Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PLASENTA PREVIA

Kelompok 3 :

AISYAH FITRIANY NUR 201901085

NURHIKMAH 201901019

NI LUH PUTU SINTIA DEWI 201901104

SIGITRO KEDO 201901117

ANDI MUH FARAWANSYAH 201901168

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang dengan nama-Nya bumi dihamparkan, dan
dengan nama-Nya langit ditinggikan.

Segala puji bagi Allah SWT yang semua jiwa digenggam-Nya, kasih sayang-Mu yang mulia,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan MAKALAH yang berjudul ”plasenta previa ”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan membutuhkan kritikan
dan masukkan yang bersifat membangun dari pembaya, dan penulis mengucapkan banyak
Terimakasih.

Palu, 02 Maret 2021

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum. Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri
internum yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa
mengubah luas pembukaan serviks yang 4 tertutup oleh plasenta. Fenomena ini
berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan
dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan
ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun intranatal.
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa seperti jarak
kehamilan, paritas tinggi dan usia di atas 35 tahun . Plasenta previa lebih banyak pada
kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering
terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal. Uterus cacat ikut
mempertinggi angka kejadiannya. Plasenta previa ditemukan kira-kira dengan
frekuensi 0,3% – 0,6% dari seluruh persalinan. Pada beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara
maju insidennya lebih rendah yaitu kurang 1 % mungkin disebabkan berkurangnya
perempuan hamil paritas tinggi. Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu
yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan.
Gambaran paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan yang tidak
nyeri, yang biasa belum muncul sampai akhir trimester kedua atau sesudahnya.
Pendarahan dari plasenta previa sering terjadi tanpa peringataan pada perempuan
hamil yang sebelumnya tampak sehat. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti
sendiri. Pendarahan dapat berulang, tergantung dari luas plasenta yang lepas dan
lingkar lumen ostium uteri. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih
banyak bahkan seperti mengalir.
Plasenta previa memerlukan penanganannya yang optimal karena saling
mempengaruhi janin dan ibunya. Bentuk pendarahan dapat sedikit atau banyak dan
menimbulkan penyulit pada janin maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan
anemia sampai syok sedangkan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim. Implantasi plasenta di segmen bawah rahim
menyebabkan bagian terendah tidak mungkin masuk pintu atas pangggul atau
menimbulkan kelainan letak janin dalam rahim.

B. Rumusan masalah
a. Berapa banyak angka kematian yang terdapat pada plesenta prevea?
b. Apakah Definisi dari plasenta previa?
c. Bagaimana Etiologi dari plasenta previa?
d. Apa saja tanda dan gejala plasenta previa?
e. Bagaimana klasifikasi dari plasenta previa
f. Bagaimana Asuhan keperawatan pada Plasenta previa?

C. Tujuan
Untuk mengetahui angka kematian pada plasenta previa serta dapat mengetahui
konsep dasar dan asuhan keperawatan pada plasenta previa.
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Angka kematian plasenta prevea


Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka dalam
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Kematian ibu menurut
definisi World Health Organization (WHO) adalah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan atau cedera. Menurut WHO, diperkirakan kematian maternal terjadi
lebih dari 500.000 kasus per tahun di seluruh dunia, yang terjadi akibat proses
reproduksi. Sebagian besar kasus kematian ibu di dunia terjadi di negara- negara
berkembang, termasuk di Indonesia.
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih terbilang tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat jika dibandingkan
dengan SDKI tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara
itu, data laporan kematian ibu Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota Jawa 2 Timur
melaporkan pada tahun 2008 sebesar 83 per 100.000 kelahiran hidup (kh); tahun 2009
sebesar 90,7 per 100.000 kh; tahun 2010 sebesar 101,4 per 100.000 kh; tahun 2011
sebesar 104,3 per 100.000 kh; dan di tahun 2012 mencapai 97,43 per 100.000 kh. 2,3
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu
angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
menangani masalah ini. Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak
langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit
yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh
terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, Human Immunodeficiency Virus
(HIV) atau Acquired Immunedeficiency Syndrome (AIDS) dan penyakit
kardiovaskular.
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan dan pada masa nifas. Perdarahan obstretrik yang terjadi
pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada
umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang
cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Oleh sebab itu, keadaan ini perlu
diantisipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang
membahayakan ibu dan janinnya. Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah
plasenta previa.
B. Konsep dasar
a. Definisi
Menurut Bobak, 2004, placenta previa adalah placenta yang berimplantasi pada
bagian bawah rahim Menurut Hanaiah, 2004, placenta previa adalah placenta yang
letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

b. Etiologi
Secara pasti penyebab terjadinya placenta previa belum diketahui dengan jelas,
tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya placenta previa
(manuaba, 2010) adalah: a. multiparitas dan umur lanjut > 35 tahun b. defek
vascularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atroik dan
inflamatorik c. cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas
pembedahan ( SC,curretage dll) d. chorion leave persisten e. korpus luteum
bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi f.
konsepsi dan nidasi lambat g. placenta besar pada kehamilan ganda/gemelli.
c. Tanda dan Gejala Gejala yang paling khas dari placenta previa adalah perdarahan
pervaginam tanpa disertai rasa nyeri, warna darah merah segar, dan jumlahnya
tidak banyak. Menurut FKUI, 2000 tanda dan gejala placenta previa adalah: -
perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang - darah biasanya berwarna
merah segar - Terjadi saat tidur atau melakukan aktivitas - bagian terendah janin
tinggi - perdarahan biasanya berulang
d. Patofisiologi
Placenta previa diawali dengan implantasi embrio ( embryonic plate) pada bagian
bawah ( kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya placenta, placenta
yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena
vascularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.
e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis
placenta previa adalah dengan USG sudah tercapai tujuan untuk menegakan
diagnosa. Walaupun masih banyak 30 pemeriksaan radiologi yang dapat
digunakan , secara sederhana USG dapat dipercaya untuk menegakan diagnosa.
f. Penatalaksanaan
1. Penanganan Ekspektif
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir premature, pasien di rawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Dilakukan
pemantauan klinis secara ketat. Adapun kriteria pasien untuk penanganan
ekspektif adalah:
a. keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih
b. kehamilan pre term ( < 37 minggu) dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti.
c. belum ada tanda-tanda in partu
d. janin masih hidup.

Rencana terapi yang dapat diberikan adalah:


a. rawat inap dan tirah baring
b. berikan antibiotik profilaksis
c. pemberian carian parenteral ( Dextrose 5% atau elektrolit)
d. bethamethason 24 mg iv untuk pematangan paru janin
e. pemeriksaan USG sebagai pemantauan kondisi janin dan posisi placenta
f. monitoring perdaraha

2. Penanganan Aktif Kriteria pasien untuk penanganan aktif antara lain:


a. umur kehamilan ≥ 37 minggu
b. BB janin ≥ 2500 gram
c. Ada tanda-tanda persalinan
d. Kondisi umum pasien kurang baik dan atau anemis.

Penyelesaian masalah placenta previa dapat dipilihkan tindakan dibawah ini


yaitu:

a. Sectio caesaria Prinsip utama tindakan sectio caesaria adalah


menyelamatkan jiwa ibu. Sedangkan tujuan utama tindakan sectio
caesaria adalah: - Melahirkan janin dengan segera - Menghindari
kemungkinan robekan uterus - Meminimalkan terjadinya robekan pada
tempat implantasi placenta.
b. Partus pervaginam 31 Dilakukan pada kasus placenta previa lateralis
atau marginalis pada multipara dan anak sudah meninggal atau
premature.
g. Klasifikasi Placenta Previa
Kejadian placenta previa dapat dibagi menjadi beberapa yaitu:
a. placenta previa totalis letak placenta yang menutupi segmen bawah
rahim secara total.
b. placenta previa partialis letak placenta sebagian menutupi segmen
bawah rahim.
c. placenta previa marginalis tepi dari placenta berada di d. placenta
previa letak rendah ( low lying previa)
C. Asuhan keperawatan
a. IDENTITAS DIRI
1. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. K
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Nusupan Grogol
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. L
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Nusupan Grogol
Hub. Dengan pasien : Suami
3. Catatan
Medik Tanggal Masuk : 28 April 2013 Jam Masuk : 20.30 WIB
No. RM : 23 88 72
b. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan Masuk Pasien mengatakan sore hari setelah membereskan rumah
mengalami perdarahan. Darah mengalir dikakinya berwarna merah segar,
namun tidak disertai nyeri. Hingga pada pukul 20.30 WIB pasien dibawa ke
RS. PKU Muhammadiyah Surakarta oleh suaminya.
2. Keluhan Utama Pasien mengatakan keluar darah merah segar dari alat
kelaminnya dengan jumlah kadang sedikit kadang banyak. Pengeluaran darah
tidak pasti, kadang ketika tiduran ataupun ketika beraktivitas seperti BAK
maupun duduk.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan pada tanggal 22 April 2013
ketika bekerja di pabrik, keluar flek-flek darah berwarna merah segar dicelana
dalamnya. Pasien hamil 23 minggu G2P1A0, namun pada sore hari tanggal 28
April 2013 pasien mengalami perdarahan lagi dengan warna darah yang sama
hingga akhirnya pada pukul 20.30 WIB dibawa ke RS.PKU Muhammadiyah
Surakarta oleh suaminya.
c. POLA KOGNITIF DAN PERSEPSI Pasien hanya tamatan SMA sehingga tidak
tahu banyak tentang masalah kesehatan. Pada saat kehamilan anak pertama pasien
tidak pernah mengikuti diskusi kesehatan apapun. Pasien merasa takut dan gelisah
jika terjadi apaapa dengan janinnya.
d. DATA FOKUS
Data Subyektif
1. Pasien mengatakan mengeluarkan darah warna merah terang namun tidak
disertai nyeri
2. Pasien mengatakan lemas dan pusing
3. Pasien mengatakan lemah
4. Pasien mengatakan aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat seperti ganti
baju, sibin
5. Pasien mengatakan merasa takut dan sangat gelisah jika terjadi apa-apa
dengan janin dan kesehatannya
6. Pasien mengatakan tidak tahu tentang plasenta previa
Data Obyektif

1. Keluar cairan pervaginam (darah merah segar, bau amis, dengan jumlah
sebanyak ±30 cc)
2. Pasien tampak cemas dan takut
3. Aktivitas tampak dibantu keluarga
4. Pasien tampak lemah, dan merasa badannya lemes
5. Pasien tampak banyak bertanya tentang plasenta previa
6. Pasien tidak pernah mengikuti diskusi kesehatan
7. TTV : TD : 110/70 mmhg N : 80 x/menit S : 36,5˚C RR : 24x/menit 8.
8. Hemoglobin : 9,1 g/dL
9. Hematokrit : 32,8 %
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
placenta previa adalah placenta yang berimplantasi pada bagian bawah rahim
Menurut Hanaiah, 2004, placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.
B. Saran
Kita sebagai tim medis kita harus memberikan informasi mengenai plasenta previa
yang lebih pada ibu terutama pada ibu hamil menganai penyebab plasenta previa. Agar
kita bisa mencegah terjadinya hipertensi pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.wima.ac.id/9379/1/bab%201.pdf

http://repository.poltekkes-soepraoen.ac.id/465/3/Bab%202.pdf

https://www.academia.edu/7935437/ASKEP_PLASENTA_PREVIA

Anda mungkin juga menyukai