Anda di halaman 1dari 19

PROLAPS ORGAN PANGGUL AHMAD

FAHRUL
20160811014034
(PROLAPS UTERUS, SISTOKEL &
Kelompok 9
REKTOKEL)
DEFINISI

 Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya


dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan
keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ panggul
(uterus, kandung kemih, usus atau rektum) (ACOG, 2017).
National Institutes of Health (NIH) mendefinisikan prolaps
organ panggul sebagai penurunan dari serviks uteri, apeks,
dinding anterior atau dinding posterior vagina sampai ke
batas 1 cm dari himen atau lebih rendah, atau dengan kata
lain POP-Q derajat 1 atau lebih tanpa memberikan
rekomendasi mengenai sejauhmana gejala yang dialami akan
mempengaruhi definisi prolaps (Nisa, 2018).
PROLAPS UTERI
(PROLAPS KOMPARTEMEN TENGAH)
 Prolaps uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot
penyangga uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun
atau bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar dari
vagina (Lismarni dan Fetrisia, 2013). Prolaps uteri merupakan
salah satu bentuk dari turunnya peranakan, yaitu turunnya
rahim beserta jaringan penunjangnya ke dalam liang atau
rongga kemaluan (Jelovsek et al., 2007). Prolaps uteri adalah
salah satu bentuk prolaps organ panggul dan merupakan
suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke
dalam atau keluar melalui vagina sebagai akibat dari
kegagalan ligamen dan fasia yang dalam keadaan normal
menyangganya (Price and Wilson, 2012).
SISTOKEL
(PROLAPS DINDING ANTERIOR)
 Sistokel atau prolaps kandung kemih yang disebabkan oleh
kelemahan jaringan penyokong kandung kemih, serta dinding
vagina anterior, sehingga kandung kemih menonjol ke dalam
vagina. Terjadinya regangan berlebihan pada otot-otot
penyokong dasar panggul dapat menyebabkan prolaps
anterior (Ramadona, 2017)
REKTOKEL
(PROLAPS DINDING POSTERIOR)
 Rektokel atau prolaps rekti didefinisikan sebagai penonjolan
sebagian atau seluruh rektum keluar dari anus. Prolaps rekti
berhubungan dengan gangguan dasar panggul sekitar 18-27%
kasus, dan sering terjadi pada dekade ketujuh kehidupan
dengan sebagian besar pasien (80-90%) adalah perempuan.
Oleh karena itu, prolaps organ genital dan rekti dapat terjadi
berdampingan, dan masing-masing merupakan bagian dari
gangguan dasar panggul (Ates et al, 2012).
FAKTOR RESIKO

Faktor obstetri
Multipara (Penggunaan Forsep,
Vakum, Episiotomi)

Ras (kulit putih) Menopause

Umur > 40 tahun Peningkatan IMT


PATOFISIOLOGI

 Mekanisme terjadinya prolapsus organ panggul disebabkan


oleh kerusakan pada struktur penyangga uterus dan vagina,
termasuk ligamentum uterosakral, komplek ligamentum
kardinal dan jaringan ikat membran urogenital. Faktor
obstetri, dan non-obstetri yang telah disebutkan di awal
diduga terlibat dalam terjadinya kerusakan struktur
penyangga tersebut sehingga terjadi kegagalan dalam
menyangga uterus dan organ-organ panggul lainnya.
Meskipun beberapa mekanisme telah dihipotesiskan sebagai
kontributor dalam perkembangan prolapsus, namun tidak
sepenuhnya menjelaskan bagaimana proses itu terjadi.
SISTEM KLASIFIKASI

 Sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q)

Tabel 3x3 sebagai Penilaian POP-Q Poin dan Landmark untuk sistem POP-Q
Definisi dan batasan kuantifikasi
Aa Dinding vagina anterior, 3 cm proksimal -3 s.d. +3

dari himen
Ba ujung terdepan prolaps dinding anterior -3 s.d. +tvl

vagina
C ujung distal serviks atau tunggul vagina +/-tvl

(bila serviks tidak ada)


D ujung distal forniks posterior +/-tvl
Ap dinding vagina posterior, 3 cm proksimal -3 s.d. +3

hymen
Bp ujung prolaps dinding vagina posterior -3 s.d. +tvl
Gh hiatus genital, yaitu jarak tegak lurus antara pertengahan meatus uretra tidak ada batas
ke hymen
posterior

Pb badan perineal, yaitu jarak tegak lurus tidak ada

antara pertengahan anus ke hymen posterior batas

Tvl panjang vagina total, yaitu forniks posterior tidak ada

atau tunggul vagina ke himen batas


Penentuan derajat POP :
Derajat 0 : tidak ada prolaps
Derajat 1 : titik Ba, Bp atau C mempunyai nilai < -1 cm
Derajat 2 : titik Ba, Bp atau C mempunyai nilai -1, 0 atau 1 cm
Derajat 3 : titik Ba, Bp atau C mempunyai nilai >1 cm dan <TVL-2
cm
Derajat 4 : titik Ba, Bp atau C mempunyai nilai TVL-2 cm atau lebih
 Sistem Baden-Walker
PENEGAKAN DIAGNOSIS

 Gejala Klinsi Prolaps Organ Panggul


Penderita POP derajat ringan (derajat I) jarang merasakan
keluhan. Bila ada keluhan, penderita biasanya merasa ada yang
mengganjal di liang vagina dan dapat diraba saat memasukkan
jarinya. Gejala akan mulai muncul pada POP derajat II dan
makin jelas pada derajat III-IV, berupa rasa tidak nyaman
karena ada benjolan dari liang vagina, gangguan fungsi
seksual, gangguan fungsi berkemih (frekuensi, infeksi saluran
kemih berulang, retensio urin dan inkontinensia urin tipe stres),
gangguan defekasi (pengosongan rektum yang tidak
sempurna), nyeri pinggang, infeksi sampai ulkus pada uterus
yang keluar dan gangguan lain.
 Pemeriksaan Fisik
Berikut adalah langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik
terhadap keadaan prolaps panggul:
 Pasien dalam posisi terlentang pada meja ginekologi dengan
posisi litotomi.
 Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis
lain
 Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:
 Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.
 Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi
segera, ulkus yang bukan kanker diobservasi dan
dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.
 Perlu diperiksa ada tidaknya prolaps uteri dan penting
untuk mengetahui derajat prolaps uteri dengan inspeksi
terlebih dahulu sebelum dimasukkan inspekulum.
 Manuver Valsava
 Derajat maksimum penurunan organ panggul dapat
dilihat dengan melakukan pemeriksaan fisik sambil
meminta pasien melakukan manuver Valsava.
 Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal, dinding
anterior vagina, serviks, apeks, cul-de-sac, dinding
posterior vagina, dan perineum perlu dievaluasi secara
sistematis dan terpisah.
 Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk
mengedan pada posisi berdiri di atas meja periksa.
 Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) dapat
dilakukan untuk menentukan risiko inkontinensia tipe
stress pasca operasi prolaps.
 Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi
dan kekuatan otot levator ani
 Pemeriksaan rektovagina, Untuk memastikan adanya rektokel
yang menyertai prolaps uteri.
Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
kondisi prolaps panggul dapat meliputi:
 Urin residu pasca berkemih
 Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu
dinilai dengan mengukur volume berkemih pada saat
pasien merasakan kandung kemih yang penuh,
kemudian diikuti dengan pengukuran volume urin
residu pasca berkemih dengan kateterisasi atau
ultrasonografi
 Skrining infeksi saluran kemih
 Pemeriksaan urodinamik, apabila dianggap perlu
 Pemeriksaan Ultrasonografi
KOMPLIKASI

 Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri


 Dekubitus
 Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli
 Gangguan miksi dan stress incontinence
 Infeksi jalan kencing
 Kemandulan
 Kesulitan pada waktu partus
 Hemoroid
 Inkarserasi usus halus
TATALAKSANA

 Non-Operatif (Konservatif)

Symptom-
Pesarium directed
therapy

Rehabilitasi
Pemberian
Otot Dasar
Estrogen
Panggul
Operatif
Jenis – jenis operasi untuk penanganan POP terdiri
dari operasi konservatif, yang masih mempertahankan
uterus sebagai organ reproduksi dan operasi
histerektomi pada kasus yang tidak membutuhkan
fungsi reproduksi atau pada pasien yang tidak ingin
mempunyai uterus lagi. Operasi prolaps konservatif
contohnya operasi Manchester Fothergill, fiksasi
sakrospinosus, sakrohisteropeksi perabdominal atau
laparoskopi dan high uterosacral fixation. Bila
penderita tidak membutuhkan fungsi reproduksi atau
uterus dinilai berisiko untuk ditinggalkan maka
dilakukan histerektomi. Histerektomi dapat dilakukan
pervaginam maupun perabdominal.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai