Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI DAN

KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN
Materi :
1) Abortusimminens
2) Abortusinsipiens
3) Abortusinkomplit

Dosen Pengampu : Herinawati, M.Keb

Disusun Oleh :
Nadia Wulan Septiyani ( PO71241200032 )
Dea Kartika Anggraini ( PO71241200019 )
Rike Amalia Putri ( PO71241200040 )

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi


Jurusan Kebidanan
Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur terima kasih pembuat panjatkan pada Allah SWT sebab atas

rahmatnya pembuat bisa menuntaskan artikel ini. Perkataan terimakasih pembuat

sampaikan pada guru serta sahabat yang sudah ikut menolong dalam pembuatan

artikel ini. Mudah-mudahan artikel ini bisa membagikan guna pada pembaca

supaya pembaca bisa mengenali serta memahamiteori yang mendasari strategi

edukasi ini dan aturan metode pelaksanaanya. Artikel ini amat jauh dari tutur

sempurna, oleh sebab itu kritik serta anjuran dari pembaca amat kita harapkan.

Harap maaf bila ada kekeliruan dalam kategorisasi artikel ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II Pembahasan..............................................................................................2
2.1 Definisi............................................................................................................2
2.2 Klasifikasi........................................................................................................3
2.3 Etiologi............................................................................................................4
2.4 Faktor Resiko...................................................................................................5
2.5 Phatofisiologi...................................................................................................6
2.6 Tanda DAB Gejala..........................................................................................7
2.7 Penanganan/Pelaksanaan.................................................................................9
BAB III Penutup...................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan


dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian
ibu adalah perdarahan berupa komplikasi yang disebabkan oleh abortus. Abortus
inkomplit merupakan salah satu penyebab kematian Neonatal dan Maternal di
Indonesia. Risiko terjadinya abortus inkomplit meningkat bersamaan dengan
peningkatan jumlah paritas dan usia ibu. Abortus meningkat 10% pada wanita
dengan paritas primipara dan grandemultipara, sedangkan pada usia abortus
meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat
sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun (Cunningham, 2012).

Paritas dan usia dapat menyumbangkan AKI sebesar 21% dimana rentan
terjadi kematian ibu pada paritas pertama (18%) dan lebih dari 3(20%) sedangkan
pada usia kurang dari 20 tahun (22%) dan lebih dari 35 tahun (20%) (Sari, 2014).
Penyebab kematian maternal merupakan hal yang cukup kompleks, yang dapat
digolongkan pada faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan
kesehatan dan sosioekonomi. Faktor terbanyak penyebab kematian maternal yaitu
komplikasi obstetrik yang disebabkan oleh perdarahan, perdarahan antara lain
disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik, perdarahan pada kehamilan trimester
tiga, perdarahan post partum, distosia, pengguguran kandungan dan infeksi nifas.
Infeksi nifas sendiri dapat terjadi pada keadaan persalinan yang tidak
mengindahkan syarat-syarat asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini
dan sebagainya (Prawirohardjo, 2012).

Laporan WHO tahun 2017AKI di duniayaitu 478.000 jiwa. Pada negara


maju AKI sebanyak10.300 jiwa dan pada negara berkembang AKI berkisar
212.000 jiwa, Asia Tenggara 19.000 jiwa(WHO, 2017). Menurut Menteri
Kesehatan (Menkes) tahun 2017 AKI di Indonesia pada tahun 2016 berkisar 306
orang per 100.000. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

1
(Kalsel) tahun 2017 mencatat kasus kematian ibu dan anak tahun 2016 tercatat
ada 92 kasus kematian ibu, sementara ada 811 kasus kematian bayi. Pada Januari
hingga Agustus 2017, terjadi penurunan dengan data yang dirilis Dinkes Prov
Kalsel mencatat ada 48 kasus kematianibu, serta 441 kasus kematian bayi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Berdasarkan gambaran klinisnya abortus di bagi menjadi :

1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2. Abortus Insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.
3. Abortus inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desi dua atau plasenta.

2
2.2 Klasifikasi

Berdasarkan pelaksananya dibagi menjadi :

a) Keguguran terapeutik (abortus therapeuticus) Abortus terapeutik adalah


terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup
(viabel) dan hampir 60% abortus terapeutik dilakukan sebelum usia gestasi
8 minggu, dan 88% sebelum minggu ke-12 kehamilan.
b) Keguguran buatan illegal (abortus provocatus criminalis) Penguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
Berdasarkan kejadian dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Abortus buatan Merupakan tindakan abortus yang sengaja dilakukan
sehingga kehamilan dapat diakhiri.
b) Abortus spontan Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis
untuk mengosongkan uterus.

3
2.3 Etiologi

Sekitar 50-70% etiologi abortus disebabkan oleh anomali kromosom pada


embrio. Adanya abnormalitas kromosom bisa terjadi baik pada kromosom ovum
maupun sperma. Penyebab kelainan kromosom paling banyak adalah trisomi dan
aneuploidi. Penyebab lainnya adalah abnormalitas struktur, mosaikisme, dan
defek gen.

Abortus spontan merupakan kejadian abortus yang berlangsung tanpa


tindakan atau tanpa disengaja. Hal tersebut berbeda dengan abortus buatan dan
abortus terapeutik yang merupakan abortus yang disengaja dilakukan dengan
tujuan dan alasan tertentu. Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus menurut
Mitayani (2012) yaitu kelainan pertumbuhan hasil konsepsi seperti kelainan
kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.; infeksi akut
pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV; abnormalitas saluran
genital, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan serta kelainan plasenta.

4
2.4 Faktor Resiko

Risiko abortus meningkat pada wanita yang telah mengalami keguguran


sebelumnya. Faktor risiko lain yang terkait dengan abortus termasuk penyakit
penyerta ibu seperti diabetes mellitus, hipotiroidisme, epilepsi, hipertensi, infeksi
ginjal (pielonefritis), dan infeksi lain; kelainan saluran genital dari serviks atau
rahim; obat dan penyalahgunaan alkohol; merokok berlebihan, cedera fisik, gizi
buruk, dan syok emosional parah.

Faktor-faktor risiko terjadinya abortus :

- Hubungan usia ibu pada saat hamil dengan kejadian abortus


inkompletus dan abortus kompletus
- Hubungan paritas ibu dengankejadian abortus inkompletus dan
abortuskompletus
- Hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus inkompletus dan
abortuskompletus
- Hubungan hipertensi dengan kejadian abortus inkompletus dan
abortuskompletus

5
- Hubungan kadar hemoglobin dengan kejadian abortus inkompletus dan
abortus kompletus

Ada banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan kondisi ini terjadi:
 Pernah keguguran sebelumnya, setidaknya dua kali atau lebih
 Punya penyakit kronis seperti diabetes melitus yang tidak terkendali
 Gangguan rahim atau serviks
 Merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang
 Makan makanan pemicu keguguran
 Berat badan di atas atau di bawah rata-rata meningkatnya risiko
komplikasi
 Pernah melakukan tes prenatal invasif (mengambil sampel chorionic villus
dan amniocentesis)
 Faktor hormonal dan masalah kekebalan tubuh ibu
 Hamil di atas usia 35 tahun
 Septate uterus (kelainan bentuk rahim)

2.5 Phatofisiologi

Patofisiologi abortus dijelaskan dalam berbagai konsep teori antara lain


adanya abnormalitas kromosom, disregulasi sistem imun selama kehamilan, defek
fase luteal, peningkatan kadar kortisol, dan gangguan oksidasi plasenta.

Rahmani (2014) mengemukakan bahwa pada permulaan abortus terjadi


perdarahan dalam desidua basalis yang diikuti nekrosis jaringan disekitarnya.

6
Hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Hal ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil
konsepsi. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua
lebih dalam, sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
umumnya yang mulamula dikeluarkan setelah ketuban pecah, janin disusul
beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang terbentuk lengkap.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.


Ada yang hanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati.

Mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi yaitu
janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap,
maka menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut menjadi
tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin
mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi yaitu kulit terkelupas,
tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin
berwarna kemerahmerahan.

2.6 Tanda DAB Gejala

Melansir dari Mayo Clinic, keguguran (abortus) adalah kematian embrio


atau janin secara tiba-tiba sebelum usia kehamilan 20 minggu atau sebelum 5
bulan. Sebagian besar kasusnya terjadi sebelum minggu ke-13 kehamilan. Lewat
dari usia 20 minggu, risikonya biasanya akan semakin kecil. Abortus menjadi

7
pertanda ada sesuatu yang salah dalam kehamilan atau janin gagal berkembang
dengan baik. Pada saat keguguran, biasanya wanita akan mengalami perdarahan
dan kram. Hal ini disebabkan oleh kontraksi yang bekerja untuk meluruhkan isi
rahim, yaitu gumpalan darah besar dan jaringan. Jika terjadi dengan cepat,
keguguran biasanya dapat diselesaikan oleh tubuh tanpa komplikasi. Jika terjadi
abortus tetapi wanita tersebut tidak tahu kalau dirinya mengalami kondisi ini, obat
dapat diberikan untuk merangsang kontraksi. Proses dilatasi dan kuretase
dilakukan ketika wanita sudah mengalami banyak perdarahan tetapi tanpa diikuti
meluruhnya jaringan. Dilatasi dilakukan untuk membuka serviks (leher rahim)
jika masih tertutup dan kuretase adalah proses mengeluarkan isi rahim dengan
menggunakan alat penghisap dan pengikisan.

Keguguran dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar karena tidak
muncul tanda-tanda yang mungkin jelas.

Gejala dan tanda keguguran paling umum adalah:

 Perdarahan atau bercak darah, muncul dari ringan sampai berat

 Perut dan punggung bawah terasa sakit atau kram yang parah

 Vagina mengeluarkan cairan nonkeputihan atau jaringan

 Demam

 Lesu

Beberapa gejala atau tanda keguguran lainnya mungkin tidak tercantum di


atas. Jika merasa cemas tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter.

8
2.7 Penanganan/Pelaksanaan

Apabila mengalami keguguran yang tidak sampai mengancam nyawa,


dokter akan menyarankan untuk beristirahat sampai perdarahan atau rasa sakitnya
hilang. Apabila jaringan janin sudah keluar dengan sendirinya, Anda akan
disarankan untuk melakukan kuret untuk menghilangkan sisa jaringan janin dari
rahim. Setelah kuret, menstruasi kemungkinan akan mulai lagi dalam 4-6 minggu
kemudian. Untuk mempercepat pembersihan rahim dari sisa janin, dokter
mungkin juga akan meresepkan obat tertentu. Memasukkan obat ke dalam vagina
lebih efektif dan dapat mengurangi efek samping seperti mual dan diare
ketimbang memakai obat yang minum. Silakan konsultasikan lebih lanjut dengan
dokter Anda tentang jenis, dosis, dan cara pakai obatnya. Di rumah, dokter
mungkin juga dapat menyarankan Anda menghindari olahraga, berhubungan
intim, atau memasukkan apapun ke dalam vagina (misalnya tampon) selama dua
minggu setelah keguguran.

9
10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pertemuan


sel telur dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 28
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian abortus adalah jarak kehamilan,
riwayat abortus dan usia kehamilan.

Daftar Pustaka

Bhattacharya S., et al. Does Miscarriage in an Initial Pregnancy Lead toAdverse


Obstetric and Perinatal Outcomes in the Next Continuing Pregnancy?
s.l. :BJOG, 2012.

C. W. Ku, Z. W Tan, M. K. Lim, et al. Spontaneous Miscarriage In First


Trimester Pregnancy Is Associated With Altered Urinary Metabolite
Profile. 2017,8, 48-55. https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.bbacli.2017.07.003

Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta. pp.774-
797.

E. C. Larsen, O.B. Christiansen, A. M. Kolte, and Nick Macklon. New Insights


Into Mechanisms Behind Miscarriage. 2013, 11,154.
https://doi.org/10.1186/1741-7015-11-154

Mitayani, 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Padang: Salemba Medika

National Institute for Health and Care Excellence. Management of


Miscarriage. .2016:1-12

11
Rahmani, S, L. 2014. Faktor-faktor resiko kejadian abortus di RS Prikasih Jakarta
Selatan. Skripsi. Program Sarjana Kedokteran Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah. Jakarta

Prawirohardjo Sarwono, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Sarwono Prawirohardjo, 2012, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai