PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat. Data dari Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan menyebutkan bila perawat (48,36%)
mendominasi jumlah proporsi SDM di RS (Kemenkes, 2017). Hal ini menunjukan
bahwa perawat dengan pelayanan keperawatannya memiliki peran yang dominan
dan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja optimal Rumah Sakit. Pelayanan
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat baik sehat
maupun sakit (Triwijayanti etal., 2020).
Perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan tidak terlepas daripada
konflif. Konflik adalah masalah serius dalam pelayanan keperawatan karena tidak
dapat dipungkiri, adanya konflik dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Menurut
Bubbers, sebenarnya masalah utamanya bukanlah pada konflik, namun pada pengelolaan
konflik yang buruk, sehinggapenting memahami sumber dan cara konflik
(Bubbers, 2016; Khalid & Fatima, 2016). Oleh karena demikian, sebagai elemen yang
mempunyai pengaruh kuat dalam keberlangsungan keperawatan di pelayanan
kesehatan, menjadi kewajibanbagi perawat manajer untuk memahami jenis dan
sumberkonflikdapat menggunakan gaya menajemen konflik yang tepat dalam
pencegahan dan penyelesaian konflik.
Pengelolaan pelayanan keperawatan membutuhkan sistem manajerial keperawatan
yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan dalam menghasilkan
pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas. Manajemen keperawatan merupakan
koordinasi dan integrasi dari sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Hal ini tentu perlu didukung
oleh seorang manajer yang mempunyai kemampuan manajerial yang handal untuk
melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
aktivitas-aktivitas keperawatan (Adhi & Ningsih, 2020)
Pelayanan keperawatan merupakan inti dari suatu pelayanan kesehatan termasuk di
Rumah Sakit. Gillies (1998), menjelaskan bahwa 40-60% pelayanan di Rumah Sakit
merupakan pelayanan keperawatan. Sebagai pelaksana dan pengelola pelayanan, perawat
harus mampu mengembangkan bentuk pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya secara berkesinambungan. Perawat adalah salah satu unsur
vital dalam rumah sakit, perawat, dokter dan pasien merupakan satu kesatuan yang saling
membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Perawat sebagai bagian yang penting dari
Rumah Sakit, dituntut memberikan perilaku membantu, dalam rangka membantu pasien
untuk mencapai kesembuhan. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien akan terabaikan,
karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien. (Ariga,
2020).
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dituju kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit (Gunarto, 2019).
Pelayanan keperawatan profesional dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh tenaga
keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas
pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan (Hartati, 2017). Menurut
Madonni & Woferst (2016) menyebutkan pelayanan keperawatan profesional adalah
rangkaian upaya melaksanakan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada
masyarakat sesuai dengan kaidah - kaidah keperawatan sebagai profesi.
Keberhasilan pelayanan keperawatan salah satunya sangat ditentukan oleh
keberhasilan manajaman keperawatan, maka manajemen keperawatan harus dikelola
secara profesional. Hal ini berarti jika manajemen keperawatan disuatu rumah sakit baik,
maka akan membawa dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan atau keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian
tenaga kesehatan atau keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat,
bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan (Tuasikal, 2022).
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam
penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Yunus, dkk (2021)
.mengemukakan bahwa keperawatan sebagai profesi mengharuskan pelayanan
keperawatan diberikan secara profesional oleh perawat dengan kompetensi yang
memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan moral. Untuk menjadikan perawat
sebagai tenaga profesional maka perlu dilakukan pembinaan secara terus menerus secara
berkesinambungan, sehingga menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang perlu
diperhatikan, diakui dan dihargai keprofesionalannya melalui penerapan sistem
manajemen (Profesi, P. P, 2010).
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen
mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi
dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen
(Sensussiana, 2020). Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Pada
suatu instansi membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan
ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen merupakan
serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber - sumber daya organisasi
(manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi
secara efisien dan efektif. (Tuasikal, 2022).
Fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai sasaran yang akan
ditujunya. Menurut Freeman dan Gilbert (1996) dalam Sarwili, dkk (2021) terdapat
beberapa elemen utama dalam fungsi manajemen keperawatan diantaranya yaitu
planning, organizing,actuating (coordinating & directing), staffing, leading,
reporting,controlling dan budgeting.
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat unsur tersebut
saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar
manusia, dan konseptual yang mendukung tercapainya suatu tujuan. Seluruh aktivitas
manajemen baik kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari
fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan (Tuasikal, 2022).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Tape & Dedi, 2018).
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagai salah satu penyelenggara
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan,
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat terlaksana, rumah sakit perlu
didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh
sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan
manajerial yang tangguh yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara, Untuk
mewujuudkan hal tersebut perawat dituntut mempunyai pengetahuan, teori dan konsep
yang mendasari keterampilan manajerial. Salah satu cara untuk meningkatkan
keterampilan manejerial yang handal selain didapatkan dibangku kuliah, harus melalui
pembelajaran, praktikan dilahan praktek di Ruang Rawas 1.1 RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Manajemen Keperawatan ini dilaksanakan di Ruang Lakitan 1.2
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang berlangsung dari tanggal 28 Maret – 08
April 2023.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 12 hari di ruang
Lakitan 1.2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang mahasiswa mampu memahami
manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana maupun kegiatan keperawatan
dalam tatanan klinik.
2. Tujuan khusus
Secara kelompok dan individu, mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan dalam
hal:
Dari data penilaian diatas kami akan mengangkat masalah ketika nilai <75%, tetapi
ada beberapa penilaian yang harus memiliki nilai mutlak yakni sasaran keselamatan
pasien pada sasaran 1 (ketepatan identifikasi pasien), sasaran 3 (peningkatan keamanan
obat yang perlu diwaspadai) dan sasaran 4 (kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien operasi), dari beberapa sasaran tersebut kami akan mengangkat menjadi
masalah ketika nilai yang didapat kurang dari 100%. Selain itu apabila tenaga kesehatan
tidak melakukan tindakan yang di anggap titik kritis pada instrumen C (Standar
Operasional Prosedur) maka kami akan mengangkat hal tersebut menjadi masalah
meskipun nilai yang didapat >75%.
F. Praktikan
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan Mahasiswa Program
Profesi Ners Ekstensi IKesT Muhammadiyah Palembang terdiri dari 13 mahasiswa
yaitu:
1. Khotibul Umam, S.Kep : Ketua Kelompok
2. Hayati Oktafiani,S.Kep : Anggota
3. Herli Sahputri, S.Kep : Anggota
4. Ifrohati Fitri, S.Kep : Anggota
5. Indah Budiarti, S.Kep : Anggota
6. Indri Maharani, S.Kep : Anggota
7. Indri Eka Yulianti, S.Kep : Anggota
8. Joko Prasetyo, S.Kep. : Anggota
9. Jumiati, S.Kep. : Anggota
10. Kiki Meilinda Sari, S.Kep. : Anggota
11. Laras Wulandari, S.Kep. : Anggota
12. Lisa Fitriani, S.Kep. : Anggota
13. Mei Anggraeni, S.Kep. : Anggota
2. Pembimbing
a. Pembimbing Akademik yaitu:
Marwan Riki Ginanjar, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Romiko, S.Kep.,Ns.,M.Kep
b. Pembimbing lapangan/ Perseptor yaitu:
Fridaningsih Fitriani Siagian, S.Kep., Ners
Putri Wulandari, S.Kep., Ners
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG LAKITAN 1.2
a. Profil Dan Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Provinsi Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Provinsi Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
Dr. Mohammad Ali (Dr. Lee Kiat Teng) pada tahun 1953
didirikanlah Rumah Sakit Umum Palembang dan pada 03 Januari 1957 rumah
sakit ini mulai beroperasional yang dapat melayani masyarakat SeSumatera Bagian
Selatan meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka
Belitung. Saat itu Rumah Sakit Umum baru memiliki Pelayanan Rawat Jalan dan
Rawat Inap dengan fasilitas 78 tempat tidur. Setelah operasional beberapa tahun,
Rumah Sakit Umum Palembang memberikan pelayanan penunjang seperti
Laboratorium, Apotik, Radiologi, Emergency dan peralatan Penunjang Medik
Lainnya. Rumah Sakit Umum ini semakin berkembang dengan adanya fasilitas,
sarana dan prasarana, dokter spesialis dan Sub spesialis sehingga dapat
menunjang Rumah Sakit ini dikategorikan sebagai Rumah Sakit kelas B
Pendidikan dan menjadi Rumah Sakit Tipe A tahun 2012.
Pada tahun 1993 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berdasarkan SK
Menkes RI No:1134/MENKES/SK/1993 berubah status dari Rumah Sakit Vertikal
(Rumah Sakit Penerimaan Negara Bukan Pajak) menjadi Rumah Sakit Swadana.
Pada tahun 2000 berdasarkan PP No:122/2000 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang ditetapkan sebagai Rumah Sakit Perusahaan Jawatan (PERJAN) Tahun
2005 dengan adanya kebijakan pemerintah terhadap 13 Rumah Sakit Vertikal
termasuk RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, berdasarkan SK MENKES RI
No:1243/MENKES/SK/VIII/2005, tentang penetapan 13 Eks RS Menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) sebagai Rumah Sakit
Pendidikan kelas A.
RSMH merupakan Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya sesuai SK MENKES Nomor: HK.02.02/MENKES/192/2015
tanggal 27 Mei 2015 dengan mewujudkan Academic Health System (AHS), selain itu
sesuai dengan PERMENKES Nomor: HK.02.02/MENKES/390/2019 tanggal 17
Otober 2014 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Rujukan Nasional. Dalam upaya
menjamin mutu dan keselamtan pelayanan, maka RSMH sudah meraih akreditasi
paripurna KARS dan akreditasi International JCI di Tahun 2016 dan 2019.
Gambar 2.1
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Provinsi Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
a. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional Berstandar
Internasional 2019”
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan, dan penelitian berstandar
internasional.
2) Menyelenggarakan promosi kesehatan secara komprehensif dan
berkelanjutan.
3) Menjalin kemitraan dan melaksanakan sistem rujukan dengan Rumah Sakit
jejaring
4) Meningkatkan kompetensi, kinerja dan kesejahteraan pegawai
c. Budaya kerja (tata nilai)
Sinergi :
Koordinasi, kolaborasi, satu persepsi dalam meningkatkan mutu dan keselamatan
Integritas
Jujur, disiplin, konsisten, komitmen dan menjadi teladan
Profesional
Tanggung jawab, kompeten, bekerja tuntas, akurat, efektif, dan efisien.
3. Direksi dan Pegawai
a. Direksi
1) Direktur RSUP Moh. Hoesin Palembang: dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS
2) Plt. Direktur Perencanaan, Organisasi & Umum: Ekwanto, SE., Ak. MM
3) Direktur Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penelitian dr. Msy. Rita
Dewi, M.S. Sp. A(K), MARS
4) Direktur Keuangan dan Barang Milik Negara Ekwanto, SE. Ak, MM
5) Plt. Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan & Penunjang : dr. Marta
Hendry, Sp. U (K), MARS
b. Pegawai
Keseluruhan pegawai di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hosein Palembang
pada tahun 2023, pegawai Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hosein
Palembang terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Perawat, Bidan, dan Non
medis. Di Ruang Rawat Inap Lakitan 1.2 terdapat 18 perawat.
b. Model Layanan
Model layanan yang diterapkan di ruang rawat inap Lakitan 1.2 ini adalah
Model Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). SP2KP
adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana
dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara Perawat Primer (PP) dan
Perawat Asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Potter & Perry, 2009).
Berdasarkan kajian di ruang Lakitan 1.2, model layanan menggunakan tim.
Berdasarkan kondisi di lapangan didapatkan bahwa metode tim lebih tepat
digunakan karena masing-masing tim dapat memberikan asuhan keperawatan
dengan maksimal. Pada model tim, perawat bekerjasama memberikan asuhan
keperawatan untuk sekelompok pasien dibawah arahan/pimpinan seorang
perawat profesional (Marquis & Huston, 2000). Pembagian tugas dalam
kelompok dilakukan oleh ketua tim bertanggung jawab. Katim di lakitan 1.2 di
dapatkan 3 katim, antara lain katim 1 menaungi 5 perawat, katim 2 menaungi 5
perawat serta katim 3 menaungi 4 perawat.
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (Berdasarkan Teori D.Orem: Self-Care
Deficit)
Tabel 2.2
Jumlah Tenaga Perawat Yang Dibutuhkan Pada Satu Ruang Rawat
Jumlah Klasifikasi
pasien Minimal care Parsial care Total care
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst.
b) Kajian data
Berdasarkan hasil wawancara dan obervasi selama 3 hari di ruang
Lakitan 1.2, diketahui bahwa total pasien rerata di ruang Lakitan berjumlah 34
pasien dengan rincian sebagai berikut: Pasien dengan perawatan minimal
berjumlah 14 pasien, perawatan parsial berjumlah 9 pasien, dan perawatan
total berjumlah 11 pasien. Berikut perhitungan kebutuhan perawat berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien di ruang Lakitan 1.2
Tabel 2.3
Perhitungan Kebutuhan Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien di
Ruang Lakitan 1.2
Jumla Klasifikasi
h Minimal care (14 Partial care (9 pasien) Total care (11 pasien)
pasien pasien)
Pagi Sore Malam Pagi Sor Malam Pagi Sor Malam
e e
34 14x 14x0 14x0,1 9x0,2 9x0, 9x0,07 11x 11x 11x0,20
0,17 ,14= 0=1,4 7=2,4 15= =0,9 0,36 0,30 =2,2
=,2, 1.96 3 1,35 =3,9 =3,3
38 6
Keterangan:
- Shift Pagi : 2,38+1,96+1,4 = 5,74 (6)
- Shift Sore : 2,43+1,35+0,9 = 6,4 (6)
- Shift Malam : 3,96+3,3+2,20 = 12,2 (12)
- Total : 6+6+12 = 24
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk perhari bertugas diruang Lakitan 1.2
berjumlah 24 orang.
Analisis: Berdasarkan tabel 2.3 kebutuhan perawat di ruang Lakitan 1.2 idealnya
berjumlah 24 perawat dengan rincian sebagai berikut: keseluruhan shift yang
tepat seharusnya berjumlah 24 perawat, hal ini berbeda dengan pelaksanaan
dilapangan yang mana kebutuhan perawat pada hari itu keseluruhan shift hanya
berjumlah 18 perawat (75%) yang terbagi menjadi 7 perawat di shift pagi, 4
perawat di shift sore dan 3 perawat di shift malam yang mana proses asuhan
keperawatan jika dibandingkan antara lapangan dengan teori kebutuhan tenaga
perawat cukup kurang sebanyak 6 perawat (25%). Masalah: Masih kurangnya
kebutuhan tenaga perawat di ruang Lakitan 1.2 di lihat dari perencanaan
kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan Douglas sebanyak 6 perawat (25%)
dari total perhitungan 24 perawat.
Tabel 2.4
Pendidikan Perawat Ruang Lakitan 1.2
N Nama Jabat Pendid Pelatihan
o an ikan
1 Fridani Kepal Ners - PPI (2019)
ngsih a - K3 RS (2022)
Fitriani Ruang - Patient safety (2019)
Siagian an - BHD (2022)
- Manajemen Nyeri (2019)
- Service Excellent (Komunikasi Efektif) (2023)
- Perawatan Luka dasar (2017)
- Perawatan Luka Lanjutan (2017)
- Perawatan Stoma (2016)
- Emergency Nursing For Advanced Level (ENIL)
- Phlebotomy (2015)
- Keperawatan anak dasar (2019)
- Resusitasi neonatus (2019)
- Clinical instructure (CI) (2021)
- SP2KP (2021)
2 Siti Kepal Ners - PPI (2019)
Aisyah a Tim - K3RS (2022)
I - Patient safety (2019)
- BHD (2019)
- Manajemen nyeri (2019)
- BTCLS (2021)
3 Dian Kepal Ners - PPI (2017)
Triana a Tim - K3 RS (2018)
Sari 2 - Patient Safety (2018)
- BHD (2018)
- EKG Dasar/ ECG (2019)
- Manajemen Nyeri (2019)
- Etika Disiplin (2018)
- BTCLS (2022)
- Perawatan Luka Lanjutan (2017)
- Keperawatan Anak Dasar (2019)
- Resusitasi Nonatus (2019)
4 Putri Kepal Ners - PPI (2018)
Wuland a Tim - K3 RS (2018)
ari 3 - Patient Safety (2018)
- BHD (2018)
- EKG Dasar/ ECG (2022)
- Manajemen Nyeri (2019)
- Etika Disiplin (2018)
- BTCLS (2021)
- Keperawatan Anak Dasar (2019)
- Resusitasi Nonatus (2019)
- Clinical Instructure (2021)
5 Amalia Peraw AMK - PPI (2019)
at - K3 RS (2022)
Pelaks - Patient Safety (2019)
ana - BHD (2019)
- Manajemen Nyeri (2019)
- Service Excellent (Komunikasi Efektif) (2019)
6 Rahmat Peraw Ners - PPI (2021)
Kurnia at - K3 RS (2021)
wan Pelaks - Patient Safety (2019)
ana - BHD (2019)
- Manajemen Nyeri (2019)
- Service Excellent (Komunikasi Efektif) (2019)
- Etika Disiplin (2019)
- BTCLS (2022)
Analisis :
Berdasarkan analisa dan wawancara yang dilakukan pada perawat di Lakitan 1.2, dapat
diketahui bahwa rata-rata perawat di ruangan lakitan 1.2 sudah mengikuti pelatihan
keperawataan.
2. Money
a. Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan asli daerah adalah
sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang
terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Salah satu
fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan bagi petugas medis
maupun non medis.
Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari
manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang harus diperbaiiki agar dapat
memberikan data dan informasi yang mendukung para manajer Rumah Sakit
dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan
rumah sakit.
b. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
merupakan rumah sakit Negeri, yang pembiayaannya bersumber dari Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan BPJS dan pasien umum.
3. Material
a. Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan keperawatan yang
meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta pengelolaannya dalam
upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas (Depkes, 2011).
Berikut standar peralatan yang harus ada di ruang rawat inap:
1) Alat Medis
a) Kajian Teori
Tabel 2.5
Standar Peralatan Medis Rawat Inap
No Nama Alat Jumlah Minimal
1 Stetoskop 1 : 6 TT sesuai ruang
rawat
2 Thermometer Digital 1/ kamar (kecuali 1 bh/
ruang isolasi/ infeksius/
kamar dengan 1 TT)
3 Tensimeter 2/bangsal
4 Timbangan BB 1/ bangsal
5 Pengukur Panjang/ tinggi 1/ bangsal
badan
6 Penlight/ lampu senter 1/ bangsal
7 EKG 1/ bangsal
8 Infus Pump 1 set/ kamar
9 Syringe Pump 1 set/ kamar
10 Pulse Oksimetri 2-4/ bangsal
11 Diagnostik set 1/ bangsal
12 Speculum hidung 1/ bangsal
13 Reflek hammer 1/ bangsal
14 Emergency kit dan set 1/ bangsal
resusitasi: set BHP emergency
15 Troli emergency dengan 1/ lantai perawatan
defibrillator
16 Tiang Infus 1 set/ bed
17 Oksigen set dan flowmeter 1 set/kamar
18 Kursi roda 1/ bangsal
19 Brankar 1/ bangsal
20 Lampu periksa 1/ bangsal
21 Nebulizer 1 set/ bangsal
22 Suction Pump 1 set/ bangsal
23 Film viewer 1/ bangsal
24 Minor surgery instrument set 1/ bangsal
25 Vena suction set 1/ bangsal
26 Suction pump dinding 1/ bangsal
27 Handscrub 1/ TT
28 Oksigen Transport 1/ bangsal
Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020
b) Kajian Data
Tabel 2.6
Alat Medis di Ruang Lakitan 1.2
Peralatan medis dan keperawatan
N NamaAlatmedis / Jumlah Jumlah yang Kura Ket.
o keperawatan standar ada ng
Bai Rusak
k
1 Bed side monitor 2 1 0 1
2 Bed pasien 34 34 - -
3 Narkase 34 34 - -
4 Infus pump 3 2 - 1
5 Syringe pump 3 2 - 1
6 Trolley emergency 1 1 - -
7 Trolley injeksi 3 3 - -
8 ECG 1 1 - 0
9 Stetoskop 3 3 - -
1 Laringoscope dewasa 1 1 - -
0
1 Laringoscope anak 1 1 - -
1
1 Brankar 2 0 - 2
2
1 Regulator O2 dinding 34 0 34 34 Tidak layak
3 kalibrasi
1 Tiang Infus 40 34 - 34
4
1 Timbangan BB/TB 1 - 1 1
5
1 Lampu Baca Rongent 1 1 - -
6
1 Pispot 22 11 - 11
7
1 Urinal 22 11 - 11
8
1 Termometer 5 4 1 0
9
2 Lemari Obat 1 1 - -
0
2 Suction manual 1 1 - -
1
2 Restole 4 4 - -
2
2 Nebulizer 2 2 - -
3
2 Defribilator 0 - - 1
4
2 Pulse Oksimetri 4 3 1 1
5
2 Rak Syringe pump/infus
1 1 0 0
6 pump
Sumber: Data Primer Ruang Lakitan 1.2 2023
Analisis: Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruang Lakitan 1.2 pada
tanggal 29-30 Maret 2023, alat medis di ruang Lakitan 1.2 telah memenuhi standar alat
medis yang harus ada di ruang rawat inap.
2) Alat Linen/Tenun
a) Kajian Teori
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah, jenis,
dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai untuk
mencapai pelayanan keperawatan. Berikut standar alat linen di ruang
rawat:
Tabel 2.7
Standar Linen di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Sprei 1:5
2 Taplak meja 1:3
3 Handuk kecil 1:3
4 Sarung bantal 1:6
5 Baju pasien 1:5
6 Perlak 1:5
7 Celana 1 :5
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2020
b) Kajian Data
Berikut daftar alat linen di ruang lakitan 1.2:
Tabel 2.8
Alat Linen di Ruang Lakitan 1.2
4. Machine
a. Kajian Teori
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah
energi untuk melakukan membantu pelaksanaan tugas manusia. Biasanya
membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk, mengirim energi yang telah
diubah menjadi sebuah keluaran yang melakukan tugas yang telah di setel,
machine atau mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Berikut adalah
standar alat mekanik yang harus ada di ruang rawat inap:
Tabel 2.11
Standar Alat Mekanik di Ruang Rawat Inap
No Nama Alat standar
1. EKG 1:1
2. Syringe Pump 1:2
3. Suction 1:1
4 Bedside 1:1
Monitor
5 Nebulizer 2
Sumber : Kementrian Kesehatan 2020
b. Kajian Data
Tabel 2.12
Tabel machine diruang Lakitan 1.2
N Nama Alat standa Jumlah Jumlah Keterangan
o r Awal Akhir
1. EKG 1:1 1 1 Terpenuhi
2. Syringe 1:2 2 2 Terpenuhi
Pump
3. Suction 1 1 1 Terpenuhi
4 Bedside 1:1 1 1 Terpenuhi
Monitor
5 Nebulizer 2 2 Terpenuhi
6 Infus Pump 3 2 Kurang
Analisis:
Berdasarkan hasil analisis dari alat mekanik penunjang di ruang Lakitan 1.2, dapat
diketahui bahwa beberapa alat sudah terpenuhi sesuai standar hanya saja alat yang
kurang yaitu infus pump.
5. Method
a. Standar Asuhan Keperawatan
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu tingkat kinerja yang
secara umum dikenal sebagai sesuatu yang diterima, adekuat, memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding.
Sedangkan menurut Schroeder (2007) standar adalah nilai atau acuan yang
menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem
yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan keperawatan yang kompeten
seperti yang diperlihatkan oleh proses keperawatan yang mencakup semua
tindakan penting yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan perawatan dan
membentuk dasar pengambilan keputusan klinik (Retnariska, 2012).
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman dan instrumentasi
penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
1) Standar I pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan, data kesehatan harus bermanfaat bagi semua
anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi kumpulan
data yang harus menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai item
yang tersedia, aktual dan valid.
Tabel 2.13
SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
N:10
No SAK N Persentase
1 Pengkajian 10 100%
2 Diagnosis 10 100%
3 Intervensi 10 100%
4 Implementasi 10 100%
5 Evaluasi 10 100%
6 Dokumentasi 10 100%
Total 100%
Analisis: Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang lakitan
1.2 semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) tetap
mengacu pada sumber yang diterbitkan oleh RSUP Dr. Mohammad Hoesin.
Standar ini diperlukan untuk menentukan mutu pelayanan, bagaimana kegiatan-
kegiatan akan dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-kegiatan tersebut
dikerjakan.
b. Standar Operasional Prosedur
Menurut Arnani (2016) Standart operating procedures (SOP) adalah
serangkaian intruksi kerja tertulis yang di lakukan (terdokumentasi) mengenai
proses penyelengaraan administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus, di
lakukan, di mana dan oleh siapa di lakukan.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang rawat inap lakitan
1.2, mempunyai standar operasional prosedur diantaranya: seperti SOP Pelepasan
Infus, SOP memasang infus, SOP mengganti cairan infus.
MELEPAS INFUS
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR 13 SEP 2019
OPRASIONAL
PENGERTIAN Melepaskan IV catether dari dalam pembuluh darah vena
TUJUAN 1. Menghentikan tindakan pengobatan melalui vena
2. Menghentikan pemberian cairan dan elektrolit melalui
vena
3. Menghentikan pemberian nutrisi parenteral
KEBIJAKAN 1. Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Muhammad
Hoesin Palembang Nomor : UK.1.12/II/1160/2013
tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
(PMK) Perawat/Bidan RSUP Dr. Muhammad Hoesin
Palembang
2. Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Muhammad
Hoesin Palembang Nomor : YR.01.03/II/015/2017
tentang Panduan Sistem Pemberian pelayanan
Keperawatan Profesional (SP2KP) RSUP Dr.
Muhammad Hoesin Palembang
PROSEDUR PROSEDUR ALAT:
1. Sarung tanga bersih
2. Alcohol swab
3. Plester hipoalergi
PELAKSANAAN:
1. Identifikasi klien
2. Lakukan kebersihan tangan sesuai indikasi
3. Gunakan ADP sesuai indikasi
4. Jaga privasi pasien
5. Matikan aliran infus dengan menurunkan klem
6. Basahi plester dan iv dresing yang merekat pada kulit
pasien dengan menggunakan alcohol sweb
7. Lepaskan plester dan iv dresing secara perlahan
8. Tekan tempat tusukan dengan alcohol sweb
9. Cabut IV cateter secara perlahan
10. Fiksasi bekas tusukan menggunakan plester
hipoalergik
11. Rapikan pasien dan evalusi respon pasien
terhadaptindakan
12. Bereskan alat dan buang sampah sesuai panduan
pemilahan lembah
UNIT Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Intalasi
TERKAIT BHC, Instalasi Bedah Sentral (IBS), Instalasi Hemodelisa,
Instalasi Radiologi, Intensif
STANDAR
PROSEDUR Tindakan Memasang Infus Ya Tidak
OPERASIONAL
PENGERTIAN Memasukan IV catether ke √
dalam pembuluh darah vena dan
disambungkan dengan infus set
TUJUAN 1. Sebagai akses untuk √
mempertahakan atau
mengangti cairan dan
elektrolit
√
2. Sebagai akses untuk
memasukan produk darah √
3. Sebagai akses untuk
pemberian obat-obat
intravena
Tabel 2.2
Jenis Penyakit Tertinggi di Ruang Lakitan 1.2 RSUD Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
Retinolblastoma CTEV
SOL Hidrocephalus
Tabel 2.16
Presentase Proses Pelaksanaan Meeting Morning Di Ruang Lakitan 1.2
Periode 29-31 Maret 2023 (n=3)
Persiapan
Pelaksanaan
5 Bersama-sama staf √
mendiskusikan Pemecahan
masalah yang dapat
Ditempuh
Penutup
Jumlah
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan Lakitan 1.2 selama empat
hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan tetap (SOP) sudah ada
dan pelaksanaan kegiatan meeting morning di Lakitan 1.2 sudah ada beberapa
point variabel yang dinilai telah terlaksanakan seperti: karu menyiapakan tempat
untuk melakukan meeting morning, karu membuka meeting morning dilanjutkan
dengan doa bersama, karu memberikan informasi dan arahan kepada staff serta
melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staff, memberikan
kesempatan staff untuk mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan,
bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat di tempuh,
karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staff. Tetapi kegiatan meeting
morning ini jarang dilakukan di Lakitan 1.2 sehingga pelaksanaan kegiatan
meeting morning diruang Lakitan 1.2 dikategorikan cukup.
Masalah: Tidak Ada Masalah
b. Pre Conference
Pre conference menurut MPKP (2016) di antaranya adalah katim membuka acara
pre conference kemudian menyusun rencana harian perawat pelaksana,
memberikan tindak lanjut dan masukan berdasarkan asuhan keperawatan yang
telah di berikan saat ini serta memberikan reinforcement serta menutup kegiatan
pre conference. Berdasarkan observasi selama 3 hari, presentase proses pelaksaan
pre conference di Ruang Lakitan 1.2 dapat dilihat tabel di bawah ini
Tabel 2.17
Presentase Proses Pelaksanaan pelaksaan pre conference Di Ruang Lakitan
1.2 Periode 29-31 Maret 2023
n:3
Persiapan
Pelaksanaan
Penutup
Jumlah 14
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan Lakitan 1.2 selama empat
hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan 100% dengan kategori ( sangat baik)
bahwa panduan tetap (SOP) yang sudah ada dan pelaksanaan kegiatan pre
conference di ruangan rawat inap Lakitan 1.2 sudah ada beberapa point variabel
yang dinilai telah terlaksanakan secara keseluruhan.
Masalah: Tidak Ada Masalah
c. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift berikut dan sebelum operan ke shift berikutnya (amalia,
et.all, 2015)
Berdasarkan observasi selama 4 hari, presentase proses pelaksaan post conference di
Ruang Lakitan 1.2 dapat dilihat tabel di bawah ini
Tabel 2.17
Presentase Proses Pelaksanaan pelaksaan Post Conference Di Lakitan 1.2
Periode 29-31 Maret 2023
n=3
Berdasarkan analisi selama 3 hari terhadap 3 tim di nyatakan bahwa nilai dari post
conference 100 % dengan kategori (sangat baik)
d. Orientasi
Pasien Baru Berdasarkan observasi selama 4 hari, persentase proses pelaksaan
orientasi pasien baru di Ruang Lakitan 1.2 dapat dilihat tabel di bawah ini :
Tabel 2.18
Presentase Proses Pelaksanaan pelaksaan Orientasi Pasien Baru Di Ruang
Lakitan 1.2 Periode 29-31 Maret 2023
n:10
e. Discharge Planning
Discharge Planning merupakan suatu proses yang sistematis dalam pelayanan
dalam kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan
kebutuhan, mengembangkan, dan mengimplementasikan serta
mengkoordinasikan rencana perawatan yang mungkin dilakukan setelah pasien
pulang dari rumah sakit dalam upaya meningkatkan atau mempertahankan derajat
kesehatannya (Spanth, 2010).
Berdasarkan observasi selama 4 hari, presentase proses pelaksaan discharge
planning di Ruang Lakitan 1.2 dapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel 2.18
Perbandingan ideal dan aktual discharge planning Di Ruang Lakitan 1.2
Periode 29-31 Maret 2023
Ideal Actual
Perencanaan pemulangan Discharge planning di ruang
pasien (discharge planning) rawat Lakitan 1.2 mengacu pada
inap mengacu pada pedoman pedoman RS Moh. Hosein
RSMH Palembang bertujuan Palembang berdasarkan form
untuk mempersiapkan kebutuhan Perencanaan Pemulangan Pasien
pasien saat di rumah atau untuk (Discharge Planning).
pemulihan dalam 24 jam pertama Berdasarkan hasil observasi
selama kajian situasi dari tanggal
diruangan. 29-31 Maret 2023 didapatkan:
b. Ulasan obat.
Mendiskusikan masing –
masing tujuan dari setiap
obat, berapa banyak obat
yang harus dimakan,
waktu, cara meminumnya,
potensi efek samping dan
bila obat habis bagaimana
cara memperolehnya.
c. Menyoroti tanda - tanda
gejala dan masalah.
Mengidentifikasi tanda-
tanda gejala atau potensi
masalah yang dapat
terjadi. Tuliskan nama dan
kontak informasi dari
seseorang untuk
menghubungi jika ada
masalah.
d. Menjelaskan hasil tes.
Menjelaskan hasil tes
kepada pasien dan
keluarga. Jika hasil tes
tidak tersedia pada
perencanaan, beritahu
pasien dan keluarga kapan
mereka harus
mendapatkan hasil dan
mengidentifikasi siapa
yang harus mereka
hubungi jika belum
mendapatkan hasil sesuai
tanggal tersebut.
2. Educate (Mengedukasi)
Memberikan pendidikan
tentang kondisi pasien, proses
pemulangan, dan langkah-
langkah selanjutnya disetiap
kesempatan kepada pasien
dan keluarga selama dirawat
di rumah sakit dengan
menggunakan bahasa
sederhana.
Memberikan semua
informasi lebih banyak
tentang kondisi pasien dan
langkah selanjutnya pada hari
pemulangan. Perencanaan
pulang harus menjadi proses
yang berkelanjutan selama
pasien dirawat di rumah sakit,
bukan peristiwa yang
dilaksanakan hanya satu kali.
Selama di rumah sakit
perawat bertanggungjawab
untuk :
a. Mendatangi pasien dan
keluarga saat pasien masuk
dan setiap hari
memperhatikan kemajuan
pasien dalam mencapai
tujuan
f. Handover
Handover (serah terima pasien) adalah proses pengalihan dan wewenang dan
tanggung jawab terutama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari
satu perawat ke perawat lain (Nursalam, 2018)
Berdasarkan observasi selama 3 hari, presentase proses pelaksanaan Handover di
Ruang Lakitan 1.2 dapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel 2.18
Presentase Proses Pelaksanaan pelaksanaan Handover Di
Ruang Lakitan 1.2 Periode 29-31 Maret 2023 (n=9)
No Ya Tidak Catata n
3 Kepala ruang/PN/AN √
memimpin operan diawali doa
Bersama
4 Perawat mengoperkan status √
kesehatan pasien dengan cara
membacakan rekan
Keperawatan
6 Perawat mengoperkan √
tindakan keperawatan
mandiri dan kolaborasi yang
telah dilakukan beserta hasil
dan waktu pelaksanaan
7 Perawat menyebutkan √
Perkembangan/ kondisi fisik
8 Perawat menyebutkan √
rencana tindakan
keperawatan mandiri dan
kolaborasi yang akan
dilakukan dan waktu
pelaksanaan
16 Ka Ruang/PN/AN/ menutup √
operan dengan baik
Jumlah 14 2 87,5%
Analisis: Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan diruang Lakitan 1.2
didapatkan hasil handover termasuk dalam kategori penilaian baik. Namun
waktu handover agak sedikit lebih lama atau memakan waktu, Hal ini mungkin
dilakukan karena jumlah kamar dan pasien yang banyak dan perawat yang
dinas tidak berjumlah sesuai yang akibatnya pelaksanaan dilapangan dibutuhkan
kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya di shift yang sedang
dijalankan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari
didapatkan hari pertama sampai hari ke tiga selama 3 shift (pagi,siang,malam)
seluruh perawat telah melakukan handover sesuai dengan standar operasional
tetapi fokus handover yang diterapkan kurang terfokus pada masalah keperawatan
yang sedang dialami oleh pasien dan juga pada point mengoperkan tindakan
keperawatan mandiri dan point menyebutkan rencana tindakan keperawatan
mandiri yang selanjutnya akan dilakukan terbilang jarang dilakukan oleh perawat.
Masalah : Permasalahan timbang terima kurang berfokus ke masalah
keperawatan pasien
g) Kajian data
Setelah dilakukan studi rekam medik pada 10 rekam medik pasien didapatkan
penilaian asuhan keperawatan di Ruang Lakitan 1.2 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.35
Pengkajian proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Lakitan 1.2
Periode 29-31 Maret 2023
N=10
No Aspek yang Dinilai Ya Tidak
A Pengkajian
B Diagnosa
C Perencanaan
1 Berdasarkan dx keperawatan 10 0
D Tindakan
Jumlah 240 0
Persentase 100% 0%
Analisa :
Berdasarkan hasil studi rekam medik yang dilakukan diruang Lakitan 1.2 terhadap
10 rekam medis didapatkan hasil bahwa dari 10 rekam medis terebut proses
keperawatan telah dilakukan sebanyak 100%, penilaian berada pada kategori
sangat baik.
Jumlah 5
Persentase 100% 0%
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners
Analisa
Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan persentase komunikasi
yang efektif sebesar 100% dengan kategori sangat baik. Ini menunjukkan bahwa
perawat di ruang Lakitan 1.2 sudah sangat baik dalam melakukan komunikasi
teraupetik yang efektif kepada pasien. Komunikasi bagian penting dalam menunjang
keberhasilan proses kesembuhan pasien. Komunikasi yang salah, berdampak pada
kesalahan tindakan yang akan dilakukan dan memicu terjadinya konflik pasien dan
perawat, karena komunikasi bagian akses informasi yang diperoleh pasien, dan hak
pasien yang harus diperoleh.
No Variabel Ya Tidak
1. Kerapian lemari tindakan obat yang Efektif ü
c) Risiko Jatuh
Tabel 2.27
Pengukuran Instrument Patient Safety Resiko Jatuh
Di Ruang Lakitan 1.2 Periode 29-31 Maret 2023
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat mengerti tentang pengkajian resiko ü
Jatuh
2 Perawat sudah pernah melakukan ü
pengidentifikasian resiko jatuh
3 Perawat antusias dalam melaksanakan ü
pengidentifikasian resiko jatuh
4 Perawat mau mengaplikasikan kembali ü
pengidentifikasian resiko jatuh
5 Perawat sudah menjelaskan tentang resiko ü
jatuh kepada pasien
6 Perawat sudah menanggani pasien dengan ü
benar terkait dengan resiko jatuh
7 Perawat sudah memasang label atau tanda ü
resiko jatuh pada pasien
Jumlah 7
Persentase (%) 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Ners
3) Instrumen C
a) Admission Care
Tinjauan teori
Admission care merupakan salah satu dari intervensi yang ada didalam
NIC (Nursing Intervention Classification) yang didalamnya berisi tentang
bagaimana cara melakukan pelayanan keperawatan pada pasien yang baru
masuk ruang rawat inap (Purta, 2016).
Tujuan : Mengorientasikan pasien/ keluarga tentang fasilitas dan pelayanan,
mengetahui kondisi pasien dan membuat perencanaan keperawatan
Kajian data
Setelah dilakukan pengkajian tentang admission care didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 2.36
Admission Care di Ruangan Lakitan 1.2
Periode 29-31 Maret 2023
N= 2
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Jumlah 38 0
Persentase 100% 0
Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners IKesT MP 2023
Analisa
Berdasarkan hasil tabel yang ada diatas didapatkan hasil 100%, admission care
berada pada kategori penilaian sangat baik.
4 Tourniquet 6 0
5 Formulir pemeriksaan 6 0
Persiapan pasien
Kriteria pelaksanaan
1 Cuci tangan 6 0
4 Memasang tourniquet 6 0
8 Cuci tangan 6 0
JUMLAH 94 0
PRESENTASE 100% 0%
Analisis
Berdasarkan data diatas didapatkan hasil bahwa menyiapkan darah untuk
pemeriksaan laboratorium bernilai 100% yang berarti berada pada kategori
sangat baik.
c) Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur tanpa memindahkan pasien
Tinjauan teori
Bad making (mengganti alat tenun) mengganti alat tenun kotor dengan alat
tenun yang bersih pada tempat tidur klien diatas tempat tidur dan pada tempat
tidur kosong.
Tujuan
Untuk memberikan lingkungan yang bersih, tenang dan nyaman.
Untuk menghilangkan hal yang dapat mengiritasi kulit dengan
menciptakan alat tidur yang bebas dari kotoran atau lipatan.
Untuk meningkatkan gambaran diri dan harga diri klien dengan
menciptakan tempat tidur yang bersih, rapi dan nyaman.
Untuk mengontrol penyebab mikroorganisme prinsip-prinsip mengganti
alat tenun.
Kajian data
Berdasarkan hasil observasi tentang mengganti alat tenun kotor pada
tempat tidur tanpa memindahkan pasien didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.39
Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur tanpa memindahkan pasien
Periode 29-31 Maret
N= 6
No Observasi
Aktivitas
Ya Tidak
Persiapan:
Kriteria pelaksanaan
1 Cuci tangan 1 1
JUMLAH 22 5
PRESENTASE 75% 25%
Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti didapatkan nilai 75%
dengan kategori sangat baik.
d) Injeksi Intrakutan
Tinjauan teori
Injeksi intradermal/intrakutan: obat diinjeksikan ke dalam lapisan kulit bagian
atas, sehingga akan timbul indurasi kulit. Tindakan menyuntikkan obat secara
intrakutan yang sering dilakukan yaitu tindakan skin test, tes tuberkulin/
Mantoux test.
Kajian data
Berdasarkan hasil observasi tentang mengganti injeksi subkutan didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 2.40
Injeksi Intrakutan periode 29-31 Maret 2023
N= 2
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
Persiapan alat:
Persiapan pasien
Pelaksanaan
1 Cuci tangan 6 0
8 Cuci tangan 6 0
JUMLAH 90 0
PRESENTASE 100% 0%
Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti didapatkan nilai 92% dengan
kategori sangat baik.
BOR =
Analisa
Berdasarkan perhitungan BOR diatas diperoleh nilai BOR Ruang Lakitan 1.2
sebesar 84,73%, BOR efisien menurut Depkes (2005) adalah 60-80%. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan bed diruang Lakitan 1.2 telah efisien.
b. ALOS (Average Length of Stay)
LOS (Average Length of Stay) atau Rata-rata lamanya pasien dirawat) yaitu
rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di rumah sakit, tidak termasuk
bayi lahir. Standar efisiensi LOS 3-12 hari. LOS dianjurkan serendah mungkin
tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan
hari
Analisa
Berdasarkan perhitungan ALOS di Ruang Lakitan 1.2 selama 3 hari terakhir
didapatkan rata – rata lama rawat pasien adalah 6 hari dimana hal ini disebabkan
karena pengobatan jangka panjang penyakit kronis yang membutuhkan waktu
yang lama
3. Penilaian Kepuasan Keluarga Pasien
a. Tinjauan teori
Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang;
perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagaianya). Kepuasan
dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang
dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan
suatu jasa (Purwanto, 2007).
b. Kajian data
Setelah dilakukan pengkajian terhadap 10 orang keluarga pasien dengan
memberikan kuesioner kepuasan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.20
Kepuasan Keluarga Pasien di Ruang Lakitan 1.2
Periode 29-31 Maret Tahun 2023
N =10
N Daftar pertanyaan Jawaban Keterangan
o Ya Tidak
5 Apakah perawat 10 0
menanyakan/memperhatik
an berapa jumlah makanan
dan minuman yang biasa
anda/keluarga anda
habiskan
6 Apabila anda/keluarga 8 2
anda tidak mampu makan
sendiri apakah perawat
membantu menyuapinya
8 Apabila anda/keluarga 10 0
anda mengalami kesulitan
buang air besar apakah
perawat menganjurkan
makan buah buahan,
sayuran, minum yang
cukup banyak bergerak
12 Selama anda/keluarga 10 0
anda belum mampu mandi
(dalam keadaan istirahat
tolal) apakah dimandikan
oleh perawat.
13 Apakah anda/keluarga 9 1
anda dibantu oleh perawat
jika tidak mampu:
menggosok gigi,
membersihkan mulut alau
mengganti pakaian alau
menyisit rambut
17 Selama anda/keluarga 10 0
dalam perawatan apakah
perawat memanggil nama
dengan benar
18 Selama anda/keluarga 10 0
anda dalam perawatan
apakah perawat
mengawasi keadaan anda
secara teratur pada pagi
sore maupun malam hari
19 Selama anda/keluarga 10 0
anda dalam perawatan
apakah perawat segera
memberi bantuan bila
diperlukan
21 Apakah anda/keluarga 10 0
anda mengetahui perawat
yang bertanggung jawab
setiap kali pergantian
dinas
25 Selama anda/keluarga 10 0
anda dirawat apakah
diberikan penjelasan
tentang perawatan /
pengobatan/pemeriksaan
lanjutan setelah
anda/keluarga anda
perbolehkan pulang
Jumlah 247 3
99 1%
%
Analisa
Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan selama 3 hari Penilaian kepuasan
pasien terhadap mutu pelayanan di ruang Lakitan 1.2 mendapat 99% yang
berarti sangat baik.
Tabel 2.59
Tingkat Kepuasan Perawat Kepuasan Kerja Karyawan di Ruang Lakitan 1.2
Periode 10-14 Maret 2023
N=10
N Obsevasi
Pernyataan
o Ya Tidak
1 Gaji Salery
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di 5 5
tempat saya bekerja
2 Kondisi Kerja
5 Supervisi
6 Prestasi
7 Pengakuan
9 Tanggung Jawab
Jumlah 86 14
Analisa
Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan selama 3 hari Penilaian kepuasan
pasien terhadap mutu pelayanan di Ruang Lakitan 1.2 menunjukan persentase
86% yang berarti kepuasan perawat/karyawan di ruang Lakitan 1.2 sangat baik.
BAB III
PERENCANAAN
A. Permasalahan
Masalah yang dapat diidentifikasi dari hasil pengkajian diruang Lakitan 1.2 RSUP
Moehammad Hoesin Palembang, sebagai berikut :
Tabel 3.1
Dengan keterangan:
L Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas.
Tabel 3.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan CARL di Ruang Lakitan 1.3
No. MASALAH C A R L TOTAL RANK
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang, sampai
pasien meninggalkan rumah sakit. Pelayanan dibentuk berdasarkan lima prinsip service
quality yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan pelayanan. Dan pelayanan
tersebut harus dikelola secara professional melalui manajemen keperawatan (Nursalam,
2018).
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa co-ners IkesT
Muhammadiyah Palembang pada tanggal 28 Maret- 08 April 2023 di ruangan Lakitan 1.2
RSUP Moh. Hoesin Palembang, terdapat beberapa masalah. Setelah dianalisis dan dengan
mempertimbangkan kemampuan kelompok, maka kelompok memutuskan untuk mengatasi
masalah di ruangan dengan membuat Planing Of Action (POA) dan telah dilakukan
implementasi sebagai berikut :
1. Sebagian besar perawat tidak menjelaskan kepada keluarga pasien terhadap cara dan
manfaat mencuci tangan 6 langkah.
Semua fasilitas pelayanan kesehatan harus mengupayakan atau meningkatkan
kebersihan tangan dan dengan cepat memastikan pengadaan pembersih tangan yang
berkualitas dalam jumlah yang memadai, melakukan pelatihan kebersihan tangan, dan
menyediakan materi komunikasi tentang pentingnya kebersihan tangan dalam mencegah
penyebaran infeksi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Gerakan Masyarakat
Sehat, 2020).
Kebiasaan mencuci tangan sangat penting untuk dipraktikkan secara terus menerus
agar memberikan dampak yang efektif khususnya dalam rangka pencegahan penyakit.
Pasca pandemi, kebersihan tangan setiap kali berada di luar rumah khususnya di rumah
sakit harus dipromosikan berulang kali dalam ruangan untuk menjadi bagian dari perilaku
hidup bersih sehari-hari di pasien serta masyarakat (World Health Organization, 2020)
Pada implementasi yang kami lakukan, kami melakukan diskusi dengan para perawat
di ruangan Lakitan 1.2 mengenai manfaat cuci tangan yang perlu perawat sampaikan
kepada pasien dan keluarga baik saat orientasi pasien baru dan saat handover, diskusi yang
kami lakukan berupa sharing dan merefresh mengenai kajian teori serta SOP dalam rangka
menyampaikan dan mengajarkan cuci tangan kepada pasien dan keluarga dengan
mengajarkan langkah-langkahnya, dan Berkoordinasi dengan kepala ruangan serta perawat
untuk mengingatkan pada pasien dan keluarga saat hand over bisa melihat leaflet yang
sudah tersedia di tempat cuci tangan.
2. Permasalahan timbang terima kurang berfokus kemasalah keperawatan pasien
Masalah kedua yang ditemukan kelompok pada saat melakukan pengkajian yaitu Terdapat
masalah pada timbang terima kurang berfokus kemasalah keperawatan pasien, sehingga
kelompok melakukan implementasi dengan pengkajian secara penuh terhadap masalah,
kebutihan dan tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya,
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah di
timbang terimakan atau berhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang kurang
jelas, serta pembuatan format overan pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa di ruangan Lakitan 1.2 didapat
hampir keseluruhan poin penilaian sudah sangat baik, yang mana dimulai dari
pelaksanaan tugas masing-masing peran, standar asuhan keperawatan, standar
operasional prosedur, dan prosedur keselamatan pasien. Akan tetapi ada 2 poin
yaitu yang masih dibutuhkan evaluasi, berdasarkan data yang didapatkan dari hasil
observasi didapatkan bahwa penilaian :
Pranata, L., Fari, N. A. I., Kep, M., Antoni, I. W., Aprillia, P., Dinanti, R., & Elvira, E.
(2021). “Manajemen Keperawatan “Kualitas Pelayanan Keperawatan”. Lpp Balai
Insan Cendekia.
Kementerian Kesehatan, R.I., 2017. Data dan Informasi: Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Kemenkes RI.
Triwijayanti, R., Romiko, R., & Dewi, S. S. (2020). Hubungan masalah tidur dengan kinerja
perawat di rumah sakit. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(1), 95-99.
Khalid, S., & Fatima, I. (2016). Conflict Types And Conflict Management Styles in
Public and Private Hospitals. 122-148.
Bubbers, T. (2016). Intensive conflict management training for managers in a health
care facility.(Doctor of Health Administration Dissertation). University of Phoenix,
Adhi, S. N., & Ningsih, K. P. (2020). Manajemen Data Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, 3(2), 53-61
Ariga, R. A. (2020). Buku Ajar Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam
Keperawatan. Deepublish.
Gunarto, C. S. (2019). Produktivitas kerja perawat ruang rawat inap. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia, 9(01), 550-562.
Hartati, T. (2017). Hubungan Penerapan MPKP Modifikasi Dengan Tingkat Kepuasan
Perawat diruang Rawat Inap Rumah Sakit RK Charitas Palembang (Doctoral
dissertation, Universitas Katolik Musi Charitas).
Madonni, S., & Woferst, R. (2016). Hubungan Penerapan Metode Tim Dengan Rencana
Asuhan Keperawatan Pasien Diruang Rawat Inap (Doctoral dissertation, Riau
University).
Tuasikal, H. (2022). Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Yunus, A. Y., Tumpu, M., Asri, Y. N., Sahabuddin, A. A., Chaerul, M., Muin, S. A., ... &
Umar, A. A. (2021). Etika Profesi (Multi Perspektif). Tohar Media.
Profesi, P. P. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
370/Menkes/Skiii/2007 Tentang Standar Profesi Perawat
Sensussiana, T., & Ns, M. K. (2020). Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan I.
Sarwili, I., Afrina, R., & Suryadi, B. (2021). Optimalisasi Pelaksanaan Metode SBAR dalam
Meningkatkan Komunikasi Efektif Di Ruang P RS X Jakarta. Journal of Management
Nursing, 1(01), 23-31.
Tape, W. Z., & Dedi, B. (2018). Pengalaman Kepala Ruangan Dalam Mengimplementasikan
Fungsi Manajemen Di Ruang Rawat Inap Rsud Ampana Kabupaten Tojo Una-Una
Sulawesi Tengah. Wawasan Kesehatan, 3(1), 11-17.