Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM DENGAN

PERDARAHAN POST PASRTUM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KEPERAWATAN
MATERNITAS
Dosen Pengampu Ns. Leni Agustin, M.Kep

Disusun Oleh :

Desy Aprilia Zaini ( NIM. 19037140014)


Reynaldy Ricky Saputra ( NIM. 19037140043)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta keruniaNYA semata sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disuruh untuk memenuhi mata kuliah
KEPERAWATAN MATERNITAS yang menjadi salah satu mata kuliah yang
wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak
akan dapat disesuaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada.
1. Ibu Yuana Dwi Agustin SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso.
2. Ibu Ns. Leni Agustin, M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah
KEPERAWATAN MATERNITAS.
3. Semua pihak yang telah membantu mengerjakan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sangat membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah
ini.

Bondowoso, 25 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I LANDASAN TEORI...............................................................................1
1.1 Definisi Perdarahan Ibu Post Partum......................................................1
1.2 Etiologi Perdarahan Ibu Post Partum......................................................1
1.3 Manifestasi Klinis Perdarahan Ibu Post Partum......................................2
1.4 Klasifikasi Perdarahan Ibu Post Partum..................................................2
1.5 Patofisiologi Perdarahan Ibu Post Partum...............................................3
1.6 Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Ibu Post Partum.............................3
1.7 Penatalaksanaan Perdarahan Ibu Post Partum.........................................3
BAB II KONSEP ASUHAN kEPERAWATAN...............................................6
2.1 Pengkajian...............................................................................................6
2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................13
2.3 Intervensi.................................................................................................14
2.4 Implementasi...........................................................................................17
2.5 Evaluasi...................................................................................................19
BAB III PENUTUP.............................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................20
REFRENSI...........................................................................................................21

iii
BAB I
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Perdarahan Post Partum


Didefinisikan sebagai pendarahan berlebihan dari saluran genitalia setelah
kelahiran bayi atau abortus dan sampai 6 minggu sesudahnya. Terdarahan
postpartum primer mengacu kepada pendarahandalam 24 jam kelahiran dan
pendarahan postpartum sekunder adalah pendarahan setelah 24 jam (dan dalam 6
minggu)
Volume darah yang hilang dalam pendarahan postpartum adalah 500 ml
atau lebih, atau setiap kehilangan darah yang lebih sedikit yang dapat
menyebabkan memburuknya kondisi wanita. Harus diingat bahwa kehilangan
darah yang sedikit tetapi sering akan memberikan pengaruh yang merugikan pada
kondisi wanita yang dah anemis.
Pendarahan postpartum bisa saja atonik karena otot uterus tidak dapat
berkontraksi dan menekan pembuluh darah. Hal ini bisa dengan mudah terjadi jika
uterus terlalu mengang seperti dalam kondisi multiparitas, hamil kember atau
polihidramnion, Kondisi ini juga berkaitan dengan plasenta yang tertahan,
persalinan lama, eklampsia atau serangan yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba.
Serangan eklampsia bisa terjadi dalam kehamilan, persalinan atau setelah
kelahiran. Kejang yang terjadi serupa dengan kejang epilepsi.

2.2 Etiologi Perdarahan Post Partum


Penyebab perdarahan post partum adalah sebagai berikut :
a. Etiologi Perdarahan Postpartum Dini
1) Atonia uteri
Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik, dan ini
merupakan sebab utama dari perdarahan postpartum. Uterus yang sangat
teregang (hidramnion, 6 kehamilan ganda atau kehamilan dengan janin
besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk
terjadinya atonia uteri.

1
2) Laserasi jalan lahir
Perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
3) Hematoma
Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami
laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
4) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus,
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka.
b) Ruptura uteri
c) Inversio uteri
b. Etiologi perdarahan postpartum lambat
1) Tertinggalnya sebagian plasenta
2) Subinvolusi didaerah insersi plasenta
3) Dari luka bekas seksio sesarea

2.3 Manifestasi Klinis Perdarahan Post partum


Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil,
derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan.
Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan
darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat
banyak. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu
penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas
dingin, dan lain-lain.

2.4 Klasifikasi Perdarahan Post Partum


Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan
lahir dan inversio uteri.

2
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa
plasenta yang tertinggal.

2.5 Patofisiologi Perdarahan Post Partum


Dalam masa post partum alat-alat genetelia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut
“involusi”.otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman antara otototot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Ketika terdapat laserasi (robekan)
servik atau vagina yang merupakan tempat darah mengalir, tidak ada kontraksi
uterus yang dapat menghentikan hemoragie atau perdarahan yang menyebabkan
terjadi anemia menjadikan gangguan pada status sirkulasi, klien dapat merasakan
kelemahan dalam defisit perawatan diri dan dapat menjadikan resiko syok.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Post Partum


1. Darah : kadar hemoglobin, hematokrit, masa perdarahan, masapembekuan.
2. USG : bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterine.
2.7 Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
1. Pencegahan : obati anemia dalam kehamilan. pada pasien dengan riwayat
perdarahan pasca persalinan sebelumya, persalinan harus bersalangsung di
rumah sakit. jangan memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum
plasenta lepas. berikan 10 unit oksitosinim setelah anak lahir dan 0,2 mg
ergometrin im setelah plasenta lahir.
2. Penanganan : Tentukan apakah terdapat syok, bila ada segera berikan
transfuse cairan, atau darah, kontrol perdarahan dan berikan oksigen. bila
ada keadaan umum telah membaik , lakukan pemeriksaan untuk
menentukan etiolagi.

3
Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit,
lahirkan plasenta dengan plasenta manual. bila terdapat plasenta akreta,
segera hentikan plasenta manual dan lakukan histerektomi.
a. Bila hanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran plasenta dengan
digital/ kuratase, sementara infus oksitosin diteruskan.
b. Pada trauma jalan lahir, segera lakukan reparasi.
c. Pada atonia uteri, lakukan masase dan penyuntikan 0,2 ml
ergometrin intravena dan prostaglandin parenteral. jika tidak
berhasil lakukan kompresi bimanual pada uterus dengan cara
memasukan tangan kiri kedalam vagina dan dalam posisi mengepal
diletakan diforniks anterior, tangan kanan diletakan didinding perut
memegang fundus uterui. bila tetap gagal dapat dipasang tampon
uterovaginal dengan cara mengisi kavum uteri dengan kasa sampai
padat selama 24 jam, atau dipasang kateter folley. bila tindakan
tersebut tidak dapat menghentikan perdarahan juga, terapi defenitif
yang diberikan adalah histeroktom atau ligasi uterine.
d. Bila disebabkan ganguan pembekuan darah, berikan transfusi
plasma segara Pada perdarahan pasca persalinan sekunder :
kompresi bimanual sedikitnya selama 30 menit antibiotik sprektum
luas oksitosin 10 U intramuscular tiap 4 jam atau 10-20 U/IV
dengan tetesan lambat 15 smetil PGF 0,25 mg IM tiap 2 jam atau
ergot alkalaoid tiap 6 jam sedikitnya selama 2 hari.

4
Pathway
Postpartum/masanifas

Involusi uterus Kontraksi uterus Laserasi jalan lahir

Kontraksi uterus lambat Pelepasan jaringan endometrium Serviks dan vagina

Atonia uteri Lokhea keluar Port de entry Kuman

Robekan jalan lahir Kurang perawatan Risiko Infeksi

Invasi bakteri

Perdarahan
Nyeri

Volume cairan turun

Anemia akut

Hb, O2 turun Daya tahan tubuh menurun Kuman mudah masuk

Hipoksia
Risiko infeksi

Kelemahan umum Penurunan nadi & tekanan darah

Defisit perawatan diri Kekurangan volume cairan

5
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian
yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan
evaluasi, dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis,
berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari
wawancara dan pemeriksaan fisik.
A. Pengkajian terhadap klien post partum meliputi :
1. Identitas pasien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang dirasakan
saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi
lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan
darah rendah, ekstremitas dingin , mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
d. Riwayat menstruasi meliputi : Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
e. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil, Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

6
f. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta, Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam
persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang
waktu lahir, Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus
uteri dan kontraksi
g. Riwayat Kehamilan sekarang Hamil muda, keluhan selama hamil muda,
Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi
akibat mual, keluhan lain
h. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa
kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
3. Pola aktifitas sehari-hari
a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada
masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,konsistensi.
Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post
partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri.
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan atau duk.
Pengkajian status fisiologis maternal
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post
partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast
(payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih),
Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas
bawah), dan Emotion (emosi).

7
B. Pengkajian fisik
1. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-
tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan
atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya.
Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi.
Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan
keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya
perdarahan post partum.
1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah
sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.
24 Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan
post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah
persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari
aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari
kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas.
3) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi
khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain karena
Ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada

8
respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan
dari tanda-tanda syok.
2. Kepala dan wajah
1) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan
rambut.
2) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
3) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena
perdarahan saat persalinan.
4) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
sinusitis. Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan
energi.
5) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau
gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
6) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar
tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi,
ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri dan
bengkak.
7) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada
telinga.
3. Pemeriksaan thorak
1) Inspeksi payudara
- Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang
tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya
depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor.
- Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan
adanya peradangan.

9
2) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri
tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post
partum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum
yang banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati perubahan payudara,
menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan
pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang
penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah
menyusui.
4. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi Abdomen
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang
keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan
dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
2) Palpasi Abdomen
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah
pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-
kira 1 cm setiap hari.
Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis
Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan
konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya
perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling

10
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran
uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun
kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai
belah memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga
dapat diukur panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu
kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan
memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas. Cara memeriksa
diastasis rektus abdominis adalah 28 dengan meminta ibu untuk tidur
terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal
kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus xipoideus ke
umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
5. Keadaan kandung kemih Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung
kemih. Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang
tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus
dikeluarkan.
6. Ekstremitas atas dan bawah.
1) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan
varises sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai
kecenderungan untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh
darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.
2) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga
dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis,
jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk
mobilisasi dini agar sirkulasi lancar. Refleks patella mintalah ibu duduk
dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan
hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut negative

11
kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1. Bila gerakannya
berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi.
3) Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan
perineum menunjang penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1
normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan.
- REEDA
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi
episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness /
kemerahan, Edema, Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran, dan
Approximate/ perlekatan) pada luka episiotomy. Kemerahan dianggap
normal pada episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang
signifikan, diperlukan pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema
berlebihan dapat memperlambat penyembuhan luka. Penggunaan
kompres es (icepacks) selama periode pasca melahirkan umumnya
disarankan.
- Lochia
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh
harus memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau
keputihan. Jika warna lokhia masih merah maka ibu mengalami
komplikasi postpartum. Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan
Lokhia purulenta menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan
harus segera ditangani.
- Varises 30 Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan
vulva. Jika ada yang membuat perdarahan yang sangat hebat .
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah rutin, utamanya pemeriksaan Hemoglobin.
Umumnya jika terjadi perdarahan masif dapat ditemukan hasil Hb
kurang dari 8 g/dL. selain itu apabila pada saat asuhan antenatal
ditemukan bahwa ibu mengalami anemia, maka keadaan ini dapat
segera dikoreksi.

12
- Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan untuk kepentingan
tatalaksana bila pasien membutuhkan transfusi darah. Transfusi
sebaiknya tidak ditunda dan tidak diputuskan berdasarkan kadar
hemoglobin semata, tetapi sebaiknya dilakukan berdasarkan kondisi
klinis pasien.
- Pemeriksaan waktu perdarahan atau waktu pembekuan, trombosit,
protrombin dan partial prothrombin time / PTT, untuk menyingkirkan
kemungkinan gangguan faktor pembekuan darah.
2. Ultrasonografi (USG)
- Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat apakah terdapat sisa
plasenta ataupun gumpalan darah. Kemudian apabila dilakukan pada
saat antenatal dapat membantu dokter mendeteksi plasenta previa dan
plasenta akreta.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b.d kondisi pembedahan
2. Risiko Infeksi b.d kerusakan integrasi kulit
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (perdarahn)

13
2.3 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d kondisi Tujuan : Manajemen Nyeri l.08238
pembedahan
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x 24 jam. 1.Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kontrol Nyeri L.08063 durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil : intensitas nyeri
Melaporkan nyeri terkontrol (5) 2. Identifikasi skala nyeri
Kemampuan mengenali penyebab 3. identifikasi pengetahuan dan
nyeri (5) keyaninan tentang nyeri
Kemampuan menggunakan Terapeutik
Teknik non-farmakologis (5) 1. Fasilitasi istirahat dan tidur
Keluhan nyeri (5) 2. Pertimbangkan jenis
Penggunaan analgesik (5) dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyari
Edukasi
1. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri Anjurkan
menggunakan analgetik secara
tepat
2. Ajarkan teknik non farma
kologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anal
getik, jika perlu
2. Risiko Infeksi b.d kerusakan Tujuan : Pencegahan Infeksi l. 14539
integrasi kulit
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x 24 jam. 1. Monitor tanda dan gejala
Tingkat Infeksi L.14137 infeksi lokal dan sistemik

14
Kriteria Hasil : Terapeutik
Kebersihan tangan (5) 1. Batasi jumlah pengunjung
Kebersihan badan (5) 2. Berikan perawatan kulit pada
Kemerahan (5) area edema
Nyeri (5) Edukasi
Cairan berbau busuk (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala
Kultur darah (5) infeksi
Kultur sputum Kultur area luka 2. Ajarkan cara mencuci tangan
(5) dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kon
disi luka atau luka operasi
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian imuni
sasi, jika perlu
3. Defisit perawatan diri b.d Tujuan : Dukungan Perawatan Diri
kelemahan
Setelah dilakukan tindakan l.11348
keperawatan selama 3x 24 jam. Observasi
Perawatan Diri L.11103 1. Monitor tingkat kemandirian
Kriteria Hasil : Terapeutik
Kemampuan ke toilet (BAB/ 2. Sediakan lingkungan yang tera
BAK) (5) peutik (mis. suasana hangat,
Verbalisasi keinginan melakukan rileks, privasi)
perawatan diri (5) 3. Dampingi dalam melakukan
Minat melakukan perawatan diri perawatan diri sampai
(5) 4. Fasilitasi kemandirian, bantu
Mempertahankan kebersihan (5) jika tidak mampu melakukan
perawatn diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan

Tujuan : Manajemen Cairan L.03098


4. Kekurangan volume cairan

15
b.d kehilangan cairan aktif Setelah dilakukan tindakan Observasi
(perdarahn)
keperawatan selama 3x 24 jam. 1. Monitor status hidrasi (mis.
Keseimbangan Cairan L.03020 frekuensi nadi, kekuatan nadi,
Kriteria Hasil : akral, pengisian kapiler,
Asupan cairan (5) kelembapan mukosa, turgor kulit,
Edema (5) tekanan darah)
Asites (5) Terapeutik
Tekanan darah (5) 1. Berikan asupan cairan, sesuai
Denyut nadi radial (5) kebutuhan
Tekanan arteri rata-rata (5) 2. Berikan cairan intravena, jika
perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu

2.4 Implementasi Keperawatan

16
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d kondisi Manajemen Nyeri l.08238
pembedahan
Observasi
1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
Terapeutik
1. Memfasilitasi istirahat dan tidur
2. Mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyari
Edukasi
1. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
3. Mengajarkan teknik non farma kologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian anal getik, jika perlu

2. Risiko Infeksi b.d kerusakan Pencegahan Infeksi l. 14539


integrasi kulit
Observasi
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Membatasi jumlah pengunjung
2. Memberikan perawatan kulit pada area edema
Edukasi
1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Mengajarkan cara memeriksa kon
disi luka atau luka operasi
Kolaborasi
4. Mengkolaborasi pemberian imuni
sasi, jika perlu
3. Risiko Infeksi b.d kerusakan Dukungan Perawatan Diri l.11348

17
integrasi kulit Observasi
1. Memonitor tingkat kemandirian
Terapeutik
2. Menyediakan lingkungan yang tera
peutik (mis. suasana hangat, rileks, privasi)
3. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
4. Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatn diri
Edukasi
1. Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
4. Kekurangan volume cairan Manajemen Cairan L.03098
b.d kehilangan cairan aktif
Observasi
(perdarahn)
1. Memonitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
Terapeutik
1. Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
2. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

2.5 Evaluasi Keperawatan

NO DIAGNOSA EVALUASI
KEPERAWATAN

18
1 Nyeri akut b.d kondisi S : Klien mengatakan nyeri sudah tidak terasa
pembedahan
O : Klien tampak sudah tenang Skala nyeri 1 Luka bekas operasi
tampak mulai kering
A : Masalah belum teratasi, skala nyeri 1
P : Intervensi dilanjutkan dirumah, klien di pulangkan.
2. Risiko Infeksi b.d kerusakan S: Klien mengatakan verban bekas luka post operasi sectio caesarea
integrasi kulit
sudah bersih
O : Luka post operasi sectio caesarea di bersihkan dengan NaCL 0.9 %
A : Masalah belum teratasi, luka tampak bersih dan tampak sudah
mulai kering
P : Intervensi dilanjutkan dirumah, klien dipulangkan
3. Defisit perawatan diri b.d S : Klien mengatakan sudah mulai bias melakukan perawatan diri
kelemahan
sendiri
O : Kien tampak mulai perawatan diri
A : Masalah belum teratasi, tampak sesekali perawatan diri klien masih
dibantu keluarganya
P : Intervensi dilanjutkan dirumah, klien dipulangkan
4. Kekurangan volume cairan S : Klien mengatakan terjadi Perdarahan - Klien mengatakan badan
terasa letih
O : Klien tampak lelah dan letih, Membrane mukosa tampak kering,
Klien tampak pada saat makan dibantu keluarga
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Memonitor status dehidrasi (kelembapan membrane mukosa)
2. Mendorong keluarga untuk membantu pasien makan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

19
Pendarahan postpartum bisa saja atonik karena otot uterus tidak dapat
berkontraksi dan menekan pembuluh darah. Hal ini bisa dengan mudah terjadi jika
uterus terlalu mengang seperti dalam kondisi multiparitas, hamil kember atau
polihidramnion, Kondisi ini juga berkaitan dengan plasenta yang tertahan,
persalinan lama, eklampsia atau serangan yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba.
Serangan eklampsia bisa terjadi dalam kehamilan, persalinan atau setelah
kelahiran. Kejang yang terjadi serupa dengan kejang epilepsi.

3.2 Saran
Setelah penulis melakukan tindakan secara langsung pada ibu nifas
patologi dengan perdarahan post partum primer karena atonia uteri , maka penulis
dapat memberikan saran-saran guna meningkatkan mutu pelayanan kepeawatan
pada ibu nifas adapun saran-saran yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam kasus ibu nifas
patologi dengan Perdarahan Postpartum Primer karena Atonia Uteri.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan Perdarahan
PostpartumPrimer karena Atonia Uteri
3. Bagi Institut Pendidikan
Dapat memberikan pengetahuan tentang Perdarahan Postpartum Primer karena
Atonia Uteripada pembelajaran selanjutnya .
4. Bagi Pasien
Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai bahaya nifas pada
Perdarahan Postpartum Primer terutamakarena Atonia Uteri, dengan tujuan
apabila pasien suatu saat menemukan kejadian yang serupa dapat melakukan
tindakan antisipasi agar melakukan pertolongan awal dengan membawa pasien ke
unit kesehatan terdekat
REFRENSI

Website
http://repository.poltekeskupang.ac.id/934/

20
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1053/
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/perdarahan-
postpartum/diagnosis

21

Anda mungkin juga menyukai