Anda di halaman 1dari 27

PARTUS LAMA & PARTOGRAF

RUTH C. I. P RAMANDEI
20160811014009
PARTUS LAMA
Definisi
• Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multi (rustam mochtar, 1998).
• Menurut winkjosatro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase
laten lebih dari 8 jam, persalianan telah berlangsung 12 jam atau lebih
tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada partograf.
• Partus lama disebut juga distosia, di definisikan sebagai persalinan
abnormal / sulit (Sarwono, 2010) 2
 
Etiologi

Distosia terdiri dari 3 golongan besar menurut gangguan terhadap 3


macam faktor (kelainan 3P), yakni :
1. Kekuatan (power) pendorong janin yang kurang memadai, ini
dapat disebabkan oleh:
 Kelainan his, yang merupakan sebab distosia yang terpenting dan
tersering seperti Inersia uteri, yaitu: sifat his biasa, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu pada bagian lainnya.
Incoordinate uterine action, yaitu: sifat his berubah, tonus otot
uterus meningkat, juga di luar his dan kontraksinya berlangsung
seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
 Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut
akibat luka parut baru, diastasis muskulus rektus abdominis, atau
kelainan keadaan umum ibu, seperti sesak napas atau kelelahan ibu
2. Kelainan janin (passenger) itu sendiri, yang dapat berupa:
• Kelainan letak janin (letak sungsang; letak lintang)
• Kelainan presentasi janin (muka, dahi, bokong)
• Kelainan posisi (ubun-ubun kecil di belakang)
• Kehamilan ganda (gemelli)
• Bayi besar (makrosomia)
• Cacat bawaan (hidrosefalus, monstrum),dll

3. Kelainan ukuran atau bentuk panggul/jalan lahir (passage)


Kelainan terjadi pada ukuran antero-posterior maupun
tranversal bidang-bidang panggul. Panggul sempit dapat terjadi
bila ukurannya lebih kecil dari ukuran normal atau terdapat
kelainan bentuk panggul itu sendiri

Kelainan jalan lahir juga dapat disebabkan oleh neoplasma organ genitalia
interna (uterus atau ovarium) maupun visera lain di rongga panggul yang
berukuran besar, sehingga menggangu turunna bayi ketika melalui jalan lahir
Klasifikasi persalian lama:
• Fase laten : fase laten yang melampaui 20 jam primi gravida
dan 14 jam pada multipara.
• Fase aktif memanjang: fase aktif yang berlangsung lebih dari
12 jam pada primi gravida dan lebih dari 6 jam pada
multigravida. Dan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per 3
jam.
• Kala II lama: Kala II yang berlangsung lebih dari 6 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multipara
Patofisiologi
Partus lama partus yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus
berlangsung lebih dari 24 jam atau kala I 20 jam atau kala II 2 jam.
Pada partus lama pada umumnya ibu dalam keadaan lelah, demikian
juga keadaan janin dan uterus.
Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat
diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa membahayakan
jiwa ibu maupun janin. Kadang – kadang sulit memastikan partus lama
dari segi waktu karena kesulitan menentukan saat mulai inpartu.
Untuk ini perlu diperhatikan adanya tanda – tanda partus lama :
• Keadaan umum lemah kelelahan
• Nadi cepat, RR cepat
• Dehidrasi
• Perut kembung
Tanda & gejala
Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan
juga janin.
1. Pada ibu :
• Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat
dan meteorismus.
• Didaerah lokal sering dijumpai : Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban
berbau, terdapat mekonium.

2. Pada anak :
• DJJ cepat atau tidak teratur bahkan negarif, air ketuban terdapat mekonium
kental kehijau-hijauan dan berbau.
• Kaput succedaneum yang besar
• Moulage kepala yang hebat
• Kematian Janin dalam kandungan (KJDK)
• Kematian janin intra parental (KJIP)
next
Menurut Manuaba (2010) gejala utama yang perlu diperhatikan pada
partus lama antara lain:
• Dehidrasi
• Tanda infeksi:temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus
• Pemeriksaan abdomen: meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri
segmen bawah rahim
• Pemeriksaan lokal vulva vagina: edema vulva, cairan ketuban berbau,
cairan ketuban bercampur mekonium
• Pemeriksaan dalam: edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke
atas, terdapat kaput pada bagian terendah
• Keadaan janin dalam rahim: asfiksia sampai terjadi kematian
• Akhir dari persalinan lama: ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri,
kematian ibu karena perdarahan atau infeksi.2
Diagnosis
Penatalaksanaan

1. Persalinan palsu atau belum inpartu (False Labor)


Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah
apabila didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat dan jika
tidak ada, pasien boleh rawat jalan.

2. Fase laten memanjang (Prolonged Laten Phase)


• Jika his berhenti, pasien disebut belum inpartu atau
persalinan palsu.
• Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih
dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan
penilaian ulang terhadap serviks.
Penilaian serviks tersebut antara lain :
• Jika tidak ada perubahan pada pendataan atau pembukaan serviks dan
tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu
• Jika ada kemajuan dalam pendataan dan pembukaan serviks, lakukan
amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
a. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
b. jika pasien tidak masuk fase laten setelah dilakukan pemberian
oksitoksin selama 8 jam, lakukan sectio cecarea

• Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) :


a. Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitoksin
b. Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan
 Ampicillin 2 gram intravena setiap 6 jam
 Ditambah Gentamicin 5 mg/kg berat badanintravena setiap 24 jam

• Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotikapasca persalinan


• Jika dilakukan sectio cecarea, lanjutkan antibiotika dan Metronidazol
500 mg intravena setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam

3. Fase aktif memanjang


Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan
ketuban masih utuh, pecahkan ketuban. Nilai his :
• Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik), pertimbangkan adanya inersia uteri
• Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik),
pertimbangkan adanya disproporsi obstruksi, malposisi atau
malpresentasi. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his
dan mempercepat kemajuan persalinan.
PARTOGRAF
Definisi
Beberapa pengertian dari partografadalah sebagai berikut:
• Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala
satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik (JNPK-KR, 2007).
• Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan
(Sarwono,2008).
• Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk
merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan
(Farrer, 2001).
Tujuan partograf
• Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan


demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).

• Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi


bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir
Penggunaan partograf
Partograf harus digunakan:
• Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun
patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi
dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai
dengan penyulit

• Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, Puskesmas, klinik bidan swasta,
rumah sakit, dll)

• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu
dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa
Kedokteran) (JNPK-KR,2008).

• Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatk
mendapatkan asuhan yang aman dan an tepat waktu. Selain itu juga mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 200 2002). 6
Pengisian partograf
Partograf mulai diisi bila:
1. Ibu masuk dalam persalinan:
• Fase laten (pembukaan <3 cm), his teratur, frekuensi min. 2x/10’, lamanya <20’’
• Fase aktif (pembukaan >3 cm), his teratur, frekuensi min. 1x/10’, lamanya <20’’
2. Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his:
• Bila infus oksitosin dimulai
• Bila persalinan dimulai
3. Masuk untuk inkubasi persalinan:
• Pemecahan ketuban (amnioni) dengan atau tanpa infus oksitosin
• Induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
• Bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah
Patograf tidak dibuat pada kasus kasus:
o Partus prematurus
o Pada saat MRS pembukaan >9 cm
o Akan dilakukan seksio sesarea elektif
o Pada saan MRS kan dilakukan seksio sesarea darurat
o Bekas seksio sesarea 2kali
o Bekas seksio sesarea klasik
o Kasus preeklampsia dan eklampsia

Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat secara seksama yaitu:
• DJJ setiap 12 jam
• Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
• Nadi ½ jam
• Pembukaan serviks setiap 4 jam
• Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
• TD dab temperatur tubuh setiap 4 jam
• Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Mencatat temuan pada partograf
Adapun temuan-temuanyang harus dicatat adalah :
1. Informasi Tentang Ibu
Waktu kedatangan (tertulis sebagai : jam atau pukul pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya
selaput ketuban.
2. Kondisi Janin
o Denyut jantung janin
o Warna dan adanya air ketuban
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U=Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )
J=Selaput ketuban sudahpecah dan air ketuban jernih
M=Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D=Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K=Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ( kering )
3. Penyusupan( Molase) tulang kepala janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai di bawah
lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0=Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1=Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2=Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindihtetapi masih dapat
dipisahkan
3=Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan (JNPK-KR,2008).
Kemajuan persalinan

• Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera dikolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks
dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan
penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm.

1. Pembukaan servik
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda „X‟ harus dicantumkan di garis waktu
yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
2. Penurunan bagian terbawah janin
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin telah memasuki
rongga panggul.

3. Garis waspada dan garis bertindak


Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik
dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per
jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari
1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit .
• Jam dan waktu
Setiap kotak padapartograf untuk kolom waktu (jam) menyatakan satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.

• Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “ kontraksi per 10
menit “ di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik.

• Obat-obatan dan cairan yang diberikan


• Oksitosin  Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam tetes per menit.
• Obat-obatan lain  Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
Halaman belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan
kelahiran, serta tindakan –tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga IV ( termasuk bayi baru lahir). Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai