Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Kesehatan ibu merupakan hak utama bagi perempuan usia reproduktif, tidak
hanya meliputi keadaan sehat saat hamil, tentunya meliputi keadaan sehat saat
bersalin maupun setelah persalinan atau keadaan postpartum. Komplikasi
kehamilan yang telah dilaporkan hingga saat ini jumlahnya semakin meningkat
dan diperkirakan setiap menitnya terjadi kematian ibu akibat komplikasi
persalinan. Laporan WHO tahun 2005 menyatakan bahwa keadaan ibu yang buruk
menyumbang kematian tertinggi ke empat di seluruh dunia, setelah HIV, malaria,
dan tuberkulosis. Sebagian besar ibu meninggal disebabkan oleh proses biologis
bukan akibat penyakit tertentu. Terhitung di seluruh dunia, sekitar 50-71%
kematian ibu terjadi selama persalinan atau saat periode post partum. Partus kasep
merupakan salah satu keadaan yang menyumbang morbiditas dan mortalitas ibu
dan neonatus.1
Persalinan diangap mengalami kemacetan ketika bagian presentasi janin
tidak mengalami kemajuan pada jalan lahir meskipun terdapat kontraksi uterus
yang kuat. Kejadian yang demikian dapat mengakibatkan munculnya keadaan
gawat baik pada ibu maupun janinya. Partus kasep merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan keadaan persalinan yang macet sehingga
menimbulkan gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia
hingga kematian janin. Keberhasilan persalinan ditentukan oleh 3 faktor, yaitu
kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi his (kekuatan uterus),
kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diafragma. Faktor lainnya, yaitu faktor
janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Selain ketiga faktor tersebut,
faktor penolong serta faktor psikis juga ikut berkontribusi di dalamnya. 2,3,4
Penyebab partus kasep adalah multikompleks, salah satunya disproporsi
cepalopelvis, dimana terdapat ketidak sesuaian antara kepala bayi dengan rongga
pelvis yang akan dilaluinya. Penyebab lain yang sering ditemukan seperti,
kelainan his, malpresentasi atau malposisi janin, ketuban pecah dini, dan tumor
pelvis.1

Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil


Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan
bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%,
perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi
sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan
adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di
Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan
berbagai pendekatan.5
Jumlah partus kasep masih banyak diumpai, dan keadaan ini memaksa kita
untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal
tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Dengan pelaporan kasus
yang akan dibahas lebih lanjut dapat memberikan pedoman untuk lebih mengenal
partus kasep dan nantinya dapat dilakukan tindakan pencegahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Partus Kasep


Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan

berlangsung lama sehingga menimbulkan komplikasi seperti dehidrasi, infeksi,


kelelahan ibu, asfiksia janin hingga kematian janin dalam rahim (KJRD). 2
Persalinan mengalami kemacetan apabila presentasi janin mengalami hambatan
dalam proses penurunan saat melalui jalan lahir, sehingga menyebabkan
persalinan berlangsung lebih lama, yaitu lebih dari 24 jam pada primipara, dan
lebih dari 18 jam pada multipara.2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Friedman pada 1955, persalinan
terbagi menjadi:6
1. Fase I
Seperti yang digambarkan pada gambar 2.1 kurva Friedman. Fase ini
terbagi menjadi fase laten dan fase aktif. Pada fase laten terjadi kontraksi
uterus yang diikuti penipisan dan pembukaan serviks yang berjalan
lambat. Fase laten terjadi dalam 8-10 jam, menyebabkan pembukaan
serviks hingga 3 cm. Pada fase aktif, pembukaan mulai 4 cm hingga
lengkap mencapai 10 cm dan terjadi penurunan bagian terendah janin.
2. Fase II
Fase ini didefinisikan sebagai pembukaan serviks lengkap hingga lahirnya
bayi.
3. Fase III
Merupakan tahapan setelah bayi lahir, dilanjutkan dengan lahirnya
plasenta.

Gambar 2.1 Kurva Friedman


Fase laten menurut Friedman, mulai terjadi kontraksi yang regular.
Kontraksi berlangsung berlangsung bersamaan dengan melunak dan meenipisnya
porsio uterus. Fase laten berlangsung progresif, lambat, dan dilatasi terjadi hingga
berakhir dengan pembukaan antara 3-5 cm. Pada fase aktif, pembukaan dimulai
dari dilatasi 3 cm menuju ke 4 cm atau lebih. Friedman melaporkan rata-rata
tingkat perubahan servik yaitu 1,2 cm per jam pada nullipara dan 1,5 cm pada
multipara.7
Pada partus lama terjadi karena pemanjangan dari fase-fase persalinan
diatas, dan kelainan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Prolonged latent phase


Protracted dilation
Protracted descent
Arrest of dilation
Arrest of descent
Prolonged second stage
Prolonged third stage

Nullipara
> 20 jam
< 1.2 cm/ jam
< 1 cm/ jam
>2 jam
>2 jam
>2 jam
>30 menit

Multipara
>14 jam
< 1.5 cm/ jam
< 2 cm/ jam
>2 jam
>1 jam
>1 jam
>30 menit

Tabel 2.1 Pemanjangan fase persalinan3,7


Tabel 2.1 di atas memperlihatkan pemanjangan dari fase-fase persalinan
yang abnormal. Prolonged latent phase, mengarah pada hambatan yang terjadi
pada saat fase laten. Pada protraction dan arrest, merupakan keadaan abnormal
4

yang terjadi selama fase aktif, Dimana protraction mengarah pada dilatasi dan
penurunan fetus yang melambat, dan gangguan arrest mengarah pada keadaan
terhentinya dilatasi servik atau penurunan fetus atapun keduanya.7
2.2

Epidemiologi
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-

2003 melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami
komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan
berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui
bedah sesarea, 59% terjadi akibat persalinan yang mengalami komplikasi, dimana
sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Berdasarkan survei ini juga
dilaporkan bahwa bayi yang meninggal dalam usia satu bulan setelah dilahirkan,
39% terjadi akibat komplikasi termasuk persalinan lama (30%), perdarahan 12%
dan infeksi (10%).5
2.3

Etiologi
Secara umum penyebab partus lama dapat dibagi kedalam beberapa faktor

yaitu faktor panggul, faktor anak, faktor tenaga, faktor psikis dan faktor penolong.
Faktor-faktor ini saling berkaitan dan mendukung terjadinya kelancaran
persalinan. Persalinan akan mengalami hambatan bila salah satu mengalami
gangguan, atau berapa pada kondisi abnormal. Berikut akan dipaparkan lebih
lanjut mengenai faktor-faktor tersebut.2,3
2.3.1 Faktor Panggul
Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin
sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada
dalam batas normal. Kurangnya gizi saat masa kanak-kanak merupakan salah satu
hal yang dapat menyebabkan ukuran pelvis yang kecil pada wanita. Ukuran
panggul dapat sangat berbeda dari ukuran normal pada seorang wanita yang
menderita riketsia atau osteomalasia di masa mudanya. Selain itu faktor keturunan
juga berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk panggul.8

Gambar 2.2 Penampang panggul superior, lateral dan inferior

Gambar 2.3. Bagian-bagian jalan lahir yang dilalui janin

2.3.1.1 Kesempitan pada pintu atas panggul


Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anteroposterior
kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diameter
6

anteroposterior pintu atas panggul dinilai dengan cara mengukur konjugata


diagonalis dan diperkirakan panjangnya sekitar 1,5 cm lebih besar. Pada panggul
sempit kepala memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga serviks uteri kurang mengalami tekanan. Rata-rata ukuran biparietal
kepala janin mencapai 9,5 cm sampai 9,8 cm, sehingga dengan diameter
anteroposterior pelvis yang kurang dari 10 cm mengakibatkan janin sulit untuk
melewati pintu atas panggul 3,7,9
2.3.1.2 Kesempitan pintu panggul tengah
Kesempitan pintu panggul tengah lebih sering terjadi dari pada pintu atas
panggul dan keadaan ini sering menyebabkan terjadinya transverse arrest kepala
janin. Sehingga persalinan dilakukan dengan bantuan forceps atau dilarkan perabdominal. Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia
interspinosum, dengan rata-rata 10.5 cm, dan diameter anteroposterior mencapai
11,5 cm. Dipertimbangkan mengalami penyempitan apabila terdapat spinosum
yang menonjol, dinding pelvis konvergen, dan sacrosciatic notch menyempit.
Perlu juga diwaspadai kemungkinan kesukaran pada persalinan jika diameter
sagitalis posterior pendek pula.3,7
2.3.1.3 Kesempitan pintu bawah panggul
Kesempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter interischial
tuberous berukuran < 8 cm. Normalnya diameter distansia intertuberosum
mencapai sekepal tangan kira-kira 10 cm. Selain itu, sudut arkus pubis juga
mengecil (<90) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
Kesempitan pintu bawah panggul merupakan keadaan yang jarang terjadi dan
biasanya sering diikuti kesempitan pintu tengan.3,7

2.3.2. Faktor Anak


2.3.2.1 Posisi oksiput tranversal persisten

Prevalensi kondisi ini adalah 10%. Pada keadaan pelvis yang abnormal
posisi oksiput yang sebelumnya tranversal, berhenti berotasi pada kala II
persalinan, sehingga posisi oksiput menetap dan tidak mengalami putar paksi
dalam. Salah satu penyebab terjadinya adalah usaha penyesuaian kepala terhadap
bentuk dan ukuran panggul. Penyebab yang lain adalah otot-otot dasar panggul
yang lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tidak
ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.7,9
2.3.2.2 Posisi oksiput posterior persisten
Pada sebagian besar persalinan normal, bayi lahir dengan posisi letak
belakang kepala, yaitu ubun-ubun kecil saat sebelum terjadi ekspulsi akan
memutar ke depan dengan sendirinya sehingga janin bisa lahir secara spontan.
Terkadang pada kondisi tertentu, dimana terdapat keadaan panggul seperti
anthropoid, android dan kesempitan pada midpelvis, ataupun janin sebelum lahir
berada pada posisi letak punggung dorsoposterior atau oksiput masuk pintu atas
panggul dengan posisi oksiput berada pada segmen posterior panggul,
mengakibatkan posisi oksiput tidak berputar ke depan sehingga terjadi posisi
oksiput yang menetap di posterior panggul.7

Gambar 2.4 Beberapa kemungkinan arah putar paksi dalam


2.3.2.3 Presentasi puncak kepala

Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan ketika
melewati jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian terendah. Bagian
terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Pada presentasi puncak kepala, lingkaran kepala yang melalui jalan lahir
adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada di
bawah simfisis adalah glabela. Presentasi puncak kepala tergantung pada derajat
defleksi kepala janin, sehingga memungkinkan juga terjadi presentasi dahi atau
muka. Pada umumnya kedudukan presentasi puncak bersifat sementara, yang
kemudian menjadi presentasi belakang kepala3,9
2.3.2.4 Presentasi muka
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala janin dalam ekstensi
penuh, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah. Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaankeadaan yang menyebabkan ekstensi kepala atau menghalangi fleksi kepala.
Keadaan yang menyebabkan ekstensi kepala misalnya pembesaran dari leher
seperti tumor, lilitan tali pusat disekitar leher. Selain itu, presentasi muka dapat
terjadi pada janin yang telah kehilangan tonusnya seperti pada KJDR. Persalingan
pervaginam hanya dapat terjadi pada presentasi muka dagu anterior jika tidak ada
disproporsi sefalopevik.10
2.3.2.5. Presentasi dahi
Presentasi dahi disebabkan oleh terjadinya ekstensi partial dari kepala
janin, mengakibatkan posisi oksiput lebih tinggi dari sinsiput. Pada umumnya,
presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadai
presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab terjadinya presentasi dahi
pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi muka karena semua
presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih dahulu.9,10

2.3.2.6 Letak sungsang

Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan


kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong, presentasi bokong
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, presentasi kaki dan presentasi
lutut (kneeling breech). Diagnosis letak sungsang umunya tidak sulit. Pada
pemeriksaan luar, kepala teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah
uterus teraba bokong yang tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari
pemeriksaan luar, diagnosis juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan penunang seperti USG dan MRI.3,9,10
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak lebih leluasa, sehingga janin
dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letak sungsang, atau letak lintang.
Pada kehamilam triwulan akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dan kedua tungkai yang terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk mengisi tempat yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada pada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah
multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul
sempit, dan usia prematur.10,11
2.3.2.7. Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Sebab
tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan
perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan kehamilan kembar,
janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan bentuk rahim seperti uterus
arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab terjadinya letak lintang.
Adanya

letak lintang dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak

melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai dengan usia kehamilannya.
Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan diatas
simfisis juga kosong.10,11
2.3.2.8 Presentasi ganda

10

Presentasi ganda adalah keadaan dimana didapatkan ekstremitas janin


berada disamping dari kepala atau bokong. Presentasi ganda terjadi karena pintu
atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada
seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin
kecil. Diagnosis dengan pemeriksaan luar sulit menentukan presentasi ganda,
namun dengan pemeriksaan dalam akan teraba tangan, lengan, atau kaki
disamping kepala atau bokong.10
2.3.2.9. Pertumbuhan janin yang berlebihan
Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000 gram.
Bayi dengan berat badan besar/makrosomia akan sulit dilakukan persalinan secara
pervaginan. Sehingga untuk menurunkan risiko kemungkinan komplikasi
persalinan lebih baik dilakukan secara perabdominal. Pada janin besar faktor
keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar juga dijumpai pada
wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan grande multipara.3,9
2.3.2.10 Hidrosefalus
Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura serta
ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya berkisar antara 5001500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karen akepala janin
terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus, maka sering
ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan
menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya.3
2.3.2.11 Prolaps funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping
atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat
terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigenasi janin. Gangguan adaptasi bawah janin terhadap panggul menyebabkan
pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin merupakan predisposisi

11

turunnya tali pusat. Dengan demikian prolaps funikuli sering didapatkan pada
letak sungsang dan letak lintang. Pada kehamilam premature lebih sering dijumpai
karena kepala anak yang kecil tidak dapat menutup pintu atas panggul secara
sempurna.3,9
2.3.3. Faktor tenaga
Faktor tenaga berkaitan dengan kelainan his. His yang tidak normal dalam
kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazimnya
dapat diatasi menjadi tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan
menjadi macet. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan.
Disusul dengan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam
amnion kembali ke asal. Jenis-jenis kelainan his diantaranya inersia uteri,
incoordinate uterine contraction.9
2.3.3.1 Inersia uteri
Pada kondisi ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian-bagian yang lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
pada kontraksi uterus yang lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan biasanya. Keadaan umum penderita baik dan biasanya nyeri tidak
seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak berbahaya, kecuali
jika persalinan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebut inersi uteri
primer. Inersia uteri sekunder adalah timbulnya inersia uteri setelah sempat
berlangsung his kuat untuk waktu yang lama.3,4,12
2.3.3.2 Incoordinate uterine contraction
Pada keadaan ini sifat his berubah, tonus otot uterus terus meningkat, juga
di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi diantara bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi pada kontraksi
uterus bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot uterus yang meningkat

12

menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia janin.3,12
2.3.4 Faktor penolong
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan
juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam
memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi
dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada
ibu yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan haruis memulai
persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena
itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan
terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang
melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera
dapat melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan
tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam
komplikasi.11
Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan baru
sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus
dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan
ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak.
Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila
persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik
terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu
dan anak.13
Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian
kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu
persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP
Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan
operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan
dukun di luar rumah sakit.13

13

2.3.5 Faktor Psikis


Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional
yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat
mereka takut dan cemas.

Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat

menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan antenatal yang baik,


diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat
menikmati proses kelahiran bayinya.14
Selain faktor bayi, tenaga, jalan lahir/panggul, dan penolong, partus kasep
juga dapat disebabkan oleh jarak kelahiran yang jauh, primi tua, perut gantung,
grandemulti, dan ketuban pecah dini.15
2.5.

Patofisiologi
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung

awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase
laten (primi 20 jam, multi 14 jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5
cm per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka
kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan berlanjut pada partus
kasep dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Kelelahan ibu, dikarenakan mengejan terus, sedangkan asupan kalori
biasanya kurang.
2. Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena
intake cairan kurang.
3. Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi
rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang
kurang steril.
4. Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul
juga manipulasi dan dorongan dari penolong.
5. Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.2,14
Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta,
dan untuk mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan

14

menghasilkan energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini


dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan aktivitas ini dipertahankan selama
berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung terlalu lama lebih dari 24 jam,
akan menimbulkan terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul gangguan
emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus
akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu
juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi
kebutuhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus
untuk berkontraksi. Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja
berkepanjangan karena alasan fisiologis dan biokimia.8
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kontraktilitas uterus yang
berkurang mengakibatkan kesulitan persalinan pada primigravida. Hal ini
mungkin disebabkan oleh uterus yang berhenti berkontraksi karena miometrium
yang mengalami asidifikasi. Asidifikasi ini disebabkan oleh penurunan energi
miometrium, metabolisme anaerob, dan ketosis sistemik. Pada multigravida,
kemungkinan miometrium tolerans terhadap efek asidifikasi yang mekanismenya
belum diketahui, sehingga kontraksi uterus tidak berhenti. Kontraksi yang terusmenerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan hipoksia akan
mengakibatkan edema miometrium dan nekrosis yang yang dapat menimbulkan
ruptur uteri.8
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis partus kasep dapat dijumpai pada ibu dan anak. Gejala klinis
yang tampak pada ibu meliputi:2,3
1. Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus
2. cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau
lemah.
3. Cincin retraksi patologis Bandle sering timbul akibat persalinan yang
terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.

15

4. Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang berupa
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari
luar, pada pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin mudah
didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.11
Sementara gejala klinis yang nampak pada bayi meliputi:
1. Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif
2. air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
3. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup
besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya
kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang
dalam beberapa hari.
4. Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang
tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.
5. Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death
(IUFD).2,3,11
2.6.

Diagnosis
Diagnosis partus kasep ditegakkan berdasarkan adanya partus lama yang

disertai dengan tanda dan gejala komplikasi dari partus lama tersebut.
Berikut tabel dibawah ini yang dapat dijadikan pedoman dalam diagnosis
kelainan partus lama.
Tabel 2.2 Diagnosis kelainan partus lama16
Tanda dan gejala klinis

Diagnosis

Pembukaan serviks tidak membuka (<3 cm)

Belum

Tidak didapatkan adanya kontraksi uterus

labor

inpartu,

false

Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 Prolonged latent phase


jam inpartu
Pembukaan

serviks

melewati

garis

waspada

partograf:
1. Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari Inersia uteri
3 kontraksi per 10 menit dan durasi kurang
16

dari 40 detik
2. Secondary arrest of dilatation atau arrest of

Disproporsi sefalopelvik

descent
3. Secondary arrest of dilatation dan bagian Obstruksi
terendah dengan kaput, terdapat molase hebat,
edema serviks, tanda ruptura uteri imminens,
fetal dan maternal distress
4. Kelainan presentasi

Malpresentasi

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, Kala II lama (prolonged


tetapi tidak ada kemajuan penurunan

second stage)

Gambar 2.5 Partograf partus lama


Tanda dan gejala yang muncul akibat partus lama dapat muncul baik pada ibu,
janin, ataupun dari keduanya. Tanda dan gejala klinis pada ibu dapat berupa:
1. Kelelahan
2. Vulva edema

17

3. Demam
4. Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis
5. Infeksi intrauterin sampai sepsis
6. Dehidrasi sampai syok
7. Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)
Sementara tanda-tanda komplikasi janin yang dapat ditemukan pada partus
kasep, diantaranya:
1. Kaput suksedaneum
2. Denyut jantung janin, meningkat, menurun, atau ireguler
3. Gawat janin
4. Kematian janin2,3,17
2.7.

Penatalaksanaan
Dalam menerapi partus kasep keadaan umum ibu perlu diperbaiki.

Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:2


1. Koreksi cairan (rehidrasi)
2. Koreksi keseimbangan asam basa
3. Koreksi keseimbangan elektrolit
4. Pemberian kalori
5. Penanganan infeksi
Tindakan awal yang diperlukan yaitu pemasangan infus sebagai akses
masuknya cairan, kalori dan elektrolit. Kateter urin perlu dipasang untuk
mengontrol produksi urin. Pada pasien dapat diberikan infus dekstrosa 5% sebagai
sumber kalori dan cairan dapat diberikan menurut kebutuhan. Koreksi asam basa
dapat dilakukan dengan pengukuran karbondioksida darah dan pH. Selain itu juga
diperlukan pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral. Apabila ibu
mengeluh demam dapat diberikan penurun panas berupa antipiretik diberikan
lewat infus.3,16
Selain itu pada partus kasep harus segera dilakukan terminasi persalinan.
Namun, apabila syarat persalinan pervaginam memenuhi dapat dilakukan

18

ekstraksi vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi. Bila syarat persalinan


pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan bedah sesar.2,16
2.8.

Komplikasi
Pada partus kasep dapat menimbulkan keadaan yang serius baik pada ibu

maupun pada bayi. Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan
janinnya, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion
menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.3
Pada keadaan dimana terjadi infeksi intrauterin dapat dinilai berdasarkan
kriteria Gibbs, meliputi temperatur rektal 37,6oC disertai dengan 2 atau lebih
tanda-tanda berikut yaitu: takikardi maternal (denyut jantung >100x/mnt),
takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt), uterine tenderness, cairan ketuban
keruh dan berbau, atau leukositosis maternal, jumlah leukosit >15.000/mm 3.18
selain itu dapat terjadi komplikasi seperti pneumonia pada janin akibat aspirasi
cairan amion yang terinfeksi.3
Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ, dan
robekan jalan lahir. Cincin retraksi patologis bandle dapat terjadi akibat
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Peregangan yang
abnormal yang berlangsung lama ini akan menyebabkan terjadinya ruptura uteri,
terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat
bedah sesar. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul
tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan berlebihan.
Karena gangguan sirkulasi, maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam
beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi
setelah persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan.3
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat partus kasep adalah
terbentuknya kaput suksedanium dan molase terutama pada kasus cepalopelvis
disproporsi dan his yang terlalu kuat, hingga komplikasi serius, seperti kegawatan
pada janin dalam rahim sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin

19

dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Komplikasi lain
yang mungkin timbul pada janin yaitu patah tulang dada, lengan, kaki, kepala
karena pertolongan persalinan.3,17

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Suku/bangsa
Agama
Status Perkawinan
Pekerjaan
Alamat

: SUM
: Perempuan
: 27 tahun
: Tamat SD
: Bali, Indonesia
: Hindu
: Menikah
: Pedagang
: Banjar Dinas Tunas Sari,Gianyar

20

Tanggal MRS

: 11 Mei 2016

3.2 Anamnesis
Keluhan utama : nyeri perut hilang timbul
Anamnesis Umum
Pasien merupakan rujukan dari bidan dengan diagnosis G1P0000 40-41
minggu, T/H, PK 1 fase aktif + prolong fase aktif. Pasien mengeluh sakit perut
hilang timbul sejak pukul 19.00 ( tanggal 10/5/16), keluar lendir bercampur
darah (+), keluar air dikatakan pasien pukul 11.30 (tanggal 11/5/16)
Riwayat Menstruasi
1. Menarche umur 14 tahun dengan volume darah kurang lebih 40 cc. Lama haid
3-5 hari, siklus haid teratur yaitu 28 hari, namun tidak terdapat keluhan saat
2.

haid.
Hari Pertama Haid Terakhir : 3 Agustus 2015

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali, umur waktu pertama kali kawin adalah 26 tahun.
Menikah dengan suami 1 tahun yang lalu.
Riwayat Obstetri
I.

Hamil ini

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


Pasien tidak menggunakan kontrasepsi.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi makanan maupun obat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti DM,
jantung, asma hipertensi.
Riwayat Pengobatan
Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat pengobatan rutin untuk penyakit
kronis Sebelumnya.
Riwayat Penyakit di Keluarga

21

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit penyakit asma, penyakit


jantung, kencing manis, dan tekanan darah tinggi.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
GCS
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu tubuh aksila
Berat Badan
Tinggi Badan

: Tampak lemas
: E4V5M6
: 110/80 mmHg
: 90 x/ menit
: 20 x/ menit
: 38,5C
: 52 kg
: 154 cm

Status General
Mata
: Anemia -/-, ikterus -/Thorax
:
Cor
:
Inspeksi
: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: batas kiri
: MCL (S) ICS V
batas kanan
: PSL (D) ICS IV
batas atas
: ICS II
Auskultasi
: S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi
: gerak pernafasan simetris statis & dinamis
Palpasi
: VF N/N
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen
: Sesuai dengan pemeriksaan ginekologi
Ekstremitas :
Hangat
+ +
+ +
Status Obstetri
Abdomen:
Inspeksi : perut tampak membesar dan bulat, striae gravidarum
(+), linea nigra (+), luka bekas operasi (-), distensi (-)
Palpasi : TFU teraba 31 cm, tafsiran berat janin (TBJ): 3100
gram.
Leopold 1 : teraba bagian besar, bulat dan luna, kesan
bokong.

22

Leopold II : teraba bagian keras, rata, memangjang di perut


sisi kiri ibu, kesan punggung janin dan teraba bagian- bagian
kecil pada sisi kanan perut ibu, kesan extremitas janin.
Leopold III : teraba bagian keras, bulat, melenting dan
terfixir, kesan kepala janin.
Leopold IV : tangan kanan dan kiri pemeriksa membentuk
sudut divergen, kesan kepala janin sudah masuk PAP,
perlimaan 3/5
-His 4 x/10 menit, lama 40 detik
-Gerak anak (+) baik
Auskultasi : BU (+) normal, DJJ (+) terdengar paling keras
di

sebelah

kiri

bawah

umbilikus

dengan

frekuensi

184x/menit.
Vulva/Vagina:
Inspeksi
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
VT

: Tampak udema, Flx (-), Fl (-)


:
: fl (-), flx (+), p (+), livide (-)
: P (+) 8 cm,eff 75%, ket (-)

mekonium (+), teraba kepala denom tidak


jelas, caput (+). tidak teraba bagian kecil/tali
pusat
.
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (11/05/2016)
Parameter
WBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT

Hasil
14,1
13,0
38,2
90,1
29,1
34,1
164

Rujukan
4,10 10,00
12,0 16,0
37,0 47,0
81,0 96,0
27,0 36,0
31,0 37,0
150 400

Satuan
103/L
g/dL
%
dL
g/dL
g/dL
103/L

Pemeriksaan Penunjang lainya:


1) BT-CT : 200 800
2) Rapid test : Non Reactive

23

Gambar 3.1 Kardiotokografi pasien

Gambar 3.2 Partograf rujukan Bidan


3.5 Diagnosis
G1P0000 40 Minggu 1 hari T/H PK 1 (keluar air) kasep
3.6 Penatalaksanaan
Terapi :

24

IUVD RL 30 tpm
Infus Paracetamol 3x500 mg IV (bila pasien febris)
Usul SC Cito
Pre op

Monitoring

Cefazolin 2x1 gr (IV), dengan skin test

Persiapan tim dan perlengkapan operasi (SC)

Keluhan, vital sign, DJJ

KIE
:
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang keadaan pasien, diagnosis dan rencana
penanganan, pengawasan lanjutan, komplikasi dan prognosisnya.
3.2 Data perkembangan pasien
11/5/2016 Jam 19.00 telah dilakukan SC
1.

S (subjektif)

Nyeri luka post operasi (+), Flatus (-), BAK/BAB (+/-),

2.

O (objektif)

ASI (+)
Pemeriksaan Fisik:
KU

: Baik, compos mentis

Tekanan Darah

: 120/70mmHg

Nadi

: 88 x/ menit

Respiratory Rate : 18 x/ menit


Tax

: 36,6 C

Trect

: 36,8 C

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-,


sklera icterik -/Thorax
Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur
Paru : Rh: - -

Wh: -

Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi


uterus (+) baik, distensi (-)
Vagina

: perdarahan aktif (-)

25

Extremitas

: edema

, hangat

+++ +
3.
4.

A (assessment)
P (planning)

P1001 post SC hari ke 0


PDx : DL 6 jam post SC
PTx :
IUFD RL + Oxytocin 20 iu 28 tpm 24 jam
post SC
Cefazolin 2x1 gr (IV)
Metronidazole 3 x 500 mg (IV)
Puasa 6 jam Post Op
Analgetik sesuai ts. Anastesi
PMO :
Observasi Vital Sign, luka operasi, subjektif,
produksi urine
KIE : mobilisasi, wound hygine, ASI eksklusif

12/5/2016 Jam 06.00


1.

S (subjektif)

Nyeri luka post operasi (+), Flatus (+), BAK/BAB

2.

O (objektif)

(+/+), ASI (+)


Pemeriksaan Fisik:
KU

: Baik, compos mentis

Tekanan Darah

: 110/70mmHg

Nadi

: 84 x/ menit

Respiratory Rate : 20 x/ menit


Tax
Trect

: 36,7 C
: 37 C

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-,


sklera icterik -/Thorax

26

Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur


Paru : Rh: - -

Wh: -

- -

Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi


uterus (+) baik, distensi (-)
Vagina

: perdarahan aktif (-)

Extremitas : edema

, hangat

+++ +
3.
4.

A (assessment)
P (planning)

P1001 post SC hari ke 1


PDx : DL 1x24jam
PTx :
AFF Infus
Cefadroxil 2x500 mg (PO)
Metronidazole 3 x 500 mg (PO)
Paracetamol 3 x 500 mg (PO)
Na Diclofenac 2 x 50 mg (PO)
Metil ergometrin 3 x 125 mcg (PO)
Imbion 2 x 1 tab
Analgetik sesuai ts. Anastesi
PMO :
Observasi Vital Sign, luka operasi, subjektif, PEd:
KIE : mobilisasi, wound hygine, ASI eksklusif

13/5/2016 Jam 05.00


1.
2.

S (subjektif)

Nyeri luka post operasi (+) berkurang, Flatus (+),

O (objektif)

BAK/BAB (+/+), ASI (+)


Pemeriksaan Fisik:
KU

: Baik, compos mentis

Tekanan Darah

: 110/80mmHg

27

Nadi

: 80 x/ menit

Respiratory Rate : 18 x/ menit


Tax

: 36,3 C

Trect

: 36,5 C

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-,


sklera icterik -/Thorax
Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur
Paru : Rh: - -

Wh: -

- -

Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi


uterus (+) baik, distensi (-)
Vagina

: perdarahan aktif (-)

Extremitas : edema

, hangat

+++ +

3.
4.

A (assessment)
P (planning)

P1001 post SC hari ke 2


PDx :
PTx :
Cefadroxil 2x500 mg (PO)
Paracetamol 3 x 500 mg (PO)
Na Diclofenac 2 x 50 mg (PO)
Metil ergometrin 3 x 125 mcg (PO)
Imbion 2 x 1 tab
BPL
KIE : mobilisasi, wound hygine, ASI eksklusif

28

BAB 4
PEMBAHASAN
Partus kasep merupakan suatu keadaan dimana persalinan mengalami
kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi baik ibu dan janin
atau keduanya, seperti kelelahan ibu, dehidrasi, infeksi, serta asfiksia dan gawat
janin hingga Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR).2 Sesuai dengan definisi
tersebut, kasus di atas dapat didiagnosis sebagai partus kasep, karena didapatkan
adanya persalinan yang berlangsung lama pada kala I fase aktif serta
ditemukannya komplikasi pada ibu, dimana ibu mengalami kelelahan, udema
pulva, demam akibat dehidrasi atau kemungkina terjadi infeksi akibat partus yang
berlangsung lama.
Kala I fase aktif pada primigravida dikatakan memanjang atau lama
apabila pembukaan/dilatasi serviks kurang dari 1,2 cm/jam untuk nullipara dan
kurang dari 1,5 cm/jam pada multipara. Pada pasien (nullipara) ini diameter
pembukaan serviks meningkat dari 6 cm menjadi 8 cm sejak pukul 06.00 sampai
dengan pukul 10.00 kemudian pukul 11.30 bukaan 9 cm hingga kemudian
menetap 9 cm pada pukul 13.30. Seharusnya pembukaan lengkap sudah terjadi
pada pukul 12.00, namun terjadi pemanjangan pembukaan hingga pukul 13.30
pembukaan masih 9 cm hingga kemudian dirujuk, keadaan ini pada partus lama
disebut sebagai protracted dilatation.7
Persalinan pada Kala I aktif berlangsung memanjang, akibatnya muncul
komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi pada ibu yaitu: ibu tampak mulai
kelelahan, vulva mengalami udema, dehidrasi dan peningkatan suhu tubuh, serta
pada janin yaitu: teraba caput serta pada akhir proses persalinan tampak air
ketuban mekonial. Air ketuban mekonial menunjukkan adanya gangguan

29

oksigenasi pada janin (fetal distress). Frekuensi normal denyut jantung janin
adalah antara 120 dan 160 denyutan per menit; selama his frekuensi ini bisa turun
tetapi diluar his kembali lagi ke keadaan semula. Pada kasus ini didapatkan denyut
jantung janin reguler, 184x/menit, keadaan ini menandakan terjadi keadaan gawat
janin.
Dari 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan, yaitu power, passage,
passenger, provider, psikis akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Tenaga atau Kekuatan (power) : Pada kasus ditemukan adanya perubahan his
pada pasien. Kontraksi yang awalnya adekuat, mengalami perubahan durasi,
yaitu dari 4 kali dalam 10 menit selama 45-50 detik menjadi 4 kali dalam 10
menit selama 40 detik. Keadaan his yang demikian dapat diakibatkan oleh
kelelahan ibu.
2. Janin (passanger): Tidak didapatkan adanya kelainan letak janin, posisi janin,
presentasi janin dan bentuk janin. Dari hasil pemeriksaan denominator tidak
dapat ditentukan karena terdapat kaput. Kondisi janin setelah lahir dievaluasi
kaput yang terbentuk letaknya pada daerah puncak. Analisis letak kaput
mengarah pada kelainan letak, kemungkinan sewaktu masuk panggul dengan
his yang adekuat posisi terendah janin dengan posisi puncak kepala sehingga
penuruan kepala menjadi terhambat.
3. Jalan Lintas (passage): untuk kecurigaan terhadap CPD kemungkinan ada
dikarenakan janin saat evaluasi panggul tertahan di hodge II dan didapatkan
adanya kaput. CPD tidak hanya menandakan bahwa pintu atas dan pintu
tengah panggul tidak sempit, namun pada keadaan panggul normal, dimana
faktor janin juga berperan, baik karena ukuran maupun presentasi janin. Pada
kasus evaluasi panggul didapatkan panggul ibu dalam batas normal.
4. Penolong (provider): Penolong dalam hal ini terlambat merujuk pasien. Pasien
tidak mengalami kemajuan persalinan dari pukul 10.00 sampai dengan pukul
13.30 hingga pemantauan pada partograf melewati garis bertindak. Kemudian
pasien baru datang ke RSUD Sanjiwani pukul 14.30. Akibatnya ibu mulai
kelelahan, dengan vulva sudah udem, gelisah, dan dehidrasi.
5. Psikis: persiapan fisik untuk melahirkan, dukungan orang terdekat dan
intregitas emosional sudah cukup baik pada pasien ini, namun dalam hal
pengalaman dalam proses persalinan belum ada.
Untuk penatalaksanaan pasien dengan partus kasep pada kasus di atas,
tindakan
30

yang dilakukan yaitu:


1

Resusitasi intrauterin:
-Ibu miring ke kiri
-O2 8 lpm
-IVFD RL 1000 cc

Injeksi cefazolin 2x1 gr iv (skin test)

Terminasi dengan SC Cito

Metronidazole infus 3x500mg

Injeksi metochlopramide 1 amp

Setelah diberikan antibiotik dan antipiretik serta dilakukan resusitasi


intrauterin selama 2 jam, selanjutnya dilakukan seksio sesaria (SC).

Lahir bayi lahir bayi , BB 2800, PB 49 cm AS 7-8,ketuban kehijauan Plasenta


dilahirkan dengan tarikan ringan, lahir lengkap dengan diameter 20 cm dengan
berat 500 gram dan panjang 50 cm dengan tinggi fundus uteri 1 jari di atas
umbilikus. Normalnya setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi
pusat; segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat.
Setelah dirawat selama 3 hari, keadaan umum bayi dan ibu membaik, kontraksi
ibu baik, tidak ada perdarahan, lokia rubra (+), dan luka bekas SC terawat dengan
baik, kemudian diperbolehkan pulang.

31

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pasien didiagnosa partus kasep atas dasar kala 1 fase aktif lama
(prolonged active phase) yang kemudian diikuti dengan komplikasi yang
terjadi pada ibu dan janin.
2. Pasien didiagnosis partus kasep dengan didapatkan adanya pemanjangan
Kala I fase aktif disertai komplikasi ibu, yaitu kelelahan, terdapat edema
vulva, tanda infeksi, dan pada janin didapatkan adanya kaput serta kondisi
gawat janin.
3. Penyebab terjadinya partus kasep pada pasien studi kasus adalah karena
penolong yang terlambat merujuk pasien dan mallpresentasi janin.
4. Tindakan yang harus segera dilakukan pada partus kasep adalah resusitasi
intrauterine berupa pemberian oksigen, memposisikan ibu miring ke kiri,
rehidrasi cairan dengan ringer laktat / garam fisiologis 500cc dan segera
terminasi kehamilan sesuai indikasi.
5.2 Saran
1

Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan


pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis partus kasep untuk

mengetahui faktor predisposisi terjadinya partus kasep.


Diperlukan pengawasan dan tindakan yang tepat dalam menangani partus
kasep untuk menghindari komplikasi yang membahayakan nyawa janin

dan ibu.
Diperlukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), empati dan
dukungan psikologis yang memadai dan konstruktif pada pasien dan
keluarga mengenai partus kasep pada pasien sehingga memerlukan
perawatan antenatal secara berkala ke health provider pada kehamilan
berikutnya.

32

DAFTAR PUSTAKA
1. SR, Shaikh., Memon, N., & Uaman, G. 2015.
Obstructed Labor: Risk Factor & Outcome Among Women Delivered In A
Tertiary Care Hospital. Professional Med J. Vol. 22. pp: 615-620.
http://applications.emro.who.int/imemrf/Professional_Med_J_Q/Professional
_Med_J_Q_2015_22_5_615_620.pdf
2. Sofian, Amru. 2011.
Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Partus Lama (Prolonged Labor) Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: EGC. pp: 264-63
3. Prawirohardjo, S., Saifuddin B., Rachimhadhi, T., & Wiknjosastro, H. 2010.
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Partus Lama. Ed. 4, Cet. 3. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp: 564-79
4. L, Nugraha & Hussein, Z. 2014.
G2P1A0 Hamil Aterm Inpartu Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Dengan Partus Kasep. Medula. Volume 2. No. 3. Bagian Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Abdoel Moeloek FK Universitas Lampung. pp: 6065
5. Kusumawati, Yuli. 2006.
Faktor-faktor
yang
Berpengaruh
Terhadap
Persalinan
dengan
Tindakan.Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS. Diakses pada 18
november 2011
6. FIGO. 2012. Management of The Second Stage Labor. International Jurnal of
Gynecology and Obstetrics. Vol. 119. USA: Elsevier. pp: 111-116
7. Leveno. J., et al. 2013. Williams Manual of Pregnancy Complications:
International Edition. Abnormal Labor and Delivery. Ed. 23rd. Norh America:
The McGraw-Hill Company. pp: 114-123
8. Neilson, J.P., lavender, T., et al. 2010.
Obstructed labour: reducing maternal death and disability during pregnancy.
british medical bulletin, vol 67. www.bmb.oxfordjournals.org
9. Wiknjosastro, H,. dkk.2008.
Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
10. Lilihata, Gracia & Prasmusinto, Damar. Editor: Chris Tanto. 2014. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 4. Kelainan Presentasi. Jakarta: Media Aesculapius.
pp: 473-78
11. Pernoll, M. L. 2001.
Benson & Pernolls handbook of obstetrics and gynecology. Tenth edition.
New York: Mc Graw Hill
12. Joy,
S.,
Thomas,
P.
2011.
http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview

Abnormal

Labor.

13. Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala


II. Cermin Dunia Kedokteran no. 146. www. Kalbe.co.id

33

14. Syakurah,
Risma.
2011.
Tinjauan
Pustaka
Partus
Kasep.
http//www.wordpress.com. diakses tanggal 18 Nopember 2011
15. Mochtar, Rustam, 1998.
Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta: EGC
16. Saifuddin, B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, H & Waspodo, D. 2006., Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Persalinan
Lama. Edisi 1, Cet. 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
pp: 184-84.
17. Pereira, Gabriela. 2006.
Partus
Kasep.
Available
from:
\Http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep
18. Edwards, R. K. 2005.
Chorioamnionitis and Labour. Obstetri and gynecology clin N Am 32
(2005) 287-296. www.obgyn.theclinics.com

34

Anda mungkin juga menyukai