Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran


Luring maupun Daring
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dra. Widyastuti, M. Pd.

Disusun oleh :
Elyta Nurul Ihza Fitrianingsih (KKI - 23030180057)
Tadris Bahasa Inggris
Progam Kelas Khusus Internasional 2018

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

Jalan Lingkar Selatan Pulutan Sidorejo Telp (0298) 323706 Salatiga 50716
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Indikator Keefektifan Pembelajaran.....................................................................................5
B. Definisi Model, Pendekatan, Metode, Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran...........6
C. Model, Pendekatan, Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran yang Efektif beserta
Kekurangan dan Kelebihannya......................................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................22
PENDAHULUAN...............................................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................................................22
B. Saran.......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan
tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi
penularan virus tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing,
physical distancing, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini
mengharuskan masyarakat untuk tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah
di rumah. Akibat dari kebijakan tersebut membuat sektor pendidikan seperti sekolah
maupun perguruan tinggi menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka.
Sebagai gantinya, proses pembelajaran dilaksanakan secara daring yang bisa
dilaksanakan dari rumah masing-masing siswa. Sesuai dengan Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam
masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19) menganjurkan untuk
melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring.
Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari
pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru
agar siswa melakukan kegiatan belajar yakni untuk mencapai tujuan atau kompetensi
yang diharapkan. Dalam merancang kegiatan pembelajaran ini, perlu memahami
karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, cara atau metode apa yang akan dipilih dan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu
memahami berbagai pendekatan, strategi, teknik dan model pembelajaran.
Pemahaman tentang hal ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat
memilah , memilih, dan menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan beberapa
model, pedekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang menurut penulis
efektif dalam makalah ini.

3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja indikator yang dimaksud dalam definisi efektif dalam suatu pembelajaran?
2. Apa definisi dari model, pedekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran?
3. Bagaimana model, pendekatan, strategi, teknik dan metode pembelajaran yang efektif
untuk diterapkan? Serta apa saja kekurangan dan kelebihan model pendekatan,
metode, strategi, teknik dan metode pembelajaran tersebut?
C. Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah diatas kami dapat menarik suatu tujuan masalah:
1. Memahami Indikator definisi efektif dalam suatu pembelajaran.
2. Mengetahui definisi model, pedekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.
3. Mendapatkan dan memahami model, pendekatan, strategi, teknik dan metode
pembelajaran yang efektif untuk diterapkan baik di era pandemi sekarang maupun
keadaan normal. Dan mengetahui kekurangan dan kelebihan model, pendekatan,
metode, strategi, teknik dan metode pembelajaran yang telah dipaparkan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Indikator Keefektifan Pembelajaran


Dalam kondisi ideal, setelah pembelajaran dilakukan maka diharapkan salah
satu aspek terjadi perubahan pada peserta didik. Namun kenyataan yang terjadi bahwa
tidak sedikit dari pelaksanaan pembelajaran lebih banyan peserta didik yang tak
terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini menggambarkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Ukuran efektif dalam proses belajar
mengajar atau pembelajaran, berbagai ahli mengungkapakan pendapat ,asing-masing.
Dari berbagai pendapat tersebut penulis mengkombinasikan beberapa indikator yang
dianggap penting untuk dimunculkan sebagai ciri pembelajaran yang efektif.
Kecederungan beberapa ahli yang mengupas pembelajaran efektif sebagian besar
bermuara pada proses belajar mengajar dan hasil akhir. Berikut beberapa pendapat
ahli yang mengungkapkan tentang pembelajaran efektif.
Pertama, Wotruba dan Wright dalam Hamzah Uno (2013) mengungkapkan hasil
kajiannya dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa tujuh indikator
pembelajaran dikatakan efektif, yaitu: (1) pengorganisasian materi yang baik, (2)
komunikasi yang efektif, (3) penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, (4)
sikap positif terhadap peserta didik, (5) pemberian nilai yang adil, (6) keluwesan dalam
pendekatan pembelajaran, dan (7) hasil belajar peserta didik yang baik. Kedua,
Reigeluth (1983: 234) mengungkapkan, indikator pembelajaran efektif yaitu: (1)
Kecermatan penguasaan; (2) Kecepatan unjuk kerja; (3) Tingkat alih belajar; dan (4)
Tingkat retensi. Memperhatikan dua pendapat ahli tersebut tentang indikator
pembelajaran efektif, suatu permasalahan yang dapat diungkapkan disini adalah
bagaimana ragam indikator dari suatu pembelajaran dikatakan efektif? diungkapkan dua
pendapat ahli entang indikator pembelajaran efektif. Pertama Wotruba dan Wright
mengungkapkan tujuh indikator pembelajaran efektif dan Reigeluth mengungkapkan
empat indikator pembelajaran efektif.
Dari dua pendapat tersebut penulis mempertimbangkan objektiftas, ketercapaian
dan aplikatif; maka dalam tulisan ini dipaparkan ada lima indikator pembelajaran
efektif, yaitu: (1) pengelolaan pelaksanaan pembelajaran, (2) proses komunikatif, (3)
respon peserta didik, (4) aktifitas belajar (5) hasil belajar. Dengan demikian,
pembelajaran dinyatakan efektif bila semua indikator tersebut dalam katagori minimal

5
baik. Jika salah satu dari indikator yang dimaksud belum tergolong baik (ada yang
belum mencapai 75%), maka belum dapat dinyatakan efektif. Untuk itu disarankan agar
menelusuri dan menemukan penyebab dari indikator dari pembelajaran efektif yang
belum dinyatakan baik, selanjutnya perlu dikembangkan lebih lanjut dengan
mempertimbangkan model, pendekatan, metode, strategi, teknik dan metode
pembelajaran yang menurut penulis efektif dalam pembelajaran berdasarkan
penelusuran yang penulis lakukan.

B. Definisi Model, Pendekatan, Metode, Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran


Indikator keefektifan pembelajaran yang telah penulis rangkum akan
menjelaskan mengenai proses belajar. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi
antara siswa dengan lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan perlu diatur
sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan perilaku yang
diinginkan. Pengaturan lingkungan tersebut, meliputi analisis kebutuhan siswa,
karakteristik siswa, perumusan tujuan, penentuan materi pelajaran, pemilihan strategi
yang sesuai, serta media pembelajaran yang diperlukan. Jadi, strategi pembelajaran
merupakan salah satu unsur yang penting dipahami oleh guru. Strategi pembelajaran
disusun berdasarkan suatu pendekatan tertentu. Oleh karena itu, sebelum diuraikan
tentang strategi pembelajaran, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian
pendekatan. Secara berturut-turut berikut ini akan dikemukakan pengertian-pengertian
tentang model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik dalam pembelajaran:
1. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikansecara khas oleh guru di kelas. Dalam model
pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
3. Strategi pembelajaran adalah dari pendekatan pembelajaran yang telah
ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Strategi
dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara sempit
dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit bahwa istilah strategi itu

6
sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam
rangka pencapaian tujuan.
4. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu
pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat
pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan
ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara
aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
5. Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
teknik pembelajaran
6. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman
dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.

Berikut penulis cantumkan posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut


yang dapat membantu untuk menetapkan perbedaanya, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:

7
C. Model, Pendekatan, Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran yang Efektif
beserta Kekurangan dan Kelebihannya.
Berdasarkan apa yang telah penulis baca, ada banyak model, pendekatan,
strategi, teknik dan metode pembelajaran. Namun, penulis hanya akan mengemukakan
3 dari masing-masing pengertian tersebut yang terangkum sebagai berikut:
a. Pendekatan yang Efektif
Pendekatan menurut Gulo (dalam Suprihatingrum, 2013, hlm. 146)
adalah sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam
kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran). Sudut pandang tersebut
menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran.
Pendekatan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu: teacher centered (berpusat pada guru) dan student
centered (berpusat pada siswa). Kemudian dikembangkan dengan berbagai
macam pendekatan, maka dari itu penulis menyimpulkan 3 pendekatan yang
menurut penulis paling efektif.
1. Pendekatan Kontekstual (CTL)
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan
pembelajaran yang dikenal dengan sebutan CTL (Contextual Teaching
and Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. Melalui
pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar dapat lebih bermakna
bagi siswa, karena siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam
kehidupan mereka dalam jangka panjang.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johnson (dalam Siregar
& Nara, 2011, hlm. 117) bahwa kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan
otak (IQ) tidak lepas dari faktor lingkungan atau faktor konteks, karena
ada antarmuka (jembatan penghubung) antara kognisi dan lingkungan.
Komponen – komponen yang menyusun pendekatan kontekstual dan
sekaligus menjadi cirinya adalah sebagai berikut (Siregar & Nara,
2011, hlm. 117).
 Membangun hubungan untuk menemukan makna (relating),

8
 Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),
 Belajar secara mandiri,
 Kolaborasi (collaborating),
 Berpikir kritis dan kreatif (applying),
 Mengembangkan potensi individu (transfering),
 Standar pencapaian yang tinggi,
 Asesmen yang autentik.

Berikut adalah kekurangan dan kelebihan pendekatan CTL.


Menurut Anisa (2009) ada beberapa kelebihan dalam pembelajaran
CTL yaitu

 Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa melakukan sendin


kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga
siswa dapat memahaininya sendiri.
 Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran CTL
menuntut siswa menemukan sendiri bukan menghafalkan
 Menumbuhkan keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat tentang materi yang dipelajari
 Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari
dengan bertanya kepada guru.
 Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan teman
yang lain untuk memecahkan masalah yang ada
 Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan
pembelajaran
Menurut Dzaki (2009) kelemahan dalam pembelajaran CTI. Yaitu
 Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran, tidak
mendapatkan pengetahuan dan yang sama dengan teman lainnya
karena siswa tidak mengalami sendiri.
 Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan
kelompoknya

9
 Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama
dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus
bekerja melebihan siswa yang lain dalam kelompoknya

Dari penjelasan di atas maka seorang guru dalam menerapkan


model pembelajaran CTL harus dapat memperhatikan keadaan siswa
dalam kelas Selain itu, seorang guru juga harus mampu membagi
kelompok secara heterogen, agar siswa yang panda dapat membantu
siswa yang kurang pandai

2. Pendekatan Induktif
Menurut Purwanto dalam Rahmawati (2011, hlm. 75)
pendekatan induktif dalam pembelajaran adalah pendekatan yang
bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan.
Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh
khusus kemudian sampai kepada generalisasinya. Dengan kata lain,
pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus
kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau
aturan yang spesifik.
Kelebihan Pendekatan Induktif
 Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri
atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat
dengan lebih baik.
 Pembelajaran lebih terarah.
 Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh.
Kalau terjadi keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi
sejak masih awal.
 Bisa untuk berbagai siswa dengan aneka tipe belajar.
 Dapat meningkatkan motivasi siswa.
Kelemahan Pendekatan Induktif
 Memerlukan banyak waktu.
 Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif
menyampaikan pendapat.

10
 Guru wajib melakukan pembimbingan atau memberi arahan
jika ternyata banyak siswa punya pemahaman yang salah.
 Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau
aplikasi untuk memahaminya.
3. Pendekatan Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivis satu prinsip yang paling penting
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun
sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman
yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harusmemanjat
anak tangga tersebut.
Menurut Bell, Drive dan Leach (Yuliariatiningsih dan Karli,
2002:2) pendekatan konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses
belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan
diri (self-regulation). Dan pada akhir proses belajar, pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil belajar.
Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong
siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
 Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang
menantang siswa.
11
 Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori,
mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
 Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan
baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri
dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal
maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk
menggunakan berbagai strategi belajar.
 Pembelajaran konstruktivis mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka
serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi
perubahan gagasan mereka.
 Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak,
dan menghindari selalu ada satu jawaan yang benar.
Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme
 Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang
bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil
konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
 Konstruktivis menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang
lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.
 Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu
keaktifan dan kreatifitas siswa.

b. Strategi yang Efektif


Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
12
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.
Strategi pembelajaran sendiri terbagi ke dalam beberapa macam dan
jenis. Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286), ada beberapa macam strategi
pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru, namun di sini penulis
hanya menuliskan 3 strategi yang menurut penulis paling efektif:
1. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu
masalah yang ditanyakan. Proses berpikir ini biasa dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan siswa.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari
pendekatan yang berorientasi pada siswa. SPI merupakan strategi yang
menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan
mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu
maturation, physical experience, social experience dan equilibration.

Kelebihan Strategi Pembelajaran Inquiry 


 Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa
aktif.
 Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada
siswa.
 Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri.
 Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional, yaitu guru
yang menguasai kelas.
 Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar.
 Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.

13
Kekurangan Strategi Pembelajaran Inquiry
 Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
 Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa
yang tinggi, bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya
kurang efektif.
 Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang
menerima informasi dari guru apa adanya.
 Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya
sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan
pembimbing siswa dalam belajar.
 Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada
anggota yang kurang aktif.
2. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan
nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang
yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat
muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk
sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan
membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini
tidaklah mudah untuk dilakukan. Namun ketika strategi ini berhasil
maka akan menimbulkan dampak yang luar biasa untuk hasil
pembelajaran.
Kelebihan Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)
 Dalam pelaksanaan pembelajaran afektif akan dapat
Membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermatabat.
 Mengembangkan potensi peserta didik dalam hal nilai dan
sikap.
 Menjadi sarana pembentukan manusia yang beriman, dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,

14
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.
 Peserta didik akan lebih mengetahui mana yang hal yang baik
dan mana yang tidak baik.
 Peserta didik akan mengetahui hal yang berguna atau berharga
(sikap positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap
negatif).
 Dengan pelaksanaannya strategi pembelajaran afektif akan
memperkuat karakter bangsa indonesia, apalagi apabila
diterapkan pada anak sejak dini.
 Dengan pelaksanaan pembelajaran afektif siswa dapat
berperilaku sesuai dengan pandangan yang di anggap baik dan
tidak bertentangan dengan norma- norma yang berlaku.
Kelemahan Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)
 Kurikulum yang berlaku selama ini cendrung diarahkan untuk
pmbentukan intelektual (kemampuan kognitif) dimana anak
diarahkan kepada menguasai materi tanpa memperhatikan
pembentukan sikap dan moral.
 Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
 Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan
segera, karena perubahan sikap dilihat dalam rentang waktu
yang cukup lama.
 Pengaruh kemampuan teknologi, khususnya teknologi informasi
yang menyuguhkan aneka pilihan program acara yang
berdampak pada pembentukan karakter anak.
3. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan salah satu dari macam-macam pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru. Hal ini dikarenakan guru
memegang peranan yang sangat penting atau dominan dalam strategi
15
ini. Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah
dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga anak didik
tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
Kelebihan Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
 Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran,
guru dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan.
 Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif
apabila materi pelajaran yang harus dikuasai cukup luas dan
waktu terbatas.
 Melalui strategi ini siswa dapat mendengar melalui penuturan
tentang materi pelajaran sekaligus mengobservasi melalui
demonstrasi.
 Strategi ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dengan kelas
besar.
Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
 Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dilakukan terhadap
siswa dengan kemampuan mendengar dan menyimak yang baik.
 Strategi ini tidak mungkin melayani perbedaan kemampuan
belajar, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar individu.
 Karena lebih banyak dengan ceramah, strategi ini sulit
mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa.
 Keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan yang
dimiliki guru.
 Gaya komunikasi pada strategi ini satu arah jadi kesempatan
mengontrol kemampuan belajar siswa terbatas.
c. Metode dan Teknik yang Efektif
Dalam poin metode dan teknik penulis menggabungkan keduanya
karena memiliki kesinambungan yang terstruktur berdasarkan pengertian para
ahli sebagai berikut : Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa teknik (yang
kadangkadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Teknik adalah jalan atau alat (way or means) yang digunakan
oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan
dicapai. Guru yang efektif sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode
16
(teknik) dengan efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan. Sedangkan
metode, menurut Winarno Surakhmad (1986) adalah cara, yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik
bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik
metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.
Namun, metode kadang-kadang dibedakan dengan teknik. Metode
bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif, maksudnya
merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk
mencapai tujuan. Contohnya, guru A dan guru B sama-sama menggunakan
metode ceramah, keduanya mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan
metode ceramah yang efektif, tetapi hasil guru A berbeda dengan guru B
karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi, tiap guru mempunyai teknik
yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama. Sebelum penulis
memaparkan apa saja metode dan teknik yang efektif, berikut rangkuman
jenis-jenis metode pembelajaran yang mana di dalamnya terdapat teknik yang
diterapkan dalam metode pembelajaran
Jenis metode pembelajaran juga dapat diklasifikasikan sesederhana:
 Berdasarkan pemberian informasi, contoh macamnya:
metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi.
 Berdasarkan pemecahan masalah: metode brainstorming,
metode diskusi kelompok, metode rembuk sejoli, metode
diskusi kelompok kecil (buzz group), metode panel, metode
forum debat, metode seminar, metode simposium.
 Berdasarkan penugasan: metode latihan (drill), metode
penugasan (resitasi), metode permainan (diad, kubus pecah,
role playing, sosiodrama, simulasi), metode kelompok kerja
(workshop), metode studi kasus, metode karyawisata.

Berdasarkan klasifikasi diatas berikut adalah penggolongan metode


dan teknik yang menurut penulis paling efektif:

1. Metode Diskusi dengan Teknik Diskusi


Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik

17
ini terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat,
saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah,
dapat juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar.
Teknik diskusi merupakan suatu cara mengajar dengan cara
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang
masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat
pendapatnya. Diskusi ditinjau dari tujuannya dibedakan menjadi :
 The Social Problem Meeting, merupakan teknik pembelajaran
dengan tujuan berbincang-bincang menyelesaikan masalah
sosial di lingkungan;
 The Open ended Meeting, berbincang-bincang mengenai
masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari dimana kita berada;
 The Educational Diagnosis Meeting, berbincang-bincang
mengenai tugas/pelajaran untuk saling mengoreksi pemahaman
agar lebih baik.

Kelebihan teknik diskusi:

 Terjadi interaksi yang tinggi antara komunikator dan


komunikan
 Dapat membantu siswa untuk berfikir lebih kritis
 Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir
kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan
pikiran-pikirannya.

Kekurangan teknik diskusi :
 Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu
 Tidak semua argument bisa dilayani atau di ajukan untuk
dijawab
2. Metode ceramah dengan Teknik Ceamah plus
Ini merupakan metode pengajaran dengan ceramah lisan yang
disertai oleh metode lainnya. Biasanya metode mengajar yang satu ini
memakai metode lebih dari satu. Diantaranya seperti teknik ceramah
plus dengan tanya jawab, teknik ceramah plus demonstrasikan serta

18
latihan, dan metode ceramah plus tugas dan diskusi. Metode ini
mungkin terkesan membosankan dan monoton namun tanoa adanya
metode ceramah bebrapa mata pelajaran akan terkesan kurang detail
dan mendalam, sehingga adanya teknik ceramah plus untuk
mengkombinasikan metode ini dengan beberapa metode yang lain.
Kelebihan Metode ceramah dengan Teknik Ceamah plus
 Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
 Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga
Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
 Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa
terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kekurangan Metode ceramah dengan Teknik Ceamah plus
 Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang
dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa
menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya
dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak
terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
 Membutuhkan waktu lebih banyak.
 Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote
learning), sehingga akan kebingungan bila ditanya pengertian
dan asal muasal suatu rumus
d. Model Pembelajaran Efektif
Dari beberapa model pembelajaran yang telah penulis baca, penulis
menemukan model pembelajaran yang menurut penulis paling efektif terlebih
untuk diterapakan di masa pandemi seperti sekarang ini dan bisa juga diterapkan
secara langsung tatap muka, yaitu Model Blended Learning yang pada dasarnya
merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-
muka dan secara virtual.
Menurut Semler (2005) “Blended learning combines the best aspects of
online learning, structured face-to-face activities, and real world practice. Online
learning systems, classroom training, and on-the-job experience have major
drawbacks by themselves. The blended learning approach uses the strengths of
each to counter the others’ weaknesses.”

19
Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang
menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya
pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator
dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga sebagai sebuah
kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih
daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.
Blended learning merupakan pembelajaran yang didukung oleh kombinasi
efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran yang
berbeda serta ditemukan pada komunikasi terbuka diantara seluruh bagian yang
terlibat dengan pelatihan”. Sedangkan untuk keuntungan dari penggunaan
blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face)
dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial
yaitu:
 Adanya interaksi antara pengajar dan mahasiswa
 Pengajaran pun bisa secara online ataupun tatap muka langsung
 Blended Learning = combining instructional modalities (or delivery
media),
 Blended Learning = combining instructional methods

Tingkat efektifitas tersebut ditunjang dengan kelebihan yang dimiliki oleh


pembelajaran dengan sistem pembauran (blended learning), sebagai berikut:

 Penyampaian pembelajaran dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana


saja dengan memanfaatkan sistem jaringan internet.

 Peserta didik memiliki keleluasan untuk mempelajari materi atau bahan


ajar secara mandiri dengan memanfaatkan bahan ajar yang tersimpan
secara online.

 Kegiatan diskusi berlangsung secara online/offline dan berlangsung


diluar jam pelajaran, kegiatan diskusi berlangsung baik antara peserta
didik dengan guru maupun antara antar peserta didik itu sendiri.

 Pengajar dapat mengelola dan mengontrol pembelajaran yang dilakukan


siswa diluar jam pelajaran peserta didik.

20
 Pengajar dapat meminta kepada peserta didik untuk mengkaji materi
pelajaran sebelum pembelajaran tatap muka berlangsung dengan
menyiapkan tugas-tugas pendukung.

 Target pencapaian materi-materi ajar dapat dicapai sesaui dengan target


yang ditetapkan

 Pembelajaran menjadi luwes dan tidak kaku

Tentunya, pembelajaran dengan konsep kombinasi/pembauran selain


memiliki kelebihan-kelebihan di atas juga memiliki kekurangan-kekurangan,
antara lain:

 Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan e-


learning

 Pengajar perlu menyiapkan waktu untuk  mengembangkan


dan mengelola pembelajaran sistem e-learning, seperti mengembangkan
materi, menyiapkan assesment, melakukan penilaian, serta menjawab
atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan oleh peserta
didik.

 Pengajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik


dan referensi digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka

 Tidak meratanya sarana dan prasarana pendukung dan rendahnya


pemahaman tentang teknologi.

 Diperluken strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan


potensi blended learning.

21
BAB I

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan
model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian
akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber
literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau
teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat
secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang
khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan,
yang tentunya semakin memperkaya model pembelajaran yang telah ada.
B. Saran

22
Dari kesimpulan diatas dapat diambil suatu benang untuk menjadi saran
sebagai berikut:
1. Continous Improvement dan penerapan Total Quality Management di laksanakan
secara teratur sebagai Quality Asurance.
2. Evaluasi strategi pembelajaran harus mendapat dukungan dari semua pihak.
3. Asesmen pembelajaran diterapkan secara ketat agar kualitas lulusan memperoleh
hasil keluaran sesuai standar.
4. Lembaga pendidikan harus optimal untuk bekerjasama dengan dunia usaha dunia
industri agar keluaran yang di hasilkan mendapat kerja sesuai keinginan
perusahaan.
5. Pentingnya pendidik menguasai dan memahami 4 standar kompetensi guru dan
melakukan inovasi-inovasi di bidang pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan Berbagai Strategi
Belajar Mengajar. Program Akta VB Modul 11. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi
Syah Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Hamzah B. Uno, 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Efektif dan Dinamis. Jakarata: Bumi aksara
Fathurrohman. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Disampaikan Dalam Acara
Pelatihan Guru Post Traumatik Tanggal 21 Agustus 2006.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313272/pengabdian/model-model-
pembelajaran.pdf
Sri, A. (n.d.). Modul 1 Strategi Pembelajaran.
http://repository.ut.ac.id/4033/1/PKOP4301-M1.pdf
Admin. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL. Sekolahdasar.net. Published May
13, 2012. Accessed December 20, 2020.
https://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html

23
Adi. Pendekatan Induktif Dalam Pembelajaran. Esaiedukasi.com. Published September
19, 2020. Accessed December 20, 2020.
https://www.esaiedukasi.com/2020/09/pendekatan-induktif-dalam-
pembelajaran.html
Andasia Malyana. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Daring Dan Luring Dengan Metode
Bimbingan Berkelanjutan Pada Guru Sekolah Dasar Di Teluk Betung Utara Bandar
Lampung. Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, 2(1), 67–76.
http://jurnal.stkippgribl.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/640
Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta :
Kencana. 2008) http://rian.hilman.web.id/
Asrori, M. (2016). Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi
Pembelajaran. MADRASAH, 6(2), 26. https://doi.org/10.18860/jt.v6i2.3301

24

Anda mungkin juga menyukai