Anda di halaman 1dari 74

Scanned by CamScanner

I e0nI e 0*j*
o
e nnb e 0nan
Intplementasi dnlam Bimbingan Kelontpok Belajar
di Perguruan Tinggi
a
e0nI e an
c
e h0b e anCIn
Intplementasi dalam Bimbtngan Kelompok Belojar
di Perguruan Tinggi

Alizamar

ir! media akademi


Tcort Belaj.t & PeEbelajaraq IePlcEcntasi dalaE BiEbirga! K.lomPoL Belajar di
Pcrguruan Tinggt
oleh Alizamar

Hak Cipta O 2016 pada penulis

i,! nredia akadcmi


Ruko Jambusari 7A Yoryakarta 55283
Telp: o274-889398; O274-a82262: Fa : O274-a89O57;
g-mait, irrt@rneaiaataa.mi.com; web: wwr['.mediaakademi-com

Hak Cipta ditindungi undang-undang. Dlarang memperbalyak atau memindahkan sebagian


atau s;luruh isi bulir it i aatam tr..ttiL apa pun-, secara elektronis maupun mekanis, termasuk
memfotokopi, merekam, atau dengan ielanik perekaman lainnya, tanPa izin tertulis dari
penerbit.

Tajuk Entri Utama: ALj.zamar

Teori Belajar 6 Penibel.ajaran, ImPfemenlasi daLam Bimbingan K€fomPok


Befajar di Perguruan Tinggi/Alizamar
- Edis: Pertana. cet. Ke-1- _ Yogyakarta: Media Akaderd, 2015
xii + 284 hln.; 25 cto.
Bibliografi-: 245 ' 253; lndeLs: 277-263
lsBN . 91A-5O2-14442- 4-'7
E-lSBN : 978 -502-14442-7-a

1- Penbelajaran
2. Teori Belajar
I. Judul 153,1

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku lni
SAMBUTAN
PROE DR. PBAIITNO, M.SC.ED.
Guru Besar llmu Pendidikan Bidang Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri hdang

f Jndang-undang Rl No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


I I Xlasionat secara tegas menvatakan bahwa penclidikan merupakan
V usaha sadar dan terencana unfuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelaiaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untrk mewujudkan tujuan
pendidikan di maksud perlu bagi guru/calon guru atau siapapun juga
memahami makna belajar. Belajar yang dimaksud sa1.a defenisikan sebagai
sebuah usaha individu untuk menguasai sesuatu yang baru, dengan lima
dimensi yakni tlari tidak tahu meniatli tahu, dari titiak bisa meniadi bisa,
dari tidak mau menjadi mau, dari tidak terbiasa meniadi terbiasa dan dari
tidak ikhlas menjadi ikhlas (disingkan dengan dimensi TBMTbI). Kelima
dimersi ini menjadikan pembelajar (siswa/peserta didik) terdorong oleh
pendidik (guru/konselor) untuk mengoptimalkan segala energi pancadaya
(takwa, cipta, rasa, karsa dan karya) agar mampu menjadikan manusiah
yang sesungguhnva dan memiliki prestasi belajar yang setinggi-tingginya,
yang kita sebut sebagai tujuan pendidikan untuk memuliakan kemanusiaan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan dimaksud, guru/calon guru tidak


hanya bisa mengedepankan instrumen pengetahuan berkenaan dengan
bidang studi/ ilmu semata akan tetapi lebihjauhhendaknya dapat memahami
7't Teoi Belniu & Penfuelnjnrnn

konsep-konsep pendidikan yang menyeluruh, yaitunya ilmu pendidikan.


Dengan memahami ilmu pendidikary guru/calon guru diharapkan mampu
mendidik dengan ilmu pendiclikan (pendidikan dengan ilmu pendidikan-
PENDIP), menghindari PENTIP (pendidikan tanPa iknu pendidikan) untuk
mewuiudkan kegiatan dan tujuan pembelajaran dan menghindari akan
muncr-Lnya "kecelakaan clalam pendiclikan (KANDIP)". Pemahaman akan
ilmu pendidikan mencakup akan pemahaman menyeluruh trerkenaan
dengan belajar dan climensi-dirnensi pembelajaran.
Oleh karena itu, saya sangat gembira dengan hadirnva buku yang ber-
judul "Teori Belaiar dan Pembelajaran, Implementasi dalam Bimbingan Ke-
lompok Belaiar di Perguruan Tin ggi" yartg ditulis oleh Bapak Dr. Alizamar,
M. Pd., Kons. Buku ini penting dibaca oleh semua kalangan (telutama guru
dan calon guru, doscn dan calon dosen) karena memuat hakekat belaiar,
ragam moclel pembelajaran, berbagai teori belajar, belaiar clan pembelajaran
di perguruan tinggi, serta pengembangan model bimbingan kelompok be-
lajar mahasisr.r,a di perguruan tinggi. Dengan bahasa yang jelas, lugas dan
mudah dipahami sava merekomendasikan buku ini kepacla semua kalangan
sehingga hrjuan pendidikan nasional vang hendak kita raih dapat kita capai
untuk masa depan Indonesia yang letrih berkarakterm bermartabat, maju
dan sejahtera. Sekali lagi selamat dan sukses untuk kita semua

Prof. Dr. Prayitno, M.ft.Ed.


I{ATA PENGANTAR

J) uku bcrjudul"Teori Belajar dan Pembelajaran. lmplementasi dalam


K Sirr,tittgutt Kelompok Belaiar di PT" dibuat dan disusun untuk
I-l o"-Ur."" yang insn mendalami teori belajar, khususnya tentang
pendekatan kelompok. Buku ini dibuat berdasarkan berbagai bahan
litemtur yang ada dan dari pengalaman mengajar serta hasil riset penulis'
Buku ini membahas tentang model pendekatan kelompok dalam
pengembangan kegiatan belaiar, yaitu tentang Prasyarat penguasaan materi
belajat keterampilan belajar, sarana belaiar, kondisi diri pribadi, serta
lingkungan fisik dan sosio-emosional pebelajar sewaktu belalar.
Dalam perrulisan buku ini penulis membahas berbagai kondisi, mutu
kegiatan belaiar yang; rendah dan mengalami banyak masalah dalam
belajar, serta mutu pelayanan dan pengembangan kegiatan belaiar yang
luga terlihat sangat rendah. Dari kondisi ini dan kalian terhadap
pendekatan kelompok dalam setting pendidikan, penulis mencoba untuk
menyusun model belaiar kelompok. [nplementasi dari model sePerti ini,
dalam banyak kasus terlihat berhasil meningkatkan mutu kegiatan belaiar
dan menururkan ju-rrlah masalah belajar serta meningkatkan prestasi
(mutu) secara signifikan. Model ini iuga dapat digunaLan untuk
bela,y'ar
lembaga-lembaga pendidikan; lembaga pelatihan; training; workshop yang
memerlukan pendekatan kelompok-
I
v t Teori Belajar & Pembelajaran

Dalam buku ini iuga diperlihatkan beberapa model bimbingan


kelompok dan pengembangan kegiatan belajar yang nantinya dapat
dipakai untuk pengembangan mutu kegiatan belaiar dan membantu
mereka dalam mengatasi masalah belajar.

Sebagai penutuP, tentu saia penulis merasabuku ini memerlukan


saran-s.uan perbaikan yang membangun dari semua pihak menerima
dengan serrang hati- Semoga buku ini memenuhi harapan pembaca.

Penulis
DAFTAK ISI

SAMBUI AN: Prof. Dr. Prayitno, M.Sc-Ed.


KATAPENGANTAR vrl
DAFTAR ISI ix
BAB 1 HAKIKAT BELAJAR DAII FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHIT{YA
1.1 Pendahuluan 1

7.2 Ptoses Belajar 4

1.3 Faltor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil


Belaiar: BeberaPa KesimPulan 1i
"1.4 Catatan Seorang Guru/Dosen tentang Pembelajaran
Tanpa Akhir
1.5 Model Pembelaiaran: Beberapa Kesimpulan 27

BAB 2 RAGAM METODE PEMBELAJARAN DI LUAR


PEMBELAJARAN KELOMPOK 31

2.1. Metode Ceramah 36


2.2 Metode TanYa Jawab 39
2.3 Metode Diskusi 43
2.4 Metode Pemberian Tugas rl5
2.5 Metode Demonstrasi 46
I Teori Belnjtr & Penfuelnjnrnn

2.6 Metode Eksperimen l8


2-7 Metode Penemuan IO

2.8 Metode Pemecahan Masalah (Problcn Soh,itrg) 51

BAB 3 BEBERAPA DASAR TEORI PEMBELAJARAN


KELOMPOK DAN SOSIAL 55
3.1 Teori Belajar Behavioral 56
3.2 Beberapa Tokoh Teori Belajar Behaviorisme, Sosial dan
Humanistik UJ
3.3 Teori Behaviorial 94
3.4 Teori Belaiar Sosial 99
3.5 Tokoh Teori Belajar Sosial: Albert Bandura 101

BAB4 IMPLIKASI TEORI BELAJAR KELOMPOK DAN SOSIAL 109


4.1 Pendahuluan 109
1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial 11,1
4.3 Humanisme, Pendidikan, dan Pengembangan diri 777
4.4 Belajar Tindakan (Action lznntirrg) 723
4.5 Implikasi clalam Pembclajaran Koopcratif 725
4.6 Implikasi Kcrja Kelompok (l v"ork Group) dalam bidang
Bimbingan da;r Konseling 1f6
BAB 5 BELAIAR DAN PEMBELAJARAN DI PERGURUAN
TINGGI 155
5.1 Pebelajar dan Kegiatan Belajar 156
5.2 Memperkuat Unsur-Unsur Kegiatan Belajar Pebelajar 167
5.3 Pembelaiaran Kelompok di PT 181

BAB 6 RANCANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK


MAHASISWA 191
6.1, Latar Belakang Model 791
6.2 Model Bimbingan Kelompok 794
6.3 Implementasi Model 198
6.4 PelaksanaPembelajaran 203

BAB 7 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK DI PT 205


T.L Pendekatan Kelompok dan Dinamika Kelompok dalam
Pembelajaran 212
Dtfur lsi ,u

7.2 Pendekatan Kelompok dalam Seffizg Pendidikan 274


7.3 Beberapa Penelitian yang Relevan 234
7.4 Kerangka Pemikiran tentang Belajar Kelompok 236
7.5 Studi tentang Pembelajaran Kelompok di PT 239

DAFTARPUSTAKA 245
GLOSARI E5
LAMPIRAN-LAMPIRAN 259
DAFTAR INDEKS 277

-oo0oo-
Gab 1
TIAI{II{AT BDIITJAK DAN
NAI(TOK-EAIMOK YANG
MEMPENGAKUIIIITYA

1.1 PENDAHULUAN
elajar merupakan kegiatan vang berlangsung dalam interaksi akrif
clengan lingkungan, .Yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap. Guru atau dosen
(obxn'er) dapat mengenali proses belaiar telah terjadi ketika ia melihat
adanya perubahan perilaku dari seseorang setelah ia berinteraksi dengan
lingkungannya. Hasil belalar yang dimaksud oleh guru atau dosen dapat
dilihat dan diukur.
Hal ini berbeda dengan perubahan yang terladi secara maturasi atau
kematangan vang tumbuh dari dalam diri mahasiswa misalnya, tumbulmya
seorang pebelajar meniadi der,r'asa. Tumbuhnya tubuhnva bukan karena
interaksi dengan lingkungarmYa.
Perubahan lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai hasil belaiar
adalah perubahan akibat kelelahan fisik, perubahan akibat penyakit parah,
atau perubahan akibat obat-obatan sePerti doping, serta obat bius dan
sebagainya. Interaksi dalam pembelaiaran dan pendidikan adalah interaksi
yang berlangsung dalam suatu ikatan pembelajaran. Interaksi ini disebut
,uga interaksi pembelajaran. Seseorang atau kelompok orang sebagai
makhluk sosial selalu berinteraksi dengan manusia lain, baik
2 Teori Belnjnr €t Penfuelajnmn

Interaksi pembelajaran mengandung suatu arti adanya kegiatan


interaksi antara tenaga pengajar (guru/dosen) yang melaksanakan tugas
mengajar di satu pihak dengan pebelaiar yang sedang telajar.
Dalam interaksi ini diperlukan suatu proses yaitu saat berlangsung
antara pengaiar yang mampu memberikan rangsangan dan membangkitkan
motivasi serta penguatan (Reinforcenmtt) kepada pebelajar agar dapat
melakukan kegiatan belajar secara optimal. Kegiatan pembelajaran adalah
satu kesatuan interaksi di mana belaiar dan pembelaiaran adalah kegiatan
yarrg teriadi secara bersamaan, namun berbeda. Belajar diartikan sebagai
suatu proses menciptakan pengetahuan baru yang dapat ciilihat dari
perubahan tingkah laku. Seclangkan "pembelajaran" adalah kegiatan
menciptakan suasana dan kondisi yang merangsang serta mengarahkan
kegiatan belaiar pebelajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai clan sikap vang dapat membawa perubahan tingkah laku mauPun
perubahan kesadaran cliri sebagai pribadi. Kegiatan belaiar yang optimal
dapat dimungkinkan dengan menciptakan suasana dan kondisi di mana
pebelajar dapat bersinergi dengan guru/ closen t'lalam rangka rnencapai
tuluan telajar.
Agar kegiatan pembelaiaran lcbih optimal, sebaiknya dalam
pembelajaan digunakan metode dan media yang tePat.
Belajar mempunyai beberapa Inaksud, antara lain berikut ini.
1. Mengetahui dan memahami sesuatu yang sebelurnnya belum pemah
diketahui.
2. Dapat menge{akan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat t{ilakukan-
3. Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan atau lebih ke elalam suatu
pengertian baru.
4. Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Proses pembelajaran akan berlangsung baik jika pengajar mempunyai
dua kompetensi seperti berikut ini.
a) Kompetensi substarsi materi pembelaiaran atau Penguasaan materi
pelaiaran.
b) Kompetensi metodologi pembelajaran
Dalam pembelajaran guru/ dosen di samping menguasai materi
pembelajaran, diharuskan juga menguasai metode pembelaiaran sesuai
kebuhrhan materi aiar yang mengacu pada prinsip paedagogik, yaitu
Hnkikat Belajar tlrl Fnktor-faktor yang Mentyngmhinya

memahami karakteristik siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang


tidak tepat dapat menimbulkan dampak tidak tercapainya tujuan belajar.
Jika penguasaan guru/dosen dalam menggunakan metode tertentu tidak
baik, maka penyampaian materi ajar tidak maksimal.
Proses pembelajaran terus mengalami perkembangan seialan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan clan teknologi. Dalam merespon kemajuan ilmu
dan teknologi tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru/
dosen dan media buku teks belaka. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber
belajar oleh pihak guru/tiosen maupun para a}li pendidikan.
Kegiatan pembelaiaran merupakan interaksi yang terjadi dalam
suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar tujuan, artinya
interaksi l'ang telah direncanakan unfuk suatu tuiuan tertentru untuk
mencapai tujuan ir-rstruksional atau tujuan belajar yang telah dirumuskan
pacla satuan pelajaran.

Agar proses pem bclaiaran berlangsung sesuai dengan tuiuan belajar,


harus clisusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, agar pembelajaran
berlangsung sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada dasarnya
mengaial yang efektif harus mengikuti langkah-langkah yang telah
direncanakan yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Dengan
memahami ini maka pembelajaran dapat berjalan denganbaik sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
Fungsr Guru

Guru
I

Teknik
Perler)gkapar'l
I
Pembelaiar
Kelompok

PenrbelaJar Pernbelajat

Sumber fulateri
Pembelajaran Pembelajaran
Lirrgkuogan
inleraksi

Sumber: Penulis

Gambar 1.1 Kegintan Pentbehjrvan ilan Koiitponen Mininnl di tlalanuyn


l Teori Belnjnr & Penrbelnjnran

Dari uraian singkat di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan pembela-


jaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen yaitu
berikut ini.
1. Pebelajar, vaitu seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima
dan penyimpan isi pelaiaran yang dibutuhkan untuk mencapai tuiuan'
2. Gurty'dosen (teachers,eilucators), yaitu seseorangyangbertindak sebagai
pengelola kegiatan pembelajaran, katalisator kegiatan pembelaiaran
clan peranan lainnva 1'ang memungkinkan berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang efektif '
3. Tujuan (goal), yaitu sasaran perubahan perilaku yang diinginkan teriadi
pada pebelaiar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran' Perubahan
perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik dan
afektif.
l. Isi pelajara n lcontent),yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip clan
konsep yang tliperlukan untuk mencapai tuiuan pembelajaran'
5. Metode (rrre thoil, yaltt cara yang teratur untuk memberikan kesemPatan
pada pebelajar mendapat in{ormasi dari orang lain. di mana informasi
tersebut mereka butuhkan untuk mencapai tujuan pembelaiaran'
6. Media, yaitu bahan pembelajaran dengan atau tanPa Peralatan yang
rligunakan untuk menya;ikan informasi kepada pebelaiar agar mereka
dapat mencapai tujuan pembelaiaran.
7. Evaluasi (feeit baclc, lssessemefitl' yaitu cara tertentu yang digunakan
untuk menilai suatu proses dan hasilnya- Evaluasi dilakukan terhadap
seluruh komponen kegiatan pembelajaran dan sekaligus memberikan
balikan bagi setiap komponen kegiatan pembelaiaran.
Komponen-konrponen kegiatan Pembelaiaran tersebut saling berinter-
aksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan' Kompo-
nen-komponen ini membentuk suatu kesatuan dan merupakan suatu sistern
yang disebut sistem pembelaiaran. Tugas Pengajar sebagai penyelenggara
kegiatan pembelaiaran adalah memikirkan dan mengupayakan terjadinya
interaksi pebelaiar dengan komponen-komponen lain secara optimal agar
kegiatan pembelaiaran efektif.

1,2 PROSES BEUTJAR


Selanjutnya dibahas hal-hal yang yang berlangsung saat teriadinya proses
belaiar, baik secara internal mauPun secara ekstemal' Adanya suatu
Hr*iknt Belnjnr dnn Fnktor-faktor ytng Mentpengtmlinya J

peristiwa di mana keadaan internal pebelajar berubah dari tidak belajar


menjadi belajar yang disebut "kejadian penhng belajar " (eswntu incident\.
Keiadian penting ih: cliawali oleh peristiwa-peristiwa tertentu yang
diikuti oleh peristin a lain vang harus dilakukan sebagai penampilan beLhwa
proses belaiar telah terjadi. Menurut Gagne dalam Es*niinl barning for
. lttstntctiol (1988; a3-57).), rangkaian peristiwa dalam proses pembelajaran
terjadi sembilan fase dan belajar murid terjacli dalam delapan fase. Khusus
untuk pembelalaran dan yang terjadi pada pebelajar delapan fase, adalah
seperti Cambar 1.2.

'r. \t()t t\ \sl


llnhri.. n.lt.rtlirrr
.!rJ lr.r6-r.r t,)
rh. i!l' .c^ 1:.
\, \l!,.\h \\ \ a>- 1;
.--
11 .t,,!n.'r, (r,'
%
1, \-]. I lilkl\ I'l ti .\ \\
l(,.rrtr \tlLhlionl
,' . ll I !rl; \\ i\ +
o
t !ti'\\ lr !1 Il.
,l'r,'\ .1. lraJrlrl r I I 1\F. \\ \ \\ \:i \\

r, l'l li li )li \l \ \( I
tl li.rl l'.rl.r' .rncr,
t crrLrn rrhlrrl ltil(\t I tilll\\l
l.nt RtK \\ rirvtl l\.
lStinul.l.lle(nll
Oi l"iui l,.rrni Sl

i. rrr.RrK I \rl rx )\r \\.


(l'rtit idc I calnir*,--_
l. BI Iit( \\ 1t.\ll.Rt
rl\.\.x: i ir. ( ontrnl,
Keterangan: (diadaptasi oleh penulis dari Gagne).Sumber: http://teachinginthebehavior
alsciences.blogspot.com

Ganbar 1.2 Fns Belnjnr petulnjnr (Ling.dnlant) dnn fn* lnstruksi Mengnjnr
Gtnt (ing. Luar)

1. Motivasi
Umumnya proses belajar terladi pada seseorang jika dia memiliki motivasi
dalam belaiar. Untuk peningkatan belajar, diantara jenis motivasi ihr adalah
ntotiztnsi insentif, yaitu ienis motivasi yang mendorong seseorang untuk
6 Teoi Belnjar €t Penrbelnjarnn

mencapai tujuan karena mendapa&an hadiah oleh pencapaiannya. Dengan


motivasi itu kegiatan-kegiatarurya diarahkan untuk mencapai suatu tujuan-
Banyak jenis motivasi, baik motivasi pada awal pembelajaran dan sebagai
pemusat perhatian pebelaiar untuk memotivasinya belajar, dan dapat juga
di akhir proses pernbelajaran sebagai insentif baik untuk mendapatkan nilai
rnaupun kaitannya dengan penguasanan ketrampilan di clunia nvata, atau
lapangan kerja.
Motivasi insentif ini disebut clalarn beberapa istilah seperti "rnotif
ber prestasi", "dorongan untuk menguasal" , dan "efectnncc" . Jadi rrlotivasi
dihubungkan de ngan pangharupan.
Dengan adanva pe glmrnpnt untuk mendapatkan sesuatu, mendorong
seseorang untuk melakukan hal terbaik yang bisa dilakukannya agar
berhasil. Harapan inilah vang menladikan adanya motivasi untuk berbuat.
Adakalanya seseorang tidak termotivasi untuk menarik suatu keuntungan
vaitu keberhasilan.
Untuk itu harus dilakukan usaha untuk membangkitkan motivasittl'a.
ir,,lotivasi bisa ditumbuhkan oleh pebelajar dengan membangun r-lalam diri
pebelajar tersebut suatu proses vang tiisebut pengharapan (exltectucy) vaitu
suatu antisipasi "hadiah" yang ia peroleh bila ia dapat mencapai tujuan
tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan nengkornuniknsiknn hndinh yang
diperolehnya bila ia berhasil mencapai tujuan yang dimaksud.

2. Pemahaman (Aprehending Phase)


Pebelajar yang sudah termohvasi akan menerima r:rngsangan (stimulus)
yang mernbawanya pada keadaan yang disebut peristir,r,a pentingnya
belajar, 1,aitu melalui perhatian yang diberikan oleh siswa.

Set (perangkat) perhatian mungkin digerakkan oleh rangsangan dalam


waktu relatif sirgkat akan menyiagakan orang untuk menerima bentuk
rangsangan-rangsangan tertentu-
Selanjukrya efek rangsangan terscbut disimpannya dalam ingatan.
Ia harus mengikuti bagian-bagian dari stimulus yang cocok dengan tujuan
belajarnya. Bila ia membaca, ia berusaha untuk memahami bacaarmya,
bila ia mendengar ceramah, ia harus dapat menangkap topik aPa yang
Hnkiknt Belnjar dnu Fnktor-faktor ynng Menryengarulfurla 7

dibicarakan dan sebagainya. Proses perhatian biasanya dipandang sebagai


suatu keadaan internal yang bersifat sementara yang disebut "mental
sets". Begitu terbeniuk, set itu bertindak sebagai salah satu proses kontrol
eksekutif. Pebelajar akan memilih rangsangan yang diterimanya untuk
ditanggapi, tergantung pada hal yang menarik perhatiannya. Tentu tidak
mungkin ia menanggapi hal yang tidak menclapat perhatiannya waktu
diberikan rangsangan.

Mental sets.
Untuk menentukan aspek mana dari rangszrn gan luar itu yang ditanggapi
oleh pebelajar, set itu biasanya adalah pola-pola pikir yang telah ada
setelumnya. Set itu kadang begitu kuat dan tidak dapat dirubah dan tanpa
disadari. Strategi pemecahan masalah vang disebabkan oleh inskuksi atau
pengalaman sebelumnya yang digunakan tanpa kesadaran seseorang, apa
yang kita lihat adalah sebagian fungsi dari apa yang ada eialam pikiran (hal-
hal vang mungkin tir.lak seperti 1'ang kita lihat)

Kendra Cherry Question:/ What ls a Mental Set?


Answer:
When we are sotving problems, we often tend to falt back on sotutions that
have worked in the past. ln many cases, this is a useful approach that attows
us to quickty come up with answers. ln some instances, however, this strategy
can make it difficutt to think of new ways of sotving probtems.
For exampte, let's imagine that your vacuum cleaner has stopped working.
When it has stopped working in the past, a broken bett was the cutprit. Since
past experience has taught you that the bett is a common issue, you reptace
the bett again, but this time the vacuum continues to matfunction. You ask a
friend to come take a look at the vacuum, and he discovers that one of the
hose attachments was not connected, causing the vacuum to lose suction.
Because of your mentat set, you faited to notice a fairty obvious sotution to
the probtem. http: / /psychotogy.about. com/od/mindex/f /mentat-set.htm
8 T'eori Belnjnr €t Penfuelnjarmr

E
/{l3c
14
Keterangan: Anda pasti ntelihat angka dan huruf, pada gambar ini, bagaimana pola vang
Anda lihat, itu adalah diantara nrental set. Sumber: hW:/ / spaz.ca/ aaro
billious/ RCYS/Chapter12.html.

Gambar 1.3 Menlnl Sets

..iika tidak ada perubahan dalam mental set,


perilaku baru sulil dipertahankan. Pcrubahan itu
ditenlukan kecocokan dan keseimbargan

TIPIKAL PERILAXU
MENTAL SET t--> xAmu
XAT,IU
Xecocokan dan
Keseimbangan

PERILAXU BARU
Keterangan: Ntental Set itu kadang begihr kuat dan tidak dapat dirubah. Sumbe.: (diadaptasi
oleh penulis dari: http:./ / spaz.ca)

Gambar 1.4 Pen funlnn Mental Set


S€tting perhatian yang dipakai oleh petrlajar rnenentukan aspek
mana rlari rangsangan luar itu yang ditanggapi. Misalnya, seorang yang
mendengar ceramah di mana dia hanya tertarik pada bagian tertentu dari
ceramah tersebut- Ia hanya memperhatikan misaLrya cerita penceramah -

tentang bagaimana caranya KB untuk perempuan. Dalam menanggapi,


ia hanya merespon terhadap KB perempuan dan tidak memahami dan
memperhatikan bagaimana KB untuk laki-laki.

3. Perolehan (Acquisition Pl:r:,r-l


Begitu situasi eksternal diperhatikan clan ditanggapi, berlangsunglah proses
belajar. Fase perolehan disebut "peristiwa penting belaiar" yaitu saat di mana
Hnkiknt Belajar dnn Fnktor-fiktor ynng Menryengnnlinyn 9

beberapa kesatuan pengetahuan vang baru terbentuk dimasukkan dalam


ingatan jangka paniang (long tern nu:mory). Namun ada juga fase ini yang
masuk pada ingatan jangka pendek (s/rori tenrt nrcnrory). Apa yang disimpan
dalam memory biasanva tidak persis sama dengan apa yang didengar atau
dilihat, bisanya ditambah atau dikurangi, bahkan adakalanya sama sekali
tidak seperti apa yang ciiberikan pada pebelajar yang belaiar.

Rehearsal

Attention Enc oding.l


lncoming
SENSORI WOORKIN LONG TERM
lnfo MEMORY MEMORY MEMORY
I
Retreoval i
I

r
lnfo not Forgetting Lupa
attended to (lupa)
Sumber: (diadaptasi oleh penulis dari: lrttp://aaboori.rtshdiau.ac.)

Gambar 1.5 lngatnn jongkr pnnjnng (long tenr nwnory) dnn jnngkn perulek
(shofi term ,nernory).

"Ketika Ando mencoba untuk menguboh periloku Ando, opakoh Ando


menemukan bahwo Anda tergetincir kembali ke kebiosoan [amo yang sering
dilokukon? Apokoh Ando merasa sulit untuk beruboh, meskipun Anda mulai
dengon tekad yang besor? lnilah yong sedang terjodi. Tindokan Anda (periloku)
dan set mentol Ando mencori keseimbongan dan keseloroson (Congruence
& Batonce). lni odoloh dua ospek dari hal yang sama, set mentol Ando itu
adoloh bagion dolom cora melihot dan repertoor periloku yong menjadi
tompilan luor- Untuk menguboh perilaku dopat menyebobkon stres jiko
tidak oda keseimbangon (bolance). Stres dihasilkan soot menguboh perilaku
yong lazim dilakukan. Ada dorongan otomotis untuk mengembolikon sistem
kedalam keseimbongon don keselarosan, dengon kemboli ke perilaku yong
sesuai dengon citro diri, di mentalset Anda."

http: / I spaz.ca / aaron / billious/ RCY,/ ChopterlZ.htmt


10 Teori Belnjtr €t Penfuelnjarnn

Dalam hal ini proses penyandian (pengkoelean) adalah proses merubah isi
pesan yang diterima menjadi bentuk koc{e vang mudah untuk disimpan-
Proses penyandian/pengkodean clapat clipengaruhi dari luar clan dari
dalam diri sendiri. Dari luar berdasarkan informasi yang diberikan yang
ada kaitannya dengan hal yang clibicarakan, sedang dari dalam berdasarkan
skt'ma yang telah ada dalam memori sesqorallg-

4. Pengingatan (Retention Phasel


Sesuatu yang tlipelaiari setelah memasuki fase pengkodean, akan memasuki
gutlang ingatan jangka panjang (long term nenrory). Dalam fase ini kemung-
kinan teriadinya pencampuran koele-kode yang masuk bisa te{adi. Artinya
pengkotlean vang masuk lebih dahulu terpengaruh dengan kode vang ma-
suk belakangan, rlan waktu di rccnII (dipanggil) kembali, kode yang masuk
pertama sudah tidak murni lagi, atau sudah hilang (terlupa) karena ban-
vaknya informasi lain yang masuk atau karena telah terlalu lama tersimpan'
Biasanva hal sepcrti ini bisa timbul kembali karena suatu sebab.

Scbagai contoh: umurnnya ibu-ibu yang hanril, lupa bagaimana


susahnva melahirkan, clan e{ia ticlak cemas saat hamil lagi. Tetapi bagi se-
seorang ibu yang baru melahirkan dan mengalami Peristiwa yar-rg mengeri-
kan menyebabkan dia sering dilanda ketakutan saat harnil lagi' Demikian
masa kecil, pe-
iuga dengan seorang pebelajar yang mengalami trauma pada
belajar tersebut sering dilanda ketakutan yang tidak dimengerti. Suatu saat
kejadian yang hampir sama atau kejadian mengerikan lain dialami pebelajar
tersebut, akibatnya ia ingat kembali keiadian mengerikan yang pemah di-
alaminya.

5. Ingatan (Recall Phase)


Fase ingatan yaitu saat yang dipelajari itu dapat ditamptlkan @erfornnnce\' -
Fase ini disebut pengungkapan kembali (retriet'd)- Biasanya diperlukan
rangsangan dari luar agar dapat memudahkan terjadinya Proses Pengung-
kapan kembali hal-hal yang telah dipelaiari. Untuk pebelajar cerdas, biasa-
nya ia tlapat membuat stirnulus sendili tlan tidak dipellukan bantuan dalam
memberikan rangsangan dad luar.
H&iknt Belnjar dnn Faktor-fnktor ytng Menrpengan inyn 11

Persistence
Memori jangka panjang
6
(!
O)

I Memori jangka pendek


=O)

o.,
J Sensory Memory
ti !illl Reherseal

Waktu
Ketemngan: dengan kemungkinan teiadinva pencampuran kode.kotie vang rnasuk bisa
teiadi. Artinya pengkodean vang masuk lebih dahulu terpengaruh dengan
kcde yang masuk belakar:gan Sunber: (diadapta:i oleh penulis dari: http://
nextbigfuture,com)

Gambar 1.5 Pen giugntnn dnn lerul nrtnori


POHON MEMORI MANUSIA

Sensori Memori Memori


memori jangka pendek jangka panjang

Membri
r
I I
Eksplisit
I

lmplisit
musik memofl memori
I I

Deklaratif Memori
memori prosedural
I

I I

Episodik Semantik
Keterangan: Pohon ingatan manusia vaitu perubahan yang dipela.iari itu diingat dan dapat
ditampilkan dalam bentuk perfonnansi misalnya penguasaan bahasa. Pebelaiar
dapat mengukur sejauh mala dia telah belajar dengan mencoba nengingat
kembali konsep-konsep yang telah dipelaiarinya. Sunrber: (diadaptasi oleh
penulis dari: =http://wvr-r'. nemorise.org)

Gambar 1-7 Poltot lugntnn Mnrusia


12 Teoi Bebjnr €t Penfuehjnrnn

Dalam mempelajari konsep-konsep, pebelajar dapat mengukur sejauh


mana dia telah belaiar dengan mencoba mengingat kembali konsep-konsep
yang telah clipelaiarinya. Kalau ternvata mereka gagal menampilkan kembali
konsep yang telah clisimpan dalam memory, berarti informasi tersebuttplum
masuk ke lottgterm nennry. Hal ini mungkin tlisebabkan karena kegagalan
e-lalam pengkoc{ean atau perlu proses pengingatan vang lebih baik lagi agar
semua informasi yang telah clidapat melalui fase perolehan daPat terkidm
ke lottgternutl.r ory.

5. Generalisasi
Apa yang dipelalari ditampilkan kembali tidak selalu dalam situasi yang
sama atau dalam konteks vang sama dengan yang teriadi pada saat kegiatan
belajar teriacli. Karena itu harus teriacli penggeneralisasian. Pebelajar harus
dapat mengaplikasikan hasil belaiar dalam konteks baru yang berbeda' Hal
ini disebut Tmrrsf r of learuing atau disingkat transfer'

7. Penampilan lPerfornnnrc Plurstl


Dalam fase ini pembangkit resPon nlengorganisasi respon-respon pebelajar
clan mendorongnva untuk memPerlihatkan pcnampilan yang mencerminkan
hasil belajalnya. Walaupun si pebelaiar dalam beberapa hal mungkin
beranggapan bahwa ia belajar.
Penampilan nyata merupakan cara terbaik baginya untuk rneyakinkan
dirinva bahwa proses belaiar telah teriatli. Dengan cara ini ia daPat mengeta-
hui apakah proses belajar telah teriadi sesuai tuiuan atau belum'

8. Umpan Balik (Eeeilback Phase)


Pada saat pebelajar memperlihatkan penampilan baru sebagai hasil belajar'
'
ia mengetahui bahwa tujuan yang dicanangkan telah ia peroleh' Umpan
balik informasi inilah yang oleh banyak ahli dianggap sebagai inti dari proses
belaiar yang ,Tisebut Reinforcerrrenl. Proses ini sangat penting dalam tingkah
laku manusia karena pengharapan yang dibangun selama fase motivasional
ditutup dengan umpan balik yang mengukuhkan haraPan tersebut'
Hnkikat Belajar dnn Fnktor-fnktor ynng Menryengtnhirnln 13

PETA XONSEP TRANSFER PENGAJARAN (TEACHING)

Perspektif Filsafat
l(onsruktifisme Kogflitivisme Behaviorisme

.t
Desain lntruksional dan Pengembangannya
lsii Task . Struktur / Atsitektur , Mode Penyampaian

Konteks Sosial. Budaya


Abstraksi
LEARNER lmplernentasi Pengerjaan
Kemampuan
lnteraksi
Motivasi Proses
Gaya Belajar
PasifAktif
Transfer
t
A.l Asirxlhsr PernyataaniPenyembunyian
Alomodasi
Lo.r:HighlRead

Tipe Transfer
A.l. SedikiLbanyak,khas,umum I

Hasil/ Pembelajaran I Perilaku

Keterangan: Pebelaiar harus dapat mengaplikasikan hasil belaiar dalam konteks baru 1ang
berbeda. Hal ini disebut Transfer of learning, Model konsep transfer of learning.
Sumber: (diadaptasi oleh penulis dari: dari Gr,|'l neth's PhD -\dventure: http:.//
phdadventure.webs-com)

Gambar 1.8 Gerr ernlisnsi: Trnnsfer of lenming

1.3 FAKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN


HASIT BELAJAR: BEBERAPA KESIMPULAN
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belaiar, baik faktor yang
berasal dalam diri pebelajar atau faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut
antara lain kemampuan siswa, motivasi, perhatian, persepsi yang merupakan
karakteristik dari siswa. Selain itu dalam memproses informasi faktor yang
17 Teoi Belnjnr I Penfuelnjtrnn

mempengaruhi adalah ingatan, lupa, retensi dan kansfer serta faktor tliluar
diri pebelaiar yaitu kondisi belaiar, tuiuan belaiar dan pemberian umpan
bahk (fted back). (Soekamto:192). Semua faktor di atas akan dibahas secara
ringkas.

Deborah A. Mcllrath dan William G. Huitt datam "The Teaching-Learning


Process: Pembahasan Modet"

Duo pertotryoon utamo dibohas dalom psikotogi pendidikan: (1) "l engapo
beberopa siswo mempelojori don memerlukon pengetohuan don keterompilon
yang diojorkan di sekoloh, sementora yang lainnyo tidok?" (PertonYoan
kriterio'perbedaon-evaluasi) don (2) "tAengopo beberapa siswa beloior
lebih dori siswa loin?" (Pertonyoan evaluosi norma-referenced.) Soyongnya,
kemungkinan jowaban atos pertonyoon-Pertonyoan ini songat luos dan
melebar. Serinqkoti temuon penelitian dan teori-teori belojor mengaiar
tompoknyo bertentongan satu soma loin. Apokah yong dimoksud yong horus
ditokukon pendidik?
sumber: http: // www.edpsycinteroctive- org/ papers/ modeltch.htmt

1. Kemampuan Siswa
Kemampuan setiap individu tidak sama. Hal ini perlu diperhatikan
oleh guru, karena keberhasilan suatu Pembelaiaran dipengaruhi oleh
kemarnpuan awal siswa. Jika kemampuan awal pebelaiar rendah, sedang
pengajar memberikan pelajaran yang tingkat kesulitannya tidak sesuai
dengan kemampuan awal siswa, ada kemungkinan pebelajar yang diajar
hanya bingung, tidak memahami aPa yang diberikan pengaiar atau belum.
siap untuk menerima pelaiaran tersebut. Sebaliknya bila kemampuan
awal pebelajar cukup tinggi, sedang pengaiar memberikan pelajaran yang
terlalu rendah tingkat kesulilannya, atau mateli itu telah diketahui siswa,
juga tidak ada artinya. Pebelajar akan bosan karena materi yang diberikan
sudah mereka ketahui atau terlalu muclah bagi siswa. Karena itulah dalam
memberikan pelajaran, pengajar harus mengetahui kemampuan awal siswa.
Hal ini bisa diketahui dengan pemtrerian tes awal, atau dengan melontarkan
pertanyaan-pertanyaan selama pelajaran diberikan.
Hnkiknt Belnjar dan Fnktor-fnktor yang Mentpenganltinyn 15

Selain kemampuan ar,r'al siswa, kondisi fuik pebelajar juga


mempengaruhi hasil belajar siswa. Pebelajar yang berada dalam keadaan
lemah misalnya karena sakit atau lelah akan mengalami kesulitan untuk
konsentrasi belajar. Hal ini juga mempengaruhi proses belajar sela.njutnya.

Faktor kemampuan awal vang juga trerpengaruh terhadap hasil belajar


adalah bakat yang dirniliki siswa. Misalnya seseor:rng yang berbakat seni
r'lan musik, akan lebih mudah rnemahami dan lebih terampil memainkan
alat musik clibandingkan pebelajar yang tidak berbakat.

2. Motivasi

Hasil Gaya bela.iat


Seluruh hasil belaiar
lndividualSiswa
Siswa di sekclah

@ Kom'Jnilas Sekolah:
kaitamya dg.siswa.
ketuarga dan personil
Variabel yg. Ois.bab
sekolalr
kao keluaqa dan sasw

Faktor kognitif Perilalu Struktur keluarga Status sosial


rneta kognitif Neluarga ekonomi
dan perilaku keluarga

Keterangan: Faktor-faktor yang mempengamhi hasil belajar mahasiswa, terutama faktor


keluarga, status ekonomi, studenl cognitif, meta kognitif, faktorsikap, tindakan
keluarga. komunitas sekolah, dan keterkaitan diantara satu dengin lairrya.
Surnber: (diadaptasi olch penulis dari: Kihlstrom, John F. (2011
),,H-ow Studens
I-eam, and How lVe Can Help Them,, http://socrates.berkeleledu/

Gambar 1.9 Fnktor-Fnktor Ymg Menryengan ri Hnsil Belnju Mnlnsistoa

Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk


bertingkah laku kearah suatu tuiuan tertentu. Motivasi lcbih dekit pacla
"mau" melaksanakan tugas untuk mencapai tuiuan. Motivasi juga meru_
16 Teoi Belnjar I Penthelnjnrnn

pakan kekuatan baik dari dalam maupun clari luar diri seseorang yang men-
dorongnva untuk mencapai suatu tu,uan yang telah ditetapkan. Adanya
motivasi belajar pebelajar dapat diobseruasi dengan melihat tingkah laku
siswa. Pebelajar vang termotivasi akan memperlihatkan minat, mempunvai
perhatian dan ingin lrerpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Di sam-
ping itu pebelajar yang termotivasi akan bekerja keras serta menyediakan
vvaktu dalam tugas tersebut sampai tugas selesai.
Hamzah (2007:23) mengklasifikasikan indikator motivasi belajar
sebagai berikut: (1) aclanya hasrat clan keinginan berhasil, (2) aclanya
dorongan dan kebutuhan dalam belaiar, (3) ada nya harapan dan cita-cita
masa clepan, (1) adanya penghargaan tlalam belaiar, (5) aclanya kegiatan
vang menarik clalam belajar, (6) adanva lingkungan belaiar vang kondusif.
Peran motivasi dalam kegiatan pembelajaran menurut Hamzah
(2007:27-28) adalah menentukan hal-hal vang clapat dijadikan penguat
belajar, memperjelas tujuan belaiar yaflg hendak dicapai yang cli.liubungkan
clengan kebermaknaan tuiuan belajar, menentukan ragarn kenclali terhadap
rangsangan belaiar ketekunan belajar.
Berdasarkan sumbernya motivasi dibedakan atas motivasi intrinsik
jika sumbernya c{atang dari dalam diri siswa, serta motivasi ekstrinsik bila
sumber adalah lingkungan. Motivasi intrinsik Iebih menguntungkan, sebab
bertahan lebih lama. Pebelaiar atas kesadarannya sendiri ingin belajar karena
adanya sesuatu yang mendorongnya. Hal ini terkait dengan indikator 1, 2
dan 3 dari klasifikasi indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh
Hamzah. Mengenai penyebab dorongan dari dalam ini, ada beberapa teori
motivasi, sebagai berikut ini.
a. Teori Nfotivasi Berprestasi
Seseorang termotivasi bekerja karena adanya kebutuhan untuk ber- -

prestasi. Motivasi ini dapat berupa keinginan agar dapat menyelesaikan


tugas dengan baik, atau adanya persepsi tentang nilai tugas tersebut,
atau adanya kebutuhan untuk berhasil dengan sukses, McClelland
menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi. Motivasi berprestasi
ini disebut "Nee d of Achiettentent (N-ach)".
Orang dibedakan atas yang merniliki n-ach tinggi atau n-ach
rendah. Orang yang memiliki N-ach tinggi selalu tertantang untuk
menyelesaikan tugas dengan berhasil. Mereka belpendapat, dengan
Hakikat Belnjnr rlnn Fnktor-fnktor yang Mempengtntltintln 1.7

selesainya tugas, maka mereka akan dihargai orang lain- Karena itu
biasanya mereka menolak mengerjakan tugas yang terlalu sulit bila ia
merasa tidak akan d-apatmenyelesaikan tugas tersebut, karena kegagalan
menyelesaikan tugas akan meniatuhkan harga dirinya dihadapan orang
lain.
Sebalikn),a mereka iuga tidak mau mengerjakan tugas yang terlalu
mudah, karena tidak menantang. Bila suatu tugas dapat diselesaikan,
ia terdorong untuk mencoba tugas yang lebih sulit. Sebaliknya orang
dengan N-ach yang rendah tidak memilih tugas. Ia menerima tugas
vang mudah atau sulit. Bila ia gagal menyelesaikan tugas hdak
mempengaruhinya, karcna telah menduganya.
b. Teorj Motivasi Kornpetensi
N{enurut teori ini setiap manusia mempunyai keinginan untuk
menuniukkan kornpetensi dengan menaklukkan lingk,:ngannya.
I\4otivasi belajar pada pebelajar merupakan dorongan internal ke tingkah
laku vang membawanya kearah kemampuan dan penguas.lan. pengajar
dapat meningkatkan motivasi ini dengan menerapkan penclekatan
internal dengan jalan memberi kesempatan kepada pebelajar untuk
mengenal diri sendiri, apa kelebihan dan kekurangannl,a. Di samping
itu tingkat kesukaran tugas pebelajar juga disesuaikan dengan
kemampuannya- Jur,g- memberikan tugas yang tidak mungkin dapat
diselesaikan siswa. Kalau dapat sesuaikan tugas pebelajar dengan
rninatnya, agar pebelajar lebih tertarik mengerjakannya. Suatu cara yang
beium banyak dilakukan pengajar adalah dengan membuat kontrak
keria antara pebelajar dengan guru.
c. Teori Motivasi Kebutuhan Maslow
I\4aslow menyuflrn teori kebutuhan manusia yang bersilat hierarkhis.
Hierarkhis itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang
telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin untuk
memenuhi kebutuhan tingkat selanjutnya dari hierarkhis yang lebih
tinggi. Tingkat kebutuhan Maslow ini digambarkan berupa kerucut
yang rnakin meruncing keatas. Kebutuhar-r fisiologis merupakan
kebutuhan yang terkuat dan kebutuhan pertama yang harus dipenuhi
sebelum seseorang dapat memenuhi kebutuhan kedua dan seterusnya.
78 Teori Belnjtr €s Penfuelnjnrnn

tlieraraht oi
Ne€ds
( 199r'5
eight-st ge
modcl basd
on Maslow]

Sunrber: (diadaptasi oleh penulis dari: httP://4.bP.blogsPot.cort/)

Ganrbar 1.10 Hle tnrkli Kebut wr Mnslott'

Kebutuhan harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, yaitu


ini
kebutuhan makanan, udara untuk bernafas, selaniutnya meningkat ke
pakaian dan perumahan. Setelah kebutuhan pertama terpenuhi, barulah
seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan berikutnya, demikian
seterusnya. Pemenuhan kebutuhan pengembangan tergantung pada
diri sendiri. Untuk bergerak naik dari kebutuhan di bawah harus
clilakukan selangkah demi selangkah. Tapi penurunan dapat teriadi
dengan cepat. Misalnya seseorang yang telah mencapai kebutuhan
tingkat tinggi seperti kebutuhan berprestasi, tiba-tiba dapat kehilangan
motifnya untuk melakukan sesuatu bila kebutuhan untuk dicintai atad
diakui kelompoknya tidak terpenuhi- Misalnya karena putus hubungan
dengan kekasihnya. Penurunan iri tidak turun satu jeniang, tapi bisa
beberapa jenjang sekaliSus.

3. Perhatian
Soekamto (1992) mengutip Worell & Stilwell (1981) mendefinisikan sebagai
intensitas stimulus, keragaman stimulus, warna, gerak dan cara penyaiian
stimulus.
Htrkiktt Belnju dnn Faktor-fnktor ynng Mempengnnlinya 19

4. Persepsi
Persepsi dapat dikatakan merupakan suatu pendapat/ pemahaman
seseorang terhadap sesuatu setelah mengamati/ mempelajari sesuatu.
Pebelajar harus diajar untuk mempunyai persepsi seakurat mungkin
mengenai apa yang disaiikan guru. Kesalahan persepsi sering terjacii karena
pengajar memberikan materi terlalu banyak pada kunrn waktu tertentu
sedangkan faktor kelelahan mempengaruhi minat belajar. Cara penyajian
perrgajar juga dapat mempengaruhi persepsi pebelajar terhaciap materi
vang dipelajari. Cara pandang yang berbeda menyebabkan skema yang
dibentuk pebelaiar berbeda. Sekali pebelajar mempunyai persepsi vang
salah mengenai apa yang diajarkan akan sulit untuk mengubah p".sepri
tersebut. Persepsi akan semakin mantap dengan adan;ra pengalaman. Untuk
member.rtuk persepsi vang akurat menger-rai stimuli yang diterima, perlunl,a
latihan-latihan dalam situasi vang berbeda.

5. Ingatan
Ingatat-r adalah suatu sistem aktif yanr menerima, rnisalnva menvimpan rlan
mcngeluarkan kembali informasi vang diterima seseorang. Ingatan terdiri
dari tiga tdhap _vaiLu beriLut ini.
1. Ingatan sensorik yang menyimpan apa yang dilihat dan didengar.
Penyimpanan informasi daiam ingatan sensorik hanva berlangsun-g
sebentar. Informasi yang penting tliteruskan ke ingatan jangka pendek
(short-term rcnnry), seciang inforn-rasi yang dianggap tidak relevan
langsung dibuang.
2- Ingatan jangka pendek (slnrt-turn nennry). Apa yang diteruskan oleh
ingatan sensorik ciiteruskan ke ingatan jangka penclek setelah disaring
dairulu. Seleksi ini terganhmg pada perhatian pebelajar terhaclap
stimulus yang datang. lngatan ;'angka pendek ini haaya merupakan
gudang sementara dengan kapasitas yang terbatas. Informasi yang
masuk harus dikelompokkan untuk memudah-kan mengingat,
selanjutnva dilakukan pengulangan agar informasi dapat diteruskan ke
ingatan jangka panjang.
3. Ingatan ;'angka panjang (iong-term memory) merupakan sesuatu yang
relatif permane4 terdiri dari informasi-informasi yang diteruskan oleh
short-term memory. Informasi ini terlebih dahulu dibandingkan clengan
hformasi yang masuk terdahulu- Bila informasi ini sama dengan yang
20 Teori Belnjar €t Pentbelnjarnn

telah ada, akan mempermudah penyimpanan. Penyimpanan informasi


dalam long term memorv biasanya dalam bentuk "arti"' Hal ini
c{ilakukan dengan memodifikasi infcrmasi agar mudah diingat. Karena
itu yang tersimpan dalam long-term memory biasanva informasi yang
telah di modifikasi ini, bukan in{ormasi yang asli.

6. Lupa
Dalam ingatan iangka paniang. Lupa biasanya te{adi akibat kegagalan
mengirim informasi dari ingatan jangka pendek ke dalam ingatan jangka
paniang, sebab kurangnya penguiangan atau gagai dalam memberi arti'
Kemungkinan lain adalah karena materi tersebut tidak benar-benar
dikuasai. Adakalanya lupa terjadi karena pengulangan yang kurang, atau
telah terlalu lama tidak cliulang. Kemungkinan lain- adalah karena ingatan
telah aus dimakan waktu, vaitu pada orang tua. Penvebab lain dari lupa
aclalah adanya gangguan yang disebut hambatan proaktif atau hambatan
rehoaktif. Hambatan proaktif adalah bila bahan yang ciipelajari c{i masa
la1u menghambat ingatan terhadap bahan yang dipelaiari sesudahnva, atau
pembelajaran vang lalu lebih bermakna. Sedang hambatan retroaktif adalah
iika bahan vang baru dipelajari menghambat ingatan kembali kepada
apa yang telah dipelaiari cli masa lalu atau pernbelaiaran yang baru iebih
bermakna.

7. Retensi
Retensi adaiah jumlah inlormasi yang masih dapat diingat kembali setelah
seseorang mempelajari sesuatu. Selang beberapa waktu setelah mempelajari
sesuatu, apa yang dipelaiarinya akan banyak dilupakannya, dan apa yang
ciiingat berkurang jumlahnya. Penurunan apa vang diingat ini banyak pada
awalnya, selaniutnya akan berkurang lebih lambat. Ivlateri-rnateri yang
bermakna iebih mudah diingat dibandingkan dengan materi yang tidak
berarti. Dernikian juga benda yang konkret mudah diingat' Over learning
(belajar melebihi kapasitas) akan meningkatkan retensi- Karena itu untuk
materi-materi yang sulit, pengaiar harus memberikan wakt'l tambahan agar
pemahaman pebelaiar lebih baik. Untuk meningkatkan retensi, penggunaan
organisasi materi yang
,embatan keledai (mnemonic) dapat meningkatkan
dipelaiari.
Hakiknt Belajnr dnn Faktor-fnktor ynng MenryengnnLlinyt
21

8. Transfer
Transfer merupakan suatu proses di mana sesuatu yang telah dipelajari
dapat mempengaruhi proses mempelaiari yang baru. Transfer dapat berupa
transfer positif yaitu bila pengalaman yang lalu mempermudah mempelajari
yang baru. Sedang Transfer negatif adalah bila pengalaman yang lalu
mempersulit orang dalarn mempelajari yang baru.
Transfer dapat diklassifikasikan dalam berikut ini.
1. Transfer horizontal, ialah bila pengetahuan,/ keterampilan yang dipela-
I'ari dapat dialihkan ke proses mempelajari materi vang setingkat atau se
kategori.
2. Transfer verhkal jika pemahaman tentang apa yang dipelaiari dapat
dipakai untuk memeca}kan masalah-masalah yang lebih sulit atau yang
berada di jenjang pendidikan lebih tinggi.

9. Kondisi Belajar
Ini merupakan faktor iuar cliri pebelajar yang mempengaruhi proses telaiar.
Konclisi belajar ini dapat dibeciakan atas kondisi internal yaitu yang berada
r'lalar. iliri pebelajar yaitu kesiapar; kemampuarl. pengetahuan kemampuan-
awal, tingkat r.-rotivasi dan aspirasi sisr,r,a- Sedang kondisi eksternal adalah
segala sesuatu yang berada di luar diri siswa. Tugas perrgajar adalah
memanipulasi faktor eksternal ini agar proses belaiar pebelajar lebih lancar.

10. Tujuan Belajar


Tujuan belajar sangat pentin& sebab semua komponen lainnya dipersiapkan
seperti pemilihan materi, kegiatan yang harus dilaku_kan oleh pengajar
dan siswa, pemilihan sumber beiajar yang akan dipakai serta penyusunan
tes semuanya tergantung pada tujuan belaiar. Ada dua pendapat yang
kontroversi dalam penyampaian tujuan belajar. Kelompok pertama
menyaraakan agar tujuan belajar dinyatakan secara rinci pada siswa, sedang
vang lain berpendapat tujuan umum saja yang disampaikan pada siswa.
Alasamya adalah bila tujuan khusus diberikan, maka pebelajar hanya
mengarahkan belajar pada indikator tertentu, akibatnya hasil belajar tidak
optimal. Hal lain yang tidak tersurat dalam tujuan belajar tidak dipelajari
siswa.
22 Teoi Behinr €s Pentbehjnrnn

Bruner cialam bukunya lJre Process of Educntiort menyatakan penting-


nva struktur merupakan kunci dari filsafat pendidikan.
Bahkan menurut peserta tliskusi yang diaclalah oleh Bruner meru-
pakan jantung dari proses pendidikan. Pacla buku T'lu Ptocess of ELlucntiort
diielaskan bahwa bila kita menyorot struktur sebuah mata pelaiaran, akan
memungkinkan kita untuk menghubungkar-r berbagai hal yang kelihatan-
nlra ticlak berkaitan. Misalnya, bila seseorang memahami struktur konsep
tropisme dalam Biologi, maka ia dapat menyadari berbagai fenomena alam
lairurya. Bila kita belaiar sesuatu, maka ini akan memungkinkan kita belajar
suatu yang serupa pada kesempatan (waktu) vang lain dengan mudah. Ahli
psikologi n'renamakarn ini sebagai transfer of trn ing. Bahkan, kita ticlak han-
va mudah mempelajari obyek yang sama, tetapi clapat mengembangkann.va
pacla situasi yang berbeda. ienis ini disebut sel.ragai bentuk kedua dari trans-
fer vaitu h'nnsfer ofpinciples. Belajar clengan transfer ini ternvata merupakan
cara yang sangat penting dalam proses belajar, baik clalam mengembailgkan
maupun untuk memperdalam pengctahuan. Para pebelajar belajar clalam
situasi sekolah, tlapat melakukan sesuatu pada situasi Yang nvata.
Ir{empelajari sebuah subyek (mata pelaiaran) dimulai dengan mema-
hami konsep yang umum dan luas dalam bentuk strukhlr vang utuh' Hal
ini dapat disimpulkan dalarn bentuk definisi dan aplikasinya dalam bentuk
yang lebih rinci. Struktur yang lengkap dan rinciannya disusun oleh para
pakar sains yang pada gilirannya digunakan cleh alrli pendidikan dalam
menvusun program pembelajaran. Kesimpulan dari bagran ini adalah, kuri-
kulum untuk sebuah subyek harls memperhitungkan pemahaman men-
dasar vang dicapai melalui prinsip-prinsip yang menggambarkan strukhrr
dari subyek. Mengajarkan sebuah topik tanpa konteks yang ielas posisinya
dalam bidang keilmuan membuat toPik tersebut suiit dipahami. tidak men-
'
arik clan mudah dilupakan. Pengorganisasian fakta dalam kaitan dengan ide
& prinsip diprediksi merupakan satu-sat'flya cara untuk mengurangi cepat
hilangnya memcri manusia.
Brunner menulis tentang kurikulum spiral: Jika seseorang peduli
dengan cara berpikir pebelaiar yang sedang berkernbang, seseorang berbaik
hati untuk menteriema}kan materi sesuai dengan pola pikir pebelaiar
serta membantu pebelajar untuk memahami materi, sangat mungkin bagi
pebelajar unhrk mengenal ide-ide sedini mungkin. Bab ini memperkenalkan
Hnkiknt Beltjnr dnn Fnktor-fnktor ynng Menryenganlintln :)

doktrin kurikulum spiral, bahwa semua topik dalam beberapa format harus
mengenalinya pada usia dini, dan cliberikan kembali untuk ditingkatkan
sesuai dengan perkembangan siswa.

Berpikir intuitif dapat dilakukan pada berbagai bidang studi. lvlem-


pelajari matematika dan fisika sangat membantu seseorang berpikir intuitif
dalam bidang sains. Ketertarikan pacla materi pelaiaran merupakan stimulus
yang paling baik untuk belaiar clibanclingkan dengan faktor-faktor eksternal
lainnya.
Pada tahap awal motivasi pebelaiar sangat bervariasi dan merupakan
gabungan dari clorongan orang tua dan pengajar serta perasaan unfuk
memperoleh capaian hasil belaiar.
Tugas sekolah adalah bagaimana membuat proses belajar meniadi
menarik. pengaiar tidak han1,a memikirkan apa yang akan diajar, tapi
bagaima cara mengaiar dan bagaimana agar pebelaiar tertarik belatar. Iklim
sekolah dibangun agar menvenangkan sisn'a-sisr.r,a. Pada tingkat laniut,
motir.asi belaiar ilitingkatkan melalui program vang kompetitif. Ir{isaln1,a,
materi apa vang menantailg bagi pcbelajar 1'ang pandai tanpa mengurangi
kepercayaannva, dan iuga clapat mcmbelaiarkan pebelaiar vang tidak
pandai.

Referensi dan buku pelajaran harus dikembangkan dalam program


pembelajaran. Jika media belaiar dikembangkan maka pengaiar berperan
sebagai komunikator dan model pembelajaran. Oleh karena itu harus
memahami betul tentang mate(i ilmu, media dan cara penyampaiann,r,a.
Ada tiga kelompok ilmu seperti sain, psikologi dan edukasi yang dapat
memberikan masukan tentang media belaiar. Pengulangan tlan penekanan
memang diperlukan dalam proses belajar, misalnya Brunner menjelaskan
cerita yang menarik tentang seorang profesor yang mengajar Quantum
Mekanik; "Saya mengajar sekali dan melihat kelas penuh dengan wa1'ah
kosong; mereka sama sekali tidak mengerti. Saya mengajar untuk kedua
kali; dan mereka masih tidak mengerti. Jadi saya ulangi untuk ke tiga kali,
dan waktu itu mereka baru mengerti.
Pemahaman pengajar terhadap muridnya meniadiinti dari komunikasi.
Proses pembelajaran, bagaimana baikpun dipersiapkan, tanpa pemahaman
yang ielas dari pengajar akan menghasilkan hasil pemahaman yang rendah.
21 Teori Behjar I Penrbelnjtrntt

ladi ada Prasyarat pembelaiaran di mana pengajar harus memahami


materi, cara menyampaikan materi, dan sebagainya baru dapat tercipta
proses pembelajaran yang berhasil. Keberhasilar mengkomunikasikan
pengetahuan terganhmg pada luasnva pengetahuan tentang sesuatu vang
dikomunikasikan.

1.4 CATATAN SEORANG GURU/DOSEN TENTANG


PEM BELAIARAN TANPA AKHI R

Di ba$.ah ini atlalah pandangan seorang pengajar tentang pembelajaran'


Oleh: Nina Smith, .Iosen Universitv of Jyvaskyla, Finlandia' (htp: / i
notesf rcrmnina.u'orclpress.com )

"Sementora memikirkan semuo pebelajar saya ' soot ini, maso lolu
dan orong'orong di maso depon - oda satu keinginan tunggal yang soyo
miliki untuk mereko semuo: untuk menjodi seorong pebelojar seumur
hidup. Eelojor adalah proses tonpa akhir yong dimutoi sebelum kita
lahir, dun dengon mindset berkembong terus melalui hidup kita' Untuk
mendukung proses itu dapat ditihot dori bcgoirnana soyo mendefinisikan
pekerjaon sayo, don soya suka berpikir bahwo sayo mendukung proses
belajar okodemik mohosiswa soya 'serto peitumbuhan mereko sebogai
pebetojar.
ke ketos kami dengon keierompilan dan latar
Siswo kami datong
betakang yang berbeda, tetapi mereka semua memiliki kebutuhan
yong umum. Kito semuo memonfaotkan seseordng untuk memfosilitosi
pembeloioron, seseorong untuk membontu kito merenungkan opa yong
telah kito petojori dan dengon demikian membimbing pembelaiaran don
menjadi lebih dolom. Kato sederhona "belajar" memiliki sangat banyok
konotasi, jodi soyo ingin mendefinisikan di sini bohwa soyo berbicaro
tentang pembelaiaran tronsformosionol, don itu dalam orti pembeloioton
yang bermakna don relevon dengan siswo-
Betajar adalah fenomena muttidimensi, yar]E membuatnyo
bohkan lebih sulit untuk didefinisikon. Belojar adalah songot indiidual'
situasional (tergontung waktu) dan tergantung konteks' Tentu sojo semua
komponen ini iugo berinteraksi - setiop situosi belojor-mengojor adalah
unik. lni menyojikan persyaratan untuk komunikosi yong terbuko dan
jujur dalom situosi belaiar, don membuot alot unggul untuk memfosilitasi
pembelojoron dibandingkon dengon pandangon trodisionol mengojar
sebogai kegioton berbogi informosi.
Htkiknt Belnjnr dnn Lnktor-t'nktor ynng Men4tengnntlinya 25

Komunikosi yang tulusodaloh dosar dori hubungon betajar-mengajar


yang baik. Mengojukon pertonyoan-pertonyaan terbuko jouh lebih efektif
doripoda yang honyo berpuro-puro untuk mengojukon pertanyaon-
pebelajor tohu perbedaan ontoro yang polsu don yong benor. Terutama
tentong pertanyoon yang kito ojukon untuk menguji pengetohuon merekc
secarc nyato- Pertonyoon yong kita ajukon sebenornyo digunakan untuk
mendengor pikiron mereka. Komi bohkon mendengorkan jowobon yong
berbedo untuk pertonyoan yong serius. Soya berpendapot bahwo puro-
pura untuk mengajukon pertonyaon -ketiko kita sudah tahu jawobonnya
dengan cepat- mengitis kepercoyoon don keunikan situasi belojor (soya
tahu ini mungkin horrya beberopo "teknik bertanya" yang biosa diajarkon
selomo pelotihan guru-

Selain pertanyoan, komunikosi juga sering bertujuan untuk


menekonkon hot-hol yang tidak perlu kepado pebelajor (misotnya
menggambarkon pembelajoran sebogai produk eksternal bukon proses
intet nat, menggunokan motivator ekstrinsik, dengon tidok menjel.oskan
tuj u on pembe Ioj o ron d an hal d engan demi kion menyebabkan pembelojoron
yong tidok efektif.

Benar, dolom pembe[ojoran pendidikon formol kodong-kodang


honyo dilihct sebogoi tujuan sekunder, dan terutama berorientasi kepodo
keluluson ujian, mendopotkon niloi bagus don sebogairryo. Jadi tujuon
utoma belajor teloh tergeser, dori yong berfokus proses kinerja, kepada
ospek externol. Tonpa mendengarkan kebutuhan siswo, kita mudoh lupa
betapo pentingnyo hol itu sebogai bagion proses pembelojaron dalom
belajor. Ngango (. 201 , p 248) berbicoro tentang strotegi don metodologi
1

mengojor:
"Ketika kesukseson mengojor dan belojor direduksi menjadi penilaion
teknis mako diolog kritis don emonsipotoris, guru hanyo sekedor meloyani
struktur orgonisasi kelembogoan yang mempertahonkan status quo
doripada mendidik untuk menguboh kehidupon siswo."
Pengojoron dopot didonrkan podo produk, seperti yong kita
ingin ketahui bohwa pebelojor telah belajar (biosonyo didefinisikon
sebagoi pembelojaron stondor) dan hol ini dapot diperlihotkan dari hasil
penilaion, tetopi tronsformosi belojar - jika beruntung - terus berlanjut
ke woktu yang lomo seteloh pebelajor meninggalkon kelas. lnitah
sebabnyo mengopo kita harus mengenali bagaimono cora pengajoron
sebogoi saloh sotu bogian dori proses pembelajoron, don bogion lain dari
(tujuanl motivasi, lingkungon, pengetahuon, bokot don kesiopon) yong
harus diperhatikon dengon penekanon yang samo-
26 Teori Belnitr €t Penfuelninrnn

Keterompil.on pedogogisyang boik sangat Penting bagi guru, korena


membantu menyeimbongkon ontara produk dengon proses belojor'
Belajar tidak hanyo terbatos pada sekotah sajo atau ruong kelas sajo,
kareno pembetajaran itu terhubung ke bogian loin dori kehidupan kito'
Tentong pentingnyo Proses betoiar yang berkesinombungon dilokukon
dengan memberdoyokon pebelojor untuk belojar - di mano pun hal itu
muigkin mereka lokukon. lni adalah sebuah kebiasoon - yang diketahui
semua pebelojor mencapoi
-dari pebelajar yang sukses.t)ntuk membontu
hasit belojor yang tebih baik, kito horus biso meyokinkan mereko don
menjetaskan secaro terbuko tentang bagoimano belaior itu menjodi
bogian intrinsik don internal pribadi pebetojor ' bukon hanyo sekedar hol
lormat yong ditakukon oleh pengojor di sekotah.

Tujuani ,
Lingkungan I

Iiotivari

i Xualitas EFFECTIVE Pengetahuan


Penoaiarat i LEARFIING yg.dip*r{uka
/

Xeeerdasan Ke!erbacaan

Sumber: (diadaptasi oleh penulis dari: httP://notesfrorrinina wordpress com/)

Gambar 1.11 Beltlm Efektif


Hnkiknt Belajar dnn Faktor-fnktor ynng Mentpengan linya 2/

Tabel 1.1 Perbednat Metode Mengajar

Mendengarr (Hear) Melihat (5ee) Mengerjakan (Do)


. Mini-l,echrre . Use visual illustration . Small groups
i Sermon . Cive handouts ancl discussion
. Role playing outlines . Have the students
. Devils advocate . Use Po\rer Point give illustration to a
r Use White board point
r Continually ask
questions and wait for
the ansn ers
. Neighbor nudge
. Create dilemmas
. Field trips
. Have student debate

Sumber:http:/ /notesfronrnina-r+ ord p res s<om /2013/06/ 23/ learning-as-urendiirg process/

1.5 MODEL PEMBELAIARAN: BEBERAPA KESIMPULAN


Untuk memahami pebelajar, perlu untuk mengumpulkan informasi
tentang mereka dan Anda da1,at mgnt.m6angkan profil pebelajar. Profil
ini dapat rnencakup: informasi demografis (enis kelamin, usia, etnis, lokasi
dll), karakteristik pebelajar - gaya belajar dan preferensi, membaca dan
mengiritung, sebelum belajar dll, dan kebutuhan clan keterampilan pebelajar
untuk belaiar. Anda akan dipandu untuk berpikir tentang atribut pebelajar
dan mengembangkan profil.

Pengetahuan tentang aspek ini akan membantu Anda dalam mema-


hami kebutuhan untuk merancang kegiatan vang mcnclorong pernbelajaran
yang mendalam-

1. Profil Pebelajar: Dasar Pemikiran


Untuk secara efektif memenuhi kebutuhan belajar sislva, guru keias harus
dirnulai dengan pemahaman tentang kebutuhan pebelajar, baik secara
kolektif sebagai urrit kelas dan sebagai inclividu sisu.a. Keias adalah sebuah
komunitas pelaiar, masing-masing dengan preferensi unik belajar, minat,
kekuatary kebutuhan dan potensi.

Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan. Siapakah pebelajar ? Berapa


jumlah mereka akan ada? Ke mana mereka akan belajar? Berapa usia mereka,
28 Teori Belajnr I Penfuelnjnrm

apa pengalaman mereka sebelumnya pendidikan, bagaimana kehidupan


tlan pengalaman kerja? Orang macam apa mereka? Bagaimana mereka lebih
memilih untuk belajar? Mengapa beberapa pebelajar percaya diri dapat
mengatasi mata pelajaran yang mereka pelaiari dan berhasil? Bagaimana
mereka melakukan pembelaiaran?

Campuran Gender Vokasional I


Ragam Disiplin
Learner Profile
Teaching Qual

Model
Penyampaian

Teori
Praktek

Pengajar, Asisten.
Fasiltator. Edukator
H'gn selt4flca.,

Ketrampilan
Academic Writing Teknologi
R.galt mlormasr dqn.r lreras'

Surnber: http://wikieducator.org

Garrrbar 1.72 Proftl Pebelnjnr dnn Metotla Penfuelajarun nrcruuttt Wiki-Efurcntor

Keterangan. Profil Pebelaiar dan i\'Ietocia Fe,nbelaiaran ini adaiah sebuah


contoh sebab ada banyak pilihan lain unruk membuat profil seperti ini'
(rJiadaptasi oleh penulis dari: Brown Hegarty, 2013, oleh Penulis)
Guru/dosen mungkin merasa bahwa mereka tahu 'kehasan maha-'
siswa. Guru/dosen merasa mereka sudah cukup baik, tetapi apakah mereka
benar-benar memikirkan tentang preferensi belaiar sislva dan apakah pro-
gram pembelajaran guru/dosen memenuhi harapan dan kebutuhan mer-
eka? Tentu saja semua kebutuhan 'stakeholder' tentu harus dipertimbang-
kan, tetapi para pebelajar berada di Pusat keraguan saat mereka merancang
untuk belajar secara mendalam. Apakah yang dilakukan closen/ guru dapat
mendorong pembelaiaran secara mendalam? Apa yang banyak bisa dilaku-
kan guru/dosen saat mengaiar mereka?
Hakiht Belnjnr dnn Fnktor-faktor ynng Menryengan tinyn 29

2. Mengembangkan Profil Pebelajar


Gambar Diagram 1.20 menggambarkan kemungkinan Profil Leamer bagi
peserta dalam kualifikasi ini ajaran tertentu. Mengembangkan seseorang
dapat membantu dalam merancang lingkungan belajar yang adil dan dapat
diakses yang sesuai dengan semua pebelajar dalam kelompok tertentu

-oo000-
Ga| 2
RAGAM METODE
PEMBEIIIJARAN DI LUAR
PEMBEIIIJARAN KEITOM POK

R fenurut Sudjana, (f005:76), "N{etocle pembeiaiaran adalah cara


I \ / I vang dipergunakan guru dalam mengaclakan irubungar-r dengan
I Y lp"Ui";u, pluau saat berlangsulgnya pengajaran". Seclangkan
Sutikrlo,M. Sobri (2009: 88) menl.atakan, "N{etorle pembeiajaran adalah cara-
cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oieh pendidik agar terjadi
proses pembelajaran pada diri pebelaiar clalam upaya untuk mencapai
tujuan'.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara vang digunakan
untuk mengirnplementasikan rencana yang sudah disusul dalam benbuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seclangkart
Selanjutnya metode pembelajaran clijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesi6k- Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah pebelajar yang relati{ banyak membutu}rkan teknik tersendiri
tertentu yang secara teknis berbeda dengan penggunaan metode ceramah
pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan skategi pembelajaran, diantaranva: (1) ceramah;
(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) sirnulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming (8) deba! (9) simposiurn, dan sebagainya.
32 Teori Behjar & Penrbehjarnn

Sedangkan model pembelajaran merupakan contoh pola atau


struktur pembelajaran pebelaiar vang didesain, diterapkan dan dievaluasi
secara sistematis dalam rangka mencapai tuiuan. Suatu contoh bentuk
pembelajaran vang tergambar tlari awal sampai akhir yang clisajikan secara
khas oleh guru di kelas. Dalam modet pembelajaran terdapat strategi
pencapaian kompetensi pebelajar dengan pendekatan, metode clan teknik
pembelajaran.

Pembelajaran Pembelajaran
berpusal kepada berpusat ke
guru siswa

lntruksi Langsung Pembelajaran berbasis lnkuiri


Olorilas Formal Fasil,talor
Personalmodel
Ekspert
Personal l'lodsl Delegalot

Pembelajaran koperatif
Fasilitator
Deleqalor

Keterangan. Mcthod dan Teknik ivlengaiar dalam posisinva, teknik adalah part/ bagian Cari
metoda dan seterusnya. Sumber: (diadaptasi oleh penulis dari: http://teach'
com)

Ganrbar 2.1Pengertifln te tnng Pendekntat (nproaclt)


Misalnya, model pembelaiaran dalam kurikulum 2013 antara lain:
Ivlodel Pembeiajaran Penemuan (Disrolery kar i iing) ; N{odel I'er:belaiaran
Berbasis Proyek (Project Bnxd ktming); dan lvloclel Pembelaiaran Berbasis
Masalah (Problem Basert kanting). Model Pembelajaran Penemuan adalah
memahami konsep, arti danhubunganmelalui proses intuitil untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:'13).
Pendekatan pembelaiaran (apptoach) mcrupakan suatu rangkaian
tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filoso-
fis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang meu'adahi, menginspirasi, men-
guatkan dan melatari metode pembelaiaran tertentu. Misabrya pendekatan
pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah (ob-
se-ving, questioning, associating, experimenting dan networking). Metode
Rngam Metode Pentbehjamn di Lu.tr Pembebjarnn Kelontpok 33

pembelajaran merupakan prosedur, urutan, langkahJangkah dan c ara yarrg


digr:nakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Teaching strategies

Strategies are ways of devetop something and describe how it is going to get
done. There are overatl plans intented to achieve a purpose.
Teaching strategies are the different ideas that teachers need to have to
devetop a class. These are ctosety retated with the teaching techniques as
welt.

Teaching techniques:
These are useful activities we wi[[ use to devetop the method. Techniques
hetp teachers to accomptish an objetive,in the case of teacher to accomplish
the learnirr process in i.heir students.

Methods.
Even though this methods have many differences, they have a strong
retationship because each of thern has an important part in the teachin!
process.
Sumber: http: / / [curdes'1993. btogspot .com lZO13 t 03 / differences,between-teaching-
approach.htmI

Kita dapat melihat contoh penerapan istilah-istilah di atas seperti: penerapan


dari pendekatan belajar Contethnl Tenclittg lntl ltuning. Metodenya:
Cooperative Learning. Sedangkan tekniknya: Dlskrrsi Kelontpok. Dan model
pembelajarannya, nn del: ligsuo.

Sebuah catatan tentang Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 di


Indonesia
Menurut Komata, E., (2013), di Indonesia telah diterapkan model baru dalam
model pembelajaran, diantaranya model Pembelajaran Berbasis proyek
(Project Baxd knming); danModel Pembelajaran Berbasis Masalah (probbnt
Baxd kanting), lvlodel Pembelajaran Penemuan, yaitu untuk memahami
konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan (Budiningsilu 2005:43). Discovery terjadi bila
Teori Belnjar E Pentbelnjaran

inclividu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnva untuk


menemukan beberapa konsep clan prinsip.
Discoverv clilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prec{iksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut c-ognlfiz'e proc$s
sedangkan discovery itu sendiri adalah tfu nrcntnl process of nssimilnting
conceps mrdpinciples in tlrc rrrind sebab penemuan merupakan proses mental
melalui konsep asimilasi dan memaknai prinsip. Menurut Endang Komara
(2013) sebagai strategi belajar, Disrot'ery I'enrtirtg mempunvai prinsip yang
sama dengan inkuiri (iilgrliry) dart Problen Sok'ing. Tidak ada perbedaan
yang prirsipil pada ketiga istilah ini, pada Discoue ry karnhtg leblh
menekankan ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnlza tidak
cliketahui. Perbedaannva dengan riiscoz'ery masalah vaitu dikemukakannlza
kepada pebelajar oleh guru semacam masalah yang direkayasa oleh
guru- Sedangkan pada inkuiri masalahnva bukan hasil rekavasa, tetapi
pebelaiar harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannl'-a
untuk menclapatkan temuan-tenuan di dalam masalah ihu melalui proses
penelitian. problem solving lain lagi vaitu, lebih memberi tekanan pada
kemampuan menvelesaikan masalah-
Akan tetapi prirxip belaiar yang narnpak ielas dalam Discot'ery
bnming adalah rnateri atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak
disampaikan dalam bentuk final tetapi pebelajar sebagai pebelajar didorong
untuk mengidentifikasi aPa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan
mencati informasi sendiri , mengorganisasi atau membentuk (konshuksi)
apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir'

Dengan mengaplikasik-an metoti e DiscoT-)ery ltnrnitrg secara berulang-


ulang dapat meningkatkan kemampuan Penernuan diri individu yang
bersangkutan. Penggunaan Discol,ery karning ingin merubah kondisi
belajar yang pasif meniadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang
teacher oriented ke student oriented. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke shulent oientetl. Mengttbah modus ekspositori pebelal'ar hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke rnodus discoaery
pebelajar menemukan informasi sendiri.
Model Pembelaiaran Berbasis Proyek adalah metode pembelaiaran
yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. pebelaiar melakukan
Rtgnm Metode Penrbelajman di Ltnr Pentbelnjnrtn Kelonrpok .l.l

ekplorasi, penilaian, interpretasi, sistesis, clan informasi untuk menghasilkan


berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
metode belajar Vang menggunakan masalah sebagai langkah au,al dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secard nvata.
Pembelajaran Berbasis Proyek clirancang untuk cligunakan pacla
permasalahan komplek yang diperlukan pebelaiar dalam melakukan
investigasi dan memahaminya. Melaiui Pembeiajaran berbasis Provek,
proses in guiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a grirling
qtestiotl) dan membimbing pebelajar dalam sebuah proyek kolaboratis yang
mengintegrasikan berbagai subyek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjalvab, secara langsung pebelajar dapat
melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai pdnsip dalam sebuah
disiplin vang sedang dikajinya. Pembelajaran Berbasis Prol.ek n-,".rOuOur-t
inverstigasi menda.lam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini berharga
bagi alcnsi clan usaha pebelajai-.
I'eml-'elajaran Berbasis Frot.ek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi
konsep "Pendidikan Berbasis Produksi" vang clikembangkan cii Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai institusi yang berfungsi untuk
menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus clapat
membekali pebelajar nya dengan "kompetensi terstandar" r,ang dibutuhkair
untuk bekerja di bidang masing-masing. Dengan pembelajaran "berbasis
produksi" pebelajar di SMK akan mengenal suasana dan nukna kcrja yang
sesungguhn;,a di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang
cocok untuk SMK adalah pembeiajaran berbasis proyek.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah clalam proses


pembelajaran dalam kurikulum. Dalam kurikulum, dirancang masalah-
masalah yang menuntut pebelajar mendapat pengetahuan penting, yang
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memfiki
model belajar sendiri serta merniliki kecakapan berpartisipasi dalam tirn.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelaiaran berbasis masalah
dilakukan dengan pemberian rangsangan berupa masalah-masaiah dan
selanjutorya dilakukan pemecahan masalah oleh pebelajar yang diharapkan
36 Teori Behju & Penfuelnjnrnn

dapat menambah keterampilan pebelaiar dalam pencapaian materi


pembelaiaran.
Stlategi dalam menggunakan moclel pembelajaran belbasis masalah
antara lain: permasalahan sebagai kaiian, permasalahan sebagai peniajakan
pemahaman, permasalahan st'bagai contoh, permasalahan sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari proses, dan permasalahan sebagai stimulus
aktivitas otentik.
Oleh karena uraian ini dituiukan untuk membahas metocle
pembelaiaran, uraian di atas hanya seketlar ilustrasi kaitan antala model,
pendekatarl metoda dan teknik pembelaiaran. Namun dapat disimpulkan
khususnya tentang metode Pembelaiaran, atlalah merupakan prosedur
pembelajaran vang cli{okuskan pacla pencapaian tujuan pemt'elaiaran.
Sedangkan teknil< pembelajaran merupakan cara-cara konkret yang dipakai
saat prosedur pembelajaran berlangsung. Guru clapat bergarti-ganti teknik
pembelajaran meskipun clalam koridor metode yang sama. Suatl metode
clapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pen-rbelaiaran-

Seorang guru/dosen perlu merencanakan suatu netode mengaiar


vang digunakan untuk menyampaikan inlormasi berupa materi pelaiaran
kepada siswanya- Untuk iru gutu/ dosen selayaknya memahami beberapa
metode pembelajaran supaya dapat menentukan metode mana yang tePat
digunakan untuk materi pelajaran tertenh.r. Pemilihan metode mengajar
disesuaikan dengan materi yang dipelaiari siswa. Metode yang tePat untuk
satu tuiuan belajar belum tentu tePat di pakai untuk tujuan belaiar yang
lain. Setiap metode mempunvai kekuatan dan kelemahan- Berikut akan
dijelaskan beberapa metode vang dapat cligunakan dalam pemt'elaiaran.

2.1 METODE CERAMAH


Metode ceramah disebut juga kuliah mimbar adalah suatu bentuk pem-
belajaran di mana guru/dosen mengalihkan informasi kepada sekelom-
pok besar pebelajar dengan cara yang terutama bersifat verbal (lisan) atau
guru/dosen memberikan penyajian fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara
lisan. Metode ceramah ti<lak dapat dipandang baik atau jelek, harus dilihat
dari segi pemanfaatarmya. Metode ini dikatakan jelek jika penggunaarmya
tidak memiliki prinsip-prinsip metode ceramab dan dikatakan baik bila
Rngnnr Metode Pembelnjnran di Lunr Penthelajnran Kelonrpok 37

penggunaannya memenuhi beberapa prinsip metode ceramah. Pada metode


ini terjadi komunikasi searah dari guru/ dosen kepada siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru/dosen dalam menyam-
paikan ceramah adalah berikut ini.
1. Guru haruslah memiliki keterampilan menielaskan (E-rplnhfiry skills)
2. Keterangan yang diberikan haruslah singkat dan jelas. guru/dosen
harus menggunakan kata-kata yang mudah dipahami pebelajar dan
clalam berbicara tidak terlalu cepat.
3. Penampilan guru/dosen harus menarik, gembira, dan selalu
mengadakan kontak mata dengan pebelajar agar mereka tertarik untuk
memperhatikan informasi yang diberikan.
4. Guru memiliki kemampuan memilih dan mengg,.rnakan alat bantu
instruksional yang tepat dan potensial unfuk meningkatkan ceramah.
5. Guru memberikan pe guatan clengan gerakan badan, tangan atau
anggukan kepada siswa.
6. N{emberikan kesempatan bertanva kepada siswa.
Tujuan pemakaian metode ceramah meliputi herikut ini.
1. Menciptakan landasan pemikiran yang mendorong dan mengarahkan
pebelajar untuk lebih banyak mempelaiari isi pelajaran melalui bahan
tertulis secara mandiri.
2. Menyajikan garis besar isi pelajaran dan permasalahan peniing
(essensial) yang terdapat dalam isi pelajaran.
3. Memberikan motivasi kepada para pebelaiat untuk beiajar secara
mandiri dan menemukan fakta, korsep serta kaidah yang lebih luas dari
pada yang sudah disajikan guru.
.1. Memperkenalkan hal-hal baru, memberi gambaran yang lebih luas dari
pada buku teks atau bahan pelajaran tertulis lainnya, mengaitkan teori
dan praktik dan menjelaskan hubungan informasi tertentu.
5. Menjelaskan prosedur tugas-tugas belaiar yang diberikan dengan
format yang lairl misalnya sebelum permainan simulasi dilaksanakan
guru/dosen menjelaskan prosedurnya'
Di samping hal tersebut di atas, beberapa tujuan lain metode ceramah
adalah berikut ini.
a) Menghemat biaya penyelenggaraan pendidikan, karena dengan metode
ceramah seorang guru/dosen dapat menghadapi sejumlah besar siswa.
38 Teori Belnjar I Penfuehjnrnn

b) N'lengatasi keterbatasan waktu, peralatan dan kelompok pebelajar yang


mempunyai tipe pengamatan auditif.
c) Mengatasi keterbatasan persecliaan clan pengadaan bahan pembelaiaran
vang berisi pokok permasalahan yang harus dipelaiari siswa.
d) Mengatasi keterbatasan kemampuan membaca pada diri siswa.
Ivletode ceramah mempunyai beberapa keunggulan seperti berikut ini.
a) Ir{urah, efisien waktu dengan pebelajar yang banyak
b) Adaptabel (mudah disesuaikan) rnisalrya terhadap iadu'al waktu, jenis
sisrva, waktu, keterbatasan alat serta tingkat kemampuan pebelajar
dengan isi materi-
c) Mengembangkan kemampuan nrendengar siswa
cl) N{emberikan Reinforceuent (penguatan) pada guru/ dosen clan siswa.
Pada guru/dosen melalui perhatian dan respon pebelajar terhadap
guru, dan pada pebelajar melalui humor, kehangatan dan kasih sayang
(High-torch), semangat dan perhatian dari guru/dosen yang dapat
mendorong pebelajar untuk belajar dan membaca dari sumber tain.
e) Pengkaitanisi pelaiaran clan kehiclupan melalui pengalaman guru/dosen
dan pebelajar tlapat mcmberikan \\,-awasan r ang lebih luas dari pada
bahan pelajaratr yang terrlaPat dalam buku (tertulis).
Di samping punya kelebihan, metocle ceramah iuga punya kelemahary
yaitu berikut ini.
a) Terjadinya proses searah yang mengakibatkan pebelaiar menjadi pasiI.
b) Cenderung ke amh Pembelaiaran berdasarkan guru. Kecenderungan ini
ditandai dengan
c) Kemajuan belaiar dengan mctoda ceramah bergantung pada kecepatan
penyajian isi pelajaran oleh guru
d) Pembelaiaran terpusat pada guru/ dosen (Tencler centererl)
e) Isi ceramah cenderung diwamai minat dan perhat'ian guru
f) Menurunnya perhatian siswa. BiIa ceramah lebih dari 20 meni! biasanya
perhatian pebelajar menurun karena ienuh dengan paniangnya ceramah-
g) Ingatan jangka pendek. Karena indera yang terlibat hanya indera
dengar, maka informasi hanya mas,rk ke memori iangka pendek (s/rorf-
terur nnmory)
h) Merugikan kelompok pebelaiar tertenru. Misalnya pebelajar yang
tidak memiliki tipe pengamatan auditif dan tidak bisa mencatat serta
Rngam Metode Penrbelnjnran di Luar Pcnfuelnjnrnn klonryok 39

pebelajar yang mampu belajar sendiri lebih cepat dari pada diceramahi
secara klasikal.
i) Tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan psikomotorik dan
menanamkan sikap.

2.2 METODE TANYA |AWAB


Metode tanya ialvab adalah metode di mana guru/dosen memberi
pertanvaan pada murid atau sebaliknya, sedang yang ditanva akan
menjan'ab pertanyaan yang diberikan. Metode tanva jar,r'ab dapat dilakukan
bersamaan dengan metode ceramah- Untuk dapat mengerti tentang metode
tanya ja$'ab, ada tiga istilah yang harus dipahami, yaitu pertanyaan,
respon dan reaksi. Pertanyaan ditandai dengan kata-kata atau kalimat vang
digunakan unfuk memperoleh respon verbal. Sedangkan respon clapat
menunjuk kepada pemenuhan dari yang diharapkan sebuah pertanvaan,
yaitu sebuah jawaban. Reaksi dapat menun uk kepacla perubahan clan
penilaian terhadap pertanvaan atau res pon. Respon merupakan jar.r'aban
terhae{ap sebuah pertanl,aao sedangkan dari ialtaban vang diberikan akarr
mendapat reaksi dari penanva, apakah ja*,aban yar.rg diberikan tersebut
benar, salah atau setengah benar.
Dengan menggunakan metode tanyaiawab, baik guru/ dosen ataupun
pebelaiar sama-sarrr.r aktif. Keaktifan pebelaiar sepenuhnya tergantung
kepada guru, yaitu pada kemampuan guru/dosen dalam menggunakan
teknik bertanl,a serta ,enis pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan yang
diberikan harus sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
Memberikan pertanvaan dapat merangsang pebelajar atau membang-
kitkan motivasi pebelaiar unhrk belajar. Kadang-kadang jar.r,aban pertan-
yaan itu tidak terlalu dibutuhkan. Tujuarrnya adalah untuk menyiapkan
pebelaiar menerima pelaiaran yang diberikan. Salah satu contoh pertanyaan
yang dapat meningkatkan motivasi pebelaiar pada pokok bahasan teori
evolusi, misalnya dengan pertanyaan pemahkan kamu membaca tentang
evolusi makliluk hidup ? adakah diantara kamu yang pemah mengunjungi
museum purbakala? Apa gunanya kita mempelajari teori evolusi? Tahukah
kalian tentang binatang-binatang yang terancam punah?
Mungkin diantara pebelajar ada yang pernah menguniungi museum,
atau melihat di siaran TV, berita koran, pebelajar sudah membaca tentang
10 Teori Belnjnr & Penthelnjuan

punahnya sPesies tertentu- Hal ini sangat membantu meningkatkan


tnotivasi clan ingin tahu pebelaiar tentang teori evolusi biologi. Dampak rasa
ingin tahu tlan motivasi ini terhadap perhatian dalam belaiar sangat besar'
Akibatnya pebelaiar lebih muclah memahami konsep yang diajarkan'
Ada beberapa alasan kenapa guru/dosen memakai metoda tanya
(Muiiono' 1991: 41) lr'lembangkitkan
iawab dalam memberikan pelaiaran:
keingintahuan pebelaiar terhadap isi permasalahanyang sedang dibicarakan'
clan menrlorong minat pebelaiar yang berpartisipasi dalam proses belaiar-
mengajar
1. Membangkitkan, mendorong, menuntun dan membimbing pemikiran
yang sistematis, kreatif dan kritis dari pebelajar
2. Meningkatkan keterlibatan mental pebelajar dengan meniawab
pertanyaan dalam proses pembelaiaran, dan dapat terr'r'uiud cara belaiar
pebelajar aktif
3. Memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk meng ekspresikan
tliri, dan dapat memupuk cian mengem bangkan kemampuan untuk
menyatakan pendapat dengan tepat.
r1. Memberikan kesempatan kepada para pebelaiar menggunakan
pengetahuan sebelumnva untuk helajar sesuatu yang baru'
Metode tanya jawab tidak dimaksudkan untuk mengadakan Penilaian
terhadap siswa. Penggunaan metode tanya iawab dapat dilakukarr pada
saat terlihatnya situasi ienuh dalam kelas' Pertanyaan yang diberikan dapat
merangsang pebelaiar agar lebih memperhatikan'
Tujuan pemakaian metode tanya iawab dalam suatu proses
pembelajaran adalah berikut ini-
1. Mencek pemahaman pebelaiar sebagai dasar Perbaikan Proses
pembelajaran
2. Memtrimbing usaha pebelajar untuk memperoleh suatu keterampilan
kognitif maupun sosial
3. Memberikan rasa aman pada pebelajar melalui pertanyaan yang
diberikan pada pebelajar yang dipastikan dapat mmjawab Pertanyaan
tersebut-
4. Mendorong pebelajar untuk melakukan Penemuan (Inquiry) dalarn
rangka memperielas suatu masalah.
5. Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi kelas'
Rngnnr Metode Penfuehjnmn rli Lunr Penthelnjarat Kelonrpok 11

Ada bebetapa hal yang harus diperhatikan dalam metode tanya iawab
sebagai berikut ini.
a) Pertanyaan yang diberikan henclaknya tidak keluar dari pokok bahasan
vang sedang dipelaiad
b) Pertanyaan harus mer,r,akili indikator yang telah ditentukan
c) Setiap jawaban pebelajar harus dihargai
d) Pertanyaan dilontarkan pada saat suasana kelas tenang
e) Jika guru/dosentidak dapat menjarr.ab pertanyaan siswa, harus berterus
terang.

Jenis pertanyaan yang diajukan bisa dari pertanyaan tingkat paling


rendah sampai pertanyaan pada tingkat tinggi. yaitu berikut ini.
1. Pertanyaan pengetahuan/ingatan (krou,ledge/ recnll que s tions)
2. Pertanyaan pemahaman (Col tprelen tiur questions)
3. Pertanyaan peneraparr (Applicntions ryrcstiotts)
4. Pertanyaan analisis (Annlysis ryrcstions)
5. Pertzrnyaan sintesis (SrTntef is que stion s)
6. Pertan).aan evah:asi (Et nluntion ryrcstiotrs)
Dari enam kategori pertanyaan di atas, tiga jenis yang pertama clikategori-
kan sebagai pertanyaan kognitif tingkat rendah, sedang tiga berikutnya
merupakan pertanyaan kognitil tingkat tinggi.
1. Pertanyaan pengetahuan/ingataq rnerupakan pertanyaan kognitif
tingkat terendah yang diajukan untuk mengungkapkan pengetahuan
pebelajar tentang fakt4 kejadian, kaidah dan seienis dengan itu. per-
tanyaan ini tidak menuntut pebelajar untuk mengolah informasi, tetapi
hanl'a menuntut pebelajar mengingat segala sesuatu yang telah clipela-
,,ya,,
iarinl'a. Ja*'aban yang dirninta bisa berupa jawaban atau ,,tidak,,
untuk jenis pertanyaan btner (Bimry ryestions), atau merupakan re-
produksi suatu kalimat atau kata. Misalnya untuk pertanyaan: siapakah
vang mengemukakan teori evolusi biologi? Bagaimana sistem klassifi_
kasi makhluk hidup. Cti-ciri dari pertanyaan tipe ini adalah dimulai
dengan kata : Apa; Siapa; Kapan; Dimana; Berapa; Definisikan, dari
mana, sebu&an-
2. Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban
yang membutuhkan pengolahan informasi dalam bentuk membanding_
kan, mempertentangkan, menjelaskan gagasan utama dan mengemuka-
kan dengan kata-kata, kalimat atau bahasa sendiri.
J2 Teori Belnjnr I Penthelninrnn

Pertanyaan ini dibedakan atas tiga bagian, yaitu berikut ini'


a) Pertanyaan pemahaman vang meminta jawaban berupa penjelasan
clengan kata-kata sendiri
b) Pertanyaan pemahaman .vang meminta jawaban berupa penjelasan
tentang irJe-ide pokok (korsepsi) dari suatu masalah dengan kata-kata
sene-liri
c) Pertanyaan pemahaman yang meminta iawaban berupa perbandingan,
perbedaan clan, Persamaan.
Beberapa kata tanva yang sering digunakan dalam pertanyaan
pemahaman, antara lain: uraikanlah, Bantlingkanlah, Jelaskanlah, Apakah
icle pokok clari?

Contoh pertanl'aan vang cliajukan aclalah berikut ini'


a) Apakah perbedaan antara tauna dan t-lora ?
b) Jelaskan hubungan antara habitat dengan spesies.
c) Berikan contoh ekosistem tertutuP dan terbuka.
1. Pertanyaan PeneraPan adalah PertanYaan )'ang rnenghendaki peneraPan
pengetahuan, kaidah, prinsip untuk menent-.rkan satu jawaban yang
benar. Beberapa kata tanva yang sering cligunakan dalam pertanyaan
ini adalah berikut ini. Pilihlah! Hitunglah! Klasifikasikanlah! Berikan
contoh! Misalnya, hitunglah luas habitat 20 ekor singa lika satu singa
membutuhkan wilaYah jelajah 4 km'?-
2. Pertanyaan analisis yaitu pertanyaan yang menghendaki iawaban
berupa penyebab, menggambarkan kesimpulan dan menetapkan bukh
atau membuktikan. Petrclaiar cl-imin-ta berPikir kritis dan mendalam
untuk meniawabnya. Misalnya: Mengapa lingkungan ekosistem itu
dapat rusak?
3. Pertanyaan saintis yaitu suatu Pertanyaan yang menghendaki iawaban
berupa prediksi, gagasan yang kreatil dan pemecahan masalah. Di sini
pebelajar dituntut berpikir kreatif dan inovatif dalam meniawab. Contoh
pertanyaan yang dapat diajukan adalah berikut ini. Apakah yang teriadi
bila; Bagaimanakah- kalau; Buatlah..-. ! Rancanglah. ..'! Simpulkanlah....!
4. Pertanyaan evaluasi yaitu suatu pertanyaan yang menghendaki jawa-
ban berupa pembuatan keputusan atau pemberian PendaPat. Jenis
pertanyaan yang daPat diberikan berupa pertanyaan konvergen yang
Rngan Metode Pentbelnjarnn di Ltnr pentbelnjnran klontpok
43

menuntut jawaban betul/salah; atau pertanyaan divergen yang mem-


berikan altematif jawaban yang lebih dari satu.
Dalam pembelalaran ada cara bertanya yang disebut probing (pertanyaan
membimbing) yaitu mengajukan serangkaian pertanyaan kepada siswa.
Misalnya berikut ini.
'a) Tanya: Apa yang dimaksud tlengan peristiwa fotosintesis pada claun?
b) fa-*'ab: fotosintesa adalah peristiwa pemasakan makanan melalui
klorofil di daun melalui cahaya matahari.
c) Tanya: Apakah zat yang dikeluarkan daun pada malam hari? jawabnya
adalah karbon dioksida atau CO2, Dapatkan pengertian ini diperluas?
Misalnya apa ruginya jika kita memasukkan tanaman ke dalam rumah
pada malam hari, kenapa harus di keluarkan?
Setiap pertanyaan diajukary hal yang perlu diingat aclalah unyuk selalu
memberikan teng€lang waktu atau waktu tunggu agar semua pebelajar
dapat berpikir sebelum menjau'ab.

Pertan\.aan \\'aktu Respon lVaktu Reaksi Guru


Curu Tunggu 1 Sisn a Tunggu 2

WT 1 (Waktu tunggu 1) gunanya unruk memberikan waktu berpikir kepada


semua pebelajar untuk meniawab, sedangkan WT2 (Waktu tunggu 2)
gunanya memberikan kesempatan kepada semua pebelajar untuk meninjau
kembali, merevisi atau menambah jawaban yang telah diberikannya.

Selain teknik Prohing, guru/dosen juga dapat menggunakan teknik


_
Prontting yaitu pertanyaan menggali untuk mengetahui sejauh mana
pebelajar memahami konsep yang dipelajarinya. Dalam hal tertentu, ke
dua teknik ini dapat digabung untuk membantu pebelaiar lebih memahami
konsep yang sedang dipelajari.

2.3 METODE DISKUSI


Metode diskusi merupakan suatu metode pembelajaran di mana guru/dosen
memberikan persoalan/ masalah kepada pebelajar dan pebelajar
tliberi
kesempatan secara bersama unfuk memecahkan masalair tersebut
dengan
temantemarnya. pebelaiar dapat saling bertukar pendapat serta
bertukar
informasi dalam membicarakan masalah untuk dijawab. Metode
diskusi
t1 Teori Belnjnr €t Pentbelnjnran

tit{ak sama dengan metode tanya jawab. Perbedannya terletak Pac{a


pengajuan pertanyaan. Pada diskusi pertanyaan dilontarkan pacla seluruh
pebelaiar untuk c{ibahas secata bersama- Biasanya bobot Pertanyaan pada
diskusi lebih tinggi karena pebelaiar diminta iuga untuk memberikan alasan
yang mentJukung jawaban yang diberikan. Pada metocle tanya jawab,
pertanyaan diberikan kepada Perorangan.
Peran guru/dosen sebagai Pengatur lalu lintas jalannya cliskusi agar
pembicaraan titlak dikuasai oleh sebagian pebelaiar saja' Harus diingat,
metode diskusi merupakan kegiatan pembelaiaran ya'ng membincangkan
suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih' cli
mana orang-orang yang berbincang tersebut memiliki perhatian vang sama
terhadap topik atau masalah yang didiskusikan.
Hal-hal yang harus dilakukan guru/ dosen sebagai penuniuk ialan
adalah berikut ini.
1. Menjelaskan kembali apa yang meniadi Pokok Permasalahan' bila
terlihat gejala pembahasan menvimpang dari persoalan semula'
2. N{envarankan gagasan baru clalam melihat masalah vang sedang
didiskusikan
3. Menuniukkan aspek-aspek penting yang menjadi pokok permasalahan
4. Merumuskan kembali pertanyaan yang dilontarkan pcbelajar dengan
jalan memperjelas pendapat pebelajar yang kurang dapat dimengerti
oleh pebelaiar lain.
5. Menyimpulkan semua yang telah dikemukakan sislva'
Tuiuan pemakaian metoda diskusi adalah berikut ini.
a) Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan
dan menyimpulkan pada diri siswa.
b) Mengembangkan sikap positif terhadap belaiar, para guru/dosen dan
bidang studi yang dipelajari.
c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri
yang lebih positif.
d) Meningkatkan keberhasilan pebelajal dalam mengemukakarr pendapat'
e) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.
Agar metoda diskusi berialan sesuai dengan yang diharapkan,
guru/dosen harus rnemperhatikan beberapa hal berikut ini'
Rngnm Metode Penfttlajunn di Lrmr Penfuelnjarnn Kelonryok +5

a) Menentukan masalah (topik) yang sesuai dengan taraf berpikir


sisr,r,a, diharapkan pebelaiar sudah mempunyai pengetahuan tentang
pemecahan masalah yang diharapkan.
b) Mengemukakan masalah dengan memberi penielasan cararara
pemecahannya dan menjeiaskan hasil apa yang dijnginkan dicapai
dalam diskusi-
;) Membentuk kelompok-kelompok sisu.a, menuniuk ketua, notulen dan
menielaskan tata-tertib diskusi
d) Memperhatikan arus diskusi tiap kelompok dan memberi bantuan bila
dbutulkan
e) Ideminta kepada tiap kelompok untuk memberikan hasil diskusi secara
lisan dan tertulis.

2.4 METODE PEMBERIAN TUGAS


Secara logis, metocle pemberian tugas bergant-.rng pada umpan balik
personal Qrrsonnl feedbnck) r,akni umpan balik '',ang ditujukan kepacla setiap
penia\4,ab secara pribadi. Ir4etode pemberian tugas terlihat dari adanva suatu
pembahasan, pertanvaan d.an jawaban, e-li mana guru/dosen mengarukan
pertanyaan dan pebelajar menvediakan serurnlah iawaban berclasarkan
pada buku teks atau penyaiian pendek guru/dosen sebelum pemberian
tugas. Dengan mengerjakan tugas, pebelajar dapat mengembangkan daya
nalarnya. Adanya tuntutan umpan balik secara personal ini mengisyaratkan
bahwa metode pemberian tugas kurang bijaksana diberikan jika pertemuan
diikuti sejumlah pebelaiarsekitar 40 orang atau lebih.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian metode
pemberian tugas, )'.ritu berikut ini.
1. Tugas dapat ditujukan kepada pebelajar secara perorangan, kelompok
atau kelas.
2. Tugas dapat diselesaikan atau dilaksanakan di lingkungan sekolah (di
dalam kelas atau di luar kelas) dan di luar sekolah.
3. Tugas dapat berorientasi pada satu bidang studi ataupun berupa
integrasi beberapa bidang studi.
4. Tugas dapat ditujukan untuk meniniau kembali pelajaran yang baru,
mengingat pelajaran yang telah diberikan, menyelesaikan latihan
pelajara4 mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk
memecahkan masalah, serta tuiuan-tujuan yang lain.
16 Teoi Belnjar €t Pentbelajnrnn

Jenis tugas yang diberikan kepada pebelaiar dapat dibedakan atas


berikut ini.
1. Tugas latiharu vaitu tu8as untuk melabih pebelajar menvelesaikan
masalah yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya-
2. Tugas membaca atau mempelajari buku tertentu. Tugas ini menuntun
pebelaiar ke arah pembelajaran dan mencari sumber belajar yang
berhubungan dengan topik atau pokok bahasan yang harus dipelaiari.
3. Tugas membaca/mempelajari buku tertentu, yaitu membaca dan
mempelaiari beberapa halaman atau bab tertentu dari buku yang
ditentukan di luar jam pelajaran.
-1. Tugas unit/provek, yaitu memberikan tugas kepada pebelafar
berdasarkan unit yang dipelajari atau menugaskan pebelajar untuk
menvelesaikan suatu proyek vang akan memberikan hasil tertentu.
Tugas ini biasanya melibatkan kemampuan pebelaiar daiam berbagai
bidang studi.
5. Tugas eksperimen mempakan tugas vang khusus, di mana tugas ini
cligunakan untuk membukhkan atau rnenemukan informasi.
Agar tugas dapat dilaksanakan pebelafar dengan baik, acla beberapa
persyaratan vang harus dipenuiri, yaitu berikut ini.
1. Tugas harus jelas dan tegas. Pemberian tugas yang kurang jelas dapat
mera gukan pebelajar dan mengalaru kesulitan untuk menyelesaikarurya.
2. Memberikan penjelasan mengenai kesulitan yang mungkin dihadapi
siswa.
3. Mendiskusikan dengan pebelaiar tentang tugas yang akan diberikan
agar pebelaiar tidak merasa dipaksa untuk melakukan tugas tersebut.
4. Kesesuaian tugas dengan kemampuan siswa
5. Kebermaknaan tugas bagi siswa

2.5 METODE DEMONSTRASI


Demorstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk
memperlihatkan sebuah tindakan atau prosedur yang digunakan. Metode
ini clisertai dengan penjelasan, ilustrasi dan pernyataan lisan atau peragaan
secara tepat. Dalam metode ini ada kesengaiaan untuk mempertunjukkan
tinclakan atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi atau pernyataan
secara visual atau lisan.
Rngam Metode Pentbelajarnn di Lrnr Penfuelajnrnn klompok 17

Metode demonstrasi dapat digunakan untuk berikut ini.


1. \4engajar pebelaiar tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan
atau menggunakan sebuah prosedur atau produk baru.
2. Meningkatkan kepercayaan bahwa pebelajar dapat mela kukan suatu
Prosedur
3. Meningkatkan perhatian dalam belaiar dengan penggu naan prosedur.
4. Mengajarkan suatu proses, misaLrya proses ke4a, proses pembuatan
dan sebagainya
5. Menginformasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat
produk tertentu.
Metode demonstrasi mempunyai beberapa keunggulan berikut ini.
1. Kemungkinan pebelaiar membuat kesalahan lebih kecil bila
dibandingkan dengan metode di mana pebelaiar hanya membaca atau
nrendengarkan penjelasan, sebab dengan metode demonstrasi pebelaiar
mendapatkan gambaran langsung dari hasil pengamatannya-
2. Sisn a dapat terlibat langsung dalam kegiatan clemonstrasi dan mereka
memperoleh pengalaman langsung.
3. Sisn a clapar memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang ctianggapnya
penting- dan proses belajar letih baik karena perhatian pebelajar tidak
terpecah
4. Bila terlihat hal-hal yang membua t keraguan, pebelajar dapat
menanyakan langsung pada guru/ dosen dan memberikan penjelasan
itu dan pebelajar menjadi lebih mengerti dan paham.
saat

Kelemahan metode demonstrasi adalah betikut ini.


1. Mernerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya memerlukan
waktu yang lama
2. Diperlukan peralatan yang ukurannya memadai, dan semua pebelajar
dapat mengamati dengan jelas
3. Metode demonstrasi menuntut kerja ulangan oleh siswa, agar mereka
dapat melakukan hal yang sama yang telah diberikan
4. BiIa persiapan tidak teliti, ada kemungkinan pebelajar akan melihat
suatu tindakan, proses atau prosedur yang didemonstrasikan tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang seharusnya
terjadi.
J8 Teori Belnjnr & Penbelnjnrnn

Metode demonstrasi yang baik akan mengikuti prosedur sebagai


berikut ini.
1. Aclanya suatu PersiaPan misalnya mengkaji kesesuaian metocle
terhadap tujuan yang dicapai, menganalisis kebutuhan peralatan yang
tlibutuhkan, mencoba peralatan dan menghitung alokasi waktu yang
diperlukan.
2- Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi meliputi mempersiapkan
peralatan dan bahan yang diperlukan untuk demonstrasi, memberikan
pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan pebelajar mengikuti
demonstrasi, memberikan penjelasan tentang prosedur clan instruksi
tentang keamanan-
3. Tindak lanjut meliputi diskusi tentang tindakan, Proses atau prosedur
yang baru saja dilakukan, memtreri kesempatan kepada pebelaiar untuk
melakukan hal yang telah didemonstrasikan.

2,6 METODE EKSPERIMEN


IVletode. cksperimen merupakan format interaksi pembelaiaran vang meli-
batkan logika induksi untuk menyimpulkan pengamatan terhadap proses
dan hasil percobaan yang clilakukan. Metode eksperimen dapat dilakukan
secara perorangan ataupun kelompok. Dalam hal ini guru/dosen atau pebe-
lajar mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil per-
cohaan-

Tuiuan pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan pembelaiaran


adalah berikut ini.
1. Mengalarkan bagaimana menarik kesirnpulan dari berbagai fakta,
informasi atau data yang berhadsil dikumpulkan melalui pengamatan
terhadap proses eksperimen-
2. Mengajarkan bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat '
pada hasil eksperimen melalui eksperimen yang sama
3. Melatih pebelajar merancang., mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaan
4. Melatih pebelajar menggunakan logika induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui
percobaan.
Rngnru Metode Pembelaj.tnn di hnr Penfueln.iarnn Kelonrpok 19

Keunggulan metode eksperimen adalah berikut ini.


1. Siswa terlibat secara aktif dalam mengumpulkan data, fakta, informasi
yang diperlukan melalui percobaan yang clilakukan.
2. Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis
secara empiris melalui eksperimen, rlan pebelaiar terlatih membuktikan
ilmu secara ilmiah
3- Siswa mendapat kesempatan untuk melaksanakan prosedur metode
ilmiah dalam rangka menguji kebenaran hipotesis.
Di samping keunggulan. metode ini juga mempunyai kelemahan
seperti berikrrt ini.
1. Memerlukan peralatan yang cukup agar semua pebelaiar dapat
melaksanakan demonstrasi, setelah memper hatikan clerr,onstrasi yang
dilakukan guru.
2. Jd<a eksperimen yang akan clilakukar-r membutuirkan r.r'aktu vang lama,
akibatnya laiu pembelaiaran menjacii lambat
3- Kegagalan atau kesalahan eksperimen akan mengakibatkan perolehan
hasil belaiar vang salah atau menvimpang.
Untuk melaksanakan suatu metode eksperimen, langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah berilut ini.
1. Tahap persiapan berupa penetapan kesesuaian metode dengan tujuan
yang akan dicapai, menetapkan kebutuhan peralatan, bahan dan
sarana lain yang dibutuhkan sesuai dengan persediaan yang dimiliki
sekolah, melakukan eksperimen (oleh guru) serta menyediakan
lembaran kerja (bila perlu).
2. Tahap pelaksanaan berupa diskusi dengan pebelajar mengenai prosedur,
peralatan dan bahan serta apa yang perlu diamati dan dicatat selama
eksperimen, membimbing pelaksanaan eksperirnen dan mencatat hasil
eksperimen oleh siswa.
3. Tindak laniut berupa mendiskusikan hambatan-hambatan selama
eksperimen, membersihkan peralatan dan evaluasi hasil eksperimen.

2.7 METODE PENEMUAN


Metode penemuan bukanlah merupakan metode pembelajaran yang baru.
Metode ini merupakan suatu prosedur yang menekankan belajar secara
individual, manipu-lasi obyek atau pengaturan dan pengkondisian obyek
50 Teoi Belnjm I Penfuelnjnran

dan eksperimen lain oleh pebelajar untuk digeneralisasikan dengan menarik


kesimpulan. Metode penemuan memungkinkan pebelajar menemukan
sent{iri informasi-informasi yang diperlukan unfuk mencapai tujuan
instruksional. Hal ini berarti berpengaruh terhadap peranan guru/dosen
sebagai penyampai informasi ke arah peran guru/ dosen sebagai pengelola
interaksi pembelajaran.
Tuiuan pemakaian metode penemuan adalah berikut ini.
1. Meningkatkan keterlibatan pebela,ar secara aktif dalam memperoleh
dan memproses perolehan belajar.
2. Mengarahkan pebelajar sebagai peiajar seumur hidup
3. Mengurangi ketergantungan kepada guru/dosen sebagai satu-satunya
sumber inJormasi vang diperlukan oleh sisv,,a.
1. N{elatih pebelajar mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannva
sebagai sumber informasi yang ticlak akar pernah tuntas digali.

IlIctode penemuan memiliki beberapa keunggulan, yaitu berikut ini.


1. Dapat menimbulkan kegairahan pebelajar dalam belajar karena pelrelajar
melihat usahanva membuahkan hasil.
2. Dapat memberikan kesempatan pada pebelajar untuk ma ju secara
berkelaniutan sesuai dengan kemampuannya.
3. Menyebabkan pebelaiar mengarahkan belajamya sendiri, karena mereka
terlibat secara langsung dan termotivasi untuk menyelesaikan suatu
proyek.
4. Membantu memperkuat konsep dti dan bertambahnya rasa percaya
diri siswa.
5. Pengetahuan yang diperoleh dengan metode ini sangat pribacli sifatnya
agar melekat erat pada diri siswa.
Di samping kebaikan, metode ini juga punya kelemahan, yaitu berikut ini.
1. Metode ini menuntut adanya persiapan kemampuan berpikir
2. Kurang tepat diterapkan pada kelas yang iumlah siswanya banyak
3. Tidak memberi kesempatan kepada pebeiajar untuk berpikir kreatif.
Langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Moejiono ( 1992:89)
adalah sebagai berikut ini.
1. Mengidenfifikasi kebutuhan siswa
2. Momilih prinsip pengertian, konsep dan generalisasi yang akan
dipelajari.
Rngam Metode Penfuelajnrnn di Lunr Penbelnjnrnn Kelompok 51

3. Memilih bahan dan masalah atau tugas yang akan dipelajari.


4. Membantu memperielas tugas/masalah yang akan dipelajari dan
peranan masing-masing siswa
5. Mempersiapkan tempat dan alat.
6. Mencek pemahaman pebelaiar tentang masalah vang akan dipecahkan
serta tugas pebelajar dalam pelaksanaan penemuan.
7. Memberi kesempatan kepada pebelaiar untuk melaksanakan penemuan
dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data.
8. Membantu pebelajar dengan informasi/data yang diperlukan oleh
pebelaiar untul kelangsungan keria bila pebelajar menghendaki.
9. Membimbing pebelajar menganalisis sendiri melalui pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi proses vang digunakan.
10. Memberi penguatan dan memuii pebelaiar yang ikut serta dalam proses
Penemuan.
11. Membantu pebelajar rnerumuskan kaidah, prinsip, ide, generalisasi atau
konsep berdasarkan hasil penemuannya.

2.8 METODE PEMECAHAN MASATAH (PR,OBLEM SOLVING)


Metode pemecahan masalah Apa itu pemecahan masalah? Memang, apa
yang bermasalah untuk satu orang mungkin tidak menjadi masalah bagi
yang lain. Pemecahan Masalah adalah sebuah situasi di mana seseorang
atau kelompok diminta untuk melakukan tuBas yang tidak ada sistemiknya,
atau metode yang sudah ada yang benar-benar tepat solusinya (Lester,7978;
Yackel 1984). Yackel juga membedakan antara pemecahan masalah rlan
latihan. Jika seseorang telah memiliki setting struktur konseptual dari tugas
itu, maka itu adalah latihan dar-r bukan masalah. (iadi yang dicari adalah
setting konseptual dari masalah itu)
Ada beberapa kebaikan metode pemecahan masala[ yaitu berikut ini.
1. Mempertinggi partisipasi siswa, baik secara perorangan maupun secara
kelompok.
2. Membina sikap ilmiah pada siswa.
3. Mendidik pebelaiar untuk berpikir secara obyektif, teliti dan cermat
serta belajar untuk melihat alternatif-alternatif pemecahan masalah.
52 Teoi Behjnr I Penfuelnjaran

Di samping itu, metorie ini


iuga merniliki kelemahan, yaitu berikut ini.
1, Bila persiapan kurang matang.
2. Bila pengetahuan dan pengalaman guru/dosen kurang.
3. Bila pemilihan masalah kurang baik akitratnya batasan masalah tidak
ielas.
4. Siswa tidak terbiasa dan tidak terlatih dengan metocle mengajar seperti
ini akibakrya mereka tidak siap.
Beberapa hal yang harus disiapkar sebelum metocle pemecahan masalah
adalah berikut ini.
I. Merumuskan tujuan cliskusi.
2. Mengemukakan alasan mengapa metode ini yang digunakan
3. Merumuskan masalah tlengan jelas
4. Menetapkan berbagai kemungkinan hipotesis yang dapat diajukan
5. Menetapkan berbagai kemungkinan pengumpulan data yang dapat
dilakukan serta penyusunan alatnya
6. Menyusun alat evaluasi ultuk rnenilai kemaiuan.

2.Pahami
,I Baca
3.Pilih Strategi
I

6. Bagikan
5.Feriksa 4.Kerjakan
I
Sumber: (diadaptasi oleh penutis dari: http://aleamingplace.com.au/ problem-solving/)

Gannbar 2.2 Metode Penecnhsn Mnsalah Dtlfi,n Penrbelnjmnn


Langkah-largkah yang dilakukan dalam meto<le pemecahan masalah adalah
berikut ini_
1. Adanya masalah yang dipandang penting
2. Merumuskan masalah
3. Mengajukan hipotesis/alternatif pemecahan masalah
Ragnm Metorle Penfuelnjnrnn di Lrnr Pembelnjnrnn Kelontpok 53

4. Mengu mpulkan data


5. Analisis data
6. Mengambilkesimpulan
7. Aplikasi dari kesimpulan yang diperoleh
8. Menilai kembali keseluruhan proses pemecahan masalah.
Selain dari metode yang telah dibicarakan di atas, masih banvak
metode lain yang dapat digunakaru seperti
1. metode pembelal'aran unit,
2. metode proyek,
3. metode simulasi,
4. metode karya lr'isata
5. dan sebagainl'a.
Dari sekian tranyak metocle pembelajaran, seorang guru / dosen harus
mampu memilih metode mana vang cocok digunakan untuk pembelajaran
yang efektif, tingkat pendiclikan dan setragainva. Dengan pemilihan metocle
)'ang tepat, proses pembelaiaran cliharapkan lebih menyenangkan dan
memuaskan pebelajar karena tujuan belaiar tercapai secara ophmal.

Untuk menentukan metocle yang akan dipakai, ar-la beberapa faktor


yang dapat dipertimbangkan, yakni berikut ini.
1. Tujuan Irstruksional. Kriteria utama yang harus diperhitungkan adalah
tujuan instruksionaf yang me nvangkut kompetensi yang diharapkan
dikuasai pebelajar di akhir pelajarannva.
2. Waktu dan Fasilitas. Walaupun semua metode memerlukan waktu
untuk persiapan dan fasilitas tertentu, ada metode vang persiaparrnya
memerlukan waktu yang lama cian fasilitas yang mahal, tapi clapat
digunakan berulang-ulang- Namun ada juga lrletode yang memerlukan
waktu persiapanyang pendek, harga murah, tapi waktu yang diperlukan
untuk menyusun peralatan di kelas cukup panjang.
3. Kemampuan awal siswa. Bila kemampuan awal pebelajar dapat
diketahui akan sangat membantu guru/dosen dalam menentukan
metode yang akan digunakan dalam mengajar. MisaL:rya guru/dosen
akan menggunakan metode diskusi. Bila pebelajar yang akan belajar
tidak memiliki pengetahuan awal yang baik, metode ini tidak akan
efektif, sebab pebelaiar tidak memberi pendapat atau menjawab
pertanyaan yang dilontarkan.
51 Teori Behjnr €t Penfuelajarnn

4. Jumlah siswa. lumlah pebelaiar dalam kelas yang akan belajar juga perlu
dikctahui guru/ dosen dalam mc'ncntukan metode mengajar yang akan
clipakai. pebelajar yang terlalu banvak dalam kelas kurang efektif kalau
guru/dosen akan melakukan demonstrasi misalnya.
5. N'Iata Pelajaran/Pokok Bahasan.Seialan dengan kompetensi yang
dituntut, pokok bahasan tertentu menghendaki pendekatan eksperimen
atau praktikum, yaitu bila yang dituntut adalah kemampuan dari ranah
psikomotor. Karena itu perlu dipertimbangkan Pokok bahasan yang
perlu disesuaikan dengan metoda yang akan digunakan.

The Technological Method of


Problem Solving

--> t

Evaluala r.sults rod


a.

!. t

Keterangan: llmu desain umumnya dipakai di bidang teknik dan industri, bertuiuan unhrk
mencari solusi bagi kebutuhan 1'ang berbeda menuru t (bentuk, fungsi, ekononri,
waktu, sosial, ekonomi dan waktu / kapan) yang berberla. Sebenamya produk
sudah diketahui, misalnva nrobil, interior, aEitektur ) tetaPi Perbedaan siaPa
vang akan memakainya, kapan, nrurah atau mahal nrembutuhkan pemecahan
nrasalah desain baru. Sumber. https://lvw!v. teachengineering.org

Gambat 2-3. Metode Penecalnn Mnsnlnh Llalnm llnru Teknik dnn Lnynnnn
Itrtfu stri (De mi n P roth rk).

-oo0oo-
DAFTAR PUSTAI{A

Afdal. 2010. Pengnnfu Bimbitgan Kegntun klonrpok Belnjnr terhndnp


Peningkntnn Hasil Belnjnr Mrtenntikn (struli Ekspeinrcn di SD Penr
ltnngrnntr btborntorimri IJNP dnl SD N 09 Air Tnmr Kotn Pndmg). Tesis
tidak diterbitkan. PPs UNP Padang.
Agnew, C. 1999. Hort, do Encournge Acfue bnming,Journal Gegraphy in High-
er Education. Departement of Geography, University College Lon-
don. http:/ /www2.glos.ac.uk / gdn/abstracts/a116.hkn do*mload
09/04/2012A:55
Akfnoblu, O. and Tando6an, R. O,2007.The Effects of Problem-Based

Active Learning in Science Education on Sturlents' Academic, Achieve-ent,


Attitude and Conceptn Learning. Eurasia ]oumal of Mathematics,
Science & Technology Education,

Alberto, P.A. &


Troutrnan, A.C. 190. Applied Behavior Analysis for
Teachers. Columbus: Merrill Publishing Company

Alford, S.M- A Qualitative Study of the College Social Adjustment of


2000.
Black Students from Lower Socioeconomic Communities. Journal of
Multicultural Counseling and Developrnent. 28, 1, 2-'1.4.
Arend, R. I.2001. Learning to Teach (sth Ed.). Singapore: McGraw-Hill Book
Co.
216 Teori Belnjm €t Pembelaiarnr

Barkley,Elizabeth F. 2010- Student Engagement Techniques (A Hand-book


ior College Faculty), Califomia: John Wiley & Sons, Inc' Pub-lished try
]ossey-Bass A WileY ImPrint.
Brown, B. L. (2001). Group Effectiveness in the Classroom and Work-place'
Ohio: Center on Education and Training for Employment' College of
Education The Ohio State University. httP://erica6

Burrlett, ,. (2003). Making Group Work. Intemational Educational Journal


Vol. 4, No. -3. Flinders University'http:/ /ehlt'flinders'edu'au/
education/ iejl articles/ viln3/ Burdett/ paper'pdf
Clark, S.T. & Bailman T.L., 1988. Is Group Work Better than Individual
Work. Peclagogy: Golleges and Universities' Departement of Foreign
Languages, California State Universitl'. http:/ / www'cervantesvirtual'
com/obra-visor/hispania-2/htrnl/ O27e4e7a-82b2-11d1'acc7'
002185ce6064 34.htm]: Download: 01-12-201 l: 23:05

Corey, G. 1986. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy'


California: Brooks/Cole Publishing Companv
Corey, G. 1985. Theory and Practice of Group Counseling' California:
Monterey: Brooks/ Cole Publishing Company'
Daharnis. 2005. Hubungan Sejumlah Karakteristik Mahasiswa, Kondisi
Lingkungan, Pembelaiaran, Kegiatan Belaiar tlan Prestasi Belajar Ma-
hasiswa Universitas Negeri Padang. Disertasi' Universitas Negeri
Malang
Dembo, Myron H. 1g77.'Iheaching for Learning: Applying Educational
Psychology in the Classroom' Califomia:Goodyear Publishing
CoInpany. Inc.
Depdikbud. 1983. Diagnost'rk Kesulitan Belajar dan Pengajaran Reme''dial'
Modul Akta V. Jakarta: Diriendikti-
DePorter, 8., Rearcion, M' & Singer-Nourie, S. 1999' Quantum Teach-ing:
Orchestrating Student Success. Boston: Allyn and Baccn
DePorter, Bobbi & Hermacki, Mike- 20O1. Quantum Leaming' Mem-
biasakan Belaiar Nyaman dan Menyenagkan' Penerjemah: Alwiyah
Abdurrahman. Bandung: Mizan Media Utama (MMU)
Drftnr Prctnkn

DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Sarah singer -Nourie. 2005. Quan-tum


Teaching. Penerjemah. Arv Nilandari, Bandung: Mizan Me-dia Utama
(MMU)
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belaiar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdik-bud
Dirjen Dikti, Depdiknas. 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. ]akarta:
- Depdiknas.
Drydeo G. & Vos, l. 1999. The Leaming Revolution: to Change the Way the
World l,eams. Selandia Baru: The Learning Web.
Dunkin, M-J.1974- The Study of Teaching. New York: Hol! Rinehart and
Winston, Inc-
Elliot, S.H., Kratochwill, T.R., Littlefield, J.F. & Travers, J.F. 1996.
Educational Psychology. Madison: Brown & Benchmark
Ellis E.S.; Larkin M.J. 2007. Executive Sumrnary of the Research Synthesis
on Effective Teachingn Principles and the Design of Qualitv Tools for
Educators. http://idea.uoregon.edu/-ncite/documents/ techrep/
tcch06.html. 28/ 03/2007. Pukul 15.00
Ellis, Henry.C. 1988. Fundamentals of Human Learning, Memory, and
Cognition. Dbuque, Iowa. Mexico: Wm.C.Brown Company Pub-.
lishers,
Ewell, P. T. 7997a. Organizing for learning: A new imperative. AAHE
Bulletin Available: http://1,!-ww.intime.uni.edu/ model/leaming/
learn summary.html
_1997b. Organizing for learning: A point of entry. Draft prepared
for discussion at the 1997 AAHE Summer Academy at Snowbitd.
National Center for Higher Education Management Systems
(NCFIEMS)- Available:hftp:/ / www.intime.uni. edu/ model/ leaming/
learn_ summary.html
Gibson" R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Counseling and
Guidance. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
Gladding, T.S. (1995). Group Work A Counseling Specialty. New ler-sey:
Prentice Hall.
218 Teoi Belnjnr €'t Penfuelajaran

Graham, S. & Long, A. 1986. Race, Class, and the Attributional Pro'cess.
loumal of Educational Psychology, 78, 7, 4-"13.
Greese, E. L. 2001. Group dynamics and learning in an organization be-
haviour virtual learning communilv: the case of six virtual peerJeam-
ing tearns. Article. RMIT University, Melbourne, Australia.
Gredler Bell, M.E. 1991. Learning and Instruction Theory into Practice
(Terjemahan oleh Munandir). Jakarta: CV. Radiawali.

Guerin, B.1992. Behavior Analysis and the Social Construction ofKnowledge.


American Psychologist. '17, 11, 712T1'432.
Hall, V.C., Merkel, S... Howe, A. & Lederman, N. 1986. Behavior, Mo'tivation,
and Achievement in Desegregated Junior High School Sci-ence Classes.
iournal of Educational Psychology, 78, 2,708-775-
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belaiar clan N{engaiar. Banciung: Sinar Baru'
Hasibuan, Akhyar. 2008. Efektivitas Layanan Birnbingan Kelompok dalam
Meningkatkan Mutu Keterampilan Belajar (Studi Eksperimen di SMP
12 Padang). Tesis tidak diterbitkan. PPs UNP

Huitt, W. (2001). Humanism and Open Education. Educational Psychol-ogy


Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Diakses pada 11
Desember 2O()7, dan URL: http:/ /chiron.valdosta.edu/ wh:uitt/ col/
affsys/humed.htrrl.
Kann, R. T. & Harma, F. l. 2000. Disruptive Behavior Disorder in Chil-dren
and Adolescents: How do Girls Differ from Boys? Joumal of Courseling
& Development .78,3, 267-274.
Kaufmao D., Sutow, E., Dunn, K., 1997. Three Approaches to Coopera-
tive Learning in Higher Education. The Canadian Journaloflligher
Education La revue canadienne denseignement suP€rieur Vol-urne
XXVII, No.23, 1997 pages3T-66
Kearsley, G.1994. Social leaming theory (A. Bandura). [Online]. Avail-able:
htry / / www.gwu.edu/ -tip/bandura.htnrl IDecember 1, 1 999].
:

Killam, L. H. 1999. Clay sarcophagus; Stages of Learning [On- line]. Available:


http://www.dhc.net/-artgeek/sarco.html [2000, May 17].
) ro
Daftar Pustnkn

Makmun, A. S. 2000. Psikologi Kependidikan' Bandung: Remaia Rosda-


karya
McCorkle D.E,.1999. Undergraduating StudentGroup PriecLs and Teamwork:
The good, the bad, and the ugly? Joumal of market-ing Education' 2
1,-106-71'l

Meri Susanti. 2006. Pengaruh Bimbingan Kegiatan Kelompok Belaiar


terhadap Hasil Belajar' (Studi Eksperimen pada SMK 1 Padang)' Tesis
tidak diterbitkan PPs UNP Padang
Merlin Helps Students Center. 2005. StuCy Guide-Group Work' up-datetl 19
February 2005 @ 2000 - 2012; httP:/ /www'merlinhelpsstu-dents'com/
resourcecentre/stutlyguide/ groupwork'asp download: 07 / 03 / 2012
20:27

Mudiirar. 20(E. Model Penugasan Terstruktur (Studi pada pebelajar SMA


Negeri Kota Padang. Disertasi: Program Doktor Ilrnu Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

I\,luhadjir, N. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:Penerbit


Rake Sarasin.

N{uhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru'


Bandung: Remaia Rosdakarya.

N{unanclir. 2O0l.Ensiklopedia Pendidikan' Malang: UM Press


N{ungin Edi Wibowo. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan' Sema-
rang: UNNES Press

Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelihan. Padang: Universitas Negeri Padang


Nasution, H.M.F. 2001. Hubungan Metode Mengaiar Dosen, Keter-ampilan
Belajar, Sarana Belaiar dan Lingkungan dengan Prestasi Belaiar
Mahasiswa. Jumat Ilmu Pendidikan,8, 1,38-48'

Nasution, S. 2000. Betbagai Pendekatan dalam Proses Belaiar & Menga-jar'


Bandung: Bumi Aksara

Nelsoo C. 1990.Discussion Guidelines workshop on effective


at a
teaching. Birmingham-southemCollege. http://www cs'moravian'
edu/ -csalter/ group-discussion- guide.htnr0T/ 04 / 20-12 0:49
250 Teoi Belnjm I Penfuelniaran

Nuslimah M. 2002. Profil Akademik Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan


Program Student Support Services: Suatu Studi Kasus'Tesis tidak
cliterbitkan. Padang: PPs Universitas Negeri Padang'
Ormrod, JE.1999. Human learning (3rcl ed')' Upper Saddle River' Nl:
Prentice-Hall
PB
PB IPBL 1998. Periornan Umum Birnbingan Kelompok Belaiar' Paclang:
IPBI

Parkay, F.W. & Hass, G,. 2000. Curriculum Planrring (7th Ed')' Need-ham
Heights, MA: AllYn & Bacon'
Patterson. C. H. 1977. Foundation for a Theorl' of Instruction and Edu-

cational Psychology. Ner York: Haper & Row'


Peraturan Menteri Pen<Iidikan Nasional Rep'rblik Indonesia (Per-
mend.iknas RI). Nomor 22 tahun 2006' Tentang Standar Isi urrtuk
SatuanPendidikanDasarc{anMenengah.Jakarta:siekretariatjen-deral
Departemen Pendidikan Nasional'
perahrran Menteri Penclitlikan Nasional Republik Indonesia (Per-mendiknas
RI). Nomor aj tahun2006. Tentang Standar Kompe-tensi lulusan untuk
SatuanPendidikanDasardanMenengah'Jakar-ta:Sekretariatjenderal
Departemen Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan- Jakarta: Depdiknas

Pokay, P. & Blumenfeld, P.C. 1990. Predicting Achievement Early and Late
in the Semester: The Role of Motivation and Use of Learning Strategies'
Joumal of Educatiornl Psychology ,82, 1', 47-50'
2005' Peta Keil-muan'
- Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan' Ditektorat
Pokja
pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Di{en Dikti' Pembinaan
Tenaga KePendidikan dan Ketenagaan Pergururuan Tlnggi'

Pollard, D. S. 1993' Gendel, Achievement, and Aftican-American Stu-


dents' PercePtions of Their School Experience'Joumal of Educational
P sy cholo gY, 28, 4, 341,-356 -

Prayitno. 195. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan


kofil). Jakarta: Ghalia Indonesia
Daftnr Prstakn 251

. ArJM PTSDL Format I: Mahasiswa. Jakarta: Depdikbud


------.1998. Konseling Pancawaskita. Padang: Prodi. Bimbingan dan
-.1997
Konseling FIP IKIP Padang.
1gg9 . Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta '
Studi Pengembangan Aplikasi High-Tough dan High-Tech
-. dalam Proses Penrbelaiaran di Sekolah- Padang: Pf'}UNP
-.20052005. Sosok Keilmuan Ilmu Pendidilan- Padang: FIP UNP'
2@7. ?;lam Takambang Iadi Guru- Dalam Filsafat, Teori dan
-.
Praksis Pendidikan. Hand out. Disajikan Calam ceramah terhadap sivitas
-. akademika UNP. Padang.
2007. Pengembangan Potersi Mahasiswa. Padang: UNP Press
--.
----.2009. Dasar tlan Praksis Pendidikan.Jakarta: PT. Grasindo.
2010. Modul Pendidikan Profesi Guru. Modul III, VI. Padang:
Universitas Negeri Padang
-. (2011). Bahan Aiar Profesi Pendidik. Padang: Universitas Negeri
Padang.
-.
Prince, N4. 2004. Does Active Leaming Work? A Review of the Research'
Journal of Engneering Education. Available online at http: //www"
bucknell.edu/ im g/ assets/ 8455 / Michael %20 Prince.pdf. didownload
tanggal 25 Juni 2011.
Puspitasari, Dewi Penataranita. 2(D2. Penelitian: Pemberian tugas dalam
mata pelajaran Matematika. Malang: DePartemen of Mathematics'
(dalam http:/ /www.depdiknas. go.id / |urnal/ 2O02)

Ratna Wilis D. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran- Jakarta: Penerbit


Erlangga.
Roeser, R.W., Midgeley, C.,& Urdan, T.C. 1996. Perceptions of the School
Psychological Environment and Early Adolescents' Psychologi-cal
and Behavioral Functioning in School: The Mediating Role of Goal and
Belonging.Joumal of Educational Psychology, 88, 3, 408422.
Rogers, Carl. 1983. Freedom To Learn for The 80's. Colombus: Charles E.
Merrill Publishing ComPanY.
252 Teoi Belnjnr €t Penfuelniarnn

Ronis, Diane.2001. Problem- Based Learning for Math and Science' USA:
Skylight Training and Publishing Inc.
Ruth Clark. 1990.Theories on instructional design ancl techni-cal training'
http:/ lwww.montclair.edu/ pages/ business/ Philosophy'htrnl#top
Shimodaira. 2000. Active Leaming in Approximately Linear Regression
Basetl on Conditional Expectation of Generalization Error- Joumal of
Machire Learning Research- Tokyo- fapan: DePartment of Computer
ScienceTokyo Institute of Technology
Slavin, E. Robert. 1995. Cooperative Leaming. Theory, Research, and Practice'
Second Edition. Boston: Allyn & Baccon.

Smith, M. K. (2004) 'Carl Rogers ancl informal education , the en-cyclopaedia


of iriormal education. [www.infed.org/thinkers/et-rogers'htm' Last
update: December 01, 20111
Standridge, M. 2002. Behaviorism. In M. Orey (Ed.), Emerg-ing perspectives
on learning, teaching, and technology. httP:/ /proiects.coe'uga 'eelu/
epltt/intlex. php?title=Behaviorism, downJoad 05/ 03 /2072 7:28:31
Sugden, D. (Ed). 1989. Cognitive Approaches in Special Education' Lon-tlon:
The Falmer Press-

Suhardiono; Suharsimi Arikunto; Supardi. 2006' Penelitian Tindakan Kelas'


Jakarta: Bumi Akasara.
Tim 3SCPD. 1997. Keterampilan Belajar' fakarta: Ditjen Dikti Depdik-bud.
Tirn Pengelola 35 IKIP Padang. 199. Laporan Kegiatan Student Suprrort
Services di IKIP Padang Tahap II Tahun 1998/1999. Tidak diterbit-
kan. Padang: UPBK IKIP Padang
Tim Tes ELAQA IKiP Padang. 1999. Laporan Kegiatan Tes ELAQA di IiCF
Padang Tahun 1998/7999.Tidak Diterbitkan. Padang: IKIP Padang'

Undang-Udang Republik lndonesia No. 14 Tahun 2005. Undang-un-dang


Guru dan Dosen. fakarta: Sinar Grafika.
Undang-Udang Republik lndonesia No.20 Tahun 2003- Undang-un-dang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Dtftnr Pustnkn 253

Universitas Negeri Padang. 2010. Panduan Pengenalan Kehidupan Kampus


Bagi Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010 Universitas Negeri
Padang. Padang: UNP.

Universitas Negeri Padang. 2010. Buku Materi pengenalan Kehidupan


Karr.pus Bagi Mahasiswa Baru Universitas Negeri padang. padang:
UNP.
Wiedy Murtini. 1998. Perilaku Nyontek (Tesis). program pascasajana IKIp
Padang
Wieman C. & CWSEI. 2008. Student Group Work in Educational Setting.
CWSEI&CU- SEI.http://ww-w.cwsei.ubc.ca/resources/ instructor
guidance. htm
Winchester-Seeto, T. 2002. Assessment of collaborative work - col-laboration
versus assessment. Invited paper ptesented at the An_nual Uniserve
ScienceSymposium, The University of Sydney, 5th April.http://wwlt,.
cshe.unimelb.edu.au/assessinglearntng/ 03 / group.html (clorr,nload:
07 /03/201220:13\
Wong Leung. R. S. A & Woon, C. 2000. An Implementation of Active Learning
and its Effect on the Quality of Student Learning. Journal In-novations
in Education and Training International. 37(4), 381-389.
Zais, Robert S. 1976. Curriculum: Principles and Foundations. New
York: Harper & Row Publisher.
Zanti Arbi. 1988. Pengantar kepada Filsafat Pendidikan. Jakarta; Dep-llikbucl
P2LPTK.

-oo0oo-

Anda mungkin juga menyukai