Disusun oleh:
NIM : 20160811014018
Dosen Pengampu :
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2020
1. Jelaskan perihal Abortus provokatif dan Abortus spontan serta
pengobatannya!
Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin
dapat hidup diluar dunia, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO,
aborsi berarti keluarnya janin dengan berat badan <500 gram atau usia
kehamilan <22 minggu. Meningat kondisi penanganan bayi baru lahir
berbeda-beda diberbagai negara, usia kehamilan seperti defenisi abortus dapat
berbeda-beda pula. Di negara maju, keguguran saat ini diartikan sebagai
keluarnya hasil konsepsi ketika usia kehamilan <20 minggu atau berat badan
janin <400 gram. Menurut kejadiannya, abortus dikelompokkan sebagai;
1. Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy loss)
Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis. Berikut adalah pembagian abortus spontan beserta
penanganannya :
a. Abortus imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi,
keluarnya fetus masih dapat dicegah.
Pengelolaan :
1. Bila hasil konsepsi masih utuh dan terdapat tanda-tanda kehidupan
janin:
Ibu diminta tirah baring dan tidak melakukan aktivitas
seksual sampai gejalan perdarahan hilang atau selama 3 x 24
jam;
Pemberian preparat progesteron masih diperdebatkan karena
dapat menyebabkan relaksasi otot polos, termasuk otot
uterus. Beberapa penelitian menunjukkan efek buruk
progesteron, yakni meningkatkan risiko abortus inkomplet,
sehingga hanya diberikan bila terdapat gangguan fase luteal;
dosisnya 5-10 mg;
2. Bila hasil USG meragukan, USG diulang kembali 1-2 minggu
kemudian;
3. Bila hasil USG tidak baik, segera lakukan evakuasi.
b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dengan
ostium sudah terbuka dan ketuban sudah teraba. Kehamilan sudah
tidak dapat dipertahankan lagi.
Pengelolaan :
1. Evakuasi hasil konsepsi;
2. Pemberian uterotonika pascaevakusi;
3. Pemberian antibiotik selama 3 hari.
c. Abortus inkompletus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua dan plasenta.
Pengelolaan :
1. Perbaikan keadaan umum, syok harus diatasi bila muncul, bila Hb
<8 gr%, tranfusi darah segera diberikan;
2. Evakuasi hasil konsepsi, baik dengan metode digital atau kuretasi;
3. Pemberian uterotonika;
d. Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua
dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
Pengelolaan :
Abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila
pasien anemia perlu diberi sulfat ferrosus atau transfusi.
e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Pengelolaan :
1. Perbaikan keadaan umum
2. Transfusi darah segar
3. Transfusi fibrinigen
4. Pemberian misoprostol peroral atau pervaginal, dosis 200
mikrogram/6jam. Bila dalam 2 × 24 jam hasil konsepsi tidak
keluar, kuretasi segera dilakukan
5. Evakuasi dengan kuretasi, bila usia kehamilan ˃12 minggu,
kuretasi didahului dengan pemasangan dilator (laminaria stift) atau
pemberian misoprostol 200ug/6jam.
f. Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Pengelolaan :
Pengelolaan abortus habitualis bergantung kepada etiologi. Pada
kelainan anatomi, misalnya inkom petensi servilks, dapat dilakukan
operasi Shirodkar atau McDonald.
2. Abortus provocatus (abortus buatan, aborsi disengaja, digugurkan)
Dapat dikelompokkan lebih lanjut menjadi :
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (abortus provocatus artificialis
atau abortus therapeuticus) adalah abortus sesuai indikasi untuk
kepentingan ibu, misalnya penyakit jantung, hipertensi maligna, atau
karsinoma serviks. Keputusan pelaksanaan aborsi ditentukan oleh tim
ahli yang terdiri atas dokter ahli kebidanan, penyakit dalam, dan
psikiatri atau psikolog.
Pengelolaan :
1. Kimiawi-pemberian obat abortus ekstrauterin atau intrauterin,
seperti prostaglandin, antiprogesteron (RU 486) atau oksitosin.
2. Mekanis:
a. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka
serviks secara perlahan dan tidak traumatik, kemudian
dilanjutkan dengan evakuasi menggunakan kuret tajam atau
vakum;
b. Dilatasi serviks menggunakan dilator Hegar dilanjutkan dengan
evakuasi dengan kuretasi;
c. Histerotomi/histerektomi.
b. Abortus buatan kriminal (abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah, dilarang oleh
hukum atau dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang. Kecurigaan
terhadap abortus provokatus kriminalis harus dipertimbangkan bila
terdapat abortus febrilis. Aspek hukum tindakan abortus buatan harus
diperhatikan. Beberapa bahaya abortus buatan kriminalis adalah
infeksi, infertilitas sekunder, maupun kematian.
2. Jelaskan Preeklamsi dalam kehamilan serta pengobatannya!
Preeklamsia diidentifikasi melalui adanya hipertensi, dan proteinuria pada
seorang perempuan hamil yang tadinya normotensif. Penyakit ini timbul
sesudah minggu ke-20 dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda.
Preeklamsia adalah penyakit primigravida dan bila timbul pada seorang
multigravida biasanya ada faktor predisposisi, seperti hipertensi, diabetes atau
kehamilan ganda. Disebut sebagai sindrom preeklamsia karena merupakan
kelainan yang ditandai oleh beberapa gejala spesifik dalam kehamilan akibat
terlibatnya banyak sistem organ.
Diagnosis preeklamsia ditegakkan bila ditemukan gejala hipertensi dan
proteinuria, yang disebut juga sebagai kriteria minimum :
1. Hipertensi merupakan gejala yang paling awal dan tiba-tiba sesudah
kehamilan 20 minggu. Batas tekanan darah adalah 140 mmHg (sistolik)
dan 90 mmHg (diastolik). Tekanan darah diukur ketika penderita
beristirahat rebah dan miring ke kiri. Bunyi Korotkoff ke-V dipakai untuk
menentukan tekanan diastolik.
2. Proteinuria ditegakkan bila kadar protein ≥ 300 mg dalam urin 24 jam atau
30 mg/dl (+1 dipstick) urine sewaktu, atau rasio protein/kreatinin ≥ 0,3.
Preeklamsia disebut berat bila ditemukan:
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan/atau diastolik ≥ 110 mmHg
2. Proteinuria ≥ 2 gram dalam 24 jam atau ≥ 2+ dipstick urine sewaktu
3. Kreatin serum > 1,2 mg/dl
4. Trombosit < 100.000/µl
5. Hemolisis dan peninggian kadar LDH
6. Peningkatan kadar serum transaminase (SGOT dan SGPT)
7. Gangguan serebral (sakit kepala menetap) atau gangguan penglihatan
8. Sakit ulu hati yang menetap
Pengelolaan Obstetrik :
Pengelolaan preeklamsia yang terbaik ialah mengakhiri kehamilan karena:
1. Penyebabnya adalah kehamilan itu sendiri;
2. Preeklampsia akan membaik setelah persalinan;
3. Mampu mencegah kematian janin dan ibu.
Namun, bila kehamilan belum matur dan ibu serta janin masih baik, perawatan
konservatif dapat dilakukan untuk mempertahankan kehamilan sampai
berumur 37 minggu. Bila persyaratan perawatan konservatif tidak terpenuhi,
kehamilan sebaiknya segera diakhiri dengan induksi atau augmentasi.
Persalinan per vaginam diselesaikan dengan partus buatan; bila ada indikasi,
seksio sesarea dapat dilakukan.
c) Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia,
pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya
pada beberapa organ misalnya otak, hati, dan ginjal. Empat species
Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah Plasmodium vivax.,
Plasmodium malariae, Plasmodium ovale & Plasmodium falciparum.
Manifestasi klinis malaria berupa :
- Suhu > 37,5oC
- Dapat ditemukan pembesaran limpa
- Dapat ditemukan anemi
- Gejala klasik malaria khas terdiri dari 3 stadium yang berurutan, yaitu
menggigil (15-60 menit), demam (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam).
Di daerah endemis malaria, pada penderita yang telah mempunyai
imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas tidak timbul berurutan,
bahkan tidak semua gejala tersebut dapat ditemukan. Selain gejala klasik
di atas, dapat juga disertai gejala lain/gejala khas setempat, seperti lemas,
sakit kepala, mialgia, sakit perut, mual/muntah, dan diare. Sedangkan
manifestasi klinis malaria berat/dengan komplikasi adalah :
- Gangguan kesadaran sampai koma (malaria serebral)
- Anemi berat (Hb < 5 g%, Ht < 15 %)
- Hipoglikemi (kadar gula darah < 40 mg%)
- Udem paru/ARDS
- Jaundice (bilirubin > 3 mg%)
- Kejang umum berulang ( > 3 kali/24 jam)
- Asidosis metabolik
- Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa.
- Perdarahan abnormal dan gangguan pembekuan darah.
- Hemoglobinuri
- Kelemahan yang sangat (severe prostration)
- Hiperparasitemi
- Hiperpireksi (suhu > 40oC)
Pengobatan :
Ada 3 aspek yang sama pentingnya untuk menangani malaria dalam
kehamilan, yaitu:
1. Pengobatan malaria
2. Penanganan komplikasi
3. Penanganan proses persalinan
1. Terapi Malaria
Terapi malaria dalam kehamilan harus energetik, antisipatif dan
seksama (careful)
Energetik: Tidak membuang-buang waktu, lebih baik
memperlakukan semua kasus sebagai kasus malaria falciparum,
dan memeriksa tingkat keparahan penyakit dengan melihat
keadaan umum, pucat, ikterus, tekanan darah, suhu,
hemoglobin, hitung parasit, SGPT, bilirubin dan kreatinin serum
serta glukosa darah.
Antisipatif: malaria dalam kehamilan dapat tiba-tiba memburuk
dan menunjukkan komplikasi yang dramatik. Oleh karena itu
harus dilakukan monitoring ketat serta me nilai kemungkinan
timbulnya komplikasi pada setiap pemeriksaan/visite rutin.
Seksama: Perubahan fisiologis dalam kehamilan menimbulkan
masalah yang khusus dalam penanganan malaria. Selain itu,
sejumlah obat anti malaria merupakan kontraindikasi untuk
kehamilan atau dapat menimbulkan efek samping yang berat.
Semua faktor tersebut harus selalu dipertimbangkan saat
memberikan terapi pada pasien-pasien malaria dengan
kehamilan.
- Pilih obat yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit
dan pola sensitivitas di daerah tersebut (terapi empiris)
- Hindari obat yang menjadi kontra indikasi
- Hindari kelebihan/kekurangan dosis obat
- Hindari pemberian cairan yang berlebihan/kurang.
- Pertahankan asupan kalori yang adekuat.
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan
pengobatan malaria pada orang dewasa. Tetapi pada ibu hamil tidak
diberikan primaquine, doksisiklin dan tetrasiklin. Penggunaan
primaquine dalam kehamilan merupakan kontraindikasi. Pemberian
primaquine dalam masa laktasi juga merupakan kontraindikasi. Obat
ini telah terbukti menyebabkan atau memiliki potensi menyebabkan
peningkatan insidensi malformasi atau kerusakan ireversibel pada janin
manusia. Doksisiklin sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil dan
anak usia di bawah usia 8 tahun karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan tulang dan gigi pada anak. Dampak yang paling sering
muncul pada anak adalah pengaruh perubahan warna pada gigi dan
tulang. Hal ini dapat terjadi karena mekanisme gangguan pada tempat
penyimpanan kalsium. Warna pada gigi menetap dan muncul sebagai
hypoplasia enamel. Gangguan pertumbuhan pada tulang secara luas
telah diketahui jika ibu mengkonsumsi tetrasiklin pada saat hamil atau
tetrasiklin diberikan pada masa neonatal.
Tabel Pengobatan malaria falciparum pada ibu hamil
Umur kehamilan Pengobatan
Trimester I (0-3 bulan) Kina tablet + Klindamisin selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Apabila dalam waktu setengah jam plasenta tidak lahir dan terdapat
perdarahan, maka diperlukan tindakan manual plasenta. Teknik manual
plasenta yaitu melepaskan plasenta dari perlekatan uterus dengan gerakan
yang sama dengan yang digunakan dalam memisahkan halaman-halaman
buku. Setelah diangkat, selaput dikeluarkan dengan hati-hati dengan cara
ditelusuri dari desidua dan menggunakan ring forceps apabila diperlukan.
Metode lain adalah dengan membersihkan rongga rahim dengan tangan yang
dibungkus dengan kain kasa.
Inversio Uteri adalah kelainan putaran uterus dari dalam ke luar, dengan
permukaan dalam korpus uteri ada di dalam atau di luar vagina. Inversio uteri
merupakan kegawatan medic obstetric yang jarang terjadi (I per 2000-12.000
kelahiran) yang timbul sewaktu atau segera kala tiga persalinan. Banyak
suplai vagal ke daerah servix, sehingga inversion uteris mengakibatkan syok
vasovagal, dan ini diperparah dengan pendarahan postpartum sekunder yang
hebat. Inversio uteri dapat menyebabkan kematian ibu dengan cepat macam-
macam insersio uteri:
1. Inversio inkomplit – fundus uteri tidak terbalik di luar serviks
2. Inversion komplit - seluruh uterus terbalik keluar, menonjol
melalui cincin serviks.
3. Inversio paksa – inversion uteri yang ditimbulkan dengan
mendorong korda atau dengan menekan paksa plasenta secara
manual ketika uterus atoni
4. Inversion spontan – inversion uteri setelah tindakan spontan dari
pasien seperti mengejan, mengkontraksikan otot abdomen dengan
tiba-tiba, batuk atau peningkatan tekanan intraabdomen
Faktor predisposisi:
Ini meliputi tekanan fundus, riwayat inversion uterus sebelumnya, traksi tali
pusat sebelum adanya kontraksi uterus, atonia uteri, insersio fundus plasenta,
dinding uterus yang tipis atau kendor, dan tekanan abdomen yang meningkat
secara tiba-tiba berkaitan dengan atonia uteri.
Hasil Anamnesis (Subjective) :
1. Perdarahan vaginam dapat hebat, terjadi segera setelah bayi
dilahirkan
2. Nyeri uterus dapat menghebat secara tiba-tiba
3. Pasien biasanya muda dan para 1 atau para 2
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) :
a. Pemeriksaan umum: hipotensi dan takikardi menunjukkan adanya syok
postpartum
b. Pemeriksaan abdomen: palpasi: fundus uterus teraba abnormal
Pemeriksaan vaginal:
1. Inversio komplit : uteri berwarna biru keabuan menonjol
melalui orificium vagina. Pada 50% kasus, plasenta masih
menempel.
2. inversion inkomplit : tanda satu satunya yang tampak adalah
syok hebat akibat kehilangan darah
Penegakan Diagnosis (Assessment) :
Diagnosis ditegakkan berdasar pemeriksaan fisik. Diagnosis banding meliputi
penyebab-penyebab lain syok postpartum. Pada inversion uteri, penemuan
yang didapat biasanya berbeda.
Penatalaksanaan komprehensif (Plan) :
10. Jelaskan Abses tuba ovarium dan Kista Bartholin, serta masing- masing
pengobatannya!
1. Abses Tuba Ovarium
Tubo-ovarian abscess (TOA) atau disebut juga dengan abses tuba
ovarium adalah akumulasi suatu keadaan penyakit inflamasi akut pelvis di
mana kondisi tersebut dikarakteristikan dengan adanya massa pada
dinding pelvis yang mengalami inflamasi. Tubo-ovarian abscess (TOA)
adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba-ovarium yang ditandai
dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba-ovarium, maupun
keduanya. TOA Merupakan komplikasi termasuk efek jangka panjang dari
salfingitis akut tetapi biasanya akan muncul dengan infeksi berulang atau
kerusakan kronis dari jaringan adnexa. TOA biasanya disebabkan oleh
bakteri aerob dan anaerob, seperti Escherichia coli, Hemolytic streptococci
and Gonococci, Bacteroides species dan Peptococcus. Pada beberapa
kasus, Hemophilus influenzae, Salmonella, actinomyces, dan
Staphylococcus aureus juga dilaporkan menjadi penyebab TOA. Nyeri
abdomen merupakan gejala yang paling khas, cenderung memberat,
konstan dan difus disekitar abdomen bagian bawah. Karena peritonitis
meluas, area rasa nyeri menjadi lebih luas, nyeri maksimum cenderung
terlokalisir pada tempat abses. Perdarahan per vaginam, spotting dan secret
merupakan gejala variable yang dapat menunjukan adanya disfungsi
ovarium, endometritis penyerta atau servisitis. Gejala-gejala penyerta
meliputi demam, menggigil, anoreksia, nausea dan vomitus. Nyeri
sewaktu defekasi atau diare memberikan kesan keterlibatan rectum.
Disuria sering kencing piuria atau hematuria memberi kesan keterlibatan
vesika urinaria. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri pelvis, nyeri
lepas dan defance muscular merupakan penemuan yang khas untuk
peradangan peritoneum. Bising usus sering hipoaktif atau tidak ada,
distensi disebabkan oleh ileus paralitik. Abses pelvis yang besar dapat
terpalpasi pada abdomen.
Pengobatan :
a. Curiga TOA utuh tanpa gejala
Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan :
doksiklin 2x/100 mg/hari selama 1 minggu atau ampisilin 4x500
mg/hari selama 1 minggu.
Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau
mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut
dengan kemungkinan untuk laparatomi
b. TOA utuh dengan gejala
Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi
ketat tanda vital dan produksi urine, periksa lingkar abdomen, jika
perlu pasang infuse P2 - Antibiotika massif (bila mungkin gol beta
lactam) minimal 48-72 jam, gol ampisilin 4x1-2 gram/hari IV
selama 5-7 hari dan gentamisin 5 mg/kgBB/hari IV/IM terbagi
dalam 2x1/hari selama 5-7 hari dan kloramfinekol 50
mg/kgBB/hari IV selama 5 hari, atau sefaloosporin generasi III 2-
3x/1 gr/sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari.
Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi.
Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau
pengangkatan seluruh organ genetalia interna.
c. TOA yang pecah
TOA yang pecah merupakan kasus darurat: dilakukan laparotomi
pasang drain kultur nanah. Setelah dilakukan laparatomi, diberikan
sefalosporin generasi III dan metronidazol 2x1 gr selama 7 hari (1
minggu).
2. Kista Bartholin
Kista Bartholin adalah penyumbatan duktus kelenjar bagian distal
berupa pembesaran berisi cairan dan mempunyai struktur seperti kantong
bengkak (swollen sac-like structure). Jika lubang pada kelenjar Bartholin
tersumbat, lendir yang dihasilkan oleh kelenjar akan terakumulasi
sehingga terjadi dilatasi kistik duktus proksimal dan obstruksi. Kista
Bartholin yang mengalami obstruksi dan terinfeksi dapat berkembang
menjadi abses. Kista Bartholin ratarata memiliki ukuran kecil yaitu 1-3
cm, biasanya unilateral dan asimtomatik. Kista yang lebih besar dapat
menimbulkan ketidaknyamanan terutama saat berhubungan seksual,
duduk, atau jalan. Penyebab awal sumbatan yang merupakan pencetus
terjadinya kista Bartholin adalah :
Infeksi: Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk
bakteri yang umum, seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri
yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti gonore dan
klamidia.
Non infeksi: Stenosis / atresia congenital, Trauma mekanik,
Inspissated mucous.
Pengobatan :
a. Pemasangan kateter Word yang dirancang untuk kasus Kista Bartholini,
setelah dipasang, kateter word ini dibiarkan selama empat minggu, dan
penderita dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas seksual, sampai
kateter dilepas. Setelah 4 minggu akan terbentuk saluran drainase baru
dari kista bartholini, secara kosmetik hasilnya cukup bagus karena
orifisiumnya akan mengecil dan hampir tidak kelihatan.
b. Tindakan yang akan dilakukan adalah mengeluarkan isi kista dengan
cara yang disebut marsupialisasi. Permukaan kista diiris, isinya
dikeluarkan, dibersihkan bagian dalamnya kemudian tepi tepinya
diobras sehingga ketika sembuh akan membentuk saluran kista baru. Isi
kista jangan diaspirasi (disedot) supaya kempes, karena saluran kista
akan tetap tersumbat dan bekas luka jarum juga akan segera menutup
akibatnya kista dapat kambuh kembali.