Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu,
atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh 3
faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang
meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi
diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir
(passage) dan faktor penolong serta faktor psikis (Mochtar, 1998)
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari
faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his
tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun
gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan
yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi
berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan,
keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya
kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan
sosial ekonomi rakyat (Kusumawati, 2006)
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan
bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%,
perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi
sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan
adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di
Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan
berbagai pendekatan (Kusumawati, 2006)

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana mendiagnosa partus kasep, terutama pada pasien studi kasus
2) Mengapa pada pasien studi kasus terjadi partus kasep?
3) Tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui cara mendiagnosa partus kasep, terutama pada pasien studi
kasus
2) Mengetahui penyebab pasien pada studi kasus mengalami partus kasep.
3) Mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep

1.4 Manfaat
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman dokter muda mengenai partus kasep dalam hal
pelaksanaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan
diagnosa, penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Partus Kasep
Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama
diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara,
dan lebih dari 18 jam pada multipara (Mochtar, 1998).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Friedman pada 1955, persalinan
terbagi menjadi:
• Fase I
Fase I dimulai dari adanya kontraksi uterus yang menyebabkan pembukaan
serviks. Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Pada fase laten
terjadi kontraksi uterus yang diikuti penipisan dan pembukaan serviks yang
berjalan lambat. Fase laten terjadi dalam 8-10 jam dan menyebabkan
pembukaan serviks hingga 3 cm. Pada fase aktif terjadi peningkatan
pembukaan serviks hingga 10 cm dan penurunan janin.
• Fase II
Didefinisikan sebagai pembukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi
• Fase III
Merupakan tahap dilahirkannya plasenta (Joy, 2011)

Decetertlon phase

Phase ol
maximum
slope

Acceleration phase

2 4 6 8 10 12 14 16
Time from commencement of labour (h)

Tabel 2.1 kurva Friedman

3
Partus lama terjadi akibat pemanjangan dari fase-fase persalinan diatas. Kelainan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Nullipara Multipara
Prolonged latent phase > 20 jam >14 jam
Protracted dilation < 1.2 cm/ jam < 1.5 cm/ jam
Protracted descent <1 cm/ jam < 2 cm/ jam
Arrest of dilation >2 jam >2 jam
Arrest of descent >2 jam >1 jam
Prolonged second stage >2 jam >1 jam
Prolonged third stage >30 menit >30 menit
Tabel 2.1 pemanjangan fase persalinan

Komplikasi yang terjadi akibat persalinan lama pada partus kasep dapat
berupa komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya
infeksi intrauterin. Komplikasi pada anak dapat berupa kaput suksedaneum yang
besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban bercampur mekoneum,
denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau irregular, dan gerak anak yang
berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga merupakan komplikasi partus
lama pada anak. Komplikasi pada ibu dapat berupa edema pada portio, vagina,
ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan dehidrasi. Sedangkan tanda-tanda infeksi
intrauterin dapat dinilai berdasar kriteria Gibbs yang meliputi temperatur rektal
lebih dari 37,6oC disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut yaitu: takikardi
maternal (denyut jantung >100x/mnt), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt),
uterine tenderness, cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal
yang ditandai dengan leukosit >15.000 /mm3 (Edwards, 2005).
2.2 Epidemiologi
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-
2003 melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami
komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan
berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui
bedah sesarea, 59% terjadi akibat persalinan yang mengalami komplikasi,
dimana sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Berdasarkan survei
ini juga dilaporkan bahwa bayi yang meninggal dalam usia satu bulan setelah
dilahirkan, 39% terjadi akibat komplikasi termasuk persalinan lama (30%),
perdarahan 12% dan infeksi (10%) (Kusumawati, 2006).

4
2.3 Etiologi dan faktor resiko
Penyebab persalinan lama diantaranya adalah kelainan letak janin, kelainan
panggul, kelainan keluaran his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan
sefalopelfik, pimpinan persalinan yang salah dan primi tua primer atau sekunder.
A. Faktor Panggul
Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin sehingga
kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada dalam
batas normal. Kurangnya gizi saat masa kanak-kanak merupakan salah satu hal
yang dapat menyebabkan ukuran pelvis yang kecil pada wanita. Ukuran panggul
dapat sangat berbeda dari ukuran normal pada seorang wanita yang menderita
riketsia atau osteomalasia di masa mudanya. Selain itu faktor keturunan juga
berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk panggul (Neilson, dkk, 2003).
a) Kesempitan pada Pintu Atas Panggul
pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala
memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala (Wiknjosastro, 2008).
b) Kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia interspinarum
kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran pada
persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula (Wiknjosastro, 2008).
c) Kesempitan pintu bawah panggul
bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm, maka
sudut arkus pubis juga mengecil (<80°) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa (Wiknjosastro, 2008).
d) Panggul Sempit Relatif
Panggul sempit adalah panggul dengan diameter yang kurang sehingga
mempengaruhi mekanisme persalinan normal. Bentuk dan ukuran panggul
dipengaruhi oleh:
• Faktor perkembangan: herediter atau kongenital

5
o Panggul sempit ginekoid
o Panggul sempit android
o Panggul sempit anthropoid
o Panggul sempit platipeloid
o Panggul Naegele: tidak adanya salah satu sacral alae
o Panggul Robert: tidak adanya kedua sacral alae
o High assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 6 vertebra
o Low assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 4 vertebra
o Split pelvis: simfisis pubis terpisah
• Faktor rasial
• Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit
• Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul
android
• Faktor metabolik: misalnya rakitis dan osteomalasia
• Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul, kaki, atau tulang
belakang (El-Mowafi, 2008).
B. Faktor Anak
a) Posisi Oksiput Posterior Persisten
Prevalensi kondisi ini adalah 10%. Pada posisi ini ubun-ubun tidak berputar ke
depan, tetapi tetap berada di belakang. Salah satu penyebab terjadinya adalah
usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Penyebab yang
lain adalah otot-otot dasar panggul yang lembek pada multipara atau kepala janin
yang kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin
untuk memutar ke depan (Wiknjosastro, 2008).
b) Presentasi Puncak Kepala
Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan ketika melewati
jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian terendah. Pada presentasi
puncak kepala, lingkaran kepala yang mealalui jalan kahir adalah sirkumfernsia
frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah
glabela (Wiknjosastro, 2008).

6
c) Presentasi Muka
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga aksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer
jika terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder jika baru terjadi pada
masa persalinan. Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah
keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang
menghalangi terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat
ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut
gantung juga merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka.
Kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di leher depan juga dapat
menyebabkan presentasi muka. Terkadang presentasi muka dapat terjadi pada
kematian janin intrauterine akibat otot janin yang telah kehilangan tonusnya
(Wiknjosastro, 2008).
d) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar akan
berubah menjadai presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab
terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya
presentasi muka karena semua presentasi muka biasanya melewati fase
presentasi dahi lebih dahulu (Wiknjosastro, 2008).
e) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri danbokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong, presentasi bokong
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan presentasi kaki.
Diagnosis letak sungsang umunya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, kepala
teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah uterus teraba bokong yang
tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari pemeriksaan luar, diagnosis
juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunang
seperti USG dan MRI (Wiknjosastro, 2008).

7
Faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan usia
prematur. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak lebih leluasa,
sehingga janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letal sungsang,
atau letak lintang. Pada kehamilam triwulan akhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk mengisi tempat
yang lebih luas di fundus uteri, sedang kepala berada pada ruangan yang lebih
kecil di segmen bawah uterus (Pernoll, 2001).
f) Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Sebab
tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan
perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan kehamilan
kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan bentuk rahim seperti
uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab terjadinya letak
lintang. Adanya letak lintang dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus
tampak melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai dengan usia
kehamilannya. Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin berada di
samping, dan diatas simfisis juga kosong (Pernoll, 2001).
g) Presentasi Ganda
Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin di dalam
rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan disamping
bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda terjadi karena pintu atas
panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada
seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin
kecil (Joy, 2011).
h) Pertumbuhan Janin yang Berlebihan
Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000 gram. Pada
janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar

8
juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan
grande multipara (Wiknjosastro, 2008).
i) Hidrosefalus
Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura serta
ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya berkisar antara 500-
1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karen akepala janin
terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus, maka sering
ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan
menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya (Wiknjosastro,
2008).
j) Prolaps Funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping atau
melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada
presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap
saat atli pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir
dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Keadaan yang menyebabkan
gangguan adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul
tidak tertututp oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi
turunnya tali pusat dan terjadinya prolaps funikuli. Dengan demikian prolaps
funikuli sering didapatkan pada letak sungsang dan letak lintang. Pada
presentasi kepala dapat dijumpai pada disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilam
premature lebih sering dijumpai karena kepala anak yang kecil tidak dapat
menutup pintu atas panggul secara sempurna (Wiknjosastro, 2008).
C. Faktor Tenaga
Faktor tenaga berkaitan dengan kelainan his. His yang tidak normal dalam
kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazimnya
dapat diatasi menjadi tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan
menjadi macet. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri
yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan.
Disusul dengan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam

9
amnion kembali ke asal. Jenis-jenis kelainan his diantaranya inersia uteri,
incoordinate uterine contraction (Wiknjosastro, 2008)
a) Inersia Uteri
Pada kondisi ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian-bagian yang lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
pada kontraksi uterus yang lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan biasanya. Keadaan umum penderita baik dan biasanya nyeri tidak
seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak berbahaya,
kecuali jika persalinan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebut inersi
uteri primer. Inersia uteri sekunder adalah timbulnya inersia uteri setelah sempat
berlangsung his kuat untuk waktu yang lama (Wiknjosastro, 2008).
b) Incoordinate Uterine Contraction
Pada keadaan ini sifat his berubah, tonus otot uterus terus meningkat, juga di
luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi diantara bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi pada kontraksi
uterus bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot uterus yang meningkat
menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia janin (Wiknjosastro, 2008).
c) Faktor Penolong
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan
juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak
dalam memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi
dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan
pada ibu yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan haruis
memulai persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi.
Oleh karena itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan
yang terlatih dan terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya
pada ibu yang melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan,
penolong segera dapat melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat
menyebabkan persalinan tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan
muncul berbagai macam komplikasi (Pernoll, 2001).

1
0
Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan baru
sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus
dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan
keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu
maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya
partus kasep. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-
komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan
angka kematian ibu dan anak (Supriatmaja, 2005).
Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian
kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya
perlu persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP
Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan
operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan
dukun di luar rumah sakit (Supriatmaja, 2005).
d) Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang
luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat
mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat
menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan antenatal yang baik,
diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat
menikmati proses kelahiran bayinya. (Syakurah, 2011)
Selain faktor bayi, tenaga, jalan lahir/panggul, dan penolong, partus
kasep juga dapat disebabkan oleh jarak kelahiran yang jauh, primi tua, perut
gantung, grandemulti, dan ketuban pecah dini. (Mochtar, 1998)
2.4 Gejala Klinis

 Gejala Klinis pada Ibu


Gejala klinis partus kasep dapat dijumpai pada ibu dan anak. Gejala klinis yang
tampak pada ibu meliputi:
• Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus
• cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau
lemah.

1
1
• Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang
terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
• Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang
berupa perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba
dari luar, pada pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin
mudah didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan
vagina (Pernoll, 2001)
Sementara gejala klinis yang nampak pada bayi meliputi:
• Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif
• air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
• Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar
dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput
suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam
beberapa hari.
• Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang
tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.
• Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD)
(Pernoll, 2001)
2.5. Patofisiologi
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung
awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase
laten (primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5
cm
per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan
akan timbul partus kasep.
Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan berlanjut pada partus kasep
dengan tanda-tanda sebagai berikut :
■ Kelelahan ibu
Karena mengejan terus, sedangkan asupan kalori biasanya kurang.
■ Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena
intake cairan kurang.

1
2
■ Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi
rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang
steril.
■ Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul
juga manipulasi dan dorongan dari penolong.
■ Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.
(Syakurah, 2011)
Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta,
dan untuk mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan
menghasilkan energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini
dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan aktivitas ini dipertahankan selama
berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung terlalu lama lebih dari 24 jam,
akan menimbulkan terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul gangguan
emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada
uterus akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang.
Selain itu juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk
memenuhi kebutuhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi
kemampuan uterus untuk berkontraksi. Oleh karena itu, kontraksi uterus akan
melemah jika bekerja berkepanjangan karena alasan fisiologis dan biokimia.
(Neilson, dkk, 2010)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kontraktilitas uterus yang
berkurang mengakibatkan kesulitan persalinan pada primigravida. Hal ini
mungkin disebabkan oleh uterus yang berhenti berkontraksi karena miometrium
yang mengalami asidifikasi. Asidifikasi ini disebabkan oleh penurunan energi
miometrium, metabolisme anaerob, dan ketosis sistemik. Pada multigravida,
kemungkinan miometrium tolerans terhadap efek asidifikasi yang mekanismenya
belum diketahui, sehingga kontraksi uterus tidak berhenti. Kontraksi yang terus-
menerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan hipoksia akan
mengakibatkan edema miometrium dan nekrosis yang yang dapat menimbulkan
ruptur uteri. (Neilson, dkk, 2010)
2.6. Diagnosis
Diagnosis partus kasep ditegakkan berdasarkan adanya partus lama
yang disertai tanda dan gejala klinis akibat partus lama. Gejala tersebut dapat
berasal dari ibu ataupun dari janin. Gejala yang dirasakan ibu dapat berupa:

1
3
• Kelelahan
• Vulva edema
• Perut kembung
• Demam
• Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis
• Infeksi intrauterin sampai sepsis
• Dehidrasi sampai syok
• Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)
Sementara pada janin dapat ditemukan tanda-tanda partus kasep,
diantaranya:
• Kaput suksedaneum
• Denyut jantung janin, meningkat, menurun, atau ireguler
• Gawat janin
• Kematian janin (Pereira, 2006)
2.7. Penatalaksanaan
Dalam menerapi partus kasep keadaan umum ibu perlu diperbaiki. Memperbaiki
keadaan umum ibu bertujuan untuk:
1. Koreksi cairan (rehidrasi)
2. Koreksi keseimbangan asam basa
3. Koreksi keseimbangan elektrolit
4. Pemberian kalori
5. Pemberantasan infeksi
6. Penurun panas
Untuk itu diperlukan pemasangan infus sebagai akses masuknya cairan, kalori
dan elektrolit. Kateter urin perlu dipasang untuk mengontrol produksi urin. Pada
pasien dapat diberikan infus dekstrosa 5% sebagai sumber kalori dan cairan
dapat diberikan menurut kebutuhan. Koreksi asam basa dapat dilakukan dengan
pengukuran karbondioksida darah dan pH. Selain itu juga diperlukan pemberian
antibiotika spektrum luas secara parenteral. Apabila ibu mengeluh demam dapat
diberikan penurun panas berupa kompres, atau injeksi Xylomidone.
Selain itu pada partus kasep, harus segera dilakukan terminasi persalinan.- Bila
syarat persalinan pervaginam memenuhi dapat dilakukan ekstraksi
vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi. Bila syarat persalinan pervaginam
tidak terpenuhi maka dilakukan bedah sesar (Kumboyo, 2001)

1
4
2.8. Komplikasi
Komplikasi pada partus kasep dapat terjadi pada ibu maupun pada bayi.
Pada partus kasep dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya
serius yang mengancam ibu dan janinnya, terutama bila disertai pecahnya
ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi
desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu
dan janin.
Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ,
robekan jalan lahir, ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus
menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan
paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta
pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian
terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk
jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan
dinding panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan
sirkulasi, maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari
setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau
rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan
kala dua yang sangat berkepanjangan.
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat partus kasep adalah gawat janin
dalam rahim sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia
berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan
akibat lain dari partus kasep. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan,
kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan (Kumboyo, 2001)

1
5
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam


upaya memperbaiki atau memelihara klien sampai ketahap optimal melalui
suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal klien untuk mematuhi
kebutuhannya.

I. Pengakajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku bangsa, alamat
2. Keluhan utama
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar keperut, adanya his yang sering dan teratur, keluarnya
lendir dan darah.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Mulai timbul his, nyeri dan keluarnya darah serta lendir
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya penyakit yang dapat menyebabkan resiko tinggi saat
persalinan, seperti penyakit jantung, HT, TB, DM, penyakit
kelamin, dan lain-lain
c. Riwayat penyakit keluarga
Kemungkinan adanya penyakit menurun, seperti DM, dan lain-
lain
4. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
Meliputi awal haid, siklus, keteraturan, jumlah, hari petama
haid terakhir
b. Riwayat kebidanan
Meliputi riwayat persalinan dahulu pada multigravida

1
6
5. Riwayat psikososial spiritual dan budaya
Kx merasa tidak feminim lagi karena perubahan tubuhnya,
ketakutan akan kehilangan bayi dan kecemasan selama persalinan
berlangsung
6. Pola kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan
yang menurun
2. Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang, miring kanan/kiri tergantung pada
letak punggung janin dan kx sulit tidur terutama kala I - IV
3. Aktivitas
Kx dapat melakukan aktivitas seperti biasanya terbatas pada
aktivitas ringan tidak membutuhkan tenaga banyak tidak
membuat kx cepat lelah emosi
4. Eliminasi
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan
proses persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi
konstipasi
5. Personal higiene
Kebersihan tubuh, terutama kebersihan daerah kemaluan dan
daerah payudara
7. Pemeriksaan
* Pemeriksaan umum meliputi
a. Tinggi badan dan berat badan
Ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 145 cm
terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi
karena kemungkinan besar memiliki panggul sempit.
Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan
peningkatan berat badan selama hamil antara 10 – 12 kg.
b. Tekanan darah
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak
dilahirkan, biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10

1
7
mmhg
c. Suhu, Nadi, pernafasan
Dalam keadaan biasa suhu badan antara 36 – 37 oC. Bila
suhu tubuh lebih dari 375 dianggap ada kelainan kecuali
bagi kx setelah melahirkan suhu badan 355 oC - 378 oC
masih dianggap normal karena perlahan keadaan nadi
biasanya mengikuti keadaan suhu, bila suhu naik, keadaan
nadi akan bertambah pula, dapat disebabkan karena adanya
perdarahan. Pada kx yang dalam persalinan pernafasannya
agak pendek karena kelelahan. Dan akan kembali normal
setelah persalinan dan periksa tiap 4 jam.
* Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
Biasanya terdapat doasma gravidarum, terkadang ada
pembengkakan kelopak mata, pucat pada konjungtiva,
sklera kuning, stomatitis dan lain-lain
2. Dada
Terdapat pembesaran payudara, hiperpigmentasi areora
mamae dan penonjolan pada papila mamae, keluarnya
colostrom
3. Perut
Adanya pembesaran pada perut membujur,
hyperpigmentasi linea alba / nigra, terdapat strie
gravidarum
Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus
xypoideus. Usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan
prosesus xypoideus, belum atau sudah kepala masuk PAP,
adanya his yang mungkin sering dan kuat.
Auskultasi : Ada tidak DJJ dan frekuensi normalnya 120 –
160 x / menit.
4. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, terdapat pembukaan
cervix, serta kelenturan pada serviks

1
8
5. Ekstremitas
Biasanya terjadi odema pada tungkai dan kadang varices
karena adanya penekanan dan pembesaran vena abdomen
* Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi haemoglobin, faktor Th, dan
kadang dilakukan pemeriksaan serologi untuk sifilis

II. Diagnosa keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akit) berhubungan dengan kontraksi
uterus
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran / perdarahan yang berlebih
3. Defisit perawatan biri berhubungan dengan mobilitas selama
persalinan
4. Cemas berhubungan dengan proses persalinan
5. Perubahan peran

III. Intervensi
Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan
dengan kontraksi uterus
Tujuan : klien menerima dan mampu beradaptasi terhadap nyeri yang
timbul
Kriteria hasil : - Kx dapat mengendalikan diri saat kontraksi dan
diantara his
- Kx mengeti tanda-tanda terjadinya persalinan
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
2. Kaji derajat nyeri melalui isyarat verbal atau non verbal
3. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi pada klien
4. Bantu klien mendapat posisi yang nyaman
5. Pantau atau observasi tanda-tanda vital

1
9
6. Hitung dan catat frekuensi, intensitas dan durasi pola kontruksi
uterus setiap 30 menit
7. Kaji sifat dan jumlah tampilan vagina, dilatasi serviks, penonjolan
lokasi janin dan penurunan janin
8. Kolaborasi dengan tim medis
Rasional
1. Menciptakan suasana saling percaya sehingga pada perawat dan
kooperatif
2. Mengetahui skala, intensitas nyeri kx
3. Otot-otot akan rilex sehingga nyeri berkurang
4. Kx merasa nyaman dengan posisi yang dipilih
5. Mengetahui keadaan kx dan memudahkan untuk tindakan
selanjutnya
6. Memantau kemajuan persalinan
7. Sebagai fungsi interdependent serta ketepatan dalam pemberian
terapi

IV. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam
operasionalnya perawat merupakan satu tim yang berkerja sama secara
berkesinambungan dengan berbagai tim. Seluruh kegiatan keperawatan
dalam tahap ini ditulis secara rinci sesuai denagan tindakan keperawatan
atau catatan keperawatan (Nasrul Efendi, 1995)

V. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
pasien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Efendi, 1995)

2
0
BAB 4
PEMBAHASAN
Partus kasep adalah fase terakhir dari suatu partus yang macet dan
berlangsung terlalu lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan atau janin,
seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Gawat janin sampai
kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK). Sesuai dengan definisi tersebut,
kasus di atas dapat didiagnosis sebagai partus kasep, karena didapatkan adanya
persalinan yang berlangsung lama pada kala I fase aktif serta ditemukannya
komplikasi pada ibu dan janin akibat partus lama tersebut.
Kala I fase aktif pada multigravida dikatakan memanjang atau lama
apabila pembukaan /dilatasi serviks <1,5 cm/jam. Pada pasien ini diameter
pembukaan serviks meningkat dari 5 cm menjadi 6 cm sejak pukul 05.00 sampai
dengan pukul 20.00.
Akibatnya muncul komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi pada ibu
yaitu: ibu tampak kelelahan dan dehidrasi, adanya portio edema. Komplikasi pada
janin yaitu: denyut jantung janin meningkat (162x/menit), teraba caput serta pada
akhir proses persalinan tampak air ketuban mekonial. Air ketuban mekonial
menunjukkan adanya gangguan oksigenasi pada janin. Frekuensi normal denyut
jantung janin adalah antara 120 dan 160 denyutan semenit; selama his frekuensi
ini bisa turun tetapi diluar his kembali lagi ke keadaan semula. Pada kasus ini
didapatkan denyut jantung janin reguler, 162x/menit.
Dari 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan, yaitu power, passage,
passenger, provide, psikis akan dijabarkan sebagai berikut:
- Tenaga atau Kekuatan (power) : Tidak didapatkan adanya kelainan his pada
pasien. His yang muncul cukup adekuat, yaitu 3 kali dalam 10 menit selama 35
detik. Tidak didapatkan adanya inersia uteri baik primer maupun sekunder, his
yang terlampau kuat, ataupun incoordinate uterine contraction.
- Janin (passanger) : Tidak didapatkan adanya kelainan letak janin, posisi janin,
presentasi janin dan bentuk janin. Dari hasil pemeriksaan dalam didapatkan
denominatornya adalah fontanella minor pada anterior kiri.
- Jalan Lintas (passage) : Tipe panggul pasien adalah tipe ginekoid, sehingga tidak
menjadi penyebab persalinan lama. Sedangkan untuk kecurigaan terhadap CPD
dapat disingkirkan karena kepala sudah turun hingga hodge III, yang menandakan
bahwa pintu atas dan pintu tengah panggul tidak sempit.

2
1
Sedangkan untuk pintu bawah panggul juga normal, karena arcus pubis >90°,
sehingga kelainan pada jalan lahir dapat disingkirkan.
- Penolong (provider) : Penolong dalam hal ini terlambat merujuk pasien. Pasien
tidak mengalami kemajuan persalinan dari pukul 14.30 sampai dengan pukul
20.00 setelah dilakukan drip oksitosin, (dilatasi hanya bertambah 1 cm).
Kemudian pasien baru datang ke RSSA pukul 23.52. Akibatnya ibu mulai
kelelahan, gelisah, dan dehidrasi.
- Psikis : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan
orang terdekat dan intregitas emosional sudah cukup baik pada pasien ini.
- Selain faktor bayi, tenaga, jalan lahir/panggul, dan penolong, partus kasep juga
dapat disebabkan oleh jarak kelahiran yang jauh (primi tua) perut gantung,
grandemulti, dan ketuban pecah dini.
Selain disebabkan karena keterlambatan merujuk, partus kasep yang terjadi pada
pasien disebabkan oleh jarak putra pertama dengan kelahiran ini adalah 16 tahun
(>10 tahun), sehingga pasien dikategorikan dalam primitua sekunder. Hal ini
sesuai dengan teori di atas bahwa pada pasien primi, terjadi penurunan
kontraktilitas uterus yang mengakibatkan kesulitan persalinan. Hal ini
dikarenakan uterus yang berhenti berkontraksi karena miometrium mengalami
penurunan energi, metabolisme anaerob dan ketosis sistemik sehingga terjadi
timbunan asam laktat yang dapat mengurangi kemampuan uterus untuk
berkontraksi. Akibatnya terjadi partus macet, dan jika ibu kelelahan karena uterus
dipaksa berkontraksi terus-menerus bisa berlanjut pada partus kasep yang
menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
Untuk penatalaksanaan pasien dengan partus kasep pada kasus di atas, tindakan
yang dilakukan yaitu:
1. Resusitasi intrauterin
-Ibu miring ke kiri
-O2 8 lpm
-IVFD RL 1000 cc
2. Injeksi ceftriaxone 1x1 gr iv
3. Tokolitk kaltrofen
4. Terminasi dengan SC Cito

2
2
5. Injeksi Ceftriaxone 1 gr iv
6. Metronidazole infus 3x500mg
7. Injeksi metochlopramide 1 amp
8. Injeksi ranitidin 1 ampul
9. Setelah diberikan antibiotik dan antipiretik serta dilakukan resusitasi intrauterin
selama 2 jam, selanjutnya dilakukan seksio sesaria (SC).
Lahir bayi perempuan/3100 gram/50 cm/AS 7-9/ketuban kehijauan Plasenta
dilahirkan dengan tarikan ringan, lahir lengkap dengan diameter 20 cm dengan berat
± 500 gram dan panjang ± 50 cm dengan tinggi fundus uteri 1 jari di atas umbilikus.
Normalnya setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat; segera
setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari di bawah pusat. Setelah dirawat
selama 3 hari, keadaan umum bayi dan ibu membaik, kontraksi ibu baik, tidak ada
perdarahan, lokia rubra (+), dan luka bekas SC terawat dengan baik, kemudian
diperbolehkan pulang
.

2
3
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pasien didiagnosa partus kasep atas dasar kala 1 fase aktif lama (prolonged
active phase) yang kemudian diikuti dengan komplikasi yang terjadi pada
ibu dan janin
2. Penyebab terjadinya partus kasep pada pasien studi kasus adalah karena
penolong yang terlambat merujuk pasien dan pasien merupakan primi tua
sekunder
3. Tindakan yang harus segera dilakukan pada partus kasep adalah resusitasi
intrauterine berupa pemberian oksigen, memposisikan ibu miring ke kiri,
rehidrasi cairan dengan ringer laktat / garam fisiologis 1000cc dan segera
terminasi kehamilan sesuai indikasi
5.2 Saran
1. Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis partus kasep untuk
mengetahui faktor predisposisi terjadinya partus kasep
2. Diperlukan pengawasan dan tindakan yang tepat dalam menangani partus
kasep untuk menghindari komplikasi yang membahayakan nyawa janin
dan ibu
3. Diperlukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), empati dan
dukungan psikologis yang memadai dan konstruktif pada pasien dan
keluarga mengenai partus kasep pada pasien sehingga memerlukan
perawatan antenatal secara berkala ke health provider pada kehamilan
berikutnya.

2
4
DAFTAR PUSTAKA
Edwards, R. K. 2005. Chorioamnionitis and Labour. Obstet and gynecol clin
NAm32
(2005) 287-296. www.obgyn.theclinics.com
Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah
SakitUmum Daerah NTB. Mataram
Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan
dengan Tindakan.Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS. Diakses pada
18 november 2011
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi,
Edisi 2. Jakarta: EGC
Neilson, J.P., lavender, T., et al. Obstructed labour: reducing maternal death and
disability during pregnancy.2003. british medical bulletin, vol 67.
www.bmb.oxfordjournals.org
Pereira, Gabriela. 2006. Partus Kasep. Available from:
\Http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep
Pernoll, M. L. 2001. Benson & Pernoll's handbook of obstetrics and gynecology.
Tenth edition. New York: Mc Graw Hill
Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala II.
Cermin Dunia Kedokteran no. 146. www. Kalbe.co.id
Syakurah, Risma. 2011. Tinjauan Pustaka Partus Kasep.
http//www.wordpress.com. diakses tanggal 18 Nopember 2011
Wiknjosastro, H,. dkk.2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2
5

Anda mungkin juga menyukai