Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Keberhasilan setiap kehamilan, dan kelangsungan hidup spesies pada akhirnya, bergantung pada lahirnya bayi yang sehat dan cukup matang untuk bertahan hidup. Pada kehamilan dan persalinan, uterus harus melakukan 2 fungsi yang sangat berbeda. Uterus harus tumbuh, tetapi dalam keadaan tenang selama kehamilan agar janin dapat berkembang dan kemudian, pada saat yang tepat, melakukan aktifitas yang kuat dan terkoordinasi yang menyebabkan lahirnya bayi yang matang. Factor yang

mengendalikan tradisi dari suatu keadaan ke keadaan lain masih belum dipahami dengan jelas, tetapi sangat penting untuk memahami, baik kemungkinan penyebab partus prematurus maupun bagaimana mengindusi persalinan tanpa mengakibatkan kegawatan pada janin. Sebagian besar bayi manusia dapat melewati masa persalinan, dan lahir cukup bulan (didefinisikan antara akhir minggu ke-37 dan ke 42 kehamilan). Lima persen bayi premature merupakan 85% dari semua kematian neonatus dini yang tidak berkaitan dengan deformetas letal (lopez bernal et al, 1993). Semakin singkat usia genetasi, semakin buruk prognosis. Walaupun bayi berat lahir rendah (yi., yang lahir dengan berat kurang dari 1000 gram) sekarang mungkin dapat bertahan hidup, umumnya bayi tersebut memiliki angka morbiditas yang tinggi dan menimbulkan distress berat bagi orang tuanya, serta memerlukan biaya yang sangat besar di unit perawatan intensif neotatus. Dapat dikatakan salah satu tujuan utama obsterti adalah mengurangi persalinan prematur. Penentu awitan persalinan pada manusia masih merupakan misteri. Terdapat perbedaan mencolok antara manusia dan spesies mamalia lain dalam jalur faktor yang menuju persalinan. Masih belum jelas mengapa kejadian yang menuju ke persalinan pada manusia harus sedemikian rumit atau apakah lamanya genetasi yang bervariasi merupakan hal yang menguntungkan. Manusia memiliki angka persalinan prematur yang sangat tinggi (sekitar 5-10%) dibanding dengan spesies lain (kuran dari 1% pada domba). Secara teoritis, lama genetasi kurang penting pada ibu. Aspek krusialnya

adalah bayi yang dapat bertahan hidup saat persalinan. Dengan demikian, tampak janin yang mengendalikan lama genetasi. Pada hewan jelas terbukti adanya keterlibatan janin dalam menentukan saat persalinan, tetapi sulit mendapatkan bukti serupa pada manusia. Penatalaksanaan kebidanan wanita dalam persalinan sering bersifat

intervensionis. Berdasarkan latar belakang di atas, kami tertarik untuk menyusun makalah dengan judul FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL.

1.2. 1. 2. 3.

Tujuan

Tujuan Umum Diketahuinya mekanisme dan asuhan keperawatan pada persalinan normal. Tujuan Khusus Diketehuinya gambaran pengertian-pengertian tentang persalinan normal Diketahuinya gambaran sebab-sebab mulainya persalinan Diketahuinya gambaran proses persalinan normal

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian Persalinan Normal Pengertian persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37-40 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KN, 2008). Selain itu, persalinan juga merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu) juga lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18-24 jam tanpa komplikasi. Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir normal. Menurut Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi(janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalanlain. Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saatuterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan,beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikianselama proses persalinan,bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik,dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, AB. 2002). Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan,letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, persentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi, dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.pada persalinan normal dapat berubah menjadi persalinan patologi apabila kesalahan dalam penilaian kondisi ibu dan janin atau juga akibat kesalahan dalam memimpin proses persalinan (Saifuddin, AB. 2002)

2.2 Proses persalinan Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu : 1. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10

cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif. 2. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. 3. Kala III : Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala IV postpartum : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

1. Kala I Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase yaitu : 1) Fase laten Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.

2) Fase aktif Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi tiga fase : Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan waktu 2 jam Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam Fase fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi pada fase laten, fase aktif deselerasi akan terjadi lebih pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada premi osteum uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis baru kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada multigravida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internu dan eksternum serta penipisan dan pendataran terjadi dalam saat yang sama. 2. Kala II Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan : Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya. Perineum terlihat menonjol Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan : Pembukaan serviks telah lengkap Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina

3. Kala III Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta. 1) Fisiologi kala tiga Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina. 2) Tanda tanda lepasnya plasenta Perubahan ukuran dan bentuk uterus Tali pusat memanjang Semburan darah tiba tiba

Kala III terdiri dari 2 fase : 1. Fase pelepasan uri Cara lepasnya uri ada beberapa cara : Schultze :lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling

sering terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini biasanya tidak ada sebelum uri lahir. Duncan: lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta. 2. Fase pengeluaran uri

Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis. Tali pusat diteganggangkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas, bila diam atau maju artinya sudah lepas.

Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya belum lepas. Diam atau turun artinya lepas. Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas.

4. Kala IV Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan, antara lain : Tingkat kesadaran ibu Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan Kontraksi uterus Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 500 cc

2.3 Etilogi Menurut bagian Obsteri dan Ginekologi FK UNPAD, (1983) ada banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan, antara lain : a) Penurunan kadar progesterone Progesterone menimbulakan relaksi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terhadap keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun, sehingga timbul his. b) Teori oxytosin Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi otot-otot rahim.

c) Keregangan otot-otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian puladengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentan d) Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya memegang peranan oleh karena pada anenchephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa. e) Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu permulaan persalinan

2.4 Faktor-faktor prediposisi dan prepitasi Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Mochtar (2005) adalah: b. Pasage (Jalan lahir) Jalan lahir bayi (panggul) terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1) Bagian keras: panggul kecil 2) Bagian lunak: otot-otot dasar panggul (perinium) dan alat reproduksi dalam (serviks) b. Pasanger (janin) Dipengaruhi oleh 1) Letak: melintang, kepala diatas, kepala dibawah. 2) Posisi 3) Presentasi: bagian yang paling awal terlihat saat bayi akan lahir, antara lain: presentasi kepala, bokong, kaki, bahu. c. Power (kekuatan/his) Merupakan tenaga utama dari ibu. Ini dipengaruhi oleh hormon progesteron, oksitosin dan prostalglandin d. Psyche/kondisi psikologis ibu Pengeluaran hormon persalinan sangat dipengaruhi kondisi

psikologis/emosional seseorang. Jika terjadi kecemasan pada ibu, hormon

untuk berkontraksi tidak ada, sehingga his tidak ada maka persalinan terganggu. e. Position (posisi saat melahirkan) Posisi ibu saat melahirkan sebaiknya yang gravitasinya tinggi sehingga bayi cepat turun/lahir. Misalnya dengan berdiri, duduk, jongkok. Tetapi gaya ini memiliki kelemahan yaitu sulit mengontrol cidera pada ibu dan bayi.

2.5 Menifestasi Klinis ma lagi sekitar 2-4 minggu sebelum persalinan. Kepal janin mulai menetap lebih jauh kedalam pelviks. Tekanan pada diafragma berkurang seperti memperinSebelum persalinan mulai, saat mendekati akhir kehamilanklien mungkin lihat perubahan tertentu atau ada tanda-tanda bahwa persalinan terjadi tidak lagan berat badan bayi dan memungkinkan ibu untuk bernapas lebih mudah, akan lebih sering berkemih, dan akan lebih bertekan pada pelviks karena bayi lebih rendah dalam pelviknya. 1. Persalinan Palsu Terjadi lightening Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan : o Kontraksi Braxton hicks o Ketegangan dinding perut o Ketegangan ligamentum rotandum o Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil : o Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang o Dibagian bawah terasa sesak

o Terjadi kesulitan saat berjalan o Sering miksi ( beser kencing ) Terjadinya His permulaan Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu

terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen,progesterone, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih seringb sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) o Rasa nyeri ringan di bagian bawah o Datangnya tidak teratur o Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda o Durasinya pendek o Tidak bertambah bila beraktifitas 2. Persalinan Sejati Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat : o Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan o Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar o Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks o Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan : o Pendataran dan pembukaan o Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah Pengeluaran Cairan Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang

menimbulkan pengeluaran cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

2.6 Klasifikasi 1. Persalinan Spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui jalan lahir. 2. Persalinan Bantuan Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar, ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio sesario. 3. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban

2.7 Patofisiologi Patofisiologi persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul pada saat melewati jalan lahir a. Masuknya kepala janin pada PAP Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk periode inpartu dalam keadaan kepala

engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode inpartu dalam keadaan floating (melayang di atas PAP) Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi : a) Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubunubun depan dan belakang sama rendah. b) Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi asinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-ubun belakang) dan asinklitismus Posterior (Sutura sagitalis mendekati

simfisis pubis, tulang ubun-ubun/parietal belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan. b. Turunnya kepala janin ke dasar panggul Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum persalinan, sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala II. Pada nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan c. Fleksi Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubunubun kecil (UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter fronto oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto diameter anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil yang akan melewati jalan lahir. d. Putaran Paksi Dalam Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang (sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir. e. Ekstensi / Defleksi kepala janin Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah anteroposterior f. Putaran paksi luar atau Restitusi Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini disebut putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri) g. Ekspulsi Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir

2.8 Komplikasi a) Persalinan lama b) Perdarahan pasca persalinan c) Malpresentasi dan malposisi d) Distosia bahu e) Distensi uterus f) Persalinan dengan parut uterus g) Gawat janin h) Prolapsus tali pusat i) Demam dalam persalinan j) Demam pasca persalinan

2.9 Pemeriksaan Leb dan Diagnostik Ultrasonografi Ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis. Amniosintesis Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin. Pemantauan janin Membantu dalam mengevaluasi janin. Protein C-reaktif Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan

korioamnionitis. Histopatologi Cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis. Kertas lakmus Bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.

2.10

Penatalaksanaan Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam) Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital Tentukan ada tidaknya infeksi Tentukan tanda-tanda inpartus

Penanganan umum:

Penanganan khusus: Konfirmasi diagnosis: Bau cairan ketuban yang khas Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior Penanganan konservatif: Rawat di rumah sakit Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari Jika umur kehamilan < 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi

Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat. Penanganan aktif: Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri: Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS ny.K, usia 24 tahun, gravid dua dengan usia gestasi 39 minggu, masuk ke ruang kebidanan dengan keluhan sakit perut di daerah abdomen menjalar hingga ke piggang. Dari hasil pengkajian di peroleh data dilatasi serviks 5 cm, kontraksi uterus berlangsung setiap 4 5 menit selama 40 60 detik dengan kekuatan sedang. Tanda tanda vital ibu berada dalam batas normal dan janin aktif dengan frekuensi denyut jantung 132 x/i . Ny.K tampak cemas dengan persalinannya dan merasa sangat nyeri selama kontraksi

1. Pengkajian Untuk pengkajian yang dicantumkan berikut ini,, bukan merupakan pengkajian yang didapat/dilakukan secara langsung dengan pasien,, namun berdasarkan dari scenario/kasus yang ada diatas tersebut. a. Identitas klien: Nama Umur : Ny. K : Usia 24 th

Jenis kelamin : perempuan

b. Riwayat kesehatan sekarang Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa Klien masuk ke ruang kebidanan dengan keluhan sakit perut didaerah abdomen menjalar hingga kepinggang. . Dari hasil pengkajian di peroleh data dilatasi serviks 5 cm, kontraksi uterus berlangsung setiap 4 5 menit selama 40 60 detik dengan kekuatan sedang. Tanda tanda vital ibu berada dalam batas normal dan janin aktif dengan frekuensi denyut jantung 132 x/i . Ny.K tampak cemas dengan persalinannya dan merasa sangat nyeri selama kontraksi

c. Pengkajian kebutuhan sehari-hari Sirkulasi : tanda-tanda vitl ibu dalam batas normal,, frekuensi denyut jantung janin 132 x/i Integritas ego : cemas yang dirasakan mungkin karena berhubungan dengan proses persalinanya Nyeri/ketidak nyamanan : sakit perut di daerah abdomen menjalar hingga ke piggang, dan merasakan nyeri selama kontraksi. Seksualitas : dilatasi serviks 5 cm, kontraksi uterus berlangsung setiap 4 5 menit selama 40 60 detik dengan kekuatan sedang d. Pemeriksaan fisik Kesadaran umum : komposimentis Ttv : normal Abdomen kontraksi uterus berlangsung setiap 4 5 menit selama 40 60 detik dengan kekuatan sedang janin aktif dengan frekuensi denyut jantung 132 x/i Vulva/vagina dilatasi serviks 5 cm

ANALISA DATA

NO. 1. DS :

Data

Masalah keperawatan

klien masuk ke ruang kebidanan dengan keluhan sakit perut di daerah abdomen menjalar hingga ke piggang.

DO :

Klien merasakn nyeri selama kontraksi

dilatasi serviks 5 cm, kontraksi uterus berlangsung setiap 4 5 menit selama 40 60 detik dengan kekuatan sedang

NYERI

Tanda tanda vital ibu berada dalam batas normal dan janin aktif dengan frekuensi denyut jantung 132 x/i

2.

DS : -

DO : Ny.K tampak cemas dengan CEMAS

persalinannya dan merasa sangat nyeri selama kontraksi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Umur Ruangan

Ny.K

Kelompok kasus

:4 :2

: 24 th : kebidanan

No. 1

Diagnosa keperawatan Nyeri kontraksi

Tujuan B/D Tujuan Klien

dan

krikteria evaluasi

Intervensi 1. Kaji karakkteristik

Rasional 1. Setiap mempunyai ambang/tingkat nyeri yang berbeda 2. Kontraksiyang semakin tekhnik meniblkan nyeri lingkungan 3. Dengan relaksi kuat rasa individu

dapat

nyeri,intesitas ( skala nyeri 0-4) 2. Pantau frekuensi,

beradaptasi terhadap nyeri Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/klien mengatakan nyeri berkurang Krikteria hasil Klien tampak rileks Nyeri berkurang Kontraksi uterus efektif

durasi/waktu kontraksi uterus 3. Ajarkan relaksasi 4. Berikan

yang tenang dan nyam 5. Kolaborasi pemberian analgetik unutk obat

dapat mengalihkan rasa nyeri 4. Lingkungan tenang memberikan yang dapat rasa

nyaman pada klien 5. Unutk mengurangi/menuru nkan rasa nyeri

Cemas proses persalinan

B/D Tujuan Klien mengatakn tidak cemas Klien mngerti tentang proses persalinan Krikteria hasil Klien cemas Klien faham tentang penyakitnya Klien siap tidak

1.

Kaji stress psikologis/ 1. Ansietas pasangan dan respon emosional kejadian terhadap respon

sebagai terhadap

situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom takut

2.

Control TTV

3.

beri penjelasan pada klien/keluarga klien

ketegangan nyeri

tentang keadaan klien, 2. Tanda vital klien dan dan rencana tindakan klien yang akan janin dapat berubah karena Stabilisasi menunjukkan
4.

ansietas. dapat

dilakukan

anjurkan untuk dan

keluarga mendampingi

penurunan ansietas

tingkat

melaskanaka n proses

memberikan 3. informasi membantu untuk

dapat klien

persalinan

dukungan kepada klien

mengurangi

rasa cemas 4. Dengan keluarga membuat kehadiran akan klien

nyaman, dan dapat mengurangi kecemasan tingkat dalam

melewati persalinan, klien diperhatikan perhatian nyeri terhindari. merasa dan terhadap akan

DAFTAR PUSTAKA

KepMenKes RI No 369/ MenKes/ SK/ III/ 2007 Tentang Standar Profesi Bidan Bagian Obstetri dan Ginecologi FK UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemean JHPIEGO. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI Manuaba, I Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencanan. Jakarta : EGC. Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta : Fitramaya Muslihatun, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya DepKes RI. 2011. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Depkes RI dan JICA (Japan International Cooperation Agency) Alimul, Hidayat. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : Mitra Cendekia

www.psychologymania.com/2012/.../pengertian-persalinan-normal.

Anda mungkin juga menyukai