Anda di halaman 1dari 21

1. Bagaimana persalinan normal?

Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :


 Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks
membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya
serviks dibagi atas 2 fase :
 Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
 Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2
jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi
maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi
lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap 10 cm.
 Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang
pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam
dan multigravida 2 cm tiap jam.
 Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan
kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini
berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
 Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
 Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1
jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
Universitas Sumatera Utara
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan satu sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his,
kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih
dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1
cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba,
1998).
Tanda-tanda persalinan kala I menurut Mochtar (2002)
adalah:
1) Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada servik.
3)Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)
Fase-fase persalinan kala I adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2002):
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara kurang dari 4 cm. Biasanya berlangsung di
bawah hingga 8 jam.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Servik membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm). Terjadi penurunan
bagian terbawah janin.
Dibagi dalam 3 fase : (Hanif Wiknjosastro : 1998).
a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
Universitas Sumatera Utara
2. Ciri-ciri partus tak maju?
Tanda Partus tak maju
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-
tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
 Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
 Demam
 Nyeri abdomen
 Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan
darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
Universitas Sumatera Utara

 Ibu tampak kelelahan dan lemah.


 Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
 Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
 Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
 Molding – sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki (pantograf ++)
 Lingkaran retraksi patologis (lingkaran bandl) timbul nyeri di bawah lingkaran Bandl
merupakan tanda akan terjadi ruptura uteri.

Sumber : http://galeripakguru.wordpress.com/2012/06/15/standar-18-
penanganan-kegawat-daruratan-pada-partus-lamamacet/
Menurut chapman (2006 : h 42), penyebab partus lama adalah :

a. Pada ibu :

1) Gelisah

2) Letih

3) Suhu badan meningkat

4) Berkeringat

5) Nadi cepat

6) Pernafasan cepat

7) Didaerah sering dijumpai bandle ring, oedema vulva, oedema serviks, cairan ketuban

berbau terdapat mekoneum

b. Janin :

1) Djj cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative

2) Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau

3) Caput succedenium yang besar

4) Moulage kepala yang hebat


5) Kematian janin dalam kandungan

6) Kematian janin intrapartal

3. Apa saja yang menyebabkan partus tak maju?


Partus Tak Maju
 Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya
pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin
dalam 1 jam. Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun
kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor
mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas
panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu
bawah panggul.
 Penyebab Partus Tak Maju
Penyebab partus tak maju yaitu :
Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan
luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi
sefalopelvik atau tidak.

 Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk


melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi
dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi,
kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala
janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang
jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk
mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak
mungkin. Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat
terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak
sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan
lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Universitas Sumatera Utara
Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada
pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor
penyebabnya antara lain :

1. Kelainan letak janin

2. Kelainan-kelainan panggul

3. Kelainan kekuatan his dan mengejan

4. Pimpinan persalinan yang salah

5. Janin besar atau ada kelainan kongenital

6. Primi tua primer dan sekunder

7. Perut gantung, grandemulti

8. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar

9. Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten

10. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang menemaninya ke rumah sakit
merupakan calon partus lama.

sumber : : Prawirohadjo, S., 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi I, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.

4. Kenapa persalianan berlangsung lebih dari 10 jam di inpartu kala 1


fase aktif yang memanjang?
Pada fase aktif menurut Friedman, kecepatan penurunan janin
diperhitungkan selain kecepatan pembukaan serviks, dan keduanya
berlangsung bersamaan. Penurunan dimulai pada tahap akhir dilatasi
aktif, dimulai pada 7-8 cm pada nulipara dan paling cepat setelah 8 cm.
Friedman membagi fase aktif menjadi :
1. Protraksi : kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat.
 Pada nulipara : pembukaan serviks < 1,2 cm/jam atau penuruanan
< 1cm/jam.
 Pada multipara : pembukaan serviks < 1,5 cm/jam atau penurunan
< 2cm/jam.
2. Arrest (Partus macet) : tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam
dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
 Faktor yang berperan dalam persalianan yang berkepanjangan atau
macet adalah sedasi berlebihan, anastesi regional, malposisi
janin
 Penyebab partus kasep multikompleks, yang berhubungan dengan
pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan
persalinan. Penyebab kemacetan dapat terjadi karena:
a. Faktor Kekuatan Ibu : Kelainan His, Kelainan Mengejan
b. Faktor Janin
c. Faktor Jalan Lahir
d. Faktor penolong
Diakibatkan pertolongan yang salah dalam manajemen persalinan
yaitu ;Salah pimpin, Manipulasi (Kristeler), Pemberian uterotonika yang
kurang pada tempatnya
e. Faktor psikologis
Universitas Sumatera Utara
Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama menjadi beberapa fase, yaitu :

1. Fase laten yang memanjang

Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada multipara
merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :

a. Serviks belum matang pada awal persalinan

b. Posisi janin abnormal

c. Disproporsi fetopelvik

d. Persalinan disfungsional

e. Pemberian sedatif yang berlebihan Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan
kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran.

Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal
ketika fase aktif mulai. Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau
pun anak.

2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12
jam merupakan keadaan abnormal, yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan
dilatasi serviks. Pemanjangan fase aktif menyertai :

a. Malposisi janin

b. Disproporsi fetopelvik

c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono

d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan
forceps tengah, secsio caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang dapat
dibagi menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan kemajuan
persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami
penghentian dilatasi serviks. 3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas Fase aktif pada multipara
yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per
jam merupakan keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang dijumpai
dibandingkan dengan primigravida, namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu,
keadaan tersebut bisa mengakibatkan malapetaka. Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak
berarti bahwa kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari
kelahiran pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting
dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara : a.
Insedensinya kurang dari 1% b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida
dengan partus lama c. Jumlah bayi besar bermakna d. Malpresentasi menimbulkan permasalahan e.
Prolapsus funiculi merupakan komplikasi f. Perdarahan postpartum berbahaya g. Rupture uteri terjadi
pada grande multipara h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam i. Ekstraksi
forceps tengah lebih sering dilakukan j. Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%

Sumber : Prawirohadjo, S., 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi I, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.

5. Kenapa didapatkan portio edem (+), promontorium tidak teraba,


dan interpretasi linea inominata <1/3 lingkaran, spina ischiadica
tidak menonjol?
6. Apa arti dari px osborn test (+)?
Tujuan pemeriksaan test Osborn ini, adalah untuk mengetahui adanya DKP (disporposi kepala panggul)
pada ibu hamil. Prosedur pemeriksaan test Obborn ini, adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pada umur kehamilan 36 minggu.


2. Tangan kiri mendorong kepala janin masuk/ke arah PAP.
Apabila kepala mudah masuk tanpa halangan, maka hasil test Osborn adalah negatif (-). Apabila kepala
tidak bisa masuk dan teraba tonjolan diatas simfisi, maka tonjolan diukur dengan 2 jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan. Apabila lebar tonjolan lebih dari dua jari, maka hasil test osborn adalah positif (+).
Apabila lebar tonjolan kurang dari dua jari, maka hasil tes osborn adalah ragu-ragu (±). Dengan
pertambahan usia kehamilan, ukuran kepala diharapkan bisa menyesuaikan dengan ukuran panggul
(moulase).

: Prawirohadjo, S., 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi I, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.

7. Apa saja kelainan pada janin yang menyebabkan px osborn test


(+)?
8. Interpretasi dari partograf dilatasi serviks berada di sebelah kanan
garis waspada pada partograf?
Dilakukan pada pembukaan > 4 cm kemudian pembukaan dicatat
dengan tanda ‘x’. bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda
x diletakan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien
ditulis dibawah tanda ‘X’. apabila pembukaan mulut Rahim ketika
pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudain masuk kedalam
fase dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda ‘X’ dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus – putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”

Sumber : buku skill lab Fk unissula Reproduksi


9. Apa saja bahaya pada ibu dan bayi jika didapatkan partus lama?
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus lama bagi ibu dan
janin, yaitu :
1. Bahaya bagi ibu
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera
meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat
setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan,
infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin
memperburuk bahaya bagi ibu.
2. Bahaya bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering
terjadi keadaan berikut ini :
a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan
ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama memerlukan
perawatan khusus.
Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut
lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan
sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya
terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi
yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi
intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.

Sumber : Prawirohadjo, S., 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi I, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.

10. Macam- macam persalinan?

11. Pemeriksaan penunjang, dan cara diagnosis?


diagnosis

Px. Penunjang
Sumber : Departemen Kesehatan RI : “Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak
Asasi Manusia dan Keadilan Gender” Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga 2004. - See more at:
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/anamnesa-dan-pemeriksaan-
obstetri.html#sthash.DyDNNe9L.dpuf

12. DD?
Sumber : Universitas Sumatera Utara
A. Pengertian
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya menyebabkan
rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Prof.
Dr. Sarwono Prawirohardjo, 1993).
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal
yang mempunyai sifat :
1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
2. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
3. Kekuatannya seperti memeras isi rahim
4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi
dan pembentukan segmen bawah rahim.

Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1993) :


1. His Hipotonik
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih
kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan
jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat
lemah, pendek, dan jarang dari his normal.
Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Inersia uteri primer
Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala
I fase laten.
b. Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala I fase aktif.
His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan
melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin
ketuban telah pecah. Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama
sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang
ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

2. His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus
otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).
Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim.
Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena
mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.

3. His Yang Tidak Terkordinasi


Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction.
Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak
ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
B. Etiologi
Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) penyebab inersia uteri yaitu :
1. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.
2. Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.
3. Faktor herediter
4. Faktor emosi dan ketakutan
5. Salah pimpinan persalinan
6. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus, seperti pada
kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik
7. Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis
8. Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang
9. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion
10. Kehamilan postmatur

C. Diagnosa
Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa
laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup
untuk membuat diagnosis bawah persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan ini diperlukan
kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran
atau pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien
padahal persalinan belum dimulai (False Labour).

D. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi


Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu
dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi. (Buku Obstetri Fisiologi, UNPAD,
1983).

E. Penanganan
Menurut Prf. Dr. Sarwono Prawirohardjo penanganan atau penatalaksanaan inersia uteri adalah :
1. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan
keadaan janin.
2. Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan.
3. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak
kepala :
a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5%, dimulai dengan 12 tetes
permenit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Tujuan pemberian oksitosin
adalah supaya serviks dapat membuka.
b. Pemberian okstisosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian
oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari berikan
obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.
c. Bila inersia uteri diserati disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria.
d. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya
memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).

13. Penatalaksanaan?

a. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan
kemajuan persalinan pada partograf dengan cermat pada saat pengamatan
dilakukan.
b. Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan persalinan (misalnya garis
waspada pada partogaraf tercapai, his selalu kuat/cepat/lemah sekali, nadi
melemah dan cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak teratur/lambat), maka
palpasi uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala dan tanda
lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl.
c. Jaga agar ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses persalinan, anjurkan
ibu agar sering minum.
d. Menganjurkanibu untuk berjalan-jalan dan merubah posisi selama proses
persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu berbaring terlentang selama
proses persalinan dan kelahiran.
e. Mintalah ibu sering buang air kecil selama proses persalinan (sedikit setiap 2
jam). Kandung kemih yang penuh akan memperlambat penurunan bayi dan
membuat ibu tidak nyaman. Pakailah kateter hanya bila ibu tidak bisa
kencing sendiri dan kandung kemih dapat dipalpasi. Hanya gunakan kateter
dari karet. (Hati-hati bila memasang kateter, sebab uretra mudah teluka pada
partus lama/macet).
f. Amati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi
abdomen, menilai penurunan janin, dan periksa dalam, menilai penyusupan
janin dan pembakaan serviks paling sedikit tiap 4 jam selama fase laten dan
aktif persalinan. Catat semua temuan pada partograf. Lihat standar 9 untuk
melihat semua pengmatan yang diperlukan untuk partograf.
g. Selalu amati tanda-tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan cepat dan
tepat jika hal ini terjadi!
h. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian
keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali
sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. (Kuku harus
dipotong pendek dan bersih). Gunakan sarung tangan DTT/dteril untuk
semua periksa dalam. Selalu menggukan teknik aseptik pada saat melakukan
periksa dalam.

Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya (jika vagina panas/gejala infeksi dan
kering/gejala ketuban minimal, maka menunjukkan ibu dalam keadaan bahaya).
Periksa juga letak janin, pembukaan serviks serta apakah serviks tipis, tegang atau
mengalami edema. Coba untuk menentukan posisi dan derajat penurunan kepala.

Jika ada kelainan atau bila garis waspada pada partograf dilewati persiapan rujukan
yang tepat.

 Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang (0-4 cm):
berlangsung lebih dari 8 jam.
 Rujuk dengan tepat untuk fase aktif persalinan yang memenjang, pembukaan
kurang dari cm/jam dan garis waspada pada partograf yang telah dilewati.
 Rujuk dengan tepat untuk kala II persalinan yang memanjang:
o 2 jam meneran untuk primipara
 1 jam meneran untuk multipara

1. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet,gawat janin,atau tanda bahaya
pada ibu,maka ibu dibaringkan miring kesisi kiri dan berikan cairan IV
(Ringer Laktat).

Rujuk segera kerumah sakit. Didampingi ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap
baik. Jelaskan kepada ibu, suami/keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu
perlu dibawa kerumah sakit.

1. Jika dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok
berat),maka rujuk segera. Berikan antibiotika dan cairan IV (Ringer Laktat),
biasanya diberikan ampisilin 1 gr IM, diikuti pemberian 500 mg setiap 6 jam
secara IM, lalu 500 mg per oral setiap 6 jam setelah bayi lahir.
2. Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks sudah lengkap, maka
bantu kelahiran bayi dengan ektraksi vakum (lihat standar 19).
3. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir (distosia bahu):

 Lakukan episiotomi
 Dengan ibu dalam posisi berbaring terlentang,minta ibu melipat kedua paha
dan menekuk lutut ke arah dada sedekat mungkin. (Minta dua orang untuk
membantu (mungkin suami atau anggota keluarga lainnya) untuk menekan
lutut ibu dengan mantap kearah dada. (Manuver Mc Robert)
 Gunakan sarung tangan DTT/steril.
 Lakukan tarikan kepala curam ke bawah untuk membantu melahirkan bahu
depan. Hindarkan tarikan berlebihan pada kepala karena mungkin akan
melukai bayi.
 Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta seseorang untuk melakukan
takanan suprapubis ke bawah untuk membantu kelahiran bahu. Jangan
pernah melakukan dorongan pada fundus! Pemberiaan dorongan pada
fundus nantinya akan dapat mempengaruhi bahu lebih jauh dan
menyebabkan ruptura uteri.
 Jika bahu tetap tidak lahir.
o Dengan menggunakan sarung tangan DTT/steril, masukkan satu
tangan kedalam vagina.
o Berikan tekanan pada bahu anterior ke arah sternum bayi untuk
mengurangi dimeter bahu.
o Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir.
 Masukkan satu tangan ke dalam vagina.
 Pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior,
lengan fleksi dibagian siku, tempatkan lengan melintang di
dada. Cara ini akan menberikan ruang untuk bahu anterior
bergerak di bawah simfisis pubis.
 Mematah clavicula bahu dilakukan jika semua pilihan lain telah
gagal.

1. Isi partograf, kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan dengan lengkap dan
menyeluruh. Jika ibu di rujuk ke rumah sakit atau puskesmas kirimkan satu
copy partograf ibu dan dokumen lain bersama ibu

Sumber : http://galeripakguru.wordpress.com/2012/06/15/standar-18-
penanganan-kegawat-daruratan-pada-partus-lamamacet/
Diagnosis
Sumber :
14. Kegawatan?

Anda mungkin juga menyukai