K DENGAN PENDARAHAN DI
RSD DOLOK SANGGUL TAHUN 2024
KATAPENGANTAR
Puji dan syukuratas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nyalah sehinga bisa menyelesaikan tentang ASUHAN
KEPERAWATAN dengan jugul PENDARAHAN POST PARTUM. Saya
menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini,saya
berharap pembaca mau berkontribusi dalam penyempumpurnaan Asuhan
Keperawatan ini. Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam laporan kegiatan kunjungan berikutnya dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitasnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Perdarahan Post Partum 4
2.2 Etiologi 4
2.3 Patofisiologi 5
2.4 Tanda dan Gejala 8
2.5 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 8
2.6 Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum 10
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN DASAR 24
3.1.1 Pengkajian keperawatan 24
3.2 ANALISA DATA 28
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 29
3.4 RENCANA KEPERAWATAN 30
3.5 CATATAN PERKEMBANGAN 32
BAB I
PENDAHULUAN
1
menghambat penutupan pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan yang banyak.
2
kejadian perdarahan post partum, semakin rendah Hb maka kejadian retensio plasenta
semakin tinggi (Sunarno, Setyowati, & Budiati, 2014).
Penatalaksanaan keperawatan pada perdarahan post partum yaitu pemasangan infus,
memantau perdarahan, menghentikan perdarahan, pantau tanda-tanda vital, pertahankan
bedrest selama perdarahan, kolaborasi pengontrolan obat pengontrol perdarahan.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus).
(Kemenkes RI, 2019)
Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi lampung penyebab utama kematian ibu di
lampung pada tahun 2013 terbesar adalah pendarahan sebesar 31%, eklamsi sebesar
29%, partus lama 0,63%, infeksi 6%, aborsi
1%, dan lain-lain 33%. (Renstra Dinkes Provinsi Lampung 2015-2019).
3
perdarahan post partum jika tidak ditangani segera cepat dapat terjadi anemia yang
menyebabkan rendahnya kemampuan sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan
oksigen. Rumusan masalah Laporan Tugas Akhir ini memberikan gambaran Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sirkulasi Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap
Ny.K Di Ruang Kebidanan RSD Dolok Sanggul
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500- 600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua
bagian : (Amru sofian)
1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan post partum seunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
2.2 Etiologi
Menurut (Astikawati & Dewi , 2017) secara etiologi perdarahan post partum lebih
diingat oleh 4T, yaitu :
a. Tone
5
lahir dan ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpul serta pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih, kontraksi uterus lembek. Antonio
uteri disebabkan akibat partus cepat, persalinan karena induksi oksitosin pada kelahiran
sebelumnya.
b. Tissue
Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebabkan
retensio plasenta. Sisa plasenta disebabkan karena kotiledon atau selaput ketuban tersisa.
c. Trauma
d.Thrombin
Thrombin karena gangguan pembekuan darah. Pada pembekuan darah akan terjadi
perdarahan setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul hematoma
pada bekas jahitan.
2.3 Patofisiologi
Setelah bayi lahir ibu akan mengalami ansietas yang dimana terdapat anggota baru,
pada saat post partum ibu akan involusi uteri yaitu kembalinya rahim kesemula yang
mengakibatkan kontraksi uterus lambat sehingga terjadi atonia uteri setelah bayi dan
plasenta lagir akan mengalami robekan pada jalan lahir yang dapat menyebabkan
perdarahan dan nyeri yang timbul akan menyebabkan volume cairan turun sehingga
ketidakefektifan perfusi perifer. Volume cairan turun menyebabkan anemia yang dimana
oksigen dan hb menurun yang dapat timbul hipoksia dimana keadaan kelemahan umum
yang dapat
6
menyebabkan defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktifitas.
Hiposia yang mengakibatkan penurunan nadi dan tekanan darah menyebabkan
kekurangan volume cairan dan risiko syok yang diakibatkan hipovolemia. Pada masa
post partum ibu akan mengalami perdarahan, jika serciks dan vagina tidak mendapatkan
perawatan maka post de entry kuman dimana kuman dapat masuk sehingga timbul
risiko infeksi maka perlu perawatan perinium secara teratur.
7
Gambar 2.1
Pathway perdarahan post partum
Pelepasana jaringan
Kontraksi uterus lambat
endometrium Serviks dan vagina
Invasi bakteri
Perdarahan Nyeri
8
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang terdapat pada patofisiologi dan pathway yaitu kontraksi uterus
yang melambat dan lembek setelah bayi lahir yang mengakibatkan perdarahan. Bayi lahir
mengakibatkan robekan pada jalan lahir sehingga dapat mengakibatkan perdarahan
segera, plasenta baik, kadang timbul pucat, lemah, menggigil. Pada retensio plasenta,
plasenta belum lahir 30 menit perdarahan segera, tali pusat putus akibat tarikan.
Tertinggalnya plasenta mengakibatkan perdarahan segera, uterus berkontraksi dan tinggi
fundus tidak berkurang. Inversio uterus tidak teraba, perdarahan segera, pucat dan nyeri
sedikit atau berat (Nurarif & Kusuma, 2015).
Gambar 2.2
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow
9
Berdasarkan teori Abraham Maslow diatas, pada pasien dengan kasus Perdarahan Post
Partum mengalami gangguan kebutuan dasar yaitu kebutuhan fisiologis atau gangguan
sirkulasi yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis (physiologic needs). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas
tertinggi dalam hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan
makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan
hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :
a) kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
c) kebutuhan makanan
g) kebutuhan seksual
Pada pasien dengan kasus perdarahan post partum kebutuhan dasar yang terganggu
yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit, pada pasien dengan kasus perdarahan post partum
membutuhkan cairan dalam jumlah proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis
tubuh. Sebab, cairan tubuh terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan
organik dan anorganik. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkat zat
makanan kedalam sel, sisa metabolisme sebagai pelarut elektrolit dan
10
non elektrolit, memelihara suhu tubuh dan mempermudah eliminasi dan membantu
pencernaan.
2. Diagnosa keperawatan
11
Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan Pada Kasus perdarahan post partum
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016)
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah semua penanganan yang didasarkan pada penilaian dan
keilmuan pada tatanan klinik, dimana perawat melakukan tindakan untuk meningkatkan
hasil/outcome klien (Bulechek, 2013).
Rencana keperawatan pada kasus perdarahan post partum menurut standar intervensi
keperawatan indonesia (SIKI) dengan luaran menurut standar luaran keperawatan
indonesia (SLKI) terdapat pada tabel 2.2
12
Tabel 2.2
Rencana keperawatan Perdarahan Post Partum
15
- Catat intake-output dan hitung balans cairan 24
jam
13
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
14
1 2 3
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Risiko Syok Tingkat Syok Manajemen Hipovolemia
- Tidak ada penurunan tekanan nadi Observasi
- Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
- Tidak ada penurunan tekanan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
darah diastolik lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
16
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
15
1 2 3
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
Kekurangan volume cairan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
- Tekanan darah normal Observasi
- Frekuensi nadi normal - Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi
- Turgor kulit elastis nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
16
1 2 3
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(mis.Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia)
Teraupetik
- Catat intake-output dan hitung balans cairan
24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol Observasi
- Mengatasi nyeri tanpa analgetik - Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Tidak mengeluh nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
17
1 2 3
Memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
18
1 2 3
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas
- Perilaku gelisah berkurang Observasi
- Frekuensi pernafasan normal - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Frekuensi nadi normal (mis. Kondisi, waktu, stresor)
- Wajah tidak tegang lagi - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
19
1 2 3
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
Teraupetik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
21
20
1 2 3
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
21
1 2 3
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
- Tidak ada kemerahan Observasi
- Nyeri berkurang - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
- Tidak ada demam dan sistematik
- Tidak ada luka yang berbau busuk Teraupetik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
22
1 2 3
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Defisit Perawatan Diri Perawatan diri Dukungan Perawatan Diri
- Kemampuan mandi secara madiri Observasi
- Kemampuan mengenakan pakaian - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
- Kemampuan makan secara mandiri sesuai asia
23
1 2 3
- Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
24
A. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan
interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan
dan bagaimana respon pasien, pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan
hambatan karena hampir semua pelaksanaan dilakukan oleh penulis, yang bekerja sama
dengan keluarga maupun perawat (Bararah & Jauhar, 2013).
B. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yag
tampil. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Tahap evaluasi merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya (Suarni & Apriyani, 2017).
25
BAB III
LAPORAN KASUS
2. Riwayat kesehatan sekarang : Klien datang ke RSD Dolok Sanggul pada jam
11.40 WIB pada tanggal 22 februari 2024 dan klien langsung dirawat di ruang
kebidanan RSD Dolok Sanggul . Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22
februari 2024 di ruang kebidanan RSD Dolok Sanggul Klien masuk dengan
keluhan klien lemas sejak kurang lebih 11 jam setelah melahirkan di klinik dibantu
dengan bidan. pada saat di usg terdapat sisa plasenta yang tertinggal dirahim dan
keluar darah didaerah vagina dengan jumlah 600-700 ml/24 jam. Hasil
pemeriksaan laboratorium hemoglobin klien 7 gr/dl, lalu klien akan dilakukan
tindakan currate jika hb klien sudah membaik, klien tampak cemas dan gelisah.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi :
80x/menit, Pernapasan: 20x/menit, Suhu : 36,5 C.
26
3.1.1Pengkajian keperawatan
1. Penampilan umum
kesadaran klien komposmentis (sadar penuh), klien cemas, terlihat gelisah, tidak
ada sianosis, akral klien teraba dingin, turgor kulit menurun, tidak ada riwayat
hipertensi, tidak ada diabetes melitus, tidak ada riwayat hipertiroid, berat badan
klien 52 kg dan tinggi badan 155 cm, tidak ada obesitas, tidak kurus, berat badan
ideal ( 150-100-10%= 49,5) tidak ada riwayat merokok, tidak ada riwayat
pembedahan, dan tidak ada edema.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5 C
Hemoglobin : 7 gr/dl
2. Pengkajian respirasi
Saat pengkajian dilakukan pernapasan klien 20x/menit, tidak ada dispnoe, tidak
ada batuk, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada sputum, kesadaran klien tidak
menurun, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan.
3. Pengkajian sirkulasi
Saat pengkajian klien tampak kelelahan, pengisian kapiler > 3 detik, nadi klien
80x/menit, peningkatan berat badan dari sebelum hamil sampai melahirkan yaitu
dari 48 kg sampai 52 kg. pengisian kapiler >3 detik, tidak terdapat distensi vena
jugularis, tidak palpitasi, tidak takikardi, tidak oliguria, tidak parestesia, ataupun
tidak ada penyembuhan luka yang lambat, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun.
27
5. Pengkajian eliminasi
Berdasarkan hasil pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada eliminasi,
Buang Air Besar dan Buang Air kecil klien normal dengan frekuensi Buang Air
kecil (3-4 kali/hari) dan Buang Air Besar (1 kali/hari) dengan volume urin 600ml
dan berwarna kuning jernih dan Bab dengan konsistensi padat berwarna kuning.
7. Pengkajian neurosensori
Berdasarkan hasil pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada fungsi
neurosensori, tidak mengalami gangguan kesulitan menelan, tidak batuk, tidak
hematemesis, tidak menelan berulang-ulang.
28
gatal dan klien tidak menarik diri maupun iratabilitas.
29
3.2 ANALISA DATA
Tabel 3.2
Ds :
- Klien mengeluh lemah
Do :
- Pengisian kapiler >3 Perfusi Perifer Tidak Efektif Penurunan konsentrasi hemoglobin
detik
- Akral teraba dingin
- Warna kulit
tampak pucat
Ds : -
Risiko syok Perdarahan
Do : -
DS :
- Klien mengeluh tidak
nyaman
- Klien mengeluh nyeri
pada jalan lahir
Do : Ketidaknyamanan pasca partum
- Tampak meringis Involusi uterus
- Terdapat
luka
episiotomi
- Terdapat kontraksi
30
uterus
Diagnosa pada teori (Nurarif dan Kusuma 2015) diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu : perfusi perifer tidak
efektif, risiko syok, kekurangan volume cairan, nyeri akut, ansietas, risiko infeksi dan defisit perawatan diri. Sedangkan
penulis hanya menegakkan 3 diagnosa sesuai data hasil pengkajian pada pasien Ny. K yaitu :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Risiko syok ditandai dengan perdarahan
3. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan involusi uterus
31
3.4 RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.3
32
1 2 3
- Akral tidak dingin - Monitor intake dan output
- Akral tidak pucat cairan Teraupetik
- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis ( mis: NaCI, RL)
Ketidaknyamanan pasca partum Setelah dilakukan intervensi 3 kali 24 jam Manajemen nyeri
berhubungan dengan involusi status kenyamanan pasca partum membaik Observasi
uterus dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Keluhan tidak nyaman menurun durasi, frekuensi, kualitas,
- Luka episiotomi membaik intensitas nyeri
- Tidak Meringis dan tidak menangis - Identifikasi skala nyeri
1-10 Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(napas
dalam)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
33
3.5 CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 3.4
34
1 2
Dx kep no 2 Tanggal 22 februari 2024
Jam 15:00
Manajemen hipovolemia S:
- Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi - Klien mengatakan keluar darah dari vagina
teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor sudah berkurang, (± 1,5 gelas air mineral yang
kuliit menurun, plastik)
membrane mukosa kering, lemah) - 3
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( RL)
35
1 2 3
Dx kep no 3 Tanggal 22 februari 2024 Tanggal 22 februari 2024
Jam 15:00 Jam 19:00
Manajemen nyeri S:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, - Klien mengatakan nyeri dibagian jalan lahir
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Klien mengeluh tidak nyaman di vaginanya karna perdarahan
nyeri
- Identifikasi skala nyeri 1-10 O:
- Berikan teknik nonfarmakologis - Klien tampak meringis
untuk mengurangi rasa nyeri (napas - Skala nyeri 5 (0-10)
dalam) - Klien tampak menangis
- Fasilitasi istirahat dan tidur - Klien mengalami perdarahan
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri A : Masalah belum teratasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis P : Lanjutkan intervensi
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik - Identifikasi skala nyeri 1-10
1. Cefotaxim 2x1 - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Oxytosin 2 ampul 20 tpm (napas dalam)
3. Kalnex 250 mg - Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Infus Rl 20 tpm - Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (latih napas dalam)
- Kolaborasi pemberian analgetik
36
Catatan perkembangan hari kedua
1 2 3
Dx kep no 1 Tanggal 23 februari 2024 Tanggal 22 februari 2024
Jam 10:00 Jam 15:00
Manajemen cairan S:
- Memeriksa status nadi, - Klien mengatakan masih merasa
kelembapan mukosa, tekanan darah lemah O :
- Memonitor hasil pemeriksaan - Akral sedikit teraba dingin
laboratorium hemoglobin - Warna kulit sedikit tampak pucat
- Memberikan cairan intravena - Hemoglobin : 9 g/dl
(tranfusi 500 cc) - Tranfusi darah sebanyak 500 cc yang
- Memberikan asupan cairan oral masuk kedalam tubuh klien
- TD : 110/80 mmHg
37
1 2 3
Dx kep no 2 Tanggal 23 februari 2024 Tanggal 23 februari 2024
Jam 09:00 Jam 12:00
Manajemen hipovolemia
S:
- Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia - Klien mengatakan keluar darah dari vagina sudah
(nadi teraba lemah, tekanan berkurang, (± 1,5 gelas air mineral yang plastik)
darah
menurun, turgor kuliit menurun,
membrane mukosa kering, lemah) O :
- Memberikan asupan cairan oral - Darah yang keluar kurang lebih 1,5 gelas air mineral
- Mengkolaborasi pemberian cairan IV (300cc)
isotonis (RL) - TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 82x/ menit
- Suhu : 36,5 c
- Pernapasan : 20x/ menit
- Klien mengalami perdarahan
38
1 2 3
Dx kep no 3 Tanggal 23 februari 2024 Tanggal 23 februari 2024
Jam 09:00 Jam 12:00
Manajemen nyeri S:
- Mengidentifikasi skala nyeri 1-10 - Klien mengatakan sedikit nyeri dibagian jalan lahir
- Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (napas O:
dalam) - Klien sedikit tampak meringis
- Mengkolaborasi pemberian analgetik - Skala nyeri 2 (0-10)
1.Cefotaxim 2x1 - Klien mampu melakukan nafas dalam
2. Oxytosin 2 ampul 20 tpm
3. Kalnex 250 mg A : Masalah teratasi sebagian
4. Infus Rl 20 tpm P : Lanjutkan intervensi
39
Catatan perkembangan hari ketiga
1 2 3
Dx kep no 1 Tanggal 24 februari 2024 Tanggal 24 februari 2024
Jam 09:00 Jam 12:00
Manajemen cairan S:
- Memonitor hasil - Klien mengatakan keadaannya sudah membaik
pemeriksaan laboratorium O:
(hemoglobin) - Hemoglobin : 11 g/dl
- Memberikan cairan intravena (Infus RL
20 tpm) A: Masalah teratasi
- Memberikan asupan cairan P : Lanjutkan intervensi pasien lakukan tindakan currate
Manajemen hipovolemia S:
- Klien mengatakan tidak keluar darah lagi
- Memberikan asupan cairan oral dari pervagina
- Mengkolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (RL) O:
- Klien tidak lemah lagi
- TD : 110/70 mmHg
40
41