Anda di halaman 1dari 121

LAPORAN

KEPERAWATAN MANAJEMEN
ANALISA RUANG TERATAI 1 RSUD KOTA SALATIGA

NAMA KELOMPOK:
LIA OLIVIA 1808019
MUHAMMAD FAZLI 1808025
NOVITA DIANA WULAN SARI 1808028
NUR CHASNIANTO 1808030
RENI ANDERIYANI S 1808033
SARTONO 1808039
SEPTIANI RIZKY AMELIA P 1808040
SITI MIMATUS S 1808043
WHENY SEPTIA DAMAYANTI 1808046

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA HUSADAA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan kemasa depan. Salah satu pengembangan yang harus
ditingkatkan yaitu mutu pelayanan kesehatan atau keperawatan yang
diselenggarakan, semakin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan atau
keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya
kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas
maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu
perlu adanya manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan mempunyai ruang lingkup manajemen
operasional untuk merencanakan, mengatur dan menggerakan karyawan dalam
memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui
manajemen asuhan keperawatan. Supaya dapat memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien, diperlukan suatu standar yang akan
digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut.
Kemajuan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, telah memperluas peran
dan fungsi keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 2008).Manajemen merupakan suatu pendekatan yang
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (planning, Organizing,
Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi. (Nursalam, 2007)

1
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalamsuatu lingkungan
yang berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan
mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang
lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan
berdasarkan misi,filosofi dan tujuan organisasi. Proses manajemen meliputi
kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan
organisasi,pengarahan dan pengendalian sumberdaya manusia,fisik,dan
teknologi.Semua perawat yang terlibat dalam manajemen keperawatan
dianggap perlu memahami misi, filosofi dan tujuan pelayanan keperawatan
serta kerangka konsep kerjanya. (Anonim, 2011)
Pengelolaan manajemen keperawatan dilakukan oleh manajer
keperawatan. Manajer keperawatan memiliki tiga tingkatan yaitu manajemen
puncak, manajemen menengah, manajemen bawah. Kepala ruangan berada
dalam tingkatan manajemen bawah untuk mengelola pelayanan keperawatan.
Kepala ruangan dituntut untuk dapat merencanakan, mengorganisasi,
memimpin, dan mengawasi pemberian asuhan keperawatan yang efektif dan
efisien di rumah sakit (Nursalam, 2015). Oleh karena itu, kepala ruangan harus
memiliki kemampuan dalam memimpin, agar dapat efektif dalam mengelola
pelayanan manajemen untuk mendukung pelayanan asuhan keperawatan.
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri
dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai, maka setiap tahapan di
dalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan. Tugas
pokok bidang keperawatannya adalah menyusun rencana kegiatan kerja,
melakukan penyusunan standar asuhan, melakukan pelayanan keperawatan,
melakukan etika profesi keperawatan dan peningkatan mutu keperawatan,
melakukan pengembangan sumber daya manusia keperawatan, serta
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur melalui Kepala
Bidang Keperawatan sesuai dengan bidang tugasnya (Sianipar, 2011).

2
RSUD KOTA SALATIGA merupakan salah satu unit pelayanan
kesehatan di wilayah kota Salatiga yang berstatus milik pemerintah Kota
Salatiga. RSUD Kota Salatiga memiliki visi Mewujudkan rumah sakit
pendidikan yang mandiri sebagai pilihan utama dengan pelayanan yang
bermutu. RSUD Kota Salatiga memilki 2 (dua) pelayanan yaitu rawat inap dan
rawat jalan. Keberhasilan suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh unit-unit
yang ada di dalamnya, terutama pada ruangan rawat inap yang menjadi tempat
berlangsungnya perawatan pasien sebagai acuan kepuasan pasien. Upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat di RSUD Kota
Salatiga perlu meningkatkan pengelolaan manajemen rumah sakit dan perlu
perbaikan pada kinerja pelayanan rumah sakit. Salah satu unit pelayanan rawat
inap di RSUD Kota Salatiga adalah ruang Teratai lt 1 yang merupakan ruang
kelas VIP. Maka seharusnya ruang Teratai lt 1 mempunyai sistem manajemen
yang baik guna mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan di RSUD
Kota Salatiga.

B. Tujuan
A. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengelola unit pelayanan keperawatan di Ruang
Teratai lt 1 sesuai dengan konsep dan langkah manajemen keperawatan.
B. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan di ruang
Teratai , mahasiswa :
1. Mampu melakukan pengkajian 5 M ( Man, Money, Material, Metode,
Mutu) terkait manajemen ruangan dan mencari solusi terhadap
kekurangan tenaga dan penerapan MAKP metode Tim.
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan
pelayanan keperawatan.
3. Mampu menyusun plan of action sesuai temuan masalah yang
didapatkan.

3
4. Mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanakan kegiatan yang telah
dilakukan.
5. Mampu melakukan role play tentang manajerial ruangan (Kepala
Ruang, Kepala Tim dan perawat pelaksana).

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tempat praktek mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stase
Manajemen Keperawatan dilaksanakan di Ruang Teratai lt 1 RSUD Kota
Salatiga yang berlangsung mulai tanggal 22 April – 18 Mei 2019.

D. Manfaat Pelaksanaan Praktik Keperawatan Manajemen


1. Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan terkait pengelolaan manajemen keperawatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan bagi pasien di rumah sakit khususnya Ruang
Teratai lt 1 RSUD Kota Salatiga.
2. Perawat ruangan
Sebagai masukan dalam menjalankan praktik profesionalisme di lahan
praktik guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan :
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja dan disiplin kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan klien.
3. Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dan pengelolaan suatu ruang rawat di rumah
sakit sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penerapan
MAKP di Ruang Teratai
c. Mahasiswa dapat menganalisis masalah di Ruang Teratai dengan
metode analisa SWOT dan menyusun rencana strategi (planning of
action) guna menyelesaikan nmasalah.

4
d. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam mengolah
manajemen di Ruang Teratai.
4. Bagi pasien dan keluarga pasien
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan di ruangan
meningkat.

BAB II
TINJAUAN TEORI

5
A. Teori Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen secara umum diartikan sebagai suatu ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan
rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya (Zulkifli, 2011).
Menurut Nursalam (2008), menyatakan bahwa manajemen
keperawatan adalah sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut (Marques, 2010) Proses manajemen dibagi menjadi
lima yaitu perencanaan, pengorganisasian, personaliaanm pengarahan dan
pengendalian.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan
mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk
memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies,
2009).

2. Fungsi-Fungsi Dasar Manajemen Keperawatan


Fungsi manajemen sebagai proses manajemen yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan
(Marquis dan Huston, 2010). Fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah
planning, organizing, actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P.
Siagian fungsi manajemen terdiri dari planning, organizing, motivating, dan
controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).
a. Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :
1) Gambaran apa yang akan dicapai.
2) Persiapan pencapaian tujuan.
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai.
4) Persiapan tindakan – tindakan.

6
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja.
6) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan.
b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit
kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.
d. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi
pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah
orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan
hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian
merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai
korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan
manajemen.

3. Unsur Managemen
Adapaun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah
man, money, material, methode, machine, minute, dan market. Untuk
merealisasikan dalam manajemen keperawatan ada beberapa faktor yang
menunjang dalam keberhasilan sebagai menejer, faktor tersebut antara lain
model kepemimpinan, delegasi, supervisi, dan motivasi.
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu demi
mencapai tujuan institusi. Sedangkan managemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan. Jadi hakekatnya manajemen dan kepemimpinan

7
dalam keperawatan dilakukan dengan cara bersamaan dan agar tujuan
keperawatan tercapai, diperlukan kegiatan dalam menerapkan
ketrampilan kepemimpinan.
1) Teori Kepemimpinan
a) Teori “ Trait “ (Bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah
pemimpin (pimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan
mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuatmereka
lebih baik dari orang lain, teori ini disebut dengan “Great Man
Theory”. Banyak peneliti tentang riwayat kehidupan Great Man
Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan
seseorang dapat dikembangkan bukan hanya pembawa sejak
lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh
dari siapa pengasuh. Situasi, dan lingkungan lainnya (Marqus
dan Huston,1998 dalam Arwani 2006).
Swanburg (2008) menyatakan ciri – ciri pemimpin
menurut teori bakat adalah: a) inteligensi : Sifat yang
berhubungan dengan inteligensi termasuk pengetahuan,
ketegasan, dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa
pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah
salah satu faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin. b)
Kepribadian : sifat kepribadian seperti kemampuan beradaptasi,
kepercayaan diri, kreativitas dan integritas personal
dihubungkan dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang
pemimpin adalah orang yang efektif mengetahui bagaimana
memotivasi semangat kerja para pekerja untuk mencapai tujuan
organisasi. c) Kemampuan : Seorang pemimpin mempunyai
cukup kepopuleran, kemasyuran, dan keterampilan
interpersonal untuk memberikan symbol, memperluas,
memperdalam kesatuan kolektif diantara anggotanya dalam
system tersebut.

8
b) Teori Perilaku
Nursalam (2007) menyatakan bahwa teori perilaku lebih
menekankan kepada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku
sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter
ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari McGregor
yang dihubungkan dengan motivasi dari Moslow yang
menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan
dunia individu lain (Swanburg, 2008).
2) Gaya Kepemimpinan
Nursalam (2007) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku
pimpinan itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya
pengalaman bertahun – tahun dalam kehidupannya. Oleh karena
itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung
sangat bervariasi dan berbeda – beda.

a) Gaya Kepemimpinan Autokratis


Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan
dalam memimpin dengan cara otoriter, mempertanggung jawab
untuk semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan
serta memotivasi bawahannya dengan menggunakan sanjungan,
kesalahan, dan penghargaan. Pemimpin menetukan semua
tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini biasanya akan
menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh

9
kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya untuk
mematuhi dan melaksanakannya (DepKes, 2015).
b) Gaya Kepemimpinan Demokratis
merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan
kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan
pribadinya untuk mendorong ide–ide dari staf, memotivasi
kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat
perencanaan, mengontrol dalam penerapannya, informasi
diberikan seluas – luasnya dan terbuka (Nursalam, 2007).
Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok Utara dalam
pengambilan keputusan dan memberikan tanggung jawab pada
karyawannya.
c) Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Merupakan gabungan bersama antara gaya
kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam pemimpin
partisipatif manajer menyajikan analisa masalah dan
mengusulkan tindakan kepada para anggota kelompok,
mengundang kritikan dan komentar mereka. Dengan
menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer
selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh
kelompok tersebut.
d) Gaya Kepemimpinan Laisserz Faire
Disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Merupakan
pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa
pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf / bawahan
mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan
hanya sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal
atau sebagai fasilitator (Nursalam. 2007).
3) Supervisi
Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang
manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,

10
motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan
atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
a) Manfaat dan Tujuan Supervisi
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli &
Bachtiar, 2009) :
(1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja.
Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.
(2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja.
Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin
berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,
sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana)
yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama
artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi.
Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan
berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan
tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan
yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
b) Model-model Supervisi
(1) Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian
asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk
mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam
mengerjakan tugas.
(2) Model ilmiah

11
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah
direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau
masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan
dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut
yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan
dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang
baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat
diberikan umpan balik dan bimbingan.
(3) Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme
sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.
(4) Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan
personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor
dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi.
Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya
sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.
4) Delegasi
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah
satu elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer
perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi
lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan
wewenang kepada bawahannya.Dibawah ini adalah prinsip – prinsip
klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif :

12
a) Prinsip scalar.
Proses skalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah
yang menghasilkan pertambahan tingkat-tingkat pada struktur
organisasi. Proses skalar dicapai melalui pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab.
b) Prinsip kesatuan perintah.
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan
kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada
siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang
diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada
serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan
tanggung jawab serta pembagian kerja.
c) Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas.

5) Timbang Terima
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan
atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu
ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan
waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien,
terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
a) Tujuan Timbang Terima
(1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data
fokus).
(2) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan kepada klien.
(3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.

13
(4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk
mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas
perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja.
b) Fungsi Timbang Terima
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
(1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan
mengekspresikan perasaan perawat.
(2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam
penetapan keputusan dan tindakan keperawatan.
c) Langkah – langkah Timbang Terima
(1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
(2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal
yang akan disampaikan.
(3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat
penanggung jawab shift selanjutnya meliputi:
(a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
(b) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan.
(c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan.
(d) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan
secara jelas dan tidak terburu-buri.
(e) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama
secara langsung melihat keadaan pasien. (Nursalam,
2007).
d) Tahapan Timbang Terima
(1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.

14
(2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu
terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat
shift yang datang.
(3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien langsung.

6) Discharge Planning
Menurut Rindhianto (2008) mendefinisikan discharge
planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi penyakitnya.
Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen
sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien
secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada
klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah
dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga
yang terjangkau, manfaat Discharge Planning, antara lain :

a) Bagi Pasien :
(1) Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
(2) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses
perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek
yang tidak berdaya.
(3) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.

15
(4) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
(5) Dapat memilih prosedur perawatannya.
(6) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui
siapa yang dapat dihubunginya.
(7) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di
rumah sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang
tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa.
(8) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan dan biaya pengobatan
b) Bagi Perawat :
(1) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di
gunakan.
(2) Menerima informasi kunci setiap waktu.
(3) Memahami perannya dalam sistem.
(4) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.
(5) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang berbeda.
(6) Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif.
(7) Sebagai bahan pendokumentasian dalam keperawatan

4. Prinsip– Prinsip Manajemen


1) Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah :
a. Division of work (pembagian pekerjaan)
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
c. Dicipline (disiplin)
d. Unity of command (kesatuan komando)
e. Unity of direction (kesatuan arah)
f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan
individu tunduk
pada kepentingan umum)

16
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h. Centralization (sentralisasi)
i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban)
k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (prakarsa)
n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)
2) Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu
sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan
adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah
asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja
perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik
berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan
penampilan kerja perawat.
3) Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan

17
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan
poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.

18
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalamperenacanaan
danpengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Lingkup Manajemen Keperawatan


Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana
meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan.
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose.
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat.
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan.
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah

19
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang
- orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor
tersebut adalah
4) Kemampuan menerapkan pengetahuan
5) Ketrampilan kepemimpinan
6) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
7) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep - konsep manajemen
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi.Syarat-syarat ruangan menjalankan MPKP
adalah sebagai berikut:
a) Memiliki fasilitas perawatan yang memadai.
b) Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada.
c) Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi.
d) Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer.

B. Teori Manajemen Keperawatan


1) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
Terdapat beberapa metode asuhan keperawatan, yaitu metode kasus
(total), metode fungsional, metode tim dan metode keperawatan primer.
Akhir-akhir ini terdapat metode pemberian asuhan diferrentiated
practice dan manajemen kasus (loverirdge and Cummings, 1996:
Marquist and hutson, 2009).
a. Metode kasus
Merupakan metode pemberian asuhan yang pertama yang
digunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien secara total pada satu periode

20
dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat tergantung pada
kemampuan perawat itu dan kompleksnya kebutuhan klien.
b. Metode fungsional
Pada meode fungsional, pemberian asuhan keperawatan di
tekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur. Setiap perawat
diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua
klien disuatu ruangan.Seorang perawat dapat bertanggung jawab
dalam pemberian obat, mengganti balutan, memonitor infus, dan
lain-lain.Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan
kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan secara
holistik.Mutu asuhan sering terabaikan karena pemberian asuhan
terfragmentasi. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga
tidak ada satu perawat yang mengetahui satu klien secara
komprehensif, kecuali mungkin kepala ruang.
c. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan, dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada satu kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif .
d. Metode primer
Perawatyang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer
(primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat
kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab
untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan
asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien
jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas,

21
kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain
(associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien
dirawat.
1. Modifkasi keperawatan tim dan primer
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi
dari kedua sistem. penetapan sistem model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan :
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawatan primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
S1 keperawatan atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ ketua tim. Disamping itu karena saat
ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS, mayoritas lulusan D3,
mereka akan mendapatkan bimbingan asuhan keperawatan dari PP.
2) Peran dan Fungsi Perawat pada Metode Praktik Keperawatan
Profesional
Pada metode modifikasi keperawatan primer tugas dan tanggung
jawab di dalam melaksanakan asuha keperawatan dibedakan atas tugas
dan tanggung jawab kepala ruang, clinical care manager (CCM), PP dan

22
PA.Disamping itu terdapat pembantu keperawatan yang membantu
pelaksana pemberian asuhan keperawatan.
1. Kepala ruang rawat
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat
adalah perawat dengan kemampuan DIII keperawatan dengan
pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan
kemampuan S. Kep/ Ners dengan pengalaman. Kepala Ruang Rawat
bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan tanggung
jawab kepala ruang rawat adalah:
a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
ruangan.
d) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran
atau keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan,
anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
f) Bekerjasama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing
siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan mengikuti
sistem MPKP.
g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis
dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kartu
bersama CCM dan PP meningkatkan kembali klien dan keluarga
tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di
ruang bersangkutan.
h) Mengecek kelengkapan persediaan mereka di ruangan yang
bersangkutan.
i) Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA
dalam hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku
profesional.

23
j) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih
oleh Karu/ CCM dan dapat di delegasikan kepada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap dibawah pengawasan
kepala ruang).
k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutukan ruangan.
l) Bersama CCM memonitor dan mengevaluasi penampilan kerja
semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan
kenaikan pangkat.
m)Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan
untuk membahas kebutuhan di ruangan.
n) Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu
asuhan keperawatan.
2. Clinical Care Manager (CCM)
Pada ruang rawat MPKP pemula CCM adalah S. Kep/ Ners
dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners
Spesialis.Pada MPKP tingkat II, jumlah ners spesialisasi lebih dari I
orang tetapi disesuaikan dengan kekhususan sesuai kasus yang ada.
CCM bertugas sesuai dengan jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan
tanggung jawab CCM adalah:
a. Melakukan bimbingan dan evaluasi tentang implementasi
MPKP. Pada saat CCM melakukan bimbingan dan evaluasi,
kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Menetapkan secara acak minimal 2 (dua) status yang akan
di evaluasi untuk setiap tim.
2) Bersama dengan PP mengevaluasi status berdasarkan
instrumen evaluasi implementasi MPKP oleh CCM.
3) Apakah diagnosa yang di tetapkan sesuai dengan kondisi
klien, apakah diperlukan pengkajian lebih lanjut,
melakukan pengkajian lebih lanjut sesuai kebutuhan.

24
4) Apakah diagnosa yang telah ditetapkan masih menjadi
masalah klien atau sudah teratasi, bila sudah teratasi apakah
sudah di dokumentasikan.
5) Apakah semua tindakan keperawatan yang diidentifikasi
pada renpra sudah dilakukan dan didokumentasikan pada
format implementasi tindakan keperawatan.
6) Apakah masalah psikososial sudah di identifikasi. Masalah
psikososial diidentifikasi bila klien dirawat lebih dari 5
hari.
7) Apakah masalah kurang pengetahuan sudah diidentifikasi.
Masalah kurangnya pengetahuan diidentifikasi minimal 4
hari sebelum klien pulang.
8) Apakah pengisisan hal-hal istimewa sudah dilakukan sesuai
panduan.
9) Apakah laporan pergantian dinas diisi sesuai panduan.
10) Apakah laporan perkembangan klien diisi sesuai panduan.
11) Mengindentifikasi masalah yang dihadapi oleh PP dan tim.
12) Mendokumentasikan semua kegiatan tersebut pada buku
komunikasi CCM.
b. Identifikasi masalah klien secara umum untuk mendapat
masukan dari kelompok kerja MPKP.
c. Pada bagian akhir dituliskan nama CCM dan tanda tangan
d. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP
dan PA
e. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan
keperawatan.
f. Mempresentasikan evidence yang memerlukan pembuktian
g. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian.
h. Menerapkan hasil-hasil penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian.

25
i. Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal : melakukan
evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkordinir,
mengarahkan dan mengevaluasi tentang praktek MPKP.
j. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh PP
dan memberi masukan untuk evaluasi.
k. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.
3. Perawat Primer
Pada ruang rawat MPKP pemula, PP pemula adalah perawat
dengan kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman dan pada
MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan S. Kep/Ners.
PP dapat bertugas pada pagi hari, sore at malam hari, namun
sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi atau sore saja karena bila
bertugas pada malam hari, PP akan libur beberapa hari sehingga sulit
menilai perkembangan klien. Bila PP bertugas pada sore hari, PP
harus didampingi minimal 1 orang PA dari timnya.Hal ini bertujuan
agar pada sore hari PP mempunyai waktu untuk menilai
perkembangan semua kliennya.Disamping itu bila PP bertugas sore
hari, ia akan menjadi penanggung jawab pada shift tersebut. Tugas
dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut:
a) Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk
ruangan berdasarkan format orientasi klien dan keluarga
sehingga tercipta hubungan yang terapeutik. Hubungan ini
dibina secar terus meneruspada sat melakukan pengkajian atau
tindakan kepada klien atau keluarga.
b) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakuakn PA score, malam atau hari
libur.
c) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis
standar renpra sesuai hasil pengkajian.

26
d) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (Pre Confrence).
e) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien pada
setiap giliran jaga (shift), sesuai kondisi yang ada. Bila PP
bertugas dengan 2 orang PA pada satu giliran jaga, maka PA
akan merawat semua klien dan PP akan melakukan tindakan
keperawatan sesuai tanggung jawabnya. Pengaturan ini
dilakukan agar PP dapat melakukan semua tugasnya dengan
lebih optimal.
f) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) pada PA dalam
implementasi tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SPO.
g) Monitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
h) Membantu memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.
i) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak boleh
dilakukan PA
j) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.
k) Melakuakn kegiatan serah terima klien bersam PA
l) Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnnya.
Bila PP tidak ada visite di dampingi oleh PA sesuai timnya.
m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien tiap harinya.
n) Melakukan pertemuan dengan klien dan keluarga minimal tiap 3
hari untuk mebahas kondisi keperawatan klien.
o) Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk(wakil PP) sebagai pendamping dengan arahan
kepala ruang.
p) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga.
q) Membuat perencanaan pulang.
r) Bekerjasama dengan CCM

27
s) Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga
tercipta Evidence Based Practice.
4. Perawat asosiate
Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I,
sebaliknya perawat dengan kemapuan DIII keperawatan. Namun
pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga mendapat
pendididikan tambahan pada beberapa ruang MPKP yang
dikembangkan,PA adalah perawat berpendidikan SPK yang sudah
cukup lama dirumah sakit tersebut. Tugas dan wewenang PA adalah
sebagai berikut :
a) Membaca renpra yang telah ditetapkan oleh PP
b) Mebina hubungan terapeutik dengan klien dan keluaraga,
sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.
c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi
berdasarkan format orientasi klien dan keluarga jika PP tidak
ada tempat.
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada kliennya berdasarkan
renpra.
e) Mengikuti visite dokter bila PP tidak ada ditempat.
f) Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf
h) Mengkomunikasikan PP/ PJ dinas bila menemukan masalah
yang perlu diselesaikan.
i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan dan tindakan.
j) Berperan serta dalampenkes pada klien dan keluarga yang
dilakukan PP
k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya.
l) Membantu tim lain yang membutuhkan.
m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dengan berkordinasi dengan PP.

28
5. Pembantu perawat
Tugas dan tanggung jawab pembantu perawat adalah sebagai
berikut:
a) Membersihkan ruangan dan meja pasien.
b) Menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan
keperawatan atau kedokteran.
c) Membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.
d) Membersihakan alat-alat yang telah digunakan.
e) Mengurus pemberangkatan dan pemulangan pasien konsul.
f) Mengatur urinal dan pispot ke dan dari klien.
3) Ronde keperwatan
a) Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien
untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang
dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan
Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.

b) Karakteristik Ronde Keperawatan

1) Klien dilibatkan secara langsung


2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat pelaksana, Perawat primer & konsuler diskusi bersama
4) Konsuler memfasilitasi kreativitas
5) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan Perawat
pelaksana & Perawat primer untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi masalah

c) Tujuan Ronde Keperawatan

1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis


2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
3) Meningkatkan validitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi

29
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan

d) Peran Perawat Dalam Ronde Keperawatan

1. Peran Perawat Primer dan Perawat Pelaksana

a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien


b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang belum & yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

2. Peran Perawat Primer Lain dan atau Konsuler

a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan penguatan (reinforcement)
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan teori & konsep yang telah dipelajari

e) Tahap Ronde Keperawatan

1) Tahap Pra Ronde Keperawatan (persiapan)


a. Penetapan kasus minimal 1 (satu) hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
b. Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.
2) Tahap Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh Perawat primer/Ketua tim
yang difokuskan pada masalah keperawatan & rencana

30
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan & memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh Perawat primer / perawat
konselor/ Kepala ruang tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah &
yang akan ditetapkan.
3) Tahap Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan & tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

C. Pengelolaan Ruangan
Kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kuantitas dan
kualitas tenaga keperawatan yang memberikan asuhan kepada
keluarga/pasien di ruang perawatan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan diperlukan dukungan sumber daya manusia keperawatan yang
mampu mengemban tugas untuk mempertahankan kualitas pelayanan dan
asuhan keperawatan selama 24 jam, serta mampu mengadakan perubahan.
Untuk dapat melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya klasifikasi
pasien dan perencanaan tenaga keperawatan, baik jumlah maupun
klasifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan sistem pengelolaan tenaga
keperawatan yang ada.
a) Perhitungan Tenaga Kerja
Menurut Departemen Kesehatan RI No. 262
/Men.Kes/Per/VII/2003, tentang standar tenaga keperawatan di Rumah
Sakit menyatakan bahwa kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit dapat diperhitungkan berdasarkan pendekatan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Klasifikasi Pasien
Jumlah Jam Perawatan

Jam Kerja Efektif Per Shif

31
Untuk penghitungan jumlah tenga tersebut perlu ditambah untuk
mengatasi adanya tenaga lepas dinas dan jumlah tenaga keperawatan
yang mengerjakan tugas non keperawatan, yaitu :
2. Hari Libur/Cuti/Hari Besar (Loss Day)

Jumlah Hari Minggu Dalam 1 Tahun+Cuti+Hari Besar x Jumlah Perawat Tersedia

Jumlah Hari Kerja Efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas non


keperawatan
3. Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Contoh Penghitungan tenaga perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien

Jumlah Tenaga Keperawatan + Loss Day x 25

100

Perbandingan Rumah Sakit kelas/tipe A,B,C adalah sebagai berikut


:
Jumlah Tenaga Perawat : Jumlah Tempat Tidur
RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur
Menurut Douglas (1984 dalam Swanburg 2012), tingkat
ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 instrumen penilaian, yaitu:
1) Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap pergantian jaga

32
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Perawatan luka sederhana
2) Perawatan intermediate / partial (3-4 jam/24 jam)
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Observasi TTV tiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu
d) Pengobatan dengan injeksi
e) Terpasang kateter urine
f) Terpasang infus
g) Observasi dengan balance ketat
3) Perawatan maksimal / total (5-6 jam/24 jam)
a) Semua kebutuhan pasien dibantu
b) Perubahan posisi, observasi TTV tiap 2 jam
c) Makan melalui selang NGT
d) Pemakaian suction
e) Pasien gelisah atau disorientasi
f) Perawatan luka kompleks
Catatan:
- Dilakukan 1xsehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan
oleh perawat yang sama selama 2 hari
- Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien
- Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokkan pada
klasifikasi diatasnya.
b) Standar Tenaga Perawat Menurut Depkes RI (2008)
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur
Menurut Depkes RI (2008), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
member gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI, 2008)

33
Rumus :

(Jumlah Hari Perawatan di Rumah Sakit) x 100%

(Jumlah Tempat Tidur x Jumlah Hari dalam Satu Periode)

2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-Rata lamanya pasien di


rawat)
Menurut Depkes RI (2008) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Rata-rata LOS tiap 6-9 hari. Indikator ini disamping
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih
lanjut.
Rumus :

(Jumlah Lama dirawat)

Jumlah Pasien Keluar (Hidup + Mati)

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang Perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2008) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunanaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran
1-3 hari.
Rumus :

(Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari Perawatan

Jumlah Pasien Keluar (Hidup + Mati)

c) Pengendalian Infeksi Nosokomial

34
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan
tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit
dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau
setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial (Inos) adalah infeksi yang didapat atau timbul
pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu
tempat orang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat
dekat. Ditempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk
agar mendapat kesembuhan. Akan tetapi, rumah sakit dapat juga
merupakan tempat bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari
penderita maupun dari pengunjung yang berstatus pembawa (carier).
Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang dilingkungan rumah
sakit, seperti udara, air, lantai, makanan, dan benda-benda medis
maupun non medis. Mulai tahun 2001, Depkes RI telah memasukkan
pengendalian infeksi nosokomial sebagai salah satu tolak ukur kreditas
rumah sakit (Nursalam, 2011).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu upayanya adalah
penerapan universal precaution (perlindungan diri). Akan tetapi
peningkatan kejadian infeksi nosokomial tetap terjadi.
1. Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Nosokomial
a) Ageninfeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikro organism
selama dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan
berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan
gejala klinis karena banyaknya factor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan
terjadinya infeksi tergantung pada:
(1) Karakteristikmikroorganisme.
(2) Resistensiterhadapzat-zatantibiotika.

35
(3) Tingkatvirulensi.
(4) Banyaknyamateriinfeksius
b) Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan
respon tubuh pasien dalam hal ini adalah:
(1) Usia.
(2) Statusimunitaspenderita.
(3) penyakit yang diderita.
(4) Obesitasdanmalnutrisi.
(5) Orang yang menggunakanobat-obatan.
(6) Imunosupresandan steroid.
(7) Intervensi yang dilakukanpadatubuhuntukmelakukan
diagnose danterapi.
c) Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung
Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak
langsung dengan penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat
melalui tangan, kulit dan baju,seperti golongan staphylococcus
aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan
jarum suntik, hepatitis dan HIV. Peralatan dan instrumen
kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan
diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya
infeksi silang

d) Patient Safety
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system
yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem
ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.Tujuan “Patient safety” antara lain:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS.

36
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan
masyarakat.
3) Menurunnya KTD di RS.
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehinga tidak terjadi
pengulangan KTD
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi
pada pasien selama di rawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan
baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur
komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain
sebagainya (Nursalam.2011).
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk
mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan pengamatan
dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk menunjukkan:
1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu kewaktu.
2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standart klinik
atau terapi sebagaimana yang diharapakan.
3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan.
4) Ketidaksepadanan antar yunit pelayanan kesehatan (misalnya
pemerintah dengan swasta atau urban dengan rural).
Keselamatan pasien sangat utama bagi pelayanan kesehatan, yaitu
meliputi :
a. Resiko Jatuh
Pasien dikatagorikan beresiko jatuh pasien apabila
mempunyai satu atau lebih faktor beresiko jatuh pada saat
pengkajian :
1) Faktor resiko intrinsik, antara lain:
a) Karekteristik pasien dan fungsi fisik umum
b) Diagnosis/ perubahan fisik
c) Mediasi dan interaksi obat

37
2) Faktor ekstrinsik (lingkungan) antara lain:
a) Tingkat pencahayaan
b) Permukaan lantai
c) Furnitur
d) Ketinggian tempat tinggi, kunci tempat tidur
e) Call bell
f) Penggunaan alat bantu
g) Lama dirawat

BAB III

PROSES PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN

A. Pengkajian
1. Profil ruangan
Nama Ruangan : Teratai Lt. 1
Kepala Ruang : Ns. Prakerti tri upami S.Kep

38
Kelas : VIP
Jumlah TT : 11
Batas Utara : Paviliun wijaya kusuma
Batas Selatan : Flamboyan
Batas Barat : Pintu masuk
Batas Timur : Ruang Gizi
Misi RSUD Kota Salatiga : Mewujudkan rumah sakit pendidikan yang
mandiri sebagai pilihan utama dengan pelayanan yang bermutu.
MISI : Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berhasil
guna dan berdaya guna, Melaksanakan proses perubahan terus menerus
dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan prima Meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui pendidikan kedokteran berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan strategik Menyelenggarakan pendidikan,
pelatihan dan penelitian pengembangan ilmu kedokteran Meningkatkan
kesejahteraan karyawan.

2. Input
a) M1_MAN
1) Struktur Organisasi
Instalasi rawat inap ruang Teratai Lt.1 di pimpin oleh kepala
ruangan dan dibantu oleh kepala tim, perawat pelaksana,
Pegawai, adminidtrasi bersama cleaning service.
Adapun struktur organisasi ruang Teratai Lt.1 sebagai berikut :

Direktur

dr. Pamudji Eko Sudarko, M.kes

Wakil direktur

dr. Riyani Isyana P.M,Kes

39
Ka.bid keperawatan Ka inst. Ranap Kabid.Pelayanan medik
Suharyono, S.Kep Winarno S.Kep
M.Kes

Kasi keperawatan Ka. Ruang Kasie. Medik ranap

Sunaryo Sridono S.Kep Prakerti Tri U, S.Kep


M.Kes

Adm & Pelaporan

Ida lestari S.Kep

Perawat Primer I Perawat primer II


Adm & Pelaporan
Lutfaturohmah, Amk Ratna Tyas Pujiana Amd.Keb

Perawat assosiet Perawat assosiet


Adm & Pelaporan

2) Uraian tugas
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah:

a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)


b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban
ruangan

40
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan
masalah ruangan.
d) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa
kedokteran atau keperawatan yang akan melakukan praktek
di ruangan, anjurkan membaca format orientasi ruang
MPKP.
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
f) Bekerjasama dengan CCM (pembimbing klinik)
membimbing siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan di
ruangan dengan mengikuti sistem MPKP.
g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis
dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain
kartu bersama CCM dan PP meningkatkan kembali klien dan
keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab
terhadap mereka di ruang bersangkutan.
h) Mengecek kelengkapan persediaan mereka di ruangan yang
bersangkutan.
i) Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan
PA dalam hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku
profesional.
j) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil
alih oleh Karu/ CCM dan dapat di delegasikan kepada PA
senior (wakil PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap dibawah
pengawasan kepala ruang).
k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutukan ruangan.
l) Bersama CCM memonitor dan mengevaluasi penampilan
kerja semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3
dan usulan kenaikan pangkat.

41
m)Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap
bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.
n) Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi
mutu asuhan keperawatan.

Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut:

a) Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal


masuk ruangan berdasarkan format orientasi klien dan
keluarga sehingga tercipta hubungan yang terapeutik.
Hubungan ini dibina secar terus meneruspada sat
melakukan pengkajian atau tindakan kepada klien atau
keluarga.
b) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakuakn PA score, malam atau
hari libur.
c) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan
analisis standar renpra sesuai hasil pengkajian.
d) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (Pre
Confrence).
e) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien
pada setiap giliran jaga (shift), sesuai kondisi yang ada. Bila
PP bertugas dengan 2 orang PA pada satu giliran jaga, maka
PA akan merawat semua klien dan PP akan melakukan
tindakan keperawatan sesuai tanggung jawabnya.
Pengaturan ini dilakukan agar PP dapat melakukan semua
tugasnya dengan lebih optimal.
f) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) pada PA
dalam implementasi tindakan keperawatan, apakah sesuai
dengan SPO.

42
g) Monitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
h) Membantu memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.
i) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak boleh
dilakukan PA
j) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan
laboratorium.
k) Melakuakn kegiatan serah terima klien bersam PA
l) Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung
jawabnnya. Bila PP tidak ada visite di dampingi oleh PA
sesuai timnya.
m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat
catatan perkembangan klien tiap harinya.
n) Melakukan pertemuan dengan klien dan keluarga minimal
tiap 3 hari untuk mebahas kondisi keperawatan klien.
o) Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA
yang telah ditunjuk(wakil PP) sebagai pendamping dengan
arahan kepala ruang.
p) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga.
q) Membuat perencanaan pulang.
r) Bekerjasama dengan CCM
s) Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian
sehingga tercipta Evidence Based Practice
.

Perawat asosiate
Tugas dan wewenang PA adalah sebagai berikut :
a) Membaca renpra yang telah ditetapkan oleh PP
b) Mebina hubungan terapeutik dengan klien dan keluaraga,
sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.

43
c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi
berdasarkan format orientasi klien dan keluarga jika PP
tidak ada tempat.
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada kliennya
berdasarkan renpra.
e) Mengikuti visite dokter bila PP tidak ada ditempat.
f) Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai
diparaf
h) Mengkomunikasikan PP/ PJ dinas bila menemukan
masalah yang perlu diselesaikan.
i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik,
laboratorium, pengobatan dan tindakan.
j) Berperan serta dalampenkes pada klien dan keluarga yang
dilakukan PP
k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya.
l) Membantu tim lain yang membutuhkan.
m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien
yang menjadi tanggung jawabnya dengan berkordinasi
dengan PP.

3) Data jumlah pasien di ruang teratai 1

Jaminan
No Bulan Jumlah pasien
Umum BPJS
1 Febuari 66 20 46
2 Maret 86 46 40
3 April 62 34 28

44
Jumlah 214 100 114
4) Data domisili pasien di ruang teratai 1

No Domisilin Jumlah Presentasi %


1 Salatiga 130 61%
2 Semarang 67 31%
3 Boyolali 7 3%
4 Magelang 2 1%
5 Rembang 1 0,5%
6 Brebes 1 0,5%
7 Jakarta 1 0,5%
8 Kendal 1 0,5%
9 Jepara 1 0,5%
10 Bekasi 1 0,5%
11 Grobokan 1 0,5%
12 Yogjakarta 1 0,5%
Jumlah 214 100%

5) Data penyakit pasien yag dirawat di ruang teratai 1

No Nama penyakit Jumlah kasus


1 Febris 72
2 Abdomen pain 7
3 DM 5
4 Hipertensi 5
5 DHF 5
6 Post Partum 5
7 BRPN 5
8 ISK 4
9 Dyspneu 3
10 Kejang 3
Jumlah 114

6) Komposisi ketenagaan perawatan


a) Perawat
No Nama Jabatan Pendidikan Masa kerja
1 Prakerti tri upami Kepala ruang S1 Ners 13 tahun

45
2 Lutfa Perawat D3 kep 10 tahun
3 Deffy Perawat D3 kep 11 tahun
4 Galuh Perawat D3 kep 6 tahun
5 Dina Perawat D3 kep 6 tahun
6 Tri subekti Perawat D3 kep 6 tahun
7 Naning Perawat D3 kep 15 bulan
8 Dwi ariyanti Perawat S1 Ners 2 bulan
9 Wiwin Bidan D3 keb 6 tahun
10 Driya Bidan D3 keb 6 tahun
11 Fitria dewi Bidan D3 keb 2 bulan
12 Vera Bidan D3 keb 7 tahun
13 Tyas ratna Bidan D3 keb 10 tahun

b) Non Perawat
No Kualifikasi Jumlah Pendidikan Masa Kerja
1 Cleaning service 2 SLTA 6 tahun
2 Petugas administrasi 1 S1 6 tahun

7) Jumlah kebutuhan tenaga perawat tiap shift di ruang Teratai


menurut Douglas, Sebagai berikut :
Berdasarkan observasi pada tanggal 22-25 April 2019 di
dapatkan jumlah pasien sebanyak 6 pasien dengan kategori.

Tabel 3.1
Klasifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan Di Ruang Teratai RSUD
Kota Salatiga

46
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 4 4x0,17=0,68 4x0,14 =0,56 4x0,07=0,28
Pembulatan 1 Pembulatan 1 Pembulatan 1
Parsial 3 3x0,27 =0,74 3x0,15= 0,45 3x0,10=0,3
Pembulatan 1 Pembulatan 1 Pembulatan 1

Total 1 1x0,36 =0,36 1x0,30 =0,3 5x0,20=1


Pembulatan 1 Pembulatan 1 Pembulatan 1

Jumlah 6 3 3 3

Total tenaga perawat di ruang Teratai RSUD Kota Salatiga yaitu :

Pagi : Berjumlah 3 perawat

Sore : Berjumlah 3 perawat

Malam : Berjumlah 3 perawat

Keterangan kebutuhan perawat teratai per hari

b) M2_Material
1) Denah

47
Wijaya kusuma

LIN EXI
R. PAP
TA EN
AN 101 R. PA T
PA LIFT 10 DA
P NG CO TINDA 103 107 109 111 NT
N A 5 RU
GA DE KAN
i EL RY RA
LIF RED
T
n TB
t
u
m
a
s
u
k
k KM NURSE R.
UM ME SPOEL HOK
UM STATION
LO ETI
BB NG 102 104 106 108 110 112
Y
KM R. R. R.
TG GA SHO KOO SH SH
S LAT RD
NTI

Flamboyan

2) Fasilitas Untuk pasien


Bed pasien =1
Kulkas =1
Suction = 1

48
Oxygen pusat =1
TV =1
Wifi =1
Kamar mandi dengan air hangat dan dingin =1
Sofa bed =1
Nursing call =2
Bantal,guling, badcover. =1
Jam dinding =1
Standart infus =2
Lampu =2
AC =1
3) Fasilitas untuk petugas kesehatan
Tempat tidur =2
Kulkas =1
Wifi =1
Ac =6
Tv =1
Kamar mandi =1
Meeting Room = 1
Komputer =2
Printer =1
Nurse Station =1
Wastafel =2
Ruang tindakan = 1

4) Inventaris alat ruang teratai lantai 1


No Nama alat Jumlah Kondisi
1 Ambubag dewasa 1 Baru

49
2 Ambubag bayi 1 Baru
3 Ambubag pediatric 1 Baru
4 Animac 1 Baru
5 Bak mandi bayi 1 Baru
6 Bak instrumen kecil 3 Baru
7 Bak intrumen besar 1 Baru
8 Baskom 12 Baru
9 Standing baskom 5 Baru
10 Senter 1 Baru
11 Bed pasien 11 Baru
12 Bed side monitor 0 Baru
13 Bengkok 3 Baru
14 Box bayi 1 Baru
15 Brankart 2 Baru
16 Clemek 10 Baru
17 Dopller 1 Baru
18 EKG 1 Baru
19 Foot step 11 Baru
20 Gantungan DC 12 Baru
21 Gelas ukur sonde 1 Baru
22 Gelas ukur urine 1 Baru
23 GDS 1 Baru
24 Es crag 1 Baru
25 Hammer 2 Baru
26 Lee bag for compres 1 Baru
27 Infra red lamp 2 Baru
28 Jemuran aluminium 11 Baru
29 Kasur decubitus 1 Baru
30 Keranjang obat 20 Baru
31 Kom alcohol 2 Baru

50
32 Kom dengan tutup (besar) 2 Baru
33 Kulkas obat 1 Baru
34 Kursi roda 3 Baru
35 Lampu box bayi 1 Baru
36 Lemari kaca atas 3 Baru
37 Lemari kaca linen 2 Baru
38 Kasur penunggu 11 Baru
39 Standart infus jalan 15 Baru
40 Kom betadin 2 Baru
41 Manometer tabung 2 Baru
42 Manometer tempel 12 Baru
43 Meja mayo 12 Baru
44 Metelin 1 Baru
45 Mortir sedang 1 Baru
46 Nebulizer 2 Baru
47 Oxypulse metri 1 Baru
48 Papan resusitasi 2 Baru
49 Papan ukuran PB bayi 2 Baru
50 Pen light 1 Baru
51 Pispot stainless/plastik 11 Baru
52 Rol kabel 12 Baru
53 Spignomanometer digital 2 Baru
54 Spignomanometer raksa 1 Baru
55 Standar infus kasur 12 Baru
56 Standar infus dengan colok listrik 3 Baru
57 Stetoskop dewasa 2 Baru
58 Stetoskop anak 2 Baru
59 Suction 12 Baru
60 Syring pump 4 Baru
61 Tabung O2 transport 2 Baru

51
62 Tempat sampah 2 Baru
63 Termometer digital 2 Baru
64 Termometer raksa 1 Baru
65 Timbangan bayi 1 Baru
66 Timbangan dewasa 1 Baru
67 Tong spatel 4 Baru
68 Tourniquet 3 Baru
69 Troli emergency laci merah 1 Baru
70 Tempat sampah 20 Baru
71 Troli instrument 2 Baru
72 Troli linen 2 Baru
73 Troli stok obat 2 Baru
74 Urinal stainless/plastik 12 Baru
75 Infus pump 2 Baru
76 WWZ 2 Baru
Ruang obat : setiap pasien memiliki 1 loker untuk obat dan
infus,lembar observasi obat baik injeksi, oral per pasien, setiap ttv
langsung di tulis di buku cm pasien. buku timbang terima ruangan
ada yang berisikan kondisi pasien, sop di ruangan ada, terdapat
pula leaflet di ruang tindakan.

c) M3_Method
1) Model Asuhan Keperawatan
Metode asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Teratai
lt 1 adalah dengan menggunakan metode MPKP (perawat
primer harusnnya masuk pagi semua karena keterbatasan
jumlah perawat maka metode MPKP di modifikasi). Perawat
profesional bertanggung jawab atas anggotanya. Penanggung
Jawab bertanggung jawab mengelola pasien yang telah
menjadi tanggung jawabnya. Perawat di ruang Teratai sudah
memahami mengenai model asuhan keperawatan MPKP,

52
penerapannya belum berjalan dengan baik di karenakan
jumlah staf masih kurang. Komunikasi antara perawat yang
lain sudah terlaksana dengan baik. Dari hasil observasi jika ada
pasien baru maka perawat pelaksanan akan melakukan asuhan
keperawatan dan kemudian melaporkannya kepada ketua tim.
Sedangkan kepala ruang mengawasi dan mengarahkan setiap
tim. Kepala ruang selalu memberikan informasi penting hasil
rapat yang berhubungan dengan pelayanan ke pasien. Perawat
pelaksana dapat mengembangkan kemampuannya karena
dapat melakukan tindakan keperawatan yang berbeda-beda
pada setiap pasien tidak hanya terfokus pada tindakan
keperawatan satu saja. Pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dilakukan berdasarkan pedoman Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Rencana keperawatan dapat dilaksanakan secara bertahap atau
kontinyu. PP/PA akan menerima bimbingan dari kepala ruang
apabila dirasa perlu.
2) Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 24 April 2019
dengan Kepala Ruang teratai lt 1, beliau mengatakan di ruang
Teratai belum pernah melakukan ronde keperawatan.
Hasil Analisa :
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruang, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim
kesehatan ( Nursalam, 2009).
3) Supervisi

53
supervisi ruangan biasanya dilakukan oleh supervisor ruangan,
yang biasanya dilakukan oleh kepala ruang secara terjadwal
dan tidak terjadwal, supervisi dilakukan oleh kepala ruang
secara tidak langsung kepada ketua tim yaitu dengan
mengumpulkan salah satu tim untuk mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan yang sudah terstruktur dan di
dokumentasikan, tetapi untuk supervise yang dilakukan oleh
kepala ruang kepada ketua tim masih belum terstruktur.
Hasil dari supervisi yang dilakukan oleh tim supervisor sudah
disampaikan kepada perawat melalui kepala ruang (secara
tidak langsung) dan selalu ada umpan balik dari supervisor
untuk setiap tindakan. Dan hasil dari supervisi oleh kepala
ruang kepada perawat ruangan disampaikan dalam bentuk
peringatan melalui lisan. Setiap dilakukan supervisi ada tindak
lanjut untuk hasil supervisi. Untuk supervisi dari ketua tim ke
anggotanya sudah pernah dilakukan namun belum efektif atau
belum terstruktur di ruangan Teratai lantai 1. Belum adanya
format pelaporan yang khusus untuk supervisi yang antara
kepala ruang kepada ketua tim dan ketua tim kepada perawat
sehingga supervise yang dilakukan belum terstruktur dengan
baik. Sedangkan supervisi eksternal dilakukan setiap kepala
ruangan dan wakil kepala ruangan secara bergilir ke seluruh
ruangan di RSUD Kota Salatiga pada malam hari sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
Hasil Analisa :
Supervisi ruangan biasanya dilakukan oleh supervisor
ruangan, yang biasanya dilakukan oleh kepala ruang secara
terjadwal dan tidak terjadwal. Untuk supervisi dari kepala
ruang ke anggotanya sudah pernah dilakukan di ruangan
Teratai namun belum efektif. Belum adanya format yang
khusus untuk supervisi yang menyebabkan supervisi kepala

54
ruang kepada ketua tim dan ketua tim kepada perawat
pelaksana di ruangan belum terstruktur dengan baik.
4) Pre dan post conferance
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 22 – 26 April 2019
di dapatkan hasil Pre dan post Conferance belum dilakukan di
ruang Teratai I pada sift pagi, sift siang maupun sift malam.
Tabel 3.2
Pelaksanaan Pre Conferance Di Ruang Teratai I RSUD Kota
Salatiga
No Kegiatan Selalu Sering Kadang Tdk
pernah
PRE CONFERANCE
Persiapan
1 Persiapan pre conferance √
2 Pengorganisasian kegiatan √
Pelaksanaan
3 Membuka acara √
4 Menanyakan rencana harian √
masing-masing perawat pelaksana

5 Memberikan masukan dan √


tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu
6 Memberikan reinforcement √
kepada perawat pelaksana
7 Menutup acara kegiatan pre √
conference

ISI ACARA PRE


CONFERENCE

55
8 Melaporkan rencana tiap perawat √
(rencana harian )

Kategori :
Sangat Baik : 25-32
Baik : 17-24
Kurang Baik : 8-16
Dari hasil observasi pada tanggal 22- 26 April 2019,
pelaksanaan Pre Conferance di ruang Teratai lt 1 dalam
kategori Kurang Baik dengan skor 8 . Dan pada tahap pre
conference di nurse station setelah mengelilingi ruangan
pasien tidak dilakukan, Sebagian besar perawat jaga langsung
keluar ruangan setelah timbang terima selesai.

Tabel 3.3
Pelaksanaan Post Conferance Di Ruang Teratai I RSUD
Kota Salatiga
No Kegiatan Selalu Sering Kadang Tdk
pernah
Post Conferance
Persiapan
1 Persiapan post conferance √
2 Pengorganisasian kegiatan √
Pelaksanaan
3 Membuka acara √
4 Menanyakan kendala dalam √
asuhan yang telah diberikan

56
5 Menanyakan tindak lanjut asuhan √
kien yang harus di operkan kepada
perawat shift berikutnya.
6 Memberikan reinforcement √
kepada perawat pelaksana
7 Menutup acara kegiatan post √
conference

ISI ACARA POST


CONFERENCE
8 Melaporkan hasil askeptipa √
perawat dan hal penting untuk
operan (tindak lanjut)

Kategori :
Sangat Baik : 25-32
Baik : 17-24
Kurang Baik : 8-16
Dari hasil observasi pada tanggal 22- 26 April 2019,
pelaksanaan Post Conferance di ruang Teratai lt 1 dalam
kategori Kurang Baik dengan skor 8 . Dan pada tahap post
conference di nurse station setelah mengelilingi ruangan
pasien tidak dilakukan, Sebagian besar perawat jaga langsung
keluar ruangan setelah timbang terima selesai.

5) Timbang Terima
Berdasarkan wawancara pada tanggal 22 – 26 April 2019 di
dapatkan hasil bahwa timbang terima / operan selalu dilakukan

57
oleh staf dari sift pagi ke siang, sift siang ke sift malam dan sift
malam ke sift pagi.
Tabel 3.3
Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang Teratai Lantai 1
RSUD Kota Salatiga

No Kegiatan Selalu Sering Kadang Tdk


pernah
Timbang terima
1 Persiapan tempat, pasien dan √
perawat lain
2 Melaporkan identitas, √
keterlibatan tim kesehatan
lainnya,.
3 Melaporkan masalah √
keperawatan
4 Melaporkan kondisi terakhir √
pasien
5 Melaporkan intervensi yang √
sudah dan yang belum
dilaksanakan
6 Melaporkan intervensi √
kolaborasi
7 Melaporkan rencana umum dan √
persiapan lain.
8 Melibatkan perawat lain √
9 Kelancaran komunikasi √
10 Sistematika penyampain √
informasi

KATEGORI

58
Sangat baik = 31 – 40
Baik = 21- 30
Cukup baik = 11- 20
Kurang baik = 1- 10
Dari hasil observasi pada tanggal 22- 26 April 2019, pelaksanaan
timbang terima di ruang Teratai lt 1 dalam kategori sangat baik dengan
skor 32. Timbang terima di ruang Teratai dilakukan 3 kali sehari saat
pergantian shift/operan jaga yaitu saat shift malam ke shift pagi dan
shift pagi ke shift siang dan kemudian shift siang ke shift malam.
Timbang terima diikuti oleh semua perawat yang saat itu sedang jaga.
Timbang terima saat shift pagi dipimpin oleh kepala ruang dan diikuti
oleh ketua tim serta perawat pelaksana kemudian saat shift pagi
megoperkan ke shift siang juga dipimpin kepala ruang dan diikuti ketua
tim dan perawat pelaksana kemudian saat operan shift siang ke shift
malam dipimpin ka shift tim siang diikuti oleh ka shift tim malam dan
perawat pelaksana. Sudah adanya format khusus untuk melakukan
timbang terima, perawat tinggal mencatat perkembangan pasien
kemudian saat operan perawat menyampaikan secara lisan dengan
membaca hasil dokumentasi pada catatan timbang terima.
Dalam proses timbang terima dilakukan secara bersamaan di
nurse station dan apabila ada diskusi dan klarifikasi disampaikan saat
itu juga. Hal-hal yang disampaikan meliputi identitas pasien, diagnosa
medis, keadaan umum pasien, kesadaran pasien, permasalahan/
keluhan pasien, dokter penanggung jawab, visit dokter, program terapi
dan anjuran dokter, hasil laboratorium/ pemeriksaan penunjang pasien
jika ada. Lama waktu operan ± 15 menit. Setelah itu perawat menuju
ke masing-masing ruangan pasien untuk memvalidasi tentang kondisi
pasien dan menyampaikan pada pasien kalau saat itu juga dilakukan
pergantian perawat jaga. Lama waktu yang digunakan untuk
mengunjungi tiap pasien biasanya ±3 menit saat operan perawat

59
memperkenalkan diri yang akan bertugas pada shift itu. Kemudian
kembali ke nurse station penyerahan timbang terima.
Hasil Analisa :
Timbang terima dilakukan tiap pergantian shift tahap validasi dengan
mengunjungi ruangan pasien dilakukan saat pergantian shift malam ke
shift pagi, shift pagi ke siang dan pergantian shift siang ke malam.
Namun sebelum mengunjungi ruangan pasien tidak dilakukan cuci
tangan dahulu secara bersama-sama di meja timbang terima.

6) Sentralisasi Obat

Alur pengadaan obat di ruang Teratai lt 1 yaitu :

Advis Dokter

Resep
Perawat

Lembar serah terima obat

Pasien Apotik rawat inap

Dari hasil wawancara pada tanggal 23 April 2019 di ruang Teratai alur
pengadaan obat yaitu dari advis dokter kemudian dokter akan
menuliskan resep selanjutnya resep akan diserahkan ke apotik rawat
inap, setelah itu obat dibawa ke ruang Teratai kemudian di masukkan
kedalam masing-masing loker pasien. Obat injeksi dan obat oral

60
ditempatkan menjadi satu dengan cairan infus di loker masing-masing
pasien sesuai dengan nomor kamar pasien.
7) Discharge Planning
Berdasarkan data dari tanggal 23 – 26 April 2019 di dapatkan CM
pasien berjumlah 10 pasien dengan hasil

Tabel 3.3
Penilaian Discharge Planning di Ruang Teratai 1

No Kegiatan Selalu Sering Kadang Tidak


pernah
Persiapan
1 Format discharge planning sudah siap √
2 Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam √
pemberian pendidikan kesehatan
3 Sarana dan prasarana tersedia (leaflet, poster √
atau brosur)
Pelaksanaan
4 Perawat memberitahukan kondisi terkini dari √
pasien
5 Perawat memberikan pendidikan kesehatan √
kepada pasien dan keluarga
6 Perawat memberitahukan jadwal kontrol √
7 Perawat memberitahukan cara administrasi √
pasien
Total 3 2 2
Jumlah 52 %

KATEGORI

61
Sangat baik = 90 – 100 %

Baik = 70 – 89 %

Cukup baik = 50 – 69 %

Kurang baik = < 50 %

Dari observasi pada tanggal 22 sampai 28 April 2019 di


dapatkan bahwa discharge planning di ruang Teratai dengan presentasi
52 % cukup baik pelaksanaannya. Di ruang Teratai setiap pasien yang
akan pulang diberikan penjelasan dalam obat-obatan yang dilanjutkan
dikonsumsi dan perawatan saat di rumah, surat kontrol berupa resume
medis pasien pulang yang berisi waktu kontrol, diagnosa pasien,
pengkajian pasien secara ringkas, terapi atau obat yang didapatkan
setelah rawat inap, dan hasil pemeriksaan penunjang seperti foto thorax,
CT-Scan, pemeriksaan laboratorium, maupun USG.Perawat juga
menjelaskan aktivitas dan intensitas istirahat yang dianjurkan untuk
pasien selama di rumah.Apabila keluarga pasien atau pasien
menginginkan pulang dengan permintaan sendiri maka pasien atau
keluarga pasien harus mengisi lembar persetujuan APS (Atas
Permintaan Sendiri). Untuk pemberian pendidikan kesehatan di ruang
Teratai 1 masih belum terlaksana dengan baik. Keterbatasan waktu dan
kurangnya sarana prasarana untuk memberikan pendidikan kesehatan
dan kurangnya kemauan perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien sebelum pulang.
Beberapa hal yang dipersiapkan pada Discharge Planning sudah
disiapkan sejak pasien datang di Ruangan Teratai, antara lain sebagai
berikut.
Hasil Analisa :
Discharge planning yang dilakukan di Ruang Teratai sudah
terlaksana dengan baik, namun pada saat pasien pulang perawat jarang
memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan lanjutan di

62
rumah. Leaflet dan brosur yang sesuai dengan penyakit pasien juga
tidak diberikan pada waktu akan pulang.
d) M4_ Money
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Teratai lt 1 Ns
Prakerti Tri Upami, S.Kep. pada tanggal 23 April 2019, sumber
dana yang didapat di Ruang Teratai bersumber dari Rumah Sakit,
sehingga ruangan tidak memerlukan anggaran sendiri. Anggaran
dana diruang Teratai diperoleh dari:
1) BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
BLUD adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau
unit kerja pada satuan kerja perangkat daerah di lingkungan
pemerintah daerah di indonesia yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyedia
barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencapai
keuntungan, dan dalam melakukan kegiatan didasarkan pada
prinsip efisien dan produktifitas.
2) APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
3) Pembayaran di Ruang Teratai
Jenis pembayaran yang terdapat di ruang Teratai yaitu
meliputi dari pembayaran umum. Semua pembayaran di ruang
Teratai di handle oleh pihak administrasi yang ada di ruangan,
administrasi ini mengelola semua pembayaran pasien dengan
cara mengkoding pembayaran yang meliputi dari pembayaran
ruangan, visit dokter, tindakan yang dilakukan perawat selama
pasien dirawat seperti pemasangan infus, pemasangan kateter,
ganti balut dan lain sebagainya. Setela dikoding, pasien atau
keluarga pasien harus mengurus pembayaran biaya rawat inap
dikasir sebelum meninggalkan ruangan. Bagi pasien umum
pembiayaan dipertanggung jawabkan penuh kepada pasien
tanpa ada bantuan dari pihak manapun, sedangkan pasien
BPJS mendapatkan bantuan dari pemerintah akan tetapi

63
memiliki batas tertentu, jika biaya pembayaran melebihi dari
batas BPJS maka pasien atau keluarga menambah pembayaran
tersebut secara mandiri. Persyaratan pasien BPJS harus
menyerahkan kartu keluarga, KTP, dan kartu BPJS untuk
syarat sebagai pengguna BPJS. Sebelum pasien pulang maka
keluarga pasien mengurus semua biaya terlebih dahulu di
kasir, setelah pembayaran terselesaikan maka keluarga
kembali ke ruangan untuk mendapatkan obat dan kartu
kontrol.

e) M5_Mutu
1) Kualitas Pelayanan Keperawatan
Pasien yang di rawat inap di Ruang Teratai lt 1 kebanyakan
berasal dari Kota Salatiga sendiri dan beberapa dari daerah
Kabupaten Semarang, dan Boyolali Rata-rata pasien yang di
rawat memiliki pendidikan S1, SMA, TK. Rata-rata pasien
yang dirawat di Ruang teratai lt 1 merupakan pasien BPJS dan
UMUM kelas VIP. Pasien mendapatkan pelayanan sesuai
dengan standar dari RSUD Kota Salatiga. Upaya yang
dilakukan untuk melakukan pelayanan dan meningkatkan
mutu pelayanan pasien di ruang Teratai lt 1 di berikan
pelayanan secara optimal seperti mendengarkan keluhan
pasien disetiap operan jaga pagi, memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan bersikap
empati, dan selalu menanggapi keluhan pasien ketika pasien
membutuhkan.

64
2) Penerimaan Pasien Baru
Alur penerimaan pasien baru di ruang Teratai 1

Pasien datang

Serah terima

Orientasi ruangan

Assesment awal

Terminasi

Evaluasi

Dari hasil Observasi pada tanggal 22 sampai 28 April 2019 di


Ruang Teratai 1 Pada saat ada pasien baru, petugas yang
mengirim akan menyerahkan lembar internal kepada perawat
tersebut. Didalam lembar internal tersebut berisi tentang identitas
pasien, kondisi pasien, dokter penanggung jawab pasien, terapi
yang sudah diberikan, hasil pemeriksaan penunjang jika ada.
Setelah itu perawat akan mengorientasikan keluarga pasien dan
pasien tentang ruangan Teratai 1 yang berupa fasilitas ruangan,.
Setelah itu perawat meminta tanda tangan pasien atau keluarga
pasien sebagai bukti telah dilakukan orientasi pelayanan,
Selanjutnya perawat melakukan assestmen awal seperti TTV,

65
keluhan pasien, pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi
pasien dan kemudian menentukan masalah keperawatan, rencana
keperawatan dan implementasi keperawatan.
Hasil Analisa :
Setelah orientasi ruangan berakhir perawat tidak memberikan
edukasi tentang 6 langkah cuci tangan dengan benar.
3) Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) di RSUD Kota Salatiga
ruang Teratai lt 1 mempunyai standart operasional pelayanan
yaitu dengan 6 sasaran keselmatan pasien diantaranya:

1) Ketepatan identifikasi pasien


Pasien di ruang teratai I sudah di padang gelang identitas
pasien warna pink untuk perempuan dan warna biru untuk
laki – laki. Gelang tersebut berisi Nama pasien, No.CM,
Tanggal lahir, Alamat dan Jenis Kelamin.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
Di ruang teratai I sudah terjadi komunikasi efektif antara
pasien dan perawat dimana perawat selalu mendengarkan
keluhan dari pasien.
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Di ruang Teratai I sudah terdapat rak khusus penyimpanan
obat.
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pada tanggal 22 April – 26 April 2019 belum ada pasien
yang terpasang DC. Jika ada DC terpasang maka akan
dilakukan perawatan DC. Untuk perawatan infus
dilakukan. Saar orientasi ruangan perawat belum
melakukan edukasi terhadap keluarga tentang 6 langkah
cuci tangan dan 5 moment cuci tangan.

66
6) Pengurangan resiko jatuh
Pada tanggal 22 April – 26 April 2019 untuk pengurangan
resiko jatuh tersedia alat pegangan di dinding ruangan,
tempat tidur yang dilekangkapi dengan palang di kanan
dan kiri tempat tidur pasien, tangga kecil untuk injakan,
kursi roda dan brangkar dalam kondisi baik, pengunci
roda dalam keadaan baik dan berfungsi.

Hasil Analisa :
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 April 2019 –
24 April 2019 di dapatkan bahwa tingkat keselamatan pasien di
Ruang Teratai sudah baik. Hasil pengkajian dilapangan
didapatkan bahwa semua pasien sudah memakai atau terpasang
gelang identitas. Perawat menjelaskan tujuan dipasang gelang
identitas, perawat menjelaskan tentang perbedaan warna gelang
bagi laki-laki dan perempuan, identitas tersebut berisi nama
pasien, tanggal lahir dan No.Rm pasien. perawat sudah
menjelaskan kepada keluarga pasien cara untuk menggunakan
pengaman tempat tidur selama dirawat di ruang Teratai, karena
itu merupakan salah satu kunci keselamatan pasien. Dan perawat
selalu melakukan double check ketika akan melakukan suatu
tindakan keperawatan.
Selain itu juga di setiap ruang dan kamar pasien disediakan
handscrab yang tujuannya untuk mengurangi tingkat virus
nosokomial namun perawat teratai I belum memberikan edukasi
tentang langkah cuci tangan dan 5 moment cuci tangan.

67
3. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN
a. PLANNING (Perencanaan)
1) VISI
Mewujudkan rumah sakit pendidikan yang mandiri sebagai pilihan
utama dengan pelayanan yang bermutu.
2) MISI
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berhasil
guna dan berdaya guna
b) Melaksanakan proses perubahan terus menerus dalam
pemenuhan kebutuhan pelayanan prima
c) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan kedokteran berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
strategik
d) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian
pengembangan ilmu kedokteran
e) Meningkatkan kesejahteraan karyawan
3) Perencanaan stategi harian dan bulanan
Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari kepala ruang teratai 1,
perencanaan harian dan bulanan sudah dibuat dan dilaporkan ke
atasan.
4) Peningkatan kepuasan kerja
Dalam menilai kepuasan kerja perawat dilihat dari hasil kuesioner
5) Perencanaan logistik
Sesuai dengan hasil wawancara ke kepala ruang, untuk
perencanaan logistik seperti ketersediaan bahan habis pakai
(Kassa, Kertas,Spidol, dll) dilakukan oleh pegawai yang ada di
ruang Teratai sesuai dengan jumlah barang yang diperlukan.

b. ORGANIZING (Staffing penyusunan organisasi)


1) Sistem perekrutan pegawai

68
Sistem perekrutan pegawai dilakukan oleh bagian manajemen
rumah sakit.
2) Sistem penjadwalan
Penyusunan jadwal dinas dilakukan oleh kepala ruang dengan
ketentuan
- 1 minggu 40 jam, 1 bulan 160 jam
- Komposisi dalam penjadwalan harus ada perawat dan bidan,
senior dan junior, dan untuk mengambilan cuti harus adil antara
1 dan yang lain.
3) Sistem pendelegasian tugas
Dalam pendelegasian tugas Kepala ruang mengevaluasi terlebih
dahulu kemampuan pegawai kemudian kepala ruang
memberikan tugas sesuai dengan kemampuan pegawai.
4) Penggantian staf dalam struktur organisasi
Berdasarkan wawancara dari kepala ruang tetarai untuk
penggantian staf di lakukan tiap 3 tahun.

c. DIRECTING/ACTUATING (Pengarahan)
1) Reward untuk pegawai berprestasi
Kepala ruang hanya memberikan pujian bagi pegawai yang
berprestasi
2) Punishment bagi pegawai yang melanggar aturan
Kepala ruang tidak memberikan hukuman atau Punishment,
kepala ruang hanya menegur pegawai yang melanggar aturan .
3) Motivasi pegawai
Kepala ruang memberikan semangat atau apresiasi kinerja
pegawai dengan mengirim pegawai untuk mengikuti seminar.

d. COORDINATING (Koordinasi)

69
1) Sistem timbang terima
Sistem timbang terima yang dilakukan di ruang teratai 1, diikuti
oleh semua pegawai yang bertugas. Timbang terima dilakukan
di nurse station dilanjut ke ruang pasien. Jika sift siang dan
malam hanya di nurse station saja. Hal-hal yang disampaikan
yaitu keadaan pasien, tindakan yang sudah dilakukan, terapi
obat yang sudah diberikan dan program selanjutnya. Untuk
diagnosa keperawatan setiap pasien yang ada di ruang teratai 1
tidak disampaikan
2) Sistem Pre Conference
Di ruangan Teratai 1 sistem post conference belum dilakukan
3) Sistem Post Conference
Di ruangan Teratai 1 sistem post conference belum dilakukan
4) Wewenang karu dalam pengambilan keputusan
Di ruang Teratai 1, dalam pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara diskusi antara kepala ruang dan pegawai.
5) Ronde keperawatan di ruang teratai 1 belum pernah dilakukan,
karena tidak terdapat pasien yang kompleks.
6) Konflik dalam ruangan
Berdasarkan hasil wawancara sejauh ini tidak terjadi konflik
atau masalah di dalam ruangan.

e. CONTROLLING (Pengawasan )
1) Kinerja perawat
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruang mengawasi kinerja
perawat
2) Cara pemberian asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan Waktu
dalam pemberian askep
3) Waktu dalam pemberian askep sudah sesuai dengan
penjadwalan dinas pegawai

70
4) Sistem controlling dalam supervisi pemberian askep
Kepala ruang selalu mengontrol catatan laporan pasien setiap
harinnya.

4. Output
a. Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan data yang ada pada tanggal 23 April - 26 April 2019
Tabel 3.2
Penilaian Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di
Ruang Teratai lt 1 RSUD Kota Salatiga
Instrumen A

No Aspek Yang Dinilai Kode Bekas Rekam Medik Pasien Ket


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 .
A Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai dengan pedoman
2 Data yang dikelompokkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(bio, psiko, sosial dan
spiritual)
3 Data yang dikaji sejak pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masuk sampai pulang
4 Masalah dirumuskan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan kesenjangan antar
status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan
Sub Total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Total 40
Presentase 100 %

B Diagnosa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ket

71
1 Dx keperawatan berdasarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masalah yang telah di
rumuskan
2 dx. keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mencerminkan PE/PES
3 Merumuskan diagnose √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan aktual/potensial
Sub Total 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Total 30
Presentase 100 %

72
C Perencanaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket
0
1 Berdasarkan Dx. Keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Disusun menurut urutan prioritas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Rumusan dan tujuan mengandung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
komponen pasien atau subjek,
perubahan, perilaku, kondisi pasien
atau kriteria waktu
4 Rencana tindakan mengacu pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas
5 Rencana tindakan mengambarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keterlibatan pasien dan keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kerjasama TIM kesehatan
Sub Total 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Total 60
Presentase 100 %

D Tindakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket
0
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
rencana keperawatan
2 Perawat mengobservasi respon pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
terhadap tindakan berdasarkan hasil
evaluasi
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
evaluasi
4 Semua tindakan yang sudah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dilaksanakan di tulis dengan jelas

73
Sub Total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Total 40
Presentase 100%

E Evaluasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket
0
1 Berdasarkan Dx. Keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Disusun menurut urutan prioritas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Sub Total 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Total 10
Prosentase 50 %

F Catat Asuhan Keperawatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ket


0
1 Menulis format yang baku √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tindakan yang dilakuakan
3 Pencatatan ditulis dengan jelas dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ringkas sesuai dengan istilah buku
yang benar
4 Setiap melakukan tindakan perawat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mencantumkan kegiatrtan yang
dilakuakan
5 Berkas catatan keperawatan disimpan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Sub Total 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Total 50
Prosentase 100 %

74
Analisa :

No Aspek yg dinilai Hasil (%) Keterangan

1 Pengkajian 100 % Format pengkajian sudah di isi dengan lengkap dan sudah
fokus pada penyakit yang diderita pasien
2 Diagnosa 100 % Diagnosa keperawatan sudah sesuai dengan menghubungkan
etiologi yang terjadi, diagnosa aktual dan potensial
tercantum.
3 Intervensi 100% Intervensi yang dicantumkan sudah baik, tapi belum
mengarah mengajak ke keluarga pasien
4 Implementasi 100 % Tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana
tindakan dan sudah sesuai dengan kebutuhan pasien
5 Evaluasi 50 % Evaluasi dicatat sesuai hasil respon pasien
6 Catatan asuhan 100 % Catatan asuhan keperawatan di catat sesuai format yang
keperawatan sudah ada di RS
Rata – rata 95 %

.Keterangan :

Sangat baik : 90 – 100 %

Baik : 70 – 89 %

Cukup : 50 – 69 %

Kurang : <50%

No Nama No Register

1 An. D 420139

2 An. R 420161

3 An.K 420304

4 An. E 335484
5 An.N 420346

75
6 Ny.G 372956
7 Ny. S 420119

8 Ny.S 407404

9 An. N 420346
10 Ny. T 187331

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 23 sampai 24


April 2019 dengan sampel 10 lembar dokumentasi milik :

Hasil diatas rata-rata dari instrument dokumentasi asuhan


keperawatan dalam kategori sangat baik yaitu dengan presentase 95 %.
Pendokumentasian di ruang Teratai sudah tersusun dalam satu catatan
rekam medis. Pada format pengkajian rekam medis pasien berisi
assessment awal keperawatan rawat inap yang berisi anamnesa dan
pemeriksaan head to toe.
Terkait dengan rencana keperawatan dalam lembar catatan
terintregrasi sudah ditetapkan form diagnosa keperawatan sehingga
perawat cukup memberikan checklist pada kotak yang sesuai rencana
tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Semua
tindakan yang dilakukan perawat baik itu tindakan mandiri
keperawatan pemberian kompres, cara batuk efektif, cara mencuci
tangan maupun tindakan medis seperti terapi obat sesuai dengan advis
dokter, transfuse darah dan lain sebagainya. Kemudian dokumentasi
ditandatangani dan di berikan nama terang oleh perawat yang sedang
dinas.

76
b. Kepuasan pasien
Diagram 3. 1
Tingkat Kepuasaan Pasien Di Ruang Teratai I RSUD Kota Salatiga

Kepuasaan Pasien di Ruang Teratai I


RSUD KOTa Salatiga
Reabilitas (Reability) Daya Tanggap (Responsiveness)
Jaminan (Assurance) Empati (emphaty)
Bukti Fisik (Tangible)

10% 15%
10%
10%

55%

Berdasarkan Data pada diagram 3.1 dari jumlah n=20 di


dapatkan tingkat kepuasaan Reabilitas (reability) sebanyak 15%,
Daya Tanggap (Responsiveness) sebanyak 10% , Jaminan
(Assurance) sebanyak 55% , Empati (Emphaty) sebanyak 10% , dan
Bukti Fisik (Tangible) sebanyak 10%.

c. BOR (Bed Occupation Rate)


1) BOR di ruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan Febuari
2019

77
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑅𝑆)𝑥 100%
( 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒)
217 x 100%
11 x 23
217 x 100%
253
= 85,77 %
BOR diruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan
Febuari 2019 tergolong tinggi yaitu 85,77% yang menunjukkan
tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur
dengan nilai normal BOR 60-85%.
2) BOR di ruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan Maret
2019
Menurut Rumus DEPKES RI 2005
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑅𝑆)𝑥 100%
( 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒)
259 x 100%
11 x 31
259 x 100%
341
= 75,95%
BOR diruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan Maret
2019 tergolong normal yaitu 75,95% dengan nilai normal BOR 60-
85%.
d. LOS (Length Of Stay)
1) LOS di ruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan Febuari
2019
Menurut Rumus DEPKES RI 2005

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡


𝑥 100%
( 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

78
217
𝑋 100%
59

3,68
LOS diruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan
Febuari tergolong normal yaitu 3,68 dengan nilai ideal 3-12 hari.
2) LOS di ruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan Maret
2019
Menurut Rumus DEPKES RI 2005
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝑥 100%
( 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)
259
𝑋 100%
86

3,01
LOS diruang Teratai I RSUD Kota Salatiga pada bulan
Febuari tergolong normal yaitu 3,01 dengan nilai ideal 3-12 hari.
3) Infeksi Nosokomial
Berdasarkan data spm dari ruang teratai satu di dapatkan hasil
sebagai berikut :

Kejadian
4) N Februari Maret April Jumlah
o
1 Infeksi Nosocomial 0 0 0 0
2 Plebhitis 0 0 0 0
3 Pasien Jatuh 0 0 0 0
4 Terjadi Dekubitus 0 0 0 0
5 Resiko Dekubitus 13 6 11 30

79
4) Data Kepuasaan Perawat

Kepuasan kerja perawat


n=12

2% 3%
12%

32% STP
TP
CP
P
SP

51%

Berdasarkan data kuesioner Kepuasan Kerja


Perawat dengan jumlah sampel n= 12 didapatkan hasil
sangat tidak puas sebanyak 3%, tidak puas sebanyak 32%,
cukup puas sebanyak 51%, puas sebanyak 12% dan sangat
puas sebanyak 2%.

80
B. Analisa Swot M1
A. MAN

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x


RATING
1. Sumber Daya Manusia (Man)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya sistem pengembangan staf 0,3 4 1,2
berupa pelatihan-pelatihan yang
diberikan secara bergantian diruang
teratai. Masing-masing perawat
sudah mengikuti pelatihan seperti
pelatihan BTCLS, Apar, PPI, SKP,
serta pelatihan akreditasi.
2. Jenis ketenagaan : 0,3 3 0,9
a) Ners berjumlah 2 orang
b) D III berjumlah 11 orang
1) DIII Keperawatan berjumlah S-W
6 orang 3,3-3,0 =
2) DIII Kebidanan berjumlah 0,2 3 0,6 0,3
5 orang
c) Administrasi berjumlah 1 orang
d) Cleaning service 2 orang
3. Masa kerja perawat dengan
pendidikan Ners sebanyak 1 orang 0,2 3 0,6
dengan masa kerja < 10 tahun, 3,3
sedangkan masa kerja > 10 tahun
sebanyak 1 orang.
4. Adanya pelatihan perawat
TOTAL 1
Weakness
1. Beban kerja perawat diruangan 0,4 3 1,2
cukup, karena ruang teratai
merupakan ruang kelas VIP di
RSUD Kota Salatiga. 0,9
2. Sebagian perawat diruang teratai 0,3 3
belum mengikuti pelatihan MAKP
0,9 O-T

81
3. Belum tercapainya kesejahteraan 0,3 3 3,0 3-2,5=
perawat. 0,5
TOTAL 1 0,6
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Belum Adanya program seminar 0,2 3 0,8
ataupun pelatihan mengenai
manajemen keperawatan dari diklat
diruang teratai.
2. Adanya kesempatan melanjutkan 0,2 4 0,6
pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi bagi perawat khususnya di
ruang teratai. 0,6
3. Adanya program akreditasi di RSUD 0,2 3
Kota Salatiga dari pemerintah kota
setempat. 0,4
4. Adanya kebijakan pemerintah 0,2 3
maupun PPNI tentang
profesionalisasi perawat
5. Adanya kerja sama yang baik antara 0,2 2 3
perawat di ruang teratai dengan
mahasiswa yang sedang praktik di 0,3
RSUD Kota Salatiga.
TOTAL 1
Treathened 0,6
1. Makin tingginya kesadaran 0,3 1
masyarakat umum akan hukum
pemerintah.
2. Makin tingginya kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat dan pengetahuan
masyarakat akan pentingnya
kesehatan. 0,4
3. Adanya tuntutan tinggi dari 0,2 3
masyarakat untuk pelayanan yang
lebih profesional. 2,5
4. Adanya persaingan antar RS yang 0,2 2
semakin kuat dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
TOTAL 1

82
B.MONEY
ANALISA SWOT MONEY (M2)
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X
RATING
Keuangan (M2)
Strength
1. Sumber dana/ sistem keuangan yang 0,3 4 1,2
didapat di Ruang Teratai bersumber dari
Rumah Sakit
0,2 4 0,8
2. Adanya pendapatan dari jasa medik,
untuk pasien dengan biaya BPJS dan 0,2 3 0,6
Umum yang dapat diklaim setelah
perawatan.
3. Adanya petugas logistik di Ruang Teratai 0,3 4 1,2
yang mengurusi segala kebutuhan
peralatan di ruangan. 1 3,8 S-W
4. Jasa insentif untuk pelayanan dan jasa 3,8-3,7 =
medik yang diberikan untuk perawat 0,7 3 2,8 0,1
tidak sama tergantung dari pendidikan,
beban kerja, dan resiko kerja, tanggung
jawab, dan beban kerja.
0,3 3 0,9

TOTAL
Weakness. 1 3,7
1. Jika ruangan membutuhkan
peralatan yang dibutuhkan, maka
untuk pengajuan pembelian 0,4 4 1,6
peralatannya membutuhkan waktu
yang cukup lama. 0,3 4 1,2
2. Anggaran ruangan semua
0,3 4 1,2
bersumber pada Rumah Sakit,
sehingga ruangan tidak
1 4,0
mengeluarkan dana sendiri.

TOTAL
O-T
0,3 3 0,9
Opportunity. 4,0-3,7=
0,3
0,7 4 2,8

83
1. Semua kebutuhan dana atau
keuangan di ruangan di peroleh dari
rumah sakit 1 3,7
2. Pengeluaran sebagaian besar
dibiayai BLUD.
3. Adanya kesempatan untuk
menggunakan instrumen medis
dengan re-use sehingga menghemat
pengeluaran..
TOTAL

Threatened.
1. Anggaran Ruangan bersumber dari
Rumah Sakit sehingga ruangan
tidak memiliki kebijakan untuk
mengeluarkan dana sendiri
2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih
professional sehingga butuh
pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana.

TOTAL

84
C. METODE
ANALISA SWOT METODE (M3)

BOBOT Hasil
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING X
RATING
1 MAKP
a. Internal Faktor (IFKS)
Strength
1. Rumah Sakit memiliki visi, misi 0,2 3 0,6
dan motto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan
pelayanan.
2. Sudah ada modal MPKP yaitu 0,2 4 0,8
metode tim
3. Mempunyai SPO sebagai 0,2 4 0,8
standart tindakan asuhan
keperawatan
4. Terlakasananya komunikasi 0,2 3 0,6
yang efektif yaitu antara perawat
dengan tim kesehatan lain.
5. Perawat dapat mengembangkan 0,2 3 0,6
ketrampilan
3,4 S – W = 3,4
Total 1 – 3 = 0,4
Weakness
1. Job yang kadang tidak sesuai 1 3 3
dengan tugas masing - masing
Total 1 3
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit 0,4 4 1,6
tentang pelaksanaan MAKP
2. Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi perawat. 0,6 3 1,8
Total
Threats 1 3,4 O – T = 3,4
– 2,4 = 1

85
1. Adanya persaingan antara rumah 0,1 3 0.3
sakit lain yang semakin ketat.
2. Adanya tuntutan masyarakat 0,3 2 0,6
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan keperawatan yang
lebih profesional.
3. Semakin tingginya kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat akan hukum.
4. Semakin tingginya kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
5. Cepatnya penyebaran informasi 0,1 3 0,3
melalui sosial media.
Total 1 2,4
2. Timbang Terima
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght.
1. Kepala ruangan memimpin 0,1 2 0,2
kegiatan timbang terima setiap
pagi.
2. Adanya format timbang terima. 0,3 4 1,2
3. Timbang terima sudah dilakukan 0,2 3 0,6
setiap pergantian shift.
4. Timbang terima dilakukan 0,2 2 0,4
sehari 3 kali.
5. Semua perawat mengikuti 0,2 3 0,6
kegiatan timbang terima.
Total 1 3 S–W=3–
Weaknes. 2,3 = 0,7
1. Dalam proses timbang terima 0,3 3 0,9
pre konferen dan post konferen
dilakukan secara bersamaan di
nurse station kemudian
memvalidasi ke pasien.
2. Saat memvalidasi ke pasien 0,7 2 1,4
perawat sudah memperkenalkan
diri tetapi untuk sift siang ke
malam belum di terapkan ke
pasien untuk menyampaikan

86
siapa ketua tim yang
bertanggung jawab. 1 2,3
Total
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity. 0,7 2 1,4 O – T = 2,3
1. Adanya kebijakan rumah sakit – 2,3 = 0
(bidang keperawatan) tentang
timbang terima. 0,3 3 0,9
2. Mudahnya dalam mencari
informasi terbaru tentang
timbang terima. 1 2,3
Total
Threats 0,2 3 0,6
1. Persaingan antar RS yang
semakin ketat. 0,4 2 0,8
2. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional. 0,3 2 0,6
3. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan. 0,1 3 0,3
4. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang hukum 1 2,3
Total
3 Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya pasien yang 0,5 3 1,5
memerlukan perhatian khusus
2. Adanya perawat ruang yang 0,5 3 1,5
profesional dan berpengalaman.
Total 1 3
Weakness
1. Belum pernah diadakan ronde 0,4 2 0,8 S–W=3–
keperawatan di ruang Teratai 2=1
2. Perawat belum memahami 0,6 2 1,2
tentang ronde keperawatan.
Total 1 2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity

87
1. Adanya pelatihan dan seminar 0,4 3 1,2
tentang manajemen
keperawatan.
2. Adanya bidang keperawatan 0,6 3 1,8
dan ruangan yang mendukung
untuk dilakukannya ronde
keperawatan.
Total 1 3
Threatened
1. Keluarga/pasien tidak 0,5 2 0,1 O–T=
kooperatif 3 – 2,5 =
2. Tidak adanya solusi dari 0,5 3 1,5 0,5
masalah yang dihadapi pasien.
Total 1 2,5
4 Pre dan post Conferance
Strengt
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
Adanya perawat ruang yang 1 3 3 S-W = 3- 3,1
profesional dan berpengalaman. = -1
Total 1 3 3
Weakness
1. Belum diadakan Pre dan Post 0,5 3 1,5
Conferance di ruang Teratai
2. Perawat belum memahami tentang 0,5 1,6
Pre dan Post Conferance
Total 1 3,1
B. Eksternal Faktor (EFAS)
Oportunity
Adannya ruangan yang mendukung 1 3 3 O-T = 3-0=3
untuk dilakukan pre dan post
conferance
Total 1 3
Threatened
-

88
5 Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya ruangan untuk 0,1 2 0,2
sentralisasi obat
2. Kepala ruangan mendukung 0,1 3 0,3
kegiatan sentralisasi obat
3. Adanya lembar dokumentasian 0,2 3 0,2
obat di setiap status pasien
4. Adanya label identitas di setiap 0,3 4 1,2
obat
Total 1 3,1
Wekness
1. Belum terpantaunya efek 1 3 3 S – W = 3,1
samping obat – 3 = 0,1
Total 1 3
b. Eksternal Faktor
Opportunity
1. Terdapat trolly injeksi yang di 0,3 3 0,9
dalamnya terdapat loker kecil
untuk menaruh obat injeksi
yang akan disuntikkan kepada
pasien.
2. Adanya kebijakan RS tentang 0,7 4 2,8
pengadaan obat ODD.
Total 1 3,7 O–T= 3–
Threats 3,4 = 0,3
1. Adanya tuntutan pasien untuk 0,3 3 0,9
mendapatkan pelayanan yang
lebih baik
2. Semaki tingginya kesadaran 0,3 3 0,9
pasien untuk sembuh

Total 1 3,4

89
5 Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFKS)
Strength
1. Discharge planning di ruang 0,3 4 1,2
Teratai lt 1 sudah dilakukan dan
terdapat format yang baku.
2. Discharge planning dibuat 0,2 3 0,6
selama 1 x 24 jam
3. Terdapat form APS (Atas 0,1 3 0,3
Permintaan Sendiri) yang
digunakan apabila keluarga
pasien atau pasien
menginginkan pulang paksa.
4. Terdapat lembar kontrol untuk 0,1 3 0,3
pasien.
5. Perawat memberikan pendkes 0,3 4 1,2
kepada pasien atau keluarga
selama di rawat atau saat akan
pulang
Total 1 3,6
Weakness S – W = 3,6
1. Keterbatasan waktu dan tenaga 0,2 3 0,6 – 3,8 = - 0,2
perawat untuk memberikan
pendkes. 0,4 4 1,6
2. Kurangnya kemauan perawat
untuk memberikan pendkes
kpd pasien atau keluarga.

Total 1 3,8
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Terdapat tenaga medis 0,5 4 2
profesional dalam memberikan
pendkes.
2. Adanya kebijakan dari RS 0,3 3 0,9
tentang pendkes.
0,2 3 0,6

90
3. Adanya media sosial sebagai
pemberi informasi tentang 1 3,5
kesehatan
Total 0,5 3 1,5
Treathmend
1. Adanya persaingan antara O – T = 3,5
rumah sakit lain yang 0,5 3 1,5 – 3 = 0,5
semakin ketat.
2. Smakin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 1 3
kesehatan.
Total

6 Dokumentasi
Internal Faktor (IFAS)
Strenght.
1. Dokumentasi sudah tersusun
dengan lengkap 0,2 3 0,6
2. Pengisian dokumentasi sudah
baik 0,3 3 0,9
3. Format dokumentasi sudah ada
dan jelas 0,3 3 0,9
4. Tersedianya sarana dan
prasarana dokumentasi untuk 0,2 3 0,6
tenaga kesehatan S–W=3–
Total 1 3 2,8 = 0,2

Weaknes.
1. Sistem dokumentasi belum
terkomputerisasi 0,3 3 0,9
2. Kurang jelasnya tulisan yang
membuat bingung 0,2 3 0,6
3. kurangnya rasa semangat untuk
melengkapi dokumentasi. 0,2 2 0,4
4. Pengawasan terhadap
pendokumentasian belum 0,3 3 0,9
dilaksanakan secara optimal
Total 1 2,8
a. Eksternal Faktor (EFAS)

91
Opportunity
1. Adanya program pelatihan 0,3 1,2
manajemen 4
2. Adanya pengawasan terhadap 0,4 1,6
dokumentasi 4
3. Adanya teguran bagi yang 0,3 0,9
tidak lengkap dokumentasinya 3
dan reward bagi yang lengkap
dokumentasinya.
Total 1 3,7
Treathmend O – T = 3,7
1. Adanya tuntutan masyarakat – 3 = 0,7
yang semakin tinggi terhadap 0,5 1,5
peningkatan keperawatan yang 3
lebih profesional.
2. Persaingan antar RS dalam
memberikan pelayanan 0,5 1,5
keperawatan 3
Total 1 3

7 Discarge planing
A. Sepervisi
1. RSUD kota salatiga merupakan 1 3 3 S-W = 3-3
rumah sakit pendidikan tipe B =0
yang menjadi rumah sakit
rujukan
Total 1 3 3
Weakness
2. supervisi di ruangan masih 0,6 3 1,8
belum terstruktur
3. belum adanya format pelaporan 0,4 3 1,2
yg khusus untuk supervisi
Total 1 3 3

Opportunity
1. Adannya mahasiswa yang 0,6 3 1,8
praktik di rsud kota salatiga
0,4 4 1,6

92
2. Adannya keinginan perawat O-T = 3,4 –
untuk melakukan mutu 1 7 3,4 2,8
pelayanan. = 0,6
Total 0,4 3 1,2
Treathmend
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan
yang profesional dan
bermutu dengan biaya 0,3 3 0,9
perawatan
2. Adannya persaingan antara
rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang 0,3 3 0,9
terbaik
3. Adannya perkembangan
ilmu pengetahuan yang
menuntut peningkatan 1 7 2,8
pengetahuan pada perawat.
Total

93
ANALISA SWOT M4 (MATERIAL)

94
ANALISIS SWOT BOBOT RATIN BOBOT X
G RATING

MATERIAL

IFAS

STRENGTH

1. Mempunyai sarana dan prasarana 0,2 3 0,6


untuk pasien dan tenaga
kesehatan.

2. Mampu menggunakan sarana dan 0,3 3 0,9


prasarana yang ada

3. Tersediannya nurse station. 0,2 3 0,6

Total 1 3

WEAKNESS S–W=3
–o=3
4. Tidak ada kekurangan - - -

5. Tidak adanya petugas yang rutin 0,3 3 0,9


melakukan kalibrasi alat setiap
bulan sekali karena kurangnya
jumlah pegawai staf

Total - - -

OPPORTUNITY

1. Adanya kesempatan untuk 0,5 4 2


menempatkan peralatan sesuai
dengan ruangan.

95
2. Adanya kesempatan untuk
memanfaatkan ruang atau tempat
yang masih kosong. 0,3 3 0,9

3. Adanya kesempatan bagi tenaga


logistic untuk mengatur penataan
ruangan supaya sarana dan
prasarana dapat digunakan dengan 0,2 2 0,4
baik.
O-T =

3,3-3 = 0,3

Total 1 3,3

96
ANALISA SWOT M5 (MUTU)

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X


RATING

Mutu (M5)

Strength

1. Pasien di ruang teratai Puas dengan 0,3 3 0,9 S-W


pelayanan diruangan 3,7-3= 0,7
2. Rata-rata Bed Oportuniti Rate baik dan 0,25 4 1
selalu dibersihkan setiap hari serta
penggantian seprai setiap 2 hari sekali

3. Pasien menggunakan BPJS dan Non PBI 0,25 4 1

1. Meskipun ruang Teratai kelas VIP tetapi


dapat digunakan sebagai lahan praktik 0,2 4 0,8
management mahasiswa keperawatan Ners
Stikes Widya Husada Semarang

TOTAL
1 3,7
Weakness.

1. Jika ada pasien baru dating petugas ada


1 3 3
yang memberikan dan ada yang tidak
memberikan edukasi cara mencuci tangan
yang benar
TOTAL 1 3

Opportunity.
0,5 2 1
1. Mahasiswa Ners STIKES Widya Husada
Semarang Praktik manajemen diruang
Teratai Lt 1
2. Terjalin kerjasama yang baik antara 0,5 3 1,5
O-T
perawat dan mahasiswa.
2,5-3= -
TOTAL 1 2,5 0,5

97
Threatened.

1. Jika pasien dan keluarga tidak diberi 1 3 3


edukasi tentang cara mencuci tangan dengan
benar dapat tertular infeksi nosokomial.
1 3
TOTAL

Diagram Layang Analisa SWOT

DIAGRAM LAYANG ANALISA SWOT


Ruang Teratai RSUD KOTA SALATIGA
S

RK

0,9

M5 0,8
OV
0,7

0,6 MI M4

0,5 M3

0,4

0,3 DK

0,2 SO M2

0,1
T O
-1 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

-0,1 DP

-0,2

-0,3

-0,4

-0,5 SV

-0,6

98
-0,7

-0,8

-0,9

-1

W
Keterangan:
M1 : Man/ketenagaan
M2 : Material
M3 : Method
M5 : Mutu/market
SV : Supervisi
DK: Diagnosa Keperawatan
RK:Ronde Keperawatan
OV: Overan

99
C. Identifikasi masalah : PRIORITAS MASALAH
No Daftar C A R L Total Urutan
masalah nilai
1 Ronde dalam 9 9 8 8 5.184 I
Keperawatan
2 Pre dan post 9 8 8 8 4.608 II
Conferance
3 Kurangnnya 8 8 8 8 4.096 III
edukasi
tentang cara
mencuci
tangan yang
benar
kepada
pasien baru
dan keluarga

100
D. PERENCANAAN (PLAN OF ACTION)

No Masalah Tujuan Program/kegiatan Indikator/ target Sasaran Penanggung Waktu


keberhasilan jawab
1 Ronde Mampu 1. Tahap Pra Ronde Ronde Karu dan
Keperawatan menerapakan Keperawatan Keperawatan anggotanny
belum pernah Ronde (persiapan) dilakukan di ruang a
dilakukan Keperawatan a. Penetapan kasus teratai
minimal 1 (satu) hari
sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
b. Pemberian informed
consent kepada klien /
keluarga.
2. Tahap Pelaksanaan
Ronde
a. Penjelasan tentang
klien oleh Perawat
primer/Ketua tim yang
difokuskan pada
masalah keperawatan
& rencana tindakan
yang akan atau telah

100
dilaksanakan &
memilih prioritas yang
perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota
tim tentang kasus
tersebut.
c. Pemberian justifikasi
oleh Perawat primer /
perawat konselor/
Kepala ruang tentang
masalah klien serta
rencana tindakan yang
akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan
pada masalah prioritas
yang telah & yang
akan ditetapkan.
3. Tahap Pasca ronde
Mendiskusikan hasil
temuan & tindakan
pada klien tersebut
serta menetapkan
tindakan yang perlu
dilakukan

101
2 Pre dan Post Mampu Persiapan Pre dan post Karu
Conferance Menerapkan 1. Mempersiapkan Pre & conference dananggota
Pre dan Post Post Conferance dilakukan di ruang nya
Conferance 2. Mempersiapkan teratai lantai 1
pengorganisasian kegiatan RSUD KOTA
Pelaksanaan SALATIGA
1. Membuka acara
2. Menanyakan rencana
harian masing – masing
perawat pelaksana untuk
pre conferance dan
menanyakan kendala
dalam asuhan keperawatan
yang telah di berikan untuk
(post conferance)
3. Memberikan masukan
dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang
diberikan saat itu untuk
(pre conferance) dan
menanyakan tindakan
lanjut asuhan klien yang
harus di operkan kepada
perawat shift berikutnya

102
4. memberikan
reinforcement kepada
perawat pelaksana
5. menutup acara kegiatan
Isi
Melaporkan isi rencana
tiap perawat (rencana
harian) untuk pre
conference dan
melaporkan hasil askep
tiap perawatan dan hal
penting untuk operan
(tindak lanjut)

3 M5 – Mutu Mampu 1. Memberikan orientasi Perawat dapat Perawat


menerapkan pada pasien dan memberikan
edukasi keluarga pasien baru edukasi tentang
terhadap pasien 2. Memberikan informasi cuci tangan kepada
dan keluarga kepada perawat untuk pasien dan keluarga
tentang cuci memberikan edukasi
tangan yang kepada pasien dan
benar keluarga untuk
mencuci tangan yang
benar.

103
E. Implementasi
Masalah Kegiatan Waktu Evaluasi
Pre dan post conference Mensosialisasikan pre dan post Jumat, 10 Mei 2019 S : Perawat bersedia untuk
conference diberikan sosialisasi tentang
pre dan post conference
O : perawat tampak
kooperatif
Edukasi cuci tangan Mengedukasi keluarga tentang 6 Jumat, 10 Mei 2019 S : Perawat bersedia
langkah dan 5 moment cuci melakukan edukasi terhadap
tangan keluarga tentang cara cuci
tangan .
O :keluarga tampak antusias..
Ronde dalam Mensosialisasikan RDK, Pre-post Sabtu, 11 Mei 2019 S : Perawat bersedia untuk di
keperawatan, pre-post Conferance dan edukasi Cuci berikan sosialisasi tentang
conference dan edukasi tangan RDK, Pre-post conferance
tentang cuci tangan dan edukasi cuci tangan
O: Perawat Tampak
kooperatif.

104
Ronde dalam Mensosialisasikan RDK, Pre-post Minggu , 12 Mei 2019 S : Perawat bersedia untuk di
keperawatan, pre-post Conferance dan edukasi Cuci berikan sosialisasi tentang
conference dan edukasi tangan RDK, Pre-post conferance
tentang cuci tangan dan edukasi cuci tangan
O: Perawat Tampak
kooperatif.
Pre conference Role play Pre conference Minggu, 12 Mei 2019 S : perawat mengatakan
masih bingung dengan pre
conference
O : pre conference berjalan
namun belum sesuai dengan
urutan.
Post conference Role play post conference Minggu, 12 Mei 2019 S : perawat bersedia
melakukan post conference
O : Perawat melakukan post
conference namun belum
sesuai dengan urutan.

105
Pre dan Post Conferance Mensosialisasikan tentang Pre Senin, 13 Mei 2019 S :Perawat bersedia untuk
RDK dan Post Conferance dan RDK diberikan sosialisasi
Edukasi Cuci tangan serta edukasi cuci tangan O : perawat tampak antusias
dan kooperatif
Pre conference Role play pre conference Senin. 13 Mei 2019 S : Perawat bersedia untuk
melakukan pre conferance
O : perawat tampak
melaksanakan pre conference
Post conference Role play post conference Senin, 13 Mei 2019 S : perawat bersedia
melakukan post conference
O : perawat melakukan post
conference
Edukasi terhadap Mensosialisasikan terhadap 11 Mei – 14 Mei 2019 S :Perawat bersedia untuk
Keluarga tentang 6 perawat untuk melakukan edukasi diberikan sosialisasi tentang
langkah cuci tangan dan 5 terhadap keluarga tentang 6 edukasi terhadap keluarga
moment untuk cuci langkah cuci tangan dan 5 tentang 6 langkah cuci tangan
tangan moment untuk cuci tangan dan 5 moment untuk cuci
tangan

106
O : perawat tampak antusias
dan kooperatif

F. Evaluasi
Evaluasi Kegiatan setiap masalah :

Masalah Evaluasi Rencana Tindak Lanjut


1. Ronde Dalam Keperawatan Perawat Teratai I sudah dilakukan sosialisasi Role Play ronde dalam keperawatan
terkait dengan ronde dalam keperawatan oleh perawat teratai I
2. pre pos conferance Perawat Teratai I sudah dilakukan sosialisasi Pre pos conferance oleh perawat teratai
terkait dengan pre pos conferance I
3. Edukasi terhadap Keluarga Perawat Teratai I udah diberikan sosialisasi Perawat memberikan Edukasi terhadap
tentang 6 langkah cuci tangan terkait dengan Edukasi terhadap Keluarga Keluarga tentang 6 langkah cuci tangan
dan 5 moment untuk cuci tentang 6 langkah cuci tangan dan 5 moment dan 5 moment untuk cuci tangan oleh
tangan untuk cuci tangan perawat teratai I

107
Tabel 3.

Instrument evaluasi pre conference

No Komponen P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12


PERSIAPAN
1 Persiapan pre conference 0 0 2 1 1 2 2 0 1 1 1 1
2 Pengorganisasian kegiatan 0 0 1 1 1 2 2 0 1 1 1 1
PELAKSANAAN
3 Membuka acara 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2
4 Menanyakan rencana harian 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2
masing-masing perawat
pelaksana
5 Memberikan masukan dan 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1
tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat
itu.

108
6 Memberikan reinforcement 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
kepada perawat pelaksana
7 Menutup acara kegiatan pre 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
conference
8 Melaporkan rencana tiap 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
perawat (rencana harian).
Total 13 12 16 14 14 18 16 14 15 14 13 13

Keterangan : nilai 3 selalu, nilai 2 sering , nilai 1 kadang, nilai 0 tidak dilakukan.

Evaluasi : pre conference di ruang Teratai I sudah terlaksana namun belum terlalu efektif dengan total 172 atau 59,72 %. Pre
conference dilakukan oleh Karu, Perawat penanggung jawab pasien dan perawat pelaksana.

Tabel 3.

Instrument evaluasi post conference

No Komponen P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12


PERSIAPAN
1 Persiapan post conference
2 Pengorganisasian kegiatan

109
PELAKSANAAN
3 Membuka acara
4 Menanyakan kendala dalam
asuhan yang telah diberikan
5 Menanyakan tindakan lanjut
asuhan yang harus dioperkan
kepada perawat shift
berikutnya.
6 Memberikan reinforcement
kepada perawat pelaksana
7 Menutup acara kegiatan post
conference
8 Melaporkan hasil askep tiap
perawtan dan hl penting
untuk operan (tindak lanjut).
Total

Tabel 3.

110
Instrument evaluasi ronde keperawatan

No Komponen P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12


Pre planning
1 Persiapan
2 Pengorganisasian
Perencanaan kegiatan
3 Pelaksanaan
4 Komunikasi
5 Keaktifan
6 Kesesuaian dengan peran dan
fungsi yang diperankan
7 Mengemukakan ide
8 Emosi
9 kerjasama

Total

111
BAB IV
PEMBAHASAN
Prioritas masalah di bangsal teratai 1 adalah ronde dalam keperawatan pre
dan post converence dan edukasi terhadap keluarga tentang cuci tangan.
Pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 22 april sampai 26 april 2019.
Pembuatan desaign rencana kerja harian tanggal 29 april sampai 2 april.
Implementasi berupa sosialisasi tanggal 10 mei sampai 13 mei 2019.
A. Data pre implementasi
Hasil observasi dan wawancara sebelum dilakukan implementasi
sebagai berikut :
1. Ronde dalam keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 24 April 2019
dengan Kepala Ruang teratai lt 1, beliau mengatakan di ruang
Teratai belum pernah melakukan ronde keperawatan.
Hasil Analisa :
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruang, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim
kesehatan .
2. Pre dan post conferance
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 22 – 26 April
2019 di dapatkan hasil Pre dan post Conferance belum
dilakukan di ruang Teratai I pada sift pagi, sift siang maupun
sift malam. Kategori :
Dari hasil observasi pada tanggal 22- 26 April 2019,
pelaksanaan Pre Conferance di ruang Teratai lt 1 dalam
kategori Kurang Baik dengan skor 8 . Dan pada tahap pre
conference di nurse station setelah mengelilingi ruangan

1
pasien tidak dilakukan, Sebagian besar perawat jaga langsung
keluar ruangan setelah timbang terima selesai.
Kategori :
Sangat Baik : 25-32
Baik : 17-24
Kurang Baik : 8-16
Dari hasil observasi pada tanggal 22- 26 April 2019,
pelaksanaan Post Conferance di ruang Teratai lt 1 dalam
kategori Kurang Baik dengan skor 8 . Dan pada tahap post
conference di nurse station setelah mengelilingi ruangan
pasien tidak dilakukan, Sebagian besar perawat jaga langsung
keluar ruangan setelah timbang terima selesai.
3. Edukasi terhadap keluarga tentang cuci tangan
Saat orientasi ruangan perawat belum melakukan edukasi
terhadap keluarga tentang 6 langkah cuci tangan dan 5
moment cuci tangan.
B. Implementasi
Implwmwntasi dilakukan pada tanggal 10 mei sampai 14 mei 2019,
dengan sosialisasi penjelasan tentang ronde dalam keperawatan, pre
post conference dan edukasi terhadap keluarga tentang cuci tangan,
dan berdiskusi dengan perawat pelaksana terkait dengan masalah
yang ada di ruang teratai 1.
C. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan swelama dua hari yaitu tanggal 14 mei
sampai 15 mei 2019. Dari keseluruhan perawat pelaksana suda
diberikan sosiaisasi terkait masalah yang ada. Perawat pelaksana
tersebut bersedia untuk dilakukan sosialisasi.

2
Bab V

Penutup

A. Kesimpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan Teratai I
RSUD Kota SALATIGA dimulai pada tanggal 22 april s/d 18 mei
2019. Kelompok melakukan pengkajian selama 5 hari dari tanggal
22 april s/d 26 april 2019 kemudian data diolah/analisa dan
merumuskan masalah dimana kelompok menemukan beberapa
masalah yang perlu diintervensi. Dari masalah – masalah tersebut
kelompok sudah melakukan intervensi yaitu :
1. Mempelajari format pengkajian sistem checklist yang sudah
terdapat di ruang Teratai I, kemudian melakukan sosialisasi format
pengkajian tersebut kepada perawat ruangan dan melakukan role
play penggunaan format pengkajian tersebut dengan pasien di ruang
kelolaan Teratai I .
2.. Melakukan perencanaan pembuatan media pendidikan kesehatan
sesuai dengan kasus terbanyak yang ditemukan di ruangan Teratai I
kemudian membuat media yang dapat digunakan untuk melakukan
pendidikan kesehatan dimana media tersebut dapat digunakan oleh
semua profesi kesehatan baik perawat, bidan maupun mahasiswa
yang sedang praktek belajar di Ruang Teratai I, mensosialisasikan
kepada perawat ruangan mengenai manfaat dan kegunaan dari
media penddidikan kesehatan yang telah disediakan oleh kelompok
setelah itu memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan) kepada
pasien dan keluarga pasien.
3. Melakukan sosialisai terhadap perawat teratai I tentang ronde
keperawatan, pre post conferance, edukasi kepada keluarga pasien
tentang 6 langkah cuci tangan .

3
Beberapa masalah lain yang ditemukan kelompok di ruangan Teratai
I RSUD Kota SALATIGA , tidak dapat diintervensi karena
keterbatasan kemampuan kelompok dalam mengatasi masalah
tersebut .

B. Saran
1. Pihak Rumah Sakit
Menindak lanjuti rekomendasi untuk melakukan intervensi tentang
ronde keperawatan, pre post conferance, edukasi kepada keluarga
pasien tentang 6 langkah cuci tangan di ruangan Teratai I RSUD
Kota SALATIGA .
2. Pihak perawat ruangan
a. Perawat Teratai I melaksanakan pendokumentasian dengan
baik dan benar demi terpenuhinya kebutuhan pasien
b. Sebaiknya Teratai I tetap menjalankan metode primer
supaya kebutuhan pasien terpenuhi serta menjalankan peran
sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang
menjadi standarisasi metode primer.
c. Perawat dapat mengadakan penyuluhan kesehatan secara
berkala dengan memanfaatkan leaflet pendidikan kesehatan
yang telah disediakan oleh kelompok untuk ruangan Teratai
I.
d. Mengusulkan kepada pimpinan RSUD Kota Salatiga untuk
membuat sanksi yang tegas terhadap perawat yang tidak
disiplin dalam bekerja dan memberikan penghargaan kepada
perawat yang berdedikasi tinggi dalam bekerja.
e. Menjalankan format pengkajian checklist untuk
memudahkan perawat mengisi pendokumentasian Asuhan
keperawatan.

4
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan sebaiknya
dilanjutkan dengan SAK sebagai standart pendokumentasian
Askep
g. Mengaktifkan mahasiswa yang dinas di ruangan Teratai I
untuk melengkapi Asuhan keperawatan.
h. Mengadakan pendidikan kesehatan secara rutin dan
terjadwal terhadap klien dan anggota keluarga dalam rangka
mengoptimalkan mutu asuhan keperawatan yang di berikan.
i. Tetap mensosialisasikan slogan anjuran yang telah
ditempelkan dan mempertegas peraturan rumah sakit pada
klien dan anggota keluarga.
j. Menganjurkan kepada perawat ruangan khususnya clinical
instructor untuk mengkoordinasikan kepada mahasiswa
yang sedang praktek di ruangan untuk membuat discharge
planning pendidikan kesehatan yang belum ada dibuat
kelompok, misalnya “perawatan meningitis di rumah”.
k. Sosialisasi dalam penyusunan – penyusunan status pasien
tidak hanya pada perawat tetapi juga kepada semua tenaga
medis
l. Sosialisasi pendokumentasian sebaiknya dilakukan secara
berkala
m. Sebaiknya seluruh pegawai ruangan sebelum masuk ruangan
sudah memakai atribut yang lengkap dan rapi.
n. Seluruh warga rumah sakit (tenaga medis dan non medis,
pasien dan keluarga pasien) menjaga fasilitas yang sudah
disediakan oleh RS.

C. Kesan

5
1. Kelompok mendapatkan pengalaman yang berharga selama
dinas di ruangan Teratai I, dimana kelompok mendapat
pengetahuan bagaimana memanajemen suatu ruangan rawat
inap serta proses-proses yang berjalan dalam sebuah ruangan.
2. Perawat di Teratai I, dapat menerima kehadiran tim manajemen
Profesi Ners STIKes Widya Husada Semarang dengan terbuka,
perawat juga banyak memberikan masukan dan bimbingan yang
berharga bagi kelompok baik kepada Karu, Ka.Grup dan
perawat lainnya.

Lampiran dokumentasi

6
7
8

Anda mungkin juga menyukai