Anda di halaman 1dari 125

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional

yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagai tujuan nasional.

Untuk itu perlu adanya peningkatan upaya untuk memperluas dan mendekatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan kualitas yang baik. Sejalan

dengan peningkatan pendidikan, perubahan sosial dan budaya masyarakat serta

perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, maka sistem nilai juga mengalami

perubahan. Masyarakat semakin menuntut pelayanan yang berkualitas dan

terkadang canggih (Kemenkes RI, 2019).

Adanya tuntutan mutu pelayanan keperawatan dirasakan sebagai fenomena

yang harus disikapi oleh perawat. Pelayanan keperawatan yang profesional perlu

mendapatkan perhatian dalam perkembangan dunia keperawatan. Salah satu

strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan

keperawatan adalah dengan melakukan manajemen keperawatan dengan harapan

faktor manajemen yang optimal akan dapat meningkatkan efektifitas distribusi

pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap

pelayanan keperawatan. Nursalam, 2017).Rumah sakit merupakan salah satu

sarana kesehatan yang sangat penting dalam menunjang pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Sebagai salah satu institusi sosial, Rumah Sakit dituntut untuk
mengutamakan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat tidak memandang

perbedaan golongan, suku, ras, dan agama.

Menurut Permenkes No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit adalah lembaga pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah sakit adalah pelayanan utama dalam satu perawatg atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan, umur, jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan rumah

sakit, oleh karena itu mutu pelayanan keperawatan akan berdampak langsung

terhadap pelayanan rumah sakit. Hal ini dikarenakan perawat merupakan tenaga

kesehatan terbanyak dan memiliki waktu kontak dengan pasien lebih lama

dibandingkan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu perawat rumah sakit

harus termasuk tenaga profesional yang memiliki kemampuan intelektual, teknis,

interpersonal dan moral yang baik, bertanggung jawab dan memiliki kewenangan

dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Cecep, 2015).Manajemen merupakan

suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan sutau kegiatan di

organisasi manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing,

Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai

tujuan organisasi. Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu

input menjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen terdiri dari
manusia, material/ alat, metode dan lingkungan yang selanjutnya akan mengalami

proses manajemen sehingga tercapai output.

Output pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan dan staf yang

kompeten dan ahli. Pada manajemen keperawatan, kegiatan ini terintegrasi pada

praktek yang nyata dalam pengelolahan klien.Sehingga dihasilkan suatu

pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien yang terdapat diterapkan kepada

klien, keluarga klien dan masyarakat (Grant & Massey dalam Nursalam 2017).

Sebagai perawat profesional, mereka dituntut untuk mengetahui tentang

manajemen keperawatan sehingga mereka dapat mewujudkan standar praktik

keperawatan profesional. Perawat profesional mempunyai wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit

dengan sikap dan kemampuannya. Untuk itu perlu dikembangkan praktik

profesional dalam ruang lingkup cakupan seperti proses dan prosedur

registrasi serta perundang-undangan keperawatan (Kuntoro dalam Hartati,

2013).

Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa melaksanakan

praktik profesi manajemen keperawatan di sehingga dapat memberikan

pengalaman pengelolaan pada salah satu unit pelayanan kesehatan, sekaligus

berkontribusi meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa

mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan menjadi


“Change Agent” pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Ruangan G2 Gedung Baru Lt. 2

RSUD Prof. Dr. H. Aloei SaboeKota Gorontalo.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktek profesi keperawatan Manajemen

Keperawatan mahasiswa mampu:

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi (M1: Man,

M2: Material, M3: Methode, M4: Money, M5: Marketing) nyata di tempat

praktik.

b. Menetapkan prioritas manajemen keperawatan bersama kepala ruanngan

serta perawat ruangan di tempat mahasiswa praktek.

c. Menetapkan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati

bersama kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.

d. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan kebutuhan

masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta

pembimbing.

e. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek masukan

(input), aspek proses sampai dengan proses hasil (output).

1.3 Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam

menerapkan fungsi-fungsi manajemen keperawatan secara nyata dilahan


praktek maupun tempat bekerja nanti.

2. Bagi Ruangan/Rumah Sakit

Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah

yang ditemukan di lahan praktek sesuai dengan ilmu yang didapatkan

selama proses akademik dengan teknik pemecahan masalah pada konsep

manajemen keperawatan sehingga meningkatkan mutu pelayanan di

Rumah Sakit.

3. Bagi Pendidikan

Dapat menjadi referensi sebagai evaluasi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran manajemen keperawatan bagi mahasiswa yang akan

menjalankan praktek profesi manajemen keperawatan pada program

berikutnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Manajemen Keperawatan

Manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan adalah

dua kata latin yang berhubungan dengan manajemen. Manajemen adalah

proses menggunakan orang, kelompok, dan sumber daya lainnya untuk

bekerja menuju tujuan organisasi. Sementara manajemen perawat adalah

tugas khusus, manajer keperawatan diminta untuk merencanakan, mengatur,

mengarahkan, dan mengawasi penggunaan sumber daya yang ada, termasuk

peralatan, uang tunai, dan sumber daya manusia, untuk memberikan layanan

keperawatan yang berhasil kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. . Untuk

menawarkan layanan keperawatan secara efektif kepada pasien, keluarga, dan

masyarakat, manajer perawat harus merencanakan, mengatur, mengarahkan,

dan mengawasi penggunaan sumber daya yang sudah ada, termasuk sumber

daya manusia dan material serta peralatan dan sumber daya keuangan. Bakri,

2017).

Untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen terdiri dari operasi

POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling) untuk personel,

fasilitas, dan infrastruktur. Peran manajemen yang disebut masing-masing

pakar berbeda-beda. Menurut Mugianti (2016), keperawatan lebih sering

menggunakan tugas-tugas manajerial, seperti sebagai berikut:

a. Planning (perencanaan)
Merupakan suatu proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan

organisasi, hingga menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk

mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat diatur tugas-tugas para staf.

Dengan tugas tersebut seorang pemimpin akan memiliki pedoman untuk

melakukan pengawasan dan evaluasi serta menentukan sumber daya yang

dibutuhkan staf dalam melaksanakan tugasnya.

b. Organizing (pengorganisasian)

Merupakan rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun

semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan

mendayagunakannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakkan

Merupakan proses pemberian bimbingan kepada staf agar mampu

bekerja secara maksimal dan melaksanakan tugas masing-masing sesuai

dengan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan dukungan sumber

daya yang tersedia.

d. Controling (pengawasan, monitoring)

Merupakan proses mengamati secara terus menerus pelaksanaan

rencana kerja yang telah disusun dan melakukan koreksi terhadap

penyimpangan yang terjadi.

Manajemen keperawatan memiliki ruang lingkup manajemen

operasional untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan pegawai dalam

memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik mungkin kepada pasien

melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan


keperawatan yang terbaik kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akan

digunakan baik sebagai sasaran maupun sarana pengendalian pelayanan

tersebut.

2.2. Prinsip Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut (Nursalam, 2017):

a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan

Perencanaan merupakan hal yang utama dalam rangkaian fungsi

dan kegiatan manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak

hanya terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi

klien, tetapi juga terdiri dari penetapan tujuan, pengalokasian anggaran,

identifikasi kebutuhan karyawan, dan penentuan struktur organisasi yang

diinginkan. Perencanaan adalah konsep pemikiran atau tindakan yang

umumnya tertulis dan merupakan fungsi penting dalam mengurangi risiko

dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, serta efek dan

perubahan. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh

pimpinan keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji ulang sistem,

mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan

pendek, menilai sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan

yang ada, serta kegiatan dan prioritas tertentu. Perencanaan dalam

manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk

menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasi.


b. Manajemen keperawatan dilaksanaan melalui penggunaan waktu yang

efektif

Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu

menyusun rencana yang terprogram dengan baik dan melaksanakan

kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Keberhasilan seorang

pemimpin keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang efektif.

Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan

pimpinan keperawatan. Dalam konteks ini, seorang pemimpin harus

mampu menggunakan waktu yang tersedia secara efektif. Ini diperlukan

untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam pengaturan organisasi.

c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.

Berbagai situasi dan masalah yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang akan

mempengaruhi proses atau jalannya kegiatan yang akan dilakukan. Proses

pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan

komunikasi dan manajer.

d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.

Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi

untuk mencapai tujuan. Terdapat 4 struktur organisasi yaitu unit,

departemen, level puncak atau pelaksana dan level operasional. Prinsip

pengorganisasian meliputi hal-hal pembagian kerja, koordinasi, kesatuan

komando, hubungan staf dan garis, tanggung jawab dan wewenang

menurut rentang kendali. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat


dilakukan dengan cara fungsional dan penugasan, alokasi kelompok

perawatan pasien/tim keperawatan, dan pelayanan keperawatan primer.

e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif

Komunikasi adalah bagian penting dari efektivitas manajemen.

Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif dapat mengurangi

kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan, dan

pemahaman di antara karyawan dalam suatu tatanan organisasi.

f. Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan.

Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan

kegiatan manajemen sesuai dengan apa yang direncanakan. Selain itu,

pengendalian dilakukan terhadap aktivitas yang dilakukan agar tidak

banyak kesalahan yang berdampak negatif bagi klien dan pihak terkait

manajemen. Pengendalian meliputi penilaian terhadap pelaksanaan

rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, penetapan prinsip melalui

penetapan standar, dan pembandingan kinerja dengan standar serta

perbaikan kekurangan.

2.3 Metode Praktek Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengertian Metode Praktek Asuhan Keperawatan
Standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP

semuanya didefinisikan sebagai bagian dari kerangka yang dikenal sebagai Sistem

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Keempat faktor ini harus

diperhitungkan saat memilih model karena merupakan satu kesatuan yang utuh.

Definisi ini didasarkan pada nilai-nilai yang dianggap penting dalam menentukan

kualitas barang dan jasa terkait keperawatan. Tujuan pelayanan


kesehatan/keperawatan dalam mencapai kepuasan pasien tidak akan tercapai jika

perawat kurang memiliki nilai-nilai tersebut sebagai pengambil keputusan yang

mandiri (independent) (Nursalam, 2017).

Menurut Hamid (2015), Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah

kerangka kerja yang memungkinkan perawat profesional untuk mengawasi

pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan yang mendukung

pemberian asuhan tersebut.

2.3.2 Jenis-Jenis Metode Praktek Asuhan Keperawatan


Metode Praktik Asuhan Keperawatan Jenis Untuk menjawab tren dalam

pelayanan keperawatan, Nursalam (2017) mencantumkan empat teknik pemberian

asuhan keperawatan profesional yang saat ini digunakan dan akan dikembangkan

lebih lanjut di masa depan, yaitu:

1. Metode Fungsional

Model pemberian asuhan keperawatan yang berorientasi pada

penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk

melakukan tugas-tugas tertentu yang harus dilakukan untuk semua pasien

yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai

Keperawatan berorientasi tugas di mana fungsi Keperawatan tertentu

ditugaskan untuk setiap anggota staf. Setiap staf keperawatan hanya

melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan untuk semua pasien di

bangsal. Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat.

Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan

perawat melaksanakan tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan

dengan model ini didasarkan pada kriteria efisiensi, penugasan


didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat

dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu

mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan, kemudian menentukan

perawat yang akan bertanggung jawab untuk melakukan tindakan yang

dimaksud.

Gambar 2.1 Metode Fungsional

Kelebihan Dari Metode Fungsional:

a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu

singkat dengan

pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.

e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk tugas sederhana

f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik

yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

Sedangkan Kelemahan dari metode fungsiionl yaitu :

a. Pelayanan Keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga

kesulitandalam penerapan proses keperawatan

b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas

pekerjaan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan

denganketerampilan saja.

d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

f. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.

2. Metode Tim

adalah teknik pemberian asuhan keperawatan di mana seorang perawat

berlisensi mengawasi tim personel keperawatan saat mereka bekerja secara

kooperatif dan kolaboratif untuk memberikan asuhan keperawatan kepada

kelompok klien (Potter, Patricia 2015). Model tim didasarkan pada gagasan

bahwa setiap anggota tim dapat berkontribusi untuk merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan, yang meningkatkan rasa tanggung jawab

dan motivasi perawat dan, pada akhirnya, meningkatkan standar asuhan

keperawatan. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertugas menentukan

kondisi dan persyaratan perawatan setiap pasien dalam timnya dan mengatur

perawatan pasien. Tanggung jawab pemimpin tim juga termasuk

mengevaluasi anggota tim, memberikan instruksi perawatan klien, melakukan

pendidikan kesehatan, dan mengatur aktivitas klien.


Gambar 2.2 Metode Tim

Ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan: Pemimpin tim

didelegasikan/diberi wewenang untuk membuat penugasan bagi anggota tim

dan mengarahkan kerja tim.

a. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau

partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

b. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada

kelompok pasien.

c. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.

Komunikasi meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan klien,

laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan

kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.

Kelebihan:

a. Dapat memfasilitasi pelayanan Keperawatan secara komprehensif.

b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.


c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif

untuk belajar.

d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang

berbeda-beda secara efektif.

f. Peningkatan kerjasama dan komunikasi antar anggota tim dapat

menghasilkan semangat kerja yang tinggi, meningkatkan fungsi

staf secara keseluruhan, memberikan perasaan kepada anggota tim

bahwa mereka telah memberikan kontribusi terhadap hasil asuhan

keperawatan yang diberikan yang akan menghasilkan asuhan

keperawatan berkualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama

bertugas.

Kelemahan:

a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan

supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang

tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.

b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi bila konsepnya tidak

diimplementasikan dengan total

c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat

tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.

d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu

tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.


e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.

f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung Jawab Kepala Ruang:

a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar

Asuhan keperawatan

b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien

c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan

kepemimpinan.

d. Menjadi narasumber bagi ketua tim.

e. Mengorientasikan tenaga Keperawatan yang baru tentang metode/

model tim dalam pemberian asuhan keperawatan

f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di

ruangannya.

g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di

ruangannya.

h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang

lainnya.

i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di

ruangannya, kemudian menindak lanjutinya.

j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

Keperawatan

k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.


Tanggung Jawab Ketua Tim:

a. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan

kepala ruangan.

b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya

yang didelegasikan oleh kepala ruangan.

c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan

Keperawatan bersama-sama anggota timnya.

d. Mengkoordinasikan rencana Keperawatan dengan tindakan medik.

e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan

bimbingan melalui konferens.

f. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan baik proses ataupun hasil yang

diharapkan serta mendokumentasikannya.

g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan

Asuhan Keperawatan

h. Menyelenggarakan konferensi

i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

pelaksanaan Asuhan keperawatan

j. Melakukan audit Asuhan Keperawatan yang menjadi tanggung-

jawab timnya.

k. Melakukan perbaikan pemberian Asuhan keperawatan.

Tanggung Jawab Anggota Tim

a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana Asuhan keperawatan


b. Mencatat dengan jelas dan tepat Asuhan Keperawatan yang telah

diberikan berdasarkan respon klien.

c. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk

meningkatkan Asuhan Keperawatan.

d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

f. Memberikan laporan

3. Metode Primer

Perawat primer, sebagaimana didefinisikan oleh Gillies (2014),

adalah perawat yang menggunakan teknik keperawatan primer untuk

memberikan asuhan keperawatan. Setiap perawat utama seringkali

memiliki 4-6 klien dan bertanggung jawab atas mereka selama 24 jam

selama mereka berada di rumah sakit. Bentuk keperawatan ini

berkelanjutan, menyeluruh, dan akuntabel. Perawat utama juga akan

membuat rencana pemulangan klien jika perlu selain berkomunikasi

dan mengkoordinasikan perencanaan asuhan keperawatan.

Strategi penugasan dimana seorang perawat sepenuhnya

mengendalikan asuhan keperawatan pasien selama 24 jam, dimulai

dengan penerimaan pasien dan diakhiri dengan keluarnya pasien dari

rumah sakit. Kejelasan antara perencana perawatan dan pelaksana

mempromosikan praktik keperawatan mandiri. Interaksi yang kuat


dan berkelanjutan antara pasien dan perawat yang bertugas mengatur,

melaksanakan, dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan saat

pasien menerima perawatan menentukan strategi utama ini.

Gambar 2.3 Metode Primer

Kelebihan:

a. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil

dan memungkinkan untuk pengembangan diri.

b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi

meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.

c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan

perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan

sepanjang hospitalisasi.
d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran

manajer operasional dan administrasi.

e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan

keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat

primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui

penerapan ilmu pengetahuan.

f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi

tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta

informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar

mengetahui keadaan kliennya.

g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas

mereka.

h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan

supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada

klien.

i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan

karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.

j. Asuhan Keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan

perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.

l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.


o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga

keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi.

Kelemahan:

a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri,

memiliki akuntabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta

merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.

c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh.

d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar

yang sama.

e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

Ketenagaan Metode Primer:

a. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”

b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun

nonprofessional sebagai perawat perawat.

Tanggung Jawab Kepala Ruang dalam Metode Primer

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer

c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat

asisten

d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru


e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

Tanggung Jawab Perawat Primer:

a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

komprehensif.

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas

d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga

sosial di masyarakat

h. Membuat jadwal perjanjian klinis

i. Mengadakan kunjungan rumah.

4. Metode Kasus
Metode kasus merupakan suatu metode dimana perawat bertanggung

jawab terhadap pasien tertentu berdasarkan rasio satu perawat terhadap

satu pasien dengan memberikan perawatan tetap selama periode tertentu.

Metode penugasan kasus biasanya diterapkan pada perawatan khusus

seperti isolasi, perawatan intensif, perawat kesehatan komunitas.

Gambar 2.4 Metode Kasus


Kelebihan:

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

Kekurangan:

a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung

2.4 Indikator Pelayanan Manejerial


Indikator pelayanan manajerial berdasarkan Kepmenkes Nomor 836

tahun 2005 dan Modul pelatihan SP2KP):

1. Timbang Terima / Operan

1) Definisi

Operan mengacu pada metode atau pendekatan untuk menyampaikan

dan menerima informasi (laporan) tentang status pasien. Dengan


meringkas tindakan mandiri perawat secara ringkas, jelas, dan

menyeluruh, semua pasien harus dikelola seefektif mungkin. Kegiatan

kerjasama yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan, serta

perkembangan pasien saat itu (Nursalam, 2017).

Operan dilakukan oleh perawat primer Keperawatan kepada perawat

primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan

lisan.

2) Tujuan Operan

Tujuan Umum : Mengkomunikasikan keadaan pasien dan

menyampaikan informasi yang penting.

Tujuan Khusus:

1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus)

2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

Keperawatan kepada pasien

3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh

perawat dinas berikutnya

4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

3) Manfaat Operan

Bagi perawat:

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar

perawat.
3. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan

4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna

Bagi Pasien:

1. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada

yang belum terungkap

4) Prosedur Operan

a. Tahap Persiapan: (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse Station,

Pelaksana yaitu Perawat Primer dan Perawat Assosiet).

a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift

b. Prinsip overan, terutama pada semua pasien baru masuk &

pasien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi

serta yg mmbutuhkan observasi lebih lanjut.

c. Hal yg perlu disampaikan oleh perawat dalam operan yaitu:

jumlah pasien, keluhan, identitas pasien & diagnosis medis,

masalah keperawatan yang masih muncul, intervensi

keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara

umum), intervensi kolaborasi, rencana umum & persiapan

operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

b. Tahap Pelaksanaan: (Waktu: 20 menit, Tempat: nurse Station,

Pelaksana: KARU, Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

a. Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga)

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan


c. Kepala ruangan membuka acara operan

d. Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang

telah dioperkan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang

kurang jelas

e. Kepala ruangan menanyakan kebutuhan dasar pasien

f. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat

g. Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh

terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang

telah/belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama

masa perawatan

h. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian

diserahterimakan kepada petugas berikutnya

i. Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali

pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit

c. Post Operan: (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse Station,

Pelaksana: KARU, Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

1. Diskusi

2. Pelaporan untuk overan dituliskan secara langsung pada format

operan yang ditandatangani oleh Perawat Pelaksana yang jaga

saat itu dan Perawat Pelaksana yang jaga berikutnya diketahui

oleh kepala ruangan.


3. Ditutup oleh KARU

5) Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Timbang Terima

a. Komunkasi yang objektif antar sesame petugas keperawatan

b. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan

c. Kemampuan menginterpretasi Medical Record

d. Kemammpuan mengobservasi dan menganalisa pasien

6) Lampiran Format Timbang Terima System Pendokumentasian


Dengan SBAR

SBAR adalah suatu kerangka acuan dalam pelaporan kondisi

pasien yangmemerlukan perhatian atau tindakan segera

S: Situation (kondisi klinis terkait pada pasien)

a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari

perawatan, sertadokter yng merawat

b. Sebutkan dignosa medis dan masalah keperawatan yang

belum atau sudah teratasi/keluhan utama

B: Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien

terkini)

a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dann respons dari

setiankeperawatan

b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan

alatinvasive, dan obat- obatan termasuk caran infuse yang

digunakan Jelaskan pengetahuan pasienn dan keluarga


terhadap dignosa medis

A : Assesment (Hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)

a. Jelaskan secara jelas hasil pengkajian terkini seperti tanda

vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status

restrain, resiko jatuh, pivas score, status nutrisi ,

kemampuan eliminasi, dan lain lain

b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung

R: Recommendation

a. Rekomendasikan intervesi keperawatan yang telah dan

perludilanjurkan (rever to nursing care plan) termasuk

discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga

2. Pre Post Conference

1) Pengertian

Ini adalah studi keperawatan klinis yang memprioritaskan dan

menyoroti metode konferensi untuk meningkatkan dan mempertahankan

standar asuhan keperawatan secara konstan sepanjang hari.

a. Pre Conference

Adalah kegiatan diskusi kelompok untuk mempersiapkan pemberian

asuhan keperawatan yang meliputi masalah pasien, perencanaan dan

pembagian tugas prakonferensi perawat yang dapat dilakukan secara

individu maupun kelompok sesuai dengan jumlah perawat pelaksana.

b. Post Conference
Adalah kegiatan diskusi kelompok untuk mengevaluasi pemberian

asuhan keperawatan yang meliputi perkembangan pasien, pencapaian

tujuan asuhan, kendala yang dihadapi, dan cara mengatasinya serta

kejadian lain yang ditemukan selama memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien. Hasil konferensi sebagai dasar operan tugas untuk shift

malam berikutnya.

2) Tujuan

Pre Conference

a. Membantu untuk meidentifikasi masalah-masalah, mengevaluasi

asuhan dan mengevaluasi hasil

b. Mempersiapkan hal-hal yang dtemui dilapangan

c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

Post Conference : memberikan kesempatan mendiskusikan

penyelesaianmasalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

3) Kebijakan

a. Pre post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan

keperawatan

b. Waktu efektif diperlukan 10 atau 15 menit

c. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang

keadaanpasien, perencanaan tindakan rencana data-data yang perlu

ditambahkan

d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan

3. Ronde Keperawatan
a. Definisi

Selain mengikutsertakan pasien dalam diskusi dan asuhan

keperawatan, ronde merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah keperawatan pada pasien dan dilakukan oleh

perawat (Nursalam, 2017).

b. Tujuan Ronde

Tujuan Umum:

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.

Tujuan Khusus:

1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis

2) Meningkatkan kemampuan validisi data pasien

3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

6) Meningkatkan kemampuan justifikasi dan menilai hasil kerja

c. Manfaat Ronde Keperawatan

1) Masalah pasien dapat teratasi

2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional

4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan


5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan

tepat dan benar

d. Kriteria Pasien

1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun

sudah dilakukan tindakan keperawatan

2) Pasien dengan kasus baru dan langka

e. Peran Masing-masing Anggota Tim

1. Peran perawat primer dan perawat pelaksana:

1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien

2) Menjelaskan diagnosis keperawatan

3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan

4) Menjelaskan hasil yang didapat

5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

2. Peran perawat konselor:

1) Memberikan justifikasi

2) Memberikan Reinforcement

3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi

keperawatan serta rasional tindakan

4) Mengarahkan dan koreksi

5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

f. Kriteria Evaluasi

1. Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan

lainnya)

2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksannaan ronde

keperawatan

3) Persiapan dilakukan sebelumnya.

2. Proses

1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir Seluruh

peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuaiperan yang

telah ditentukan

3. Hasil

1) Pasien meraasa puass dengn hasil pelayanan

2) Masalah pasien dapat teratasi.

g. Kegiatan dalam ronde keperawatan

1. Pra ronde ( 1 harisebelum ronde) Pelaksana : penanggung jawab

1) Menentukan kasus dan topik

2) Menentukan tim ronde

3) Menentukan literature

4) Membuat proposal

5) Mempersiapkan pasien dengan pemberian onformed consent

2. Ronde (nurse station) Pembukaan ( 5 menit) Pelaksana : kepala

ruangan

1) Salam pembuka

2) Memperkenalkan tim ronde


3) Menjelaskan tujuan ronde

4) Mengenalkan masalah pasien secara pintas Penyajian masalah

(30 menit)

Pelaksana PP

1) Member salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga

kepadatim ronde

2) Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien

3) Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah

dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas yang perlu

didiskusikan.

Validasi data (bed pasien)

Pelaksana : Karu, pp, perawat, konselorTempat : ruang perawatan

1) Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah

disampaikan dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan

keadaaan pasien secara langsung, dan melihat dokumentasi

2) Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah

keperawatan tersebut di bed pasien

3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau

kepala ruang tentang masalah pasien (Pelaksana : Karu, PP,

Perawat, Konselor , Karu)

3. Pasca ronde (nurse station)

Waktu: 10 menit
Pelaksana: Karu, Supervisor, perawat konelor, pembimbing

Tempat: Nurse Station

1) Melanjutkan diskusi dan masukkan dari tim

2) Menyipulkan untuk menentukan tindakan keperawatann pada

masalah prioritas yang telah ditetapkan

3) Merekomendasikan intervensi keperawatan

4) Penutup

Alur Ronde Keperawatan


KETUA TIM

PENETAPAN PASIEN
TAHAP PRA RONDE
PERSIAPAN PASIEN

 Informent Concent
 Hasil
pengkajian /
validasi data

VALIDASI DATA
TAHAP
PELAKSANAAN
RONDE
LANJUT DISKUSI DI
NURSE STATION
PENYAJIAN MASALAH

 Apa diagnosa keperawatan


TAHAP PRA RONDE  Apalagi data yang mendukung
 KESIMPULAN
Bagaimana intervensi
DAN
yang sudah dilakukan
REKOMENDASI
 SOLUSI
Apa hambatan
MASALAHyang
TAHAP
ditemukan
REKOMENDASI
PASCA RONDE DISKUSI KETUA TIM,
KONSELOR, KEPALA
RUANGAN

Gambar 2.5 Alur Ronde Keperawatan


4. Supervisi

1) Pengertian

sebuah metode pelayanan dimana setiap orang belajar dan menjadi

lebih baik bersama (Huber, dalam Nursalam, 2016). Supervisi

keperawatan adalah praktik memberikan anggota staf alat yang mereka

butuhkan untuk melaksanakan tugas dan mencapai tujuan.

2) Tujuan

peningkatan pelayanan kepada klien dan keluarga yang

menekankan pada persyaratan, kompetensi, dan kapasitas perawat dalam

melaksanakan tugasnya

3) Prinsip

a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi


b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,

keterampilan hubungan antar manusia dan kemampuan

menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan

c. Fungsi supervisi diuraikann dengan jelas, terorganisir dan

dinyatakann melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar

d. Supervise merupakan proses kerja sama yang demokratis antara

supervisor dan perawat pelaksana

e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang

spesifik

f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi

efektif, kreativitas, dan motivasi

g. Supervise mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna

dalam pelayanan keperawatan yang mempunyai kepuasan klien,

perawat, dan manajer.

4) Pelaksanaan

a. Kepala Ruang :

a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan

pada klien diruang perawatan

b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya

tujuan pelayanan kesehatan dirumah sakit

c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik

keperawatan diruang perawatan sesuai sesuai dengan yang

didelegasikan
b. Pengawas Keperawatan, bertanggung jawab dalam supervisi

pelayanan kepada kepala uangan yang ada di instalasinnya

c. Kepala Seksi Keperawatan, mengawasi instalasi dalam

melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat secara

tidak langsung.

5) Langkah-Langkah Supervisi

a. Pra Supervisi

a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi

b) Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai

b. Pelaksana Supervisi

a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau

instrument yang telah disiapkan

b) Supervisor mendapat beberapa hal yang emerlukan pembinaan

c) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakanpembinaan

dan klarifikasi permasalahan

d) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan

memvalidasi data sekunder

 Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada

 Supervisor melakukan Tanya jawab dengan perawat

c. Pasca Supervisi 3F

a) Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)

b) Supervisor memberikaan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil

laporan supervisi)
c) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan

6) Peran Supervisor Dan Fungsi Supervisi Keperawatan

Menjaga keseimbangan antara pelayanan keperawatan dan

pengelolaan daya merupakan tugas dan fungsi supervisor dalam

supervisi.

a. Manajemen pelayan keperawatan

Tanggung jawab supervisor adalah sebagai berikut

a) Menetapkan dan mempertahankan standar raktik keperawatan

b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang

diberikan

c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur

pelayanankeperawatan, kerja sama dengan tenaga kesehatan lain

yang terkait

b. Manajemen anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu

perencanan dan pengembangan. Supervisor berperan dalam hal

berikut:

a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana

tahunan yang tersedia dan mengembangkan tujuan unit yang

dapat dicapai sesuai tujuan RS.

b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan

c) Member justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola


d) Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat

terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi

penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan

supervisi dapat menibulkan kesenjangan dalam pelayanan

keperawatan

7) Alur Supervisi

5. Penerimaan Pasien Baru

1) Definisi

Menerima pasien baru adalah salah satu cara untuk menyambut mereka

ke dalam suatu ruang. Pasien baru diberitahu tentang orientasi kamar,

perawatan, prosedur medis, dan aturan kamar pada saat masuk. Proses

penerimaan pasien merupakan pelayanan pertama yang ditawarkan


oleh rumah sakit, dan merupakan pengalaman yang selalu diingat oleh

pasien (pengalaman masa lalu), yang akan menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi bagaimana pasien memandang pelayanan rumah

sakit. Akibatnya, interaksi pertama antara perawat dan pasien menjadi

bagian dari catatan pasien, yang sangat penting untuk menilai seberapa

puas mereka terhadap layanan keperawatan (Sari.E.I, 2017).

2) Tujuan Penerimaan Pasien Baru

Ada beberapa tujuan dalam penerimaan pasien baru, diantaranya

sebagai berikut:

a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan

terapeutik

b. Meningkatkan komunikasi antara perawat dan klien

c. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum

d. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit

3) Penerimaan Umum Pasien Baru

Prosedur umum yang terdapat dalam proses penerimaan pasien

baru,antara lain yaitu:

a. Menempatkan pasien pada tempat penerimaan yang tepat

b. Mengkaji masalah kesehatan dan kebutuhan pasien

c. Menentukan sumber keuangan pasien untuk membiayai pelayanan

yang diberikan

d. Menjelaskan hak kak pasien

e. Mengorientasikan kebijakan dan prosedur tempat pelayanan


f. Melakukan pemeriksaan dan skrining awal (spesifik untuk setiap

tempatpelayanan)

g. Mengembangkan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu

h. Membuat rencana pulang pasien

6. Perencanaan Pasien Pulang

1) Pengertian

Perencanaan pemulangan adalah prosedur cair yang memberikan

banyak kesempatan kepada staf medis untuk menyiapkan pasien untuk

perawatan mandiri di rumah.

Hubungan yang terintegrasi antara perawat dan pasien akan muncul

dari discharge planning. Jika terapi rumah sakit diikuti dengan perawatan

di rumah, akan ada artinya. Namun karena peran perawat saat ini hanya

sebatas melakukan tugas rutin yaitu hanya berupa informasi tentang

jadwal kontrol ulang, maka discharge planning untuk pasien yang

mendapat perawatan belum seefektif mungkin (Nursalam, 2017).

Discharge planning sering disebut sebagai keperawatan berkelanjutan,

yang mengacu pada gagasan bahwa pasien memerlukan asuhan

keperawatan dimanapun mereka berada. Agar informasi yang

disampaikan dapat dipahami dan bermanfaat bagi keperawatan di rumah,

diperlukan komunikasi yang baik dan terarah saat membuat rencana

pulang.
2) Tujuan

a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan social

b. Meningkatkn kemandirian passion dan keluarga

c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien

d. Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain

e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam

f. Memperbaiki serta mepertahankan status kesehatan pasien

g. Melaksanakan rentang keperawtan antara rumah sakit dan

masyarakat.

3) Prinsip

Adapun prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:

a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai

keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah

yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga 28

kemungkinanmasalah yang timbul di rumah dapat segera

diantisipasi.

c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena

merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling

bekerja sama
d. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang

disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga/sumber daya maupun

fasilitas yang tersedia di masyarakat

e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan

pelayanan kesehatan.

4) Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang

a. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan

perawatanyang diperlukan

b. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam

keluarga

c. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan

kemampuanmereka memberi asuhan

d. Bantuan yang diperlukan pasien

e. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,

minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri,

keamanan dari bahaya komunikasi, kegamaan, rekreasi dan sekolah

f. Sumber dan system pendukung yang ada di masyarakat

g. Sumber financial dan pekerjaan

h. Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat

i. Kebutuhan perawatan dan supervisi dirumah

7. Sentralisasi Obat

1) Definisi
Pemberian obat terpusat ketika semua obat yang diberikan kepada

pasien sepenuhnya ditransfer ke area perawatan. Pengendalian penggunaan

dan konsumsi perbekalan farmasi merupakan salah satu tanggung jawab

perawat yang harus dilaksanakan dengan pola atau alur yang sistematis

sehingga perawat benar-benar dapat menghilangkan bahaya kerugian, baik

materi maupun non materi. 2017 (Nursalam).

2) Tujuan

1) Meningkatkan mutu pelayanan pada pasien, terutama dalam

memberikan obat

2) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum

maupun secaramoral

3) Mempermudah pegelolaan obat secara efektif dan efisien.

3) Teknik Pengelolaan Obat

1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan

2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol

penggunaan obat

3) Penerima obat dilakukan :

a) Obat yang diresepkan dan telah diambil oleh keluarga

kemudian diserahkan kepada petugas/perawat ruangan dengan

menyerahkan lembar serah terima obat.

b) Petugas Kesehatan/perawat ruangan menulis nama pasien,

register, jenis obat, jumlah dan persediaan dalam kartu kontrol


yang diketahui oleh pasien atau keluarga dalam buku masuk

obat yang telah disiapakandi ruangan

c) Keluarga atau klien mendapatkan kapan atau bilamana obat

tersebut habis.

4) Teknik Pengolahan Obat (Sentralisasi)

Dalam teknik pengelolaan obat, perawat menerima serah terima

lengkap semua obat yang diberikan kepada pasien, termasuk obat oral

dan intravena. Kepala ruangan, yang secara operasional dapat

mendelegasikan kepada staf yang dipekerjakan, bertanggung jawab

mengelola obat-obatan (Nursalam, 2011).

Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat

dimana pasienatau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol

penggunaan obat tersebut Prinsip Enam Benar yaitu:

a. Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan

identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung

kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon

secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien

mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat

gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang

lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya.

b. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat

dengan namadagang yang kita asing (baru kita dengar namanya)

harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk

menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum

memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya

harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat

dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan

dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.

Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus

dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya,

perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus

ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama

obat dan kerjanya.

c. Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika

ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep

atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan

dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik

ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau

tabletnya.

d. Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.

Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh


keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat

kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat

dapat diberikan : peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,

inhalasi.

e. Benar Waktu

Benar waktu saat pemeberian obatsangat penting, khususnya

bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau

mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus

diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang

diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam

pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu

karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat

diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk

menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam

mefenamat.

f. Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute,

waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak

meminum obatnya, atauobat itu tidak dapat diminum, harus dicatat

alasannya dan dilaporkan.

5) Pembagian Obat

Setelah obat diterima selanjutnya disalin dalam buku daftar

pemberian obat kemudian akan disimpan dan diberikan sesuai dengan


kebutuhan pasien. Obat akan diberikan oleh perawat dengan

memperhatikan alur yang tercantum dalam buku pemberian obat tetapi

akan dicocokkan terlebih dahulu dengan instruksi dokter dan kartu

kontrol obat pasien. Saat pemberian obat dijelaskan jenis obat yang

akan diberikan, jumlah pemberian obat, penggunaan obat dan efek

samping obat. Setelah pembagian obat selesai, obat akan disimpan

kembali kemudian petugas/perawat mengobservasi kembali bila

terdapat efek samping setelah pemberian obat.

6) Penambahan Obat

Peresepan obat tambahan dimasukkan dalam buku kontrol obat

pasien dan dilakukan perubahan dalam kartu persediaan obat.

8. Dokumentasi Keperawatan

a. Definisi Dokumentasi Keperawatan

Setiap catatan tertulis atau elektronik yang merinci layanan

keperawatan yang diberikan kepada pelanggan dan dapat digunakan

sebagai bukti oleh staf yang berwenang dianggap sebagai dokumentasi

keperawatan (Bakri, 2017).

Catatan penting dalam pelaksanaan manajemen asuhan

keperawatan profesional adalah dokumentasi. dimana diharapkan

perawat yang berpengalaman akan mampu menangani tuntutan

tanggung jawab dan bahaya dari setiap tindakan yang dilakukan.


Standar asuhan keperawatan, proses keperawatan, dan komunikasi

adalah elemen penting dari dokumentasi. Efektivitas dan efisiensi

sangat membantu dalam memperoleh data yang relevan dan akan

meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.

b. Tujuan Dokumentasi Keperawatan

Terdapat beberapa tujuan dokumentasi keperawatan, yaitu:

1. Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan benar

diruangan.

2. Mendokumentasikan hasil pengkajian keperawatan

3. Mendokumentasikan diagnosis keperawatan pasien

4. Mendokumentasikan perencanaan tindakan keperawatan selanjutnya

5. Mendokumentasikan pelaksanaan tindakan keperawatan

6. Mendokumentasikan evaluasi keperawatan

7. Mendokumentasikan pengelolaan logistik dan obat

8. Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan

perencanaan pulang

9. Mendokumentasikan hasil timbang terima

10. Mendokumentasikan hasil kegiatan supervisi

11. Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus/masalah melalui

ronde keperawatan.

c. Manfaat Dokumentasi Keperawatan

1. Sebagai sarana komunikasi antar perawat dan dengan tenaga

kesehatanlain seperti dokter, apoteker, ahli gizi dan sebagainya.


2. Sebagai dokumentasi legal yang mempunyai nilai hukum

3. Dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

4. Dapat dijadikan referensi dalam peningkatan mutu pelayanan

5. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan

9. Asuhan Keperawatan

1) Definisi

Untuk saling menghormati, percaya, dan sukses komunikasi antara

dua profesi, perawat dan dokter harus mampu mendelegasikan tanggung

jawab. Dengan melibatkan klien dan keluarga menerapkan manajemen

perawat pada setiap unit keperawatan sesuai dengan peran kerjasama.

a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi & keadaan

kegawatanyang memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas kegawatan yang

memerlukantindakan kolaborasi.

c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan & hasil

kolaborasi / kerjasama dengan klien.

d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan klien

e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien

g. Membuat pencatan dan pelaporan

2) Komponen Proses Keperawatan

a. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data dari pasien agar


dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan, dan

keperawatan pasien.

b. Diagnosa Keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan

yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,

kelompok, maupun masyarak terhadap permasalahan kesehatan baik

actualmaupun potensial

c. Perencanaan Keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian

dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan

tindakan keperawatan dalam usaha membantu meringankan,

memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien.

d. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun dalam tahap perencanaan.

e. Evaluasi Keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan

untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagai mana

rencana keperawatan dilanjutkan.

9. Money

Difokuskan pada berikut :

1) Pemasukan

2) RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut:

a. Operasional (Kegiatan Pelayanan)

b. Manajemen (pembayaran pegawai, Listrik, air, telpon dan lainya

c. Pengembangan (Sarana prasarana dan sumber daya manusia).


10. Keselematan Pasien

Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan

oleh Standar Akreditas Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes 2011 dalam

Nursalam, 2017). JCI Acredition, maka sasaran tersebut 6 elemen berikut:

a. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi pasien.

1) Identifikasi diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak

boleh mrenggunakan nomor kamar atau lokasi pasien

2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk

darah

3) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis f

4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/

prosedur

5) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi.

b. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang efektif (SBAR)

1) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan

dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil

pemeriksaan tersebut

2) Perintah atau hasil pemeriksaann dikonfirmasi oleh individu yang

memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.


3) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam

melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui

telepon.

c. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai (Hight

Alert Medication)

1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur

diidentifikasi, lokasi, pemberian obat , penyimpanan obat-obatan yang

perlu diwaspadai

2) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan

3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika

dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah

pemberian yang tidak sengaja diarea tersebut, bila diperkenankan

kebijakan

4) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi

label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi askes.

d. Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien operasi

1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk

identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses

penandaan /pemberian tanda

2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk

melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat –

pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia


3) Tim operasi lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan

prosedur sing in (sebelum diinduksi) tepat sebelum dimulainya suatu

prosedur/tindakan pembedahan.

4) Kebijakan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman

proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,

termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang

dilaksanakan di luar kamar operasi.

e. Sasaran V : Pengurangan risiko Infeksi terkait pelayanan Kesehatan

1) Rumah sakit mengabdopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygien

terbaru.

2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif

3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung

pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan.

f. Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh.

1) Rumah sakit menerapkan proses asseesmen awal risiko pasien jatuh dan

melakukan pengkajian ulang gterhadap pasien bila diindikasikan terjadi

perubahan kondisi atau pengobatan.

2) Langkah-langkah yang diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi

mereka yang pada hasil assesment dianggap beresiko

3) Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik, tentang keberhasilan

pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara

tidak disengaja.
No M1 (MAN) Ya Persen Tidak Persen
. Ketenagaan (%) (%)
1 Struktur Organisasi
diruangan sudah
sesuai dengan
kemampuan perawat 22 100% 0 0%
berdasarkan
bidangnya masing-
masing
2 Pembagian tugas 22 100% 0 0%
diruangan sudah
sesuai dengan struktur
organisasi
3 Kinerja ketua tim/PP
sudah kompeten
22 100% 0 0%
dengan tugas-
tugasnya
4 Perawat diruangan
merasa mebutuhkan
kesempatan untuk 11 50% 11 50%
meningkatkan
kemampuan kerja
5 Adanya kebijaksanaan
rumah sakit mengenai
pemberian beasiswa
8 36% 14 64%
atau pelatihan
pendidikan
keperawatan
6 Jumlah pendapatan
plus intensif yang
diterima perawat
19 86% 3 14%
diruangan sesuai
dengan latar
pendidikan
7 Adanya kesempatan
mengambil cuti dalam 18 82% 4 18%
seminggu
8 Tingkat beban kerja
perawat sesuai dengan
tingkat 22 100% 0 0%
ketergantungan pasien
yang ada diruangan
9 Jumlah perawat dan 8 36% 14 64%
pasien diruangan
sudah sesuai

BAB III
ANALISA SITUASI
3.1 Gambaran Umum
3.1.1 Profil Ruang Gedung Baru Lt.2
Ruang Gedung Baru Lt.2 merupakan salah satu ruangan yang berada di
RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Ruang Gedung Baru Lt.2
terdiri dari 1 nurse stations, 20 ruang rawat, dengan 60 tempat tidur pasien dan
yang digunakan saat ini sebanyak 48 tempat tidur. Tenaga keperawatan
berjumlah 22 orang, dengan tingkat pendidikan Ners berjumlah 12 orang,
perawat berpendidikan DIII berjumlah 8 orang dan perawat berpendidikan D IV
2 orang. Ruang Gedung Baru Lt.2 menggunakan perawatan metode tim yang
dibagi menjadi 3 tim, dan dalam pelaksanananya semua tim bertanggung jawab
terhadap seluruh pasien yang ada di ruangan.
Analisa Situasi Ruangan
M1 (MAN) Ketenagaan
Tabel 3.1 distribusi frekuensi M1 (MAN) Ketenagaan

Dari hasil kuisioner didapatkan data bahwa struktur organisasi di ruang


Gedung Baru Lt.2 RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sudah
berjalan sesuai dengan kemampuan perawat pada bidangnya masing-masing, dan
pembagian tugas juga dilaksanakan sesuai dengan struktur yang telah dibuat. Data
kuisioner juga menunjukkan bahwa kinerja ketua tim atau perawat primer benar-
benar kompeten dengan tugas-tugas yang diberikan. Perawat-perawat yang ada di
ruangan Gedung Baru Lt.2 diberikan kesempatan oleh pihak Rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan/pendidikan tambahan, namun
dari pihak Rumah sakit sendiri belum ada pembiayaan tersendiri/beasiswa bagi
perawat.

Struktur Organisasi Perawat Di Ruang Gedung Baru Lt.2


STRUKTUR ORGANISASI PERAWAT DI RUANG Gedung Baru Lt.2
KEPALA INSTANSI RAWAT INAP
Dr. UCOK SOFYAN LUBIS, Sp.PD

MANAGER UNIT
Ns. NIKMAWATY PULUHULAWA, S.Kep., M.Kep

KEPALA RUANGAN
Ns. SUTYANINGSIH, S.Kep

TIM I TIM II TIM III


Katim Katim Katim
Ns. Novriyanti Suddalhati, S.Kep Ns. Anggraini Husain, S.Kep Ns. Lenny Faradila Ahmad, S.Kep

Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim


Sri Dewi Maliki, A.Md.,Kep Aprilia Mohamad, A.Md.,Kep Ns. Roslin Nalole, S.Kep
Fitria J. Maliki, A.Md.,Kep Ns. Nuryati Mulki Hasan, S.Kep Ns. Anggriani Husain, S.Kep
Ns. Magfirah Biki, S.Kep Silvana Daud, S.Tr., Kep Ns. Havriani Jafar, S.Kep
Ns. Sri Yulan Karim, S.Kep Ns. Ratna Zess, S.Kep Soleha Mei Utari, A.Md., Kep
Ns. Novi S. Musa, S.Kep Putri Wulandari S., A.Md., Kep Ns. Wahyuni Lukum, S.Kep
Sri Yulinar Paku, S.Tr., Kep Lesmawati Tolago, A.Md., Kep Ns. Tri Lestari, S.Kep
Sri Rahayu Aswadi, A.Md., Kep Asra Novianti Alex, A.Md., Kep
Ni Komang Sri Astuti, A.Md., Kep
Ns. Frangki Suleman, S.Kep
N Status
Nama Pendidi Lama Jenis
o Jabatan Kepegaw
Perawat kan Kerja Pelatihan
. aian
1. Ns. S, Kepala Ners ASN 17 BTCLS
S.Kep Ruangan tahun
2. Ns. N.S, Katim 1 Ners ASN 15 BTCLS
S.Kep tahun
3. Ns. A.H, Katim 2 Ners ASN 5 tahun BTCLS
S.kep
4. Ns. Katim 3 Ners ASN 19 BTCLS
L.F.A, tahun
S.Kep
5. S.D.M, PP Tim D III Honorer 9 tahun BTCLS
Amd.Ke 1
p
6. L.T, PP Tim D III ASN 17 BTCLS
Amd. 1 tahun
Kep
7. Ns. M.B, PP Tim Ners Honorer 1 tahun BTCLS
S.Kep 2
8. Ns. R.N, PP Tim Ners ASN 6 tahun BTCLS
S.Kep 3
9. Ns. W.L, PP Tim Ners Honorer 1 tahun BTCLS
S.Kep 3 7 bulan
10. Ns. F.S, PP Tim Ners Honorer 2 tahun BTCLS
S.Kep 2
11. Ns. N.M. PP Tim Ners Honorer 6 tahun BTCLS
H, S.Kep 2
12. F.M, PP Tim D III Honorer 3 tahun BTCLS
Amd, 3
Kep
13. S.M.U, PP Tim D III Honorer 7 tahun BTCLS
Amd.Ke 1
p
14. S.D, PP Tim D IV Honorer 4 tahun BTCLS
S.Tr. 2
Kep
15. N.K, PP Tim D III Honorer 9 tahun BTCLS
Amd.Ke 3
p
16. S.Y. P, PP Tim D IV Honorer 2 BTCLS
PRAMU BAKTI ADMINISTRASI
Awin Ismail Zidny Arsyad, SKM
Rahmat Yunus Pipin Yunus

Gambar 3.1 Struktur Organisasi ketenagaan ruangan Gedung Baru Lt.2 RSUD
Aloei Saboe

Di ruang Gedung Baru Lt.2 Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabila saat ini
memiliki 22 tenaga perawat yang terdiri dari 1 kepala ruangan 3 ketua tim yang

masing-masing tim terdiri dari 1 orang leader dan 3 perawat pelaksana.


Struktur organisasi yang ada di ruangan sangat penting untuk menggambarkan
alur koordinasi petugas kesehatan di ruang perawatan dan menunjukkan
kedudukan, jenis wewenang yang dijabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis
perintah dan tanggung jawab, serta rentang kendali dan sistem pimpinan dalam
organisasi. (Hasibunan, 2015).
Dalam mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat di ruang Gedung
Baru Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo memiliki jumlah
tenaga kerja, yang diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi ketenagaan sumber daya manusia
Sumber : Data Tenaga Perawat Ruang Gedung Baru Lt.2 Juli 2023
Karakeristik Ketenagaan
Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persen (100%)
1 Laki-laki 1 5%
2 Perempuan 21 95%
Total 22 100%
Sumber : Data Primer 2023

Jenis Kelamin
21

1
Laki-laki Perempuan

Berdasarkan table diatas, rata–rata spesifikasi berdasarkan Jenis kelamin di


Gedung Baru Lantai 2 yang paling banyak adalah jumlah perawat perempuan
yaitu 21 orang.
Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.3 Distribusi Ketenagaan berdasarkan Tingkat Pendidikan di Gedung Baru
Lantai 2 pada Bulan Juli 2023
No Pendidikan Jumlah Persen
1 D3 Keperawatan 8 36%
2 D4 Keperawatan 2 9%
3 S1 – Ners 12 55%
Jumlah 22 100%
Sumber : Data Primer 2023
Pendidikan
12

D3 D4 S1-Ners S2
0

Berdasarkan tabel di atas ketenagaan di Gedung baru lantai 2 Untuk


tingkat pendidikan rata-rata yang terbanyak adalah S1 – Ners sebanyak 12
perawat (55%), kemudian DIII Keperawatan sebanyak 8 perawat (36%)

4. KarakteristikBerdasarkanLama Kerja
Tabel 3.4 Distribusi Ketenagaan berdasarkan Lama Kerja di Gedung Baru Lantai
2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No LamaKerja Jumlah Persen
1 1-5 Tahun 12 55%
2 6-10 Tahun 6 27%
3 11-15 Tahun 2 9%
4 16-20 Tahun 2 9%
Jumlah 22 100%
Sumber : Data Primer 2023
Lama Kerja
12

2 2
1 - 5 tahun 6 - 10 tahun 11 - 15 tahun 16 - 20 tahun

Berdasarkan tabel di atas, tenaga keperawatan di Gedung baru lantai 2 memiliki


pengalaman kerja paling tinggi rata-rata 1-5 Tahun (55%).
4. Karakteristik Ketenagaan Berdasarkan Jenjang Karier
No Jenjang Karier Frekuensi Persen
1 Pra PK Profesi 1 5%
2 PK I Profesi 4 18%
3 PK I Vokasi 5 23%
4 PK II Profesi 5 23%
5 PK II Vokasi 3 14%
6 PK III Profesi 2 9%
7 PK III Vokasi 2 9%
Total 22 100%
Sumber : Data Primer 2023

Jenjang Karier

5 5

2 2

1
Berdasarkan table diatas, rata–rata spesifikasi di Gedung baru lantai 2
adalah sebanyak 5 orang (23%) yaitu pada jenjang karier PK I Vokasi dan PK II
Profesi.
Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di Gedung baru lantai 2 berdasarkan:
a. Rumus Gilies

Jumlah hari perawatan di Rumah Sakit


RumusBOR : x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari dalam 1 Periode
3 hari
: x 100%
60 x 30
BOR = 0,16%
B. Menentukan Rata-rata pasiendalam 1 bulan menggunakan rumus Gillies
Dimana:

BOR x Jumlah Tempat Tidur

= 0,16 % x 60
= 9,6 atau 10 orang
 Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari, yaitu :
o Perawatan Langsung
Keperawatan Self Care 0 pasien : 0 x 2 jam = 0 jam
Keperawatan partial care 48 pasien :10 x 3 jam = 30 jam
Keperawatan Total Care 0 pasien : 0 x 3 jam = 0 jam

Jumlah jam perawatan :30 Jam

o Perawatan Tidak Langsung


Rata-rata pasien perhari x 1 jam = 10x 1 jam = 10 jam
o Waktu Penyuluhan Kesehatan
Rata-rata pasien perhari x 0,25 jam = 10 x 0,25 jam = 2,5 jam
Total jam secara keseluruhan adalah jam 2,5 jam
C. Jumlah hari pertahun yaitu 365 hari
D. Hari libur masing – masing perawat pertahun :
o Hari minggu : 52 hari
o Cuti sakit / izin : 10 hari
o Hari libur Nas. : 12 hari
o Cuti tahunan :12 hari
Jumlah 86 hari

 Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan perpasien


perhari adalah 17 jam :10pasien = 1,7 jam/pasien/hari
 Menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat di Gedung baru Lt. 2
dengan menggunan rumus Gillies yaitu

A x B x C = F= H
(C – D) E G

Keterangan :
A : Rata-rata jumlah jam perawatan / pasien / hari
B : Rata-rata jumlah pasien /hari (BOR x Jlh TT)
C :Jumlah hari / tahun
D : Hari libur masing-masing perawat
E :Jumlah jam kerja masing - masing perawat(7 atau 8 jam)
F :Jumlah jam perawatan yang dibutuhkanpertahun
G :Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
H :Jumlah Perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

= 1,7 Jam/pasien/hari x 10 orang/hari x 365 hari


(365 hari – 86 hari/tahun) x 7 jam
= 6.205
1.953
H = 3,17 orang atau 4 orang
Antisipasi cuti, sakit dan lain lain ditambah 20% = 4x 20 % = 0,8 (1 orang)
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 4 + 1 = 5
orang
 Menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan
perhari, yaitu:
RMS = Rata-rata pasien/ hari x rata rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/hari
= 10 orang/hari x 7 jam perawat/ hari
7 jam
= 10orang
 Menentukan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan per shift,
yaitu dengan ketentuan menurut Warstler yaitu :
o Proposi dinas pagi = 47 % x 10orang = 4,7 (5 orang)
o Proposi dinas sore = 36 % x 10orang = 3,6 (4 orang)
o Proposi dinas malam = 17% x 10orang = 1,7 (2 orang)
 Kombinasi Menurut Abdellah dan Levice adalah
o Tenaga Profesioal 55 % = 10 x 55 % = 5,5 (6 orang)
o Tenaga non professional 45% = 10 x 45 % = 4,5 (5 orang)

Jadi total kebutuhan tenaga perawat di Gedung baru Lt. 2


RSUD Prof. Dr. H. AloeiSaboe Kota Gorontalo ialah 11 perawat.
Sementara di Gedung baru Lt. 2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo jumlah perawat ialah 22 perawat ,dengan
pembagian jadwal dinas pagi 12 orang,dinas sore 4 orang, malam 4
orang, dan libur atau lepas 2 orang. Dengan jumlah 22 perawat di
RSUD Prof. Dr. H. AloeiSaboe Kota Gorontalo dapat diartikan
bahwa tenaga perawat di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo sudah sesuai standar ideal perhitungan Gillies.
b. Rumus depkes
 BOR Ruangan (BULAN Juli) :0,16 %
 Rata-rata jam perawatan per pasien per hari (Gedung baru Lt. 2) :30
jam
 Jumlah tempat tidur :60
 Rata-rata jumlah pasien per hari :10
 Jam kerja perawatan / hari : 7 jam

Kebutuhan tenaga perawat :


n = Rata-rata pasien/hari x rata-rata jam perawatan/hari

Jam kerja efektif

n = 10 x 30
7
n = 10 kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan/hari
Jumlah lost day
Ld = Jlh hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x kebutuhan tenaga
Jumlah hari kerja efektif

= 52 + 12 + 12 + 10 x 8
279

= 0,56 = 1
Jumlah tenaga perawat = (jumlah tenaga perawat + lost day)
= 10+ 1 = 11 perawat

Jadi tenaga perawat di Gedung baru Lt. 2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo ialah 11perawat. Sementara di Gedung baru lantai 2 RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Jumlah perawat 22 orang perawat,
dengan pembagian jadwal dinas pagi 12 orang, dinas sore 4 orang, malam 4
orang, dan libur atau lepas 2 orang. Dengan jumlah 22 perawat di RSUD Prof. Dr.
H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dapat diartikan bahwa tenaga perawat di RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sudah sesuai standar ideal perhitungan
Depkes.
M2 (Material) Bangunan, Sarana, dan Prasarana
1. Penataan Gedung/Lokasi gedung baru Interna Lt 2
Lokasi penerapan proses profesi manajemen keperawatan yang digunakan
dalam kegiatan profesi keperawatan mahasiswa profesi Ners Universitas
Negeri Gorontalo di Gedung perawatan anak sebagai berikut.
a. Sebelah Utara : Gedung Poli Jantung
b. Sebelah Barat : Hemodialisa
c. Sebelah Timur :
d. Sebelah Selatan :

Tabel 3.9 Pengkajian Penataan Gedung/Lokasi lantai 2 interna


No Hasil Pengkajian Standar
1 Terdapat ruangan khusus untuk - Luas ruangan disesuaikan
dengan jumlah petugas.
administrasi, terdapat ruangan
- Ruangan harus dijamin
keperawatan dan ruangan role terjadinya pertukaran udara
baik alami maupun mekanik.
arsip
Untuk ventilasi mekanik
minimal total pertukaran udara
6 kali per jam.

2 Kepala ruangan memiliki ruang Kepala ruangan harusnya memiliki


kerja sendiri. ruang kerja sendiri sebagai tempat
kerja untuk mendiskusikan kasus
pasien, dan sebagai tempat untuk
menerima tamu.
3 Terdapat ruang dokter dan - Dokter harusnya memiliki
ruangan coass pria. ruangan tersendiri yang bisa
digunakan sebagai tempat untuk
kerja.
4 semua ruangan pasien memiliki Di setiap ruangan pasien memiliki
wastafel yang dapat digunakan. wastafel untuk cuci tangan yang
bisa digunakan sebagai tempat cuci
tangan keluarga atau pengunjung
pasien.
Denah Ruangan Lt 2 G2 Interna Rsud Prof., Dr., H., Aloe Saboe

Pintu Masuk

Apotek TANGGA
KELAS 1 A

Rehab Wanita Rehab Pria

218 217

216 215
214
213
212
211
Ruang Dokter
Kamar Tindakan
Ruang Role
RUANG KARU Arsip
Ruang Literasi

Ners Ruang TOILET


Station Administrasi
TANGGA
KAMAR PERAWAT 201
202
203
204
205
206
207
208
209
210

KAMAR COASS DOKTER PRIA

TANGGA EVAKUASI

KETERANGAN :

APOTIK KAMAR PASIEN RUANG DOKTER

TANGGA & TANGGA EVAKUASI RUANG KARU RUANG ROLE ARSIP RUANG ADMINISTRASI

KAMAR COASS DOKTER PRIA NERS STATION KAMAR PERAWAT KAMAR TINDAKAN TOILET
1. Hasil Observasi Secara Umum
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi Gedung baru lantai 2 dapat
disimpulkan:
a. Pencahayaan : pencahayaan di dalam ruangan dan di luar ruangan
tampak terang untuk melakukan observasi klinis, setiap ruangan memiliki
lampu dan bisa menyala
b. Ventilasi : setiap ruangan memiliki ventilasi yang cukup sebagai sumber
pencahayaan dan pertukaran udara di ruangan
c. Lantai dan atap : lantai terbuat dari semen dan Gedung dari keramik
berwarna putih gading, bersih dan kering, belum ada keramik yang rusak.
Atap di setiap ruangan tidak mengalami kebocoran.
d. Dinding : kondisi dinding di Gedung baru lantai 2 tampak kuat dan
setengah dari dinding terdapat keramik berwarna abu-abu bersih, dinding
yang terbuat dari bata dan semen.
e. Sarana air bersih : terdapat air bersih di masing-masing toilet diruangan
pasien, air bersih setiap toilet ruangan lancar. Dan di wastafel terdapat air
bersih karena tersumbat
f. Pembuangan air limbah : pembuangan di setiap ruangan tidak ada
sumbatan
g. Wastafel : Wastafel untuk cuci tangan perawat hanya 1, dan semua
ruangan pasien memiliki wastafel yang dapat di gunakan.
h. Setiap ruangan memiliki colokan yang masih bisa digunakan
i. Gedung baru Lt 2 memiliki 60 tempat tidur
j. Di Gedung baru Lt 2 memiliki 4 meja kerja disetiap tim dan 1 meja
panjang nurse station
k. Di Gedung baru Lt 2 memiliki struktur organisasi ketenagakerjaan
l. Set alat diruangan baru Lt 2 terdapat mesin section di ruangan tindakan.
m. Jumlah meja terdapat 10 di kelass 1, namun ada lemari penyimpanan
untuk barang pasien pada setiap samping tempat tidur.
n. Tidak terdapat tempat sepatu/ Rak sepatu perawat.
2. Fasilitas Dan Peralatan Bahan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan tanggal senin, 17 Juli
2023 didapatkan bahwa berikut daftar fasilitas Kesehatan untuk pasien yang
ada diruangan G2 Lt 2 di RSUD Prof., Dr., H., Aloe Saboe.
a. Fasilitas
1) Fasilitas untuk tenaga Kesehatan
Tabel 3.10 Fasilitas untuk tenaga Kesehatan diruangan G2 Lt 2 RSUD
Prof., Dr., H., Aloe Saboe.
No Hasil Pengkajian Standar
1 Terdapat ruang administrasi tidak Bagian administrasi ada yang
dan ada yang menghendel menghendel dan memiliki
administrasi BPJS oleh ruangan sendiri sebagai
administrator RS tempat kerja bagian
administrasi.
2 Terdapat ruangan tersendiri untuk Kepala ruangan memiliki
kepala ruangan. ruang kerja sendiri sebagai
tempat kerja untuk
mendiskusikan kasus pasien,
dan sebagai tempat untuk
menerima tamu.
3 Semua ruangan pasien memiliki Di setiap ruangan pasien
wastafel yang bisa digunakan dan memiliki wastafel untuk cuci
bagi keluarga pasien. Namun tangan yang bisa digunakan
tidak terdapa hensenitaiser setiap sebagai tempat cuci tangan
ruang pasien keluarga atau pengunjung
pasien.
Sumber : Data Primer 2023
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di ruangan Interna Lt 2
fasilitas untuk tenaga Kesehatan belum sesuai standar yang berlaku sesuai
pedoman teknis ruangan perawatan di rumah sakit.
2) Fasilitas untuk pasien
Tabel 3.11Fasilitas untuk pasien diruangan perawatan anak di RSUD Prof., Dr., H.,
Aloe Saboe.
Keadaan
No Nama Barang Jumlah Standar Usulan
Baik Buruk
1 Tempat tidur pasien 60 60 - - -
2 Tiang infus 60 60 - - -
3 Lemari pasien 60 60 - 10 10
4 Meja pasien 10 10 - 21 10
5 Tempat sampah non medis 2 2 - - -
6 AC 27 - 2 -
7 Nebulizer 1 1 - 2 1
8 Mesin Suction 1 - 1 1 1
9 Selang suction 0 - - - -
10 Infus pamp 0 0 - 0 0
11 Tensimeter 1 1 - 1 1
12 Stetoskop 1 1 - 1 1
13 Thermometer 1 1 - 1 1
14 Oximeter 1 - 0 1 1
15 Timbangan Berat Badan 0 0 - - -
16 Meteran tinggi badan 1 1 - - -
17 Pispot 0 - 0 2 2
3) Alat kantor
Tabel 3.12 Fasilitas alat kantor di ruangan perawatan anak RSUD Prof., Dr., H.,
Aaloe Saboe
Keadaan
No Nama Barang Jumlah Standar Usulan
Baik Buruk
1 Meja Biro 1 1 - - -
Meja Nurse
2 1 1 - - 2
Station
3 Papan Nurse 3 3 - 2 3
Station
4 Kursi Kayu 2 2 - - -
5 Kursi Fron Line 0 - - 1 1
6 Kursi Panjang besi 0 0 - - -
7 Kursi Citos 6 6 - - -
8 AC 1 1 - - -
Sumber : Data Primer 2023
4) Sarana lain
Tabel 3.13 Fasilitas sarana lain di ruangan interna Lt 2 RSUD Prof., Dr., H.,
Aloe Saboe.
Keadaan
No Nama Barang Jumlah Standar Usulan
Baik Buruk
1 Tempat Sampah 1 1 - - -
Infeksius
3 Tempat Sampah non 2 2 - - -
medis
4 Kamar mandi/WC 22 22 - - -
pasien
5 Kamar Mandi/WC 1 1 - - -
Perawat
7 Wastafel Perawat 1 - 0 2 2
8 Wastafel Keluarga 22 22 - - -
Pasien
Sumber : Data Primer 2023
5) Prasarana
Tabel 3.14 prasarana lain di ruangan interna Lt2 di RSUD Prof., Dr., H., Aloe
saboe
Keadaan
No Nama Barang Jumlah Standar Usulan
Baik Buruk
1 Ruang Pasien 22 22 - - -
Ruanga kepala
2 1 1 0 1 1
ruangan
3 Nurse station 1 1 - 2 2
4 Ruangan Tindakan 1 1 - - -
Sumber: Data Primer 2023

6) Peralatan Dan Bahan


Tabel 3.15 peralatan dan habis pakai di ruangan Interna Lt 2 di RSUD
Prof., Dr., H., Aloe Saboe

No Nama Barang Keterangan Ideal

1 Handscoon Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan


2 Masker Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
3 Spuit Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
4 Kapas Alkohol Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
5 Kasa Steril Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
6 Kasa Rol Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
9 Kanul O2 Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
10 Infus set Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
11 Cairan Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
13 Abocath Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal, ada diruangan
14 Sabun/antiseptic Ada, Sesuai Kebutuhan Ideal ada diruangan
Sumber : Data Primer 2023
Identifikasi Masalah :
1. Tidak terdapat hensenitaiser
2. Tidak tersediannya timbangan
3. Tidak terdapat infus pamp
Tidak terdapat persediaan mesin suction di ruangan tindakan
M3 (Method) Metode Asuhan Keperawatan
1. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Quisioner M3-1 Model
Asuhan Keperawatan

No M3-0 Model Ya Persen Tidak Persen Total


Asuhan
Keperawatan
1 Model asuhan
keperawatan yang
22 100% 0 0% 100%
digunakan diruangan
yaitu metode tim
2 Perawat diruangan
mengerti dengan
model asuhan 22 100% 0 0% 100%
keperawatan yang
digunakan
3 Model asuhan
keperawatan
22 100% 0 0% 100%
cocok digunakan
di ruangan
4 Model asuhan
keperawatan
sesuai dengan visi 22 100% 0 0% 100%
dan misi di
ruangan

1.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Quisioner M3-1 MAKP


No. M3-1 MAKP Ya Persen Tidak Persen Total
1 Rata-rata hari
rawat pasien 3-5 22 100% 0 0% 100%
hari
2 Model asuhan
keperawatan yang
digunakan
menjadikan 20 91% 2 9% 100%
semakin pendek
lama rawat inap
bagi pasien
3 Terjadi
peningkatan
kepercayaan 22 100% 0 0% 100%
pasien terhadap
ruangan
4 Model asuhan
keperawatn yang
digunakan saat ini
18
tidak menyulitkan 18 82% 4 100%
%
dan memberikan
beban kerja bagi
perawat
5 Model asuhan
keperawatan saat
41
ini tidak 13 59% 9 100%
%
memberatkan
pembiayaan
6 Model asuhan
keperawatan yang
digunakan 95
1 5% 21 100%
mendapat banyak %
kritikan dari
pasien
7 Terlaksananya 22 100% 0 0% 100%
komunikasi yang
adekuat antara
perawat dan tim
kesehatan lain
8 Terlaksananya
kontunitas rencana 22 100% 0 0% 100%
keperawatan
9 Perawat
menjalankan
22 100% 0 0% 100%
kegiatan sesuai
tupoksi
10 Tugas perawat
sudah sesuai
dengan model
asuhan
0 0% 0 0% 0%
keperawatn yang
digunakan saat ini
sudah sesuai
tupoksi
11 Job description
untuk perawat 22 100% 0 0% 100%
selama ini jelas
Perawat dapat
mengenal
kondisi pasien
12 dan dapat 22 100% 0 0% 100%
menilai
tingkat
kebutuhan
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2017).
Berdasarkan hasil wawancara perawat di Ruang Gedung Baru Lt.2
mengatakan bahwa model perawat menggunakan metode yang telah diterapkan
sejak awal bangunnya rumah sakit yang dimana terdapat 1 kepala ruangan, 3
Tim, dimasing-masing tim beranggotakan 1 katim, 1 leader dan 4 perawat
pelaksana. Metode yang digunakan saat ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
Menurut Nursalam (2017) metode ini menggunakan konsep tim yang tediri atas
anggota berbeda-beda dan memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien.
Hal ini juga di dukung dari hasil observasi dan wawancara perawat yang
dilakukan di ruang Gedung Baru Lt.2 dimana kepala ruangan menjalankan
fungsinya, untuk sistem pendelegasian disaat kepala ruangan berhalangan hadir
akan didelegasikan kepada ketua tim. Sedangkan fungsi ketua tim membuat
perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh
kepala ruangan dan untuk perawat pelaksana mencatat dengan jelas dan tepat
asuhan yang telah diberikan berdasarkan respon klien seperti pengkajian untuk
mengumpulkan informasi pasien, perumusan diagnosa dan masalah
keperawatan.Perencanaan, implementasi dan pencatatan asuhan keperawatan yang
dilakukan perawat pelaksana secara langsung dalam proses asuhan yang
diterapkan.
Hal ini didukung oleh teori (Marquez dan & Houston) dimana proses
pendelegasian juga dilakukan secara berjenjang dimulai dari kepala ruangan ke
katim, jika yang didelegasikan tidak dapat menjalankan tugas maka ia pun dapat
mendelegasikan kepada orang lain lagi sesuai dengan kriteria yang ada.
Untuk hasil kuisioner yang disebarkan pada efektifitas dan efisiensi asuhan
yang diberikan didapatkan,jumlah rata-rata hari rawat pasien di ruang Gedung
Baru Lt.2 didapatkan rata-rata hari rawat pasien sebanyak 3-5 hari dimana metode
tim yang diterapkan dapat membuat semakin pendek lama rawat bagi pasien
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap perawat diruangan.
Selain itu, model asuhan yang saat ini diterapkan dianggap tidak menyulitkan atau
memberikan beban kepada para perawat, karena setiap perawat telah menjalankan
tugas sesuai tupoksi masing-masing.Selain itu juga menurut semua responden
model asuhan di tim ini tidak mendapatkan kritkan dari pasien.

2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Quisioner M3-2 Timbang


Terima
N M3-2 Timbang Y perse tida
persen total
o Terima a n k
Timbang terima
dilakukan
1 0 0% 0 0% 0%
sebanyak 3 kali
dalam satu hari
Timbang terima
1 100
2 dilaksanakan tepat 6 27% 73%
6 %
waktu
Timbang terima
dihadiri oleh semua 1 100
3 86% 3 14%
perawat yang 9 %
berkepentingan
Kepala ruangan
4 memimpin kegiatan 0 0% 0 0% 0%
timbang terima
Pelaksanaan timbang
terima 2 100 100
5 0 0%
membutuhkan 2 % %
persiapan
6 Pelaporan dalam 2 95% 1 5% 100
timbang terima 1 %
harus
memperhatikan
point yang penting
untuk disampaikan
Adanya buku
khusus untuk
2 100 100
7 mencatat hasil 0 0%
2 % %
dalam pelaporan
timbang terima
Adanya kesulitan
dalam
2 100 100
8 mendokumentasik 0 0%
2 % %
an laporan
timbang terima
Adanya interaksi
dengan pasien saat 2 100 100
9 0 0%
timbang terima 2 % %
berlangsung
Pengetahuan
perawat tentang
1
tekhnik pelaporan 0 0% 0 0% 0%
0
timbang terima
didepan pasien
Lama waktu yang
dibutuhkan untuk
1
mengunjungi 0 0% 0 0% 0%
1
masing-masing
pasien
Timbang terima
dilaksanakan
1 2 100
berdasarkan 95% 1 5%
2 1 %
persetujuan
bersama
1 Perawat masing- 2 100 0 0% 100
3 masing shift 2 % %
dievaluasi oleh
kepala ruangan
saat pergantian
shift

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk


melakukan penyampaian dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima diharapkan dapat dilakukan seefektif mungkin
dengan menyampaikan secara singkat namun jelas dan lengkap tentang tindakan
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum, dan
perkembangan pasien saat ini ( Nursalam, 2017)
Berdasarkan hasil observasi didapatkan timbang terima di ruang Gedung
Baru Lt.2 dilakukan sebanyak 3x yaitu pada pergantian shift dari malam ke pagi,
yang dibuka oleh kepala ruangan, dan di pimpin oleh masing-masing ketua tim.
Dari pagi ke sore yang di pimpin oleh ketua tim, dan sore kemalam yang di
pimpin oleh masing-masing leader dan diikuti oleh perawat pelaksana. Untuk
waktu timbang terima beberapa perawat belum melakukan dengan tepat waktu
dalam pergantian shift, dan untuk operannya sudah cukup maksimal karena
dilakukan di setiap shift dan dilakukan di samping bed pasien, setelah itu
diperjelas lagi di nurse station.
Hal ini sesuai teori yang didapatkan melalui buku manajemen keperawatan
oleh Nursalam (2015), dimana pelaksanaan timbang terima dilaksanakan di dua
tempat yang berbeda yaitu di ruangan nurse station dan di bed pasien. Pelaksanaan
di ruangan nurse station dilakukan jika kedua kelompok sudah siap kemudian
kepala ruangan membuka acara timbang terima. Perawat jaga shift selanjutnya
dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang terimakan dan bertanya mengenai hal-hal yang kurang jelas.
Untuk pelaksanaan di bed pasien, kepala ruangan menyampaikan salam dan PP
menanyakan kebutuhan dasar pasien, perawat jaga selanjutnya mengkaji secara
penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama perawatan pasien. Kemudian
hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada petugas
berikutnya.

3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Quisioner M3-3 Ronde


Keperawatan
N M3-3 ronde
Ya Persen Tidak Persen Total
o keperawatan
Ruangan perawatan
1 mendukung kegiatan 22 100% 0 0% 100%
ronde keperawatan
Sebagian besar
perawat diruangan
2 wanita mengerti 22 100% 0 0% 100%
adanya ronde
keperawatan
Pelaksanaan ronde
keperawatan
3 8 36% 14 64% 100%
diruangan telah
optimal
Jumlah ronde yang
4 dilaksanakan dalam 0 0% 0 0% 0%
1 bulan
Keluarga pasien
mengerti tentang
5 14 64% 8 36% 100%
adanya ronde
keperawatan
Tim dalam
pelaksanaan
6 kegiatan ronde 14 64% 8 36% 100%
keperawatan telah
dibentuk
Tim yang dibentuk
telah mampu
7 melaksanakan 9 41% 13 59% 100%
kegiatan ronde
dengan optimal
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat
primer atau konsuler, kepala ruangan, dan perawat pelaksana,serta melibat akan
seluruh anggota tim (HendroBidjuni,2017).

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nursalam (2016), ronde keperawatan


memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Klien dilibatkan secara langsung.

2. Klien merupakan fokus kegiatan.

3. PA, PP dan perawat konselor melakukan diskusi bersama.

4. Perawat konselor memfasilitasi kreativitas.

5. Perawat konselor membantu mengembangkan kemampuan.

6. PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17-19 Juli 2023 yang


dilakukan pada perawat di ruangan, di dapatkan bahwa semua responden mengerti
dengan adanya ronde keperawatan. Namun, sebagian responden mengatakan
selama beberapa tahun ini belum diadakan ronde keperawatan diruangan ini,
karena belum di temukan pasien dengan masalah yang langka dan belum teratasi
karena dominan pasien di rawat diruangan ini adalah pasien partial care dengan
diagnosa medis dispepsia yang rata-rata hari rawatnya hanya 3-5 hari. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nursalam (2017), yang mengatakan
bahwa ronde keperawatan dilakukan pada pasien yang mempunyai masalah yang
belum teratasi, meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan, serta pada
pasien dengan kasus baru yang langka.

Berdasarakan hasil kuisioner yang didapatkan, menunjukkan bahwa


semua perawat mendukung jika nanti akan dilakukan ronde keperawatan, serta
mengerti tentang ronde keperawatan seperti kriteria pasien yang akan dilakukan
ronde keperawatan, siapa saja yang terlibat,serta alur pelaksanaan ronde.Dalam
melakukan ronde keperawatan, yang terlibat didalam tim ronde yaitu Katim dan
perawat asosiate atau perawat primer yang menjelaskan data pasien yang
mendukung masalah pasien, menjelaskan diagnosis keperawatan, menjelaskan
intervensi apa yang dilakukan, menjelaskan hasi yang didapat, menjelaskan
rasional, alasan ilmiah tindakan yang diambil, serta menggali masalah masalah
pasien yang belum terkaji (Nursalam, 2017).

4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Quisioner M3-4


Sentralisasi Obat
M3-4 sentralisasi obat
No Ya Persen Tidak Persen Total
(pengadaan sentral obat)
Perawat mengetahui tentang
1 22 100% 0 0% 100%
sentralisasi obat
Dalam ruangan terdapat
2 19 86% 3 14% 100%
sentralisasi obat
Sentralisasi obat dilaksanakan
3 20 91% 2 9% 100%
secara optimal
Perlunya mengadakan
4 1 5% 21 95% 100%
sentralisasi obat diruangan
Perawat pernah diberi wewenang
5 18 82% 4 18% 100%
dalam urusan sentralisasi obat

M3-4 sentralisasi obat


No (efektifitas & efisien model Ya Persen Tidak Persen Total
ASKEP)
Menggunakan model Asuhan
1 18 82% 4 18% 100%
keperawatan saat ini
Terjadi peningkatan kepercayaan
2 22 100% 0 0% 100%
pasien terhadap ruangan
3 Model asuhan keperawatan yang 6 27% 16 73% 100%
digunakan saat ini tidak
menyulitkan dan memberikan
beban berat kerja bagi perawat
Model asuhan keperawatan saat
4 ini tidak memberatkan 3 14% 19 86% 100%
pembiayaan
Model yang digunakan
5 mendapatkan banyak kritikan 1 5% 21 95% 100%
dari pasien di ruangan

Berdasarakan hasil wawancara, observasi dengan tenaga Perawat yang


bekerja di ruang Gedung Baru Lt.2 didapatkan bahwa mereka paham dengan
sentralisasi obat. Namun pelaksanaan sentralisasi obat belum dilakukan secara
optimal dikarenakan dalam tempat penyimpanan khusus high allert hanya tersedia
beberapa obat saja sementara untuk setiap obat dari masing-masing pasien di
letakkan di laci penyimpanan yang diklasifikasikan berdasarkan waktu pemberian.
Hal ini didukung teori Nursalam, (2015) dimana Proses sentralisasi obat meliputi
pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan,
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat, dan
pendokumentasian hasil pelaksanaan.

Dalam pengelolaan obat – obatan pasien, perawat mengatur atau


memisahkan kepemilikan obat antar pasien dan disetiap tempat obat diberi label
waktu pemberian obat baik injeksi maupun oral. Penerimaan obat di ruangan ini
yaitu, setelah Dokter meresepkan obat kemudian resep diserahakan pada apotik.
Bagian apotik kemudian menyerahkan obat yang sudah disediakan dan diatur
berdasarkan pasien ke Perawat. Kemudian Perawat mengecek kembali label obat,
meliputi nama pasien, dosis dan waktu pemberian obat, apakah sudah sesuai
dengan instruksi dokter atau tidak. Jika sesuai, Perawat akan memberikan pada
pasien, dan menjelaskan pada pasien cara penggunaan obatnya sesuai dengan
dosis dan waktu pemberian.

Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan kepemimpinan


kepala ruangan, serta pengetahuan perawat dapat mempengaruhi proses ketepatan
pemberian obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada efek
samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian obat selama
proses perawatan pasien (Kee & Hayes, 1996; Elliott & Liu, 2017).

Tabel 3.24 Distribusi Alur Penerimaan Obat


N M3-4 sentralisasi obat
Ya persen Tidak persen total
o (alur penerimaan obat)
Selama ini ada
format persetujuan
1. sentralisai obat dari 14 64% 8 36% 100%
pasien/keluarga
pasien
Proses penerimaan
obat dari
2. 0 0% 0 0% 0%
pasien/keluarga
pasien

Berdasrakan teori yang dikemukakan oleh Nursalam (2016) bahwa


sentralisasi obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolaannya sepenuhnya oleh perawat. Berdasarkan hasil
wawancara pada tanggal 17 Juli 2023 dengan salah satu perawat di ruangan
terkait alur penerimaan obat, didapatkan bahwa resep obat ditulis oleh dokter
dan diantarkan langsung oleh perawat ke depo yang berada dekat pintu masuk.
Kemudian petugas apotek mengantarkan obat berdasarkan resep yang ditulis
sesui dengan waktu injeksi atau pemberian obat oral. Penjadwalan obat injeksi
dan oral ini dilakukan langsung oleh petugas opotek dan didelegasikan ke
perawat ruangan. Sementara itu sebanyak 14 (64%) perawat menyatakan
proses penerimaan obat dari keluarga pasien sudah sesuai SOP namun masih
ada 8 (36%) perawat yang manyatakan yang tidak sesuai SOP karena beberapa
obat harus ditebus oleh keluarga pasien di luar dari apotek rumah sakit.

Tabel 3.25 Distribusi cara penyimpanan obat


M3-4 sentralisasi obat
no Ya persen Tidak persen total
(cara menyimpan obat)
Ruangan ini terdapat
1 ruangan khusus untuk 18 82% 4 18% 100%
sentralisasi obat
Kelengkapan sarana
dan prasarana
2 0 0% 0 0% 0%
pendukung sentralisai
obat
Selama ini
memisahkan
3 16 73% 6 27% 100%
kepemilikan antar
obat-obat pasien
Selama ini memberi
4 etiket dan alamat 22 100% 0 0% 100%
pada obat-obat pasien
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa 18 (82%) perawat mengatakan
terdapat ruangan khusus sentralisasi obat. Sementara itu untuk sarana dan
prasarana pendukung sentralisasi obat memadai / lenkat, perawat menyatakan
sudah sesuai dengan SOP dilakuakan penyimpanan dalam lemari pendingin
dan troli emergency. Untuk item pemisahan kepemilikan obat pasien, 16
(73%) perawat menjawab ya, dan jika ada obat yang tersisa perawat akan
segera mengembalikannya ke apotek sehingga obat tidak menumpuk
diruangan.
1. Supervisi
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan
pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang
ditetapkan. Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari
kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang
mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian
atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum
terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang
harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi.
Tabel 3.26 Distribusi Pengetahuan Perawat Terkait Pelaksanaan Supervisi Di
Ruangan
N
M3-5 supervisi Ya persen Tidak persen total
o
1 Perawat 22 100% 0 0% 100%
mengerti
tentang
supervise
Supervisi
telah
2 22 100% 0 0% 100%
dilakukan
diruangan
Berapa kali
supervisi
3 0 0% 0 0% 0%
dilakukan
dalam sebulan
Siapakah yang
4 melakukan 0 0% 0 0% 0%
supervisi
Bagaimana
alur supervisi
5 0 0% 0 0% 0%
yang ada
diruangan
Adakah
format baku
untuk
6 22 100% 0 0% 100%
supervisi
setiap
tindakan.
Apakah
format untuk
supervisi
7 22 100% 0 0% 100%
sudah sesuai
dengan ronde
keperawatan.
Apakah alat
(instrumen)
untuk
8 22 100% 0 0% 100%
supervisi
tersedia secara
lengkap.
Apakah hasil
dari supervisi
9 ini 22 100% 0 0% 100%
disampaikan
kepda perawat
10 Apakah selalu 22 100% 0 0% 100%
ada feedback
dari
supervisor
untuk setiap
tindakan
Apakah Anda
puas dengan
11 hasil dari 22 100% 0 0% 100%
feedback
tersebut
Apakah ada
follow up untuk
12 22 100% 0 0% 100%
setiap hasil dari
supervisi
Apakah Anda
menginginkan
perubahan
untuk setiap
13 22 100% 0 0% 100%
tindakan sesuai
dengan hasil
perbaikan dari
supervis.
Apakah Anda
perna
mendapatkan
14 pelatihan dan 8 36% 14 64% 100%
sosialisasi
tentang
supervisi.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 22 (100%) perawat
mengatakan mengertiterkait pelaksanaan supervisi. Supervisi telah secara
rutin dilakukan diruangann dan memiliki format baku sesuai standar
keperawatan. Hasil supervisi kemudian disampaikan kepada perawat. 22
(100%) perawat juga mengatakan menginginkan perubahan untuk setiap
tindakan dengan hasil perbaikan supervisi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17 Juli 2023 dengan kepala
ruangan interna lt 2 didapatkan informasi bahwa supervisi dilakukan secara
berjenjang, perawat di ruangan mengatan dari bidang keperawatan, kepala
ruangan dan leader 1 kali dalam sebulan melakukan supervise, Sementara
supervisi dari perawat asosiet 6 kali dalam sebulan.
2. Penerimaan Pasien Baru (PBB)
Tabel 3.27 Distribusi Penerimaan Pasien Baru
M3-6 Penerimaan
no Ya persen Tidak persen persen
Pasien Baru
Apakah yang
Anda berikan saat
1 0 0% 0 0% 0%
penerimaan pasien
baru.
Apakah bersedian
2 22 100% 0 0% 100%
melakukan PPB
Apakah anda
mengerti tentang
3 22 100% 0 0% 100%
discharge
planning.
Apakah sudah ada
4 pembagian tugas 18 82% 4 18% 100%
tentang PPB
Apakah anda
sudah ada
pemberian
5 11 50% 11 50% 100%
browsure / leaflet
saat melakukan
PPB
Bagaimana tehnik
yang digunakan
saat pemberian
PPB pada pasien.
6 0 0% 0 0% 0%
a. lisan
b. tertulis
c. lisan dan tertulis

Apakah ssetiap
selesai melakukan
7 PPB Anda 21 95% 1 5% 100%
melakukan
pendokumentasian

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui 22 (100%) orang perawat yang


ditemui di ruangan interna lt 2 mengatakan bersedia melakukan PBB
(Penerimaan Pasien Baru), semua perawat yang ditemui mengatakan
memahami tentang discharge planning, semua perawat yang ditemui di ruang
interna lt 2 mengatakan sudah ada pembagian tugas terkait penerimaan pasien
baru, 11 (50%) orang perawat mengatakan tidak ada pemberian brosur saat
melakukan penerimaan pasien baru, semua perawat yang ditemui mengatakan
selesai melakukan penerimaan pasien baru dilakukan pendokumentasian.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, perawat di ruang interna lt 2
saat penerimaan pasien baru melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling
Percaya), melakukan pengkajian pasien baru, menjelaskan orientasi ruangan
kepada pasien dan keluarga pasien, serta menjelaskan hak dan kewajiban
pasien selama berada di rumah sakit.
Discharge planning
Tabel 3.28 Distribusi Kuisioner Discharge planning

N M3-7 Discharge
Ya persen Tidak persen total
o Planning
Apakah yang
Anda berikan saat
1 melakukan 0 0% 0 0% 0%
Discharge
Planning.
Apakah anda
bersedia
2 mekakukan 22 100% 0 0% 100%
Discharge
Planning
Kapan Anda
melakukan
Discharge
Planning.
a. mulai dari
passien masuk RS
3 0 0% 0 0% 0%
sampai pasien
akan keluar Rs
b. Saat pasien
masuk RS
c. saat pasien
keluar.
Apakah sudah ada
pembagaian tugas
4 21 95% 1 5% 100%
tentang Discharge
Planning
Bagaimana
operasional
pemberian tugas
5 0 0% 0 0% 0%
Discharge
Planning oleh
kepala ruangan
6 Apakah sudah ada 15 68% 7 32% 100%
pemberian
brosure/leaflet
saat melakukan
Discharge
Planning
Bagaimmana
tehnik yang
digunakan saat
pemberian
Discharge
7 0 0% 0 0% 0%
Planning pada
pasien
a. lisan
b. tertulis
c. lisan dan tertulis
Bahasa apa yang
digunakan saat
melakukan
Discharge
Planning
8 0 0% 0 0% 0%
a. bahasa
Indonesia
b. bahasa jawa
c. bahasa lain,
sebutkan.
Apakah bahasa
yang Anda
gunakan dalam
melkukan
9 Discharge 0 0% 22 100% 100%
Planning,
mengalami
kesulitan untuk
dipahami passien
Apakah setiap
selesai melakukan
Discharge
Planning, Anda
melakukan
10 22 100% 0 0% 100%
pendokumentasian
dari Discharge
Planning yang
telah Anda
lakukan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 22 (100%) orang perawat
yang ditemui di ruangan interna lt 2 mengatakan bersedia melakukan
Discharge planning, semua perawat yang ditemui di ruangan mengatakan
mengerti tentang Discharge planning, 21 (95%) orang perawat mengatakan
sudah ada pembagian tugas terkait Discharge planning, 15 (68%) orang
perawat mengatakan tidak ada pemberian brosur saat Discharge planning,
semua perawat yang ditemui mengatakan menggunakan Bahasa Indonesia saat
melakukan Discharge planning, semua perawat yang ditemui mengatakan
bahasa yang dilakukan saat Discharge planning adalah bahasa yang tidak sulit
dipahami oleh pasien, semua perawat yang ditemui juga mengatakan selesai
melakukan Discharge planning dilakukan pendokumentasian.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa perawat di ruang interna
saat Discharge planning membantu pasien dan keluarga pasien dalam
menetapkan serta mengkoordinasikan rencana perawatan setelah pasien pulang
dari rumah sakit dan memberikan kartu kontrol rawat jalan. Selain itu
berdasarkan wawancara perawat mengatakan sebagian besar perawat
melakukan Discharge planning hanya pada saat pasien pulang, hal ini
dikarenakan pemahaman perawat terkait Dishcarge Planning dilakukan hanya
pada saat pasien pulang. Selain itu pada saat Discharge planning perawat
menjelaskan secara lisan, berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Fitriani dkk (2021) dikemukakan bahwa dalam proses pelaksanaannya,
discharge planning seharusnya dilaksanakan pada setiap pasien kelolaan mulai
pasien masuk sampai pasien pulang, setiap pelaksanaan discharge planning
dilengkapi dengan membuat resume keperawatan, pengisian lembar discharge
planning, surat kontrol yang sesuai dengan diagnosa perawat.
3. Dokumentasi Keperawatan
Tabel 3.29 Distribusi Kuisioner Dokumentasi Keperawatan
M3-8 Dokumentasi
no Ya Persen Tidak persen total
Keperawatan
Model dokumentasi
keperawatan apa yang
1 0 0% 0 0% 0%
digunakan diruang
saudara saat ini
Apakah sudah ada
format
2 pendokumentasian 22 100% 0 0% 100%
yang baku di ruangan
ini
Apakah Anda sudah
mengerti cara
pengisisan format
3 22 100% 0 0% 100%
dokumentasi tersebut
dengan benar dan tepat
Jika, ya, jelaskan..
Apakah menurut Anda
format yang digunakan
ini bisa membantu
4 ( memudahkan 22 100% 0 0% 100%
perawat) dalam
melakukan pengkajian
pada pasien
Apakah Anda sudah
melaksanakan
pendokumentasian
5 22 100% 0 0% 100%
dengan tepat waktu
(segera setelah
melakukan tindakan)
Apakah menurut Anda
model dokumentasi
6 yang digunakan ini 1 5% 21 95% 100%
menambah beban
keerja perawat
Apakah menurut Anda
model dokumntasi yang
7 1 5% 21 95% 100%
digunakan ini menyita
bnyak waktu perawat.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 22 (100%) orang perawat
yang ditemui di ruangan interna mengatakan sudah ada format
pendokumentasian yang baku di ruangan, semua perawat yang ditemui di
ruangan mengatakan sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi
tersebut dengan benar dan tepat, semua perawat yang ditemui mengatakan
format yang digunakan ini bisa membantu (memudahkan) perawat dalam
melakukan pengkajian pada pasien, semua perawat yang ditemui mengatakan
melaksanakan pendokumentasian dengan tepat waktu (segera setelah
melakukan tindakan), semua perawat yang ditemui mengatakan model
dokumentasi yang digunakan saat ini tidak menambah beban kerja perawat,
semua perawat yang ditemui mengatakan model dokumentasi yang digunakan
tidak menyita banyak waktu perawat.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa model dokumentasi yang
digunakan di ruang interna lt 2 saat ini menggunakan SOAP yang
didokumentasikan dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
sesuai dengan format baku yang ada di ruangan.
M4 (Money) Keuangan

1. Sumber Pendapatan dan Tata Cara Penagihan

a. Jenis Pasien Masuk

1) BPJS

2) JKN

3) Umum

b. Cara pembayaran dan Penagihan

Pembayaran penagihan untuk pasien dengan jaminan maka pembayaran

dilakukan oleh asuransi, sedangkan untuk penagihan pembayaran pelayanan

untuk pasien umum pembayaran dilakukan di Kasir Rumah Sakit.

2. Sistem Gaji dan Jasa Perawat

Tabel 3.10 Sistem Gaji dan Jasa Perawat.


Golongan Gaji Perbulan
PNS Sesuai Golongan
Honorer D3 : -
Ners : -
Orientasi : -
Jasa Perbulan Sesuai dengan jumlah
pasien
Jaga Malam 35.000
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa jumlah gaji PNS disesuaikan

dengan golongan, Untuk jasa perbulan perawat disesuaikan dengan jumlah pasien.

Sedangkan untuk jasa jaga malam perawat sebesar Rp.35.000.

3. Tarif Pelayanan

Tabel 3.11 Tarif Pelayanan

NO Jenis Pelayanan Tarif


Kelas I Kelas II Kelas III
1. Rawat Inap 137.700 76.320 55.800
2. Pemberian Sesuai PERDA
Tindakan

3.2.5 M5 Mutu/Marketing
Ruang interna Gedung Baru Lt. 2 menerapkan upaya penjaminan
mutu perawatan pasien penyakit dalam, dimana terdapat beberapa aspek
penting yang terdapat didalamnya, yaitu:
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien merupakan indikator terpenting dalam sistem
pelayanan kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam
menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal dan mengurangi
insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety Institute, 2017).
Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi
yang berpotensi atau mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, kerugian dan lain-lain), hal tersebut dapat dicegah bahkan
seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan sebagai suatu
disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien
adalah segala sesuatu yang terjadi secara sengaja atau tidak sengaja
dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan cidera
pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden keselamatan pasien
sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat
membahayakan pasien dan tidak terpenuhi outcome dalam
penyembuhan pasien. Enam sasaran keselamatan pasien (patient
safety) rumah sakit menurut Permenkes No.
1691/Menkes/Per/VIII/2011 yaitu menidentifikasi pasien;
meningkatkan komunikasi yang efektif; peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai; kepastian tepat lokasi, pengurangan risiko
infeksi; pengurangan resiko pasien jatuh (Depkes RI, 2011).
a. Mengidentifikasi pasien
Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan
obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karateristik
tertentu (Bachtiar, 2012). Proses identifikasi ini setidaknya
memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti nama,
nomor identifikasi, tanggal lahir atau gelang berkode. Dalam hal
ini nomor kamar atau lokasi tidak digunakan. Rumah sakit
mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitiam identifikasi pasien, salah
satu alat yang digunakan adalah gelang identitas pasien. Gelang
identitas adalah suatu alat berupa gelang identifikasi yang
dipasangkan kepada pasien secara individual yang digunakan
sebagai identitas pasien selama dirawat di rumah sakit.
Adabeberapa tindakan atau prosedur yang membutuhkan
identifikasi pasien, yaitu pemberian obatobatan, prosedur
pemeriksaan radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur
invasif lainnya seperti transfuse darah, pengambilan sampel,
transfer pasien dan konfirmasi kematian (Dale and Renner, 1997).
Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warna
dengan tujuan yang berbedabeda, yaitu :
1) Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan
2) Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3) Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat
4) Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien
(biru dan pink) untuk mengidentifikasi pasien, yaitu : nama lengkap
pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis. Sedangkan untuk
gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib dicantumkan, yaitu:
nama lengkap, umur, nomor rekam medis dan jenis alergi pasien.
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana di ruangan
interna Gedung Baru Lt. 2 bahwa dalam 1 bulan terahir ini tidak
ada kejadian atau kesalahan dalam mengidentifikasi pesien, dan
berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18 juli 2023 didapatkan
bahwa sebelum melakukan tindakan kepasien, perawat terlebih
dahulu menyebutkan nama lengkap pasien dan mengecek kembali
nama lengkap pasien pada gelang identitas yang dipakai oleh
pasien.
b. Angka Kejadian Risiko Jatuh
Pasien jatuh merupakan kejadian pasien yang terjatuh ke
lantai tanpa sengaja dengan atau tanpa adanya cedera setelahnya
(Agency for Healthcare Research and Quality, 2013). Kejadian
jatuh menjadi salah satu tolak ukur keselamatan pasien, dimana
kejadian jatuh adalah insiden yang tidak diharapkan terjadi upaya
pengelolaan pasien harus memastikan keselamatan pasien dari
jatuh. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur risiko
jatuh adalah Humpty Dumpty Falls Scale (HDFS) adalah salah satu
alat ukur/instrumen penilaiain risiko jatuh pada pasien dengan 7
tujuh item yakni usia, jenis kelamin, diagnosis, gangguan kognitif,
faktor lingkungan, respons terhadap pembedahan/sedasi, dan
penggunaan obat. Dengan skoring: Skor 7 – 11 : risiko rendah
untuk jatuh, Skor ≥ 12 : risiko tinggi untuk jatuh, Skor minimal : 7,
Skor maksimal : 23.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara degan perawat
di ruangan interna Gedung Baru Lt. 2, untuk format risiko jatuh
sudah ada dan terlampir di status pasien, label risiko jatuh pada
pasien belum tersedia, serta angka kejadian pasien jatuh di ruangan
interna Gedung Baru Lt. 2 dalam 1 bulan terakhir Juni 2023 tidak
ada.
c. Kesalahan Pemberian Obat
Medication Error (ME) atau kesalahan pelayanan obat yaitu
setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau
berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau
membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan
tenaga kesehatan atau pasien. ME dapat terjadi pada proses
pengobatan, antara lain: prescribing (peresepan), transcribing
(penerjemahan resep), dispensing (penyiapan), dan administration
(Anonim, 2015).
Kejadian ME terkait dengan praktisi, produk obat, prosedur,
lingkungan atau sistem (Rusmi dkk., 2012). Hilmer (2016),
menyatakan perawat memainkan peran penting dalam proses
pemberian obat sehingga dalam mencegah kesalahan pemberian
obat perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan perspesi perawat dalam proses pemberian obat/
medication Administration. Kejadian kesalahan pemberian obat
yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat cara pemberian, tidak
tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu pemberian dan
tidak waspada terhadap efek pemberian obat. Kejadian kesalahan
pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat cara
pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu
pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak
terjadi selama periode 1 bulan terakhir (Juni), dari hasil observasi
pada tanggal 18-19 Juli 2023 juga didapatkan bahwa pemberian
obat dilakukan secara benar sesuai indikasi yang diberikan oleh
dokter.
d. Angka Kejadian Dekubitus
Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area
dan dasar jaringan yang disebabkan oleh tulang yang
menonjol, sebagai akibat dari tekanan, pergeseran, gesekan
atau kombinasi dari beberapa hal tersebut (NPUAP, 2014).
Kejadian dekubitus merupakan masalah serius yang
sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas
fisik. Berdasarkan hasil data di ruangan interna Gedung Baru
Lt. 2 selama 1 bulan terakhir (Juni), dan hasil observasi kami
sejak tanggal 18-19 Juli 2023 diruangan tidak ditemukan
pasien yang mengalami dekubitus.
e. Angka Kejadian Flebitis
Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan
baik oleh iritasi kimia maupun mekanikyang sering disebabkan
oleh komplikasi dari terapi intravena. Flebitis merupakan suatu
peradangan pada pembuluh darah (vena) yang dapat terjadi
karena adanya injury misalnya oleh factor (trauma) mekanik
dan faktor kimiawi, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
pada endotelium dinding pembuluh darah khususnya vena.
Manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari suatu
infeksi ditemukan dari observasi dan pemeriksaan. Menurut
Marsch et al (2015), terdapat 5 tanda dan 2 gejala pada
phlebitis berdasarkan data observasi yang sering dilaporkan
oleh perawat yaitu :
a. Nyeri (gejala yang dilaporkan pasien)
b. Nyeri bila ditekan (saat palpasi, gejala yang dilaporkan oleh
pasien)
c. Pembengkakan (hasil observasi visual)
d. Eritema (atau kemerahan, hasil observasi)
e. Venous cord teraba (saat palpasi)
f. Luka bernanah (hasil observasi visual)
g. Teraba hangat (saat palpasi)

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan perawat di


ruangan interna Gedung Baru Lt. 2 yang mana selama 1 bulan
terakhir (Juni) 2023 didapatkan beberapa kejadian flebitis dan
dari hasil observasi kami pada 18-19 Juli 2023 ditemukan
adanya tanda-tanda flebitis pada 2 orang pasien.
f. Injury
Cedera kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh
manusia tiba-tiba mengalami penurunan energi dalam jumlah
yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat
dari kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen
(WHO,2014).
Self injury merupakan bentuk perilaku yang dilakukan
individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional, perilaku
ini dilakukan dengan sangatsengaja tetapi individu tersebut
tidak berniat untuk bunuh diri. Self injury jugamerupakan
bentuk dari mekanisme pertahanan diri yang digunakan
seseoranguntuk mengatasi rasa sakit secara emosional,
kekosongan diri, kesepian, kehilangan dan memuaskan
keinginan untuk menghukum diri sendiri denganmenyebabkan
luka luka pada tubuhnya (Klonsky, dalam Kurniawaty, 2012).
Berdasarkan wawancara di ruangan interna Gedung Baru Lt. 2
pada 1 bulan terakhir (Juni) 2023 tidak terdapat pasien yang
mengalami restrains dan injury.
g. Pelaksanaan Pencegahan Infeksi / ILO
Menurut WHO, infeksi luka operasi merupakan jenis
infeksi nosokomial kedua terbanyak setelah infeksi saluran
kemih. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi
pada pasien yang sedang menjalani proses perawatan di rumah
sakit, yang terjadi oleh adanya transisi mikroba patogen yang
bersumber dari perangkat ataupun lingkungan rumah sakit
(Raihana, 2016).
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan
benar merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan
penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan serta telah di akui sebagai contributor
yang penting terhadap timbulnya wabah ( Boyce dan Pittet
dalam pedoman PPI 2013 ). Dari sudut pandang pencegahan
dan pengendalian infeksi, praktik membersihkan tangan adalah
untuk mencegah infeksi yang di tularkan melalui tangan.
Tujuan dari kebersihan tangan yaitu untuk menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit. (Depkes RI, 2018 ).
Menurut Kemenkes R.I 2017, mengurangi risiko
infeksi merupakan tantangan besar bagi tenaga kesehatan
dalam pemberian pelayanan kesehatan di mana upayanya dapat
melalui pelaksanaan hand hygiene. Perawat yang ada di rumah
sakit wajib melakukan cuci tangan (hand hygiene) harus
memahami 5 saat mencuci tangan dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya penyebaran kuman dan infeksi, sehingga
salah satu prinsip pencegahan dan kontrol infeksi yang
merupakan program PPI dapat berjalan dengan baik serta
untuk tujuan dan kebaikan bersama dalam meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient
safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu
merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk
petugas kesehatan dengan my five moments for hand hygiene
yaitu sebelum kontak dengan pasien (melindungi pasien dari
bakteri patogen yang ada pada tangan petugas), sebelum
melakukan prosedur/tindakan bersih/aseptik (melindungi
pasien dari bakteri patogen, termasuk yang berasal permukaan
tubuh pasien sendiri, memasuki bagian dalam tubuh), setelah
terpapar cairan tubuh pasien (melindungi petugas kesehatan
dan area sekelilingnya bebas dari bakteri patogen yang berasal
dari pasien), setelah kontak dengan pasien (melindungi petugas
kesehatan dan area sekelilingnya bebas dari bakteri patogen
yang berasal dari pasien) setelah kontak dengan lingkungan
sekeliling pasien (melindungi petugas kesehatan dan area
sekelilingnya bebas dari bakteri patogen yang berasal dari
pasien). Berdasarkan hasil observasi di ruangan interna
Gedung Baru Lt. 2 dalam pelaksanaan five moment sudah
terlaksana tetapi belum maksimal dilakukan.
2. Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk
dengan harapannya (Nursalam; 2011). Kotler (dalam Nursalam; 2011)
menyebutkan bahwa kepuasan adalah perasan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-
harapannya.
Beberapa aspek yang harus diukur tetang kepuasan pasien antara
lain: atribut harapan pasien dan jasa layanan kesehatan seperti:
kompetensi klinis, empati, kesediaan menjawab keluhan, response,
keselamatan, perawatan, lomunikasi, dan lain-lain. Kepuasan menjadi
tolak ukur yang penting bagi pelayanan jasa kesehatan Rumah Sakit.
Hasil wawancara, tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
perawatan di ruangan interna Gedung Baru Lt. 2 RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe didapatkan bahwa pasien yang dirawat diruang interna
Gedung Baru Lt. 2 mengatakan puas dengan pelayanan perawat di
ruangan. Menurut data observasi didapatkan bahwa tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayan jasa kesehatan berada di tingkat baik.
3. Kenyamanan

Teori comfort mengedepankan kenyamanan sebagai kebutuhan


semua manusia. Kenyamanan adalah kebutuhan yang diperlukan pada
rentang sakit sampai sehat dan kenyamanan merupakan lebel tahap
akhir dari tindakan terapeutik perawat terhadap pasien. Menurut
Kolcaba, comfort mempunyai arti yang holistik dan kompleks.
Kolcaba dalam teori comfort yang dikembangkan menyebutkan holisti
comfor merupakan bentuk kenyamanan yang meliputi tiga tipe comfort
yaitu relief, ease dan transcendence yang digabungkan dalam empat
konteks yaitu physical, psychospiritual, sociocultural dan
environmental (Kolcaba & Dimarco, 2005).
Salah satu masalah yang dapat membuat pasien tidak nyaman
adalah nyeri tidak terkontrol. Nyeri adalah sensasi subyektif, rasa
yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan
tidak diketahui penyebabnya. Pentingnya bahwa nyeri akan ada ketika
seseorang mengatakan nyeri itu dialaminya. Nyeri bisa mempengaruhi
system tubuh manusia, psikososial, ekonomi dan spiritual,
menyebabkan suatu kondisi bertambah parah. Nyeri dapat diukur
dengan mengunakan alat ukur Numeric Rating Scale (NRS) dengan
memilih angka 0-10 dimana angka nyeri 0 (tidak nyeri),1-3 (nyeri
ringan), 4-6 (nyeri sedang), 7-10 (nyeri berat). Berdasarkan hasil
wawancara dari beberapa pasien di ruangan interna Gedung Baru Lt. 2
menyatakan nyeri yang mereka rasakan dapat terkontrol, dan hasil
observasi skala nyeri yang dirasakan oleh pasien menunjukan skala
nyeri 2 (nyeri ringan)
4. Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber seringkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Stuart
& Sundeen, 2013).
Menurut Berman et al. (2016), ansietas atau cemas merupakan
perasaan takut atau ketautan yang tidak dapat dijelaskan dan
merupakan respon terhadap stimulus internal dan eksternal yang
memiliki tanda dan gejala perilaku, afektif, koginitif dan fisik.
Berdasarkan uraian pengertian kecemasan yang dikemukakan oleh
para ahli maka dapat disimpulakn bahwa kecemasan adalah perasaan
takut atau khawatir yang dirasakan oleh setiap orang yang diwujudkan
melalui reaksi psikologis akibat masalah yang dihadapi.
Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien
karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya hari
rawat dan pasien dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Kecemasan dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu tidak ada
cemas, cemas ringan, sedang dan berat. Kecemasan dapat di ukur
dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Dari
hasil wawancara dan observasi kami secara langsung pada pasien rata-
rata tingkat kecemasan pasien di ruangan interna Gedung Baru Lt. 2
dalam batas cemas ringan yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dirasakan , namun dalam
hal ini didukung dengan maksimalnya pemberian edukasi atau
penyuluhan dari Perawat yang ada di ruangan interna Gedung Baru Lt.
2.
5. Perawatan diri
Keterbatasan perawatan diri merupakan suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan
atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(Hygiene),berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (Toileting).
Keterbatasan perawatan diri dapat dibedakan sesuai dengan
tingkat ketergantungan pasien. Tingkat ketergantungan pasien
menurut Douglas terdiri dari 3 tingkatan yaitu perawatan mandiri,
intermediate (parsial) dan penuh (total). Dari hasil wawancara dan
observasi kami ke pesien dari tanggal 18 – 19 Juli 2023 didapatkan
rata-rata tingkat ketergantungan pasien diruangan interna Gedung Baru
Lt. 2 masuk pada perawatan mandiri, dimana pasien masih dapat
melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan dan
minum, penampilan secara umum baik. Pasien perlu diawasi ketika
melakukan ambulasi atau pergerakan. Pasien perlu dilakukan observasi
setiap sift.
6. Pengetahuan/perilaku pasien
Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang
penyakit dan discharge planning. Indicator ini menunjukan
kemungkinan masalah dalam pemberian informasi pengetahuan
kepada pasien di ruang perawatan. Informasi yang diterima oleh pasien
berkaitan dengan kondisi dan perawatana yang diterimanya. Dischard
planning merupakan proses antisipasi dan perencanaan kebutuhan
pasien setelah pulang atau bila dirujuk ke sarana kesehatan lain. Dari
hasil wawancara dan observasi kami, beberapa pasien mengatakan
mereka sudah mendapatkan edukasi atau penyuluhan dari Perawat
tentang penyakit dan perawatan yang akan dijalani dan ada juga
beberapa pasien belum merasa puas atau belum mengerti dengan apa
yang dijelaskan oleh perawat. Pasien yang diwawancarai sangat
kooperatif.
1.1.1 3.2.6 Rumus BOR (Bed Occupation Room)
1. Dari hasil pengkajian pasien rawat inap diruang rawat interna Gedung
Baru Lt. 2 pada bulan Juni 2023 didapatkan sebagai berikut:
Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang interna Gedung Baru Lt. 2
Table 3.13 Rekapitulasi kunjungan ruang interna Gedung Baru Lt. 2
No Uraian Bulan
Juni
1 Total dirawat 247
2 Jumlah hari perawatan 741
3 Jumlah pasien keluar hidup+mati 247

Efisiensi pelayanan Ruang interna Gedung Baru Lt. 2


a. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian BOR diruangan pada bulan juni di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe ruang interna Gedung Baru Lt. 2,
rincian penggunaan tempat tidur sebagai berikut:

Jumlah Hari Rawat


BOR¿ x 100%
Jumla h TT x Jumla h HAri/ Periode

741
BOR= x 100 %
60 x 30

BOR=41 , 1%
Dapat disimpulkan untuk periode juni 2023 BOR yang didapatkan

adalah 41,1 %, sedangkan menurut Depkes, 2011 ideal BOR yaitu 60-

85%. Dimana kategori 85% ada kemungkinan kejadian infeksi nosokomial

yang tinggi atau dapat menunjukkan tingkat pemanfaatan atau penggunaan

tempat tidur yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan hasil penilaian BOR

untuk 1 bulan terakhir diruang interna Gedung Baru Lt. 2 masuk dalam

kategori kurang ideal.


b. ALOS ( Average Length Of Stay)

Menurut Depkes RI (2015) ALOS adalah rata-rata lama rawat

seorang pasien. Dimana indikator ini disamping dapat memberikan

gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu

pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal

yang perlu pengamatan lebih lanjut, secara umum nilai ALOS yang ideal

yaitu antara 6-9 hari (Depkes RI 2005)

Jumlah Lama Rawat Rata−Rata


ALOS=
Jumlah PasienYang Keluar Hidup+ Mati

Jumlah lama rawat di Ruang interna Gedung Baru Lt. 2 pada 1 bulan
terakhir adalah 741 hari
Sedangkan jumlah pasien pada 1 bulan terakhir adalah 247
Jumlah pasien keluar adalah 247
Sehingga, hasil ALOS dalam 1 bulan terakhir adalah:

741
ALOS= =3
247
Berdasarkan hasil perhitungan ALOS selama 1 bulan terakhir dapat
disimpulkan rata-rata lamanya pasien dirawat diruang interna Gedung
Baru Lt. 2 adalah 3 hari.

c. TOI (Turn Over Interval)


Toi adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dan
telah diisi kesaat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Dimana
idealnya tempat tidur menurut Depkes, 2005 kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = (Jumlah tempat tidur x periode) – Hari Perawatan
Jumlah Pasien Keluar (hidup + mati)
= (60 x 30) – 741/ 247
= 1800 - 741 / 247
= 1059 / 247
= 4.2 = 4 hari
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur diruang interna Gedung Baru Lt. 2 1
bulan terakhir masuk kedalam kategori ideal.

d. BTO
BTO menurut depkes (2011) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu, idealnya dalam 1 tahun 1 tempat tidur rata-rata
dipakai >30 kali.
Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati
Jumlah tempat tidur
= 247 / 60
= 4.1 = 4 kali
Berdasarkan hasil perhitungan BTO selama 1 bulan
terakhir, diperoleh rata-rata frekuensi pemakaina tempat tidur
diruang interna Gedung Baru Lt. 2 adalah kali putaran dalam 1
bulan, jadi 4 x 12 bulan yaitu 48 x. Sehingga hal ini menunjukkan
pemakaian bed diruang interna Gedung Baru Lt. 2 masuk dalam
kategori ideal.
M1 (Ketenagaan)

No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating


1. M1
Internal Faktor (IFAS)
Streng/Kekuatan
1. Perawat memiliki 1 4 4
pengalaman kerja
diatas > 5 tahun
2. Terdapat 22 perawat 0,6 2 1,8
yang telah mengikuti
pelatihan BTCLS 0,6 2 1,8
S-W
7,6 – 3,4
= 4,2

Total 7,6
Weaknes/Kelemahan

1. Tenaga perawat 0,8 3 2,4


diruangan belum 1
mencukupi

Total 3,4
Eksternal Faktor (EFAS) O-T
Opportunity/Kesempatan 2-2,2= -0,2
1. Adanya kerjasama dengan 0,5 2 1
institusi pendidikan
2. Adanya siswa yang praktik 0,5 2 1
di ruangan
Total 2
Threathened/Ancaman
1. Tingginya kesadaran
masyarakat terhadap
kualitas pelayanan yang 0,5 2 1
diharapkan
2. Masa sekarang dibutuhkan 0,8 3 1,2
tenaga Perawat yang
professional

Total 2,2

M2 (SARANA DAN PRASARANA)


No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

2. M2
Internal Faktor (IFAS)
Strength/Kekuatan
1. Semua Perawat mampu 1 4 4 S-W
menggunakan alat-alat 11,6–
kesehatan
6,4=5,2
2. Tersedianya nurse
station, ruang perawat, 1 4 4
ruang dokter, ruang
administrasi dan apotik
3. Tersedianya wastafel di
setiap ruangan pasien 0,7 3 2,1
yang dapat digunakan
4. Tersedianya tempat
0,5 3 1,5
sampah infeksius dan non
infeksius
Total 11,6
Weaknes/Kelemahan
1).Alat kesehatan yang
tersedia ada beberapa yang 0,8 3 2,4
tidak sesuai dengan rasio
pasien
2). Tidak terdapat
handsanitizer di setiap 1 4 4
ruang pasien

Total 6,4
Eksternal Faktor (EFAS) O-T
Opportunity/Kesempatan 4,8-3,1=
1). Adanya kesempatan untuk 1 3 3 1,7
penggantian alat-alat yang
tidak layak pakai,
perbaikan alat yang rusak
serta pengadaan alat yang
dibutuhkan
2). Adanya kesempatan 0,6 3 1,8
menambah anggaran untuk
pembelian alat yang belum
diadakan diruangan

Total 4,8
Threathened/Ancaman
1). Adanya fasilitas 0,8 2 1,6
kesehatan terdekat yang
memiliki sarana dan
prasarana yang sama
2). Adanya tuntutan tinggi
dari masyarakat untuk
0,5 3 1,5
melengkapi sarana dan
prasarana

Total 3,1

M3 (METODE)
No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

3. M3
Internal Faktor (IFAS)
Strength/Kekuatan
1) Rumah sakit memiliki 1 4 4 S-W = 24,8
visi, misi, dan moto
– 10,1 =
sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan 14,7
pelayanan.
1 4 4
2) Sudah ada model
MAKP yang digunakan
yaitu MAKP tim.
3) Mempunyai standar
asuhan keperawatan 1 4 4
4) Terlaksanannya
komunikasi yang
adekuat antara perawat 0,8 3 2,4
dan pasien
5) Perawat sudah mengerti
dan paham terkait 1 4 4
pelaksanaan ronde
keperawatan
6) Ketenagaan 1 4 4
keperawatan sudah
memenuhi syarat untuk
MAKP (DIV)
7) Supervisi :
- Bidkep 1 bulan
sekali 0,8 3 2,4
- Kepala Ruangan 1
bulan sekali
- Leader 1 bula sekali
- Perawat Asosiate 6
kali dalam sebulan
Total 24,8
Weaknes/Kelemahan
1). Pelaksanaan Timbang 0,7 3 2,1
Terima Belum Optimal

2). Sentralisasi Obat tidak 1 4 4


digunakan

3). Penempatan obat high 1 4 4


alert tidak disendirikan

Total 10,1
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan
1). Adanya mahasiswa 0,8 3 2,4 O-T
praktik manajemen
15,9-4,8 =
keperawatan
2). Adanya teguran dari 1 4 4 11,1
kepala ruangan bagi
perawat yang tidak
melakukan tugas dengan
baik
0,8 3 2,4
3). Adanya kebijakan
rumah sakit tentang
pelaksanaan MAKP.
4). Adanya kebijakan
rumah sakit (perawat 0,5 2 1
keperawatan) tentang
timbang terima.
5). Adanya peluang
perawat untuk
1 4 4
meningkatan pendidikan
(mengembangkan
SDM).
6). Kerja sama yang baik
antara perawat dan
0,7 3 2,1
mahasiswa.

Total 15,9
Threathened/Ancaman
1). Adanya tuntutan 0,5 2 1
masyarakat yang
semakin tinggi akan
pelayanan keperawatan
yang lebih profesional.
0,6 2 1,8
2). Makin tinggi kesadaran
masyarakat tentang
kesehatan.
3). Persaingan dengan RS
lain yang semakin ketat. 0,5 2 1
4). Meningkatnya tuntutan
masyarakat tentang
tanggung jawab dan 0,5 2 1
tanggung gugat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan
Total 4,8

M5 (MUTU & PELAYANAN)


No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

4. M5
Internal Faktor (IFAS)
Strength/Kekuatan
1. Kepuasan pasien terhadap 1 4 4 S-W
pelayanan di rumah sakit.
17 - 2 =
2. Tidak terdapat angka
kejadian dekubitus, flebitis, 1 4 4 15
risiko jatuh, injury, infeksi
luka operasi (ILO).
3. Adanya variasi
karakteristik pasien (BPJS, 0,5 2 1
umum, asuransi swasta).
4. Sebagai tempat praktik
mahasiswa keperawatan. 1 4 4
5. Adanya tempat pembagian
1 4 4
sampah medis dan non
medis
Total 17
Weaknes/Kelemahan
1. Belum terdapat label 0,5 2 1
untuk pasien risiko jatuh
2. Masih terdapat beberapa
pasien yang kurang 0,5 2 1
pengetahuan

Total 2
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan O-T
1. Menjadi sarana untuk 1 4 4
praktik mahasiswa
6,4 – 3,1 =
2. Kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa. 0,8 3 2,4 3,3

Total 6,4
Threathened/Ancaman
1. Adanya tuntutan tinggi dari 0,5 2 1
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
bermutu
2. Persaingan antara RS
0,7 3 2,1
dalam memberikan
pelayanan keperawatan.

Total 3,1
Intepretasi Diagram Layang
Dari grafik diatas, didapatkan bahwa hasil perhitungan M1 dan M2 berada
pada kuadran kanan bawah (kuadran II) yang artinya harus tetap mengoptimalkan
kekuatan yang ada.

No Masalah Manajemen M S M NC A Total Prioritas

1 M.1 : 5 3 3 4 2 360 3
- 3 perawat belum ikut
pelatihan APN

2 M.2 2 2 2 5 2 80 4
- Belum tersedia
ruangan Kepala 5 5 5 5 5 3.125 1
Ruangan 5 5 5 5 5 3.125 1
- belum tersedia
ruangan Isolasi 2 2 2 5 2 80 4
- Belum terdapat alat
kesehatan yang
memadai seperti
(dopler)
- alat komunikasi masih
gabung dengan ruangan
Vk

3 M.3 5 5 5 5 5 3.125 1
- Timbang terima belum
efektif 5 5 5 4 5 2500 2
- sentralisasi obat

4 M.5 5 4 5 5 4 2000 2
- Belum terdapat
label untuk pasien
risiko jatuh
- Masih terdapat
beberapa pasien
yang kurang
pengetahuan

Ket:
M: Besarnya Masalah
S: Besarnya Kerugian Yang Ditimbulkan
M: Bisa dipecahkan
NC: Ada Perhatian Dari Perawat Perawatan
PLANNING OF ACTION
NO MASALAH URAIAN TUJUAN SASAR METODE MEDIA DANA WAKTU PJ
KEGIATAN AN
M2 1. Belum terdapat alat Membuat proposal  Untuk  Kepala  Draf - - Dewi Wiratma,
kesehatan diruangan usulan untuk meningkatk ruangan Suprianto,
yang memadai seperti pengadaan alat an dan tim
(tensi kesehatan di ruang pelayanan manajeme Serly dan Indah
meter,timbangan,mesin G2 Gedung Baru diruangan n Rumah Nursyawal
suction) Lt. 2 sakit.

M3 1. Timbang terima belum  Melakukan  Untuk  Perawat Praktek Catatan - Minggu Febriana, Dewi
efektif roleplay tentang meningkatk diruangan Langsung, pasien, kedua Wiratma, Indah
2. Sentralisasi obat an G2
timbang terima.
pengetahua Gedung diskusi buku setiap Nursyawal,
 Sentralisasi Obat n Perawat Baru Lt. 2 dan tanya timbang pergantia Sulastri dan
tentang hal-  Tenaga
hal terkait kesehat jawab terima. n jam Ramlah
timbang an di dinas.
terima ruangan
 Untuk
meningkatk
an
pengelolaan - -
obat dalam
meningkatk
an
keamanan
khususnya
obat yang
perlu
diwaspadai
M5 3. Belum terdapat label  Menyarankan pada Agar dapat  Perawat Diskusi dan Catatan - Disesuaikan Hairunnisa Gobel,
untuk pasien risiko perawat untuk membedaka diruanga tanya jawab denga kasus Adelia Hasan,
jatuh member label pada n antar n G2
4. Masih terdapat pasien yang pasien yang Gedung pasien risiko Rezgina Mahmud,
beberapa pasien yang mengalami risiko megalami Baru Lt. jatuh dan untuk Widyawati S.
kurang pengetahuan jatuh risiko jatuh 2
mengenai penyakit  Memberikan dan pasien  Pasien edukasi Momo dan Irfhan
yang dialami edukasi mengenai parsial care diruanga diberikan
penyakit yang Agar pasien n G2
dialami dapat Gedung setiap pada saat
menjaga Baru Lt. pemberian
kesehatan 2
tubuhnya pelayanan dan
rencana pulang

Anda mungkin juga menyukai