ASUHAN KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing :
OLEH KELOMPOK 1
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Haemoragic Post Partum” tepat pada waktunya.
Salawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata
kuliah Sistem Integumen pada Program Sarjana Keperawatan. Pada Kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan
dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan penelitian ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Elvi Muniarsih, Ners, M. Kep selaku selaku dosen mata kuliah sistem Reproduksi
yang telah memberi ilmu arahan dan bimbingannya dalam penulisan makalah ini ini.
2. Teman-teman yang sudah bersedia membantu
3. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang..
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu
sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (mitayani, 2009). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu, dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan
anak ini dsebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.
Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum
sehingga pertolongan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu
untuk memenuhi kebutuhan ibu (Vivian,2011).Dibagi menjadi perdarahan post partum
primer dan juga perdarahan post partum sekunder.perdarahan post partum primer terjadi
dalam 24 jam pertama. penyebab utama perdarahan post partum primer adalah Antonia
uteri, retensio plasenta,dan robekan jalan lahir. Perdarahan post partum sekunder adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi
setelah bayi lahir. Perdarahan primer adalah perdarahan pasca persalinan dini, terjadi
dalam 24 jam pertama sedangkan perdarahan sekunder perdarahan masa nifas terjadi
setelah itu.
Rentensio plasenta adalah salah satu komplikasi post partum yang dapatmenimbulkan
perdarahan, yang merupakan penyebab kematian nomor satu (40% -60%), kematian ibu
melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebab kan oleh
perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%.Menurut WHO dilaporkan
bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasentadan insidennya adalah 0,8-1,2%
untuk setiap kelahiran.
3
B. Tujuan penulisan
C. Manfaat
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami pengertian dan
asuhan keperawatan dari haemoragic post partum. Dan dapat mencegah terjadinya penyakit
tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga kita sebagai perawat mampu bertindak sesuai
dengan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi PPH
Menurut Astikawati & Dewi (2017) secara etiologi perdarahan post partum lebih
diingat dengan 4T, yaitu:
a) Tone
Diagnosis antonio uteri ditegakan setelah bayi lahir dan plasenta lahir dan ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpul serta pada palpasi didapatkan fundus
uteri masih setinggi pusat atas lebih, kontraksi uterus lembek. Antonio uteri
disebabkan akibat partus cepat, persalinan karena induksi oksitoksin pada kelahiran
sebelumnya.
b) Tissue
Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut retensio
plasenta. Sisa plasenta disebabkann karena kotiledon atau selaput ketuban tersisa.
c) Trauma
Trauma persalinan menyebabkan laserasi atau hematoma sehingga dapat
menyebabkan perdarahan post partum. Trauma dapat disebabkan karena episiotomi
yang melebar, ruptur uteri, robekan pada perineum, vagina dan serviks.d) Thrombin
Thrombin karena gangguan pembekuan darah. Pada pembekuan darah akan terjadi
perdarahan setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul hematoma
pada bekas jahitan.
3. Patofisiologi PPH
Sewaktu sebagian plasenta ( satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan Secara
normal, setelah bayi lahir uterus akan mengecil secara mendadak dan akan berkontraksi
untuk melahirkan plasenta, menghentikan perdarahan yang terjadi pada bekas insersi
plasenta dengan menjepit pembuluh darah pada tempat tersebut. Apabila mekanisme ini
tidak terjadi atau terdapat sesuatu yang menghambat mekanisme ini ( adanya sisa
plasenta, selaput ketuban yang tertinggal dan bekuan darah ) akan terjadi perdarahan
akibat lumen pembuluh darah akibat bekas insersi plasenta tidak tertutup atau tertutup
tidak optimal. Sisa plasenta diduga bila kala III berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada
saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri
eksternum pada saat kontraski rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit
( saiffudin, 2006)
4. Tanda dan gejala PPH
Tanda dan Gejala Menurut Nurarif & Kusuma (2015) ada beberapa tanda dan gejala
yaitu:
a. Atonia uteri
Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera
setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul :
syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah,
mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir segerasetelah bayi
lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik.Gejala yang kadang-kadang timbul : pucat,
lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada : plesenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahansegera,
kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang timbul : uterus berkontraksi
baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala
yang kadang timbul : syok neurogenik dan pucat.
5. Manifestasi klinis
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yangbanyak
(>500 ml), nadi cepat, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan
dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual
(Rukiyah, 2010).
6. Komplikasi PPH
Komplikasi hemoragi pasca partum ada dua, yakni segera atau tertunda. Syok
hemoragi (hipovolemik) dan kematian dapat terjadi akibat perdarahan yang tiba-tiba dan
perdarahan berlebihan. Komplikasi yang tertunda , yang timbul akibat hemoragi
pascapartum mencakup anemia, infeksi puerperal, dan tromboembolisme. ( Bobak, 2005)
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Sarwono (2015) dan Pratiwi dkk (2016) penatalaskanan pada saat terjadi
komplikasi perdarahan secara umum yaitu:
a) Dilatasi dan kuretase sesuai indikasi
b) Perbaikan laserasI
c) Ketat dalam intake dan output
d) Pengeluaran plasenta secara manual
e) Terapi oksigen sesuai indikasi
f) Histerektomi
g) Memberikan pengobatan yang efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas
(antibiotik).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan perdarahan post partum (Amin Huda, dkk, 2013 )
adalah :
a) Resusitasi Cairan
Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar, baik normal
salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses Intravena perifer. NS
merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan dan
kompatoilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfuse darah. Resiko terjadinya
asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan perdarahan post partum. Bila
dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 l), dapat dipertimbangkan
penggunaan cairan Ringer Laktat.
b) Transfuse Darah
Transfuse darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan
diperkirakan akan melebihi 2.000 ml atau keadaan klinis pasien menunjukan tanda-
tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.
B. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki kebutuhan yang menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologi: kebutuhan rasa
aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri,
serta kebutuhan aktualisasi diri (Uliyah & Hidayat, 2011)
1. Kebutuhan Fisiologis Merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia, antara lain
pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan),
eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang
dimaksud adalah aman yang dimaksud adalah aman pada berbagai aspek,baik fisiologis
maupun psikologis.
3. Kebutuhan rasa cinta Yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain
memberi serta menerima kasih sayang, kehangatan, dan persahabatan ; mendapat tempat
dalam keluarga serta kelompok sosial dan lain-lain.
4. Kebutuhan akan Harga Diri Maupun perasaan dihargai oleh orang lain, terkaitdengan
keinginan untuk mendapatkan kekuatan serta meraih prestasi, rasa percaya diri, dan
kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki maslow,
berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai profesi
diri sepenuhnya.
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada data ibu
saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang memadai
(misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau penampilan. Perawat juga perlu
mengkaji beberapa faktor komplikasi yang memperburuk status nutrisi, seperti
kehilangan darah yang berlebih saat persalinan.
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan menanyakan apa yang dapat
dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di rumah sakit. Ibu
mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah persalinan.
f. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post
partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues”
ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang insomnia.
Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari
pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini berlangsung lebih lama dari
beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi nonfungsional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus
diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan pada semua data
pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada penyakit
otosklerosis sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia(2017), antara
lain :
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan, luka pasca operasi
c. Resiko penurunan curah jantung b/d Perubahan preload
d. Resiko infeksi b/d porte de entre, (luka episiotomi, robekan serviks, robekan
perinium)
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
meningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan
komunitas. (PPNI 2017). Berdasarkan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan
maka berikut intervensi :
membaik Terapeutik :
5. Evaluasi
Menurut Bobak (2004), evaluasi kemajuan dan hasil akhir dari perawatan yang
telah dilakukan harus terus dilakukan sepanjang tahap keempat persalinan. Perawat
mengkaji pemulihan fisiologis kehamilan dan persalinan, demikian pula
perkembangan hubungan antara orang tua dengan anak dalam keluarga yang baru.
Penilaian secara klinis pada faktor-faktor tertentu perlu dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana ketercapaian hasil akhir dari perawatan yang telah dilakukan, faktor-
faktor tersebut antara lain:
a. Tetap bebas dari infeksi
b. Tetap merasa nyaman dan bebas dari cedera.
c. Memiliki pengetahuan yang adekuat tentang perawatan payudara, baik pada ibu
menyusui maupun ibu tidak menyusui.
d. Menunjukkan kepercayaan diri bahwa ia (keluarga) dapat memberikan perawatan
yang sangat diperlukan bayi baru lahir.
e. Melindungi kesehatan kehamilan berikutnya dan kesehatan anak-anak. Apabila
dalam proses pengkajian ditemukan hasil akhir kurang atau tidak sesuai dengan yang
diharapkan maka, perlu dilakukan pengkajian, perencanaan dan perawatan lebih
lanjut untuk memberi perawatan yang tepat kepada ibu post partum dan keluarganya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Perdarahan pasca persalinana adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi
setelah bayi lahir. perdarahan primer ( perdarahan pasca persalinan dini ) terjadi dalam 24
jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder ( perdarahan masa nifas ). Perdarahan
postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah persalinan
pervaginam. Dalam asuhan keperawatan, pengkajian yang diberikan pada klien dengan
Perdarahan postpartum lebih di klasifikasikan menjadi 2 yaitu perdarahan postpartum primer
dan perdarahan postpartum sekunder dengan masalah keperawatan yang muncul berupa
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume secara aktif akibat
perdarahan. Ganguan rasa aman nyaman : Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif, Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan, luka pasca operasi, Resiko
penurunan curah jantung b/d Perubahan preload , berkurangnya jumlah cairan intravena, Resiko
infeksi b/d porte de entre, (luka episiotomi, robekan serviks, robekan perinium) dengan
adanya masalah masalah keperawatan diatas, perawat mampu merencanakan dan
memberikan tindakan mandiri keperawatan secara optimal. Sehingga masalah masalah
keperawatan teratasi dengan hasil yang memuaskan.
B. Saran
1. Diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan diatas, dan dapat
mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan haemoragic post partum
2. Diharapakan agar terus menambah wawasan khususnya dalam bidang keperawatan
3. Diharapakan dapat memberikan masukan, baik dalam proses penyusunan maupun
dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan makalah
kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
Astikawati, R., & Dewi, E. K. (2017). Kasus Penyakit Kritis, Komplikasi & Kedaruratan.
Jakarta : Erlangga
Josep, HK & Nugroho, M, S. (2010). Catatan Kuliah Ginekologi & Obstetri (Obsgyn).
Jogjakarta : Nuha Medika
Simanjutak, Leo (2020). Perdarahan post partum (pasca salin). Fakultas Kedokteran
Suarni, Lisa & Apriyani, Heni. (2017). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka
Panasea
Uliyah, M., & Hidayat, A. A. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.