. Untuk efek yg cepat : 50 100 mg setiap 4
6 jam, jika perlu ( maksimum 400 mg/hari). Pasien dengan gangguan ginjal dan hati dosis disesuaikan dengan
mengurangi frekuensi pemberian.
Farmakologi
Aktivitas analgetik yg bekerja di pusat
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas,depresi napas akut,peningkatan tekanan kranial atau cedera kepala.
Efek Samping
Sistem saraf : pusing, vertigo (paling sering terjadi, > 26% pasien), stimulasi SSP: anxietas, agitasi, tremor,
gangguan, koordinasi, gangguan tidur, eforia dll (>7% pasien),
Pencernaan : konstipasi, mual (>24% pasien), muntah (>9% pasien), nyeri perut, anore
Parasetamol
Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik
Nama Dagang
Erphamol, Farmadol,Fasidol, Hufagesic, Mirasik, Nalgesik, Nasamol, Novagesic, Omegrip, Ottopan, Pacetik,
Panadol, Paracetol, Paradyn, Procet, Progesic, Propyretic, Pyrexin, Pyrexin, Pyridol, Samconal, Sanmol,
Sumagesic, Tempra, Termagon, Tropigesic, Turpan, Uni Cetamol, Alphamol, Xepamol, Xepamol, Zetamol dll
Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang dan demam
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa & anak >12 thn; oral 650 mg atau 1 g tiap 4-6 jam bila perlu, maksimum 4 g per hari.
Oral :
Anak untuk tiap 4-6 jam (maksimum 5 dosis per 24 jam) :
< 4 bln (2.7 - 5 kg) 40 mg,
4-11 bln (5-8 kg) 80 mg,
12-23 bln (8-11 kg)120 mg,
2-3 thn (11-16 kg)160
Farmakologi
Memiliki aktifitas sebagai analgetik dan antipiretik
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Efek Samping
Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut pernah
dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang
Peringatan
Hati-hati pada pasien yang sudah berkurang fungsi hati & ginjal, dan ketergantungan pada alkohol.
Toksisitas parasetamol dapat disebabkan dari penggunaan dosis tunggal yang toksik, dari penggunaan berulang
dosis yang besar, atau penggunan obat yang kronis
Prednison
Golongan/Kelas Terapi Hormon
Nama Dagang
Erlanison, Kokosone, Pehacort, Predsil, Sohoson, Trifacort, Dellacorta
Indikasi

Gangguan endokrin, penyakit Rheumatoid, sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada
terapi penyakit-penyakit, tenosynovitis nonspesifik akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis pasca-traumatik
Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya.
Efek Samping
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan Muskuloskeletal, gangguan pencernaan.
Metil Prednisolon
Golongan/Kelas Terapi Hormon, obat Endokrin Lain dan Kontraseptik Nama Dagang
Depo Medrol, Intidrol, Lameson, Lexcomet, Medixon, Medrol
Indikasi
Penyakit Rheumatoid Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit
penyakit-penyakit kolagen. Pada keadaan penyakit makin memburuk atau sebagai terapi perawatan pada kasuskasustertentu.
Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan hasil yang memadai pada terapi konvensional:
Pemakaian intrasinovial atau pemakaian pada jaringan halus, diindikasikan sebagai terapi tambahan pada
penggunaan jangka pendek (untuk membantu pasien melewati episode akut atau episode dimana penyakit makin
parah) dalam pengobatan:
Synogitis pada osteoarthritis, Rheumatoid arthritis, Bursitis akut dan subakut, Gouty arthritis akut,
Epicondylitis, tenosynovitis nonspesifik akut, Osteoarthritis pasca trauma
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral: 2-40 mg/hari. Injeksi im, iv lambat, infus iv: 10-100 mg/hari
Deksametason
Golongan/Kelas Terapi Antialergi
Indikasi
Antialergi dan obat untuk anafilaksis
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Untuk pengobatan alergi :
Pemberian oral :Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat dilakukan
tergantung respon pasien.
Anak-anak : 0,024-0,34 mg/kg/hari PO atau 0,66-10 mg/m2/hari PO, terbagi dalam 2-4 dosis.
Pemberian parenteral :
Dewasa : Awal, 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian dapat dilakukan tergantung
respon pasien.
Anak-anak : 0,06-0,3 mg/kg/hr atau 1,2-10 mg/m2/hr IM atau IV dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam.
Untuk pengobatan anafilaksis akut atau reaksi anafilaksis :
Dosis oral dan IM :
Dewasa : 4-8 mg IM dosis tunggal pada hari pertama.
Kemudian diberikan dosis oral, 1.5 mg PO 2X sehari pada hari ke 2 dan ke 3; kemudian 0,75 mg PO 2X sehari
pada hari ke 4; kemudian 0,75 mg PO sekali sehari pada hari ke 5 dan 6, kemudian hentikan.
Untuk pengobatan syok anafilaksis : IV.
Dewasa : dosis bervariasi 1-6 mg/kg IV atau 40 mg IV tiap 4-6 jam. Alternatif lain, 20 mg IV dilanjutkan
dengan infus IV 3 mg/kg dalam waktu 24 jam.
Peringatan
Gunakan hati-hati pada pasien hipotiroid, sirosis, hipertensi, gagal jantung atau gangguan tromboemboli, pasien
diabetes, glaukoma, katarak, TBC atau pasien
berisiko osteoporosis. Hati-hati pada pasien dengan gangguan pencernaan (divertikulitis, ulkus peptik, kolitis
ulseratif) karena potensial terjadi perforasi. Hati-hati digunakan pada infark miokard akut (kortikosteroid
dikaitkan dengan ruptur miokard). Gunakan hati-hati pada penurunan fungsi ginjal dan hati. Karena risiko efek
samping pada usila, gunakan kortikosteroid dengan dosis sekecil mungkin dan periode sesingkat mungkin.
Betametason
Golongan/Kelas Terapi Obat Topikal untuk Kulit

Nama Dagang
Benczema, Betnovate, Betodermin, Betopic, Celestoderm V, Cleniderm, Corsaderm, Diproson OV, Mesonta,
Metonate, Molason, Orsaderm, Oviskin, Skizon, Vason, Alphacort
Indikasi
Terapi topikal pruritus eritema dan pembengkakan dikaitkan dengan dermatosis, dan sebagian lesi psoriasis.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Pemberian Topikal :
Anak - anak :< 12 tahun : penggunaannya tidak direkomendasikan.
> 13 tahun : gunakan seminimal mungkin untuk periode yang singkat untuk menghindari supresi aksis HPA.
Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45 mg/minggu.
Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu.
Dewasa : Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi 2 minggu atau 45
mg/minggu.Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu.
Kontraindikasi
Infeksi virus, spt varisela dan vasinia, sirkulasi tak sempurna dengan nyata. Tidak dianjurkan untuk pruritus dan
jerawat.
Efek Samping
Absorpsi melalui kulit dapat mensupresi adrenal dan sindrom cushing tergantung luas permukaan kulit dan lama
pengobatan. Pada kulit dapat terjadi peningkatan lebar dan buruknya infeksi yang tidak diobati, penipisan kulit
dan perubahan struktur kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral. Timbul jerawat atau memperparah jerawat,
depigmentasi sedang dan hipertrikosis.
Lansoprazol
Golongan/Kelas Terapi Obat Untuk Saluran Cerna
Nama Dagang
Compraz, Lansoprazole Hexpharm, Lapraz, Laproton, Lasgan, Laz, Loprezol, Nufaprazol,Prazotec, Prolanz,
Prosogan FD, Protica, Pysolan, Solans, Sopralan, Ulceran, Betalans
Indikasi
Benign gastric ulcer, tukak duodenal, tukak lambung akibat NSAID, Zollinger-Ellison Syndrome, refluks
gastroesofageal, dispepsia.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis Dewasa (3) : Benign gastric ulcer : 30 mg sehari pada pagi hari selama 8 minggu. Tukak duodenal : 30 mg
sehari pada pagi hari selama 4 minggu; dosis penjagaan 15 mg per hari. Tukak lambung atau duodenal akibat
NSAID : 30 mg sekali sehari selama 4 minggu, dilanjutkan 4 minggu lagi jika belum sembuh total,
profilaksis : 15-30 mg sekali sehari.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Lansoprazol.
Efek Samping
Efek samping yang umum / paling sering muncul yaitu nyeri abdomen, diare, mual, sakit kepala, kemerahan
pada kulit. Efek samping yang lain meliputi gatal, pusing, konstipasi, mual, muntah, kembung, nyeri pada perut
/ abdomen, mulut kering. Efek samping yang serius yaitu retak pada tulang panggul (hip fracture)
Hidrokortison
Golongan/Kelas Terapi Hormon, obat Endokrin Lain dan Kontraseptik
Nama Dagang
Solu Cortef, ilacort
Indikasi
Insufisiensi adrenokortikoid, Reaksi hipersensitifitas, seperti syok anafilaktik dan angioudema, Radang usus,
Hemoroid, Reumatik, Penyakit mata, Penyakit kulit.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian


Oral, untuk terapi pengganti (replacement therapy) 20-30 mg/hari dalam dosis terbagi untuk orang dewasa,
anak-anak 10-30 mg/hari dalam dosis terbagi, Injeksi im atau iv lambat atau infus: 100-500 mg, 3-4 kali sehari.
Anak sampai usia 1 tahun, 25 mg.
Anak 1-5 tahun, 50 mg.
Anak 6-12 tahun, 100 mg,
Hidrokortison topikal (salep atau krim) digunakan sebagai anti radang dan antipruritis.
Efek Samping
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan, retensi natrium. Gangguan jantung kongestif :
Kehilangan kalium, Alkalosis hipokalemia, Hipertensi. Gangguan Muskuloskeletal : da ujung tulang paha dan
tungkai,fraktur patologis dari tulang panjang. Lemah otot : miopati steroid, hilangnya masa otot, osteoporosis,
putus tendon, terutama tendon Achilles, fraktur vertebral. Gangguan pencernaan : Iritasi dan rasa tidak enak di
lambung, kembung, borok lambung
Salbutamol
Golongan/Kelas Terapi Obat Untuk Saluran Napas
Nama Dagang
Azmacon Buventol Easyhaler, Combivent, Cybutol, Fartolin, Fartolin Expectorant, Glisend, Hivent, Lasal,
Lasal Expectorant, Librentin, Proventol Expectorant, Ventide, Ventolin
Indikasi
Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh. (2)
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :
Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari;
dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi
dengan baik).
Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kg 4 kali sehari (unlicensed); 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12
tahun 2 mg 3-4 kali sehari.
Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu.
Injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu.
IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit,
atau lebih bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).
Kontraindikasi
Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, adrenergic amines. (2)
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi antara lain :
Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia
Endocrine metabolic : Hipokalemia
Neurologic : Tremor
Psychiatric : Nervousness
Sedangkan efek samping yang cukup parah meliputi :
Dermatologic : Erythema multiforme, Stevens-Johnson syndrome.
Traneksamat
Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi darah
Nama Dagang
Clonex, Ditrane, Intermic, Klanex, Lunex, Pytramic, Ronex, Theranex, Tranexid, Transamin, Tranxa, Asamnex
dll.
Indikasi
Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat pemutusan benang fibrin. Asam traneksamat
digunakan untuk profilaksis dan pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang berlebihan dan
angiodema hereditas.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian


Dosis oral : 1-1.5 gram (atau 15-25 mg/kg) 2 sampai 4 kali sehari.
Dosis injeksi intravena perlahan : 0.5 -1 g (atau 10 mg/kg) 3 kali sehari.
Dosis infus kontinyu : 25-50 mg/kg setiap hari.
Dosis anak : 25 kg/mg melalui oral atau 10 mg/kg melalui intra vena setiap 2 atau 3 kali sehari.
Farmakologi
Asam traneksamat diabsorbsi dari saluran cerna dengan konsentrasi plasma puncak tercapai setelah 3 jam.
Bioavailabilitasnya sekitar 30-50%, didistribusikan hampir ke seluruh permukaan tubuh dan mempunyai ikatan
protein yang lemah. Berdifusi ke plasenta dan air susu. Waktu paruh eliminasi adalah 3 jam, diekskresikan
dalam urin sebagai obat tidak berubah.
Kontraindikasi
Pasien tromboembolik.
Efek Samping
Mual, muntah, diare, pusing dan rash.
Klorpheniramin
Golongan/Kelas Terapi Antialergi
Nama Dagang
Cohistan, CTM, Orphen, Pehachlor, Chlorphenon
Indikasi
Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa dan remaja : Dosis oral : Dosis yang disarankan adalah 4 mg tiap 4-6 jam, hingga 24 mg/hari. Usia lajut
: Mulai dengan dosis serendah mungkin. Pasien usila lebih sensitif terhadap efek antikolinergik. Anak-anak 6-12
tahun: Dosis yang disarankan adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr. Anak-anak umur 2-5 tahun: Dosis
yang disarankan adalah 1 mg setiap 4-6 jam
maksimal 4 mg/hari.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap klorfeniramin maleat atau komponen lain dalam formulasi; glukoma sudut sempit; gejala
hipertrofi prostat; sewaktu terjadi serangan asma akut; ulkus peptikum; obstruksi pyloroduodenal. Hindari
penggunaan pada bayi prematur atau baru lahir karena kemungkinan mengalami SIDS.
Efek Samping
Susunan saraf pusat : mengantuk.
Saluran pernapasan : mengentalkan sekresi bronkial
Susunan saraf pusat : Sakit kepala, eksitabilitas, rasa lelah, pusing.
Loratadin
Golongan/Kelas Terapi Antialergi
Nama Dagang
Allohex, Alloris, Anhissen, Anlos, Clarihis, Claritin, Cronitin, Hislorex
Indikasi
Alergi rinitis dan urtikaria
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis oral (tablet, dan sirup) :
Dewasa dan remaja : 10 mg sekali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : 10 mgsekali sehari.
Anak-anak 2-5 tahun : 5 mg (5 ml sirup) sekali sehari.
Anak-anak < 2 tahun : Keamanan dan efektivitas belum diketahui.

Kontraindikasi
Keamanan dan efektivitas penggunaan loratadin pada anak kurang dari 2 tahun belum diketahui. Umumnya
antihistamin tidak digunakan pada bayi baru lahir karena kemungkinan menstimulasi SSP paradoksikal atau
kejang.
Efek Samping
Dewasa :
SSP : Sakit kepala (12%), somnolen (8%), rasa lelah
(4%).
Gastrointestinal : Xerostomia (3%).
Anak-anak :
Diazepam
Golongan/Kelas Terapi Antiepilepsi, Antikonvulsi
Nama Dagang
Cetalgin, Danalgin, Hedix, Mentalium, Neurodial, Neuroval,Paralium, Proneuron,Stesolid, Trankinon, Validex,
Valisanb, Valium, Lovium
Indikasi
Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus,
kejang demam, spasme otot.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral :
Ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika perlu dapat dinaikkan menjadi 15-30 mg sehari dalam dosis terbagi;Lansia
(atau yang sudah tidak mampu melakukan aktivitas) setengah dosis dewasaInsomnia yang disertai ansietas, 5-15
mg sebelum tidur.Anak-anak, night teror dan somnambulisme, 1-5 mg sebelum tidur.
Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)untuk
ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi
setelah 4 jam.
Catatan rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.
Kontraindikasi
Depresi pernafasan, gangguan hati berat,
miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester
pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang
disertai dengan depresi. (IONI)
Efek Samping
Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan
efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia,
penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut. (AHFS
p.2389-2392)
Bentuk Sediaan
Tablet, Cairan Injeksi, Sirup. (IONI h.131)
Allopurinol
Golongan/Kelas Terapi Antipirai
Nama Dagang
Algut, Alofar, Benoxuric, Hanoric, Hycemia, Isoric, Kemorinol, Licoric, Llanol, Nilapur, Omeric, Omeric,
Puricemia, Puricemia, Reucid, Rinolic, Sinolic, Tylonic, Urica, Uricnol, Uroquad, Uroquad, Xanturic, Zyloric
Indikasi
Pirai primer & sekunder : Hyperuricemia karena penggunaan chemoterapi "Recurrent Renal Calculi". Lain-lain :
Menurunkan hiperuricemia sekunder akibat ke-kurangan glucose-6-phosphatedehydrogenase, "Lesch-Nyhan
syndrome", "Polycythemia vera", "Sarcoidosis", pemakaian thiazid & ethambutol.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian


Oral : Dosis tunggal, sebaiknya setelah makan & harus minum air yg banyak paling tidak 2L dalam sehari
(kecuali Pasien CHF/penyakit lain yang tidak boleh minum banyak). Jika dosis melebihi 300mg, sebaiknya
dalam dosis terbagi Gout : dosis awal 100mg/hr dapat ditingkatkan 100mg setiap minggu sampai kadar asam
urat 6mg/dL atau sampai dosis mencapai 800mg/hr. Hyperuricemia karena penggunaan chemoterapi : Dewasa :
600-800mg/hr untuk 2-3 hr. Mulai 1-2 hr sebelum mulai khemoterapi.
Kontraindikasi
Alergi terhadap allopurinol.
Efek Samping
Efek terhadap kulit & efek lokal : Gatal, kemerahan, eksim, bentol, demam, selulit, bengkak, berkeringat.. Efek
terhadap hati : Meningkatkan SGOT & SGPT, nekrosis, kerusakan hati, hepatitis, hiperbilirubinemia, sakit
kuning. Efek terhadap Saluran cerna : Mual, muntah, diare, sakit abdomen, sembelit, kembung, gastritis,
dispepsi, pendarahan lambung & pankreas, bengkak kantung saliva, lidah bengkak. Efek terhadap Sistem
syaraf : nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan mental, koma, paralisi, pusing,
limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur
Bentuk Sediaan
Tablet, Kapsul, Kaplet, Tablet Salut Film 100mg, 300mg.
Peringatan
Pasien anak, wanita hamil & menyusui, penggunaan allopurinol hanya jika betul-betul diperlukan. Untuk Pasien
lansia, perhatikan penyesuaian dosis akibat penurunan fugsi hati, ginjal & jantung. Pasien dengan asimtomatik
hiperurisemia dengan kadar asam urat < 9mg/dL.
Serum Anti Bisa Ular (Polivalen) Kuda
Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun
Indikasi:Untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Pemilihan anti bisa ular tergantung dari spesies ular yang menggigit. Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan
karena tergantung dari jumlah bisa ular yang masuk peredaran darah korban dan keadaan korban sewaktu
menerima anti serum. Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml sebagai larutan 2% dalam garam faali dapat
diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40 - 80 tetes per menit, kemudian diulang setiap 6 jam. Apabila
diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak berkurang atau bertambah) anti serum dapat terus diberikan setiap 24
jam sampai maksimum (80 - 100 ml). Anti serum yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai
suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan. Dosis anti serum untuk anak-anak sama atau lebih besar
daripada dosis untuk dewasa.
Stabilitas Penyimpanan
Disimpan pada suhu 2 - 8C dalam lemari es, jangan dalam freezer. Daluarsa = 2 tahun.
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut pada terapi anti bisa ular untuk envenoming sistemik yang nyata; terapi
diperlukan dan biasanya digunakan untuk menyelamatkan jiwa.
Efek Samping
1.

Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa
jam sesudah suntikan.

2.

Serum sickness; dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan berupa demam, gatal-gatal, eksantema, sesak
napas dan gejala alergi lainnya

3.

Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum secara intravena

4.

Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan serum dalam jumlah besar.
Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam.

Bentuk Sediaan
Vial 5 ml, Tiap ml Sediaan Dapat Menetralisasi :
10-15 LD50 Bisa Ular Tanah (Ankystrodon Rhodostoma)
25-50 LD50 Bisa Ular Belang (Bungarus Fasciatus)
25-50 LD50 Bisa ular kobra (Naja Sputatrix), dan mengandung fenol 0.25% v/v
Peringatan
Karena tidak ada netralisasi-silang (cross-neutralization) serum antibisa ular ini tidak berkhasiat terhadap gigitan
ular yang terdapat di Indonesia bagian Timur (misalnya jenis-jenis Acanthopis antarticus, Xyuranus scuttelatus,
Pseudechis papuanus dll) dan terhadap gigitan ular laut (Enhydrina cysta).
Informasi Pasien
Informasikan pada pasien mengenai kemungkinan efek samping yang tertunda, terutama serum sickness
(demam, rash, arthralgias).Tindakan pertama pada gigitan ular:
1.

Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium permanganat untuk menghilangkan atau
menetralisir bisa ular yang belum terabsorpsi.

2.

Insisi atau eksisi luka tidak dianjurkan, kecuali apabila gigitan ular baru terjadi beberapa menit
sebelumnya. Insisi luka yang dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa atau dilakukan oleh orang yang
tidak berpengalaman justru seing merusak jaringan dibawah kulit dan akan meninggalkan luka parut
yang cukup besar.

3.

Anggota badan yang digigit secepatnya diikat untuk menghambat penyebaran racun.

4.

Lakukan kemudian imobilisasi anggota badan yang digigit dengan cara memasang bidai karena
gerakan otot dapat mempercepat penyebaran racun.

5.

Bila mungkin anggota badan yang digigit didinginkan dengan es batu.

6.

Penderita dilarang untuk bergerak dan apabila perlu dapat diberikan analgetika atau sedativa.

7.

Penderita secepatnya harus dibawa ke dokter atau rumah sakit yang terdekat untuk menerima
perawatan selanjutnya.

Serum Anti Rabies


Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun
Nama Dagang Verorab
Indikasi Untuk pengobatan terhadap rabies
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
0.5 ml (50 IU) per kg berat badan, sebagian kecil diinfiltrasikan di sekitar luka gigitan dan selebihnya di
intramuskuler
Stabilitas Penyimpanan
Disimpan pada suhu 2 - 8C dalam lemari es. Jangan dalam freezer. Daluarsa = 2 tahun.
Efek Samping
1.

Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa
jam sesudah suntikan.

2.

Serum sickness; dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan berupa demam, gatal-gatal, eksantema, sesak
napas dan gejala alergi lainnya.

3.

Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum secara intravena.

4.

Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan serum dalam jumlah besar.
Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam

Serum Anti Tetanus


Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun Nama Dagang
Indikasi
Pencegahan dan pengobatan tetanus.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Pencegahan tetanus : 1 dosis profilaktik (1.500 IU) atau lebih, diberikan secara intramuskuler secepat mungkin
kepada seseorang yang luka dan terkontaminasi dengan tanah, debu jalan atau bahan lainnya yang dapat
menyebabkan infeksi Clostridium tetani. Dua minggu kemudian diberikan kekebalan aktif dengan vaksin jerap
tetanus, supaya jika mendapat luka lagi tidak perlu diberi serum anti tetanus profilaktik, tetapi cukup diberi
booster vaksin jerap tetanus. Untuk pencegahan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 1.500 IU, Fenol 0,25%
v/v. Untuk pengobatan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 5.000 IU, fenol 0,25% (2) Untuk pengobatan :
10.000 IU atau lebih, secara intramuskuler atau intravena, tergantung keparahan keadaan penderita.
Farmakologi
Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif
sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai. (1)
Stabilitas Penyimpanan
Disimpan pada suhu 2 - 8C. Daluarsa 2 tahun
Efek Samping
1.

Reaksi anafilaktik: jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa
jam sesudah suntikan.

2.

Serum sickness: dapat timbul 5 hari setelah suntikan berupa demam,gatal-gatal, eksantema, sesak
napas dan gejala alergi lainnya

Sebelum memberi suntikan serum antitetanus dengan dosis penuh, sebaiknya dilakukan tes hipersensitifitas
subkutan terutama bagi mereka yang mempunyai penyakit alergi (asma, dll).
Bentuk Sediaan
Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml (10.000 IU)
Vial 5 ml (20.000 IU)
Peringatan
Suatu dosis uji antitoksin tetanus seharusnya selalu diberikan untuk mengenali pasien yang mungkin mengalami
reaksi hipersensitivitas.
Mekanisme Aksi
Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif
sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai

Kateterisasi Urethra
Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS
Definisi
Suatu tindakan untuk mengalirkan urin melalui selang kateter yang dimasukkan melalui uretra.
Indikasi
Diagnostik
1.

Mengambil sample urin untuk kultur urin

2.

Mengukur residu urin

3.

Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi

4.

Urodinamik

5.

Monitor produksi urin (untuk menilai hidrasi, fungsi ginjal, respon terapi, balance cairan dll).

6.

Mengukur tekanan intra abdomen secara tidak langsung (indirect)

Terapi
1.

Semua penderita yang datang dengan keluhan berupa tidak bisa kencing (retensi urine )

2.

Diversi urine

3.

Sebagai splin

4.

Sebagai bagian dari persiapan pra operasi dan penatalaksanaan post operasi

Kontra indikasi
Ruptur urethra, biasanya ditandai dengan adanya meatal bleeding dan floating prostat pada pemeriksaan colok
dubur.
Jenis Kateter Urethra
Kateter dapat dibedakan berdasarkan bentuk (Straight; lurus tanpa ada cabang contoh Robinson kateter Nelaton
kateter Coude Catheter; kateter dengan ujung lengkung dan ramping contoh : Kateter Tiemann), ukuran,
bahan(stainless, lateks/karet, silicon), sifat pemakaian(self retaining kateter; dipakai menetap misalnya Kateter
Molecot dan Kateter Foleey) , jumlah percabangan( 2 cabang, tiga cabang).
Ukuran kateter menggunakan skala Cherieres (Franch) yang besarnya 1 ch atau Fr = 0,33 mm atau 1 mm sama
dengan 3 Fr. Sebagai contoh, jika ukuran kateter 18 Fr berarti diameter luar dari kateter adalah 6mm.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan
1.

Xilocain jelly

2.

Kasa steril

3.

Sarung tangan steril

4.

Larutan antiseptik

5.

Kateter sesuai ukuran

6.

Urine bag

7.

Spuit 10 ml

8.

Aquabides untuk balon kateter

9.

Duk bolong steril

10. Bengkok / nierbecken


11. Pinset anatomis steril
12. Plester
Tehnik Operasi

1.

Posisi pasien telentang

2.

Operator sebelah kiri pasien

3.

Desinfeksi lapangan tindakan dengan larutan antiseptik.

4.

Pasang duk bolong

5.

Pegang dan tarik penis dengan kasa steril pakai tangan kiri

6.

Masukan jelly xylocaine 2-4% dengan spuit 20cc ke MUE

7.

Kateter yang diolesi jelly steril dimasukkan ke dalam urethra. Pada penderita pria, kateter dimasukkan
dengan gentel sampai urin mengalir

8.

Catat jumlah dan warna urin

9.

Balon dikembangkan dengan aquabides sebanyak 5-10 ml.

10. Bila diputuskan untuk menetap, kateter dihubungkan dengan urine bag dan dipertahankan sebagai
sistem tertutup.

11. Kateter difiksasi dengan plester pada kulit paha proksimal atau di daerah inguinal dan diusahakan agar
penis mengarah ke lateral, hal ini untuk mencegah nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral urethra
di daerah penoskrotal

Teknik memasang kateter pada perempuan hampir sama, yang perlu diperhatikan adalah identifikasi MUE
dengan cara melebarkan labia mayora. MUE terletak dibawah klitoris dan diatas vagina.
Komplikasi operasi
Komplikasi pasca bedah ialah urethritis, ruptur urehtra, perdarahan dan striktur urethra.
Perawatan Pasca Kateterisasi

Minum banyak untuk menjamin diuresis(jika tidak puasa)

Membersihkan ujung urethra dari sekret dan darah yang mengering agar pengaliran sekrit urethra tetap
terjamin

Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli agar urin tidak mengalir
kembali kedalamnya.

Follow-up
Mengganti kateter nelaton tiap 1- 2 minggu atau kateter silikon tiap 6-8 minggu bila memang masih diperlukan,
untuk mencegah infeksi
Luka Gigitan
Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS
Luka gigita yang paling sering dijumpai diantaranya

1.

Ular (vulnus morsum serpentis)

2.

Anjing (vulnus morsum canis)

3.

Kucing (vulnus morsum felis )

4.

Monyet (vulnus morsum macacus)

5.

Manusia (vulnus morsum sapiens)

6.

Kalajengking (vulnus morsum)

Penanganan luka gigitan ular


Perhatikan perbedaan morfologi kemungkinan ular berbisa atau tidak pada gambar dibawah ini:

Tingkatan berat ringannya gigitan ular dibagi menjadi 5 tingkatan sesuai dengan keadaan klinis yaitu:

Grade

Tanda dan gejala

0: Tanpa envenomation

Satu atau lebih luka gigitan, nyeri minimal, edema di


sekitarnya < 1 inci dan eritema pada 12 jam, tidak ada
keterlibatan sistemik

I: Envenomasi minimal

Tanda luka gigitan, nyeri moderate sampai berat, edema di


sekitar 1 - 5 inci dan eritema dalamn 12 jam pertama
setelah gigitan, tidak ada keterlibatan sistemik.

II: Envenomasi moderate Tanda luka gigitan, nyeri berat, ang marks; severe pain;
edema di sekitar 6 12 inci dan eritema dalam 12 jam
setelah gigitan, kemungkinan keterlibatan sistemik
termasuk nausea, vomitus, pusing, syok atau gejal

neurotoksik

III: Envenomasi berat

Tanda luka gigitan, nyeri berat, edema di sekitarnya lebih


dari 12 inci dan eritema biasanya ada dan termasuk petekie
generalisata dan ekimosis.

IV: Envenomasi sangat


berat

Keterlibatan sistemik selalu ada dan gejal dapat termasuk


gagal ginjal, sedikit hematuri, koma dan kematian, edema
local dapat meluas melebihi ekstremitas yang terlibat pada
sisi tubuh ipsilateral.

Pemasangan torniket dan insisi dan pengisapan tepat dikerjakanan dalam 1 jam pertama gigitan ular. Ular
memasukkan venom ke dalam jaringan subkutan yang akan diabsorbsi oleh kapiler dan limfatik. Torniket
dipasang longgar hanya untuk menghambat aliran vena dan limfatik. Torniket jangan dilepas selama 30 menit
sampai pengisapan bisa ular dapat dilakukan. Torniket dilepas setelah terapi definitive dilakukan dan pasien
tidak dalam keadaan syok.
Tindakan yang dilakukan adalah:
1.

Primary survey (ABCD)

2.

Pasang torniquet

3.

Insisi silang ditempat gigitan

4.

Isap (jangan dihisap dengan mulut, usahakan dengan vacuum, atau suction atau spuit)

5.

Cuci luka dengan diguyur NaCl 0,9 % sebanyak-banyaknya, dilanjutkan dengan H2O2 kemudian
povidon iodine dan terakhir dengan NaCl 0.9 %

6.

Pemberian serum anti bisa ular.

7.

Antibiotik profilaksis

8.

Anti tetanus (penggunaan tetanus toksoid dan atau anti tetanus serum tergantung status imunisasinya)

9.

Analgetik.

10. Pemeriksaan darah lengkap dan urin.


Insisi dan pengisapan bisa ular selama 30 menit dapat bermanfaat bila dilakukan 30 menit setelah digigit ular.
Insisi dilakukan longitudinal dan tidak cruciate. Ketika dua tanda gigitan ular terlihat, kedalaman injeksi venom
kira-kira 2/3 jarak antara tanda gigitan ular. Gigitan yang berat dapat menyebabkan masuknya venin ke fascia
dan explorasi surgical perlu dilakukan. Insisi yang dibuat proksimal terhadap gigitan merupakan kontraindikasi.
Rata-rata gigitan ular tidak memerlukan eksisi surgical. Prosedur ini dilakukan pada envenomasi berat. Terlihat
bahwa eksisi luas dari seluruh area di sekitar gigitan ular dalam 1 jam pertama sejak waktu injeksi dapat
menghilangkan seluruh venom. Eksisi luka gigitan termasuk kulit dan jaringan subkutis, perlu dipertimbangkan
pada luka gigitan berat dan pada pasien yang diketahui alergi terhadap serum kuda yang dapat dilihat dalam 1
jam setelah gigitan. Kebanyakan fatalitas gigitan ular terjada selama 6 -48 jam setelah gigitan ular.
Terapi paling penting untuk gigitan ular adalah antivenin.

Sengatan kalajengking
Dari beberapa spesies kalajengking di AS, hanya satu, Centruroides exilicauda atau bark scorpion, yang
bermakna secara medis. Hewan ini ditemukan terutama di gurun pasir barat daya. Memiliki panjang 1 0- 7 cm,
berwarna coklat kekuning-kuningan dan memiliki pita vertical pada punggungnya. Tonjolan pada dasar organ
penyengat membedakan bark scorpion dari spesies lain. Venom bersifat neurotoksik dan menyebabkan
pelepasan neurotransmitter dari system saraf otonom dan kelenjar adrenal. Venom ini juga menyebabkan
depolarisasi sistem neuromuskuler.
Sengatan menyebabkan rasa nyeri dengan bebebapa gejala local lain. Hiperestesia menetap pada tempat
sengatan sehingga menghasilkan nyeri. Tap test memperkuat diagnosis.Gejala lain yang menunjukkan sifat
neurotoksik venom dan termasuk ansietas, penglihatan kabur atau kebutaan temporer, pergerakan mata
patologis, dispnea, wheezing, disfagia, miksi dan defekasi involunter dan opstotonus. Kontraksi muskuler
somatic mirip kejang, hipertensi, supraventricular tachyarrhythmias dan demam dapat terlihat.
Pada dewasa, sengatan dapat diterapi baik dengan kompres dingin.Sebaliknya, bayi dan anak kecil dapat
meninggal karena venom kalajengking. Anak kecil dengan tanda envenomasi harus dirawat di rumah skit dan
dimonitor. Tidak ada tes diagnosis spesifik yang dapat dilakukan. Terapi meliputi penanganan jalan nafas dari
sekresi yang berlebihan, sedasi dan terapi aritmia dan hipertensi bila diperlukan. 100 Calcium gluconate dapat
digunakan untuk terapi spasme otot. Narkotik tidak perlu digunakan karena dapat memperberat efek neurotoksik
dari venom. Antivenin yang berasal dari kambing tersedia tetapi hanya di wilayah Arizona.
Gigitan Anjing, Kucing, Tikus dan Kera
Gigitan hewan dappat menjadikan saranan penularan virus rabies. Tidak hanya anjing, kera, tikus dan
kelincipun dapat menjadi penular virus ini. Penyakit yang ditimbulkan adalah rabies.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini
menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan
masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka
berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air
liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies
adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun,
sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia, karena tidak
semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami
rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian
menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
1.

Tindakan terpenting adalah pembersihan luka

2.

Jika penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan
immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.

3.

Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit
hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.

Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan
harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).

Vena Seksi
Definisi
Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan akses vena dengan cara pembedahan yang dilakukan jika akses
vena perifer sulit karena kollaps pembuluh darah perifer (misalnya karena syok, dehidrasi) atau karena
thrombosis vena perifer setelah penusukan berulang atau diperlukan akses yang lebih besar daripada vena
perifer
Vena seksi juga dilakukan bila vena punksi sulit dilakukan misalnya pada orang gemuk, bayi, atau bila semua
tempat telah habis terpakai vena punksi.
Kegunaan
Sebagai akses intra vena, misalnya
1.

Tranfusi

2.

Infus

3.

Nutrisi parenteral

4.

Terapi parenteral

5.

Diagnostik

Anatomis untuk vena seksi

1.

Tempat utama untuk vena seksi perifer adalah vena saphena magna di pergelangan kaki, yang berlokasi
2 cm di depan dan diatas malleolus medialis.

Dikutip dari Moore Clinically Oriented Anatomy, 5th edition 2006


2.

Tempat kedua adalah vena basilica, berlokasi 2.5 cm lateral dari epicondylus medialis humeri atau 23 cm diatas dan medial dari epicondylus lateralis di lipatan fleksi siku.

Dikutip dari Moore Clinically Oriented Anatomy, 5th edition 2006


Alat-alat
Alat dan bahan yang perlu disediakan sama dengan tindakan bedah minor lainnya, tambahannya adalah
venocath (selang kateter vena) atau abbocath (needle vein catheter) yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran
vena.
Teknik Operasi
Jika menggunakan selang venocath
1.

Pasien dalam posisi terlentang, kalo anak2 harus dipegang

2.

A dan antiseptik

3.

Identifikasi lokasi vena saphen magna pada mata kaki. Vena berlokasi pada titik 2cm anterior dan
superior dari malleolus medialis.

4.

Lidocaine 1% diinfiltrasikan pada kulit pada area seluas 1 inchi sekitar vena yang diincar.

5.

Incisi kulit transverse 1,5-2cm sampai subkutis.

6.

Dilakukan diseksi tumpul dengan menggunakan klem pean bengkok.

7.

Identifikasi vena saphena magna

8.

Vena dibebaskan dengan jaringan sekitarnya dengan klem sampai sekitar 3 cm (vena telanjang).

9.

Luksir vena dari dasarnya dengan klem, kembali bebaskan dasar sepanjang 3 cm.

10. Masukan klem kebawah vena dan pasang benang silk 3-0 di distal dan proksimal.
11. Daerah vena yang distal diikat dengan silk 3-0, sisakan benang sampai panjang.
12. Vena sedikit ditarik, lalu dibuat incisi pada aspek anterior dengan bisturi no 11.
13. Masukan venocath dengan bantuan pinset 3-5 cm.
14. Aspirasi dari ujung venocath untuk meyakinkan tidak ada tahanan dan sekaligus menarik agar tidak ada
udara dalam venocath.
15. Masukan cairan infus melalui canul di ujung venocath.
16. Jika lancar, ikatkan benang dibagian proksimal untuk memfiksasi venocath, hati-hati jangan terlalu
kuat hingga lumen venocath tertutup.
17. Luka dijahit dengan silk 3-0.
18. Fiksasi venocath dengan plester dibeberapa tempat.
19. Tutup luka dengan hypafix atau dermafilm.
Jika menggunakan
Abbocath (needle venocath)
1.

Setelah tindakan ke 11, angkat tepi insisi inferior dengan pinset.

2.

Tusukan abbocath ke kulit 0.5 1 cm inferior tepi insisi (jangan sampai vena tertusuk) sampai
ujungnya keluar dan terlihat diatas vena.

3.

Angkat benang bagian atas, identifikasi kembali vena dan tusukan abbocath sampai masuk lumen.

4.

Tarik ujung jarum agar tidak melukai dinding vena, sambil venocath didorong.

5.

Perhatikan aliran vena pada abbocath

6.

Pasang selang infuse, yakinkan cairan dapat mengalir dengan lancar.

7.

Ikat benang di bag proksimal, hati-hati jangan terlalu kencang agar lumen abbocath tidak tertutup.

8.

Jahit luka insisi.

9.

Fiksasi abbocat dengan jahitan ke kulit di ujung canulnya.

10. Balut luka dengan dermafilm atau kassa dan hypafix.


Harap diperhatikan bahwa jika abbocath melekuk apalagi terlipat maka lumennya akan menyempit bahkan
tertutup. Hati-hati selama melakukan manuver-manuver agar abbocat tidak melekuk/bengkok.

Cutis, subcutis dibuka, diseksi secara tumpul, vena diidentifikasi

Kontrol proksimal dan distal dengan silk 2-0

Insersi vecocath setelah vena diinsisi, bag proksimal dan distal diikat

Insersi Abbocath setelah menusuk kulit dahulu


Komplikasi
1. Tromboflebitis dapat mulai dalam 24 jam
2. Robekan syaraf dan atau arteri
3. Hematom
4. Selulitis
Pasca Bedah
1.

Dilakukan desinfeksi kulit sekali lagi dengan teliti, bila perlu diberi salep antibiotik pada luka insisi.

2.

Difiksasi dengan bidai/spalk.

3.

Dilakukan ganti verban setiap hari dengan tindakan asepsis .

Insisi Drainase Abses


Definisi
Abses adalah pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan yang kemudian membentuk
rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh
terhadap adanya infeksi.
Patofisiologi
Kejadian abses bermula dari trauma mayor ataupun minor yang diikuti masuknya bakteri . Eksudat kemudian
terakumulasi, jika tidak segera diekskresikan atau di absorbsi tubuh, maka akan memicu terbentuknya kapsul
fibrous sebagai respon tubuh untuk melokalisir untuk membatasi penyebaran lebih lanjut.

Sumber: www.drwheatgrass.info/blog/treat_abscess
Abses bisa terjadi dimanapun di bagian tubuh. Untuk tindakan bedah minor akan dibahas abses di kulit dan
subkutis tetapi tidak termasuk abses payudara, abses perianal dan abses paraanal mengingat penanganannya
yang spesialistik.
Abses juga bisa terjadi setelah suatu luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis. Abses bisa
timbul di setiap bagian tubuh dan menyerang berbagai usia.
Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang
telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang
baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.
Etiologi
Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti bakteri pyogenic. (Stapilococcus Spp,
Esceriscia coli, Streptokokkus beta haemoliticus Spp, Pseudomonas, Mycobakteria, Pasteurella multocida,
Corino bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri yang bersifat obligat anaerob (Bakteriodes sp, cClostridium,
peptostreptokokkus,fasobakterium).
Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran infeksi melalui aliran darah bisa
menyebabkan sepsis. Maka dari itu penanganan abses perlu sesegera mungkin (cito). Jika abses akan pecah,
maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Kemungkinan terbentuknya abses meningkat pada:

Adanya kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

Individu dengan gangguan sistem kekebalan.

Individu dengan gangguan vaskular

Klinis
Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lama-kelamaan terbentuk masa kistik dengan
temperatur yang lebih hangat dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi
sebagai akibat banyaknya
eksudat yang terbetuk.
Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul demam yang berulang. Gejalanya bisa timbul:

adanya masa

nyeri

teraba hangat

pembengkakan

kemerahan

Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di daerah yang paling fluktuatif.

Sumber gambar www.lib.uiowa.edu/Hardin/md/cdc/staph/mrsa3.hml


Pada pemeriksaan laboratorium bisa menunjukan penigkatan leukosit.
Terapi
Terapi utama adalah drainase sebagai kontrol sumber infeksi (source control). Drainase dilakukan dengan
menginsisi bagian yang paling fluktuatif dan dinding yang paling tipis. Adakalanya terbetuk septa-septa dalam
satu abses sehingga diperlukan multiple insisi. Pemberian antibiotik idealnya adalah sesuai dengan tes kultur
dan resistensi, namun mengingat hasil kultur setidaknya membutuhkan waktu 3 hari, maka diberikan antibiotik
broad spectrum sesuai pola kuman penyebab terbanyak dan pola resistensi yang berbeda di setiap daerah.
Teknik Operasi
1.

Tindakan a dan antiseptik, jika abses setelah pecah, maka mulai painting dari arah luar kedalam (bagian
yang kotor diusap terakhir).

2.

Drepping

3.

Anestesi dengan chlor ethyl topical(disemprot)

4.

Siapkan kasa dan neerbeken untuk menampung eksudat

5.

Insisi dengan pisau no 11, kemudian lebarkan dengan klem

6.

Tekan sampai pus/eksudat minimal

7.

Lakukan debridement jaringan nekrotik dengan kuret atau kasa.

8.

Irigasi dengan NaCl 0,9 % sampai jernih

9.

Bilas dengan H2O2

10. Cuci dengan antisetik povidon iodine (betadin), chlorhexidin (savlon) dll
11. Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif sebaiknya dipasang drain
(dengan penroos drain atau potongan karet hand scoon steril)
12. Rawat sebagai luka terbuka (tidak dijahit)

Debridemen
Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari suatu luka. Jaringan avital dapat
berwarna lebih pucat, coklat muda atau hitam dan dapat kering atau basah.
Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan surgikal. Metode debridement yang
dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit
sistemik.
1.

Debridement Otolitik
Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi, melembutkan dan akhirnya
melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang
dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan
jaringan nekrotik. Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent
films.
Indikasi
o

Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.

Keuntungan:
o

Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.

Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk membersihkan


luka debris nekrotik .

Efektif dan mudah

Sedikit atau tanpa nyeri.

Kerugian:

2.

Tidak secepat debridement surgikal.

Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.

Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif digunakan.

Debridement Enzymatik:
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang debridement, seperti
kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau
debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.
Indikasi
o

Untuk luka kronis

Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.

Pembentukan jaringan parut

Keuntungan
o

Kerjanya cepat

Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.

Kerugian:
o

Mahal

Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.

Memerlukan balutan sekunder

Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

Aplikasi balutan dengan debridement enzymatic

Setelah beberapa hari pemakaian, balutan dibuka


3.

Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada luka. Lapisan luar dari
luka mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang
melekat pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa
yang lain viable. Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak
sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.
Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk pembedahan.
Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih
diperdebatkan.
Indikasi
o

Luka dengan debris nekrotik moderat.

Keuntungan:
o

Materialnya murah (misalnya tule)

Kerugian:
o

Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan penyembuhan

Lambat

Nyeri

4.

Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran melalui air dapat
menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.

Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan menggunakan skalpel, gunting atau
instrument tajam lain Debridement surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan
nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang
dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu.
Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah
pemberian anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal), bisa juga lebih
kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah.
Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang
sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong.
Luas dan radikalitas debridemet dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Indikasi
o

Luka dengan jaringan nekrotik yang luas

Jaringan terinfeksi.

Keuntungan:
o

Cepat dan selektif

Efektif

Kerugian :
o

Nyeri

Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi

Teknik Operasi
o

Tindakan a dan antiseptik

Anestesi infiltrasi sekitar luka

Luka dicuci sampai bersih

Identifikasi jaringan nekrotik dan struktur neuro vaskular.

Jepit jaringan nekrotik dengan pinset, gunting

Ulangi langkah 5 sampai semua/sebagian besar jaringan terbuang. Sampai jaringan sehat
terlihat (sudah ada perdarahan normal)

Jika luka tertutup darah, cuci kembali dengan NaCl 0.9 %, lalu kembali identifikasi jaringan
nekrotik.

Selanjutnya tergantung tipe luka dapat dijahit primer atau dilakukan perawatan luka terbuka
atau tindakan definitif lainnya.

Tofus
Definisi
Tofus (Latin: "batu", jamak tofi) adalah deposit urat monosodium terkristal pada seseorang dengan
hiperuricemia kronis. Pada stadium ini, telah berkembang gejala yang berhubungan dengan atropati kristal yang
disebut gout.
Penyakit ini paling sering mengenai sendi di pangkal ibu jari kaki dan menyebabkan suatu keadaan yang disebut
podagra; tetapi penyakit ini juga sering menyerang pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan dan siku.

Kristal dapat terbentuk di sendi-sendi perifer tersebut karena persendian tersebut lebih dingin daripada
persendian di pusat tubuh dan urat cenderung membeku pada suhu dingin. Kristal juga terbentuk di telinga dan
jaringan yang relatif dingin lainnya. Sebaliknya, tofus jarang terjadi pada tulang belakang, tulang panggul
ataupun bahu.
Penyebab
Dalam keadaan normal, beberapa asam urat ditemukan dalam darah. Kadar asam urat menjadi sangat tinggi jika
ginjal tidak dapat membuangnya melalui air kemih.
Tubuh juga bisa menghasilkan sejumlah besar asam urat karena diet tinggi purin atau kelainan metabolisme
asam urat.
Beberapa jenis penyakit ginjal dan obat-obatan tertentu mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang
asam urat.
Terapi
Allopurinol merupakan obat yang menghambat pembentukan asam urat di dalam tubuh. Obat ini terutama
diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat yang tinggi dan batu ginjal atau mengalami

kerusakan ginjal. Allopurinol bisa menyebabkan gangguan pencernaan, timbulnya ruam di kulit, berkurangnya
jumlah sel darah putih dan kerusakan hati.
Sebagian besar tofi di telinga, tangan atau kaki akan mengecil secara perlahan jika kadar asam urat dalam darah
berkurang; tetapi tofi yang sangat besar mungkin harus diangkat melalui pembedahan.
Orang yang memiliki kadar asam urat yang tinggi tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala pirai, kadang
mendapatkan obat untuk menurunkan kadar asam uratnya.
Indikasi Operatif
1.

Mengganggu fungsi dan diperlukan evakuasi dengan cepat

2.

Kosmetik

Teknik Operasi
1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 2%

3.

Pegang ujung masa dengan pinset.

4.

Lakukan insisi tepat diatas tofus

5.

Evakuasi masa dengan pinset.

6.

Cuci dengan NaCl 0.9 %

7.

Jika luka kecil tidak perlu dijahit, cukup rapatkan dengan plester steril.

8.

Tutup dengan kasa

Insisi tepat diatas masa

Evakuasi dengan pinset

Cuci sampai bersih

Tutup dengan kasa

Granuloma
Definisi
Granuloma merupakan salah satu dari sejumlah bentuk nodul peradangan lokal yang ditemukan pada jaringan.
Granuloma dapat disebabkan oleh berbagai iritasi biologis, kimia dan fisik pada jaringan.
Granuloma dibedakan menjadi granuloma anulare dan granuloma pyogenik.
Granuloma annulare mungkin terlokalisir, generalisata, perforantes, atau subkutan. Granuloma subkutan
annulare biasanya muncul pada anak-anak tersebar pada kaki, tungkai bawah, jari-jari, tangan, lengan bawah,
kulit kepala, dan dahi.
Granuloma pyogenik adalah kelainan angiogenesis dengan etiologi yang mendasarinya tidak diketahui. Tempat
predileksinya ada di kepala dan leher, meskipun lesinya dapat muncul pada setiap bagian dari tubuh yang lain.
Epidemiologi
Amerika Serikat
Granuloma annulare paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.
Solitary piogenik Granuloma umumnya dan merepresentasikan 0,5% dari seluruh nodul kulit pada anak-anak.
Mortalitas / Morbiditas
Granuloma annulare adalah penyakit kosmetik self limited tanpa komplikasi sistemik. Pada kasus yang jarang,
Granuloma annulare mungkin terdapat pada fasia dan tendon dan dapat menyebabkan sclerosis, lymphedema,
dan deformitas seperti ankylosis pada sendi. Granuloma annulare secara epidemiologi berhubungan dengan
diabetes melitus, necrobiosis lipoidica diabeticorum, dan rheumatoid nodul.
Granuloma piogenik merupakan tumor vaskular jinak, kebanyakan terjadi di masa kanak-kanak. Lesi mungkin
berdarah dan membentuk ulkus.

Sex
Granuloma annulare memiliki sedikit kecenderungan ke arah perempuan.
Pada Granuloma annulare, perempuan sedikit lebih banyak terkena daripada laki-laki.
Pada Granuloma piogenik, pria-wanita rasio 3:2.
Usia
Lebih dari dua pertiga pasien dengan penyakit Granuloma annulare mengalami onset penyakit mulai usia
dibawah 30 tahun. Pada pasien anak dengan Granuloma pediatrik annulare, onset usia berkisar 1-14 tahun,
dengan rata-rata 4 tahun.
Klinis
Granuloma Annulare

Anak dengan granuloma annulare biasanya sehat dan memiliki lesi dalam beberapa bulan tanpa ada
keluhan lainnya.

Satu atau lebih nodul jaringan lunak yang tidak nyeri tekan pada ekstremitas, scalp, atau dahi.

Papula dengan diameter 1-5 mm, berwarna kemerahan atau merah muda terang, dan mulus tidak
bersisik.

Paling sering ditemukan sepanjang aspek ekstensor ekstremitas, dan dengan dengan sendi.

Granuloma Pyogenic

Pada pasien dengan dicurigai granuloma piogenik, anamnesis harus berfokus pada onset dan timbulnya
gejala ruam.

Tanyakan pada pasien atau orangtuanya mengenai riwayat trauma, infeksi virus dan bakteri, kehamilan
atau infeksi HIV.

Pasien dan keluarganya harus ditanyakan tentang ruam awal, port wine stain, dan pengobatan awal.

Ada tidaknya tanda perdarahan atau ulserasi harus dicatat.

Penyebab
Granuloma annulare

Etiologi granuloma annulare pada anak anak tidak diketahui.

Tak ada bukti baik yang mendukung bahwa trauma, tuberculosis, infeksi streptococcus, herpes
zoster/varicella, kelainana kolagen vaskuler, atau diabetes melitus berhubungan dengan granuloma
annulare. Juga tidak ada hubungan dengan vaksinasi BCG; obat-obatan seperti allopurinol, dan
zalcitabine; infeksi virus seperti EBV, HIV, hepatitis C, Parvovirus B19; autoimun thyroiditis, dan
kondisi malignant.

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa granuloma annulare adalah penyakit imunologis dengan tipe
delayed hypersensitivity reaction.

Granuloma pyogenic

Penyebab granuloma piogenik tidak diketahui.

Faktor resiko yang potensial termasuk kehamilan, pil kontrasepsi, infeksi bakteri dan virus, arterivena
anastomosis mikroskopis, dan angiogenik growth faktor, tapi tak ada bukti yang mendukung sebagai
faktor penyebab primer. Pada populasi anak anak yang besar, hanya 7% memiliki riwayat trauma yang
mendahului perkembangan suatu lesi.

Granuloma pyogenik telah dilaporkan meningkat dalam port wine stains. Pada kejadian yang jarang,
lesi dihubungkan dengan malignansi.

Lesi intraoral dapat tampak sangat mirip dengan tampilan pada sarcoma kaposi intraoral. Lesi ini
mungkin berdarah hebat bila dibiopsi; pemeriksaan HIV mungkin menjadi indikasi jika pasien dengan
lesi intraoral dengan tampilan pyogenik granuloma.

Granuloma Anulare pada dorsum manus

Granuloma pyogenik
Teknik Operasi
1.

Lakukan tindakan a dan antiseptic

2.

Tutup daerah operasi dengan duk bolong

3.

Tandai batas insisi

4.

Lakukan anestesi infiltrasi

5.

Lakukan insisi elips sampai subkutis

6.

Rawat perdarahan

7.

Jahitan subkutis

8.

Jahitan kutis dengan nilon 4-0 atau 5-0

9.

Kirim masa untuk pemeriksaan patologi anatomis.

Granuloma pyogenik

Dreping dengan duk disposable

Tindakan a dan antiseptic

Insisi sepanjang tepi masa

Setelah insisi, lanjutkan penjahitan

Skin tag
Definisi
Skin tag merupakan pertumbuhan kulit jinak yang terjadi akibat friksi atau gesekan yang berlangsung lama.
Skin tag umumnya terjadi pada usia pertengahan. Tags menempel erat pada kulit luar, dan terdapat tangkai kecil
yang menghubungkan kulit dan benjolan.
Nama lain adalah acrochordons, fibroepitel polip
Klinis
Skin tags sering salah didiagnosis sebagai kutil (warts) karena keduanya mempunyai warna yang sama dan
terletak lebih tinggi dari permukaan kulit
Skin tags disebabkan oleh friksi/gesekan dengan periode waktu yang lama sedangkan kutil karena infeksi
human papiloma virus (HPV).
Oleh karena itu skin tags ditemukan pada area friksi, sedangkan kutil ditemukan pada area yang sering terjadi

kontak dengan orang lain, sehingga virus dapat masuk melalui kulit tersebut. Kutil sering ditemukan di jari-jari
tangan,kaki, sekitar mulut dan genital.Dengan memahami perbedaan antara skin tags dan kutil kita dapat
melakukan terapi yang benar.

Perhatikan kulit yang bertangkal

Terdapat dalam jumlah yang banyak.


Etiologi
Penyebab pasti skin tag belum diketahui, namun diyakini gesekan kronis menjadi pemicunya. Skin tags
biasanya tidak berbahaya, sering timbul karena teriritasi baju/perhiasan dan pencukuran atau kebiasaan rutin
lainnya yang mengiritasi kulit. Terbentuknya skin tags berkolerasi dengan usia dan obesitas.
Faktor berikut mungkin berperan:

Chaffing dan iritasi dari gesekan kulit

Tingginya kadar faktor pertumbuhan, terutama selama kehamilan atau pada akromegali (Gigantisme)

Resistensi insulin (sindroma X)

Skin tags tidak dapat menular karena bukan disebabkan oleh infeksi. Ini berarti setelah diterapi skin tags akan
hilang.
Terapi
1.

Kauterisasi

2.

Cryosurgery (pembekuan)

3.

Ligasi : menghentikan suplai darah

4.

Eksisi

Teknik Operasi
1.

Lakukan tindakan a dan antiseptik.

2.

Tutup dengan duk bolong

3.

Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 2%

4.

Pegang ujung masa dengan pinset.

5.

Jika masa kecil (sekitar 1-2 mm), dapat langsung dilakukan kauterisasi.

6.

Jika masa kecil akan dilakukan eksisi dengan pisau, eksisi cukup di jaringan kutis saja, tidak sampai ke
subkutis sehingga tidak perlu dilakukan penjahitan.

7.

Jika masa besar lakukan insisi elips di dasarnya

8.

Lakukan penjahitan langsung kulit jika diperlukan dengan nylon 5-0 atau 6-0.

Veruca Vulgaris
Definisi
Hiperplasia epitelial jinak yang disebabkan oleh infeksi virus papilloma. Pada tahap awal, veruca biasanya
bulat, terpisah, warna serupa kulit dan ukuran pinpoint. Seiring waktu, veruca tumbuh lebih besar, berwarna
kekuningan, abu-abu kehitaman atau lesi coklat dengan permukaan papillomatosa yang kasar. Veruca
menyebar secara kontak langsung maupun tidak langsung. Karena trauma lokal menyebabkan inokulasi dari
virus, kebanyakan wart terdapat pada jari-jari tangan, tangan dan siku, sepanjang lipatan perionikial atau pada
permukaan plantar pedis. Veruca dijumpai pada pasien segala usia tetapi biasanya terjadi selama masa kanakkanak dan remaja.
Sinonim
Veruca Vulgaris, Common Warts
Veruca simplex, Veruca vulgaris.
Papiloma keratolitik epidermis yang terjadi paling sering pada usia muda sebagai hasil dari infeksi terlokalisir
oleh human papillomavirus, biasanya tipe 2 dan 4; lesi menetap bervariasi, bahkan dapat mengalami regresi
spontan dan bersifat eksofitik dan endofitik dengan hyperkeratosis, parakeratosis, hypergranulosis, koilocytosis,
dan papillomatosis wart.
Patofisiologi
Virus Papiloma adalah virus DNA berantai ganda ukuran kecil (55 nm). Virus papiloma tersebar luas di dunia
hewan dan lebih dari 200 genotipe HPV yang menginfeksi kulit dan permukaan mukosa telah diidentifikasi.
Virus papiloma tidak pernah berkembang secara in vitro tetapi telah ditemukan oleh metode molekuler
Genom virus papiloma kurang lebih 8000 pasang dibagi dalam 3 regio fungsional utama. Kode regio

awal/Early (E) untuk 6 gen nonstructural, beberapa di antaranya berhubungan dengan transformasi seluler.
Kode region akhir/Late (L) untuk 2 protein structural, L1 dan L2 yang membentuk kapsid. Regio kontrol
panjang adalah region noncoding yang mengatur replikasi dan fungsi gen.
Virus ini terbagi berdasarkan kesamaan molekuler dari material genetiknya dan ditandai dengan nomor
genotype.
Virus menginfeksi keratinosit basal dari epidermis, melalui disrupsi permukaan kulit dan mukosa. Di tempat ini,
virus akan menetap di dalam sel sebagai episom sirkuler dalam jumlah yang tidak banyak. Ketika sel epidermal
berdiferensiasi dan bermigrasi ke permukaan, virua akan memperbanyak diri. Proses replikasi virus akan
mengubah karakter epidermis menghasilkan keluaran yang dikenal sebagai wart (kutil). Human Papilloma virus
dibagi ke dalam tipe kutaneus dan mukosa, berdasarkan lokasi klinis dari lesi.
Kebanyakan virus papiloma memiliki predileksi anatomik yang tidak biasa, infeksi hanya terjadi pada epidermal
seperti mukosa kulit dan mukosa genital. Virus sering memiliki potensi untuk berintegrasi dengan DNA hospes
dengan hilangnya fungsi regulasi. Sejumlah genotype virus memiliki potensi untuk mengubah sel dan
berhubungan dengan keganasan epidermal. Hal ini melibatkan interaksi dari protein E6 dan E7 dengan fungsi
sel hospes. Mekanisme transformasi tidak diketahui, tetapi DNA viral berintegrasi dengan gen sel hospes.
Predileksi
Presentasi infeksi virus papiloma bervariasi berdasarkan area anatomik yang terlibat. Predileksi dari gen virus
untuk menginfeksi epidermal tertentu akan menentukan area yang terlibat. Kutil kutaneus atau veruca vulgaris,
biasanya muncul pada kulit berkeratin, pada tempat inokulasi. Lesi ini berbatas tegas, kasar, papulanodul
hyperkeratosis atau plak dengan permukaan ireguler. Muncul paling sering di tangan, jari, kaki dan lutut.
Biasanya asimptomatik, tetapi dapat terasa nyeri dengan adanya tekanan.
Kutil palmoplantar muncul di permukaan akral kaki dan tangan. Biasanya lebih tebal yang mempersulit terapi.
Kutil datar atau veruca plana, biasanya muncul sebagai papula kecil multipel. Sering tidak terlihat tetapi dapat
menyebabkan gangguan pigmentasi.

Lesion

Location

HPV Genotype

Common wart

Mostly hands

2, 4

Plantar wart

Bottom of feet

Mosaic wart

Hands and feet

Flat wart

Arms, face, knees

3, 10, 28, 41

Butcher wart

Hand

Extragenital Bowen Upper and lower


disease
extremities, head

2, 3, 5, 16, 18, 20,


31, 33, 34, 54, 56,
58, 61, 62, 73

Macular plaques of Light-exposed areas 5, 8, 9, 12, 14, 15,


epidermodysplasia
17, 19, 20, 21, 22,
verruciformis
23, 24, 25, 36, 47,
50

http://www.dermis.net/dermisroot/en/14024/image.htm

Wart multiple pada tangan.


Courtesy of Beth G Goldstein, MD, and Adam O Goldstein, MD.
http://www.dermis.net/dermisroot/en/14065/image.htm
Terapi
1.

Tanpa terapi, beberapa warts tidak berbahaya tapi mungkin akan mengganggu penampilan

2.

Beberapa warts menghilang tanpa terapi.

3.

Kauter kimiawi

4.

Cryosurgery

5.

Bedah laser

6.

Elektrocauter

7.

Pembedahan

Cryosurgery ,penggunaan freezing cold untuk membakar jaringan.

Teknik Operasi
1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Tutup dengan duk bolong

3.

Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 2%

4.

Pegang ujung masa dengan pinset.

5.

Jika masa kecil (sekitar 1-2 mm), dapat langsung dilakukan kauterisasi.

6.

Jika masa kecil akan dilakukan eksisi dengan pisau, eksisi cukup di jaringan kutis saja, tidak sampai ke
subkutis sehingga tidak perlu dilakukan penjahitan.

7.

Jika masa besar lakukan insisi elips di dasarnya

8.

Lakukan penjahitan langsung kulit jika diperlukan dengan nylon 5-0 atau 6-0.

Setelah tindakan a dan antiseptik,


dreping, lakukan anestesi

Insisi sesuai dengan gambar


sampai subkutis

Gambar Insisi yang akan


dilakukan (elips)

Diseksi tajam dengan gunting

Setelah insisi selesai


jahit subkutis

Setelah dilakukan jahitan kulit


dengan nilon 4-0

Ingrowing Toenael
Definisi
Pertumbuhan kuku yang mengarah ke samping lateral atau medial sehingga kuku tertanam di lipatan kuku atau
nail fold. Keadaan ini bisa mengakibatkan inflamasi bahkan infeksi (paronikia).
Pada diabetisi dan orang dengan masalah vaskular perlu lebih agresif menangani dan mencegah terjadinya
masalah minor pada kaki seperti pertumbuhan kuku yang mengarah ke samping ini karena hal ini dapat
berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius seperti kehilangan anggota gerak.
Nama lain onychocryptosis, unguis incarnatus
Anatomi Kuku

Potongan memanjang

Potongan melintang phalanx distal


Patofisiologi dan Etiologi
Pertumbuhan kuku yang menyamping sering disebabkan karena memotong kuku terlalu pendek atau memutari
batas pinggir kuku. Atau karena mamakai sepatu yang terlalu ketat sehingga menekan kuku kebawah . Hal ini
juga dapat terjadi setelah adanya trauma seperti tertusuknya ibu jari kaki.
Apabila kondisi yang menyebabkan pertumbuhan abnormal ini berlanjut, pertumbuhan jaringan secara berlebih
di atas kuku dapat mengarah kepada perubahan permanen pada jaringan yang dapat menyebabkan infeksi, nyeri
dan bengkak yang semakin bertambah.
Penyebab yang lainnya antara lain :

Hereditas Beberapa orang secara genetik memiliki predisposisi kuku yang memiliki lengkungan
yang mengarah ke atas dengan distorsi pada salah satu atau kedua batas kuku.

Keadaan tulang yang patologis yang sudah ada menyebabkan deformitas kuku

Obesitas menyebabkan alur kuku bertambah dalam

Trauma sebelumnya menyebabkan bentuk kuku yang tidak beraturan

Paronychia adalah infeksi pada kuku dan jaringan sekitarnya. Hal ini secara umum adalah akibat dari kuku
yang tumbuh menyamping melukai jaringan yang mengitarinya sehingga. Keadaan ini menjadi tempat
masuknya bakteri dan menimbulkan infeksi. Penyebab yang lebih jarang dapat berasal dari trauma kuku seperti
jatuhnya suatu benda di atas ibu jari yang biasa disebut micro trauma. Dapat juga disebabkan oleh tekanan
berulang terhadap kuku seperti yang terjadi pada seorang yang bermain sepak bola atau tenis, dimana ibu jari
secara terus menerus terbentur ke ujung sepatu.

Paronichia
Klasifikasi
Perkembangan kuku yang tumbuh menyamping dan masuk ke dalam lipatan kuku terbagi menjadi 3 tahap :
1.

Eritema, oedem dan nyeri tekan local.

2.

Pembentukan krusta dan purulensi di lipatan kulit dan nail plate junction .

3.

Infeksi kronis dengan pembentukan jaringan granulasi di atas lempeng kuku.

Epidemiologi
Dari semua masalah kuku, penyakit ini merupakan yang paling sering terjadi. Kuku ibu jari terkena lebih
banyak dibandingkan kuku jari lainnya. Batas lateral ibu jari adalah yang paling sering terkena.
Di Inggris dilaporkan 10.000 kasus setiap tahunnya. Secara umum, mortalitas tidak berhubungan dengan
ingrown nails. Morbiditas terutama merupakan akibat dari infeksi jaringan. Apabila dibiarkan, pembentukan
abses (paronikia) dapat terjadi atau penyebaran ke tulang/osteomielitis, infeksi sistemik, sepsis atau amputasi.
Gejala Klinis
Anamnesa
Pasien datang untuk mengatasi ingrown nails karena ketidaknyamanan, nyeri atau bengkak. Ingrown nails
dapat menyebabkan nyeri yang signifikan.
Perasaan tidak nyaman menjadi bertambah dengan penambahan berat badan dan ambulasi.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan dapat ditemukan tanda-tanda berikut :

Oedema atau inflamasi pada jaringan yang mengelilingi bantalan kuku.

Hiperemis

Jaringan granulasi yang rapuh atau mengalami maserasi

Eksudasi

Hipertrofi epidermis yang mengelilingi

Penatalaksanaan

Memilih peggunaan sepatu/alas kaki yang nyaman dengan ujung yang lebar atau terbuka.

Memberikan arahan kepada pasien untuk selalu memotong kuku secara lurus dan menghindari
terpotongnya margin lateral. Ujung tepi kuku harus melewati jaringan.

Tindakan bedah minor.

Teknik Operasi

Tindakan a dan antiseptik

Ikat bagian pangkal jari untuk membantu hemostasis

Anestesi blok di bagian lateral dan medial phalank (lidocain HCl 2 % tanpa adrenalin),

Anestesi infiltrasi di bawah kuku yang akan di incisi sampai bawah nail root

Uji anestesi yang telah dilakukan dengan menjepit dengan pinset.

Insisi bagian nail fold lateral berbetuk elips sampai ke nail fold proksimal

Insisi kuku sekitar 1/3 bagian lateral atau medial .

Buang jaringan nekrotik

Lakukan kuretase jaringan di sekitar eksisi

Cuci dengan NaCl 0.9 %, povidon iodine 10 %, dan H2O2

Penjahitan

Teknik penjahitan
Prinsipnya adalah lipatan kuku (nail fold) harus ada dibawah kuku, sehingga tepi kuku yang di eksisi tidak lagi
tertanam (tepi kuku diatas kulit)

Perhatikan pola jahitan, tepi kulit akan barada dibawah kuku


Tekninya adalah:
1.

Tusukan jarum ke kuku

2.

Masuk lipatan kuku dari dalam keluar

3.

Tusukan kembali ke nail fold agak keatas atau ke pinggir.

4.

Tusukan jarum mengarah ke kuku dari dalam luka

5.

Simpulkan.

Regional blok di sisi lateral dan medial jari.

Tambahkan infiltrasi di bawah kuku. Pola insisi digambar

Lakukan insisi sampai jaringan granulasi terbuang habis

Kuku digunting dan dicabut.

Bersihkan jaringan dengan kuret

Perhatikan pola jahitan

Jarum masuk dari kuku

Masuk kembali dari luar kulit kedalam

Jarum keluar dari dalam luka insisi, masuk kembali ke bawah kuku

Tarik dan simpulkan hingga tepi kulit berada dibawak kuku. Jahit lagi.

Ganglion
Definisi
Ganglion merupakan kista yang berisi cairan bening kental dengan dinding tipis yang berasal dari tonjolan
selaput sarung tendon (tendon sheath). Pada banyak kasus, ganglion asimptomatik dan jarang menimbulkan
gangguan fungsional. Walaupun pada beberapa kasus, ganglion dapat mempengaruhi struktur di dekatnya
seperti arteri, vena, tendon dan syaraf.
Frekuensi timbulnya ganglion secara umum adalah 50-70 % dari semua soft-tissue tumors yang terdapat pada
lengan dan tangan. Prevalensinya pada wanita adalah 3 kali lebih sering. Paling sering muncul pada pergelangan
tangan (80%) dan sendi jari. Biasanya muncul pada usia 20-60 tahun.
Etiologi
Etiologi dari ganglion tidak diketahui. Teori-teori menyebutkan degenerasi mukoid dan trauma. Beberapa pasien
(kurang dari 10 %) mengalami trauma minor ataupun mayor pada daerah yang menjadi tempat ganglion timbul.
Tidak diketahui faktor resiko yang menyebabkannya. Dipercaya disebabkan oleh penggunaan sendi secara
berlebihan seperti atlet angkat berat, pramusaji, dan pemain musik (terutama pemain bass).
Patofisiologi
Hipocrates mendeskripsikan ganglion sebagai Knots of tissue containing mucoid flesh atas dasar ini, beberapa
hipotesa pun muncul diantaranya :
Synovial Herniation atau ruptur yang melewati lapisan tendon.
Yang terbaru, teori degenerasi mukoid yang dipublikasikan oleh Ledderhose pada tahun 1893, yang paling
banyak diterima. Dalam Green edisi terbaru Operative Hand Surgery teori ini digantikan dengan teori yang
berdasarkan mikro trauma dan produksi asam hialuronik. Trauma atau iritasi jaringan lokal akan menyebabkan
produksi asam hialuronik pada permukaan synovial-capsular. Asam hialuronik menciptakan cekungan musin
kecil yang bergabung ke dalam kista subkutan. Kista yang terbentuk mengandung cairan yang sama seperti

cairan sendi. Kista ganglion bukan merupakan kantung sinovial (sendi) yang keluar dari kapsul sendi.

Klinis
Ganglion adalah tumor yang terdapat berbatasan dengan sendi dan tendon. Tempat paling sering dari ganglion
adalah sisi punggung dari pergelangan tangan dekat Scapholunate (SL) joint (60-70%), Volar Wrist dekat sendi
radioscaphoid atau sendi pisotriquetral (18-20%), dan Volar Retinaculum (10-12%). Kista mucoid terjadi di
atas punggung jari pada level sendi DIP. Sisi lainnya termasuk sendi carpometacarpal (CMC), tendon ekstensor
(sering diasosiasikan dengan first dorsal compartment), carpal tunnel, dan Guyon kanal. Ganglion mungkin
muncul juga dari tulang; yang ini sering disebut kista ganglion intraosseous.
Ganglion biasanya simptomatik minimal. Bergantung dari lokasi kista, gejala yang muncul bervariasi, seperti
nyeri tumpul, perubahan ukuran, drainase spontan, disfungsi saraf sensoris.

Perhatikan posisi anatomis ganglion

Lokasi-lokasi tersering timbulnya ganglion di tangan

Pemeriksaan Penunjang
Untuk lesi pada pergelangan tangan, digunakan rontgen standar posteroanterior (PA), lateral dan oblik.
MRI atau USG dapat digunakan ketika diagnosa masih belum jelas.
1.

Kista mukus dievaluasi dengan standar PA, lateral dan radiograf oblik tegak pada jari-jari yang terkena.

2.

Pada radiologi, ganglion interosseous mungkin di lokasi sentral atau sisi tulang yang terkena. Radiologi
juga dapat menggambarkan ganglion juxtaosseous yang menembus tulang. Lesinya adalah radiolusen
dengan border sklerotik. Ganglion ini sering terjadi dekat permukaan sendi.

3.

MRI digunakan untuk melihat ganglion yang tidak terlihat dengan radiologi konvensional.

4.

Axial, Coronal, atau Sagital CT-Scan digunakan untuk melihat kista ganglion yang samara-samar.

5.

Bone Scan dipakai untuk menentukan apakah suatu masa intraosseous merupakan metabolik aktif dan
menyebabkan nyeri.

Histologi
Cairan yang diambil dari kista ganglion terdiri dari mucin yang mengandung glucosamin, albumin, globulin,
dan asam hialuronik.
Terapi
1. Konservatif
1.

Splint Immobilization (ganglion pergelangan tangan)

2.

NSAIDs

2. Operatif
1.

Pengambilan massa dengan teknik operasi terbuka.

2.

Reseksi arthroskopik

3.

Mengeluarkan cairan ganglion dengan menggunakan needle dan syringe (aspirasi).

Teknik operasi
1.

Bersihkan daerah operasi (daerah kulit diatas kista) dengan tindakan aseptik.

2.

Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrate) dengan lidocaine 2%

3.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, linier, dengan panjang sejajar dengan garis Langers

4.

Insisi kulit sampai subkutis.

5.

Pegang ujung insisi dengan klem dan angkat

6.

Lakukan diseksi tumpul dengan klem menelusuri masa dan sekelilingnya

7.

Usahakan agar kista tidak pecah

8.

Jika tiap bagian pinggir sudah dapat dibebaskan, klem bagian dasar masa dengan dua buah klem sejajar

9.

Potonglah antara 2 klem

10. Jangan sampai tendon rusak


11. Perdarahan dirawat
12. Jahit luka operasi lapis demi lapis.
13. Masa dilihat isinya kemudian dikirim ke patologi anatomi.

Insisi S memanjang, dilanjutkan diseksi tumpul dengan klem

Diseksi tajam dengan gunting, hati-hati mengenai masa kista

Setelah dasar kista teridentifikasi, klem, jangan sampai


tendon terpotong

Ikat bagian dasar dengan PGA, jahit subkutis.


Tutup kutis dengan nylon 4-0

Klavus
Klavus adalah penebalan dari kulit karena tekanan yang berulang-ulang dan gesekan yang kuat. Semua ini
mengakibatkan hiperkeratosis secara klinis dan histologis. Penebalan kulit yang luas ini menyebabkan nyeri
yang kronis, terutama jika terdapat pada telapak kaki.
Klinis
Lesi-lesi pada klavus berwarna kuning hingga kecoklatan dengan suatu inti sentral. Klavus yang keras biasanya
tampak agak mengkilap karena permukaannya yang halus. Klavus yang lunak biasanya maserasi dan basah.
Klavus terdiri dari dua jenis, yaitu:
1.

Klavus yang keras


Biasanya terdapat pada telapak kaki atau pada tumit.

2.

Klavus yang lunak


Biasanya maserasi oleh karena keringat.

Secara klinis, lesi-lesi ini terlihat seperti hiperkeratosis atau penebalan dari kulit. Maserasi dan infeksi sekunder
dari jamur atau bakteri dapat terjadi sehingga menimbulkan penyulit pada terapi. Letak yang paling sering dari
klavus adalah di kaki, terutama pada daerah dorsolateral dan plantar kaki, yaitu daerah yang paling sering
mendapat tekanan yang kronis.

Klavus di bagian medial


Patofisiologi
Bentuk dari tangan dan kaki penting dalam formasi klavus. Secara rinci, penonjolan-penonjolan dari prominen
sendi metacarpophalangeal dan metatarsophalangeal sering kali menyebabkan suatu penekanan yang lebih besar
terutama saat menggunakan alas kaki yang keras. Seperti formasi klavus, gesekan terhadap alas kaki
memungkinkan untuk terjadinya suatu hiperkeratosis. Kelainan bentuk jari kaki, termasuk kontraktur dan kaki
berbentuk cakar, bentuk jari palu, dapat berperan untuk patogenesis.
Epidemiologi
Klavus sering terjadi pada pemakaian alas kaki yang keras dan aktivitas yang berulang, misalnya seperti berlari.
Pengerasan yang berlebih akan mengakibatkan nyeri kronis. Pada keadaan tertentu dapat timbul ulkus. Klavus
bisa menjadi suatu tanda dasar neuropati yang disebabkan oleh karena DM atau neuroborreliosis, atau karena
kelainan radang sendi rheumatoid. Di dalam kasus penyakit saraf, suatu klavus dengan ulkus yang tersembunyi
dapat menandakan adanya vaskularisasi yang abnormal pada kaki. Pada radang sendi rheumatoid, klavus dapat
meningkatkan rasa nyeri pada persendian yang mengalami deformitas.
Diagnosis Banding

Acanthosis Nigricans

Acrokeratoelastoidosis

Arsenical keratosis

Atypical fibroxanthoma

Atypical mole (Dysplastic nevus)

Warts

Histopatolologi
Secara histologis akan ditemukan adanya penebalan dari stratum korneum.
Penatalaksanaan
Karena disebabkan gesekan atau tekanan, maka apabila penyebabnya dihilangkan, biasanya gejala akan
menghilang dengan sendirinya. Gunakan alas kaki yang lunak dan kurangi aktivitas yang berulang yang
mengakibatkan penekanan pada satu tempat. Koreksi kelainan lain yang mengakibatkan penekanan kronis.
Terapi klavus dapat juga menggunakan larutan asam salisilat atau melakukan eksisi dengan skalpel.

Teknik operasi
1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Dreping dengan duk bolong.

3.

Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrasi) dengan lidocaine HCl 2% .

4.

Lakukan insisi tangensial sampai terlihat inti sentral dari klavus.

5.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, berbentuk elips hanya seluas inti sentral. Bukan seluas
seluruh klavus.

6.

Eksisi secara tajam bagian dasar klavus sampai subkutis (lemak subkutis bisa diidentifikasi).

7.

Pegang ujung insisi dengan klem lalu diangkat.

8.

Lakukan diseksi tajam dengan gunting menelusuri masa ke sekelilingnya.

9.

Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan di bagian bawahnya.

10. Perdarahan dirawat.


11. Jahit luka operasi dengan nylon 2-0 sampai 3-0

Kista Epidermoid
Kista epidermoid merupakan kista kutaneus yang paling sering dijumpai. Dapat terjadi dimana saja di seluruh
tubuh, paling sering pada wajah, scalp, leher dan tubuh.
Penyebab
Kista epidermoid terbentuk oleh beberapa mekanisme. Kista ini dapat berasal dari sekuestrasi sisa epidermal
selama kehidupan embrional, oklusi unit pilosebaseus atau implantasi traumatic atau surgical dari elemen epitel.
Infeksi HPV , paparan ultraviolet , dan oklusi kelenjar eccrine dapat menjadi faktor tambahan dalam
perkembangan kista epidermoid palmoplantar. HPV juga telah ditemukan pada kista epidermoid
nonpalmoplantar.
Kista epidermoid kongenital berasal dari sekuestrasi atau terjebaknya sisa epidermal sepanjang embryonic
fusion planes selama perkembangan.
Pada pasien yang lebih tua, kerusakan akibat sinar matahari yang terakumulasia dapat merusak unit
pilosebaseus, menyebabkan abnormalitas seperti sumbatan komedonal dan hiperkornifikasi, yang keduanya
dapat menyebabkan pembentukan kista. Kondisi ini disebut sebagai Favre-Roucouchout syndrome

Patofisiologi
Kista epidermoid berasal dari proliferasi sel epidermal dalam dermis. Analisis pola lemaknya memperlihatkan
kesamaan dengan epidermis. Kista epidermoid juga mengeluarkan sitokeratin 1 dan 10 dari lapisan suprabasiler
epidermis. Inflamasi diperantarai sebagian oleh material dari isi kista epidermoid.
Klinis
Kista epidermoid muncul sebagai nodul padat, bulat dengan ukuran bervariasi. Punctum sentral dapat terlihat
sebagai titik kehitaman. Kista ini biasanya terletak di garis tengah dari badan.

Kista epidermoid besar dengan punctum prominen pada pundak


Terapi
Kista epidermoid dapat diangkat dengan eksisi atau insisi simple dengan pengangkatan kista dan dinding kista
Insisi dan drainase dapat dilakukan pada kista terinfeksi. Hal ini dapat membersihkan infeksi tetapi tidak
menghilangkan kista.
Teknik Operasi
1.

Lakukan tindakan a dan antiseptic

2.

Tutup daerah operasi dengan duk bolong

3.

Gambar insisi secara elips, supaya bag

4.

Lakukan anestesi infiltrasi

5.

Lakukan insisi elips

6.

Lakukan diseksi tajam dengan pisau atau gunting, mengitari masa, hati-hati kapsul pecah.

7.

Rawat perdarahan

8.

Cuci dengan NaCl 0,9 %

9.

Jika kulit berlebih, buang dengan menggunting.

10. Lakukan jahitan subkutis dengan chromic cat gut 4-0 atau PDS 4-0
11. Jahitan kutis dengan nilon 4-0 atau 5-0
12. Balut.

Identifikasi masa, gambar pola insisi,


Bagian kulit yang ada punctanya harus terabil dalam
insisi elips.

Diseksi tajam seperti halnya pada kista atherom.


Bila perlu insisi dapat diperpanjang.

Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit yang tumbuh lambat, berbentuk lobul
masa lunak yang dilapisi oleh pseudokapsul tipis berupa jaringan fibrosa.
Etiologi
Penyebab lipoma belum diketahui dengan pasti, akan tetapi ada kecenderungan lipoma dapat diturunkan.
Beberapa jenis lipoma dapat terjadi akibat trauma tumpul. Orang yang gemuk tidak meningkatkan kemungkinan
terjadinya lipoma.

Pada pemeriksaan secara mikroskopis akan ditemukan suatu tumor yang berbentuk lobulus yang mengandung
sel lemak yang normal. Pada pemeriksaan secara sitogenetik, lipoma sering sekali berhubungan dengan alterasi
dari kromosom 12q, 6p, dan 13q.
Jenis Lipoma
1.

Lipoma soliter (paling sering)


Kebanyakan lipoma soliter adalah superfisial dan berukuran kecil Lipoma soliter bisa tumbuh dengan
kenaikan berat badan dan tidak menghilang apabila berat badan diturunkan

2.

Diffuse Kongenital Lipoma


Lipoma diffuse dengan batas tidak tegas biasanya berlokasi pada daerah belakang badan.
Tumor ini sering meluas ke dalam otot maka kurang memberikan hasil yang baik dengan reseksi lokal
Tumor ini terdiri dari jaringan lemak yang immatur

3.

Lipomatosis simetris ( Madelung)


Sering dijumpai pada daerah kepala, leher, bahu dan proximal extremitas atas. Pada anamnesa sering
terdapat riwayat mengkomsumsi alkohol atau penyakit diabetes mellitus

4.

Familial lipomatosis multiple


Ditandai dengan beberapa benjolan kecil dengan batas tegas dan "berkapsul" Biasanya terdapat pada
daerah extremitas dan timbul setelah pubertas Pada anamnesa didapatkan riwayat penyakit yang sama
pada keluarga

5.

Penyakit Dercum ( adiposis dolorosa)


Lipoma yang menimbulkan rasa nyeri Biasanya dijumpai pada wanita postmenopausa yang obese
,alcoholism, ketidakstabilan emosi dan depresi berasosiasi dengan penyakit ini

6.

Angiolipoma
Angiolipoma adalah nodul subkutan yang kenyal dan nyeri. Tumor ini lebih keras daripada lipoma
biasa dan multilobulasi

7.

Hibernomas
Tumor ini tumbuh soliter, nodul yang berbatas tegas dan biasanya asimptomatik
Biasanya dijumpai pada regio interskapula, axilla, colli dan mediastinum Secara histologik, hibernomas
terdiri dari lipoblast coklat yang dikenali sebagai mulberry cells

Gejala Klinis
Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan
jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih
dari diameter 6 cm.
Biasanya suatu lipoma dikulit hanya dirasakan mengganggu kosmetik oleh penderitanya.Sangat jarang suatu
lipoma dikulit akan menekan struktur lain yang akan menyebabkan gangguan.
Suatu lipoma sangat jarang berubah menjadi suatu keganasan, misalnya suatu liposarkoma. Liposarkoma praktis
tidak pernah timbul dari suatu lipoma.
Pemeriksaan Fisik
1.

Nodul subkutan ukuran rata-rata 2 10 cm

2.

Sering berlobus

3.

Mobile

4.

Konsistensi kenyal

5.

Kulit diatas lesi normal

Diagnosis lipoma bisa ditegakkan dari anamnesa dan gambaran klinis atau dari fine needle biopsy
Penatalaksanaan
Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali bila berkembang menjadi nyeri dan
mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang menjalani operasi bedah untuk alasan kosmetik.
1. Konservatif
Mesoterapi
Mesoterapi adalah terapi dengan injeksi NSAIDS, enzim dan hormon.
Namun sekarang yang sering digunakan adalah lecithin (phosphatidylcholine isoproterenol) yang mempunyai
efek lipolitik.
2. Operatif
Simple surgical excision
Insisi dilakukan pada kulit hingga ke pseudokapsul lipoma, kemudian masa direseksi. Setelah pendarahan
dihentikan, dijahit dengan absorbable suture setelah itu luka ditutup (pressure dressing) selama 24 jam untuk
mencegah terjadinya hematoma atau seroma
Squeeze teknik ( lipoma superficial yang kecil)
Insisi selebar diameter lipoma dilakukan dan bagian tepi lipoma ditekan supaya massa tersebut keluar.
Kemudian dilakukan diseksi dan kuret
Liposuction
Teknik yang bagus untuk angiolipoma, adiposis dolorosa dan sindroma Madelung. Kebaikan teknik ini adalah
berkurangnya masa operasi dan insisi lebih kecil,
Teknik Operasi
1.

Bersihkan daerah operasi dengan tindakan aseptik.

2.

Lakukan anestesi lokal field blok infiltrations dengan lidocaine 2%

3.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, linier, dengan panjang sejajar dengan garis Langers

4.

Insisi kulit sampai subkutis. Sampai jaringan adipose

5.

Pegang tepi insisi dengan klem dan angkat

6.

Lakukan diseksi tumpul dengan klem menelusuri masa kesekelilingnya

7.

Jepit bagian masa dengan klem, angkat dan teruskan diseksi tumpul

8.

Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan bagian bawah

9.

Perdarahan dirawat

10. Jahit luka operasi lapis demi lapis.


11. Kirim masa untuk pemeriksaan patologi anatomi.

Lakukan anestesi secara infiltrasi di kedua sudut, menyebar ke tepi

Insis linier sampai subkutis

Diseksi kedalam tiap sisi

Diseksi mulai tepi insisi kebawah

Diseksi tumpul dengan jari

Tarik tepi atas dengan klem sambil diseksi terus menelusuri tiap sisi

Angkat, dan identifikasi dasar masa, masa dapat diluksir keluar

Potong dasar masa dengan kauter, setelah itu masa dilepaskan

Setelah perdarahan diatasi, jahit subkutis sampai tepi insisi menyatu

Jahit kutis setelah jahitan subkutis benar-benar rapat dan kuat

Kista Aterom
Definisi
Tumor jinak di kulit yang terbentuk sebagai akibat tersumbatnya muara kelenjar sebasea.
Patofisiologi
Terbentuk akibat sumbatan pada muara kelenjar sebasea, oleh karena itu ditemukan puncta berbentuk titik
kehitaman sebagai muara kelenjar di kulit yang tersumbat.
Sekret kelenjar sebacea yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan berkumpul dalam kantung kelenjar. Lama
kelamaan membesar dan terlihat sebagai masa tumor yang berbetuk lonjong sampai bulat, berbatas tegas,
berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, tetapi melekat pada dermis di atasnya. Isi kista adalah bubur eksudat
berwarna putih abu-abu yang berbau asam.
Diagnosa
Tampak bulat atau oval, superficial-subkutan, batas tegas, ada puncta berupa titik kehitaman yang letaknya
biasanya dipermukaan kulit tepat ditengah masa. Batas tegas, konsistensi lunak sampai kenyal, umumnya tidak
nyeri, Predileksi di bagian tubuh yang berambut (kepala, wajah, belakang telinga, leher, punggung, dan daerah
genital).
Epidemiologi
Sering terjadi pada usia 20 sampai 30 -an,
predileksi pada pria dua kali lebih banyak dibanding pada wanita.

Perhatikan adanya puncta diatas masa


Terapi
Terapi Antibiotik diberikan jika terdapat tanda adanya infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi, seringnya adalah
infeksi bakteri staphylococci.
Eksisi menyertakan kulit dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh.
Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses, dilakukan insisi, evakuasi dan drainase. Setelah tenang (3-6
bulan) dapat dilakukan operasi definitif
Teknik operasi

1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Tutup dengan duk bolong

3.

Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrate) dengan lidocaine 2%

4.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, berbentuk elips, dengan panjang sejajar dengan garis Langers

1.

Insisi kulit sampai subkutis.

2.

Pegang ujung insisi dengan klem dan angkat

1.

Lakukan diseksi tajam dengan gunting menelusuri masa kesekelilingnya

2.

Usahakan kista tidak pecah

3.

Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan bagian bawah

1.

Perdarahan dirawat

2.

Jahit luka operasi lapis demi lapis.

3.

Masa dibelah dan dilihat isinya kemudian dikirim ke patologi anatomi

Kista di region gluteal, perhatikan besar masa, letak puncta dan pola insisi

Insisi elips, angkat kulit dengan klem, mulai diseksi tajam

Lanjutkan diseksi ke segala arah dan mepet ke kapsul

Perawatan Luka
Pengetahuan operator tentang komplikasi yang akan terjadi akan membekali pasien/ orangtua/ wali dalam
pemeliharaan dan pengawasan luka paska operasi. Seringkali operator lupa menjelaskan berbagai hal yang
harus atau tidak boleh dilakukan setelah operasi
Seperti pada perawatan paskaoperatif lain, perawatan setelah bedah minor pun tidak berbeda. Yang
membedakan adalah ukuran lukanya relatif kecil. Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari
untuk menghindari kontaminasi kuman.
Penggantian Balutan
Pelepasan balutan ini dapat dilakukan pada hari ketiga karena pada saat tersebut luka umumnya sudah kering.
Jika terjadi kesulitan melepaskan kasa, luka dapat dibasahi dahulu dengan iodin povidon 10% atau cairan steril
lainnya beberapa saat sampai kasa basah dan mudah dilepas.
Setelah luka kering, tidak perlu lagi dibungkus dengan kasa, jika masih sedikit basah bisa ditetesi iodin povidon
10% sampai luka kering,
Jika luka produktif apakah mengeluarkan nanah atau seroma, maka segera harus dievakuasi. Evakuasi bisa
dilakukan dengan menekan luka atau embuka sebagian jahitan. Selanjutnya dapat dilakukan penggantian balutan
yang menyerap cairan/pus. Selengkapnya dapat dilihat di komplikasi paska operasi
Pengangkatan jahitan
Pengangkatan jahitan dilakukan jika benang yang digunakan jenis non absorbable. Pengangkatan tergatung pada
1.

Jenis operasi

2.

Lokasi

3.

Jenis benang

Pada penjahitan di muka dengan menggunakan benang di atas 5-0 umumnya dibuka hari ke 3 5.

Area

Removal time (days)

Face

3 to 5

Neck

5 to 8

Scalp

7 to 9

Upper extremity

8 to 14

Trunk

10 to 14

Extensor surface hands

14

Lower extremity

14 to 28

Teknik pengangkatan jahitan dapat dilihat di bab ikatan dan jahitan


Monitoring Tanda-Tanda Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan infeksi. Komplikasi lainnya jarang ditemukan, kenali
gejala dan tandanya .
1.

Perdarahan
Perhatikan jika ada perdarahan aktif. Lakukan dep dengan kasa dalam beberapa menit. Jika tidak dapat
diatasi maka lakukan eksplorasi dengan membuka jahitan di arah tempat sumber perdarahan.

2.

Hematom
Terdapat bekuan darah sebagai akibat terputusnya pembuluh darah dan darah berkumpul di jaringan
ikat longgar. Hematom dapat aktif ataupun pasif. Aktif artinya hematom terus membesar karena
bekuan yang terbentuk tidak mampu menutup pembuluh darah yang pecah. Jika ini terjadi maka harus
dilakukan eksplorasi ulang dan dilakukan hemostasis.
Jika hematom tetap tidak membesar, maka kalau ukurannya relatif kecil tidak masalah sepanjang tidak
mengganggu penjahitan atau kosmetik

3.

Seroma
Cairan yang keluar dari luka atau bekas manipulasi tindakan yang bersumber dari ekstravasasi
pembuluh darah dan lymp. Jika aktif maka salah satu jahitan dibuka untuk memberi jalannya cairan
keluar. Dapat juga menggunakan balutan yang bersifat absorben, misalnya yang mengandung agar-agar
laut atau bio-ceramic.

4.

Infeksi
Terjadi mulai hari kedua dan sering muncul di hari ke 3. Tanda dan gejalanya:
o

edema

kemerahan

keluar eksudat yang bertambah banyak

demam

takikardi

nyeri

Jika dijumpai tanda-tanda tadi, maka cucilah luka sampai bersih dengan NaCl 0,9 % Jaringan nekrotik
dan eksudat harus dibersihkan sampai maksimal. Jika ada krusta maka harus diangkat karena
dibawahnya hampir dipastikan terjadi koloni kuman.
Berikanlah tambahan antibiotik dengan dosis yang sudah dihitung untuk 3 hari kedepan. Jika 3 hari
tidak memberikan respon maka lakukanlah tes kultur dan resistensi. Sambil menunggu hasil tes kultur
dan resistensi, gantilah antibiotik dengan golongan lain.
Perlu diperhatikan tanda dan gejala berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. Uraian rinci dapat
dibaca di bab berikutnya.
5.

Wound Dehiscence
Terbukanya luka operasi karena proses inflamasi dan atau infeksi yang mengganggu healing. Jika luka
kotor, maka dilakukan perawatan luka terbuka dengan mencuci dengan NaCl 0,9 % dan atau dengan
larutan antiseptik. Setelah terbentuk granulasi atau luka bersih maka dilakukan penjahitan kembali
(secondary suture).

Hemostasis
Hemostasis adalah bagian penting dari tindakan operasi apapun. Kecepatan dan ketepatan dalam tindakan ini
akan mengurangi komplikasi akibat perdarahan. Penggunaan alat bantu yang canggih telah banyak menghemat
waktu dan darah pasien.

Secara skematis, respon terhadap injuri vaskular dapat dilihat pada bagan dibawah ini

Sistem koagulasi yang terjadi dapat melalui jalur intrinsik ataupun ekstrinsik,tetapi pada akhirnya akan
bergabung lewat jalur bersama. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembekuan harus dipelajari sebagai
antisipasi adanya penyulit yang mungkin terjadi.

Teknik Hemostasis
Penekanan/Depper
Teknik ini digunakan untuk membantu sistem hemostatis dengan melakukan penekanan pada daerah perdarahan
beberapa saat. Dengan penekanan, diharapkan kapiler dapat tertutup dan selanjutnya platelet plug yang

terbentuk akan lebih mudah menutup kapiler yang terpotong. Teknik ini hanya bisa dilakukan pada perdarahan
yang diakibatkan jejas pada pembuluh darah kecil seperti kapiler, sedangkan untuk pembuluh darah yang lebih
besar digunakan penjepitan dengan klem atau bahkan ligasi.
Segera setelah insisi selesai, lakukan penekanan/dep dengan melingkarkan kasa ke sekeliling daerah insisi
sambil ditekan, diputar dan dibiarkan beberapa saat, kemudian lepaskan dan lihat sumber-sumber perdarahan.
Setelah terlihat baru di klem.
Pengkleman
Dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar. Sebelum dijepit dengan klem, harus dipastikan terlebih
dahulu sumber perdarahan atau pembuluh darah yang terpotong. Caranya adalah dengan mendep daerah
perdarahan tersebut dengan kasa beberapa saat sampai diperkirakan darah di daerah sekitarnya terserap oleh
kasa, kemudian kasa diangkat secara tiba-tiba dan sambil diperhatikan di daerah mana darah muncul. Setelah
ditemukan sumber perdarahan, jepit dengan klem , usahakan posisi klem tegak lurus supaya bagian yang terjepit
seminimal mungkin. Hal ini berguna jika dilakukan ligasi maka ikatan tidak menjadi longgar setelah klem
dibuka. Setelah diklem, didep kembali untuk melihat apakah masih terdapat perdarahan atau tidak. Jika
perdarahan masih ada, perlu dipikirkan apakah pengkleman sudah tepat pada sumber perdarahan atau ada
sumber perdarahan lain.
Ligasi
Ligasi dilakukan jika penjepitan dengan klem masih terjadi perdarahan, terutama perdarahan yang besar.
Biasanya setelah diklem hampir selalu diligasi. Caranya sama seperti cara dep dan klem. Namun, setelah
diklem, dilakukan ligasi pada pembuluh darah yang terpotong, baru kemudian klem dibuka. Ligasi dapat
dilakukan dengan menggunakan chromic cat gut atau plain cat gut dengan ukuran 3.0.atau 4.0. Perlu diingat
bahwa setiap ligasi dengan cat gut harus disimpulkan sekurang-kurangnya 3 kali karena lama-kelamaan cat gut
akan mengembang dan ikatan menjadi longgar serta dapat lepas jika hanya satu atau dua kali menyimpulkan.
Simpulkan secara reef knot. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut.

Teknik Ligasi
Dep dengan kasa daerah yang diperkirakan sumber perdarahan.
Jepit sumber perdarahan, yakinkan bahwa perdarahan berhenti.

Teknik Ligasi
Perhatikan tahapan ligasi di atas. Ikatan di atas diulang
sebanyak tiga kali agar tidak mudah lepas.
Gunting , sisakan benang sekitar 2 mm.

Kauterasi
Metode ini ditemukan oleh Bovie yang menyatakan bahwa arus listrik bolak balik (alternating current) dengan
frekuensi tinggi, yaitu sebesar 250.000 2.000.000 Hertz dapat digunakan untuk menginsisi atau
mengkoagulasi jaringan.
Ada dua teknik dasar yang dapat digunakan, yaitu :
1.

Probe Monopolar

Cara kerjanya adalah arus listrik AC berfrekuensi tinggi (+ 1,5 MHz) mengalir lewat probe dan
mengakibatkan efek destruksi jaringan dan dehidrasi hingga koagulasi. Probe ditempelkan pada ujung
klem yang menjepit pembuluh darah akan mengakibatkan sel-sel akan mengalami combustio yang
bergabung menjadi struktur seperti hialin dan pembuluh dalam masa kuagulasi. Arus keluar
dihantarkan melalui ground plate yang dipasang pada bagian lain tubuh pasien. Agar arus keluar ini
tidak mengakibatkan kerusakan pada kulit, ground plate harus memiliki permukaan yang lebar.
Teknik

1.

Pasang ground plate

2.

Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa

3.

Klem/pegang dengan pinset sumber perdarahan

4.

Nilai ulang apakah masih ada perdarahan ditempat yang sama

5.

Tempelkan pencil probe kauter pada klem/pinset

6.

Tekan tombol biru beberapa saat sampai sumber perdarahan terkoagulasi

7.

Lepaskan kelm/pinset

8.

Nilai ulang apakah amasih ada perdarahan di tempat yang sama.

9.

Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain

10. Dengan cara yang sama lakukan koagulasi sampai semua sumber perdarahan terhenti.
Pembuluh darah yang terbuka dibakar untuk menimbulkan obstruksi. Cara ini sangat menguntungkan
dibandingkan dengan semua cara di atas. Dengan teknik ini perdarahan dapat lebih cepat diatasi karena
hanya dengan menyentuhkan probe pada sumber perdarahan. Cara ini juga relatif lebih mudah
dibandingkan teknik lainnya. Sayangnya harga alat ini relatif mahal.

Kontrol Perdarahan
Dengan menggunakan electrocauter.

b.
Probe bipolar
Jaringan yang dikoagulasi berada antara arus masuk dan keluar dengan jarak hanya beberapa
millimeter saja. Probe yang digunakan mirip pinset, dimana satu sisi pinset diisolasi dari sisi pinset
lainnya yang bihubungkan dengan satu untuk aliran listrik masuk dan sisi lainnya untuk arus keluar.
Electrocauter ini dapat digunakan untuk koagulasi dan insisi.
Teknik
11. Pasang ground plate
12. Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa
13. Jepitkan probe pinset sumber perdarahan
14. Inajak tombol on beberapa saat sampai sumber perdarahan terkoagulasi
15. Lepaskan probe pinset
16. Nilai ulang apakah amasih ada perdarahan di tempat yang sama. Identifikasi lagi perdarahan
di tempat lain

Electro Cauter dengan Probe Bipolar

Spons Gelatin
Berupa potong-potongan spons kecil seperti gabus, bersifat lembut, tidak toksis, tidak bersifat antigen,
dan dapat diserap tubuh sekitar 4 minggu. Digunakan dengan cara menempelkan pada daerah
perdarahan dan perdarahan mulai berhenti beberapa saat. Di pasaran lebih dikenal dengan nama
spongostan.

Gambar 8.6 Spons Gelatin

Collastypt (surgycell)
Suatu kolagen berupa lembaran-lembaran putih. Collastypt yang bergabung dengan darah akan
membentuk masa gelatin yang dapat menghentikan perdarahan. Penggunaannya terutama pada
perdarahan parenkim. Hemostatis akan segera tercapai setelah pemakaian. Tidak ada efek samping
maupun kontraindikasi dalam pemakaiannya dan dapat diserap dalam waktu sekitar 3 minggu.

Collastypt (surgycell)
Laser
Penggunaan laser bisa berbarengan dengan insisi. Seperti hanya dengan menggunakan electrocauter
monopolar, penggunaan laser hampir sama. Dengan menembakan sinar dari probe ke arah perdarahan
(pengaturan jarak disesuaikan dengan daya) maka terjadi proses pembakarn. Sayangnya penggunaaan
laser CO2 tidaklah sepraktis electrocauter karena alur sinar yang dipancarkan dan harus dibelokkan
melalui cermin dan prisma untuk sampai ke ujung probe sehingga lebih rigid dibandingkan dengan
penggunaan probe pada electrocauter. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengaturan daya agar
jangan sampai menimbulkan daya tembus yang terlalu besar yang akan mengakibatkan efek combustio
yang dalam.
Teknik

17. Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa


18. Arahkan optik ke sumber perdarahan
19. Atur jarak optik ke sumber perdarahan
20. Tekan tombol sinar beberapa saat sampai jaringan terkoagulasi
21. Perhatikan agar jaringan yang disinar dalamposisi kering.
22. Evaluasi ulang sumber perdarahan
23. Untuk di jam 6, angkat jaringan yang akan disinar dengan pinset menjauhi urethra baru
disinar.
24. Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain
25. Dengan cara yang sama lakukan koagulasi sampai semua sumber perdarahan terhenti.
Fibrin Glue
Fibrin glue (lem fibrin) adalah campuran antara 2 zat yaitu fibrinogen dan thrombin. Ketika kedua zat
ini bercampur, agen ini mirip dengan tahap akhir dari urutan pembekuan darah untuk membentuk
suatu gumpalan fibrin. Fibrinogen dapat diperoleh dari pengumpulan, donor tunggal, dan donor
darah autolog dan biasanya diisolasi melalui proses kriopresipitasi. Komponen thrombin biasanya
diperoleh dari sapi komersil. Beberapa penyelidik telah menambahkan kalsium klorida dan/atau
antifibrinolitik (yaitu asam aminokaproat, aprotinin) pada preparat mereka. Lem fibrin dapat
digunakan dengan memakai suatu
double-barrel syringe atau aplikasi semprot. Walaupun
telah digunakan untuk berbagai prosedur operasi, lem fibrin terutama bermanfaat untuk pasien yang
diheparinisasi yang menjalani prosedur kardiovaskular yang membutuhkan sirkulasi ekstrakorporeal
karena tidak memerlukan suatu sistem hemostatik yang efektif.
Lem fibrin juga telah dievaluasi pada graft vaskular yang terbuat dari Dakron yang dianyam atau
dirajut. Kelemahan yang utama dari penggunaannya adalah risiko penularan penyakit serologis dari
darah yang disatukan dan darah yang berasal dari donor tunggal. Preparat yang paling aman adalah
menggunakan darah pasien sendiri untuk mempersiapkan lem fibrin. Secara keseluruhan, lem fibrin
merupakan suatu metode tambahan yang berguna untuk mengontrol perdarahan pada pasien operasi.
Teknik
26. Masukan masing-masing vial dalam spuit double barel
27. Pasang kedua spuit pada tempatnya
28. Identifikasi sumber perdarahan
29. Letakan ujung spuit double barel pada sember perdarahan (usahakan secepat mungkin agar
masih kering setelah di dep)
30. Tekan kedua ujung spuit sampai kedua isi spuit keluar bersamaan
31. Lekatkan sedikit saja.
32. Jika seluruh perdarahan teratasi maka kulit diaproksimasi dan di lem(menggantikan
penjahitan.
33. Biarkan beberapa detik sampai kering.
Ligasi Hekting

Jika dilakukan hemostasis dengan ligasi hekting, ada beberapa cara yang dapat dilakukan jahitan
matras atau figure of eigh

Insisi
Insisi dilakukan sebagai akses awal menuju daerah tujuan operasi. Insisi dilakukan setelah mengkaji kembali
diagnosa dan tujuan terapi bedah. Perencanaan insisi harus disertai dengan perencanaan penutupan defek yang
ditimbulkannya. Pengambilam masa di subkutis yang tidak membuang kulit mungkin tidak akan menimbulkan
masalah saat penutupan defek, tetapi jika kulit ikut diambil maka ada kemungkinan timbul masalah saat
penutupan luka apalagi jika jariongsan kulit yang diambil luas. Menurut bentuknya insisi dikelompokan
menjadi
1.

Insisi Linier
Insisi dalam satu lintasan atau garis lurus, atau melengkung. Insisi ini digunakan jika daerah operasi
atau masa yang diambil tidak melekat/ berhubungan dengan kulit. Misalnya mengambil masa lipoma
yang letaknya di subkutis maka insisi linier digunakan sebagai akses masuk dan diseksi sebagai
lanjutan untuk evakuasi masa.

Pastikan masa yang akan diambil tidak berhubungan dengan kulit.


2.

Insisi elips atau bulat


Digunakan sebagai akses jika target operasi masa yang akan diambil berhubungan atau berada di kulit.
Misalnya skin tag, granuloma, atau keloid. Dilakukan juga untuk massa dilokasi lebih dalam dari kulit
tetapi berhubungan dengan kulit misalnya kista aterom, atau masa di subkutis lainnya yang terinfeksi
sampai kulit sehingga kulit diatasnya harus dibuang.
Pada pembuatannya tentukan lebih dulu lebar dan incisi sesuai dengan lesi, kemudian panjang insisi
harus 3x lebar

Perhatikan ujung lancip tiapsisi


Jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus dua kali karena arah jarum harus tegak lurus dengan tepi
insisi
Untuk menghindari regangan dapat dikerjakan teknik undermining
3.

Insisi S atau Z
Insisi dalam satu lintasan berbentuk huruf S atau Z (tidak berbetuk lurus). Insisi ini digunakan jika
daerah operasi atau masa yang diambil biasanya tidak berhubungan dengan kulit tetapi letaknya di
persendian. Misalnya mengambil masa Becker cyst di fosa poplitea. Insisi ini digunakan sebagai akses
masuk dan diseksi sebagai lanjutan jika masa sudah ditemukan. Tujuan dari bentuk yang tidak lurus
adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur seteleh luka sembuh.

Perhatikan jahitan ditiap sudut.

Insisi dilakukan jika lokasi didaerah persendian dan masa


tidak berhubungan dengan kulit.
4.

Insisi tangensial/transversal
Insisi secara mendatar, sejajar dengan masa. Dilakukan pada masa solid yang letaknya di kulit.Untuk
bedah minor, insisi ini dilakukan pada insisi klavus dimana klavus ditipiskan dahulu sampai inti yang
masuk ditemukan yang dilanjutkan dengan insisi ellips.

5.

Insisi Poligonal
Digunakan sebagai akses sekaligus diseksi tajam jika target operasi masa yang akan diambil
berhubungan atau berada di kulit. Dibuat banyak sisi tajam atau poligonal bertujuan untuk
menghabiskan akar-akanr dari masa yang dibuang. Misalnya tumor ganas kulit. Poligonal juga
berfungsi untuk mengecek tiap sisi apakah bebas dari masa tumor atau tidak.

Penutupan Defek
Pengambilan masa bersamaan dengan kulit diatasnya menimbulkan deffek yang dapat ditutup dengan
mendekatkan tepi luka. Mungkin juga jika defek terlalu lebar maka kedua tepi luka tidak dapat
didekatkan. Untuk itulah diperlukan teknik khusus untuk menutup defek.
Sekali lagi, petutupan defek ini harus difikirkan saat merencanakan insisi, bagaimana kemungkinan
defek yang terjadi dan cara untuk menutupnya. Dengan demikian, pada saat insisi telah tergambar
rencana teknik penutupan defeknya.
Adapun teknik yang dapat dipakai adalah, advancement, flaps, STSG (split thickness skin graff ),
FTSG (full thickness) dan lain-lain
Menutup defek dengan cara mendekatkan 2 sisi insisi. Dilakukan jika masing-masing tepi longgar. Jika
tidak maka dilakukan pembebasan jaringan subkutis dari masing-masing tepi agar menjadi longgar
sehingga masing-masi tepi bisa bertemu sehingga jahitan tidak terlalu tegang /tension.

Gambar penutupan defek dengan flap

Gambar advancement flaps dengan single pedicle

Gambar advancment flaps dengan 2 buah flaps

Koreksi Dog Ear


Adakalanya diujung luka kulit lebih menonjol dan seakan seperti masa kulit. Kelebihan kulit ini
menyerupai telinga anjing sehingga sering disebut dog ear. Antisipasi terbentuknya dog ear ini
dilakukan saat insisi, yaitu ujung insisi pada insisi elips diusahakan lebih lancip, tidak lengkung.

Badingkan kedua ujung insisi yang lancip dengan lengkung. Dog ear terbetntuk dari insisi yang lebih
lengkung.
Untuk memperbaikinya, luka operasi terlebih dahulu dijahit seperti biasa untuk menilai sebesar apa ear
dog yang terbentuk. Kemudiaan baru dikoreksi dengan membuat insisi berikutnya seperti pada gambar
dibawah ini

Gambar diatas mengoreksi dog ear dengan membuat insisi elips pada tepi sayatan sebelumnya,
sedangkan gambar bawah membuat insisi dua segitiga.

Dog ear pada ujung luka

Anastesi Lokal
Keberhasilan tindakan anestesi sangat besar peranannya atas keberhasilan operasi. Pada anestesi lokal, dengan
anestesi yang baik dapat dicapai hasil memuaskan baik secara prosedural medis ataupun kosmetik. Kegagalan
pada tindakan ini akan memberikan kesulitan dan komplikasi
Anestesi dapat dilakukan dalam lokal ataupun general (narkose umum ). Hal ini tergantung dari berbagai
kondisi setiap individu. Tindakan bedah minor umumnya dilakukan dalam anestesi lokal.
Pertimbangan pemilihan anestesi lokal antara lain :

Risiko anestesi lebih rendah

Biaya lebih murah

Tidak diperlukan recovery

Lebih efisien untuk operasi yang singkat

Teknik Anetesi
Ada dua teknik anestesi lokal yang memberikan hasil yang baik, yaitu blok dan infiltrasi. Kedua cara ini
masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.
1.

Blok
Dilakukan dengan menyuntikkan obat anestesi di area tertentu dimana saraf yang mempersarafinya
diblok agar rangsang nyeri tidak dilanjutkan.

Jadi dengan teknik blok, anestesi dilakukan di proksimal daerah operasi. Pada daerah operasinya dapat
juga ditambahkan anestesi infiltrasi.
Penguasaan anatomis persarafan sangat penting diketahui.
Keuntungan
1.

Keberhasilan cukup tinggi

2.

Area yang teranestesi relatif bisa lebih luas dibandingkan dengan anestesi infiltrasi

3.

Obat yang dipakai lebih sedikit sehingga menurunkan toksisitas

Kerugian
4.

Teknik lebih rumit

5.

Penyuntikan tergantung daerah operasi

6.

Tidak semua daerah operasi dapat dilakukan tindakan anestesi ini

7.

Cedera saraf permanen

Teknik
8.

Identifikasi lokasi operasi

9.

Identifikasi jalan persarafan

10. Suntikan beberapa cc obat anestesi disekitarnya


11. Cek hasilnya
Jika pasien masih kesakitan cobalah masase lagi dan lakukan pengujian. Jika keadaan anestesi belum
juga terjadi, evaluasilah beberapa hal berikut.
12. Apakah lokasi penyuntikan sudah sesuai dengan anatomi persarafan ?
13. Apakah ada riwayat alkoholik ?
14. Apakah benar yang disuntikkan adalah obat anestesi atau obat anestesi yang sudah
kadaluarsa ?
Hati-hati, sediaan vial sering tertukar dengan aquabides atau obat anestesi dalam vial yang sudah
pernah dipakai atau tidak dipakai dalam waktu lama akan mengurangi daya anestesinya.
Anastesi pada jari tangan dan kaki
Perhatikan anatomis persarafan

Jalannya saraf dari lateral dan medial tiap jari


Perhatikan pola penyuntikan:

Suntikan di arah lateral dan medial

Suntikan di arah maedial


2.

Infiltrasi

Dilakukan penyuntikan di sekitar area operasi. Suntikan dilakukan di daerah subkutis. Teknik yang
berkembang saat ini adalah field blok, yaitu menginfiltrasi suatu area dengan terget operasi
ditengahnya. Setelah seluruh pinggir area diinfiltrasi, area tepat diatas insisi diinfiltrasi lagi. Jarak
antara pinggir daerah yang diinfiltrasi dengan target operasi tidak melebihi 2 cm. Jika lebih maka
kemungkinan masih ada impuls saraf yang tidak terblok. Jika memang masa yang akan operasi cukup
besar, kemungkinan diperlukan infiltrasi beberapa lingkaran, agar area yang diinfiltrasi menjadi luas.
Kedalaman infiltrasi tergantung dari jenis operasi. Jika masa yang diambil cukup dalam, maka perlu
juga dilakukan infiltrasi lebih dalam, bahkan sampai otot atau periosteum.

Teknik infiltrasi

1.

Masukan jarum di salah satu sudut area operasi.

2.

Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas dari kulit) sambil obat
dikeluarkan.

3.

Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarum dicabut sambil obat dikeluarkan.

4.

Masukan jarum di sudut yang bersebrangan dengan sudut tadi

5.

Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas dari kulit) sambil obat
dikeluarkan

6.

Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarumdicabut sambil obat dikeluarkan.

7.

Lanjutkan penyuntikan ketiga tepat diatas garis yang akan diinsisi

8.

Masase

9.

Cek dengan menjepitkan pinset

Komplikasi Tindakan Anestesi


1.

Hematom
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah ketika anestesi yang kemudian darah berkumpul di
submukosa sehingga menimbulkan benjolan. Hematom ini dapat terus membesar atau berhenti
tergantung dari besarnya pembuluh darah yang terkena. Pada pembuluh darah kecil biasanya hematom
tidak membesar karena platelet plug sudah cukup untuk menghentikan kebocoran tadi. Jika terjadi
hematom, kita evaluasi beberapa saat apakah hematom itu terus membesar atau tetap. Jika terus
membesar, kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah dan mengikatnya kemudian
membuang bekuan darah yang terkumpul. Tetapi jika hematom tidak membesar hanya diperlukan
membuang masa hematomnya saja.

2.

Udem
Disebabkan terlalu banyaknya obat anestesi yang diberikan sehingga obat tersebut berkumpul dalam
jaringan ikat longgar mukosa dan sub mukosa. Hal ini akan mempersulit ketika melakukan penjahitan.
Udem akibat anestesi ini diabsorpsi dalam 24 jam.

3.

Syok Anafilaktik
Syok anafilaksis disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas type I. Terjadi vasodilatasi perifer
sehingga terjadi pengumpulan darah di perifer. Akibatnya terjadi penurunan venous return
sehingga cardiac output pun menurun.

Tanda dan gejalanya


o

Nadi cepat dan kecil

Penurunan tekanan darah

Keringat dingin

Lemas

Badan terasa melayang

Mual

Penatalaksanaan:
o

Letakkan pasien dalam posisi trendelenburg.

Berikan oksigen lembab 3 - 5 l/menit.

Suntikan segera adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3-0,4 ml im , sebaiknyna otot deltoid, atau
subcutan (sc) dan segera dimasase, ulangi pemberian 0,3-0,4 ml adrenalin tiap 5-10
menit sampai tekanan sistolik mencapai 90-100 mmHg dan denyut jantung/nadi tidak
melebihi 120x/menit.

Suntikan:

Antihistamin difenhidramin 10-20 mg

Kortikosteroid-hidrokortison 100-250 mg iv

Bila ada spasme bronchial, Aminofilin 200-500 mg i.v perlahan lahan.(1 ml


mengandung 24 mg aminofilin)

Bila terjadi henti nafas, berikan nafas buatan, bila disertai henti jantung lakukan
pijatan (penekanan) terhadap jantung (pertengahan sternum)/ RJP.

Bersamaan dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatan dan kompresi


jantung, pemasangan infus dengan kristalolid (NaCl, ringer laktat) dengan tetesan
secepat mungkin (diguyur) sampai nadi teraba.

Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil.

Tindakan Aseptik
Bakteri pada kulit sebagian besar besifat komensal. Luka yang terbentuk akibat insisi bisa menjadi port the entry
bakteri kedalam jaringan dan sirkulasi darah.
Bakteri dapat juga berkembang biak pada luka. Untuk mengurangi polulasi bakteri dilakukan tindakan aseptik
Tindakan Aseptik
Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
melalui teknik aseptik. Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini
bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup
atau benda mati. Tindakan ini meliputi antisepis, desinfeksi, dan sterilisasi. Untuk itu, diperlukan perlakuan
khusus pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator,dan asisten sebagai pelaksana.
Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang digunakan disebut antiseptik. Antiseptik
adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman, ada yang bersifat sporosidal
(membunuh spora) dan non sporosidal, digunakan pada jaringan hidup khusus,yaitu kulit dan selaput lendir.
Antiseptik harus dibedakan dengan obat seperti antibiotik yang dapat membunuh mikroorganisme di dalam
tubuh atau dengan desinfektan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda
mati.
Perlu diperhatikan adanya reaksi atau riwayat alergi terhadap iodium. Jenis antiseptik yang sering digunakan
adalah alkhol 70 %, povidon iodin, chlorhexidine gluconate dan triklosan.

Jenis Antiseptik
Jenis antiseptik yang akan dibahas di bawah ini hanya sebagian dari antiseptik, antara lain povidone iodine,
savlon (chlorhexidine), triklosan, dan alkohol 70%. Berikut keterangan mengenai jenis antiseptik tersebut :
1.

Povidone Iodine
1.

Struktur Kimia

Povidone Iodine adalah senyawa larut air yang merupakan komplek senyawa iodine dengan
polyvinylpyrrolidone, dengan kosentrasi iodine mulai dari 9 % sampai dengan 12 %, dihitung
berdasarkan berat kering. Povidone iodine mempunyai rumus bangun (C6H9NO)n.xI. (2)

Rumus bangun povidone iodine


2.

Mekanisme kerja
Povidone iodine bekerja dengan menghancurkan dinding sel patogen.

3.

Keuntungan dan Kerugian


Povidone iodine memiliki aktivitas antimikroba yang paling luas karena dapat membunuh
semua patogen yang penting, bahkan dapat membunuh spora di mana spora merupakan salah
satu bentuk dari mikroorganisme yang paling sulit dibunuh (to be inactivated) oleh
desinfektan dan antiseptik
Povidone iodine merupakan antiseptik golongan iodine yang menyebabkan sedikit iritasi kulit
dan jarang menimbulkan reaksi alergi jika dibandingkan dengan antiseptik iodine lainnya,
namun lebih sering menyebabkan dermatitis kontak iritan jika digunakan untuk higienitas
tangan (larutan pencuci tangan).

4.

Cara Pemakaian
Povidone Iodine diformulasikan dalam bentuk antiseptik topikal, antara lain larutan (dengan
surfaktan dan atau alkohol), aerosol atau salep pada konsentrasi mulai dari 7,5% sampai
dengan 10 %. Zat tersedia di dijual bebas dan digunakan untuk membersihkan dan desinfektan
pada kulit, menyiapkan kulit sebelum operasi dan mengobati infeksi yang peka terhadap
iodine. Povidone iodine harus digunakan secara hati-hati pada penderita yang alergi terhadap
iodine. Jika terjadi iritasi, kemerahan dan bengkak; penggunaan zat harus dihentikan.

2.

Chlorhexidine gluconate
1.

Struktur Kimia
Chlorhexidine gluconate sering digunakan untuk mencuci tangan di kamar operasi. Bahannya
lembut dan jarang menimbulan iritasi. Chlorhexidine gluconate (nama dagang savlon) ,
merupakan derivat dari biguanidin. Chlorhexidine gluconate merupakan cairan antiseptik yang
mempunyai komponen aktif cetrimide 0,5 % dan chlorhexidine gluconate 0,1%. Selain
Chlorhexidine gluconate, savlon mengandung n-propyl alkohol dan benzyl benzoat.

Cetrimide

Chlorhexidine gluconate
2.

Mekanisme kerja
Chlorhexidine bekerja dengan cara melekat dan kemudian merusak membran sitoplasma
sehingga kandungan/isi intraselular menjadi keluar dari dalam sel.

3.

Keuntungan dan Kerugian


Aktivitas antimikroba chlorhexidine lebih lambat dari pada alkohol. Chlorhexidine memiliki
aktivitas antimikroba yang baik terhadap bakteri gram positif, dan sebaliknya kurang baik
terhadap bakteri gram negatif dan fungi, serta aktivitas antimikroba yang minimal terhadap
bakteri tuberkulosa. Chlorhexidine tidak dapat membunuh spora. Chlorhexidine memiliki
aktivitas secara in vitro untuk membunuh enveloped virus seperti herpes simplex virus, HIV,
cytomegalovirus, namun memiliki aktivitas yang kurang terhadap non-enveloped virus sperti
rotavirus, adenovirus, dan enterovirus.
Reaksi alergi terhadap penggunaan chlorhexidine sangat jarang ditemukan. Penggunaan
chlorhexidine yang menyebabkan iritasi pada kulit sangat tergantung pada konsentrasi larutan
chlorhexidine, dimana chlorhexidine 4% yang sering digunakan sebagai larutan antiseptik
pencuci tangan dapat menyebabkan iritasi. Jika larutan chlorhexidine mengenai mata dapat
mengakibatkan konjungtivitis.
Reaksi idiosinkrasi pada kulit dapat terjadi. Savlon bila terminum secara tidak sengaja dapat
menimbulkan mual muntah, dyspnea dan sianosis akibat paralisis dari otot pernafasan. Selain
itu depresi sistem saraf pusat dapat menyebabkan kejang, hipertensi serta koma.
Pengobatan dengan cara pengosongan lambung dan terapi simptomatik.

4.

Cara Pemakaian
Savlon digunakan untuk keperluan antiseptik pembersih dan hanya digunakan untuk
pemakaian luar. Savlon antiseptik sebaiknya tidak digunakan secara langsung pada mata, otak,
meningen, telinga tengah, serta tidak digunakan untuk rongga tubuh. Untuk penggunaan
secara umum larutkan 60-90 mL dalam 1 sampai dengan 1,5 L air.

3.

Triklosan
1.

Struktur Kimia
Triklosan merupakan senyawa aromatik yang diklorinasi dan memiliki dua gugus fungsional
yaitu eter dan fenol.

Rumus bangun triklosan

2.

Mekanisme kerja
Yaitu dengan cara denaturasi protein dan merusak membran sel. Triklosan memiliki sifat
biosidal dengan merusak membran sel dan sitoplasma. Sedangkan pada konsentrasi rendah,
triklosan bekerja sebagai bakteriostatik dengan menghambat sintesis asam lemak.

3.

Keuntungan dan Kerugian


Triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang cukup baik terhadap Staplylococcus aureus
sehingga penggunaan triklosan 2% sebagai larutan untuk memandikan penderita kelainan kulit
methicilin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) sangat dianjurkan. Sebaliknya triklosan
memiliki aktivitas antimikroba yang relatif rendah terhadap bakteri gram negatif, fungi, dan
micobacterium.
Triklosan sebaiknya tidak digunakan sebagai larutan mandi pada pasien luka bakar atau pasien
dengan kelainan kulit yang luas dan juga pasien dengan kulit yang sensitif karena dapat
menimbulkan efek neurotoksik.

4.

Cara Pemakaian
Triklosan (trichloro-hydroxy-diphenyl ether) adalah agen antimikrobial yang banyak
digunakan pada detergen, sabun, shampo , deodoran seta kosmetik dengan konsentrasi
penggunaan di bawah 0,5%.

4.

Alkohol
1.

Struktur Kimia
Alkohol yang paling sering digunakan antara lain ethanol (60-90%), 1-propanol (60-70%) dan
2-propanol/isopropanol (70-80%) atau campuran dari jenis-jenis alkohol ini. Zat ini
membunuh secara cepat dan aktif bakteri vegetatif seperti Mikobakterium tuberkulosis serta
beberapa jamur dan virus lipofilik yang inaktif.

Rumus bangun alcohol


2.

Mekanisme kerja
Alkohol bekerja dengan cara denaturasi protein dan melarutkan lemak.

3.

Keuntungan dan Kerugian


Alkohol memiliki aktivitas germisidal secara in vitro terhadap bakteri vegetatif gram positif
dan gram negatif (termasuk diantaranya MRSA dan VRE), Mycobacterium tuberculosis, dan
sebagian jenis fungi. Namun demikian alkohol memiliki
aktivitas antimikroba yang sangat minimal terhadap spora bakteri. Herpes simplex virus, HIV,
influenza virus, respiratory syncytial virus dan vaccinia virus diketahui sangat peka terhadap
alkohol. Jenis virus lain yang kurang peka terhadap alhokol, namun dapat dibunuh dengan
alkohol 50-70%, seperti Hepatitis B virus, enterovirus, rotavirus dan adenovirus. Ethanol
memiliki aktivitas antimikroba yang lebih baik dari pada propanol.
Alkohol bekerja sebagai germisidal dengan cepat ketika digunakan pada permukaan kulit,
namun tidak berlangsung lama. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan bakteri kembali
secara perlahan pada permukaan kulit. Hal ini diduga karena beberapa bakteri pada kulit
memiliki efek sublethal terhadap alkohol.
Penggunaan larutan alkohol yang cukup sering dapat menyebabkan kulit menjadi kering.
Namun kelainan dermatitis kontak alergi atau urtikaria akibat kontak terhadap alkohol sangat

jarang ditemukan. Penggunaan larutan alkohol pada lesi kulit dapat menimbulkan rasa nyeri
yang hebat seketika.
4.

Cara Pemakaian
Alkohol bersifat mudah terbakar serta harus disimpan di tempat yang dingin dan cukup
ventilasi udaranya. Sebelum kauterisasi, bedah elektrik serta bedah laser, alkohol harus
ditunggu menguap terlebih dahulu.

5.

Teknik Tindakan Aseptik


Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengusapkan cairan antiseptik pada lapangan operasi dan
sekitarnya. Untuk memperluas permukaan steril maka dilakukan drepping, yaitu pemakaian duk bolong
steril.
Prinsipnya adalah mengusap kulit dari mulai daerah yang lebih bersih ke daerah yang paling kotor
dengan tidak mengusap daerah yang telah diusap sebelumnya.
Teknik tindakan aseptik
1.

Sebaiknya cuci daerah oparasi dengan air bersih dan sabun, jika luka atau daerah operasi
kotor.

2.

Jika daerah operasi berulkus maka cuci dahulu daerah sekitar ulkus (diluar ulkus) kemudian
baru daerah ulkusnya( daerah ulkus merupakan daerah terkotor sehingga tindakan aseptic
dilakukan paling akhir.

3.

Posisikan daerah operasi seergonomis mungkin dan sekspos mungkin sehinggga operator dan
asisten dengan leluasa dapat melakukan tindakan

4.

Fiksasi daerah operasi atau daerah lainnya sehingga daerah operasi tidak bergerak-gerak

5.

Siapkan larutan antiseptic dalam kom steril

6.

Siapkan seluruh intrumen operasi dalam meja yang mudah dijangkau

7.

Celupkan kassa steril yang dipegang oleh klem Kelly atau ring klem.

8.

Usapkan mulai dari arah tengah (jika bukan ulkus) secara melingkar makin lama makin ketepi
dengan tidak mengusap daerah yang telah diusap sebelumnya.

9.

Laklukan 2 3 kali.

10. Pola usapan (painting) dapat juga dari atas kebawah secara vertical mulai deri lapangan
operasi paling tengah sampai ketepi dengan arah yang sama.
11. Tutup permukaan tadi dengan duk bolong steril.

Klorheksidin dan kassa dalam kom steril, dipegang dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan steril

Pola pengusapan secara melingkar

Pola tindakan aseptic pada khitanan

Persiapan Operasi

Persiapan yang teratur memudahkan tiap tahapan operasi sehingga akan mempercepat dan memberikan hasil
yang lebih baik
Persiapan meliputi persiapan pelaksana, persiapan pasien, persiapan alat dan bahan dan persiapan tempat.
A. Persiapan Pelaksana
Operasi kecil yang optimal dilakukan oleh tiga orang, yaitu seorang operator dan dua orang asisten. Namun,
jika tenaga terbatas atau telah mahir cukup operator dan seorang asisten saja. Persiapan yang dilakukan
tergantung pada tugas masing-masing yaitu :
1. Tugas Operator
1.

Bertindak sebagai pemimpin operasi

2.

Melakukan informed concent dan menilai kelayakan operasi

3.

Melakukan tindakan anestesi, insisi, hemostatis sampai hekting

4.

Mengatasi penyulit yang terjadi

5.

Melakukan follow up paska operasi

6.

Bekerja pada zona steril

2. Tugas Asisten I
1.

Mitra kerja operator di zona steril

2.

Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik

3.

Selangkah lebih maju dari operator dalam mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada tiap
tahapan operasi

4.

Memelihara lapangan operasi agar tetap bersih dari darah dan material yang tidak diperlukan

3. Tugas Asisten II
1.

Mitra kerja operator pada zona non steril

2.

Mempersiapkan pasien sebelum operasi

3.

Menata tempat operasi

4.

Menenangkan pasien

5.

Mengikuti jalannya operasi, memperhatikan, dan mempersiapkan keperluan selama dan setelah operasi

Operator dan asisten I bekerja di zona steril maka untuk persiapannya tidak jauh berbeda, sedangkan asisten II
bekerja dalam zona non steril yang tidak memerlukan persiapan khusus.
Persiapan operator dan asisten I meliputi cuci tangan dan memakai sarung tangan.
1. Teknik Mencuci Tangan
Tujuannya untuk memperkecil risiko infeksi yang mungkin terjadi. Caranya :

1.

Menyikat tangan dengan larutan antiseptik di bawah air mengalir selama 10 menit,mulai dari
kuku,jari,sela jari dan telapak tangan.

2.

Teteskan beberapa mililiter savlon, betadin atau triclosan

3.

Gosok masing-masing tangan dan lengan selama 5 menit

4.

Bilas dengan air mengalir sambil digosok

5.

Posisi tangan selalu diatas sikut.

6.

Lap dengan handuk steril

Perhatikan tahapan mencuci tangan


2. Teknik Memakai Sarung Tangan
Bertujuan ganda, yaitu untuk mencegah infeksi dari operator terhadap pasien dan melindungi operator dari
penyakit yang dapat ditularkan oleh pasien melalui darah. Caranya adalah:
1.

Bukalah kemasan dan lebarkan, selain bagian dalam yang terlipat, bagian lain jangan sampai tersentuh

2.

Pakailah sarung tangan kanan lebih dulu

3.

Pegang bagian dalam sarung tangan yang dilipat keluar dengan tangan kiri (bagian luar tidak boleh
disentuh)

4.

Rapikan dengan cara jari-jari tangan kiri ikut masuk menyusuri jari-jari tangan kanan dalam
handschoen (skin to skin) sampai rapi

5.

Ambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan

Masukkan tangan kiri dengan dibantu oleh tangan kanan dari bagian luar handschoen (glove to glove).
B. Persiapan Calon Pasien
Keadaan Umum
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan operasi, mulai dari kondisi umum preoperatif, apakah
pasien dalam keadaan sakit, sakit ringan, atau ada kelainan bawaan. Keadaan umum seperti demam, adanya
edema anasarka, hipoalbuminemia, anemia, sepsis, dan kondisi sistemik lainnya akan berpengaruh terhadap out
come yang dihasilkan. Faktor lain yang besar pengaruhnya adalah perawatan post operatif. Edukasi dari dokter
hendaknya disampaikan secara sistematis dan lengkap sesuai dengan tingkat pemahaman dari pasien dan
keluarganya. Status gizi dan higiene seringkali luput dari perhatian operator. Perbaikan keadaan umum mutlak
dilakukan sampai optimal, kecuali dalam keadaan emergensi. Keadaan kardiopulmonal, akan sangat
berpengaruh jika tindakan dilakukan dalam narkose umum. Infeksi sistemik akut ataupun kronis, kelainan
sistemik bawaan ataupun didapat yang berpengaruh terhadap hemostasis, dan reaksi hipersensitivitas, misalnya
hemofili, ITP, penyakit kolagen, alergi terhadap obat sistemik ataupun topikal dapat mempengaruhi proses
penyembuhan. Status gizi memiliki pengaruh yang besar yang akan terlihat dalam proses penyembuhan luka
dan kerentanan terhadap infeksi post operatif.

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :


1. Kelainan Hemostasis
Kelainan hemostasis penting sekali untuk diperhatikan dengan seksama karena dapat mengakibatkan risiko yang
serius selama ataupun setelah operasi. Perlu ditanyakan riwayat kelainan perdarahan, antara lain:

Riwayat perdarahan yang lama setelah luka.

Riwayat kulit mudah membiru jika terkena benturan ringan.

Riwayat perdarahan lama setelah cabut gigi atau gigi tanggal.

Riwayat gosok gigi sering berdarah.

Riwayat perdarahan yang lama pada keluarga jika luka.

Riwayat perdarahan pada operasi sebelumnya.

Jika masalah perdarahan sudah terjadi sejak bayi,misalnya perdarahan yang sulit berhenti setelah pemotongan
tali pusat, perlu dipikirkan defisiensi F XII, afibrinogenemia atau defisiensi F VII. Jika setelah cabut gigi timbul
perdarahan yang terlambat (delayed bleeding) perlu dipikirkan defisiensi F VIII atau F IX ringan. Perlu juga
ditanya adanya kemungkinan kelainan trombosit sehingga penderita mendapat obat anti koagulanatau anti
agregasi trombosit . Perlu diperhatikan juga penyakit lain yang berpengaruh terhadap sistem hemostatis,
misalnya penyakit hati, gagal ginjal dan penyakit mieloproliperatif.
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan :

Tanda kecenderungan perdarahan (hematom,petekhie,purpura,ekimosis).

Deformitas sendi atau hemartrosis.

Hepato dan atau spenomegali.

Jika diragukan adanya kelainan darah, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan lab (BT, CT atau PT aPTT).

2. Diabetes Mellitus
Adakah polidipsi (sering minum), poliuri (sering kencing), polifagi (sering makan), pruritus (gatal-gatal),
parestesi (sering kesemutan),dan riwayat kencing manis pada keluarga.
3. Riwayat Penyakit Menular
Untuk menghindari penularan akibat kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, ataupun penularan melalui
instrumen (iatrogenik) perlu dicari adanya penyakit menular. Penyakit yang perlu disingkirkan, misalnya
hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, HIV dan AIDS.
4. Riwayat Alergi Obat
Adakah reaksi gatal-gatal, panas, kemerahan pada kulit, pusing, atau pingsan setelah memakan/disuntik obatobatan tertentu. Atau dapat juga terjadi setelah pengolesan obat lokal, seperti iodin. Jika terdapat alergi iodin,
dapat digunakan savlon sebagai antiseptiknya.
5. Riwayat Penyakit Jantung dan Paru
Berkaitan dengan proses anestesi jika dilakukan dalam narkose/ bius umum. Sebelum tindakan operasi dapat
dilakukan pemeriksaan foto thoraks atau jika perlu dilakukan EKG.
6. Status Gizi
Status gizi berkaitan dengan proses wound healing. Makin buruk status gizi maka kita harus berpikir untuk
optimalisasi asupan zat gizi dan pemeliharaan luka operasi yang lebih baik. Kadar protein yang rendah misalnya
albumin dan protein total sebagai indikator, akan menghambat proses penyembuhan luka.
7. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah akan berpengaruh terhadap tahapan hemostasis. Sebaiknya tekanan darah tidak lebih
140 mmHg untuk systole dan dibawah 100 mm Hg untuk diastol.
8. Riwayat Penyakit Lain
Adakah penyakit yang sewaktu-waktu dapat kambuh, misalnya asma bronkhiale, dan epilepsi. Informasi ini
berguna agar kita dapat mempersiapkan berbagai kelengkapan, termasuk obat-obatan apabila penyakit tersebut
kambuh.
Jika kita ragu terhadap keadaan umum penderita sebaiknya kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum
memutuskan untuk mengoperasi. Pemeriksaan penunjang misalnya pemeriksaan laboratorium, foto rontgen,
USG , EKG ataupun echocardiografi.
9. Kondisi lokal
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa daerah sekitar lapangan operasi. Jika infeksi sekitar daerah operasi dapat
mempengaruhi aliran darah setempat atau jika luka operasi dapat menyebabkan penyebaran infeksi secara
hematogen (port the entry) maka proses infeksi harus diatasi dahulu. Kecuali memang operasi ditujukan untuk
control sumber infeksi (source control) misalnya debridement dan insisi drainase abses. Demikian juga jika
kelainan sulit dikontrol maka tindakan optimalisasi menjadi pilihan.
10. Informed Consent
Penjelasan kepada pasien mutlak diperlukan. Penjelasan seputar operasi dengan berbagai teknik dan
komplikasinya usahakan agar benar-benar dipahami. Penjelasan yang disampaikan harus benar, akurat, dan
lengkap. Aspek hukum yang berkaitan dengan informed concent sangat erat kaitannya dengan undang-undang

praktek kedokteran.
Dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 ayat 3, penjelasan yang disampaikan
sekurang-kurangnya mencakup

Diagnosis dan tata cara tindakan medis

Tujuan tindakan medis yang dilakukan

Alternatif tindakan lain dan risikonya

Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Periksa juga surat persetujuan operasi apakah telah diisi dengan lengkap dan ditandatangani dengan benar.
Jika telah mendapat persetujuan secara tertulis, maka pelaksanaan operasi baru boleh dilakukan. Untuk itu perlu
dilakukan persiapan yang meliputi persiapan pelaksana, persiapan pasien, persiapan alat dan bahan dan
persiapan tempat.
Pelajari kembali rekam medis pasien terutama riwayat penyakit alergi, riwayat kelainan pembekuan darah,
penyakit sistemik dan penyakit lokal . Periksa kembali apakah informed concent telah dilakukan dengan lengkap
dan dipahami oleh pasein (jika dewasa) dan keluarganya (wali). Dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran Pasal 45 ayat 3, penjelasan yang disampaikan sekurang-kurangnya mencakup

Diagnosis dan tata cara tindakan medis

Tujuan tindakan medis yang dilakukan

Alternatif tindakan lain dan risikonya

Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Periksa juga surat persetujuan operasi apakah telah diisi dengan lengkap dan ditandatangani dengan benar.
Syarat-syarat informed concent adalah :

Dilakukan dalam suasana yang terbuka

Tidak mendikte atau menggurui

Disampaikan dengan bahasa yang dapat dipahami

Cek ulang sebelum mengakhiri apakah pasien atau keluarganya memahami apa yang telah disampaikan

Setelah pasien dinyatakan layak operasi, langkah selanjutnya adalah membuat pernyataan izin dari pasien atau
orang tua/wali, jika pasien belum dewasa. Setelah ada pengertian dan pasien menyetujui maka yang
bersangkutan mengisi dan menandatangani lembar persetujuan operasi yang telah dibuat dan diketahui oleh
seorang saksi. Aspek legal ini harus benar-benar diperhatikan agar operator dapat terlindung dari tuntutan
hukum dan orang tua/wali 11. Pendekatan Psikologis
Pendekatan kepada pasien dilakukan untuk memberikan rasa aman. Pendekatan dilakukan agar rasa cemas,
takut, dan stress bisa diminimalkan.

C. Persiapan Alat dan Bahan


Alat atau instrumen telah disterilisasi, kemudian disusun di atas meja instrumen yang telah dialasi linen steril.
Peralatan lain tergantung dari jenis operasi yang akan dilakukan. Untuk penggunaan electrocauter, pencil probe
harus sudah disterilkan.
Secara rinci persiapan alat

Sterilisasi minor set

Sterilisasi probe cauter dan instrumen lainnya

Sterilisasi linen/duk ampar dan duk bolong

Sterilisasi kasa

Susun instrumen pada meja yang dialasi linen steril

Buka benang dalam kemasan dan jangan sampai tersentuh bagian yang tidak steril

Buka spuit dari kemasannya, jangan sampai tersentuh benda yang tidak steril

Peralatan lain yang steril disimpan pada meja instrumen.

Kasa sebaiknya tetap pada tromol dan hanya diambil dan disimpan di meja instrumen jika diperlukan. Kasa
yang sudah disimpan di meja instrumen tidak boleh dimasukan kembali ke tromol. Spuit diisi oleh operator atau
asisten yang telah mengunakan hand schoon steril dibantu oleh asisten 2 (on steril).
Untuk pemakaian electrocauter, ground plate disiapkan. Bila menggunakan ground plate yang reuseable,
perhatikan agar permukaan kontak dibasahi jeli.

D. Persiapan Tempat
Dalam mempersiapkan tempat untuk melakukan operasi kecil, yang perlu diperhatikan di antaranya :
1. Ruangan
Ruangan yang baik harus terhindar dari masuknya debu, serangga dan udara kotor. Memang idealnya sirkulasi
menggunakan AC dengan filter supaya udara masuk tidak terlalu banyak terkontaminasi.
2. Bed Pasien
Tinggi bed disesuaikan dengan tinggi operator. Bed standar untuk pemeriksaan pasien biasa sudah cukup.
Pinggir kiri dan kanan bed usahakan dapat dilalui orang, tidak menempel ke dinding supaya asisten leluasa.
3. Meja Instrumen
Tingginya sama atau sedikit lebih tinggi dari bed. Meja harus dibersihkan setiap hari jangan sampai menjadi
sumber kontaminasi. Peletakan instrumen dialasi kain steril dan jika operasi belum dimulai, meja instrumen
ditutup dengan kain steril agar tidak terlihat oleh pasien

4. Penerangan
Pencahayaan yang terarah pada area operasi dengan intensitas yang cukup sangat membantu kelancaran operasi.
Sebaiknya tersedia lampu emergensi agar tidak kesulitan jika aliran listrik mati.
5. Sarana Penunjang
Sarana lain yang penting disediakan adalah wastafel untuk mencuci tangan, tempat sampah medik dan non
medik, UPS atau generator listrik sebagai cadangan jika listrik mati terutama jika menggunakan electrocauter
atau laser.

Penatalaksanaan Luka
Ditulis Oleh: kapten
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan hidup sebagai akibat adanya jejas. Penanganan luka tetap
mengacu kepada penatalaksanaan sesuai pedoman ATLS, mulai dari primary survey sampai secondary survey.
Jika keadaan umum baik, maka baru dilakukan perawatan lokal pada luka.
Jenis Luka:

Luka Memar (contusion)

Luka Lecet (vulnus excoreatum)

Luka Robek (vulnus laceratum)

Luka Sayat (vulnus Schissum)

Luka Gigitan (vulnus morsum)

Luka tusuk (vulnus ictum)

Luka Tembak (vulnus sclopectorum)

Luka Bakar (combustio)

Penanganan luka meliputi:


1. Wound Cleansing
Langkah membersihkan luka secara umum adalah:

Lakukan tindakan a dan antiseptic

Anestesi local (kecuali pada luka bakar kemungkinan memrlukan general anestesi)

Mechanical Scrubbing, menggosok luka dengan kassa steril, memakai larutan antiseptik

Dilusi dan irrigasi 500-2000 cc atau 50-100 cc/panjang luka, tergantung dari luas dan kotornya luka.
o

Larutan yang digunakan adalah NS

Dilanjutkan dengan klorheksidin atau betadin

Kembali irigasi dan dilusi sampai benar-banar bersih

2. Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen diawali pada lapisan superfisial jaringan sampai ke lapisan terdalam.
Perhatikan tanda-tanda jaringan avital/mati, yaitu warna lebih pucat, lebih rapuh dan tidak berdarah
Buang jaringan avital dengan pisau atau gunting, perhatikan anatomi daerah tersebut, jangan mencederai
vascular atau nervus
Lakukan debridement sampai jaringan yang normal terlihat, biasanya terlihat adanya perdarahan dari jaringan
yang dipotong.
3. Penutupan Luka
Jika luka bersih dan jaringan kulit dapat menutup, maka lakukan jahitan primer. Jika luka bersih namun
diperkirakan produktif, misalnya kemungkinan seroma atau infeksi, maka pansanglah drain. Jika luka kotor,
maka lakukan perawatan luka terbuka untuk selanjutnya dilakukan hekting sekunder.
4. Medikamentosa
Antibiotik
Tujuan pemberian atibiotik adalah untuk profilaksis

Topikal /larutan/Salep

Mengurangi pembaentukan krusta yang dapat menghambat epitaelisasi

Mencegah kassa melekat pada luka

Mengurangi tingkat infeksi

Sistemik berupa sediaan oral ataupun parenteral.

5. Pemberian Anti Tetanus


Pemberian tetanus toksoid dilakukan jika belum atau lama tidak mendapatkan booster TT. Jika telah mendapat
booster sebelumnya, cukup diberikan anti tetanus serum yang terlebih dahulu dilakukan skin test.

Wound Healing
Wound healing atau penyembuhan luka adalah suatu proses alami, baik secara selular maupun biokimia, yang
dilakukan oleh tubuh untuk regenerasi jaringan dermis atau epidermis sebagai respon atas suatu jejas atau injuri.

Proses ini secara garis besar terdiri dari 3 fase yang merupakan suatu urut-urutan tertentu dan dalam
perjalanannya dapat saling tumpang tindih. Jika fase-fase ini tidak berjalan sebagaimana harusnya, maka luka
tidak akan sembuh. Luka mungkin menjadi luka kronis seperti venous ulcer atau skar patologis seperti keloid.
Fase-fase tersebut adalah:
1.

Fase Inflamasi

2.

Fase Proliferasi

3.

Fase Maturasi dan Remodeling

Secara skematis dapat dilhat dai gambar dibawah ini

Sumber Grabs and Smith


Ditinjau dari lamanya waktu

Sumber Grabbs and Smiths


Ringksan fase-fase wound healing

Fase pada normal acute wound healing


Gambar diambil dari: Granick Surgical wound healing and management
1. FASE INFLAMASI
Fase inflamasi ditandai dengan terjadinya pembekuan darah (clotting) untuk mempertahankan
hemostasis, pelepasan bermacam-macam faktor untuk menarik sel-sel yang akan memfagosit debris, bakteri,
dan jaringan yang rusak, serta pelepasan faktor yang akan memulai proliferasi jaringan.
Ketika jaringan terluka, maka darah akan kontak dengan kolagen. Hal ini memacu platelet untuk mensekresi
faktor-faktor inflamasi. Platelet atau dikenal juga dengan trombosit, juga mengekspresi glikoprotein pada
membran sel sehingga platelet tersebut dapat menempel satu sama lain, beragregasi, dan membentuk massa.
Platelet adalah sel yang paling banyak terdapat segera setelah suatu luka terjadi. Platelet kemudian akan
melepaskan faktor-faktor lainnya seperti protein ECM, sitokin, growth factor yang mempercepat pembelahan
sel, dan faktor proinflamasi (serotonin, bradikinin, prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan histamine) yang
meningkatkan proliferasi dan migrasi sel ke
daerah luka serta menyebabkan peningkatan permeabilitas.
Segera setelah pembuluh darah berdilatasi, membran sel yang ruptur akan melepaskan tromboksan dan
prostaglandin yang menyebabkan pembuluh darah berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah sekaligus
mengumpulkan faktor-faktor dan sel inflamasi lainnya. Vasokonstriksi ini berlangsung selama 510 menit,
kemudian diikuti dengan vasodilatasi yang terjadi karena pelepasan histamin. Dengan terjadinya vasodilatasi
maka akan terjadi ekstravasasi protein. Hal ini menyebabkan tekanan osmolar ekstravaskular meningkat dan air
tertarik ke ekstravaskular sehingga jaringan menjadi edematous. Vasodilatasi ini juga memfasilitasi leukosit dari
pembuluh darah untuk mencapai lokasi luka.
Setelah 1 jam luka terjadi, polymorphonuclear (PMNs) sampai pada lokasi luka dan menjadi sel predominan
hingga 3 hari selanjutnya. PMNs tertarik ke lokasi luka karena adanya fibronektin, growth factors, neuropeptida,
dan kinin. Netrofil akan memfagositosis debris dan bakteri, membunuh bakteri dengan cara melepaskan radikal
bebas, membersihkan luka dari jaringan mati dengan mensekresi protease. Setelah netrofil menyelesaikan
tugasnya, ia akan mengalami apoptosis dan didegradasi oleh makrofag. Leukosit lainnya yang memasuki lokasi
luka adalah sel T-helper yang mensekresi sitokin. Sitokin menyebabkan sel T-helper membelah lebih banyak
lagi sehingga terjadi proses inflamasi, vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas kapiler lebih hebat. Sel Thelper juga akan meningkatkan aktivitas makrofag.
Makrofag akan menggantikan peran PMNs sebagai sel predominan. Platelet dan faktor-faktor lainnya menarik
monosit dari pembuluh darah. Ketika monosit mencapai lokasi luka, maka ia akan dimatangkan menjadi
makrofag. Peran makrofag adalah:
1.

Memfagositosis bakteri dan jaringan yang rusak dengan melepaskan protease.

2.

Melepaskan growth factors dan sitokin yang kemudian menarik sel-sel yang berperan dalam fase
proliferasi ke lokasi luka.

3.

Memproduksi faktor yang menginduksi dan mempercepat angiogenesis

4.

Memstimulasi sel-sel yang berperan dalam proses re-epitelisasi luka, membuat jaringan granulasi, dan
menyusun matriks ekstraselular.

Sumber Grabbs and Smiths


Fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena berperan melawan infeksi pada awal
terjadinya luka serta memulai fase proliferasi. Walaupun begitu, inflamasi dapat terus berlangsung hingga terjadi
kerusakan jaringan yang kronis.
2. FASE PROLIFERASI
Fase proliferasi dari penyembuhan luka dimulai kira-kira 23 hari setelah terjadinya luka, dan ditandai dengan
adanya fibroblas di sekitar luka.
Pada fase ini terjadi angiogenesis. Angiogenesis disebut juga sebagai neovaskularisasi, yaitu proses
pembentukan pembuluh darah baru. Karena aktivitas fibroblas dan epitelial membutuhkan oksigen, angiogenesis
adalah hal yang penting sekali dalam langkah-langkah penyembuhan luka. Jaringan dimana pembentukan
pembuluh darah baru terjadi, biasanya terlihat berwarna merah (eritem) karena terbentuknya kapiler-kapiler di
daerah itu.
Seiring dengan terjadinya proliferasi fibroblas, populasi sel keratinosit dan endothelial serta produksi faktorfaktor pertumbuhan akan bertambah. Hal ini menstimulasi sel-sel proliferasi dan migrasi sel-sel endotelial ke
daerah luka sehingga terjadi angiogenesis. Pembuluh darah yang baru terbentuk ini mengawali peningkatan
jumlah fibroblas ke daerah luka untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan untuk memproduksi plasminogen
activator dan collagenase.
Setelah pembentukan jaringan cukup adekuat, migrasi dan proliferasi sel-sel endotelial menurun, dan sel yang
berlebih akan mati dalam dengan proses apoptosis.
Seiring dengan angiogenesis, fibroblas mulai terkumpul di dalam luka. Fibroblas mulai memasuki daerah luka 2
5 hari setelah fase inflamasi luka berakhir, dan jumlahnya mencapai puncak pada 1 2 minggu setelah
terjadinya luka. Pada akhir minggu pertama, fibroblas adalah sel utama dalam luka. Fibroplasia berakhir 2
sampai 4 minggu setelah luka terjadi.
Pada 2 3 hari setelah terjadinya luka, fibroblas berproliferasi dan bermigrasi, sehingga nantinya menjadi sel
utama yang menjadi matrix kolagen di dalam area luka. Fibroblas dari jaringan normal bermigrasi ke dalam area
luka. Awalnya fibroblas menggunakan benang fibrin pada fase inflamasi untuk bermigrasi, melekat ke
fibronectin. Lalu fibroblas mengendapkan substansi dasar ke dalam area luka yang selanjutnya akan ditempati
oleh kolagen.
Salah satu peranan penting dari fibroblas adalah menghasilkan kolagen. Fibroblas mulai menghasilkan kolagen
pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah terjadinya luka, dan mencapai kadar puncak pada minggu ke-1 hingga
minggu ke-3. Produksi kolagen terus berlanjut secara cepat hingga 2 sampai 4 minggu.
Deposisi kolagen sangatlah penting mengingat kolagen berperan dalam peningkatan kekuatan luka, sebelum
jumlahnya menurun, satu-satunya yang membuat luka dapat berdekatan satu sama lain adalah fibrin
fibronectin clot, yang tidak terlalu kuat untuk menahan suatu luka karena trauma.
Formasi dari jaringan granulasi pada suatu luka terbuka menyebabkan terjadinya fase reepitelisasi, seperti
halnya sel epitel bermigrasi melintasi jaringan yang baru untuk membentuk suatu barier diantara luka dan

lingkunagn sekitar. Basal keratinosit dari tepi luka dan lapisan dermal, seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
dan glandula sebacea adalah sel yang paling bertanggung jawab untuk terjadinya fase epitelisasi pada
penyembuhan luka. Mereka tumbuh dalam bentuk lembaran, melintasi luka dan berproliferasi pada tepi luka,
dan berhenti bergerak ketika bertemu di tengah luka.

Sumber Grabbs and Smiths


Dengan demikian onset dari migrasi ini bervariasi dan mungkin terjadi sehari setelah luka terjadi. Sel pada tepi
luka berproliferasi pada hari ke dua dan ke tiga setelah luka untuk kelangsungan proses migrasi sel.
Jika membran basalis tidak rusak, sel epitel digantikan dalam 3 hari oleh bagian-bagian dari membran basalis
dan sel yang bermigrasi dari stratum basalis, dengan cara yang sama pada kulit yang tidak mengalami luka.
Namun bagaimanapun, jika membran basalis di sekitar luka mengalami kerusakan, reepitelisasi pasti terjadi di
sekitar tepi luka dan dari lapisan kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea yang
melintasi dermis yang berhubungan dengan keratinosit yang hidup. Jika luka yang terjadi sangat dalam,
kemungkinan besar lapisan kulit juga akan mengalami kerusakan, sehingga migrasi sel hanya akan terjadi pada
tepi luka.
Sekitar 1 minggu setelah terjadinya penyembuhan luka, firoblas berdiferensiasi menjadi myofibroblas dan luka
mulai menyusut. Pada luka yang dalam puncak penyusutan terjadi dalam 5 15 hari setelah terjadinya luka.
penyusutan dapat berakhir dalam beberapa minggu, dan berlanjut bahkan setelah luka mengalami re-epitelisasi.
Jika pengerutan berlanjut terlalu lama, hal ini akan menuju pada kerusakan dan malfungsi.
Pengerutan terjadi untuk mengurangi bentuk yang berlebihan dari penyembuhan luka. Luka yang besar akan
menjadi 40 80 % lebih kecil setelah terjadinya pengerutan. Kecepatan pengerutan dalam penyembuhan luka
terjadi 0.75 mm per hari, tergantung pada seberapa besar jaringan luka yang hilang. Penyusutan biasaya tidak
terjadi secara simetris, namun kebanyakan penyembuhan luka memiliki aksis pengerutan yang dapat dimasuki
lembaran - lembaran sel kolagen.
Pada awalnya, pengerutan terjadi tanpa keterlibatan myofibroblas. Fibroblas baru distimulasi oleh growth factor
yang akan berdiferensiasi menjadi myofibroblas. Myofibroblas yang mirip sel otot polos bertanggung jawab
pada kontraksi. Myofibroblas mengandung aktin yang serupa ditemukan di dalam sel otot polos.
3.. FASE MATURASI DAN REMODELLING
Saat kadar produksi dan degradasi kolagen mencapai keseimbangan, maka mulailah fase maturasi dari
penyembuhan jaringan luka. Fase ini dapat berlangsung hingga 1 tahun lamanya atau lebih, tergantung dari
ukuran luka dan metode penutupan luka yang dipakai. Selama proses maturasi, kolagen tipe III yang banyak
berperan saat fase proliferasi akan menurun kadarnya secara bertahap, digantikan dengan kolagen tipe I yang
lebih kuat. Serat-serat kolagen ini akan disusun, dirangkai, dan dirapikan sepanjang garis luka.

Sumber Grabbs and Smiths

Kekuatan susunan kolagen akan bertambah seiring dengan perjalanan waktu. Setelah 3 bulan, rata-rata kekuatan
jaringan ini mencapai 50% dari kekuatan jaringan normal, dan akan terus bertambah hingga maksimal 80% dari
kekuatan jaringan normal. Lama kelamaan aktivitas pada lokasi luka berkurang, sehingga luka pun menjadi
tidak eritematous karena pembuluh darah yang tidak lagi dibutuhkan untuk kelangsungan proses penyembuhan
luka akan dihilangkan secara apoptosis.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penyembuhan
Faktor-faktor ini secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor
lokal meliputi besarnya luka, jenis jaringan yang mengalami luka, lokasi, bersih dan kotornya luka
(kontaminasi) serta kecepatan penatalaksanaannya. Faktor sistemik meliputi keadaan umum penderita beserta
kelainan kronik sebelumya yang telah diderita, keadaan gizi, penyakit sistem imun dan lain sebagainya. Tabel
dibawah ini menerangkan faktor-faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.

Sumber Grabbs and Smiths

Luka Bakar
Definisi
Kerusakan/kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas, dapat berupa api, air panas, bahan kimia,
listrik/petir, radiasi
Kriteria diagnosis
Adanya riwayat trauma termal, pada bagian tubuh tertentu, dapat disertai trauma inhalasi ataupun trauma
penyerta lainnya, maka perlu diperiksa kemungkinan cedera pada organ atau bagian tubuh yang lain.
Perubahan Fisiologi
Perubahan mikrosirkulasi yang terjadi diantaranya vasodilatasi arteriol. Timbul mediator endogen meningkatkan
permeabilitas kapiler yang menyebabkan edema dan hipoproteinemia. Hipoproteinemia menyebabkan
berpindahnya cairan dari intravaskuler ke interstisial. Permasalahan awal yang serius dan harus cepat
didiagnosis adalah adanya cedera inhalasi. Cedera ini merupakan gangguan mukosa saluran nafas akibat
paparan atau kontak dengan sumber termis, umumnya disebabkan oleh api, terperangkap di ruang tertutup,atau
terpapar zat kimia. Ciri yang harus dilihat adalah adanya bulu hidung yang terbakar atau adanya jelaga di
hidung.

Kulit yang terbakar mengakibatkan barrier terhadap mikroorganisme berkurang, regulasi suhu tubuh terganggu
dan dapat terjadi eksudasi cairan.
Fase Luka Bakar
1.

Fase awal/akut/syok

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, akibat cedera termis sistemik dan gangguan perfusi
oksigen
2.

Fase subakut

Masalah kehilangan jaringan yang menyebabkan reaksi inflamasi, meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi, hipermetabolisme dan masalah penutupan luka.
3.

Fase lanjut

Masalah jaringan parut hipertrofik dan kontraktur sebagai penyulit .

Zona kerusakan jaringan


1.

Zona Koagulasi/Nekrosis
Adalah daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) karena luka bakar, disebut juga
zona nekrosis.

2.

Zona Statis
Adalah daerah yang langsung berada di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel
pembuluh darah, trombosit dan leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena) diikuti
perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung 12-24 jam pasca
cedera.
o

Zona Hiperemi
Daerah diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi seluler. Dapat mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi zona statis bila

terapi tidak adekuat.

Penyebab Luka Bakar


1.

Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas, merupakan kebanyakan penyebab luka bakar
pada masyarakat. Air pada suhu 60C menyebabkan luka bakar parsial atau dalam dengan waktu hanya
dalam 3 detik. Pada 69C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1 detik.

2.

Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri termal. Meskipun kejadian injuri
disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan detektor asap, kebakaran yang
berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan penggunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan
kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab
terhadap luka terbakar.

3.

Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas alam, propan, butane, minyak destilasi,
alkohol dan cairan mudah terbakar lain seperti aliran listrik menyebabkan panas untuk periode waktu.
Flash burns memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi yang
terkena.

4.

Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas, plastik, gelas atau bara panas. Kejadian ini
terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan menyentuh setrika, oven dan bara kayu
menyebabkan luka bakar yang dalam pada telapak tangan.

5.

Chemical Burn

Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat asam kuat atau basa kuat. Kejadian
ini sering pada karyawan industri yang memakai bahan kimia sebagai bagian dari proses pengolahan
atau produksinya. Penanganan yang salah dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi dengan NS
(NaCl 0.9%) atau akuabides atau cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik, tidak dengan cara
menetralisirnya.
6.

Electrical Burn
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar dari sejak arus masuk sampai
bagian tubuh tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran listrik memasuki tubuh, luka keluar
adalah tempat keluarnya arus dari tubuh menuju bumi/ground. Sulit secara fisik menentukan berat
ringannnya kerusakan yang terjadi
mengingat perlu banyak pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya untuk mengevaluasi keadaan
penderita. Gangguan jantung, ginjal, kerusakan otot sangat mungkin terjadi. Besarnya luka masuk atau
luka keluar tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan sepanjang aliran luka masuk sampai keluar.
Maka dari itu setiap luka bakar listrik dikelompokan pada derajat III

7.

Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh darah perifer mengalami vasokonstriksi hebat,
terutama di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase selanjutnya akan terjadi nekrosis dan kerusakan
yang permanen. Untuk tindakan pertama adalah sesegera mungkin menghangatkan bagian tubuh
tersebut dengan pemanas dan gerakan-gerakan untuk memperlancar sirkulasi.

Luas Luka Bakar


Banyak metoda perhitungan luka bakar, dari yang sederhana seperti rule of thumb, yaitu luas dihitung 1% setiap
ukuran sebesar telapak tangan penderita.
Luas luka bakar dinyatakan dalam % terhadap luas seluruh tubuh. Pada dewasa digunakan rumus 9. yaitu, luas
kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri,
paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9 %. Sisanya 1 persen
ada daerah genital. Pada bayi digunakan rumus 10 , sedangkan pada anak digunakan rumus 10-15-20.
Untuk anak: kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan
kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
Prognosis dan penanganan ditentukan oleh dalam dan luas permukaan yang terkena, juga oleh letak luka yang
terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit perawatannya
antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Karena bayi dan orang lanjut usia daya kompensasinya lebih
rendah, maka prognosisnya lebih buruk.

Derajat Luka Bakar


Dikelompokan beradasarkan kedalaman kerusakan yang terjadi. Klasifikasi tradisional mengenal luka bakar
derajat I, II, dan III, sedangkan sekarang digolongkan menjadi
1.

Superficial thickness (grd I)

2.

Partial thickness superficial (grd IIa)

3.

Partial thickness deep (grd II b)

4.

Full thickness (grd III)

Klasifikasi dan temuan klinis

Derajat

II

III

Bagian Kulit yang Epidermis


Rusak

Epidermis dan Epidermis,


sebagian
dermis, dan
dermis
lapisan di
bawahnya

Bula

Dasar

Hiperemis

Merah/pucat

Putih/pucat

Eskar

Nyeri

+, karena
ujung saraf
tidak
terganggu

Berdasarkan berat ringannya luka bakar, diperoleh beberapa kategori luka bakar menurut American Burn
Association:
1.

Luka bakar berat/ kritis (major burn)


1.

Derajat II-III > 20% pada pasien berusia < 10 tahun atau diatas 50 thn.

2.

Derajat II- III > 25 % pada kelompok usia selain yang disebutkan pada butir pertama

2.

3.

3.

Luka bakar pada muka, telinga tangan, kaki dan perineum

4.

Adanya cedera pada jalan napas tanpa memperhitungkan luas luka bakar.

5.

Luka bakar listrik tegangan tinggi

6.

Disertai trauma lainnya

7.

Pasien-pasien dengan resiko tinggi

Luka bakar sedang/moderate


1.

Luka bakar dengan luas 15-25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10
%.

2.

Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia kurang 10 thn atau dewasa lebih dari 40 thn,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.

3.

Luka bakar dengan derajat III kurang dari 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.

Luka bakar ringan


1.

Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada orang dewasa.

2.

Luka bakar dengan luas kurang dari 10 % pada anak-anak

3.

Luka bakar dengan luas kurang dari 2 % pada segala usia yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, perineum.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah yaitu darah rutin, ureum kreatinin, elektrolit, GDS dan analisa gas darah
merupakan data dasar untuk menilai dan diagnosis awal keadaan penderita.
Pada pemeriksaan radiologi foto thoraks, apabila dicurigai adanya trauma inhalasi, dan pasca pemasangan CVP
Pemeriksaan kultur dan resistensi tes
Penatalaksanaan
Pre-hospital
1.

Sedapat mungkin penanganan ABC (sesuai ATLS)

2.

Jauhkan dari sumber luka bakar

3.

Ingatkan pada orang yang terbakar jangan lari atau berdiri karena api akan lebih besar

4.

Padamkan api dengan disiram air, tutup kain basah atau berguling

5.

Bilas dengan air jika luka bakar kimiawi, jangan dengan anti karena akan timbul reaksi panas

6.

Trauma listrik putuskan aliran

7.

Pada keracunan CO biasanya karena terjebak dalam ruangan tertutup, timbul gejala seperti pusing,
sakit kepala dan muntah-muntah, terapi dengan oksigen murni

8.

Lepaskan pakaian dan perhiasan

9.

Early cooling, siram air

10. Jangan es/ice-pack !


11. Luka bakar kimia : irigasi sebanyak-banyaknya, jangan netralisir.
12. Luka bakar listrik : padamkan sumber, gunakan non-conducting.
Penanganan di Emergensi
Tindakan penyelamatan jiwa sesuai dengan prosedur ATLS (Advanced Trauma Life Support). Penanganan:
1.

Bebaskan jalan nafas, perhatikan kemungkinan udem laring.

2.

Oksigen lembab 5 liter/mnt

3.

Resusitasi cairan sesuai formula Baxter-Parkland,

4.

Monitoring tanda-tanda vital, diuresis dari waktu ke waktu

5.

Pemasangan CVP bila luas luka bakar 40 %, dengan nilai normal pada fase akut adalah 0 2 cmH20

6.

NGT apabila diperlukan,

7.

Kateter untuk monitoring diuresis

8.

Antitetanus profilaksis

9.

Antibiotik spektrum luas

10. Analgetik, bila perlu golongan narkotik dengan pengawasan ketat


11. Debridement dalam narkose bila keadaan umum pasien sudah stabil. Tindakan debridemen dapat
diulangi sesuai kondisi pasien
12. Penutupan defek dengan skin grafting
13. Perawatan luka dengan antibiotik topikal (silversulfadiazine, MEBO,dll)
Indikasi rawat :
1.

Derajat 2 > 15% pada dewasa, > 10% pada anak

2.

Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum, atau persendian

3.

Derajat 3 > 2% dewasa, setiap derajat 3 pada anak berapapun luasnya

4.

Disertai trauma jalan nafas, luka listrik dan komplikasi lain

Perawatan RS
Apabila termasuk kriteria luka bakar sedang dan berat (sesuai American Burn Association) maka pasien dirawat
1.

Di burn unit bila tersedia

2.

Rawat inap biasa/isolasi bila burn unit tidak tersedia

3.

Dirawat di ICU sampai kondisinya stabil. Kemudian dapat dipindahkan ke burn unit bila tersedia.

4.

Tindakan definitif berupa

5.

Debridement ulang, escarotomi/escarectomy

6.

Penutupan defek dengan STSG/FTSG

7.

Fisioterapi

Resusitasi Cairan
Formula resusitasi cairan bukan suatu patokan mutlak monitoring klinis dari waktu ke waktu lebih penting.
1.

Formula Evans-Brooke
1(0,5) ml/kgBB/%LB darah (koloid)
1 (1,5) ml/kgBB/%LB saline(elektrolit)
2000 ml glukosa
Monitoring : diuresis (>50 (30-50) ml/jam)
CVP (>+2)
Hb Ht

2.

Formula Baxter (Parkland)


4 ml/kgBB/%LB ringer lactate/asetat
Monitoring :
diuresis 50 100 ml/jam,
CVP (>+2 ),
Hb-Ht
50 % diberikan pada 8 jam pertama
50 % sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya
Waktu dihitung sejak kejadian, bukan saat mulai pemberian cairan.

Debridement
Indikasi
Debridement luka bakar diindikasikan pada luka bakar yang dalam misalnya luka bakar deep-dermal dan
subdermal. Luka bakar yang dalam ini ditandai dengan permukaan yang keputihan, merah, kecoklatan, kuning
atau bahkan kehitaman dan tidak adanya capillary refill ataupun sensibilitas kulit.
Kontraindikasi Operasi

Kondisi fisik yang tidak memungkinkan

Gangguan pada proses pembekuan darah

Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan terbuka (raw surface) yang timbul.1

Tehnik Operasi
1.

Informed consent

2.

Posisi terlentang dalam narkosa umum

3.

Cuci luka dengan Normal Saline (NaCl 0.9 %) sambil dilakukan nekrotomi & bullektomi hingga
bersih (debridement)

4.

Keringkan dengan kasa steril

5.

Oleskan Silver Sulfadiazin (SSD)/ Dermazin/ Burnazin

6.

Bebat dengan kassa lembab diseluruh area luka bakar

7.

Dapat juga dilakukan perawatan luka terbukan dengan MEBO (moist exposure burn ointment - berupa
salep)

Perawatan pasca debridement


Balutan awal harus dipertahankan selama 3-7 hari, kecuali timbul rasa sakit, berbau, basah dan komplikasi lain
yang dapat muncul. Ketika melepaskan balutan, perlengketan diatasi dengan normal saline untuk mengurangi
perlengketan. Apabila terdapat hematoma atau seroma pada saat ganti balutan, atasi dengan membuat insisi
kecil pada daerah yang paling menonjol dan keluarkan isinya.1

Ikatan dan Jahitan


A. SIMPUL
Simpul merupakan bagian penting dalam tindakan bedah. Proses hemostasis, penyambungan jaringan, jahitan
akan bertahan jika dilakukan penyimpulan dengan teknik yang benar. Tiap jaringan yang dijahit mempunyai
karakter yang berbeda, untuk itulah diperlukan teknik penyimpulan yang berbeda pula.
Prinsip Prinsip Dalam Membuat Simpul

Kuat dan tidak mudah lepas,

Sederhana

Ikatan sekecil mungkin, ujung dipotong secukupnya.

Tidak boleh ada gesekan antara untaian benang yang akan melemahkan jahitan

Tidak boleh ada kerusakan materi jahitan (tidak boleh menjepit benang dengan instrumen)

Tidak boleh terdapat tarikan yang berlebihan

Pertahankan tarikan pada satu ujung benang setelah ikatan pertama supaya lilitan tidak longgar pada
jahitan kontinu

Macam Simpul

Reef knot

Dilakukan tiga kali simpul dengan gerakan 1 dan 3 sama.


Semua simpul memakai reef knot.
Dapat dikerjakan dengan :

Satu tangan

Dua tangan

Instrumen

Surgeons knot

Simpul pertama dilakukan 2 kali lilitan selanjut nya simpul 1 kali lilitan dengan arah/gerakan yang berbeda
dengan sebelumnya.
Dipakai jika regangan tinggi

Deep Tying

Dilakukan pada area yang dalam (misalnya simpul di intra abdomen) dilakukan beberapa simpul yang sama
(sleep knot dan diakhiri dengan reef knot. Sebaiknya menggunakan tangan(bukan instrument)

Slip Knot

Dua simpul yang sama kemudian didorong dengan jari, kemudian simpul ketiga berlawanan dengan simpul 1
dan 2.
Prinsip gerakan dalam simpul
Terdiri dari 2 macam gerakan:
Gerakan simpul ke 1 harus sama dengan 3, 5, 7 dst.
Gerakan simpul ke 2 harus sama dengan 4, 6, 8 dst.

Hasilnya:

Kamudian dilanjutkan sekali lagi dengan arah yang berlawanan dari simpul terakhir, hasilnya
Deep Tying
Perbedaan dengan reef knot:
Pada pengencangan simpul benang tidak boleh ditarik ke atas melainkan harus didorong ke bawah
menggunakan jari telunjuk.

Perhatikan urutan penyimpulannya

Slip knot
Terdiri atas :
1.

Dua kali gerakan yang sama (dengan telunjuk atau jari tengah) atau

Gerakan reef knot yang ditarik ke arah yang sama (tanpa penyilangan)
1.

Harus diakhiri dengan reef knot. Jadi terdapat 4 gerakan

Reef knot dengan menggunakan instrumen

Ulangi dengan arah ikatan kedua beda dengan yang pertama


Dan ikatan ketiga sama dengan ikatan pertama

B. JAHITAN

Jahitan telah dilakukan berabad-abad yang lalu, mulai dengan menggunakan bulu binatang, serat tumbuhan
sampai sintetik.
Tujuan penjahitan adalah

Menutup defek

Mendekatkan tepi luka yang mempunyai tegangan

Mendekatkan tepi kulit

Meminimalkan perdarahan dan infeksi

Teknik penjahitan tergantung kepada:

Tipe luka

Lokasi anatomi luka.

Ketebalan kulit

Derajat ketegangan

Hasil kosmetik yang diharapkan

Untuk mengoptimalkan hasil secara fungsi dan kosmetik, perlu diperhatikan:

Meminimalkan dead space

Mengembalikan kepada kontur anatomis bagian yang dijahit

Meminimalkan bekas jahitan dengan cara memilih benang yang tepat dan tension yang minimal.

Menurut waktu penjahitannya, jahitan dibagi menjadi:

Jahitan Primer

Adalah jahitan yang dilakukan segera setalah luka terbentuk

Jahitan Sekunder

Dilakukan setalah jahitan pertama (primer) terlepas atau longgar. Atau dilakukan mengoreksi dead space.
Tujuan jahitan sekunder adalah untuk:

Memperkuat jahitan primer

Menghilangkan dead space

Mencegah akumulasi cairan pada luka abdominal selama proses penyembuhan.

Untuk penutupan luka sekunder karena kerusakan jahitan pada masa penyembuhan.

Umumnya digunakan benang tidak diserap.

Menurut kontinuitasnya, jahitan dibagi menjadi:


Jahitan interrupted, yaitu jahitan satu tidak ada hubungan dengan jahitan yang lainnya,.Kedua adalah jahitan
kontinyu/continous running suture, antara jahitan sebelum dan sesudah, terdapat hubungan berupa benang yang
tidak dipotong.

Interrupted Suture

Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpulkan kemudian dipotong. Teknik ini memerlukan lebih
banyak benang karena setiap jahitan harus dibuat simpul dan dipotong. Relatif lebih aman karena bila satu
jahitan putus jahitan lainnya tidak terganggu. Baik digunakan untuk luka yang terinfeksi, karena mudah
membuka jahitan jika ada satu tempat yang mengalami infeksi sehingga tidak mengganggu jahitan lainnya.
Interrupted suture bisa berbentuk jahitan simple, atau subkutikuler, matras vertikal ataupun matras horizontal
Penjahitan dianjurkan dimulai di tengah dan dilanjutkan setiap pertengahan dari insisi yang tersisa.
Arah jarum yang tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga tegak lurus sayatan kulit
Jarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya jaringan yang diambil (x) dan jarak
antar jahitan sama dengan dua kali jarak tersebut (2)
Keuntungan:

Mudah

Kekuatan jahitan besar

Kecil kemungkinan menjerat sistem sirkulasi sehingga mengurangi edema

Mudah untuk mengatur tepi-tepi luka

Kerugian:

Lama

Bekas jahitan lebih terlihat

Perhatikan pola umum jahitan simple interrupted

Terlalu longgar

Terlalu kuat hingga kulit robek

Terlalu dangkal,

Eversi (benar)

Terlalu dalam

Inversi (salah)

Continuous Suture / Running Stitches

Adalah suatu serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan benang tanpa putus antara jahitan sebelum dan
sesudahnya. Untaian benang dapat diikat pada setiap ujung jahitan. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat,
kekuatan tegangan seluruh jahitan sepanjang luka hamper sama. Tarikan yang terlalu kuat harus dihindari
untuk mencegah putusnya jahitan yang akan merusak semua jahitan. Biasanya digunakan diperitoneum atau
fascia dinding abdomen. Untuk luka infeksi tidak dianjurkan menggunakan teknik ini. Kerugiannya, jika satu
jahitan longgar maka akan berpengaruh terhadap jahitan sebelum atau sesudahnya.
Syarat :

Harus dengan asisten yang tugasnya hanya melepas & memegang benang, BUKAN mengencangkan
jahitan.

Selama penjahitan benang tidak boleh kendor.

Jarum diambil siap pakai (Midposisi)

Keuntungan

Cepat

Sedikit simpul

Kerugian

Jahitan menjadi mudah longgar jika satu jahitan saja tidak kuat

Sulit mengoreksi jika terjadi infeksi

Pengangkatan harus sekaligus, tidak bisa per area(misalnya jika di area tertentu ada pus)

Teknik Jahitan

Jahitan continuous/continuous running suture

Gambar Jahitan continuous

Jahitan continuous interlocking/Running locked sutures

Gambar Jahitan continuous interlocking/Running locked sutures


1.

Interrupted Suture/simple interrupted suture

Gambar jahitan simple interrupted

Gambar jahitan simple interrupted

1.

Interrupted Vertical Mattress Suture

Indikasi utama penggunaan vertical matress suture adalah untuk mengangkat permukaan pinggir luka, yaitu
bila tepi luka tidak sama tinggi sehingga jika dengan jahitan simple interrupted tepi luka (epitel dengan epitel)
tidak bertemu (inversi). Vertical mattress suture sering digunakan pada bagian tubuh yang memiliki
kecenderungan untuk inverted, seperti posterior neck atau luka yang terdapat pada permukaan yang concave.

Gambar vertical mattress suture


Beberapa peneliti percaya bahwa penggunaan vertical mattress suture yang menyebabakan pinggir luka
mengalami eversi lebih baik dibandingkan teknik penjahitan luka yang lain. Vertical matres berfungsi untuk
menyamakan permukaan sayatan

1.

Horizontal Mattress Suture

Teknik ini bertujuan untuk membuat pinggir luka menjadi eversi (menjorok keluar) dan membagi rata tekanan
pada seluruh pinggir permukaan luka,

Gambar matras horizontal


Teknik ini dipergunakan biasanya pada luka yang memiliki jarak kedua permukaan pinggir luka yang cukup
jauh, sehingga regangan cukup kuat. Jahitan ini dipergunakan sebagai initial suture untuk mendekatkan dua
permukaan pinggir luka. Teknik suture ini juga cukup efektif dalam memegang permukaan kulit luka yang
rapuh seperti kulit di telapak tangan dan kaki. Teknik ini juga efektif untuk hemostasis akibat perdarahan bawah
kulit di tepi luka (misalnya di kulit kepala).

Horizontal mattress suture juga berguna untuk aproksimasi tanpa mengganggu sesuatu struktur yang berjalan
sejajar dengan luka sayatan, seperti pembuluh darah, nervus dll
1.

Smead-Jones/Far-and-Near

Jahitan ini digunakan pada jaringan dengan regangan yang kuat, misalnya penjahitan fascia.

Gambar jahitan Smead-Jones


1.

Corner Stitch

Variasi dari teknik horizontal mattress suture dan half-buried horizontal mattress suture, atau disebut juga
corner stitch. Teknik suture corner stitch dipergunakan untuk mendekatkan pinggir luka yang membentuk
sudut tanpa menghilangkan atau mengurangi suplai darah ke permukaan kulit tersebut.

Gambar jahitan sudut

1.

Jahitan pure-string

Merupakan jahitan tidak terputus pada sekeliling lumen atau area tertentu yang dikencangkan seperti tali celana.
Contohnya seperti pada apendektomi.

Gambar jahitan pure-string

1.

Jahitan yang dikubur (burried)

Seluruh jahitan berada dibawah lapisan epidermal. Bisa dilakukan dengan menggunakan jahitan continuous atau
interrupted dan tidak diangkat setelah operasi. Jalurnya searah atau paralel dengan luka. Jahitan dilakukan
pendek-pendek, dibagian lateral sepanjang luka. Setelah jahitan selesai dilakukan, kedua ujung tali diikat.
Keuntungannya adalah baik secara kosmetik karena penyatuan kulit dilakukan dari bawah, hingga kulit tidak
terlukai oleh bekas jahitan.

Gambar jahitan subcuticular

Dilakukan untuk tujuan kosmetik, sehingga harus dilaksanakan dengan benar :


1.

Simpul pertama di subkutis (absorbable).

2.

Pengambilan subkutis harus sama dalam dari permukaan kulit.

3.

Keluar masuknya jarum harus sejajar dari sisi luka berseberangan.

4.

Diselesaikan tanpa simpul (dengan penjahitan bentuk Z dimana jarum dimasukkan kembali pada
lubang yang sama)

Stapler
Selain jahitan dengan benang, aproksimasi tepi luka dapat juga dengan menggunakan stapler. Aplikasinya
dengan menggunakan alat seperti halnya stapler kertas. Keuntungannya adalah lebih cepat, namun kerugiannya
kadang-kadang tepi luka tidak sama tinggi dan inversi.

Gambar penggunaan stapler

Skin Tapes
Plester kulit (steril) dapat digunakan bila jaringan yang dipertemukan memiliki regangan yang rendah. Biasanya
digunakan setelah jahitan subkutikuler yang
baik sehingga terjadi aproksimasi antara epitel kedua tepi luka. Penggunaan plester ini lebih cepat, namun rawan
terjadi pergeseran.

Gambar penutupan akhir luka dengan plester

1.

PENGANGKATAN JAHITAN

Pengangkatan jahitan antara lain disesuaikan dengan lokasi anatomis luka, kondisi luka, usia luka, jenis benang
yang digunakan, jenis tehnik jahitan. Jahitan mungkin ditinggalkan terutama bila digunakan benang yang
diserap. Pengangkatan dilakukan pada jahitan kulit. Benang mungkin diangkat sekaligus atau berselang-seling
dengan selang waktu1 3 hari.
TABEL Suggested Removal Times for Interrupted Skin Sutures

Area

Removal time
(days)

Face

3 to 5

Neck

5 to 8

Scalp

7 to 9

Upper extremity

8 to 14

Trunk

10 to 14

Extensor surface hands

14

Lower extremity

14 to 28

Teknik Pengangkatan jahitan:


1.

Pastikan jaringan telah rapat

2.

Bersihkan dengan kasa lembab steril

3.

Tindakan aseptik

4.

Identifikasi jenis jahitan (simple interupted, matras, continous subcuticular dll)

5.

Angkat simpul dengan pinset anatomis

6.

Gunting benang yang paling dekat dengan kulit

7.

Cabut benang perlahan lahan. Jika ada tahanan, tarik kearah awal jahitan dan kembali tarik kearah
berlawanan.

8.

Periksa apakah ada seroma, pus atau krusta, jika ada cuci dan bersihkan.

9.

Jika luka operasi rentan kontaminasi, bisa dibalut kembali dengan steril dressing

Simpul ditarik dengan pinset


Gunting benang yang menempel ke kulit di tepi jahitan

Tarik simpul kearah berlawanan

Suture Material
Definisi
Suture materials adalah semua bahan yang dipakai untuk meligasi atau mengaproksimasi jaringan dan
menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan.
Sejak tahun 2000 SM, penggunaan benang dari bulu binatang telah dilakukan untuk menjahit luka. Seiring
dengan perkembangan zaman, bahan-bahan untuk penjahitan bedah berkembang dan bervariasi mulai dari sutra,
linen, katun, tendon ataupun usus hewan, bahkan kini pun telah digunakan bahan dari benang logam tahan
karat.
Klasifikasi
Benang untuk penjahitan luka dapat dibagi atas beberapa kriteria , yaitu :

Penyerapan (absorbable or non-absorbable)

Asal Bahan (nature or synthetic)

Asal Serat (monofilament or polyfilament)

Pelapisan (coated or uncoated)

1.

Penyerapan

Benang diserap dalam waktu yang terbatas di dalam tubuh. Lamanya berada didalam tubuh dapat
disesuaikan dengan organ yang dijahit dengan memilih jenis benang yang sesuai. Sedapat mungkin benang
jangan hancur dahulu sebelum organ yang bersangkutan betul-betul rapat dan cukup kuat. Sebagai contoh,
fasia harus dijahit dengan benang yang lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia butuh
waktu yang cukup lama (hingga beberapa bulan). Dengan alasan tertentu, kadang-kadang malah digunakan
benang tak diserap untuk menjahit fasia. Benang tak diserap akan berada seumur hidup. Benang-benang ini
digunakan misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan dacron graft, dimana pembuluh darah yang
merupakan organ hidup tak akan pernah mengalami penyambungan dengan graft yang merupakan benda mati.
Disini jahitan dengan benang tak diserap berfungsi mempertahankan penyatuan tadi. Harus diingat bahwa
benang jahitan disini merupakan benda asing yang sedikit banyak akan mengakibatkan terjadinya reaksi dari
jaringan tubuh. Karena itu, untuk tujuan meminimalkan reaksi , digunakan bahan yang inert dan memberikan
reaksi yang minimal.
PlainCatgut maupun chromic dan kolagen merupakan contoh benang diserap, sedang polyamida (nylon) dan
sutera (silk, zyde) merupakan contoh benang tidak diserap.Keuntungan benang tidak diserap adalah dapat
memberikan permanent support tidak akan pernah habis namun meninggalkan benda asing dalam tubuh.
2. Asal Bahan
Benang-benang alami berasal dari bahan alam, contohnya rambut, bulu binatang, katun, linen dan catgut.
Benang-benang ini telah digunakan sejak dahulu kala, mudah didapat dan relatif murah harganya.
Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai keunggulan dalam hal absorpsi yang
terprediksi dan umumnya telah disesuaikan dengan organ yang akan dijahit. Contoh benang sintetis,
polyglycolic acid, polypropylene, polyamide, polyester, polyglactin, polydioxanone, polyglyconate,
polynylidene, polybutylester dan stainless steel. Umumnya benang-benang ini dijual dalam kemasan dan
bentuk sediaan khusus.
3. Serat Benang
Benang serat tunggal umumnya lebih lentur namun kekuatan simpulnya (knotting security) biasanya lebih kecil,
sehingga simpul jahitan mudah terbuka. Keunggulannya adalah bekas jahitannya (stitching mark) halus.
Sedangkan benang serat banyak lebih baik kekuatan simpulnya, karena jalinan seratnya membuat benang lebih
kesat dan menggigit. Perlu diperhatikan bahwa celah-celah yang terdapat pada benang merupakan tempat
berkumpulnya nidus yang dapat menjadi fokal infeksi yang sukar sembuh karena sulit dicapai makrofag. Sering
terjadi pembentukan sinus atau luka yang sukar sembuh pada penggunaan benang serat banyak. Bekas jahitan
dengan benang ini lebih kasar dan nyata.
Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa benang anyaman seperti rambut dikepang
(contohnya polyester, polyglycolic acid, polyamide (polyfilament dan sutera), dan twisted dimana jalinan
benang terdiri dari serat-serat yang dililit/dipilin (contohnya katun dan linen). Polyamide (nylon) dapat
dijumpai dalam 2 bentuk yaitu berserat tunggal dan berserat banyak.
4. Pelapisan
Pelapisan benang (coated) mempunyai berbagai tujuan, bisa untuk mendapatkan benang yang lebih kesat
sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga tampil lebih rapi dan
kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak terdapat tempat kuman untuk bersarang,
serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan.
Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan berlapis. Sutera diberi lapisan
lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-celah pada benang.
Kriteria untuk penggunaan benang yang memenuhi syarat untuk penjahitan bedah antara lain

Memiliki kekuatan regangan (tensile strength) yang baik sesuai dengan ukurannya.

Mudah digunakan dan memiliki tahanan yang rendah ketika diaplikasikan dalam jaringan

Mempunyai keamanan simpul yang baik, bebang tidak mudah longgar dan lepas.

Memiliki kemasan steril yang baik dan mudah dibuka sehingga aman digunakan oleh personil bedah

Reaksi minimal pada jaringan dan tidak cenderung meningkatkan pertumbuhan bakteri

Non-alergenik dan non-karsinogenik


Tabel Klasifikasi Suture Materials

Breakdown Origin Strand

Generic
Name

Trade Name

Absorbable Natural Multifilama Catgut-plain


nt
Catgutchromic
Monofilam None
ent

Synthet Multifilame Glycolic


ic
nt
Acid Primer
Dexon (D+G)
Polyglycolic
acid
- Polyglactin Vicryl (Ethicon)
910
Polysorb (USSC)

Monofilam Polydioxano PDS (Ethicon)


ent
ne
Trimethylen Maxon (D+G)
e/ Glycolic
acid
Poliglecapro Monocryl (Ethicon)
ne 25

Nonabsorba Natural Multifilame Silk


ble
nt
Linen
Cotton
Stainless
Steel

Monofilam Stainless
ent
Steel
Synthet Multifilame Polyester
ic
nt

Polyamide
(Nylon)

Ethibond/Mersilene
Ti-cron/ Dacron
Dyflex/Teflex/Poly
flex
Surgilon
Nurolon

Monofilam Polyamide Ethilon


ent
(Nylon)
Dermalon
Nylene
Polypropyle Prolene
ne
Surgilene
Polyvinylide Vilene
ne
Polybutester Novafil
Polyether

Dyloc

Ukuran Benang (size)


Benang dengan ukuran besar dipakai untuk menjahit struktur yang alot/liat. Untuk menjahit struktur halus,
misalnya pada operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari ukuran 00000 (5/0) hingga 7/0. Makin
banyak angka nol-nya , makin halus ukurannya. Untuk bedah mikro, dipakai benang ukuran 8/0 hingga 10/0.
Harus diingat, makin besar ukuran benang, makin besar pula benda asing yang kita masukkan kedalam tubuh
penderita, yang berarti semakin besar pula reaksi jaringan.
Kekuatan regangan (tensile strength)
Uji tensile strength dilakukan dilaboratorium, tensile strength didefinisikan sebagai beban yang diberikan per
unit area dan dinyatakan dalam psi atau kg/cm2 atau bisa juga didefinisikan sebagai kekuatan yang dibutuhkan
untuk memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb atau kg.
Makin kuat tensile strength suatu benang, makin besar pula dayanya dalam merapatkan luka. Benang jenis ini
terutama dipakai untuk menahan luka didaerah yang bebannya tinggi, misalnya abdomen dan ekstremitas.
Umumnya tensile strength paling baik pada benang stainless steel, sedang pada benang sintetis dan paling lemah
pada benang alami.

Tensile strength

Lebih kuat

Stainless steel

Sedang

Polyamide, polypropylene

Lebih lemah

Alami (sutera, catgut)

Reaksi jaringan (tissue reaction)


Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Mulai antara hari 1-3, karena benang merupakan benda asing dalam tubuh.

Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang (monofilament, braided) atau dari struktur
kimianya.

Reaksi berupa penyerapan atau penyingkiran material benang. Makin cepat penyerapan, makin besar
reaksi seluler jaringannya.

Bahan alami cenderung untuk merangsang reaksi lekosit polimorfonuklear (PMN) dan makrofag,
sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (giant cell). Besarnya reaksi jaringan
akan memperlambat penyembuhan luka. Demikian juga dengan hasil akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh
reaksi jaringan. Umumnya makin hebat reaksi jaringan, tampilan akhir luka akan semakin kurang bagus.
Penyerapan (Absorbtion)
Ada 2 mekanisme penyerapan benang penjahit luka. Pertama, penyerapan melalui mekanisme enzimatik,
misalnya terjadi pada catgut dan kolagen. Disini enzim proteolitik yang tersimpan dalam lisosom PMN akan
menghancurkan benang.
Kedua, adalah mekanisme hidrolisa yang berefek pada air yang terkandung dalam benang. Gangguan pada air
dalam benang akan menyebabkan benang lebih rapuh lalu hancur. Hidrolisa akan meningkat dengan perubahan
pH.
Keamanan simpul (knotting security)
Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi pula koefisien gesekannya (coefficient of friction). Dengan
demikian, makin tinggi pula keamanan simpulnya. Benang berserat banyak umumnya mempunyai keamanan
simpul yang lebih tinggi daripada benang berserat tunggal. Pelapisan benang juga ikut berperan, lilin yang
dipakai melapisi sutera akan menyebabkan benang lebih kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar. Tetapi
harap diingat, kelenturan (pliability) benang berserat banyak lebih kecil dari benang berserat tunggal, sehingga
lebih susah dimanipulasi sewaktu penjahitan. Lagi pula pencabutan benang dari luka lebih mudah bila benang
berserat tunggal dan licin. Harus diperhitungkan juga bahwa benang berserat banyak akan meninggalkan bekas
(stiching marks) yang lebih jelek dari benang berserat tunggal. Selain koefisien gesekan, jenis dan jumlah
ikatan simpul juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu simpul.
Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan ekstremitas), digunakan
benang dengan keamanan simpul yang baik. Biasanya kepentingan estetis menjadi nomor dua pada daerah ini.
Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai dengan jenis benang.
Benang yang licin sebaiknya disimpul lebih banyak daripada benang yang kesat. Ini sesuai dengan hukum
approximation, no strangulation ( merapatkan, bukan menjerat) pada penjahitan luka.
Tabel Karakteristik benang penjahit luka

Jenis barang

Diserap
(A) atau
tidak
(NA)

Daya tahan
terhadap
regangan
(breaking
strength)

Keamanan Tegangan
simpul
dalam jaringan
(knot
(tensile
security) strength in
tissues)

Bervariasi

jelek

Hilang setelah

Plain catgut

hari ke 3

Chromic catgut A

Baik

sedang

Hilang setelah
hari ke 10

Collagen

Baik

sedang

Hilang setelah
hari ke 10

Polyglycolic A
acid
DEXON IITM

Baik

baik

Tinggal 40%
pd hari ke 14

Polyglactin
A
VICRYIL TM

Baik

baik

Tinggal
40%pd hari ke
14

Sutera

NA

Sedang

baik

Tahan hingga
6 bulan

Katun

NA

Sedang

baik

Tahan hingga
6 bulan

Braided

NA

Baik

baik

Bervariasi
hilangnya
pada bln ke 6

Monofilament NA
polyamide
NYLONTM

Baik

jelek

Berkurang
sedikit

Braided
polyester

Sangat baik baik

bertahan

Monofilament NA
polypropylene
PROLENETM

Baik

Bertahan

Steel wire

Sangat baik baik

NA

NA

sedang

Bertahan

Penyesuaian ukuran benang dengan regio


Berdasarkan pertimbangan untung-rugi, maka dapat diambil patokan penyesuaian ukuran benang dengan daerah
yang akan dijahit sebagai berikut :
Tabel Penyesuaian ukuran benang dengan regio
Ukuran benang
Daerah yang
akan dijahit
Wajah dan leher

Subkutis 5/0

Jenis benang yang


dianjurkan
Plain catgut, Chromic cat
gut, PGA
Nylon monofilament

Kulit 4/0 6/0


Krpala

Subkutis 3/0
Kulit 2/0 3/0

Plain catgut, Chromic cat


gut, PGA
Nylon monofilament, Silk

Badan depan
Permukaan
cembung
ekstremitas

Subkutis 5/0

Plain catgut

Kulit 3/0 4/0

Nylon monofilament, silk

Badan belakang
Permukaan
cekung
ekstremitas

Subkutis 4/0

Polyglycolic acid,
polydioxanone
Nylon monofilament, Silk

Kulit 3/0 4/0

Jarum Bedah
Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture, sehingga mengetahui
konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu dalam menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle
tersebut terbuat dari stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu
lubang yang terdapat pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya. Needle harus cukup
rigid sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter yang cukup
tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak meneyebabkan kebocoran.
Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan baik dan ukuran yang cukup besar sehingga
dapat membawa benang tanpa ikut membawa jaringan sekitarnya. Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga
dimensi yang memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa
menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu.
Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang harus dimiliki oleh
jarum bedah antara lain :

Mengandung bahan antikarat (stainless steel)

Kuat untuk menembus jaringan

Ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan

Tajam

Stabil bila digunakan bersama instrumen (needle holder)

Anatomi Jarum Bedah (surgical needle)

Pada surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : Needle Point, yaitu ujung needle yang relatif
lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua bagian Needle. Swage adalah pangkal needle
yang memiliki pegangan berupa lubang atau celah untuk benang. Cord Length adalah jarak antara needle point
dan swage apabila ditarik garis lurus , sedangkan needle length adalah jarak antara swage dan needle point
dengan mengikuti lengkung lingkar luar needle. Radius adalah jarak antara pusat kelengkungan needle dengan
needle itu sendiri. Needle Diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian.
Karakteristik Surgical Needle
Karakteristik yang paling penting dari surgical needle adalah :

Ketajaman dan kelengkungan

Needle length dan diameter needle (ukuran)

Mata needle dan bentuk melintang needle

Jenis perlekatan dengan benang jahit terhadap needle

Ketajaman dan kelengkungan

Ketajaman dan kelengkungan needle berkaitan erat dengan fungsinya. Seringkali needle yang khusus hanya
untuk satu jenis operasi saja, misalkan J-shaped, yang digunakan hanya untuk operasi hernia femoralis saja.
2. Panjang dan diameter needle
Potensial length dari needle, ditentukan oleh ketebalan bahan yang digunakan dan rigiditas, ductility dan
kekuatan sebuah needle menentukan ukuran needle. Kenyataannya needle dengan diameter 66 mm dengan ultrathin wire gauge akan lebih mudah bengkok atau patah jika dibandingkan dengan needle yang pendek dengan
diameter yang tebal. Needle yang panjang lebih baik digunakan untuk menjahit fasia dan kulit dengan bahan
needle dan bahan yang lebih kuat. Needle yang pendek seringkali digunakan untuk menjahit viseral dan
pembuluh darah .
3. Mata dan penampang melintang needle
Titik lubang yang dibentuk oleh needle ditentukan oleh bagian terujung dari mata needle sampai diameter
melintang yang terbesar dari needle. Terdapat empat jenis lubang yang dibentuk oleh needle: yaitu :
Conventional Cutting, Reverse Cutting, Taper Point dan Blunt. Conventional Cutting dan Reverse Cutting:
digunakan dalam penjahitan kulit, periosteum, tendon. Taper digunakan untuk jaringan yang gampang ditembus

dan untuk mendapat luka yang minimal


Blunt, untuk menjahit hepar dan lien.
4. Jenis perlekatan benang jahit terhadap needle
Needle umumnya sudah melekat dengan benang yang akan kita gunakan. Teknologi tersebut mulai dikenal
beberapa dekade terakhir. Secara tradisional semua needle memiliki 2 mata pada pangkalnya dan benang jahit
harus dimasukkan pada mata needle tersebut sebelum dipergunakan.
Terdapat dua macam perlekatan pada jarum-benang, yang pertama adalah tipe eye, yang dewasa ini sudah mulai
jarang digunakan karena kurang praktis dalam pemakaianya dan menimbulkan trauma pada jaringan yang
dijahit.
Tipe yang kedua adalah swedged, dimana benang sudah digabungkan dengan jarum di dalam kemasan. Hal ini
lebih disukai karena tipe ini menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan, selain itu penggunaan jarum pun
tidak dapat diulang sehingga mengurangi risiko penularan penyakit bagi pasien.

Instrumen Handling
Memegang instrumen dengan baik dan benar akan memudahkan nanuver-manuver yang dilakukan dan
menghindari kerusakan jaringan dan material jahitan.
Pinset
Pinset sebaiknya dipegang tangan kiri. Prinsipnya seperti memegang sumpit, pinset dianggap sebagai
perpanjangan jari telunjuk dan ibu jari.
Selama melakukan pembedahan sebaiknya pinset tidak dilepas dan kemudian diambil kembali tetapi
biasakanlahmenyimpan pinset di tangan kiri dengan menjepitnya dengan menggunakan jari manis dan
kelingking, sehingga ibu jari telunjuk dan jari tengah bebas bekerja (lihat gambar).

Memegang pinset untuk digunakan

Memegang pinset jika tidak digunakan


Pisau
Jenis pisau :

Pisau yang gagang dan matanya disposable

Pisau yang matanya disposable dengan gagang reusable

Pisau yang gagang dan matanya merupakan suatu kesatuan dan reusable

Skalpel

Dipegang seperti memegang pisau dapur

Tekanan jari telunjuk merupakan penentu kedalaman insisi

Dua jari (telunjuk dan ibu jari) tangan lainnya dapat dipakai untuk fiksasi kulit atau counter traction

Pisau lebih mengarah ke horizontal, karena bagian yang menyayat adalah perut pisau.

Bistauri

Dipegang seperti memegang pena

Pisau mengarah ke vertikal karena yang menyayat adalah ujung mata pisau

Kelingking tangan yang sama merupakan alat fiksasi

Cara memasang pisau pada handlenya

Cara memegang pisau untuk insisi yang kecil

Cara memegang pisau untuk insisi besar/panjang


Klem/Hemostat
Dikenal 2 macam yaitu:
o

Bergigi (Kocher)

Tidak bergigi (Pean)

Keduanya dapat berbentuk lurus atau bengkok. Diajarkan cara membuka klem dengan tangan
kanan dan tangan kiri

Membuka Klem
Apabila mempergunakan hemostat yang bengkok maka ujungnya harus menuju ke permukaan
Kanan

Jari tidak boleh masuk lebih dari satu phalanx

Gerakan pembuka merupakan gerakan yang berlawanan dari ibu jari dan jari tengah

Jari tidak dimasukkan ke dalam lubang pegangan

Gerakan pembuka merupakan gerakan yang berlawanan dari ibu jari dan jari manis

Kiri

Perhatikan, jari tidak sampai masuk lebih dari phalanx distal

Memegang klem dengan tangan kiri

Gunting
Memegang gunting jari juga tidak boleh masuk lebih dari satu phalanx.
Pada saat memotong benang dengan memakai gunting kasar, gunting harus dimiringkan sedemikian rupa
sehingga dapat terlihat panjang benang sisa.
Apabila menggunakan gunting yang bengkok, maka posisi harus sedemikian rupa sehingga ujungnya harus tetap
terlihat.
Gerakan Gunting untuk Diseksi

Gerakan menggunting

Gerakan membuka

Gerakan mendorong sambil mengunting

Perhatikan jari telunjuk sebagai penahan

Jari telunjuk sebagai landasan


Needle Holder
Jarum tidak boleh dipegang dengan tangan. Benang tidak boleh dijepit dengan instrument, kecuali bagian ujung
atau bagian yang aka dibuang
Jarum dipegang pada sepertiga pangkal, kurang lebih 1-2 mm dari ujung needle holder.
Posisi needle holder :
PRONASI
: pada waktu menusuk dan
mengambil jarum
MID POSITION : pada waktu pengambilan jarum
siap pakai
SUPINASI
: tidak dianjurkan dipakai untuk
pengambilan jarum

Mid posisi

Supinasi

Pronasi
Perhatikan Alur Mekanik Needle Holder, agar saat mengikat benang tidak tersangkut

Perhatikan posisi needle holder memegang jarum pada tiap tahapan jahitan
Needle holder digambarkan sebagai 2 titik pada jarum.
Cauter
Teknik memegangnya sama dengan memegang pensil dengan ibu jari memegang salah satu tombol. Tombol
biru untuk koagulasi dan tombol kuning untuk memotong

Tombol kuning untuk memotong dan tombul biru, untuk koagulasi

Bahan Habis Pakai


Berikut adalah bahan yang digunakan untuk teknik dorsusisi dan guelotin

Benang
Benang yang dipakai dalam ligasi ataupun hekting adalah absorbable atau yang dapat diserap. Yang sering
dipakai adalah benang cat gut (plain cat gut). Dahulu benang ini dibuat dari usus kucing (cat = kucing, gut =
usus). Sekarang dibuat dari sub mukosa/usus domba atau sapi. Cat gut dapat bertahan sampai terjadi absorpsi
sekitar 10 hari. Penjahitan dengan cat gut ini secara mikroskopis banyak sekali menimbulkan reaksi radang di
sekitar tempat jahitan.
Terdapat juga cat gut yang telah diolah dengan asam kromat, yang disebut Chromic Cat gut. Reaksi radang yang
ditimbulkan jauh lebih rendah. Absorbsi hasil olahan ini lebih lama jika dibandingkan plain cat gut, yaitu sekitar
21 hari.
Ukuran yang digunakan adalah 5.0, 4.0, 3.0 tergantung besar dan kecilnya penis. Benang ini dikemas berupa
gulungan dalam kotak sepanjang 100 m dan dipotong seperlunya. Ada juga benang yang langsung dengan
jarumnya, dengan panjang sekitar 30 cm.

Benang absorbable
Benang yang bersatu langsung dengan jarumnya relatif kurang traumatik jika dibandingkan dengan jarum yang
terpisah dengan benangnya. Ini disebabkan pada jarum yang terpisah mempunyai ujung, tempat
memasukkan benang yang biasanya lebih lebar daripada badan jarumnya sendiri. Selain itu, jarum ini umumnya
digunakan berkali-kali sehingga ketajamannya berkurang.

Cara mengambil benang

Kasa Steril
Kasa yang digunakan adalah kasa steril yang bisa dibeli di apotek karena banyak dijual dalam kemasan kotak.
Kita dapat pula membeli kasa gulungan. Kasa gulungan ini kemudian dipotong dan dilipat dengan ukuran
seperlunya kemudian disterilkan dengan autoklaf atau menggunakan tablet atau serbuk formalin yang disimpan
secara campur dengan kasa dalam wadah tertutup sekurang-kurangnya 24 jam.

Tromol untuk kasa


Duk Bolong
Duk ini berukuran sekitar 40 x 40 cm dengan lubang di tengahnya berdiameter 6 sampai 10 cm. Duk ini berguna
untuk memperluas zona steril. Duk dapat dibuat dari bahan katun atau kertas serap kemudan disterilkan.
Tulle
Tulle merupakan benang-benang yang tersusun seperti jala dengan ukuran 10 x 10 cm yang dilumuri salep
antibiotik framycetin sulfat BP 1% [soframisin]. Tulle dipakai sebagai balutan tepat pada daerah insisi. Selain
berfungsi sebagai antibiotik, tulle juga berguna merangsang proses granulasi dan untuk memudahkan saat
melepas balutan.

Tulle dalam kemasan dan yang sudah dibuka

Plester
Plester digunakan untuk fiksasi balutan.

Plester dengan berbagai macam bentuk dan ukuran

Balutan Kedap Air


Berupa lapisan film tipis, transparan elastis sehingga mudah menyesuaikan dengan bentuk luka. Keuntungannya
adalah luka terhindar dari kontaminasi post op, jika ada perdarahan dengan mudah terlihat. Kerugiannya adalah
evaporasi terganggu sehingga mempertinggi kelembaban daerah luka.

Balutan film transparan kedap air


Obat Anestesi
Obat anestesi yang banyak digunakan adalah lidokain HCl 2%. Sediaan terdapat dalam ampul 2 mL atau vial 50
mL. Untuk anestesi infiltrasi dapat diencerkan sampai 0,5% dengan aquabides. Dapat pula lidokain dicampur
dengan markain dengan perbandingan 1:1.

Lidokain dalam ampul dan vial

Sediaan obat anestesi dalam vial dan flakon


Larutaan Antiseptik
Dipilih salah satu dari antiseptik berikut :
Povidon Iodin 10%
Povidon Iodin merupakan kompleks iodium dengan polyvinylpirolidone yang relatif tidak merangsang
dibandingkan dengan iodin, larut dalam air dan mempunyai daya kerja lebih lama dari iodium, berguna sebagai
antiseptik kulit maupun mukosa. Sebelum dilakukan tindakan operasi, perlu ditunggu sekitar 2 menit untuk
menjadi iodium bebas. Hati-hati karena pada beberapa orang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
terutama di kulit skrotum.Sesudah khitan selesai segera bersihkkan dengan NaCl 0.9 % atau akuades.
Alkohol 70%
Alkohol merupakan bakterisid yang kuat dan cepat, baik untuk gram negatif ataupun gram positif tetapi bersifat
non-sporosidal. Alkohol bekerja melalui koagulasi protein dinding sel bakteri. Konsentrasi optimum sebagai
antiseptik adalah 70%.
Chlorhexidine gluconate
Savlon digunakan untuk keperluan antiseptik pembersih dan hanya digunakan untuk pemakaian luar. Savlon
antiseptik sebaiknya tidak digunakan secara langsung pada mata, otak, meningen, telinga tengah, serta tidak
digunakan untuk rongga tubuh. Untuk penggunaan secara umum larutkan 60-90 mL dalam 1 sampai dengan 1,5
L air.
Triklosan
Triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang cukup baik terhadap Staplylococcus aureus sehingga penggunaan
triklosan 2% sebagai larutan untuk memandikan penderita kelainan kulit methicilin resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) sangat dianjurkan. Sebaliknya triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang relatif rendah
terhadap bakteri gram negatif, fungi, dan micobacterium. Triklosan (trichloro-hydroxy-diphenyl ether) adalah
agen antimikrobial yang banyak digunakan pada detergen, sabun, shampo , deodoran seta kosmetik dengan
konsentrasi penggunaan di bawah 0,5%.

Sarung tangan
Sarung tangan steril digunakan agar lapangan operasi tetap steril. Selain itu, penggunaan sarung tangan steril
juga ditujukan untuk melindungi operator dari penyakit yang ditularkan melalui darah yang mungkin diderita
oleh pasien yang dikhitan. Ukurannya tergantung kepada operator dan asisten, biasanya berkisar antara ukuran 6
dan 7 . Sarung tangan yang dibutuhkan minimal 2 pasang.

Sarung tangan steril

Spuit (disposable syringe)


Ukuran yang dipakai sebaiknya 2,5 cc, 3 cc,atau 1 cc dengan ukuran jarum 23 G 11/4 atau yang lebih kecil
lagi,yaitu ukuran 27 G .

Spuit

Kelengkapan Ruangan
Kelengkapan ruangan yang diperlukan untuk tindakan sirkumsisi antara lain :
1.

Tempat tidur atau bed yang cukup nyaman

2.

Lampu penerangan yang cukup

Tempat sampah diletakkan di pinggir bawah meja operasi

Instrumen
Instrumen Standar

Alat-alat minimal yang harus disediakan adalah:


1.

Gunting diseksi sebanyak 1 buah

2.

Gunting diseksi metzenbaum sebanyak 1 buah

3.

Gunting Aff Hecting sebanyak 1 buah

4.

Gunting kasa/linen sebanyak 1 buah

5.

Klem/forceps mosquito sebanyak 3 buah

6.

Klem/forceps pean lurus sebanyak 2 buah

7.

Pinset anatomis sebanyak 1 buah

8.

Pinset sirurgis sebanyak 1 buah

9.

Needle holder (nald voeder) sebanyak 1 buah

10. Jarum jahit (nald heacting) sebanyak 1 buah jika tidak menggunakan benang yang bersatu dengan
jarumnya.
11. Bisturi (bistuori/mess/blade) dan pegangannya 1 buah
12. Klem koher sebanyak 1 buah
13. Kuret kecil sebanyak 1 buah
14. Alat lain sesuai teknik insisi/hemostasis sebanyak 1 buah
15. Koorntang (korentang) dan wadahnya sebanyak 1 buah
16. Kom kecil sebanyak 2 buah (untuk tempat larutan antiseptik)
17. Tempat instrumen
18. Neerbeken/bengkok
19. Hak (retractor)
20. Ring forceps sebanyak 1 buah
21. Trokar sebanyak 1 set

Gunting Diseksi Mayo

Gunting diseksi Metzenbaum

Gunting aff hecting/Stitch scissors

Gunting kassa/Bandage scissors

Klem arteri/mosquito/pean bengkok

Klem vena/pean lurus

Needle holder (naald voeder)

Mathieu needle holder

Ring forceps/sponge forceps

Pinset anatomis/ dressing forceps

Pinset sirurgis/ tissue forceps

Adson dressing forceps

Adson tissue forceps

Macam-macam pisau

Scalpel handle

Towl forceps

Neerbeken/bengkok

Wound retractor /hak

Senn retractor

Gillies retractor

DesMarres Lip retractor

Kuret

Trokar

Koorntang (korentang) dan wadahnya


Instrumen Penunjang
Instrumen penunjang antara lain :
1.

Tromol untuk menyimpan kasa dan duk steril

2.

Autoklaf untuk sterilisasi alat

Kode Warna Tabung vakum

Kode Warna Tabung vakum


Tabung vakum merupakan tabung yang telah hampa udara yang diproduksi oleh perusahaan, sehingga saat
pengambilan darah maka akan tersedot sendiri dengan gaya vakum tabung ini. Tabung vakum rata-rata terbuat
dari kaca antipecah atau plastik bening dengan berbagai ukuran volume yang berisi zat additif didalamnya.
Tabung vakum dibedakan jenisnya berdasarkan warna tutup dan etiketnya, berikut kode warna untuk tiap tabung
vakum :
1. Tutup dan Etiket Merah (Red Top)
Tabung jenis ini telah berisi reagent Clot Activator yang akan mempercepat pembekuan darah. Umumnya
digunakan untuk Kimia darah, Serologi dan Bank Darah. Waktu pembekuan ideal 60 menit (sesuai standart
NCCLS/National Committee Clinical Laboratory System) tetapi bisa di sentrifuge dibawah 60 menit asalkan
sampel sudah mengental. Sample harus segera di sentrifuge dalam waktu maksimal 2 jam (dari pengambilan
sampel). Di sentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit.
Penyimpanan sampel : 22C (dapat digunakan sampai 8 jam), 4C (dapat digunakan 8-48 jam), -20C (dapat
digunakan diatas 48 jam). Ukuran tersedia 4 ml, 6 ml dan 10 ml.
2. Tutup dan Etiket Ungu muda (Lavender)
Berisi antikoagulan K3EDTA, sehingga darah diperoleh tidak beku. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
Hematologi. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml.
3. Tutup dan Etiket Ungu (Violet)
Berisi antikoagulan K2EDTA, untuk mencegah pembekuan darah. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
Hematologi. Yang membedakan hanyalah isi dari antikoagulannya saja dibandingkan dengan K3EDTA lavender.
Dinding tabung bagian dalam dilapisi pengawet sehingga dapat memperpanjang waktu hidup dan metabolisme
Sel darah Merah setelah proses pengambilan darah. Berisi antikoagulan K2EDTA (Ethylene Tetra Acetic Acid)
yang berbentuk Spray dry. Setelah darah masuk penuh ke tabung segera mungkin lakukan homogenisasi
sebanyak 6x untuk menghindari penggumpalan thrombosit karena pada situasi thrombosit sangat bagus darah
cepat sekali menggumpal. Agar mesin dapat membaca leukositenya disarankan sample darah yang masuk
ketabung minimal 75% dari ml tabung yang dipakai. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml.
4. Tutup dan Etiket Biru (Blue)
Berisi Trisodium sitrat 3,2% sesuai standart NCCLS dengan rasio sample darah : citrate = 9 : 1 (rasio yang
selalu konstan akurasinya). Didesign khusus untuk tes koagulasi dan agregasi thrombosit. Dilapisi oleh double
cover, yaitu : Poly Propylene (bagian dalam) agar tidak ada penguapan aditive, terjaga kevakuman. Poly
Ethyline (bagian luar) mampu mengurangi insiden aktivasi platelet. Tersedia ukuran 1,8 ml, 2,7 ml dan 4,5 ml
(Full Draw).
5. Tutup dan Etiket Hijau (Green)
Berisi Lithium Heparin dengan gel (PGS), baik digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu
analisa beberapa macam ion yang ada dalam darah. Direkomendasikan untuk pemeriksaan Kimia Darah,

Kreatinin dan BUN, elektrolit dan enzim. Dihomogenisasi 6x dan di sentrifuge pada 1300 - 2000 rpm selama 10
menit dan kemudian plasma siap untuk dianalisa. Tersedia ukuran 1 ml, 2 ml, 3,5 ml, 5 ml dan 8 ml.
6. Tutup dan Etiket Abu-abu (Grey)
Berisi Kalium Oxalate berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF yang berfungsi sebagai pengawet sehingga
dapat menstabilkan kadar gula darah selama 24 jam pada suhu ruangan dan selama 48 jam jika disimpan pada
suhu 4C. NaF menghambat enzim Phosphoenol Pyruvate dan kerja urease (mencegah Glycolysis). Ukuran
tersedia 2 ml, dan 3 ml.
7. Tutup dan Etiket Kuning (Yellow)
Disebut juga SST II/Serum Separator Tube. Berisi Silica sebagai Clot Activator dan Polymer Gel Innert sebagai
pemisah serum sehingga diperoleh kualitas serum yang bagus dan mengurangi resiko timbulnya fibrin yang bisa
menyumbat instrument.
Waktu mendapatkan serum hanya separuh dari Clot Activator/Red Top maka lebih menghemat waktu dan biaya.
SST II / Serum Separator Tube. Sebagai pilihan terbaik untuk pemeriksaan kimia darah cito. Serum yang
diperoleh lebih banyak jika dibanding dengan Clot Activator/Red Top sehingga efisien dalam pengambilan
darah.
Memungkinkan untuk penundaan analisa specimen (diambil malam hari dan diproses/dianalisa esok hari). Satu
tabung berfungsi sebagai penyimpan sekaligus analisa tube sehingga mengurangi kesalahan identifikasi. Setelah
specimen masuk tabung dihomogenisasi 6x kemudian diamkan 15-30 menit (mengurangi resiko
fibrin).Dicentrifuge pada 4000 rpm selama 10 menit (swing head) atau 15 menit (fixed angle). Ukuran tersedia
3,5 ml, 5 ml dan 8,5 ml
8. Tutup dan Etiket Hijau muda (Citrus)
Berisi Lithium Heparin sangat banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa
beberapa macam ion yang ada dalam darah. Direkomendasikan untuk pemeriksaan Kimia Darah, Kreatinin dan
BUN, elektrolit dan enzim.
9. Tutup dan Etiket Jingga (Orange)
Tabung tidak hampa/vakum, berisi Clot Activator yang berisi gel. Digunakan untuk laboratorium yang tidak
memerlukan tabung vakum untuk mengumpulkan darah. Dapat digunakan pemeriksaan Kimia darah dan
Serologi. Ukuran tabung 5 ml.
10. Tutup dan Etiket Hitam (Black)
Berisi Trisodium sitrat 3,8% untuk pemeriksaan LED/ESR metode Westergren. Ukuran tabung dengan isi 2,4 ml
volume cairan.

Jenis Tabung Vacutainer


Beberapa jenis tabung vacutainer sebagai penampung sampel darah untuk pemeriksaan di laboratorium.

sumber : https://www.google.com/imghp
Tabung tutup merah.
Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
Tabung tutup kuning.
Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah
pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
Tabung tutup hijau terang.
Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan,
plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia
darah.
Tabung tutup ungu atau lavender.
Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
Tabung tutup biru.
Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
Tabung tutup hijau.
Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia
darah.
Tabung tutup biru gelap.
Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury)
dan toksikologi.
Tabung tutup abu-abu terang.
Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
Tabung tutup hitam.
berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
Tabung tutup pink.
berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
Tabung tutup putih.
potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas.
berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur

Anda mungkin juga menyukai