PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
proses persalinan. Hampir 99% dari keseluruhan kasus mortalitas ibu yang
kematian ibu, terhitung lebih dari seperempat (27%) kematian dalam distribusi
global. Proporsi kematian ibu lainnya disebabkan secara tidak langsung oleh
Penelitian dari 417 dataset dari 115 negara sekitar 73% dari semua
kematian ibu antara 2003 dan 2009 adalah karena penyebab obstetrik langsung dan
10,7% kematian ibu. Prevalensi kematian ibu tertinggi yang disebabkan oleh
dengan prevalensi 29,9% dari total kasus. Kejadian perdarahan postpartum sekitar
dikarenakan sebagian besar negara di Asia Tenggara adalah negara yang sedang
berkembang.
Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar. Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia sebesar 190 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih sangat
jauh dibandingkan dengan Singapura yang hanya mencapai 3 per 100.000 kelahiran
hidup.
2015, AKI di Indonesia masih pada posisi 305 per 100.000 kelahiran. Target global
100.000 kelahiran. Kasus kematian pada ibu utamanya disebabkan oleh perdarahan
37%, infeksi 22%, dan tekanan darah tinggi saat kehamilan 14%.
Massa Tubuh (IMT) dan paritas. Perdarahan postpartum lebih sering terjadi pada
ibu yang kelebihan berat badan. Ada peningkatan risiko untuk terjadi perdarahan
postpartum pada ibu dengan IMT >25. Prevalensi kejadian perdarahan postpartum
juga meningkat pada wanita multipara. Semakin banyak paritas, semakin tinggi
adalah berat lahir neonatal dan anemia. Berat lahir bayi juga memberikan
dengan berat lahir >4000 gram meningkatkan terjadinya komplikasi ibu termasuk
perdarahan postpartum. Ibu dengan anemia memiliki 4 kali risiko untuk terjadi
pengaruh utama terjadinya perdarahan postpartum dengan risiko sebesar 7,2 kali.
Selama kehamilan faktor risiko yang diidentifikasi adalah usia dan jarak
Sementara itu, jarak kelahiran yang terlalu pendek dan panjang dapat meningkatkan
langsung pada otot rahim dan faktor kelelahan pada otot miometrium sehingga
B. Rumusan Masalah
dari penelitian ini sebagai berikut “Apa saja penyebab tidak langsung yang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
c. Diketahui hubungan usia, paritas, jarak kelahiran, anemia, IMT, berat lahir,
postpartum
postpartum
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pendarahan Postpartum
A. Definisi
lebih setelah kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan
dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi
hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam
terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan
menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir,
oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang
C. Etiologi
kelompok utama :
masih ada dan mencapai 500-1000 cc, tinggi fundus uteri masih setinggi
bagian plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Bagian plasenta yang
terus sampai sisa organ tersebut terlepas serta dikeluarkan (Oxorn, 2010).
adalah plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang, dan
abruption placenta, retensio janin-mati yang lama di dalam rahim, dan pada
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro,
2012)
F. Penatalaksanaan
pada kasus perdarahan yang sulit diatasi atau perdarahan tetap terkait trauma.
G. Pencegahan
pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan. Akan tetapi,
2014).
segera setelah bayi lahir, peregangan tali pusat terkendali, dan melahirkan
plasenta. Setiap komponen dalam manajemen aktif kala III mempunyai peran
Peregangan tali pusat terkendali harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih 18 dalam menangani persalinan. Penarikan tali pusat lebih awal yaitu
kurang dari satu menit setelah bayi lahir tidak disarankan (WHO, 2012).
H. Faktor Predisposisi
1) Usia
2) Paritas
viabilitas dan telah dilahirkan. Primipara adalah seorang yang telah pernah
melahirkan satu kali satu janin atau lebih yang telah mencapai batas
lebih besar jika wanita yang 23 bersangkutan melahirkan satu janin, janin
kembar, atau janin kembar lima, juga tidak lebih rendah jika janinnya lahir
mati. Uterus yang telah melahirkan banyak anak, cenderung bekerja tidak
4) Riwayat persalinan
persalinan sulit atau lama, janin besar, infeksi dan pernah mengalami
5) Bayi makrosomia
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000 gram.
regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat menimbulkan
6) Kehamilan ganda
perdarahan yang berasal dari letak plasenta akibat ketidak mampuan uterus
A. Sepsis Neonatorum
Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) adalah infeksi aliran darah yang bersifat
invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,
cairan sum-sum tulang atau air kemih yang terjadi pada bulan pertama kehidupan
istilah dan definisi di bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok BBL
dan penyakit anak (Cunningham et al., 2012). Istilah atau definisi tersebut antara
Respons Syndrome - SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus,
gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ lain (seperti gangguan
c. Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun telah
d. Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
2. Faktor resiko
Menurut Kosim (2014), pada sepsis awitan dini faktor resiko dikelompokkan menjadi
: a. Faktor Ibu :
3) Korioamnionitis.
b. Faktor Bayi :
1) Asfiksia perinatal.
4) Kelainan bawaan.
Semua faktor di atas sering dijumpai dalam praktik sehari-hari dan sampai saat ini
masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Hal ini merupakan salah satu faktor
penyebab mengapa angka kejadian sepsis neonatal tidak banyak mengalami
Neonatorum Awitan Dini (SNAD) dan Sepsis Neonatorum Awitan Lanjut (SNAL).
Pada awitan dini kelainan ditemukan pada hari-hari pertama kehidupan (umur
dibawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi
yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran. Berlainan dengan kelompok
berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah hari ke-3 lahir. Proses infeksi
semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk
didalamnya ada infeksi nosokomial. Selain perbedaan waktu paparan kuman, kedua
bentuk infeksi juga berbeda dalam macam kuman penyebab infeksi. Selanjutnya
berbeda dan sesuai dengan perjalanan sepsisnya dikenal dengan cascade sepsis
(Kosim, 2014).
Streptokokus Group B (GBS), bakteri usus Gram negatif, terutama Escherisia coli,
diberikan tanpa menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak
spesifik dengan diagnosis banding yang sangat luas, termasuk gangguan napas,
plasenta, selaput amnion, khorion, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan
melalui berbagai jalan yaitu salah satunya pada ketuban pecah, paparan kuman
yang berasal dari vagina akan lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini
kuman vagina masuk ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi kuman
pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban pecah lebih dari 18-24
a. Sepsis dini : terjadi pada 0-3 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok,
organisme penyebab penyakit didapat dari intra partum, atau melalui saluran
genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal.
Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti Treponema, Virus, Listeria dan
selaput ketuban, mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asendens dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan
teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab
bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu
melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring,
konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses
infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang
berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi.
Insiden syok septik 0,1-0,4% dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan
saraf.
b. Sepsis lambat : umumnya terjadi setelah bayi berumur 4 hari atau lebih mudah
meningitis, termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital
ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi
mortalitas 10-20%namun pada bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah
terdahulu, diagnosis sepsis neonatal sulit karena gambaran klinis pasien tidak
spesifik. Gejala sepsis klasik yang ditemukan pada anak lebih besar jarang
ditemukan pada BBL. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak berbeda dengan gejala
penyakit non infeksi berat pada BBL. Selain itu tidak ada satupun pemeriksaan
penunjang yang dapat dipakai sebagai pegangan tunggal dalam diagnosis pasti
a. Faktor risiko
b. Gambaran klinik
c. Pemeriksaan penunjang
salah satu faktor saja tidak mungkin dipakai sebagai pegangan dalam menegakkan
diagnosis pasien. Faktor risiko sepsis dapat bervariasi tergantung awitan sepsis
yang diderita pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama
melakukan elaborasi lebih lanjut sepsis neonatal. Berlainan dengan sepsis awitan
dini, pada pasien awitan lambat, infeksi terjadi karena sumber infeksi yang
Inggris, pemeriksaan cara ini telah dilakukan pada semua fasilitas laboratorium
Selain manfaat untuk deteksi dini, Polymerase Chain Reaction (PCR) mempunyai
2014)
perifer lengkap, hitung jenis, dan biakan darah. Pada umumnya ditemukan
bahwa adanya satu tanda klinis yang sesuai dengan infeksi disertai nilai CRP >10
mg/dl cukup untuk menegakkan diagnosis sepsis awitan dini dan sepsis awitan
yang seragam pada sepsis, beberapa peneliti menggabungkan antara nilai CRP>10
mg/dl dengan rasio neutrofil imatur terhadap netrofil total (IT ratio) ≥0,25 sebagai
(Kosim, 2014).
diperhatikan pula resistensi kuman. Segera setelah didapatkan hasil kultur darah,
jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola
mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman gram positif ataupun gram
4. Susunan syaraf pusat: bila kejang beri Fenobarbital (20mg/kg loading dose) dan
metabolik dengan bikarbonat dan cairan. Pada saat ini imunoterapi telah
menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas pada infeksi bayi baru lahir.
selang setiap penderita, memastikan pakaian perawat dan residen bersih. Jumlah
staf perawat yang cukup, penghindaran keadaan penuh sesak (Behrman, 2015).
yang biasa digunakan termasuk penelitian perluasan kolonisasi pada bayi dan
antimikroba. Perawatan tali pusat, sterilisasi peralatan, dan pencucian tangan adalah
hal yang sangat penting, sedang jas praktek tidak secara konsisten selalu
PENUTUP
1. Kesimpulan
setelah kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari
kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai,
kepala janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang
Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2014).
menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun
merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini
2. Saran
luaran janin yang dikandung. Menjaga agar kehamilan tetap sehat dapat dilakukan
dengan disiplin dalam program antenatal care dan menerapkan anjuran atau edukasi
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan medis seperti perawat, bidan
dan dokter
DAFTAR PUSTAKA
melahirkan-55764.html
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3378/5/Chapter%202.pdf
Ristanti AD. The Correlation Between Parity and Baby Weight to The Incidence of
Nugroho T. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.