KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN
Materi :
1) Abortusimminens
2) Abortusinsipiens
3) Abortusinkomplit
Disusun Oleh :
Nadia Wulan Septiyani ( PO71241200032 )
Dea Kartika Anggraini ( PO71241200019 )
Rike Amalia Putri ( PO71241200040 )
sampaikan pada guru serta sahabat yang sudah ikut menolong dalam pembuatan
artikel ini. Mudah-mudahan artikel ini bisa membagikan guna pada pembaca
edukasi ini dan aturan metode pelaksanaanya. Artikel ini amat jauh dari tutur
sempurna, oleh sebab itu kritik serta anjuran dari pembaca amat kita harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II Pembahasan..............................................................................................2
2.1 Definisi............................................................................................................2
2.2 Klasifikasi........................................................................................................3
2.3 Etiologi............................................................................................................4
2.4 Faktor Resiko...................................................................................................5
2.5 Phatofisiologi...................................................................................................6
2.6 Tanda DAB Gejala..........................................................................................7
2.7 Penanganan/Pelaksanaan.................................................................................9
BAB III Penutup...................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Paritas dan usia dapat menyumbangkan AKI sebesar 21% dimana rentan
terjadi kematian ibu pada paritas pertama (18%) dan lebih dari 3(20%) sedangkan
pada usia kurang dari 20 tahun (22%) dan lebih dari 35 tahun (20%) (Sari, 2014).
Penyebab kematian maternal merupakan hal yang cukup kompleks, yang dapat
digolongkan pada faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan
kesehatan dan sosioekonomi. Faktor terbanyak penyebab kematian maternal yaitu
komplikasi obstetrik yang disebabkan oleh perdarahan, perdarahan antara lain
disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik, perdarahan pada kehamilan trimester
tiga, perdarahan post partum, distosia, pengguguran kandungan dan infeksi nifas.
Infeksi nifas sendiri dapat terjadi pada keadaan persalinan yang tidak
mengindahkan syarat-syarat asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini
dan sebagainya (Prawirohardjo, 2012).
1
(Kalsel) tahun 2017 mencatat kasus kematian ibu dan anak tahun 2016 tercatat
ada 92 kasus kematian ibu, sementara ada 811 kasus kematian bayi. Pada Januari
hingga Agustus 2017, terjadi penurunan dengan data yang dirilis Dinkes Prov
Kalsel mencatat ada 48 kasus kematianibu, serta 441 kasus kematian bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2. Abortus Insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.
3. Abortus inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desi dua atau plasenta.
2
2.2 Klasifikasi
3
2.3 Etiologi
4
2.4 Faktor Resiko
5
- Hubungan kadar hemoglobin dengan kejadian abortus inkompletus dan
abortus kompletus
Ada banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan kondisi ini terjadi:
Pernah keguguran sebelumnya, setidaknya dua kali atau lebih
Punya penyakit kronis seperti diabetes melitus yang tidak terkendali
Gangguan rahim atau serviks
Merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang
Makan makanan pemicu keguguran
Berat badan di atas atau di bawah rata-rata meningkatnya risiko
komplikasi
Pernah melakukan tes prenatal invasif (mengambil sampel chorionic villus
dan amniocentesis)
Faktor hormonal dan masalah kekebalan tubuh ibu
Hamil di atas usia 35 tahun
Septate uterus (kelainan bentuk rahim)
2.5 Phatofisiologi
6
Hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Hal ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil
konsepsi. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua
lebih dalam, sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
umumnya yang mulamula dikeluarkan setelah ketuban pecah, janin disusul
beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang terbentuk lengkap.
Mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi yaitu
janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap,
maka menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut menjadi
tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin
mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi yaitu kulit terkelupas,
tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin
berwarna kemerahmerahan.
7
pertanda ada sesuatu yang salah dalam kehamilan atau janin gagal berkembang
dengan baik. Pada saat keguguran, biasanya wanita akan mengalami perdarahan
dan kram. Hal ini disebabkan oleh kontraksi yang bekerja untuk meluruhkan isi
rahim, yaitu gumpalan darah besar dan jaringan. Jika terjadi dengan cepat,
keguguran biasanya dapat diselesaikan oleh tubuh tanpa komplikasi. Jika terjadi
abortus tetapi wanita tersebut tidak tahu kalau dirinya mengalami kondisi ini, obat
dapat diberikan untuk merangsang kontraksi. Proses dilatasi dan kuretase
dilakukan ketika wanita sudah mengalami banyak perdarahan tetapi tanpa diikuti
meluruhnya jaringan. Dilatasi dilakukan untuk membuka serviks (leher rahim)
jika masih tertutup dan kuretase adalah proses mengeluarkan isi rahim dengan
menggunakan alat penghisap dan pengikisan.
Keguguran dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar karena tidak
muncul tanda-tanda yang mungkin jelas.
Perut dan punggung bawah terasa sakit atau kram yang parah
Demam
Lesu
8
2.7 Penanganan/Pelaksanaan
9
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta. pp.774-
797.
11
Rahmani, S, L. 2014. Faktor-faktor resiko kejadian abortus di RS Prikasih Jakarta
Selatan. Skripsi. Program Sarjana Kedokteran Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah. Jakarta
12