Anda di halaman 1dari 25

KEGAWATDARURATAN

MATERNAL NEONATAL

Disusun Oleh

OLEH :

MEGAH RATEN SARI


P00312014028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk
menyelesaikan makalah ini. dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas
mata kuliah ,yaitu “KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL” .
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Amin.

Kendari, 7 Juli 2020

Penilis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1


KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ...................................................................................... 4
B.      Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C.      Tujuan ................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kegawatdaruratan Obstetri ................................................. 5
B.      Penyebab serta Tanda & Gejala Kegawatdaruratan Obstetri ............... 6
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan ......................................................................................... 23
B.      Saran .................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai langkah harus diperhatikan dalam melaksanakan perawatan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.Penatalaksanaan  meliputi
pengenalan segera kondisi gawatdarurat.stabilisasi penderita,pemberian
oksigen,infus dan terapi cairan,transfusi darah dan pemberian medikamentosa
(antibiotika,sedatif,anestesi,analgesik dan serum anti tetanus) maupun upaya
rujukan lanjutan.semua langkah dan penatalksanaan tersebut,harus dikuasai
oleh petugas kesehatan/staf klinik yang bertugas di unit gawatdarurat atau
ruang tindakan obstetri dan neonatal seperti pada kasus k  Perdarahan yang
mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola
hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan
pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa,
solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio
sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca
persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali
memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tadak semua tenaga medis
memiliki kemampuan dan keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi
pada bayi baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki
latar belakang pendidikan sebagai profesional ahli.
B. Rumusan Masalah
1.  Apa yang dimaksud kegawatdaruratan obstetri ?
2.  Apa Penyebab serta Tanda & Gejala Kegawatdaruratan Obstetri ?
C. Tujuan
1.  Mengetahui tentang kegawatdaruratan obstetri !
2.  Mengetahui Penyebab serta Tanda & Gejala Kegawatdaruratan Obstetri !

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kegawatdaruratan Obstetri


1. Kegawatdaruratan Maternal
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat
cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan
(abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik)
dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan
(plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per
vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.

2. Kegawatdaruratan Neonatal
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai
dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah
miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.
Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.
Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi
anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari
itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk
melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus.
Kasus gawat darurat neonatus ialah kasus bayi baru lahir yang
apabila tidak segara ditangani akan berakibat pada kematian bayi. Apabila
sesudah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan 
fasilitas dan keahlian yang memadai, bayi harus dirujuk.

5
B. Penyebab serta Tanda & Gejala Kegawatdaruratan Obstetri
1. Kegawatdaruratan Maternal
Yang termasuk kegawatdaruratan maternal, yaitu :
a. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya
kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina,
pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada
abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang,
demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan
kemungkinan syok.
1) Etiologi
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab
diantaranya :
a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang
paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan
kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan
tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau
kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi
janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi
virus.
b) Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan
oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
c) Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh
sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan
dan infeksi virus toxoplasma.
d) Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan
pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang
lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke
depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

6
2) Tanda dan Gejala
Terjadi pendarahan atau keluar bercak darah dari vagina ibu banyak
terjadi saat trimester I atau pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu.

b. Mola hidatidosa (Kista Vesikular)


Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan
di dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa
adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami
perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan
edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai
fetus yang intak. Secara histologist, ditemukan proliferasi trofoblast
dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi
cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.
1). Etiologi
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor
yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya mola,
antara lain :
a) Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga
mati, tetapi
terlambat dikeluarkan
b) Imunoselektif dari trofoblast
c) Keadaan sosioekonomi yang rendah
d) Paritas tinggi
e) Kekurangan protein
f) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
2). Tanda dan gejala
Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 – 16 dimana
ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim
yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah
darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.
Tanda dan gejala yakni :

7
a) Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien
masuk RS
b) Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan
(lebih besar) :
1.1) Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas,
gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan
gemetar dan berkeringat, dan kulit lembab.
1.2) Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada
kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria
(terdapat protein pada air seni)
3). Manifestasi Klinis
a) Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
b) Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat.
merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa
intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat
menyebabkan
anemia defisiensi besi.
c) Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai
dengan usia
kehamilan.
d) Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun
ballottement.
e) Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup
berat.
f) Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24
g) Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan
diagnosa pasti
h) Gejala Tirotoksikosis

8
c. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi
diluar endometrium kavum uteri.
1). Penyebab
Gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi
mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan tuba
terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di ovarium.
2). Tanda dan Gejala
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering unilateral
(abortus tuba), hebat dan akut (rupture tuba), ada nyeri tekan
abdomen yang jelas dan menyebar. Kavum douglas menonjol dan
sensitive terhadap tekanan. Jika ada perdarahan intra-abdominal,
gejalanya sebagai berikut :
a) Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang
pada abdomen bagian atas.
b) Abdomen tegang.
c) Mual.
d) Nyeri bahu.
e) Membran mukosa anemis.
f) Jika terjadi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan
darah di bawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya
menonjol-terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas pucat,
kuku kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.

d. Plasenta previa
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir
1). Etiologi
Mengapa Plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu
dapat diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau
perubahan atrofi pada dosidua akibat persalinan yang lampau dan
dapat menyebabkan plasenta previa tidak selalu benar, karena tidak

9
nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian
besar pada penderita dengan paritas fungsi, memang dapat
dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau
diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta
yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya,
sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan
lahir.
2). Tanda dan gejala
a) Perdarahan tanpa nyeri perdarahan jalan lahir pada kehamilan
setelah 22 minggu pada multigravida.
b) Perdarahan berulang
c) Warna perdarahan merah segar
d) Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya
darah
e) Timbulnya perlahan-lahan
f) Waktu terjadinya saat hamil
g) His biasanya tidak ada
h) Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
i) Denyut jantung janin ada
j) Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
k) Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
l) Presentasi mungkin abnormal.

e. Solusio (Abrupsio) Plasenta


Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta yang berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu
dan sebelum anak lahir .
1) Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti.
Meskipun demikian ada beberapa factor yang diduga mempengaruhi
nya, antara lain :
a) penyakit hipertensi menahun
b) pre-eklampsia

10
c) tali pusat yang pendek
d) trauma
e) tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
f) uterus yang sangat mengecil ( hidramnion pada waktu ketuban
pecah, kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir
Di samping hal-hal di atas, ada juga pengaruh dari :
a) umur lanjut
b) multiparitas
c) ketuban pecah sebelum waktunya
d) defisiensi asam folat
e) merokok, alcohol, kokain
f) mioma uteri
2) Tanda dan Gejala
a) Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
b) Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai
dengan banyaknya darah yang keluar.
c) Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang placenta
sehingga uterus teregang (uterus en bois).
d) Palpasi sukar karena rahim keras.
e) Fundus uteri makin lama makin naik
f) Bunyi jantung biasanya tidak ada
g) Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena
isi uterus bertambah
h) Sering ada proteinuri karena disertai preeclampsia

f. Retensio Plasenta (Plasenta Inkompletus)


Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta
tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap.
1) Penyebab terjadinya retensio plasenta ini adalah :
a) Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh
melekat lebih dalam. Perdarahan tidak akan terjadi jika plasenta

11
belum lepas sama sekali dan akan terjadi perdarahan jika lepas
sebagian. Hal ini merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi :
1.1) Plasenta adhesiva, melekat pada endometrium, tidak
sampai membran basal.
1.2) Plasenta inkreta, vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua sampai ke miometrium.
1.3) Plasenta akreta, menembus lebih dalam ke miometrium
tetapi belum menembus serosa.
1.4) Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau
peritoneum dinding rahim.
1.5) Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi
belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III,
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta ( plasenta
inkarserata)

g. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh
dinding uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen
(komplet), atau dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan
miometrium, tetapi peritoneum di sekitar uterus tetap utuh (inkomplet).
1) Etiologi
Penyebab kejadian ruptur uteri, yakni :
b) tindakan obstetri,
c) ketidakseimbangan fetopelvik,
d) letak lintang yang diabaikan
e) kelebihan dosis obat bagi nyeri persalinan atau induksi
persalinan,
f) jaringan parut pada uterus,
g) kecelakaan.

12
2) Tanda dan Gejala rupture uteri yang sebenarnya :
a) Anamnesis dan inspeksi
Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang
luar biasa, menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek
kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin sampai
kolaps.
1.1) Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
1.2) Muntah-muntah karena rangsangan peritoneum
1.3) Syok nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan
tidak teratur
1.4) Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tidak begitu
banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala
sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.
1.5) Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar
ketungkai bawah dan dibahu.
1.6) Kontraksi uterus biasanya hilang.Mula-mula terdapat
defansmuskuler kemudian perut menjadi kembung dan
meteoristis (paralisis khusus).
b) Palpasi :
1.1) Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan
adanya emfisema subkutan
1.2) Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari
PAP
1.3) Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada
dirongga perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung
dibawah kulit perut, dan di sampingnya kadang-kadang
teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
1.4) Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek
c) Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi
beberapa menit setelah rupture, apalagi kalau plasenta juga ikut
terlepas dan masuk kerongga perut.
 

13
h. Perdarahan Pascapersalinan
Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan
pervaginam 500 ml atau lebih sesudah anak lahir. Penyebab gangguan
ini adalah kelainan pelepasan dan kontraksi, rupture serviks dan vagina
(lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa plasenta, dan
koagulopati. Perdarahan pascapersalinan tidak lebih dari 500 ml selama
24 jam pertama, kehilangan darah 500 ml atau lebih berarti bahaya
syok. Perdarahan yang terjadi bersifat mendadak sangat parah (jarang),
perdarahan sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan sedang
menetap (terutama pada ruptur). Peningkatan anemia akan
mengancam terjadinya syok, kegelisahan, mual, peningkatan frekuensi
nadi, dan penurunan tekanan darah.
1) Tanda dan Gejala
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus
setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan
tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.
Penderita tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah sebelum ia
tampak pucat bila pendarahan tersebut sedikit dalam waktu yang
lama.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan pasca persalinan
a) Perdarahan pascapersalinan dan usia ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal.
Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan
dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan
untuk terjadinya komplikasi pascapersalinan terutama
perdarahan akan lebih besar. Perdarahan pascapersalinan yang
mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang

14
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi
daripada perdarahan pascapersalinan yang terjadi pada usia 20-
29 tahun. Perdarahan pascapersalinan meningkat kembali
setelah usia 30-35tahun.
b) Perdarahan pasca persalinan dan gravida
Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang
termasuk multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap
terjadinya perdarahan pascapersalinan dibandingkan dengan
ibu-ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil pertama
kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi
mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya
perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.
c) Perdarahan pasca persalinan dan paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan
kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga)
mempunyai angka kejadian perdarahan pascapersalinan lebih
tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor
penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani
komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
d) Perdarahan pasca persalinan dan Antenatal Care
Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan seoptimal
mungkin fisik dan mental ibu serta anak selama dalam
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga angka morbiditas dan
mortalitas ibu serta anak dapat diturunkan. Pemeriksaan
antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus
risiko tinggi terutama perdarahan yang selalu mungkin terjadi
setelah persalinan yang mengakibatkan kematian maternal dapat
diturunkan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya antenatal
care tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat
dideteksi dan ditanggulangi dengan cepat.

15
e) Perdarahan pasca persalinan dan kadar hemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan
nilai hemoglobin dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika
kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%. Perdarahan
pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500
ml atau lebih, dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya
penanganan yang tepat dan akurat akan mengakibatkan
turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.

i. Komplikasi perdarahan pasca persalinan


Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pasca persalinan
memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan
penderita berkurang. Perdarahan banyak kelak bisa menyebabkan
sindrom Sheehan sebagai akibat nekrosis pada hipofisisis pars anterior
sehingga terjadi insufisiensi pada bagian tersebut. Gejalanya adalah
asthenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan
kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat alat genital,
kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan
hipotensi, amenore dan kehilangan fungsi laktasi.
1) Syok Hemoragik
Semua keadaan perdarahan diatas, dapat menyebabkan syok pada
penderita, khususnya syok hemoragik yang di sebabkan oleh
berkurangnya volume darah yang beredar akibat perdarahan atau
dehidrasi.
a) Penyebab gangguan ini.

1.1) Perdarahan eksterna atau interna yang menyebabkan


hiposekmia atau ataksia vasomotor akut.
1.2) Ketidakcocokan antara kebutuhan metabolit perifer dan
peningkatan transpor gangguan metabolic, kekurangan oksigen
jaringan dan penimbunan hasil sisa metabolik yang
menyebabkan cidera sel yang semula reversibel kemudian tidak
reversibel lagi.

16
1.3) Gangguan mikrosirkulasi.

b) Tanda dan Gejala


Berdasarkan tekanan darah dan nadi, pemeriksaan suhu, warna
kulit, dan membrane mukosa perbedaab suhu antara bagian
pusat dan perifer badan. Evaluasi keadaan pengisian (kontraksi)
vena dan evaluasi palung kuku, keterlambatan pengisian daerah
kapiler setelah kuku ditekan, dan ekskresi urin tiap jam.
2) Syok Septik (Bakteri, Endotoksin)
Penyebab gangguan ini adalah masuknya endotoksin bakteri gram
negative (coli, proteus, pseudomonas, aerobakter, enterokokus).
Toksin bakteri gram positif (streptokokus, Clostridium welchii) lebih
jarang terjadi. Pada abortus septic, sering terjadi amnionitis atau
pielonefritis. Adanya demam sering didahului dengan menggigil,
yang diikuti penurunan suhu dalam beberapa jam, jarang terjadi
hipotermi. Tanda lain adalah takikardia dan hipotensi yang jika tidak
diobati hamper selalu berlanjut ke syok yang tidak reversible.
Gangguan pikiran sementara (disorientasi) sering tidak diperhatikan.
Nyeri pada abdomen (obstruksi portal dan ekstremitas yang tidak
tegas). Ketidakcocokan antara gambaran setempat dan keparahan
keadaan umum. Jika ada gagal ginjal akut dapat berlanjut ke anuria.
Trobopenia sering terjadi hanya sementara.

j. Preeklampsia Berat
1) Definisi
Suatu komplikasi pada kehamilan lebih dari 22 minggu dijumpai :
a) Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diasnolis > 110 mmhg
b) Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam
c) Gangguan selebral atau visual
d) Edema pulmonum
e) Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
f) Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
g) Trobosisfeni

17
h) Pertumbuhan janin terhambat
i) Peningkatan serum creatinin

2. Kegawatdaruratan Neonatal
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus :
a. Faktor Kehamilan
1) Kehamilan kurang bulan
2) Kehamilan dengan penyakit DM
3) Kehamilan dengn gawat janin
4) Kehamilan dengan penyakit kronis ibu
5) Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
6) Infertilitas

b. Faktor pada Partus


1) Partus dengan infeksi intrapartum
2) Partus dengan penggunaan obat sedative

c. Faktor pada Bayi


1) Skor apgar yang rendah
2) BBLR
3) Bayi kurang bulan
4) Berat lahir lebih dari 4000gr
5) Cacat bawaan
6) Frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit

d. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus


1) Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 36 0C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin.Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.

18
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi
glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan
akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat
badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
a) Etiologi dan factor presipitasi dari hipotermia antara lain :
prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti
meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak
adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang
dingin.
b) Tanda dan Gejala klinis hipotermia :
a. Hipotermia sedang (suhu tubuh 32 0C – <360C ), tanda-
tandanya antara lain kaki teraba dingin, kemampuan menghisap
lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut
kutis marmorata.
b. Hipotermia berat (suhu tubuh < 32 0C ), tanda-tandanya antara
lain : sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan
pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang
disertai hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
c. Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain : muka,
ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh
lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama
pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
2) Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika
suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis
dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan
dan kematian.
a) Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif
obat. Heat stroke adalah kondisi akut hipertermia yang
disebabkan oleh kontak yang terlalu lama dengan benda yang

19
mempunyai panas berlebihan. Sehingga mekanisme
penganturan panas tubuh menjadi tidak terkendali dan
menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali. Hipertermia karena
reaksi negative obat jarang terjadi. Salah satu hipertermia karena
reaksi negatif obat yaitu hipertensi maligna yang merupakan
komplikasi yang terjadi karena beberapa jenis anestesi umum.
b) Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah
dan teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya
untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak.
Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas
dapat menghasilkan mual, muntah, sakit kepala, dan tekanan
darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan pingsan atau
pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan
tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan
tekanan darah dan jantung. Penurunan tekanan darah dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit, mengakibatkan
kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-kasus
lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak
kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ tubuh
mulai gagal, ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan.

3) Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana
jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan.
a) Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada diabetes
melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan karena kadar insulin
yang rendah dan / atau oleh resistensi insulin pada sel. Kadar
insulin rendah dan / atau resistensi insulin tubuh disebabkan
karena kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen,
pada akhirnyanya membuat sulit atau tidak mungkin untuk
menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.

20
b) Gejala hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan),
polidipsi (sering haus), poliuri (sering buang air kecil),
penglihatan kabur, kelelahan, berat badan menurun, sulit terjadi
penyembuhan luka, mulut kering, kulit kering atau gatal,
impotensi (pria), infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi,
arrhythmia, pingsan, koma.

4) Tetanus neonaturum
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi
baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani.
a) Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak
mau minum, mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah
terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering
kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus,
ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat,
sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.

5) Penyakit-penyakit pada ibu hamil


Kehamilan Trimester I dan II, yaitu : anemia kehamilan,
hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik terganggu
(implantasi diluar rongga uterus), molahidatidosa (proliferasi
abnormal dari vili khorialis).
Kehamilan Trimester III, yaitu : kehamilan dengan hipertensi
(hipertensi essensial, pre eklampsi, eklampsi), perdarahan
antepartum (solusio plasenta (lepasnya plasenta dari tempat
implantasi), plasenta previa (implantasi plasenta terletak antara atau
pada daerah serviks), insertio velamentosa, ruptur sinus marginalis,
plasenta sirkumvalata).

6) Sindrom Gawat Nafas Neonatus

21
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi
pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu
ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat
inspirasi ( Perawatan Anak Sakit, Ngastiah. Hal 3).

7) Penyakit Membran Hialin (PMH)


Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada
alveoli yang mencegah kolaps paru. PMH sering kali mengenai bayi
prematur, karena produksi surfaktan yang di mulai sejak kehamilan
minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.
Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat
yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan
merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan
lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai di
bentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum
pada minggu ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk merendahkan
tegangan permukaan alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi, sehingga untuk bernafas berikutnya di butuhkan tekanan
negatif intrathoraks yang lebih besar dan di sertai usaha inspiarsi
yang lebih kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya
ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2. dan oksidosis
Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama
setelah lahir dan gejala yang karakteritis mulai terlihat pada umur
24-72 jam dan gejala pertama biasanya timbul dalam 4 jam setelah
lahir.

22
BAB III
PENUTUP
                         
A. KESIMPULAN
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa
yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan
kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan
yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan  manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28
hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis
dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-
waktu.
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan
sebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada
membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus
kegawatdaruratan
 
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat mengetahui pengertian tentang pendarahan pada
kehamilan lanjut, dapat membedakan tanda dan gejala kasus-kasus
tersebut, serta mampu melakukan penanganan yang tepat dan
memberikan pelayanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang
menyeluruh dan sesuai kebutuhan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi dapat meningkatkan kualitas pengajaran, pelatihan dan
bimbingan untuk mahasiswa dalam melakukan praktek belajar lapangan,
khususnya dalam asuhan kebidanan kehamilan serta meningkatkan

23
ketersediaan dan kelengkapan perpustakaan untuk dapat menunjang
dalam penyelesaian laporan studi kasus.

24
DAFTAR PUSTAKA

Tryalin Yuni. 2019. https://yunitryalin.blogspot.com/2019/10/asuhan-


kebidanan-kegawat-daruratan.html (diakses pada Rabu, 08 Juli 2020)

25

Anda mungkin juga menyukai