Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TENTANG

PENGERTIAN PARADIGMA ,KOMPONEN PARADIGMA, MACAM-


MACAM ASUHAN KEBIDANAN , MANFAAT PARADIGMA,PRAN
BIDAN ,FUNGSI BIDAN ,REGULASI YANG BERKAITAN TENTANG
KEBIDANAN.

DOSEN PEMBIMBING: DIAH TEPI,SST,M.Keb

DISUSUN OLEH:

1.CITRA ARYATI
2.WINDA SARI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia
nyalah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul’’PARADIGMA KEBIDANAN. Makalah ini ditujukan untuk lebih
mengetahui tentang paradigma kebidanan dan diharapkan para pembaca dapat memahami
apa yang terdapat dalam makalah ini.
Dan tidak lupa juga kami berterima kasih kepada dosen pembimbing karena telah
membimbing kami sehingga kami lebih mengetahui,memahami bagaimana proses pembuatan
makalah ini,dan juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung kami
dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang komponen paradigma. Makalah ini ditujukan untuk
memenuhi tugas kelompok. Kami hanya manusia biasa yang mempunyai banyak kesalahan,
maka dari itu jika ditemui kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah yang kami buat ini
mohon dimaafkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pengetahuan kita semua.
Dan agar tercapainya kesempurnaan makalah ini kami mohon kritik dan saran dari para
semua pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN

BAB II PEMBAHASAAN

2.1 PENGERTIAN PARADIGMA?


2.2 KOMPONEN PARADIGMA KEBIDANAN
(KEBIDANAN,MANUSIA,LINGKUNGAN,KESEHATAN,KEBIDANAN)
2.3 MACAM-MACAM ASUHAN KEBIDANAN?
2.4 MANFAAT PARADIGMA,DIKAITKAN DENGAN ASUHAN KEBIDANAN?
2.5 PERAN BIDAN?
2.6 FUNGSI BIDAN?
2.7 REGULASI YANG BERKAITAN TENTANG BIDAN ATAU KEBIDANAN
ATAU KESEHATAN?
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Paradigma lama dalam proses pembelajaran masih sangat kental menghiasi praktek pembelajaran
di kelas. Pada umumnya guru mempersiapkan materi ajar yang akan disampaikan esok harinya,
sehingga guru kurang memperhatikan bagaimana siswa merespon pelajaran. Berkaitan dengan
permasalahan tersebut, Suharsimi Arikunto (2003 : 4 ) menyebutkan beberapa karakteristik siswa
dalam proses belajar sebagai berikut : (1) semangat belajar rendah, (2) mencari jalan pintas, (3) tidak
tahu belajar untuk apa, (4) pasif dan acuh. Untuk mengantisipasi karakteristik siswa yang demikian
disarankan pula strategi pembelajaran yang bervariasi, memberikan kesibukan yang menarik,
menggunakan model reward dan punishment, bersifat terbuka, dan memberikan layanan yang
simpatik. Selain hal tersebut diatas, kecenderungan menggunakan ceramah didepan kelas masih
mendominasi strategi pembelajaran yang dipergunakan oleh para guru, tidak terkecuali pembelajaran
matematika.

Hal ini disebabkan karena ceramah dirasa sangat praktis, mudah dilaksanakan oleh guru dan
dapat menyampaikan materi ajar yang jumlahnya cukup banyak. Guru tidak peduli bahwa dengan
ceramah, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sifatnya hafalan (knowledge), mudah dilupakan,
pasif, dan aktivitasnya rendah. Guru 2 sering mengatakan, “ paham atau tidak itu urusan dan tanggung
jawab siswa”. Ceramah melahirkan generasi muda membeo, pasif, dan tidak dinamik. Tuntutan dalam
dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama
tersebut. Teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru
sudah harus mengubah paradigma pengajaran. Pendidikan perlu menyusun dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran, (1) pengetahuan ditemukan,
dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, (2) siswa membangun pengetahuan secara aktif, (3) pengajar
perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4) pendidikan adalah interaksi
pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa (Anita Lie 2005 : 5).

Strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan melibatkan
siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Tetapi, strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru
sudah berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi
penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang. Dalam suasana belajar yang
penuh dengan persaingan dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk
dan mematikan siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif
sehingga sikap siswa dalam proses pembelajaran lebih cenderung pasif. Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran matematika perlu ditingkatkan,
sebab sikap siswa yang 3 pasif akan menghasilkan daya serap materi pelajaran rendah.
Sebab satu hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbaikan strategi pembelajaran yang
dipilih, sebab faktor utama yang menentukan aktivitas siswa adalah strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru – guru matematika perlu mencoba menggunakan metode pembelajaran yang
lebih kooperatif agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan. Sikap pasif
tersebut ditunjukan misalnya : siswa jarang bertanya, diantara mereka jarang terjadi diskusi dan atau
tanya jawab, waktu yang disediakan untuk bertanya jarang digunakan, kecenderungan siswa selalu
mencatat dan bukan memahami materi pelajaran. Fenomena rendahnya respon / aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran antara lain disebabkan oleh proses pembelajaran yang bersifat reseptif yaitu guru
banyak ceramah, guru kurang melatih mengembangkan potensi bertanya, semangat belajar rendah,
tidak tahu manfaat belajar. Pendek kata penggunaan strategi ceramah dalam proses pembelajaran,
akan melahirkan siswa yang lemah, pasif, duduk, dengar, dan catat. Nilai ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan duduk, dengar, dan catat bersifat mudah dilupakan. Untuk mengatasi permasalahan
ini ditawarkan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang menekankan perilaku
bersama diantara siswa dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok kecil. Kerjasama
kelompok dalam kelompok kecil sangat dipentingkan untuk mengatasi masalah bersama, sehingga
beberapa 4 unsur pembelajaran kooperatif ialah : (1) adanya saling ketergantungan dengan positif,
(2) adanya tanggung jawab perseorangan, (3) adanya tatap muka diantara anggota, (4) adanya
komunikasi antar anggota, dan (5) adanya saling evaluasi dalam proses kelompok (Anita Lie 2005 :
31) dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Unsur – unsur inilah yang membedakan antara
sekedar kerjasama dalam suatu kelompok atau kerjasama sebagai pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran GI
(Group Investigation). Menurut UNESCO pembelajaran model abad ke 21 haruslah : learning to
think, learning to do, learning to be, learning to live together (Tilaar 1998 : 69). Mengapa ?, karena
abad 21 menuntut manusia hidup untuk belajar bagaimana berfikir, bagaimana berbuat, bagaimana
belajar untuk tetap hidup dan bagaimana belajar hidup saling menghargai diatas perbedaan. Hal ini
sangat relevan dengan metode pembelajaran GI dimana dalam metode ini siswa dituntut untuk
kerjasama, menghargai pendapat teman, siswa belajar bagaimana harus belajar agar materi ajar
dapat dikuasai.

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan secara


menyeluruh di mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana. Dalam
program pemerintah yaitu mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan
upaya keluarga berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi dalam kehamilan, persalinan atau masa nifas dengan melakukan asuhan antenatal dan
persalinan dengan prinsip bersih dan aman, mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang
berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetrik, neonatal esensial dasar dan
komprehensif (Prawirohardjo, 2009).
Kehamilan pada TM III sangat memerlukan pendampingan bidan untuk mencegah terjadinya
komplikasi seperti anemia, perdarahan dan komplikasi lainnya yang dapat membahayakan
kehamilan. Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin
minimal empat kali selama kehamilan berupa cakupan K1 dan K4. Dengan adanya kunjungan yang
teratur dan rutin dari bidan atau dokter, maka selama kunjungan tersebut, diharapkan komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan,
pembedahan dapat dikenali secara dini dan dapat di tangani dengan cepat dan tepat. Hal ini 2 dapat
mengurangi resiko kematian dan kesakitan bagi ibu dan janin. Pada Asuhan antenatal yang kurang
optimal dapat menimbulkan dampak atau komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir dan memutuskan menggunakan metode keluarga berencana sehingga sangat penting
mendapatkan pelayanan dari tenaga kesehatan, karna dengan begitu perkembangan kondisi setiap
saat akan terpantau dengan baik (Marmi,2011 : 9-11).

Pada periode masa nifas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu pada Ibu Nifas dan Bayi Baru
Lahir (BBL) yang masih memerlukan penyesuaian. Pada bayi baru lahir tidak semua bayi baru lahir
dengan vigerous baby sehat jika tidak mendapatkan asuhan yang optimal. Hal penting yang perlu
diperhatikan pada bayi baru lahir yaitu dalam menjaga kehangatan tubuh bayi, pemberian nutrisi,
dan pencegahan infeksi pada tali pusat yang jika hal tersebut tidak di perhatikan dengan baik akan
menimbulkan komplikasi yang sering terjadi seperti hipotermi, ikterus, infeksi neonatorum.

Pada masa nifas ibu akan mengalami masa pemulihan baik perubahan fisik maupun psikologis
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui
asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan yang patologis yang
menyebabkan komplikasi pada ibu nifas seperti terjadi bengkak pada payudara (gangguan pada
produksi ASI) perdarahan masa nifas dan infeksi pada jahitan luka perineum (Prawirohardjo, 2012). 3
Pada masa nifas pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan adalah suatu hal yang penting
untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang beresiko oleh
karena jarak anak yang terlalu dekat dengan pengetahuan yang cukup selama masa nifas yang
dimiliki oleh ibu tentang alat kontrasepsi, maka akan mudah bagi calon akseptor untuk menentukan
alat kontrasepsi yang akan dipakai nantinya sesuai dengan keinginan calon akseptor KB (Sulistyawati,
2009). Perlunya asuhan yang berkesinambungan dan berkualitas untuk mendeteksi dini adanya
risiko dan komplikasi, karena kesejahteraan ibu dan anak selalu terpantau oleh tenaga kesehatan
(Sunarti, 2013:31).

Salah satu program lainnya yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam
lingkup kebidanan adalah COC (continuity of care). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali
tahun 2013-2017, angka kematian ibu berfluktuatif dari tahun 2013-2017 dimana tahun 2017 AKI di
Provinsi Bali turun menjadi 68,6 per 100.000 KH dimana angka ini merupakan angka yang paling
rendah dalam tiga tahun terakhir dan AKB tahun 2017 mencapai 4,8 per 100.000 KH dan target SDGs
tahun 2030 yaitu 12 per 1000 KH. Berdasaarkan Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2017
menunjukkan bahwa AKI dari tahun 2013 s.d 2017 cenderung mengalami penurunan, angka
Kematian ibu pada tahun 2017 adalah 8,3/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB di kabupaten
buleleng pada tahun 2017 4 sebanyak 4/1000 Kelahiran Hidup.
Capaian K1 pada tahun 2017 Jumlah sasaran ibu hamil di Kabupaten Buleleng sebanyak 12.124
K-1 di Kabupaten Buleleng sebesar 96,8%, jumlah kunjungan ibu hamil K4 tahun 2017 adalah
sebanyak 10.839, sehingga cakupan K4 Kabupaten Buleleng sebesar 89,4%. Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng selama tahun 2017 sudah mencapai 93,4%
dimana dari 11.574 ibu bersalin sebanyak 10.816 sudah melalukan persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan. Dan hasil capaian pelayanan ibu nifas di Kabupaten Buleleng pada tahun 2017 sebesar
92,6% atau dari 11.574 ibu bersalin, yang mendapat pelayanan kesehatan nifas sebanyak 10.712
orang. Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung
tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk melakukan
pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu postpartum.

Disamping itu, upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dibebankan kepada bidan
melalui pelayanan keluarga berencana(Manuaba, 2012:43). Pelayanan kesehatan yang ikut serta
dalam mengupayakan penurunan Angka Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Kabupaten khususnya pada Kecamatan Kebonsari. Pelayanan Kebidanan dengan Continuety of care
pada masa kehamilan, persalinan, hingga nifas diharapkan agar seluruh proses yang dialami ibu
mulai dari hamil sampai pemilihan metode Keluarga Berencana (KB) dapat berlangsung secara
fisiologis tanpa ada komplikasi. Perjalanan proses yang alamiah tersebut, ibu hamil memerlukan
asuhan secara berkesinambungan dan berkualitas. Dalam kenyataannya masih banyak ibu sudah
melakukan kunjungan pelayanan antenatal tidak melanjutkan ke kunjungan selanjutnya, sehingga
kesehatan ibu dan anak terlepas dari pemantauan petugas kesehatan.

Perlunya asuhan yang berkesinambungan dan berkualitas untuk mendeteksi dini adanya risiko
dan komplikasi, karena kesejahteraan ibu dan anak selalu terpantau oleh tenaga kesehatan (Marmi,
2014:10) 1 2 Dewasa ini masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang mendesak dan membutuhkan penanganan secepatnya.(Saifuddin, 2010) Hal ini
disebabkan karena Angka Kematian Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan dunia. Terdapat berbagai komponen
yang berpengaruh terhadap proses kematian ibu. Yang paling dekat dengan kematian ibu dan
kesakitan adalah kehamilan, persalinan, atau komplikasinya, dan masa nifas. Karena seorang wanita
harus hamil atau bersalin terlebih dahulu sebelum dapat digolongkan dalam kematian ibu (Saifuddin,
2009). Indikator untuk mengukur keberhasilan dari asuhan yang berkesinambungan dan berkualitas
dapat dilihat dari cakupan. Berdasarkan data dari BPM Hepta Desi didesa Sidorejo kecamatan
Kebonsari Kabupaten Madiun dalam satu tahun terakhir terdapat sekitar 8 bayi (11%) dari 76 bayi
yang tidak mendapatkan imunisasi dasar.

Kunjungan 1 (K1) sebanyak 42 ibu hamil, sedangkan Kunjungan 4 (K4) sebanyak 39 ibu hamil , 3
orang tidak kunjungan K4 dikarenakan pindah dari BPM, pindah desa, kesulitan ekonomi. Dari 42 ibu
hamil tersebut 37 ibu yang bersalin normal, sementara 2 orang ibu bersalin harus dilakukan rujukan,
karena 2 orang ibu bersalin mengalami kehamilan sungsang, 1 ibu bersalin mengalami panggul
sempit.
Keadaan ini memacu untuk terus menelaah penyebab kematian bayi agar target MDG’s 2015
dapat tercapai. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan dari program
PWS-KIA di daerah Sidorejo kecamatan Kebonsari kabupaten Madiun masih terbilang rendah,
dimana program KIA yang dilakukan 3 cakupannya masih dibawah target, disamping itu masih
banyak terdapat bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar. Keadaan ini berpengaruh terhadap
sistem kekebalan tubuh bayi sehingga bayi lebih rentan terserang penyakit dan mengganggu tumbuh
kembangnya. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat rendahnya penggunaan kontrasepsi pasca
persalinan yaitu dapat menimbulkan kehamilan yang tidak di inginkan yang dapat meningkatkan
angka kejadian aborsi, jarak kelahiran yang terlalu dekat yang dapat menimbulkan komplikasi pada
ibu dan bayinya, sehingga angka kesakitan dan angka kematian meningkat (Anguzu, et al, 2014:1).
Untuk itu perlu adanya usaha-usaha yang harus dilakukan, dimulai lebih dulu dengan peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan para remaja sebagai calon ayah dan ibu, dengan membantu mereka
dalam mengembangkan sikap yang wajar terhadap kehidupan kekeluargaan serta tempat keluarga
dalam masyarakat.

Ilmu kebidanan atau obstetri ialah bagian ilmu kedokteran yang khusus mempelajari segala
soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek ilmu ialah
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang baru dilahirkan (saifudiin, 2010). Ilmu kebidanan adalah
ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat
reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan,
persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat, dengan kerusakan akibat persalinan
sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal (manuaba,2012). Keberhasilan
penyelengaraan pelayanan kesehatan ditentukan dan diukur dengan angka kematian ibu dan
kematian perinatal, sedangkan kesejahteraannya ditentukan oleh penerimaan gerakan keluarga
berencana (manuaba,2012).

Dalam hal ini, Bidan merupakan matarantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai
ujung tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk
melakukan pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu post
partum. Di samping itu, upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dibebankan kepada
bidan melalui keluarga berencana (manuaba,2012). Dalam praktiknya, dilapangan masih banyak kita
temukan masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Seperti cakupan
kunjungan kehamilan K1 maupun K4, cakupan kunjungan nifas lengkap,cakupan 2 kunjungan
neonatal lengkap serta aseptor KB yang tercatat di Wilayah bidan X belum memenuhi target yang
diharapkan yaitu 100%. Seperti contoh pada tahun 2015 hingga bulan November Di wilayah bidan X
tercatat kunjungan kehamilan K1 30 ibu hamil dari jumlah keseluruhan ibu hamil di wilayah tersebut
adalah 38. Kunjungan K4 yang tercatat adalah 15 ibu hamil dari jumlah keseluruhan 22 ibu hamil di
TM III. Tercatat 10 ibu nifas yang telah mendapatkan kunjungan lengkap dari jumlah keseluruhan
yaitu 12 ibu nifas.
Tercatat 9 bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kunjungan neonatal lengkap dari jumlah
keseluruhan bayi baru lahir yaitu 12. Dari 162 pasangan usia subur yang memerlukan pelayanan KB,
hanya 120 pasangan usia subur yang tercatat sebagai aseptor KB aktif. Dengan kata lain, capaian K1
di wilayah bidan X mencapai 78% , capaian K4 75% , capaian kunjungan nifas lengkap adalah 83%,
capaian kenjungan neonatal lengkap 75% , serta cakupan pelayanan KB 74% dari 100% target yang
diharapkan (Dokumentasi Pustu ngasinan wilayah bidan X). Untuk mewujudkan kesehatan ibu dan
anak secara optimal, di perlukan pencapaian target yang maksimal. Karena jika hal ini tidak di
upayakan maka dapat berpengaruh pada tingkat AKI dan AKB serta tingkat cakupan KB secara
nasional. AKI dan AKB merupakan suatu indikator kesehatan suatu negara. Maka, jika masalah ini
tidak diatasi dengan segera, akan membawa dapat yang besar terhadap status kesehatan Indonesia
dimata dunia. Kejadian kematian ibu dan bayi sebenarnya dapat di cegah melalui kegiatan yang
efektif, seperti pemeriksaan kehamilan secara rutin dan berkualitas, kehadiran tenaga kesehatan
yang terampil pada saat persalinan serta pemberian gizi yang memadai pada ibu hamil, menyusui
dan balita, pemantauan berkala pada ibu nifas serta konseling secara 3 diri tenteng keluarga
berencana.

Dengan berbagai perbaikan dilakukan semaksimal mungkin diharapkan pencapaian yang


ditargetkan dapat terpenuhi sehingga penurunan AKI dan AKB dengan meningkatkan pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan asuhan kebidanan secara continuity of care yang berfokus pada
asuhan sayang ibu dan sayang bayi yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dapat
terselengara secara maksimal. Berdasarkan dari uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk
menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Persalinan,
Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB secara continuity of care.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2.1 APA PENGERTIAN PARADIGMA ?
2.2 APA SAJA KOMPONEN DARI PARADOGMA
KEBIDANAN(KEBIDANAN,MANUSIA,LINGKUNGAN,KESEHATAN)?
2.3 SEBUTKAN MACAM-MACAM ASUHAN KEBIDANAN>
2.4 APA SAJA MANFAAT DARI PARADIGMA YANG DI KAITKAN DENGAN ASUHAN KEBIDANAN?
2.5 APA SAJA PERAN BIDAN?
2.6 APA SAJA FUNGSI BIDAN?
2.7 APA SAJA REGULASI YANG BERKAITAN TENTANG BIDAN/KEBIDANAN/KESEHATAN?

1.3 TUJUAN
-MENDESKRIPSIKAN TENTANG PARADIGMA KEBIDANAN
- MENJELASKAN KOMPONEN-KOMPONEN PARADIGMA
- MENJELASKAN MACAM-MACAM PARADIGMA
- MENJELASKAN MANFAAT DARI PARADIGFMA
- MENJELASKAN APA PERAN BIDA
-MENJELASKAN APA SAJA FUNGSI BIDAN
- MEMNJELASKAN REGULASI TENTANG BIDAN,KEBIDANAN DAN KESESHATAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PARADIGMA


Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigma,
berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan / kebidanan dan keturunan.
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya
yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif)), dan bertingkah laku
(konatif).[1] Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di
terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin
intelektual [2]
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan
dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa
Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para)
dan memperlihatkan (deik) [3]. Steven Covey, dalam bukunya "7 Habits Of Highly Effective People"
mendefinisikan paradigma sebagai cara kita memandang sesuatu: pandangan kita, kerangka acuan kita
atau keyakinan kita. Paradigma adalah seperti kacamata. Steven Covey merangkum bahwa ada 3
paradigma pada umumnya: paradigma tentang diri sendiri, paradigma tentang orang lain dan
paradigma tentang kehidupan.

2.2 KOMPONEN PARADIGMA KEBIDANAN


Dalam paradigma kebidanan terdapat 5 komponen yaitu :
1) Wanita
Seorang bidan harus mempunyai pandangan bahwa seorang wanita adalah seorang manusia,
sedangkan manusia adalah makhluk bio – psiko – cultural – spiritual yang utuh dan unik.
• Bio artinya wanita adalah makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan sesuai dengan
tingkat perkembangannya untuk kelangsungan hidup.
• Psiko artinya wanita mempunyai sisi kejiwaan harus diperhatikan dalam setiap memberikan
pelayanan.
• Sosio artinya wanita adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain dan
membutuhkan orang lain.
• Kultural artinya wanita adalah makhluk yang berbudaya atau memiliki kebiasaan –
kebiasaan tertentu.
• Spiritual artinya wanita adalah makhluk yang secara fitrah akan selalu membutuhkan tuhan
sebagai sandaran.
• Utuh artinya pandangan kita kepada seorang wanita sebagai makhluk bio – psiko – sosio –
cultural dan spiritual etrsebut harus dipandang secara menyeluruh, tidak bias hanya
dipandang dari segi biologisnya saja, atau psikologisnya saja karena sisi tersebut menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
• Unik artinya wanita adalah makhluk yang berbeda antara satu dengan yang lain, baik dari
segi bio, psiko, sosio, cultural maupun spiritualnya.

Menurut Abdul Rachman Husein, Wanita adalah seorang ibu sekaligus pendidik yang
luar biasa.Menurut Abdurrahman Umairah, wanita adalah manusia yang mulia dan bernilai
karena memiliki sifat kemanusiaan yang tinggi. Selain itu bidan harus punya pandangan
bahwa wanita khususnya ibu adalah seorang yang akan melahirkan penerus generasi keluarga
dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social sangat
diperlukan. Wanita juga seorang pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas
manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/kondisi dari wanita/ibu dalam keluarga. Para
wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.

2) Lingkungan
Lingkungan adalah semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi individu
pada waktu melakukan aktivitasnya. Menurut Prof.Dr.St.Munadjat Danusaputro,SH ,
Lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk didalamnya manusia dan
tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi
hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Menurut Jonny Purba,
Lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam-
macam interaksi
sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai.Bidan harus
berpandangan bahwa lingkungan yang ada disekitar manusia khususnya wanita sangat
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi baik lingkungan fisik, lingkungan psiko social,
lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah :

Lingkungan fisik adalah Tempat tinggal, kendaraan dll


Lingkungan Psiko sosial : Keluarga, kelompok, masyarakat
Lingkungan Biologi : Hewan dan Tumbuh-tumbuhan
Lingkungan Budaya : Adat istiadat

3) Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan
ligkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku
manusia ini bersipafat holistic atau menyeluruh. Menurut Soekidjo Notoadmodjo, 1987:1 ,
perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Menurut
Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap
lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka
suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
Bidan harus punya pandangan bahwa perilaku ibu akan mempengaruhi kehamilan, perilaku
ibu dalam mencari pertolongan persalinan yang akan berpengaruh pada kesejahteraan ibu dan
janin yang dilahirkan. Demikian pula perilaku ibu pada masa nifas akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan bayinya.

Adapun perilaku propesional dari bidan mencakup ;


Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek
legal
Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara berkala
Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi
pengendalian infeksi
Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan
Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan,
kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka
dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta
persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
Menggunakan keterampilan komunikasi
Bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu
dan keluarga
Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan

4) Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
dalam rangka mencapai keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Pelayanan kebidanan juga disebutkan sebagai keseluruhan tugas yang menjadi
tanggungjawab praktik bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, dengan sasaran :
individu, keluarga dan masayrakat, yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

Layanan Kebidanan Primer adalah Layanan yang menjadi tanggung jawab langsung bidan,
misalnya : Pemeriksaan Kehamilan normal, pemberian imunisasi, dll
Layanan Kebidanan Kolaborasi adalah Layanan dengan bidan sebagai tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kebidanan. Contoh : Bidan turut dalam penanganan bulin di RS.
Layanan Kebidanan Rujukan adalah Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
pelimpahan penanganan pasien ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.Contoh
pasien melahirkan dengan perdarahan di kirim ke RS.
5) Keturunan
Bidan harus berpandangan bahwa kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh
keturunan. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut kesiapan
wanita sebelum perkawinan, masa kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas.
Walaupun kehamilan, kelahiran dan nifas adalah proses fisiologis namun bisa ditangani
secara akurat dan benar, keadaan fisiologis akan menjadi patologis. Hal ini akan berpengaruh
dengan bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu layanan pra perkawinan, kehamilan,
kelahiran dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang
tidak dapat dipisahkan.

2.3 MACAM-MACAM ASUHAN KEBIDANAN


A. Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil
Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan Bidan pada ibu hamil
utuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan menangani secara dini
kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan.

Tujuan pemeriksaan dan pengawasan Ibu hamil


1. Tujuan umum
· Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan
anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas,
sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2. Tujuan khusus
· Mengenal dan menangani penyakit-penyakit yang
mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
· Mengenal dan mengobati penyakit-penyakit yang
mungkin diderita sedini mungkin
· Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan
anak
· Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehat
sehari-hari

Standar Asuhan Kehamilan Kunjungan antenatal care (ANC) minimal :


1. Satu kali pada trimester 1 (usia kehamilan 0 – 13 minggu).
2. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14 – 27 minggu)
3. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 18 – 40 minggu)
Kehamilan memberikan perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu
hamil. Perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis misalnya; pusing, mual, tidak nafsu makan, BB
bertambah dan sebagainya. Sedangkan perubahan psikologis yang menyertai ibu hamil diantaranya;
ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan bergairah dengan kehamilannya dan sebagainya.
Adapun pelaksanaan komunikasi bagi ibu hamil, bidan diharapkan :(a) mampu melaksanakan
asuhan dan tindakan pemeriksaan, pendidikan kesehatan dan segala
bentuk pelayanan kebidanan ibu hamil; (b) dengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat
meredam permasalahan psikososial yang berdampak negatif bagi kehamilan; (c) membantu ibu sejak
pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk menerima dan memelihara
kehamilannya.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

          Asuhan yang di berikan Bidan pada Ibu Bersalin. Bidan melakukan Observasi pada Ibu Bersalin,
yani pada Kala I, Kala II, kala III, Dan kala IV.

1. kala I: Pembukaan 0-10

 Pembukaan: 1. fase laten: 8jam : 0-3


2. fase Aktif: 6jam : 1. Akselerasi: (2jam) 3-4
 2. Dilatasi max: (2jam) 4-9
3. Deselerasi: (2jam) 9-10

 Asuhan yang diberikan :

1. memonitoring tekanan darah, suhu badan, denyut nadi setiap 4jam


2. mendengarkan denyut jantung janin setiap jam pada fase laten dan 30    menit pada fase aktif. 
3. palpasi kontraksi uterus setiap jam setiap fase laten dan 30 menit pada fase aktif.
4. memonitoring pembukaan servik penurunan bagian daerah terendah pada fase laten dan fase
aktif setiap 4jam.
5. memonitoring pengeluaran urine setiap 2jam
 6. menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga atau temandekat
untuk mendampingi ibu.
7. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan selanjutnya serta kemajuan persalinan
dan meminta persetujuan ibu untuk rencana asuhan selanjutnya.
8. mengatur aktifitas dan posisi dan membimbing relaksasi sewaktu ada his.
9. menjaga privasi ibu.
10. menjaga kebersihan diri.
11. memberi rasa aman dan menghindari rasa panas, mengurangi rasa nyeri ketika his misalnya
dengan membuat rasa sejuk dan masase.
12. memberikan cukup minum dan makan.
13. memastikan dan mempertahankan kandung kemih tetap kosong.
14. menciptakan rasa kedekatan antara bidan dan ibu misalnya dengan sentuhan.
2. kala II: Lahirnya janin

Asuhan yang diberikan :

1. memberikan dukungan terus menerus kepada ibu


2. memastikan kecukupan makan dan minum
3. mempertahankan kebersihan diri
4. mempersiapkan kelahiran bayi
5. membimbing meneran pada waktu his
6. melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung bayi terus menerus
7. melakukan amniotomi
8. melakukan episiotomi jika diperlukan
9. melahirkan kepala sesuai mekanisme persalinan dan jalan lahir
10. melonggarkan atau melepaskannya, bila ada lilitan tali pusat pada kepala dan badan bayi.
11. melahirkan bahu dan diikuti badan bayi
12. nilai tanda-tanda kehidupan bayi minimal 3 aspek adalah asuhan bernafas , denyut jantung,
warna kulit
13. klem/jepit tali pusat didua tempat dan potong dengan gunting steril/DTT
14. menjaga kehangatan bayi15. merangsang pernafasan bayi bila diperlukan

3. kala III: Lahirnya Plasenta

Asuhan yang diberikan :

1. melaksanakan menagemen aktif kala III


a. melakukan palpasi uterus untuk memastikan tidak ada bayi laindalam 2menit
b. memberikan suntikan oksitosin 10 im

       - segera diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi, jika bayi tunggal

       - pemberian oksitosin 10 unit im dapat diulangi setelah 15 jika plasenta

         masih belum lahir.

       - jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu dan susukan

          bayi segera guna menghasilkan oksitosin alamiah.

 c. melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)


 d. setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta dilahirkan dengan
    perasat brandt Andrew.
 e. setelah kelahiran plasenta, lakukan masase fundus uteri
2. memotong dan mengikat tali pusat
3. memperlihatkan/mendekatkan bayi dengan ibunya.
4. meletakkan bayi segera mungkin, kurang dari 30 menit setelah lahir bila Memungkinkan.

4. kala IV: 2jam Post partum

Asuhan yang diberikan :

1. lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah, tanda-tanda

   Vital

   a. 2-3 kali selama 10 menit pertama

   b. setiap  15 menit selam 1 jam

   c. setiap 20-30 menit selama jam kedua

   d. jika uters tidak berkontraksi dengan baik, lakukan masase fundus dan

      berikan methyl-ergometrine 0,2 mg IM (jika ibu tidak mengalami

      hipertensi).

2. melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum


3. melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaputnya
4. ajarkan ibu/keluarga tentang cara mengecek/meraba uterus dan  memasasenya.
5. evaluasi darah yang hilang.
6. memantau pengeluaran klohkea (biasanya tidak lebih dari darah haid )
7. mempertahankan kandung kemih tetep kosong (tidak dengan kateterisasi).

2.2.3 Asuhan kebidanan pada Ibu Nifas

          Asuhan kebidanan pada Ibu nafas adalah Asuhan yang di berikan Pada Ibu Nifas. Biasanya
berlangsung selama 40 hari atau sekitar 6minggu. Pada Asuhan ini Bidan memberikan Asuhan
berupa Memantau Involusi Uteri, Kelancaran ASI, dan Kondisi Ibu dan Anak.

Ibu setelah melahirkan akan mengalami fase ini yaitu fase ibu nifas. Ibu nifas juga


mengalami perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Oleh karena itu,
diperlukan juga komunikasi pada saat nifas. Perubahan fisiologis pada
ibu nifas meliputi: proses pengembalian fungsi rahim, keluarnya lochea, dsb. Sedangkan perubahan
psikologis meliputi: perasaan bangga setelah melewati proses persalinan, bahagia bayi telah lahir
sesuai dengan harapan, kondisi-kondisi yang membuat ibu sedih saat nifas (keadaan bayi tidak
sesuai harapan, perceraian, dsb).
Pelaksanaan komunikasi yang dilakukan bidan pada ibu nifas harus memperhatikan
kestabilan emosi ibu, arah pembicaraan terfokus pada penerimaan kelahiran bayi,
penyampaian informasi jelas dan mudah dimengerti oleh ibu dan keluarga, dsb.

2.2.4 Asuhan Kebidanan pada Bayi baru lahir

          Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah Asuhan yang di berikan Bidan pada bayi baru
lahir. Pada bayi baru lahir Bidan memotong tali plasenta, memandikan, mengobservasi ada tidaknya
gangguan pada pernafasan dsb dan memakaikan pakaian dan membendong dengan kain.

          Komunikasi pada bayi dimulai sejak kelahiran sejak bayi mulai menangis sampai


lancar berbicara. Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi bayi meliputi : (1) fase
prelinguistic; (2) kata pertama; (3) kalimat pertama; (4) kemampuan bicara egosentris dan
memasyarakat; (5) perkembangan semantik

Fase Prelinguistic
Suara pertama kali yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangisan. Hal tersebut sebagai
reaksi perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Bayi menangis dikarenakan lapar, tidak
nyaman oleh karena basah, kesakitan atau minta perhatian. Bunyi refleksi (reflek vocal) juga
termasuk dalam fase prelinguistic, yang meliputi : (a) Babling (meraban), fase ini dimulai
ketika bayi tahu suaranya, senang mendengar suaranya dan kemudian diulang
seperti berbicara sendiri. (b) Echolalia, mengulang gema suara dari suara yang diucapkan orang lain.

2.2.5 Asuhan kebidanan pada Neunatus dan Balita

          Asuhan kebidanan pada neunatus dan balita adalah Asuhan yang di berikan Bidan pada
Neunatus dan balita. Pada balita Bidan memberikan Pelayanan, informasi tentang Imunisasi dan KIE
sekitar kesehatan neunatus dan balita.

2.2.6 Asuhan kebidanan pada Pelayanan KB

          Asuhan Kebidanan pada pelayanan KB adalah Asuhan yang diberikan Bidan pada Ibu yang akan
melakukan pelayanan KB. Bidan memberikan asuhan tentang macam-macam KB, efek dan dampak
dari pemakaian KB, serta memberikan wewenang terhadap IBu untuk memilih macam-macam KB
yang akan di gunakan.

Tidak semua akseptor KB mengalami kenyamanan dalam menggunakan alat kontrasepsi. Ada


juga yang mengalami perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis setelah penggunaan alat
kontrasepsi. Perubahan fisiologis yang sering terjadi adalah akibat dari efek samping penggunaan
alat kontrasepsi tersebut. Misalnya pusing, BB bertambah, timbul flek-flek di
wajah, gangguan menstruasi, keputihan, gangguan libido, dll. Adapun perubahan psikologis yang
dialami adalah kecemasan atau ketakutan akan keluhan-keluhan yang terjadi, kegagalan dalam
pemakaian alat kontrasepsi.
2.2.7 Asuhan kebidanan pada Wanita dengan gangguan Reproduksi

          Asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan Reproduksi adalah Asuhan yang di berikan
Bidan pada wanita yang mengalami gangguan reproduksi. Bidan memberikan KIE (Konseling
Informasi Edukasi) tentang gangguan-gangguan reproduksi yang sering muncul pada wanita seperti
keputihan, menstruasi yang tidak teratur.

Wanita dengan gangguan sistem reproduksi akan mengalami gangguan atau perubahan yang
bersifat fisiologis maupun psikologis. Perubahan fisiologis yang terjadi seperti
keputihan, gangguan haid, penyakit menular seksual, dll. Sedangkan perubahan yang
bersifat psikologis diantaranya ibu cemas, takut akan masalah-masalah yang terjadi dan
ketidaksiapan dalam menerima kenyataan.

Pelaksanaan komunikasi pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi adalah penjelasan
kemungkinan penyebab gangguan yang dialaminya, deteksi dini terhadap kelainan sehubungan
dengan gangguan reproduksi, pemberian informasi tentang layanan kesehatan, membantu dalam
pengambilan keputusan dan pemberian support mental.

2.4 MANFAAT PARADIGMA DIKAITKAN DENGAN ASUHAN KEBIDANAN

Manfaat Paradigma Kebidanan Dalam Asuhan Kebidanan


Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memebrikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam
bidang kesehatan ibu pada masa hamil, masa bersalin, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana.
Paradigma kebidanan bermanfaat bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan antara
lain :
a. Manfaat Bagi Bidan
• Membantu bidan dalam mengkaji kondisi klien
• Membantu bidan dalam memahami masalah dan kebutuhan klien
• Memudahkan dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan yang berkualitas sesuai
dengan kondisi klien

b. Manfaat Bagi Pasien


• Membantu klien untuk mendapatkan rasa nyaman dan aman dalam menerima asuhan
kebidanan
• Membantu klien dalam meningkatkan kemampuan berperan serta sebagai individu yang
bertanggungjawab atas kesehatannya
• Meningkatkan perilaku positif klien yang akan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
2.5 PERAN BIDAN

Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam suatu sistem. Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.

1. Peran sebagai Pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi,
dan tugas ketergantungan.
a. Tugas mandiri Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai
klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien /
keluarga
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien / keluarga
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam
masa klimakterium serta menopause
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga dan pelaporan
asuhan.
b. Tugas Kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu: Konsep Kebidanan dan
Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan :
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga
5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga
6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga.

7) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga. c.
Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko
tinggi serta kegawatdaruratan,
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang
disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.

2. Peran sebagai Pengelola


Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan. Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar
kesehatan di wilayah kerja. Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan
b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan
sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah
bimbingan dalam wilayah kerjanya.

3. Peran sebagai Pendidik


pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta
pelatih dan pembimbing kader.
a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
b. Melatih dan membimbing kader .

4. Peran Sebagai Peneliti / Investigator


Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, mencakup:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau
pelayanan kesehatan.
2.6 FUNGSI BIDAN

Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peranannya. Berdasarkan
peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai berikut.

1. Fungsi Pelaksana
a. Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut
b. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya
kaum remaja) pada masa praperkawinan.
c. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis
tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
d. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
e. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
f. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
g. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
h. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
i. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
j. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk
wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.

2. Fungsi Pengelola Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:
Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan
a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan
kebidanan
e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

3. Fungsi Pendidik Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
c. Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat.
d. Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
4. Fungsi Peneliti Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau berkelompok
dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

2.7 REGULASI YANG BERKAITAN TENTANG KEBIDANAN ATAU BIDAN ATAU KESEHATAN
Kebidanan memiliki Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Maret 2019.
Undang-Undang 4/2019 tentang Kebidanan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 56 dan Penjelasan Atas UU No. 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325 oleh
Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 15 Maret 2019 di Jakarta.

Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan,
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah,
termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya. Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah
oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidct.n secara mandiri,
kolaborasi, dan/atau rujukan. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan. Kompetensi Bidan adalah kemampuan
yang dimiliki oleh Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk
memberikan Pelayanan Kebidanan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPILAN

Paradigma kebidanan adalah cara pandang bidan dalam memberikan pelayana kebidanan.
Komponen dalam pelayanan kebidanan adalah wanita, lingkungan, perilaku, keturunan dan
pelayanan kesehatan Bidan harus mempunyai paradigma bahwa wanita adalah makhluk bio-
psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik
Bidan harus mempunyai paradigma bahwa lingkungan yang ada disekitar manusia khususnya
wanita sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
Bidan harus mempunyai paradigma bahwa perilaku manusia khususnya wanita sangat
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
Bidan harus mempunyai paradigma bahwa kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh
keturunan, sehingga perlu persiapan pada masa pra perkawinan, pra kehamilan, kehamilan
dan melahirkan. Paradigma kebidanan yang tepat akan bermanfaat bagi bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas.
a. orang/individu/manusia adalah fokus paradigma.
b. orang/manusia harus bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri
c. manusia berinteraksi dengan lingkungan/masyarakat
d. lingkungan / masyarakat dapat mempengaruhi kesehatan.
e. Bidan sebagai manusia harus memiliki ilmu pengetahuan untuk mengetaui bagaimana diri sendiri
f.. dengan mengetahui bagaimana diri sendiri diharapkan bidan dapat memahami orang lain/manusia
lain, sehingga bidan harus bersikap objektif dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada wanita-
wanita
g. sifat-sifat manusia harus diperhatikan, keterbukaan dan kesabaran antara hubungan bidan dan
wanita sangat dibutuhkan.
h. interaksi antara bidan dan pasien mendorong keterbukaan hubungan bidan dengan wanita.
i. bidan – pasien saling membutuhkan.
j. bidan harus menganggap pekerjaan sebagai suatu hal yang menarik, menumbuhkan ketertarikan
dalam aspek kesehatan, contohnya saja dalam interaksi bidan – pasien dan dalam bekerja dengan
teman-teman dan tim kesehatan lain.

3.2 SARAN

Makalah ini telah disusun berdasarkan dengan ruang lingkup,pembelajaran yang ada.
Namun, kami menyadari bahwasanya masih.banyak kesalahan maupun kekurangan baik
didalam penulisan ataupun isinya. Oleh karena itu, kami minta kritik dan saran yang
bersifatmembangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga materiyang ada
didalam makalah ini dapat berguna bagi kita semua yangmempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anggreini, Mekar Dwi dan Hartati. 2009. Analisis Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Pola
Menstruasi pada Akseptor KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) di Wilayah Kerja
Puskesmas Sokaraja I Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing) Vol. 4 No. 2 Juli 2009.

Anindyajati, Gina. 2014. Keluhan pada Kehamilan. Artikel Angsa Merah Anonim. 2014. Alat
Kontrasepsi Terkini. Bahan Ajar. . 2012.

Asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus. Jurnal Bidan Diah (Midwifery is my way). Tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai