Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

K DENGAN PENDARAHAN DI
RSD DOLOK SANGGUL TAHUN 2024

Disusun Oleh:Udur Marlina Gultom


Dosen Pembimbing: Imelda Purba Skep,ns

PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN KESEHATAN BARU JALAN BUKIT
SIPALAKKI DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2024

KATAPENGANTAR
Puji dan syukuratas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nyalah sehinga bisa menyelesaikan tentang ASUHAN
KEPERAWATAN dengan jugul PENDARAHAN POST PARTUM. Saya
menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini,saya
berharap pembaca mau berkontribusi dalam penyempumpurnaan Asuhan
Keperawatan ini. Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam laporan kegiatan kunjungan berikutnya dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitasnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Perdarahan Post Partum 4
2.2 Etiologi 4
2.3 Patofisiologi 5
2.4 Tanda dan Gejala 8
2.5 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 8
2.6 Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum 10
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN DASAR 24
3.1.1 Pengkajian keperawatan 24
3.2 ANALISA DATA 28
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 29
3.4 RENCANA KEPERAWATAN 30
3.5 CATATAN PERKEMBANGAN 32
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan masih merupakan masalah
utama dalam bidang obstetri sampai saat ini.
Bersama-sama dengan preeklamsia/eklamsia dan
infeksi merupakan trias penyebab kematian
maternal utama baik dinegara maju maupun
dinegara sedang berkembang. Sejak lama
perdarahan postpartum diartikan sebagai
kehilangan darah 500 ml atau lebih setelah janin
dan plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan
pervaginam atau 100 ml atau lenih pada persalinan
seksio sesarea. Definisi ini dirasakan terlalu
sederhana apabila dikaitkan dengan adanya
pertambahan volume plasma darah yang normal
pada kehamilan yaitu rata-rata sebesar 30-60%
atau 1500-2000 ml selama kehamilan (Jurnal Visi
Eksakta, 2020).

Pada dasarnya perdarahan post partum


terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan
pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat plasenta
terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi,
pembuluh darah yang terbuka akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan
darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya
gangguan retraksi dan kontraksi uterus, akan

1
menghambat penutupan pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan yang banyak.

Tanda dan gejala perdarahan post


partum yaitu: tidak nyaman, terdapat luka
episiotomi, terdapat kontraksi uterus, tekanan
darah meningkat, frekuensi nadi meningkat,
berkeringat berlebih, payudara bengkak.
Bahaya perdarahan post partum jika
tidak ditangani secara cepat dapat terjadi anemia
yang menyebabkan rendahnya kemampuan sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.
Kadar Hemoglobin yang rendah dapat terjadinya
retensio plasenta yang merupakan salah satu
penyebab

2
kejadian perdarahan post partum, semakin rendah Hb maka kejadian retensio plasenta
semakin tinggi (Sunarno, Setyowati, & Budiati, 2014).
Penatalaksanaan keperawatan pada perdarahan post partum yaitu pemasangan infus,
memantau perdarahan, menghentikan perdarahan, pantau tanda-tanda vital, pertahankan
bedrest selama perdarahan, kolaborasi pengontrolan obat pengontrol perdarahan.

Word Health Organitation (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap


harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh
kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan
akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan, setelah persalinan.
Angka kematian ibu (AKI) menggambarkan kesejahteraan masyarakat suatu negara
menurut WHO. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) menurunkan
angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, berbagai
upaya yang telah dilakukan dalam menurunkan AKI dan AKB menjadi 23 per
100.000. Survei Demografis Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2014 angka
kematian ibu masih cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran. Sedangkan penyebab
terbesar kematian adalah perdarahan. (Tambunan, 2018).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus).
(Kemenkes RI, 2019)
Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi lampung penyebab utama kematian ibu di
lampung pada tahun 2013 terbesar adalah pendarahan sebesar 31%, eklamsi sebesar
29%, partus lama 0,63%, infeksi 6%, aborsi
1%, dan lain-lain 33%. (Renstra Dinkes Provinsi Lampung 2015-2019).

1.2 Rumusan Masalah


Survei Demografis Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2014 angka kematian ibu
masih cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran. Sedangkan penyebab terbesar
kematian adalah perdarahan. Bahaya

3
perdarahan post partum jika tidak ditangani segera cepat dapat terjadi anemia yang
menyebabkan rendahnya kemampuan sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan
oksigen. Rumusan masalah Laporan Tugas Akhir ini memberikan gambaran Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sirkulasi Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap
Ny.K Di Ruang Kebidanan RSD Dolok Sanggul

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Memberi gambaran Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sirkulasi Pada Kasus
Perdarahan Post Partum terhadap Ny.K Di Ruang Kebidanan RSD Dolok Sanggul
Tujuan Khusus

Memberikan gambaran asuhan keperawatan tentang :


a. Pengkajian Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sirkulasi Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap Ny.K Di Ruang
Kebidanan RSD Dolok Sanggul
b. Diagnosa Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sirkulasi Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap Ny.K Di Ruang
Kebidanan RSD Dolok Sanggul
c. Rencana Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sirkulasi Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap Ny.K Di Ruang
Kebidanan RSD Dolok Sanggul
d. Implementasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Dengan

Gangguan Sirkulasi Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap Ny.K


Di Ruang Kebidanan RSD Dolok Sanggul.
e. Evaluasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sirkulasi Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap Ny.K Di Ruang
Kebidanan RSD Dolok Sanggul.
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sirkulasi
Pada Kasus Perdarahan Post Partum terhadap Ny.K Di Ruang Kebidanan
RSD Dolok Sanggul.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdarahan Post Partum


A. Pengertian
Sejak lama diartikan sebagai kehilangan darah 500 ml atau lebih setelah janin dan
plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan pervaginam atau 100 ml atau lebih pada
persalinan seksio sesarea. Definisi ini dirasakan terlalu sederhana apabila dikaitkan
dengan adanya pertambahan volume plasma darah yang normal pada kehamilan yaitu
rata-rata sebesar 30-60% atau 1500-2000 ml selama kehamilan. Oleh karna itu
pengukuran kadar hematokrit sangat penting menilai jumlah perdarahan yang terjadi
selain pengukuran secara kwantitatif. Secara umum diterima apabila kadar hematokrit
turun sebesar 3% itu berarti sudah terjadi kehilangan darah sebanyak pertambahan
volume darah kehamilan normal (30-60%) ditambah dengan 500 ml. (Leo
Simanjuntak,2020).

Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500- 600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua
bagian : (Amru sofian)
1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan post partum seunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.

2.2 Etiologi

Menurut (Astikawati & Dewi , 2017) secara etiologi perdarahan post partum lebih
diingat oleh 4T, yaitu :
a. Tone

Diagnosis antonio uteri ditegakkan setelah bayi lahir dan plasenta

5
lahir dan ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpul serta pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih, kontraksi uterus lembek. Antonio
uteri disebabkan akibat partus cepat, persalinan karena induksi oksitosin pada kelahiran
sebelumnya.

b. Tissue

Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebabkan
retensio plasenta. Sisa plasenta disebabkan karena kotiledon atau selaput ketuban tersisa.

c. Trauma

Trauma persalinan menyebabkan laserasi atau hematoma sehingga dapat menyebabkan


perdarahan post partum. Trauma dapat disebabkan karena episiotomi yang melebar,
ruptur uteri, robekan pada perineum vagina serviks.

d.Thrombin

Thrombin karena gangguan pembekuan darah. Pada pembekuan darah akan terjadi
perdarahan setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul hematoma
pada bekas jahitan.

2.3 Patofisiologi
Setelah bayi lahir ibu akan mengalami ansietas yang dimana terdapat anggota baru,
pada saat post partum ibu akan involusi uteri yaitu kembalinya rahim kesemula yang
mengakibatkan kontraksi uterus lambat sehingga terjadi atonia uteri setelah bayi dan
plasenta lagir akan mengalami robekan pada jalan lahir yang dapat menyebabkan
perdarahan dan nyeri yang timbul akan menyebabkan volume cairan turun sehingga
ketidakefektifan perfusi perifer. Volume cairan turun menyebabkan anemia yang dimana
oksigen dan hb menurun yang dapat timbul hipoksia dimana keadaan kelemahan umum
yang dapat

6
menyebabkan defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktifitas.
Hiposia yang mengakibatkan penurunan nadi dan tekanan darah menyebabkan
kekurangan volume cairan dan risiko syok yang diakibatkan hipovolemia. Pada masa
post partum ibu akan mengalami perdarahan, jika serciks dan vagina tidak mendapatkan
perawatan maka post de entry kuman dimana kuman dapat masuk sehingga timbul
risiko infeksi maka perlu perawatan perinium secara teratur.

7
Gambar 2.1
Pathway perdarahan post partum

Post partum/masa nifas Kehadiran anggota baru Ansietas

Involusi uterus Kontraksi uterus Laserasi jalan lahir

Pelepasana jaringan
Kontraksi uterus lambat
endometrium Serviks dan vagina

Atonia uteri Lokhea keluar


Port de entry kuman

Kurang perawatan Risiko infeksi


Robekan jalan lahir

Invasi bakteri

Perdarahan Nyeri

Volume cairan turun Ketidakefektifan


perfusi jaringan
perifer
Anemia akut

Hb, O2 turun Daya tahan tubuh Kuman mudah


menurun masuk

Hipoksia Risiko infeksi

Kelemahan umum Penurunan nadi, Risiko syok


tekanan darah hipovolemi

Defisit perawatan diri


Intoleransi aktivitas
Kekurangan volume cairan

8
2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang terdapat pada patofisiologi dan pathway yaitu kontraksi uterus
yang melambat dan lembek setelah bayi lahir yang mengakibatkan perdarahan. Bayi lahir
mengakibatkan robekan pada jalan lahir sehingga dapat mengakibatkan perdarahan
segera, plasenta baik, kadang timbul pucat, lemah, menggigil. Pada retensio plasenta,
plasenta belum lahir 30 menit perdarahan segera, tali pusat putus akibat tarikan.
Tertinggalnya plasenta mengakibatkan perdarahan segera, uterus berkontraksi dan tinggi
fundus tidak berkurang. Inversio uterus tidak teraba, perdarahan segera, pucat dan nyeri
sedikit atau berat (Nurarif & Kusuma, 2015).

2.5 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Abraham maslow mengemukakan teori Hierarki kebutuhan yang menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologi : kebutuhan rasa
aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga
diri, serta kebutuhan aktualisasi diri (Uliyah & Hidayat, 2011).

Gambar 2.2
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow

9
Berdasarkan teori Abraham Maslow diatas, pada pasien dengan kasus Perdarahan Post
Partum mengalami gangguan kebutuan dasar yaitu kebutuhan fisiologis atau gangguan
sirkulasi yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis (physiologic needs). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas
tertinggi dalam hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan
makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan
hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :
a) kebutuhan oksigen dan pertukaran gas

b) kebutuhan cairan dan elektrolit

c) kebutuhan makanan

d) kebutuhan eliminasi urine dan alvi

e) kebutuhan istirahat dan tidur

f) kebutuhan kesehatan temperature

g) kebutuhan seksual

kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang,


tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.

Pada pasien dengan kasus perdarahan post partum kebutuhan dasar yang terganggu
yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit, pada pasien dengan kasus perdarahan post partum
membutuhkan cairan dalam jumlah proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis
tubuh. Sebab, cairan tubuh terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan
organik dan anorganik. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkat zat
makanan kedalam sel, sisa metabolisme sebagai pelarut elektrolit dan

10
non elektrolit, memelihara suhu tubuh dan mempermudah eliminasi dan membantu
pencernaan.

2.6 Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum

Proses keperawatan adalah pendekatan sistematik dan terorganisir melalui


6 langkah dalam mengenali masalah-masalah klien, namun merupakan suatu metode
pemecahan masalah baik secara episodik maupun linier. Kemudian dapat dirumuskan
diagnosa keperawatannya, dan cara pemecahan masalah. Proses keperawatan merupakan
lima tahapan penyelesaian masalah yang dilaksanakan secara berurutan dan
berkesinambungan: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Suarni & Apriyani, 2017).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi status kesehatan klien. Pengkajian terdiri dari (wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik). Dan berfokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar (Suarni & Apriyani, 2017).

Menurut (Mitayani, 2009) dalam pengkajian pada kasus perdarahan post


partum terdapat hasil pengkajian tentang :
Pengkajian sirkulasi TD/Nadi berubah, akral dingin, pucat. Pengkajian nyeri,
mengeluh nyeri pada pervaginaan, pengkajian ego, pasien cemas, khawatir, dan
perasaan takut. Pengkajian kebersihan diri pasien sulit melakukan kebersihan
diri dan merawat diri.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau


respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. (PPNI, 2016).

11
Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan Pada Kasus perdarahan post partum
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016)

No Data Diagnosa SDKI


1. Pengisian kapiler >3 detik, akral Perfusi perifer tidak efektif
dingin, pucat
2. Perdarahan, Pernapasan cepat Risiko syok
>30x/menit), Hipotensi (sistolik <90
mmHg)
3. Perdarahan, kelemahan Kekurangan volume cairan
4. Mengeluh nyeri pervaginam Nyeri akut
5. Gelisah, tampak bingung Ansietas
6. Luka episiotomi Risiko infeksi
7. Kurang mampu merawat diri Defisit perawatan diri

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah semua penanganan yang didasarkan pada penilaian dan
keilmuan pada tatanan klinik, dimana perawat melakukan tindakan untuk meningkatkan
hasil/outcome klien (Bulechek, 2013).

Rencana keperawatan pada kasus perdarahan post partum menurut standar intervensi
keperawatan indonesia (SIKI) dengan luaran menurut standar luaran keperawatan
indonesia (SLKI) terdapat pada tabel 2.2

12
Tabel 2.2
Rencana keperawatan Perdarahan Post Partum

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 2 3
Perfusi Perifer Tidak Efektif Status sirkulasi : Manajemen Cairan
- Tekanan darah sistolik Observasi
- Tekanan darah diastolik - Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi,
- Tekanan nadi kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
- Tekanan arteri rata-rata kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan

- Pengisian kapiler darah)

- Hipotensiortostatik - Monitor berat badan harian


- Monitor berat badan sebelum dan sesudah
dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia)
Teraupetik

15
- Catat intake-output dan hitung balans cairan 24
jam

13
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan

14
1 2 3
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Risiko Syok Tingkat Syok Manajemen Hipovolemia
- Tidak ada penurunan tekanan nadi Observasi
- Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
- Tidak ada penurunan tekanan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
darah diastolik lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi

- Akral tidak dingin menyempit, turgor kulit menurun, membran

- Akral tidak pucat mukosa kering, volume urin menurun,


hematokrit meningkat, haus lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral

16
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

15
1 2 3
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
Kekurangan volume cairan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
- Tekanan darah normal Observasi
- Frekuensi nadi normal - Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi
- Turgor kulit elastis nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian

- Membran mukosa lembab kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,


tekanan darah)
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah
dialisis

16
1 2 3
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(mis.Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia)
Teraupetik
- Catat intake-output dan hitung balans cairan
24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol Observasi
- Mengatasi nyeri tanpa analgetik - Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Tidak mengeluh nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

- Kemampuan mengenali penyebab nyeri nyeri

- Kemampuan menggunakan teknik non- - Identifikasi skala nyeri

farmakologis - Identifikasi respons nyeri non verbal


- Identifikasi faktor yang memperberat dan

17
1 2 3
Memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

18
1 2 3
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas
- Perilaku gelisah berkurang Observasi
- Frekuensi pernafasan normal - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Frekuensi nadi normal (mis. Kondisi, waktu, stresor)
- Wajah tidak tegang lagi - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

19
1 2 3
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
Teraupetik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang

21
20
1 2 3
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

21
1 2 3
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
- Tidak ada kemerahan Observasi
- Nyeri berkurang - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
- Tidak ada demam dan sistematik
- Tidak ada luka yang berbau busuk Teraupetik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi

22
1 2 3
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Defisit Perawatan Diri Perawatan diri Dukungan Perawatan Diri
- Kemampuan mandi secara madiri Observasi
- Kemampuan mengenakan pakaian - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
- Kemampuan makan secara mandiri sesuai asia

- Kemampuan ke toilet - Monitor tingkat kemandirian

(BAB/BAK) secara mandiri - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan

- Verbalisasi keinginan diri, berpakaian, berhias, dan makan

melakukan perawatan diri Teraupetik

- Minat melakukan perawatan diri - Sediakan lingkungan yang terapeutik

- Mempertahankan kebersihan diri (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)

- Mempertahankan kebersihan mulut - Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum,


sikat gigi, dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri

23
1 2 3
- Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

24
A. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan
interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan
dan bagaimana respon pasien, pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan
hambatan karena hampir semua pelaksanaan dilakukan oleh penulis, yang bekerja sama
dengan keluarga maupun perawat (Bararah & Jauhar, 2013).

B. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yag
tampil. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Tahap evaluasi merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya (Suarni & Apriyani, 2017).

25
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN DASAR


1. Identifikasi
Tanggal pengkajian : 22 februari 2024
Nama inisial klien : Ny. K
Umur : 33 tahun
Alamat : Sijamapolang
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Riwayat kehamilan : P3A0
Diagnosa medis : Perdarahan Post Partum

2. Riwayat kesehatan sekarang : Klien datang ke RSD Dolok Sanggul pada jam
11.40 WIB pada tanggal 22 februari 2024 dan klien langsung dirawat di ruang
kebidanan RSD Dolok Sanggul . Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22
februari 2024 di ruang kebidanan RSD Dolok Sanggul Klien masuk dengan
keluhan klien lemas sejak kurang lebih 11 jam setelah melahirkan di klinik dibantu
dengan bidan. pada saat di usg terdapat sisa plasenta yang tertinggal dirahim dan
keluar darah didaerah vagina dengan jumlah 600-700 ml/24 jam. Hasil
pemeriksaan laboratorium hemoglobin klien 7 gr/dl, lalu klien akan dilakukan
tindakan currate jika hb klien sudah membaik, klien tampak cemas dan gelisah.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi :
80x/menit, Pernapasan: 20x/menit, Suhu : 36,5 C.

3. Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengeluh lemah setelah melahirkan.

26
3.1.1Pengkajian keperawatan
1. Penampilan umum
kesadaran klien komposmentis (sadar penuh), klien cemas, terlihat gelisah, tidak
ada sianosis, akral klien teraba dingin, turgor kulit menurun, tidak ada riwayat
hipertensi, tidak ada diabetes melitus, tidak ada riwayat hipertiroid, berat badan
klien 52 kg dan tinggi badan 155 cm, tidak ada obesitas, tidak kurus, berat badan
ideal ( 150-100-10%= 49,5) tidak ada riwayat merokok, tidak ada riwayat
pembedahan, dan tidak ada edema.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5 C
Hemoglobin : 7 gr/dl

2. Pengkajian respirasi
Saat pengkajian dilakukan pernapasan klien 20x/menit, tidak ada dispnoe, tidak
ada batuk, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada sputum, kesadaran klien tidak
menurun, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan.

3. Pengkajian sirkulasi
Saat pengkajian klien tampak kelelahan, pengisian kapiler > 3 detik, nadi klien
80x/menit, peningkatan berat badan dari sebelum hamil sampai melahirkan yaitu
dari 48 kg sampai 52 kg. pengisian kapiler >3 detik, tidak terdapat distensi vena
jugularis, tidak palpitasi, tidak takikardi, tidak oliguria, tidak parestesia, ataupun
tidak ada penyembuhan luka yang lambat, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun.

4. Pengkajian nutrisi dan cairan


Klien tidak ada masalah dengan gangguan menelan, tidak ada penurunan berat
badan BB > 10% BB normal, tidak ada nyeri abdomen, tidak ada bising usus
meningkat, tidak ada sariawan, tidak diare, tidak haus, tidak ada penurunan nafsu
makan, merasa lemah, kadar Hb/Ht turun Hb saat hamil 12g/dl dan Hb setelah
melahirkan 7g/dl, turgor kulit menurun.

27
5. Pengkajian eliminasi
Berdasarkan hasil pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada eliminasi,
Buang Air Besar dan Buang Air kecil klien normal dengan frekuensi Buang Air
kecil (3-4 kali/hari) dan Buang Air Besar (1 kali/hari) dengan volume urin 600ml
dan berwarna kuning jernih dan Bab dengan konsistensi padat berwarna kuning.

6. Pengkajian aktivitas dan istirahat


Saat pengkajian klien tampak lesu, klien mengatakan badannya terasa lemas,
tampak lemah, klien mengatakan cukup istirahat, klien tidak mengantuk, klien
tidur 7-8 jam/ hari, klien mampu melakukan pergerakan, fisik klien lemah.

7. Pengkajian neurosensori
Berdasarkan hasil pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada fungsi
neurosensori, tidak mengalami gangguan kesulitan menelan, tidak batuk, tidak
hematemesis, tidak menelan berulang-ulang.

8. Pengkajian reproduksi dan seksual


Klien mengatakan tidak ada masalah pada reproduksi dan seksualnya, klien
mengungkapkan tidak ada perubahan pada fungsi, hasrat seksual dan tidak
mengeluh nyeri saat berhubungan seksual ataupun tidak mencari informasi tentang
kemampuan mencapai kepuasan seksual.

9. Pengkajian ibu hamil dan melahirkan


Berdasarkan hasil pengkajian klien mengeluh nyeri saat persalinan,dan cemas pada
proses persalinan.

10. Pengkajian pasca partum


Berdasarkan hasil pengkajian ini adalah anak ketiga (P3A0), klien mengeluh tidak
nyaman, payudara klien tampak membengkak, ASI klien belum keluar. tidak ada
riwayat operasi payudara, tidak ada haemoroid.

11. Pengkajian nyeri dan kenyamanan


Klien mengeluh tidak nyaman, klien mengeluh nyeri pada jalan lahir, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah, tidak diaforesis (keringat dingin), tidak mengalami

28
gatal dan klien tidak menarik diri maupun iratabilitas.

12. Pengkajian psikologis


Berdasarkan hasil pengkajian klien tidak tampak tegang, kontak mata baik, dapat
berkonsentrasi, merasa lemah dan klien menangis dan merasa sedih karna belum
pernah ketemu anaknya dan ia ingin segera pulang agar bisa bertemu dan merawat
anaknya.

13. Pengkajian kebersihan diri


Berdasarkan hasil pengkajian klien tampak tirah baring dan tampak lemah
sehingga klien tak mampu mandi dan membersihkan diri secara mandiri dan klien
mengatakan ingin membersihkan diri terutama pada bagian wajah dan rambut klien
karna sudah tampak kusam dan berantakan.

14. Pengkajian keamanan dan proteksi


Berdasarkan hasil pengkajian klien tidak mengalami kejang dan tidak menggigil,
hb < nilai normal, hb klien 7 g/dl , tidak ada riwayat jatuh, klien tidak mengalami
perubahan karakteristik warna kulit, kulit teraba hangat, klien dilakukan
pemasangan infus intra vena, klien terpasang infus rl 20 tpm.

15. Pemeriksaan Laboratorium


Tabel 3.1
Pemeriksaan laboratorium Ny. K Perdarahan Post Partum

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal perempuan


Hemoglobin 7 gr/dl 12-16 gr/dl
Golongan darah AB+
Glukosa sewaktu 142 100-200 gr/dl

16. Pengobatan terhadap Ny. K


1. Cefotaxim 2x1 (IV)
2. Oxytosin 2 ampul 20 tpm (IV)
3. Kalnex 250 mg (Oral)
4. Infus Rl 20 tpm
5. Transfusi 500 cc

29
3.2 ANALISA DATA
Tabel 3.2

Data objektif / data subjektif Masalah Penyebab

Ds :
- Klien mengeluh lemah

Do :
- Pengisian kapiler >3 Perfusi Perifer Tidak Efektif Penurunan konsentrasi hemoglobin
detik
- Akral teraba dingin
- Warna kulit
tampak pucat

Ds : -
Risiko syok Perdarahan
Do : -
DS :
- Klien mengeluh tidak
nyaman
- Klien mengeluh nyeri
pada jalan lahir
Do : Ketidaknyamanan pasca partum
- Tampak meringis Involusi uterus
- Terdapat
luka
episiotomi
- Terdapat kontraksi
30
uterus

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa pada teori (Nurarif dan Kusuma 2015) diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu : perfusi perifer tidak
efektif, risiko syok, kekurangan volume cairan, nyeri akut, ansietas, risiko infeksi dan defisit perawatan diri. Sedangkan
penulis hanya menegakkan 3 diagnosa sesuai data hasil pengkajian pada pasien Ny. K yaitu :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Risiko syok ditandai dengan perdarahan
3. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan involusi uterus

31
3.4 RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.3

Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


SLKI SIKI
1 2 3
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan intervensi 3 kali 24 jam status Manajemen cairan
berhubungan dengan penurunan sirkulasi membaik dengan kriteria hasil: Observasi
konsentrasi hemoglobin - Akral tidak dingin - Monitor status nadi, kelembapan
- Akral tidak pucat mukosa, tekanan darah
- Perasaan lemah membaik - Monitor hasil pemeriksaan
- Hemoglobin membaik laboratorium (hemoglobin)
- Tidak terjadi penurunan darah sistolik dan Teraupetik
diastolik - Berikan cairan intravena
- Berikan asupan cairan oral
Risiko syok ditandai dengan Setelah dilakukan intervensi 3 kali 24 jam Manajemen hipovolemia
perdarahan tingkat syok membaik dengan kriteria hasil : Observasi
- Tidak ada penurunan tekanan nadi - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik (mis:nadi teraba lemah, tekanan darah
- Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik menurun, turgor kuliit menurun,
membran mukosa kering, lemah)

32
1 2 3
- Akral tidak dingin - Monitor intake dan output
- Akral tidak pucat cairan Teraupetik
- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis ( mis: NaCI, RL)
Ketidaknyamanan pasca partum Setelah dilakukan intervensi 3 kali 24 jam Manajemen nyeri
berhubungan dengan involusi status kenyamanan pasca partum membaik Observasi
uterus dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Keluhan tidak nyaman menurun durasi, frekuensi, kualitas,
- Luka episiotomi membaik intensitas nyeri
- Tidak Meringis dan tidak menangis - Identifikasi skala nyeri
1-10 Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(napas
dalam)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

33
3.5 CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 3.4

Nomor Implementasi Evaluasi


1 2 3
Dx kep no 1 Tanggal 22 februari 2024 Tanggal 22 februari 2024
Jam 15:00 Jam 19:00

Manajemen cairan S : Klien mengatakan masih merasa lemah


- Pemeriksaan status nadi, kelembapan O:
mukosa, tekanan darah - Akral teraba dingin
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium - Warna kulit tampak pucat
(hemoglobin) - Hemoglobin : 7g/dl
- Memberikan cairan intravena (Infus RL - TD : 120/70 mmHg
20 tpm)
- Memberikan asupan cairan oral A: Masalah belum teratasi
(memberikan air mineral) P : Lanjutkan intervensi

- Monitor status nadi, kelembapan mukosa, tekanan darah


- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin
- Memantau cairan intravena (infus RL 20 tpm)
- Berikan asupan cairan oral

34
1 2
Dx kep no 2 Tanggal 22 februari 2024
Jam 15:00

Manajemen hipovolemia S:
- Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi - Klien mengatakan keluar darah dari vagina
teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor sudah berkurang, (± 1,5 gelas air mineral yang
kuliit menurun, plastik)
membrane mukosa kering, lemah) - 3
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( RL)

Tanggal 23 februari 2024


Jam 12:00
P : Lanjutkan intervensi

- Periksa tanda dan gejala hipovolemia


- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (RL)

35
1 2 3
Dx kep no 3 Tanggal 22 februari 2024 Tanggal 22 februari 2024
Jam 15:00 Jam 19:00

Manajemen nyeri S:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, - Klien mengatakan nyeri dibagian jalan lahir
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Klien mengeluh tidak nyaman di vaginanya karna perdarahan
nyeri
- Identifikasi skala nyeri 1-10 O:
- Berikan teknik nonfarmakologis - Klien tampak meringis
untuk mengurangi rasa nyeri (napas - Skala nyeri 5 (0-10)
dalam) - Klien tampak menangis
- Fasilitasi istirahat dan tidur - Klien mengalami perdarahan
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri A : Masalah belum teratasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis P : Lanjutkan intervensi
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik - Identifikasi skala nyeri 1-10
1. Cefotaxim 2x1 - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Oxytosin 2 ampul 20 tpm (napas dalam)
3. Kalnex 250 mg - Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Infus Rl 20 tpm - Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (latih napas dalam)
- Kolaborasi pemberian analgetik

36
Catatan perkembangan hari kedua
1 2 3
Dx kep no 1 Tanggal 23 februari 2024 Tanggal 22 februari 2024
Jam 10:00 Jam 15:00

Manajemen cairan S:
- Memeriksa status nadi, - Klien mengatakan masih merasa
kelembapan mukosa, tekanan darah lemah O :
- Memonitor hasil pemeriksaan - Akral sedikit teraba dingin
laboratorium hemoglobin - Warna kulit sedikit tampak pucat
- Memberikan cairan intravena - Hemoglobin : 9 g/dl
(tranfusi 500 cc) - Tranfusi darah sebanyak 500 cc yang
- Memberikan asupan cairan oral masuk kedalam tubuh klien
- TD : 110/80 mmHg

A: Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi

- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (hemoglobin)


- Berikan cairan intravena
- Berikan asupan cairan

37
1 2 3
Dx kep no 2 Tanggal 23 februari 2024 Tanggal 23 februari 2024
Jam 09:00 Jam 12:00

Manajemen hipovolemia
S:
- Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia - Klien mengatakan keluar darah dari vagina sudah
(nadi teraba lemah, tekanan berkurang, (± 1,5 gelas air mineral yang plastik)
darah
menurun, turgor kuliit menurun,
membrane mukosa kering, lemah) O :
- Memberikan asupan cairan oral - Darah yang keluar kurang lebih 1,5 gelas air mineral
- Mengkolaborasi pemberian cairan IV (300cc)
isotonis (RL) - TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 82x/ menit
- Suhu : 36,5 c
- Pernapasan : 20x/ menit
- Klien mengalami perdarahan

A: Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi

- Berikan asupan cairan oral


- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (RL)

38
1 2 3
Dx kep no 3 Tanggal 23 februari 2024 Tanggal 23 februari 2024
Jam 09:00 Jam 12:00

Manajemen nyeri S:
- Mengidentifikasi skala nyeri 1-10 - Klien mengatakan sedikit nyeri dibagian jalan lahir
- Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (napas O:
dalam) - Klien sedikit tampak meringis
- Mengkolaborasi pemberian analgetik - Skala nyeri 2 (0-10)
1.Cefotaxim 2x1 - Klien mampu melakukan nafas dalam
2. Oxytosin 2 ampul 20 tpm
3. Kalnex 250 mg A : Masalah teratasi sebagian
4. Infus Rl 20 tpm P : Lanjutkan intervensi

- Identifikasi skala nyeri 1-10


- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (napas dalam)
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Kolaborasi pemberian analgetik

39
Catatan perkembangan hari ketiga
1 2 3
Dx kep no 1 Tanggal 24 februari 2024 Tanggal 24 februari 2024
Jam 09:00 Jam 12:00

Manajemen cairan S:
- Memonitor hasil - Klien mengatakan keadaannya sudah membaik
pemeriksaan laboratorium O:
(hemoglobin) - Hemoglobin : 11 g/dl
- Memberikan cairan intravena (Infus RL
20 tpm) A: Masalah teratasi
- Memberikan asupan cairan P : Lanjutkan intervensi pasien lakukan tindakan currate

Dx kep no 2 Tanggal 24 februari 2024 Tanggal 24 februari 2024


Jam 09:00 Jam 12:00

Manajemen hipovolemia S:
- Klien mengatakan tidak keluar darah lagi
- Memberikan asupan cairan oral dari pervagina
- Mengkolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (RL) O:
- Klien tidak lemah lagi
- TD : 110/70 mmHg

40
41

Anda mungkin juga menyukai