Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : IFROHATI FITRI


NIM : 22222030

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
A. Kehamilan
Kehamilan adalah Pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan merupakan suatu
proses reproduksi yang berawal dari terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara
sperma dan ovum sehingga akan terbentuk zigot yang pada akhirnya membentuk
janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan ovum dan sperma sehingga masa
dimana siap lahir,dalam perhitungan medis kurang lebih 40 minggu (masriroh, 2013).

B. Pemeriksaan fisik
Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin pada awal pemeriksaan yaitu untuk
menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami kehamilan. Diagnosa kehamilan
ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai
yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan hCG, Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
dapat diukur dengan radioimunoesai dan deteksi dalam darah enam hari setelah
konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode mentruasi terakhir. Keberadaan hormone
ini dalam urin pada kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan
diberbagai laboratorium dan kadang-kadang dideteksi dalam urin 14 hari setelah
konsul.
TPP = tgl HPHT+7-3 bulan HPHT +1 tahun HPHT
TPP = tgl HPHT+7+9 bulan HPHT
Dengan TPP adalah taksiran perkiraan partus menurut abdul bahri saifudin,
kunjungan antenatal untuk pemantauan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat
kali pemeriksaan selama kehamilan dalam waktu sbb:
1. Trimester pertama (<4 minggu) satu kali kunjungan
2. Trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan
3. Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua kali kunjungan

Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:

1. Leopold I
Untuk menentukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus
apa yang berada di fundus uteri dan daerah pelvik. Caranya: menghadap kepala
pasien, gunakan jari-jari kedua tangan mempalpasi fundus uteri jika kepala yang
berada difundus uteri maka akan terasa keras, bulat, dan melenting jika bokong
yang teraba di fundus maka akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
2. Leopold II
Untuk menentukan posisi janin (punggung janin)
Caranya: menghadap pada kepala pasien letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen letakkan tangan pada satu sisi dan tangan mempalpasi sisi yang berbeda
untuk menemukan bagian punggung janin, jika punggung akan terasa cembung
dan resisten.
3. Leopold III
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah perlvik
Caranya: letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen diatas
simpisis pubis dan minta pasien menarik nafas panjang dan mneghembuskannya
pada saat mengeluarkan nafas gerakan tangan turun perlahan dan menekan sekitar
daerah tersebut, jika kepala akan terasa keras, bulat, dan bergerak jika disentuh
jika bokong akan terasa lembut dan tidak beraturan.
4. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk
ke pintu atas panggul.
Caranya: menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun le sisi
abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang
yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru
sebagian kecil, sejajar yaitu bagian yang baru masuk setengah, diverge yaitu jika
hamper sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga panggul.

C. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandugan melalui jalan lahir atau jalan lahir
dengan bantuan atau tanpa bantuan. Partus adalah wanita yang sedang dalam keadaan
persalinan ( Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan
dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks ( membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap.
Jadi, persalinan merupakan proses membuk dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hamper cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi persalinan yaitu antara lain:
a. Passenger
Mal presentasi atau mal formasi janin dapat mempengaruhi persalinan normal.
Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yakni ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus
melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
b. Passageaway
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dsar panggul,
vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul
ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku.
c. Powers
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks yang
membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah
cukup kuat, kepala akan turun dan masuk kedalam rongga panggul. Ibu
melakukan kontraksi infolunter dan folunter secara bersamaan.
d. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
member sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang
memberikan rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk dan jonggok.
e. Pychologic respons
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan mencemaskan bagi wanita dan
keluarga. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran
berlangsung lambat. Wanita yang bersalin biasanya akan menguatarakan berbagai
kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan menceritakannya.
Tahap – tahap fisiologis persalinan:
1. Kala I
Persalinan kala I adalah kala persalinan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan.
Kala I terdiri dari 2 fase yaitu:
fase laten dalam kala I persalinan:
- Dimulai sejak awal perkontraksi yang menyebabkan penipisan dan bukaan
serviks secara bertahap
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam
Fase aktif dalam kala I persalinan:
- Frekuensi dan lalma kontraksi uterus akan terus meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3x atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
- Dari pembukaan 4 cm hingga sampai pembukaan lengkap atau 10 cm akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/ jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Gangguan yang mungkin terjadi pada kala I persalinan:


1. Ketuban pecah dini atau lama
2. Resiko terjadinya infeksi
3. Perdarahan pervaginaan
4. Plasenta previa

2. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda dan gejala kala II persalinan yaitu
sebagai berikut:
- Ibu merasakan ingin meneran dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau vaginanya
- Perineum terlihat menonjol
- Vulva vagina dan sfingter terlihat membuka
- Peningkatkan pengeluaran lendir dan darah
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata
berlangsung 50 menit untuk primigravida dan 30 menit pada multi gravida,
tetapi hal ini dapat sangat bervariasi. Kemampuan ibu untuk menggunakan
otot abdomennya dan posisi bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II.
Beberapa proses kala II persalinan yaitu:
1. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik
2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah dan ditandai dengan keluarnya
cairan secara mendadak
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap di ikuti keinginan
mengejan karena tertekanya pleksus frankenhouser
4. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipokmoklion
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala
seluruhnya.
5. Kepala lahir sebelumnya diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian
kepala terhadap punggung
6. Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan: kepala dipegang pada osoksiput dan dibawah dagu, ditarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan curam keatas untuk
melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
Gangguann yang mungkin terjadi pada kala II persalinan:
1. Distosia bahu, kesulitan melahirkna bahu setelah kepala lahir
2. Rupture uteri, robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
persalinan dimana umur kehamilan >28 minggu
3. Atonia uteri
4. Laserasi jalan lahir
5. Terjadinya syok
6. Dehidrasi
7. Adanya infeksi
8. Preeklamsia ringan
9. Preeklamsia berat
10. Kinersia uteri
11. Adanya gawat janin
12. Distorsia
13. Cairan ketuban bercampur mekonium
14. Tali puat menumbung
15. Lilitan tali pusat yang melilit leher bayi

3. Kala III
Kala III adalah dimulai dari bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta
seluruhnya sudah dilahirkan. Pada kala III, otot uterus berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah bayi lahir.
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran ini cukup penting, karena
kelainan dapat menyebabkan resiko perdarahan yang dapat membawa
kematian. Kala ini berlangsung dimulai pada bayi lahir sampai uri keluar
lengkap.
Gangguan yang mungkin terjadi adalah perdarahan postpartum. Hal-hal yang
menyebabkan perdarahan postpartum:
- Antonia uteri
- Retensi plasenta
- Infersio plasenta

4. Kala IV
Kala IV (observasi) dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam peratama. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya syok hipovolemia pada ibu yang dapat
mengancam jiwa. Observasi dilakukan untuk menghindari tejadinya.
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah
itu. Observasi dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan post
partum, observasi yang dilakukan untuk melihat tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital (TD, N, RR), kontraksi uterus dan tejadinya
perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500cc. adapun 7 pokok pentng yang harus diperhatikan:
1. Kontraksi uterus harus baik
2. Tidak ada perdarahan pervaginaan atau dari alat genetalia
3. Plasenta dan selaput ketuban sudah harus lahir lengkap
4. Kandungan kencing harus kosong
5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6. Resume keadaan umum bayi APGAR
7. Resume keadaan umum ibu
Gangguan- gangguan yang mungkin muncul pada kala IV persalinan
- Laserasi jalan lahir
- Robekan serviks
- Perdarahan postpartum

D. Perawatan Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang lahir selama 1 jam pertama kelahiran bayi
sampai usia 4 minggu. Bayi baru lahir normal memiliki bert lahir antara 2500-4000
gram, cukup bulan dan lahir langsung menangis. Bayi lahir dan premature dan bayi
dengan berat badan rendah punya resiko lebih besar mengalami infeksi tali pusat,
infeksi ini juga berperan dalam terjadinya angka kesakitan dan angka kematian bayi
baru lahir di Indonesia.
Perawatan bayi 1 jam pertama :
- Menjaga keadaan bayi tetap hangat yaitu dengan cara mengeringkan tubuh bayi
dan meletakan pada perut ibu
- Melakukan pengekleman tali pusat
- Tidak memandikan bayi setidaknya 6 setelah persalinan
- Membersihkan jalan nafas dengan cara mengusap mukanya dengan menggunakan
kain atau kasa yang bersih
- Melakukan perawatan tali pusat dengan dibungkus menggunakan kasa steril dan
pastikan tetap kering
- Memberikan salep mata tujuannya mencegah infeksi
- Memberikan vitamin k 1 mg secara im dipaha aterolateral kanan bayi tujuannya
untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir
- Memberikan imunisasi hb 0 pada bayi 0,5 mg pada paha aterolateral kiri
Perawatan bayi 24 jam:
- Memberi tahu pada ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
- mengajarkan pada ibu cara menyusui dan pemberian ASI pada bayi
- mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat
Pencegahan perawatan bayi
1. Memandikan bayi
Neonatus harus selalu dijaaga kebersihannya agar tetap bersih, hangat dan kering,
beberapa cara untuk menjaga agar kulit neonates bersih dengan salah satu cara
memandikan bayi, menganti popok atau pakaian neonates sesuai dengan
keperluan. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan neonates
adalah:
a. Menjaga neonatus agar tetap hangat
b. Menjaga neonatus agar tetap aman dan selamat
c. Suhu air tidak boleh terlalu panas dan terlalu dingin
2. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah kegiatan meraeat tali pusat bayi setelah tali pusat di
potong sampai sebelum lepas. Teknik perawatan yang salah dapat mempengaruhi
lama pelepasan tali pusat. Tali pusat harus dibersikan 2 kali sehari atau jika
terkena feses atau urine.
3. Memberikan minum ASI pada neonatus
Memastikan segera bayi diberikan minum setelah lahir, bayi baru lahir normal
dapat segera disusui hanya dalam waktu 1-2 menit.
Manfaat pemberian ASI segera setelah melahirkan adalah
a. Pencernaan dan penyerapan ASI dalam lambung da usus bayi berlangsung
dengan cepat dan baik
b. Mengurangi gangguan pencernaan karena mengurangi pemberian makanan
pralakteral Memberikan sentuhan emosional yang mempengaruhi hubungan
batin antara ibu dan bayi serta perkembangan jiwa anak dan membantu
menjarakan kehamilan. IMD berfungsi untuk mempererat hubungan batin
antara bayi da ibu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pertama yaitu:
a. Petugas kesehatan
b. Psikologi ibu yaitu kepribadian dan pengalaman ibu, sosial budaya
c. Pengetahuan ibu tentang proses laktasi
d. Lingkungan keluarga
e. Peraturan pemasaran pengganti ASI dan jumlah anak
E. APGAR SKOR
Skor APGAR adalah suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi yang
baru lahir. Tujuannya untuk menilai status klinis bayi yang baru lahir pada usia 1
menit dan menilai kebutuhan intervensi segera untuk merangsang pernapasan.
Komponen dari skor APGAR adalah:
 A = Appearance (warna kulit)
 P = Pulse (denyut jantung)
 G = Grimace (refleks)
 A = Activity (tonus otot)
 R = Respiration (pernapasan)

Cara Penilaian Skor APGAR


Penilaian skor APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna kulit, denyut
jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernapasan. Masing-masing
aspek akan diberikan poin yang bervariasi antara 0–2 poin tergantung kondisi bayi.
A–Appearance atau Warna Kulit
Appearance dinilai dengan mengamati warna kulit pada tubuh dan ekstremitas bayi
dan memberikan poin sesuai hasil pemeriksaan. Poin yang diberikan adalah:
a. 2 poin = Warna kulit pink pada tubuh dan ekstremitas
b. 1 poin = Warna kulit biru pada ekstremitas, warna kulit pink pada tubuh
c. 0 poin = Warna kulit seluruh tubuh dan ekstremitas biru
P–Pulse atau Denyut Jantung
Denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop atau dengan menggunakan
dua jari. Denyut jantung dihitung selama 15 detik, kemudian dikalikan 4 sehingga
didapatkan denyut jantung selama 60 detik (1 menit).
a. 2 poin = >100 kali/menit

b. 1 poin = <100 kali/menit

c. 0 poin = Tidak ada denyut jantung


G - Grimace atau Refleks Terhadap Stimulus Taktil
Grimace atau refleks terhadap stimulus taktil dilihat dengan mengamati respons bayi
terhadap stimulus taktil dan memberikan poin sesuai hasil pemeriksaan. Poin yang
diberikan adalah:
a. 2 poin = Bayi menangis, batuk atau bersin

b. 1 poin = Bayi meringis atau menangis lemah saat distimulasi

c. 0 poin = Bayi tidak merespons stimulasi


A - Activity atau Tonus Otot
Activity dinilai dengan mengamati tonus otot bayi dan memberikan poin sesuai hasil
pemeriksaan. Poin yang diberikan adalah:
a. 2 poin = Bergerak aktif

b. 1 poin = Sedikit gerakan

c. 0 poin = Lemah atau tidak ada gerakan


R - Respiration atau Pernapasan
Respirasi dinilai dengan mengamati pernapasan bayi dan memberikan poin sesuai
hasil pemeriksaan. Poin yang diberikan adalah:
a. 2 poin = Pernapasan baik dan teratur, menangis kuat

b. 1 poin = Pernapasan lemah dan tidak teratur

c. 0 poin = Tidak ada napas

Interpretasi Skor APGAR


Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap komponen. Beberapa hal
yang perlu diketahui saat melakukan perhitungan skor APGAR adalah:
1. Skor terbaik adalah 10, namun skor 7, 8 dan 9 adalah normal dan bayi dapat
dikatakan sehat

2. Skor 10 sangat jarang didapat karena sebagian besar bayi yang baru lahir akan
kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit
3. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit kebiruan pada
tangan dan kaki
Skor APGAR yang rendah biasanya disebabkan oleh:
1. Proses kelahiran yang sulit
2. Sectio caesarea
3. Cairan pada saluran pernapasan bayi
Bayi dengan Skor APGAR yang rendah mungkin membutuhkan:
 Oksigen dan pembersihan saluran napas
 Stimulasi fisik untuk membantu mendapatkan detak jantung yang normal

Anda mungkin juga menyukai