Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG RAJAWALI 4A RSUP DR KARIADI


SEMARANG

KELOMPOK 1 RSDK

1. GRECIA CLARENSI (1808144)


2. KRESNA SILA PUTRA (1808150)
3. M. SYAHRUL BASITH (1808156)
4. M. YUSUF AINUL RIZAL (1808158)
5. SEKAR RISTY LAMBANG (1808179)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi. (Nursalam, 2008).
Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan disuatu kegiatan.
Manajemen merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan,
pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian)
yang diarahkan pada sumber–sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik
dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisiendan
efektif (Griffin, 2010).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di rumah sakit, sehingga perawat perlu memahami bagian
konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri
Pengertian manajemen adalah pengorganisasian, pemberian bimbingan dan
pengendalian agar tercapai sasaran sasaran dan tujuan yang telah di tetapkan
sebelumnya.
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan
masyarakat. pengorganisasian dalam menajemen keperawatan mempunyai
banyak akivitas penting, antara lain bagaimanan asuhan keperawatan dikelola
secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah
staf keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas,
kerja sama, dan koordinasi sehingga semua pasien mendpatkan pelayanan
yang optimal. Oleh karena itu manajer keperawatan perlu menetapkan
kerangka kerja, yaitu dengan cara: mengelompokkan dan membagi kegiatan
yang harus dlakukan, menentukan jalinan hubungan kerja antara tenaga dan
menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui penugasan, delegasi dan
wewenang.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan.Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan hingga
tercapai hasil yang optimal.
Dengan memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik
perlu diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai
suatu asuhan keperawatan yang memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar,
efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi
pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama,
etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat
penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah
satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya.
Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang
mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) saat ini sedang
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi yang sudah memiliki
sertikfikat Internasional dari JCI adalah model asuhan keperawatan
profesional dengan metode moduler. Kelebihan dari metode ini adalah
memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh, mendukung pelaksanaan
proses keperawatan, serta memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
RSUP dr Kariadi  sebagai salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan,
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka
rumah sakit perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan
manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi
masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut
untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan
yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial
yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang
handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di
lahan praktek. Praktik manajemen STIKES Karya Husada Semarang dituntut
untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang
Rawat Inap RSUP dr Kariadi  dengan arahan pembimbing dari rumah sakit
dan pembimbing pendidikan. Dengan adanya praktek tersebut diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dengan dilaksanakannya praktik klinik manajemen keperawatan di
Ruang Rajawali 4A RSUP dr. Kariadi Semarang, mahasiswa mampu
memahami mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan profesional serta
bimbingan praktik klinik di ruang perawatan khusus dengan menggunakan
keterampilan manajemen dan kepemimpinan dalam keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan praktek manajemen dalam keperawatan di ruang
perawatan khusus yang meliputi aspek pelayanan dan asuhan serta
bimbingan praktek keperawatan :
1) Mengidentifikasi, menganalisa, menetapkan masalah dan prioritas
masalah serta menyusun POA (Plan of Action)
2) Merencanakan kegiatan berdasarkan prioritas masalah
3) Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang telah
ditetapkan
4) Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
5) Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam upaya
pencapaian hasil yang optimal
6) Memberikan alternatif usulan dan saran sebagai upaya tindak
lanjut untuk perbaikan.
b. Mahasiswa belajar melaksanakan kepemimpinan dalam keperawatan di
ruang perawatan khusus untuk dapat diselenggarakannya pelayanan
dan asuhan serta bimbingan praktek klinik keperawatan profesional :
1) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
situasi dan kondisi
2) Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam
mempengaruhi orang lain
3) Memperkenalkan perubahan yang bermanfaat bagi ruangan
4) Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan
prioritas masalah.

C. MANFAAT
Hasil praktek stase manajemen diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai manajemen keperawatan baik manajemen oprasional
maupun askep yang berkualitas, sertadapat memberi masukan kepada pihak-
pihak yangmembutuhkan, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Instusi pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Stikes St. Karya
Husada Semarang mengenai konsep dasar kajian situasi dalam proses
manajemen di lahan praktek serta menambah wawasan pengetahuan
dalam hal pembelajaran sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat memeberikan informasi kepada perawat, mahasiswa dan kepada
masyarakat tentang konsep dasar pentingnya cuci tangan 6 langkah.
3. Bagi Ruang inap Rajawali 4A RSUP dr. Kariadi Semarang
Dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem manajemen yang sudah di
terapkan sebelumnya diruangan yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Selain itu juga, manajemen
berasal dari bahasa inggris yaitu management berasal dari kata manage
menurut kamus oxford yang artinya memimpin atau membuat keputusan di
dalam suatu organisasi. Istilah manajemen yang diterjemahkan dari kata
manage memang biasanya dikaitkan dengan suatu tindakan yang mengatur
sekelompok orang di dalam organisasi atau lembaga tertentu demi mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
Manajemen merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian serta pengawasan
dengan memanfaatkan sumber daya manusia serta sumber-sumber daya lainnya
untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan.

B. Planning
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer
perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk
mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan
dan cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari
perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam
penggunaan personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2010).
Huber (2006) menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi
manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang
digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk
mengikuti arahan tersebut.
Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan
mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai
sasaran yang telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk
memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan
perencanaan, yakni harus  SMART, yaitu Specific artinya perencanaan harus
jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu
idealis. Measurable artinya program kerja organisasi atau rencana harus dapat
diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan
hanya sekedar angan-angan dalam merencanakan dan tidak dapat
dilaksanakan. Realistik artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Time artinya ada batas
waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.
Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
Setelah merencanakan aktivitas organisasi secara sistematis dan terukur,
maka perlu juga melakukan perencanaan penganggaran untuk pelaksanaan
kegiatan. Prinsip dalam melakukan perencanaan penganggaran,adalah
mengunakan segala sumber daya keuangan secara efesien dan se-efektif
mungkin. Hal ini perlu direncanakan secara serius, agar organisasi tidak
melakukan pemborosan, keuangan, selain itu sekaligus juga melihat sumber-
sumber daya keuangan yang bisa diperoleh dari luar organisasi.

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan :


1. Analisis situasi & identifikasi masalah
Melakukan analisa dan identifikasi terhadap situasi organisasi dengan
memperhatikan tujuan organisasi. dalam melakukan analisa situasi dapat
menggunakan teknik analisis SWOT.
2. Menentukan skala prioritas
Setelah dianalisa dan mengidentifikasi masalah, maka perlu dilakukan
penentuan skala prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal ini agar
kebutuhan organisasi yang mendesak didahulukan untuk menjamin
keberlangsungan organisasi

3. Menentukan tujuan program


Agar pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi akan mengarah pada
pencapaian tujuan organisasi, maka dibutuhkan penentuan tujuan program,
sehingga nantinya pelaksanaan program dapat diukur capaiannya.
4. Menyusun rencana kerja operasional (termasuk didalamnya menyusun
anggaran).

C. Organizing

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah


mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana
untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses
memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif
divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2010).
Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi
manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber
daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi
pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan, individu
yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur
pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer
bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan
untuk mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).

Langkah-langkah Pengorganisasian :

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. (Menjelaskan keseluruh staff


tentang tujuan organisasi yang harus dicapai)
2. Mendistribusi pekerjaan ke staff secara jelas. (Mendudukan orang-orang
yang berkompetensi pada posisi tepat. Dan jangan sampai ada posisi
strategis yang kosong, karena akan berpengaruh pada keseluruan
pencapaian organisasi)
3. Menentukan prosedural staf. (Menentukan cara kerja dan evaluasi para
staff, serta punishment dan reward yang diterima. Selain itu juga
menjelaskan tentang garis koordinasi dan sinergitas dalam organisasi,
sehingga seluruh posisi dipadukan untuk menuju tujuan organisasi)
4. Mendelegasikan wewenang. (Berani untuk mendelegasikan wewenang
sesuai dengan tugas dan fungsi tiap-tiap staff).

D. Staffing

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam


manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses
yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan
jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien
dalam situasi tertentu (Swansburg, 2010).
Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari manajer. Perencanaan
pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi
oleh kebijakan personel (Swansburg, 2010).

E. Actuating

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak


diikuti dengan pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk
itu maka semua Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada harus dioptimalkan
untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja
harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Setiap pelaku
organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan
semua anggota kelompok untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi.
Dalam mengimplementasikan aktivitas organisasi, pelaku organisasi harus :

1. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,


2. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri
mereka sendiri,
3. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih
penting atau mendesak,
4. Tugas yang diberikan cukup relevan,
5. Hubungan harmonis antar rekan kerja.
Actuating (penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi.
Kepemimpinan yakni gaya memimpin dari sang pemimpin dalam
mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi agar mengarah
pada pencapaian tujuan program dan organisasi. Sedangkan koordinasi yakni
suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam
suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya pengoordinasian dapat
dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam
mencapai tujuan. Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang
tersedia untuk bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan.

Tujuan Actuating (Penggerakan) adalah :

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien


2. Mengembangkan kemampuan & keterampilan staf
3. Menumbuhkan rasa memiliki & menyukai pekerjaan
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi &
prestasi kerja staf
5. Membuat organisasi berkembang secara dinamis.

Actuating (penggerakan) meliputi kepemimpinan dan koordinasi.


Kepemimpinan yakni gaya memimpin dari sang pemimpin dalam
mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi agar mengarah
pada pencapaian tujuan program dan organisasi. Sedangkan koordinasi yakni
suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam
suasana kerjasama yang harmonis.Dengan adanya pengoordinasian dapat
dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam
mencapai tujuan.Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang
tersedia untuk bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan.
a) Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor
yang menebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan, tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 1995) Motivasi
adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan
sesuatu yang kurang baik fisiologis maupun psikologis,dorongan
merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan
adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
b) Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Didalam
kebanyakan sistem klasifikasi pasien dikelompokkan sesuai dengan
ketergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan
waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk
memberikan perawatan tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah
untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing angkanya
mengukur volume usaha yang diperlikan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijaankan, manager perawat harus menentukan jumlah kaegori
pembagian pasien, karakteristik pasien di masing-masing kategori,
jumlah dan jenis perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien
didalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional serta
memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan
informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing
sistem memperbolehkan usaha kualifikasi waktu.
c) Ketenagaan keperawatan dan pasien
1. Jenis Perawatan
Menurut Douglas, 1984 pada suatu pelayanan profesional, jumlah
tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien. Douglas, 1984 mengklasifikasikan derajat
ketergantungan pasien dibagi menjadi 3, antara lain :
a. Perawatan minimal ( minimal care ) memerlukan waktu 1-2
jam per 24 jam.
Kriteria :
- Kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian dilakukan
sendiri
- Makan dan minum sendiri
- Ambulasi dan pengawasan
- Pengobatan minimal, status psikologis stabil
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
- Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
b. Perawatan intermediet ( intermediet care ), memerlukan waktu
3-4 jamper 24 jam.
Kriteria :
- Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebh dari sekali
- Foley cateter atau monitor intake dan output
- Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal ( total care ), memerlukan waktu 5-6 jam
per 24 jam.
Kriteria :
- Segalanya diberikan atau dibantu
- Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
- Pemakaian suction
- Gelisah atau disorientasi
2. Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Untuk memperkirakan kebutuhan tenaga keperawatan disuatu ruang
rawat inap dapat ditinjau dari :
a) Waktu keperawatan langsung, dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan.
b) Waktu keperawatan tidak langsung, waktu yang dibutuhkan
perawat dalam perawatan tidak langsung adalah 60 menit,
meliputi: membaca status, menulis, membuat rencana,
kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c) Waktu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, waktu yang
dibutuhkan adalah 15-30 menit, meliputi: aktivitas sehari-hari,
obat-obatan, kelanjutan perawatan dll.
Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
menurut Gillis untuk RS di Indonesia adalah:
AxBx 365
tenaga Perawat =
( 365−C ) x jam kerja/hari
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien.
B: sensus harian = BOR× jumlah tempat tidur.
BOR : jumlah pasien × 100%
Jumlah TT
C: jumlah hari libur= 76 hari (52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12
hari libur nasional).
Proporsi dinas pagi: siang: malam adalah 47%: 36%: 17%.

Formulasi PPNI:
Tenaga Perawat :A×52(minggu) ×7 hari(TT × BOR)
41 ( minggu) ×40 jam / minggu
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang
dibutuhkan klien.
3. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi,
kebijaksanaan penjadwalan (Gillies, 1994)
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personel yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada
departemen atau divisi luas kebijaksanaan penjadwalan untuk
memandu pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut
persoalan berikut tidak ada maka manager perawat harus bersatu
sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
a) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal untuk personel di masing-masing unit.
b) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk
atau libur
c) Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja
menyangkut jadwal masuk atau libur
d) Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-
masing pekerja perhari perminggu dan perbulan.
e) Hari dimulainya minggu kerja
f) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas
g) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-
masing pekerja
h) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian
i) Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi dari
pergiliran tersebut.
j) Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur
perminggu
k) Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
l) Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam
m) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak
berurutan
n) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian
tugas.
p) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja.
q) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
r) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal tugas liburan masuk atau libur.
s) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari
tertentu.
t) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada
masing-masing pekerja.
u) Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
v) Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus.
w) Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur
thanksgiving, natal, tahun baru,
x) Jumlah personel masing-masing kategori yang akan dijadwalkan
untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu
y) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan
dengan permintaan waktu libur dan hari libur
z) Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian
jadwal waktu.
Biasanya terdapat supervisi permintaan darurat untuk penyesuaian
jadwal waktu dan libur personel perawat karena jadwal kerja harus
disiapkan beberapa minggu sebelumnya dan diperbaiki untuk
penyesuaian perubahan dalam sensus pasien, keadaan pasien yang
sakit, permintaan libur dari lebaran, banyak waktu yang berkaitan
dengan kegiatan supervisi diluangkan dalam penyesuaian jadwal.

F. Controlling

Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus


dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan,
pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat
dan kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan
(Swansburg, 2010). Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian
adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan,
proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang
terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap
kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan
memantau kinerja staffya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut
menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses
pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.
Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program
dan aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat
mengadakan koreksi. Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat
diarahkan kejalan yang tepat dengan maksud pencapaian tujuan yang telah
direncanakan. Inti dari controlling adalah proses memastikan pelaksanaan
agar sesuai dengan rencana.Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan
organisasi dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan, baik dalam
bentuk pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak
dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan
hal tersebut dapat segera dilakukan antisipasi, koreksi dan penyesuaian-
penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan lingkungan
sekitar organisasi.
Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat
perkembangan organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan memungkinkan
pemimpin mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya
untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat. Melalui pengawasan
yang efektif, terhadap aktivitas organisasi, maka upaya pengendalian mutu
dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Manfaat pengawasan :

1. Dapat mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan


2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan
3. Dapat mengetahui apakah waktu & sumber daya mencukup
4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahu staff yang perlu diberikan penghargaan/promosi

Proses controlling meliputi :

1. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,


2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan
melaksanakan evaluasi terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang
dimiliki,
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar (kembali
membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan tujuan awal (rencana)
kegiatan tersebut dilaksanakan, dan mengukur capaian keberhasilannya)
4. Melakukan tindakan perbaikan (jika ada kesalahan atau penyimpangan,
segera melakukan perbaikan)
5. Meninjau dan menganalisis ulang rencana (kembali membuat rencana baru
jika terjadi penyimpangan. Namun jika hasilnya sesuai dengan tujuan
program, maka perlu dibuatkan rencana lanjutan untuk melanjutkan
program yang berhasil tersebut, sehingga tujuan organisasi semakin dekat
untuk dicapai)
Pengawasan dibedakan menurut sifat dan waktunya :

1. Preventive control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pemimpin
mengawasi perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga
persiapan yang dilakukan, termasuk rekruitmen anggota.
2. Repressive control
Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan berlangsung, dengan
mengawasi hasil yang dari pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi dan
laporan yang didapatkan (melakukan pengukuran capaian hasil).
3. Pengawasan saat proses dilakukan
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan proses, sehingga langsung
mengikuti proses dan mengadakan korkesi jika ada penyimpangan
4. Pengawasan berkala
Pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan
kesepakatan (bisa 1 bulan sekali, 4Atau 3 bulan)
5. Pengawasan mendadak (sidak)
Pengawasan yang dilaksanakan mendadak untuk melihat kinerja staff
sehari-hari dan menghindari terjadinya penyimpangan.
6. Pengawasan Melekat (waskat)
Pengawasan yang dilakukan secara dekat terhadap staff, hal ini sering
dilakukan untuk tujuan-tujuan yang spesifik dan bersifat khusus, sehingga
menghindarkan sekecil-kecilnya terjadi penyimpangan atau kesalahan.
BAB III

ANALISA SITUASIONAL

A. Pengkajian Manajemen Ruang Rajawali 4A


Ruang Rajawali 4A merupakan bangsal rawat inap pasien kanker
wanita kelas III di Gedung Rajawali RSUP dr Kariadi Semarang. Ruangan ini
memiliki total bed sebanyak 38 yang terdiri dari 36 bed pasien reguler
ditambah dengan 2 bed pada ruangan isolasi bertekanan positif. Ruangan ini
terdiri dari enam blok dan satu blok isolasi. Setiap 1 blok terdiri dari 6 bed
pasien, 1 wastafel, 1 kamar mandi, dan tirai penyekat antar bet . Selain itu ada
nurse station, ruang tindakan, ruang obat, ruang logistik, ruang diskusi,
spoolhook, pantri khusus petugas, 2 toilet khusus petugas dan musola.
Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan membagi sampah/limbah dalam 3
tong sampah, yaitu limbah tajam, limbah infeksius dan limbah non-infeksius.
Struktur organisasi Ruang Rajawali 4A terdiri dari 1 kepala ruang
(karu), 3 PPJP/Katim, 15 perawat pelaksana, 2 bidan pelaksana dan 2 tenaga
administrasi, 2 OB. Perhitungan jumlah tenaga keperawatan dengan rata-rata
jumlah pasien perhari diruang Rajawali 4A. Untuk shift pagi jumlah perawat
sudah sesuai dengan perhitungan yaitu sebanyak 7 perawat, shift siang ada 6
perawat sedangkan untuk shif malam yaitu 5 perawat. Metode pelayanan
perawatan dengan menggunakan metode moduler.
Alur penerimaa pasien baru di ruangan ini yang pertama pihak dari
TPPRI menghubungi perawat terkait bed/ tempat tidur yang kosong, setelah
itu jika ada bed yang kosong, perawat 4A menanyakan nama dan diagnosa
pasien ke TPPRI untuk dicatat/dibooking mengenai bed. Saat pasien baru
sudah sampai diruang 4a perawat Ruang 4A menempatkan pasien baru di bed
yang sudah ditentukan, setelah itu perawat dan pengantar pasien baru
melakukan operan, setelah itu pasien baru di ukur tanda-tanda vitalnya
lengkap dan meminta tanda tangan persetujuan dari pihak keluarga.
B. Profil Rumah Sakit
1. Sejarah rumah sakit
Didirikan pada jaman penjajahan Belanda tanggal 9 September
1925 dikenal dengan nama Centrale Buzgerlijke Ziekewsichting (CBZ),
kemudian pada jaman penjajahan Jepang menjadi “Purusara” (Pusat
Rumah Sakit Rakyat).Menjadi rumah sakit vertikal milik Departemen
Kesehatan dengan nama RSUP Dr. Kariadi berdasarkan SK Menteri
Kesehatan RI No. 21215/Kab/1964 tanggal 14 April 1964.Berdasarkan
SK Menkes RI no.546/Men.Kes/SK/III/1978 diklasifikasi menjadi Rumah
Sakit Umum klas B Pendidikan dan dengan SK Menkes RI no.
134/Menkes/SK/1978 mengatur tentang struktur RS. Dr. Kariadi.
Berdasarkan SK Menkes RI No.1130/Menkes/SK/XII/1003,
tanggal 10 Desember 1993 ditetapkan menjadi RS Unit Swadana dengan
struktur organisasi berdasarkan SK Menkes No. 546/Menkes/VI/1994
tanggal 13 Juni 1994 Tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr.
Kariadi.Pada tahun 1997 sebagai Instansi Pemerintah Pengguna
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan UU No. 20 tahun
1997.Berdasarkan PP No. 120 Tahun 2000 tentang Pendirian Perusahaan
Jawatan RSUP Dr. Kariadi, status rumah sakit berubah menjadi
Perusahaan Jawatan yang operasional mulai Tahun 2002.
Terakhir pada tahun 2005 diubah statusnya menjadi Instansi
Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU berdasarkan PP No. 23 tahun
2005 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1243/MENKES/SK/VII/2005 tanggal 11 Agustus 2005.
Periode 1925 – 1942 (Masa Pemerintahan Hindia Belanda)
Pada tahun 1919 tercetuslah gagasan dan rencana dari dr. N.F.
Liem untuk mengganti dan menggabungkan Rumah Sakit Kota ( “
Stadverband Ziekenhuis “ ) yang ada di Tawang dengan Rumah Sakit
Kota Pembantu ( “ Hulp Stadverband Ziekenhuis “ ) di Alun – alun
Semarang. Rencana tersebut dapat diwujudkan dengan membangun
sebuah rumah sakit yang lebih besar di kota Semarang. Pembangunan
Rumah Sakit dimulai pada tahun 1920 dan selesai lima tahun kemudian.
Maka tepat pada tanggal 9 September 1925 lahirlah “Centrale
Burgerlijke Ziekeninrichting“ yang terkenal dengan nama CBZ. Pada
waktu itu kapasitas rumah sakit adalah 500 tempat tidur. Tempat
perawatan orang sakit terdiri dari bangsal – bangsal besar yang
menampung empat puluh lima tempat tidur. Fasilitas ruangan tersebut
disesuaikan dengan penghidupan kaum “Indlander“ pada Zaman itu.
Beberapa spesialisasi sudah ada, yaitu bagian penyakit dalam, bagian
bedah, bagian kebidanan dan penyakit kandungan. Rupa – rupanya
perencana Ooiman Van Leeuwen dan Opzichter pelaksana Bapak
Wijanarko sudah berfikir lebih jauh, sehingga dalam system bangunan –
bangunan sudah tampak jelas pemisah antara poliklinik dan ruang
perawatan nginap. Keadaan ini mungkin dapat diketahui setelah mereka
melihat dan mempelajari bangunan – bangunan untuk tempat perawatan
orang sakit, sekaligus telah dibangun pula asrama – asrama, dapur,
pencucian, laboratorium, kamar obat, kantor administrasi dan garasi.
Perumahan dokter dan karyawan perawatan dibangun mengelilingi
rumah sakit, rupanya hal ini dirancang demi efisiensi. Tidak perlu sarana
transportasi bagi pegawai yang memang masih langka pada zaman itu,
disamping agar dapat dengan cepat bertindak dalam hal – hal yang
bersifat gawat darurat. Sarana olah ragapun tidak luput dari pemikiran
mereka, maka dibangun pula lapangan sepak bola.
Direktur yang pertama memimpin rumah sakit ini ialah dr. N.F.
Liem. Nama dr. Lie mini dan nama isterinya Liembergsma kemudian
dipergunakan untuk nama jalan di kompleks perumahan tenaga
perawatan. Pada mulanya rumah sakit ini mengutamakan pada fungsi
pelayanan medis berupa pengobatan kuratif dan fungsi pendidikan
paramedis. Dalam periode ini berdiri bagian – bagian yang baru, yaitu
bagian mata, THT dan Kulit Kelamin. Hal ini dapat dilakukan berhubung
dengan berdirinya Rumah Sakit Tentara di Semarang yang sudah
mempunyai dokter ahli untuk bagian – bagian tersebut.
Pendidikan paramedic yang dizaman itu terkenal dengan nama “
Mantri Verpleger ( ster ) dan vroedvrouw “ makin hari makin banyak
memikat hati anak – anak Bumiputra, walaupun mereka mengetahui
betapa keras dan ketatnya disiplin yang dijalankan oleh zuster – zuster
Belanda. Menjadi murid pada zaman itu harus mempunyai mental yang
sangat kuat dan harus disertai fisik yang betul – betul sehat, karena di
dalam duapuluh empat jam harus bekerja dari jam 17.00 sampai jam
05.00 pagi hari berikutnya. Tidak sedikit yang dipecat karena kesalahan
yang kecil saja. Tetapi hal ini membawa hal – hal yang positif dikemudian
hari, karena mantri – mantri CBZ Semarang kualitasnya dapat
dibanggakan. Dibidang olah raga sepak bola, kesebelasan CBZ pernah
mendapat tempat yang terhormat di tengah klub – klub yang ada di kota
Semarang.
Periode 1942 – 1945 ( Zaman Pendudukan Jepang )
Pada masa pendudukan Jepang sejak tahun 1942 – 1945 rumah
sakit tidak banyak mengalami perubahan. Penguasa Jepang membatasi
diri, hanya meneruskan dan menjalankan usaha – usaha yang sudah ada.
Dalam periode ini yang perlu dicatat ialah pindahnya poliklinik ( 1944 )
dari tempat lama yang semula berdampingan dengan kantor administrasi
yang sekarang ke tempat yang baru ( unit rawat jalan yang lama ).
Hal lain yang perlu dicatat bahwa pada masa tersebut tidak satupun
orang Jepang yang bekerja di rumah sakit ini. Hal ini sangat
menguntungkan, karena dengan demikian pemuda – pemuda rumah sakit
dapat lebih leluasa menggabungkan diri dengan pejuang – pejuang
lainnya di kota Semarang. Sesudah Jepang masuk, dokter – dokter
Belanda ditawan dan untuk mengisi kekosongan pimpinan rumah sakit
maka dr. Notokuworo bertindak sebagai Direktur. Tetapi tidak lama
kemudian pimpinan rumah sakit dipegang oleh dr. Buntaran
Martoatmodjo sampai tahun 1945. Dari sini dapat dilihat bahwa sejak
pemerintah Hindia Belanda menyerah pada Jepang, rumah sakit ini sudah
dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri. Pemerintah Jepang mengganti
nama CBZ menjadi PURUSARA singkatan dari “ PUSAT RUMAH
SAKIT RAKYAT “ yang dalam bahasa Jepang disebut “ Chuo Simin
Byoing “.
Periode 1945 – 1950 ( Masa Revolusi / Peralihan )
Jepang kemudian dapat dikalahkan oleh Sekutu; dan pada saat
yang bersamaan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Rupanya pihak Jepang hanya mau tunduk kepada Sekutu, akibatnya
meletuslah pertempuran lima hari di kota Semarang. Dokter M. Kariadi
bersama delapan orang karyawan rumah sakit lainnya gugur sebagai
pahlawan dalam masa pertempuran ini. Berhubung dengan itulah maka
setiap tahun pertempuran lima hari di Semarang diperingati di rumah sakit
ini.
Kedatangan NICA di kota Semarang tidak dapat ditahan lagi.
Banyak dokter dan karyawan perawatan yang meninggalkan kota menuju
daerah – daerah Republik. Kemudian banyak di antara mereka mendapat
kedudukan yang baik di kalangan militer dan dibidang pemerintahan.
Tetapi karyawan lainnya masih diizinkan tetap tinggal di rumah sakit
sebagai non kooperator. Mereka tetap republikein di tengah – tengah
kekuasaan NICA. Berhubung dokter Buntaran sudah lebih banyak berada
di Jakarta, maka sejak tahun 1945 sampai dengan 1948 rumah sakit ini
dipimpin oleh dr. Soekarjo.

Periode 1950 – sampai sekarang


Sesudah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia maka rumah
sakit ini berganti nama menjadi R.S.U.P. singkatan dari RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT Semarang, dan sejak tanggal 14 April 1964 diganti
menjadi RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI ( SK. Menteri Kesehatan
No. 21215/Kab/1964 ).Mulailah para pemimpin rumah sakit memikirkan
perkembangan dan pembangunan Rumah Sakit sesuai dengan tuntutan
alam kemerdekaan.jumlah penduduk yang makin bertambah, pengertian
masyarakat tentang kesehatan yang makin meningkat serta kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan kedokteran menuntut perlu segera
penambahan – penambahan fasilitas, tetapi di pihak lain, keuangan
pemerintah belum memungkinkan, maka pimpinan rumah sakit selalu
dihadapkan kepada persoalan yang rumit.
2. Tipe rumah sakit
Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Kariadi merupakan rumah sakit Tipe A.
3. Lokasi rumah sakit
Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang.
4. Pelayanan yang diberikan rumah sakit
a. Bidang / Bagian
1) Bidang Pelayanan Medik
2) Bidang Akuntansi
3) Bidang Penunjang dan Sarana
4) Bagian Pelayanan Keperawatan
5) Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit)
6) Bagian Hukum, Humas dan Pemasaran
7) Bagian Perencanaan dan Evaluasi
8) Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana
9) Bagian Perencanaan dan Evaluasi
10) Bagian Umum

b. Instalasi
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Diklat dan Litbang
3) Instalasi Farmasi
4) Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah
5) Instalasi Geriatri
6) Instalasi Bedah Sentral
7) Instalasi Kedokteran Forensik Jenazah
8) Instalasi Laboratorium
9) Instalasi Paviliun Garuda
10) Instalasi Pemeliharaan Sarana RS dan Sanitasi
11) Instalasi Radiologi
12) Instalasi Sistem Informasi RS dan Komunikasi
13) Instalasi Gizi
14) Instalasi Rawat Inap A
15) Instalasi Rawat Inap B
16) Instalasi Rawat Intensif (IRIN)
17) Instalasi Rawat Jalan (IRJA)
18) Instalasi Rehabilitasi Medik
19) Instalasi Rekam Medik
20) Instalasi Laundry dan CSSD
c. Lain-lain
1) Dewan Pengawas
2) Komite Medik
3) Komite Etik dan Hukum
4) Unit Layanan Pengadaan
5) Satuan Pemeriksaan Intern
6) Komite Keperawatan
d. Fasilitas Ruang Perawatan
1) Paviliun Garuda
2) Pavilium Kasuari
3) Ruang Elang
4) Ruang Kepodang
5) Ruang Kenari
6) Ruang Geriatri
7) Ruang Merak
8) Ruang Rajawali

5. Struktur organisasi
6. Alur pelayanan

7. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan/inap


a. Jumlah kunjungan pasien Rawat Jalan pada tahun 2019 di Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang
1) Jumlah pasien rawat jalan (baru) periode bulan Januari – Juli
2019 : 19.230
2) Jumlah pasienrawat jalan (lama) periode bulan Januari – Juli
2019: 141.395
Total kunjungan pasien rawat jalan (baru dan lama) periode bulan
Januari – Juli 2019 dalah 160.625

b. Jumlah kunjungan pasien Rawat Inap pada tahun 2019 di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Kariadi Semarang
1) Jumlah pasien rawat inap (baru) periode bulan Januari –Juli 2019:
5.840
2) Jumlah pasien rawat inap (lama) periode bulan Januari –Juli
2019: 2.670
Total kunjungan pasien rawat inap (baru dan lama) periode bulan
Januari –Juli 2019 adalah 8.5l0.
C. Hasil pengkajian : input, proses, output, wawancara kepala ruang
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 9 Desember 2019
melalui pendekatan observasi, serta wawancara kepada kepala ruang, perawat
serta pasien di peroleh data :
1. Pengkajian Input
a. Man
1) Recruitmet
Recruitment untuk pegawai dan perawat di RSUP Dr. Kariadi
Semarang dilakukan dengan cara ujian lisan maupun tulisan oleh
pihak rumah sakit dan akan dievaluasi setiap 3 bulan sekali.
2) Penempatan
Penempatan sesuai dengan hasil kompetensi perawat. Di
kewenangan klinis perawat yang dilakukan oleh bidang keperawatan,
dilakukan rolling sesuai kompetensi berdasarkan kebutuhan dan
pelayanan.
3) Struktur Organisasi keperawatan di Ruangan Rajawali 4A RSUP Dr.
Kariadi Semarang
4) Komposisi Ketenagaan keperawatan
a. Jumlah tenaga kerja di ruang Rajawali 4A sebanyak 24 perawat, 2
bidan dan 2 administrasi. Terdapat l kepala ruang, 8 PPJA, 15
perawat pelaksana dan 2 bidan pelaksana diruang rajawali 4A.
b. Tingkat pendidikan
D3 keperawatan : l6 orang
S1 Ners : 8 orang
D3 kebidanan : 2 orang

c. Status keperawatan

Nama ruang Nama Perawat Pendidikan Status Pegawai


S1 S1 D3 D3 SP PNS Kontrak
Ners keb K
Rajawali 4A Trimaningsih √
Agustin S √
Robiyatun √
Yayuk S. √
Enggar P √
Anita Kusuma √
Feri Prihatun √
Nimatus S √
Enda Kusuma Ayu √
Dewi Utami H √
Irawati √
Risti N √
Afif Mustika √
Uti Setya W √
Enda Sukuria √
Dian Permata S √
Wahab ardianto √
Teddy F.S √
Sri Rahayu √
Ambarwati √
Septi aryani √
Andi Hermawan √
Sriningsih √
Ida Nafis √
Ahmad Nuruddin √
Meinita D.H √
b. Material
Berdasarkan hasil observasi alat-alat yang ada di ruang rajawali 4A
pada tanggal 9 Desember 20l9 didapat data sebagai berikut :
Sarana dan Prasarana
1) Rencana Pengadaan Alat
Ada rencana pengadaan alat, adapun rencana pengadaan alat
dikelola dari logistik Rajawali lantai 4. Program pengadaan alat
sudah masuk kedalam program tahunan.
2) Rencana Monitoring Dan Pemeliharaan Peralatan
Monitoring peralatan keperawatan dilakukan oleh bagian Instalasi
Pemeliharaan Sarana dengan melihat standard yang ada dan
disesuaikan dengan jenis alat yang dipakai karena setiap alat
memerlukan monitoring yang berbeda. Alur yang digunakan untuk
kalibrasi alat yaitu apabila ada alat yang sudah hampir habis masa
berlaku tanggal kalibrasi, maka kepala ruang menyampaikan
kepada Penjab kemudian akan diteruskan ke bagian IPS.
3) Rencana Perbaikan Peralatan.
Ada rencana perbaikan alat, perbaikan tersebut bersifat momental
dalam arti pengajuan untuk perbaikan baru dilakukan jika alat
sudah rusak.
4) Kesesuaian Fasilitas dan Peralatan yang ada diruangan dengan
standard.
Dari beberapa data yang didapat pada saat pengkajian, fasilitas dan
peralatan yang ada diruangan sudah ada beberapa item yang sudah
mencukupi seperti set ganti balut. Alat tensi meter berjumlah 3
buah yang sudah mencukupi.
5) Penataan Ruang
Ruang Rajawali 4A memiliki kapasitas ruangan 38 tempat tidur,
ditambah 2 bed pada ruang isolasi bertekanan positif. Masing-
masing kamar pasien terdapat satu kamar mandi untuk pasien dan
penunggu pasien. Ruang Rajawali 4A memiliki nurse station,
ruang Karu, ruang obat, ruang tindakan, ruang logistic dan alat,
ruang diskusi, pantry, mushola, 2 kamar mandi pegawai, mushola,
ruang spoel hoek, ruang sarana, janitor, dan gudang.
6) Standard tentang pengadaan alat
Ada standard pengadaan alat di ruang Rajawali 4A, perencanaan
peralatan keperawatan disusun berdasarkan hasil pengkajian,
perkiraan kebutuhan, jumlah dan jenis pelayanan
7) Standard Tentang Penyimpanan dan Pemeliharaan Alat
Standar tentang penyimpanan dan pemeliharaan alat sudah ada.
Penyimpanan alat steril digunakan prinsip FIFO (First In First
Out) agar alat yang masa kadaluarsanya lebih awal dapat
digunakan terlebuh dahulu.
8) Standard Tentang Administrasi Obat – obatan
Pengelolaan obat dilakukan berdasarkan kolaborasi dokter,
perawat, dan farmasi. Obat diletakkan diruang obat sesuai dengan
kebutuhan penyimpanan obat. Bila obat perlu disimpan dalam
suhu 2 – 8oC obat disimpan dikulkas. Bila obat perlu disimpan
disuhu ruangan maka diletakkan diloker pasien sesuai dengan
nama dan nomor rekam medis pasien dengan suhu ±25 oC serta
kelembaban 60% dalam ruang berAC. Obat HAM dan LASA
tidak disimpan diruangan tetapi di ICU, IGD dan depo farmasi.
Obat HAM dan LASA tersebut terdapat diruangan hanya jika
diperlukan dan harus dilakukan double check dalam
penggunaannya. Dalam upaya efisiensi, obat yang sudah
diresepkan tetapi distop atau pasien sudah pulang maka akan
diretur ke depo farmasi. Di ruangan terdapat juga trolly
emergency yang hanya dibuka bila terdapat kondisi emergency
pada pasien, dimana setelah terpakai obat diganti dan troli dikunci
kembali.
Sistem pengelolaan obat pada Ruang Rajawali 4A adalah sebagai
berikut:
a) Dokter memberikan advice kepada perawat tentang terapi
obat yang diberikan untuk pasien.
b) Perawat menyerahkan resep obat ke apotek.
c) Pihak apotek memberikan obat kepada perawat
d) Obat injeksi dan obat oral ditempatkan di loker obat sesuai
dengan nama dan nomor rekam medis pasien.
e) Obat injeksi dan obat oral disiapkan dan diberikan pada
klien sesuai waktu dan dosis oleh perawat
9) Pencatatan dan pelaporan
Di Ruang Rajawali 4A terdapat alat pencatatan dan pelaporan
berupa: formulir pengkajian lengkap, formulir rencana
keperawatan, formulir catatan perkembangan pasien, formulir
observasi, formulir resume keperawatan, formulir catatan
pengobatan, formulir medik lengkap, formulir laboratorium
lengkap, formulir rontgen, formulir permintaan darah, formulir
keterangan kematian, resep, formulir permintaan obat, buku
operan pasien per tim, HVS, papan pengumuman, perforator,
steples, stampel mana masing-masing perawat, pensil merah/biru.
10) Supervisi
Supervisi dilakukan setiap hari oleh karu kepada katim, katim
terhadap anggota tim mengenai kondisi pasien, proses
keperawatan, dokumentasi keperawatan, alat dan bahan, SOP, dll.
Supervisi dilakukan oleh karu dalam bentuk pengecekan obat,
program para pasien, sarana – prasarana, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tanggung jawabnya sebagai karu secara
menyeluruh.
Manajemen Material di Ruang Rajawali 4A

No Nama Alat Jumlah


.
1 Computer Set 4
2 Meja Komputer 3
3 Meja Kantor 2
4 Sprei 50
5 Selimut Putih Lis Biru 50
6 Sarung Bantal 50
7 Perlak 50
8 Stik laken 50
9 Baju operasi 14
10 Keset 10
11 Bantal dewasa 42
12 Kasur dewasa 42
13 Almari Linen 1
14 Almari Alat 3
15 Almari Tempat Status 2
16 Almari obat 3
17 Kursi Roda 6
18 Troley Tindakan 2
19 Troley injeksi 1
20 Troley emergency 1
21 Lemari Es Kecil 1
22 Dispenser 1
23 Timbangan Injak 2
24 Standar infuse 42
25 Bed Pasien 42
26 Kursi Merah 5
27 Kursi besi 43
28 Jam Dinding 9
29 Bak Instrumen kecil 5
30 Bak Instrumen besar 5
31 Bengkok 8
32 Humidi fier 15
33 Gunting Plester 2
34 EKG 1
35 Suction 5
36 Glucotes Set 1
37 Tensi air raksa 1
38 Tensi Non Air Raksa 1
39 Box laborat 1
40 Cools Box 1
41 Stetoskop 3
42 Siring pump 2
43 Wastafel 9
44 Hand rub 13
45 Sketsel 3

c. Metode
1) Metode pelayanan asuhan keperawatan
Metode pelayanan asuhan keperawatan yang digunakan
adalah Moduler. Semua perawat yang bertugas di RSUP Dr.
Kariadi Semarang mengerti dengan metode keperawatan yang
digunakan. Metode ini sudah sesuai dengan kemampuan masing-
masing perawat. Perawat mengatakan metode ini sudah sesuai
dengan visi dan misi rumah sakit.
Model asuhan keperawatan ini tidak terlalu mempengaruhi
lama perawatan pasien. PP/PA mengatakan sering mendapatkan
bimbingan dari kepala ruangan baik itu terkait tugas atau tindakan
apa saja yang akan dilakukan kepada pasien sesuai dengan struktur
organisasi yang ada di ruangan. Ketua tim bersama kepala ruangan
bertugas untuk mengikuti operan jaga dan membagi tugas perawat
dalam menyusun rencana askep dan pelaksanaan program-
program yang akan dilakukan pada pasien, Namun berdasarkan
hasil observasi pembagian tugas sudah sesuai dengan masing-
masing TIM pada saat operan jaga katim 1, 2, 3 melakukan
operan jaga, perawat pelaksana yang lain juga mengikuti operan
jaga.
2) Overan
Di ruang 4A overan jaga dilakukan sebanyak 3 kali dalam
satu hari, yaitu pagi, siang dan malam. Hal-hal yang di sampaikan
dalam overan adalah kondisi pasien saat itu, diagnosa medis,
rencana program, terapi yang diberikan untuk pasien dan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital. Ada buku khusus untuk mencatat
hasil laporan untuk overan. Kemudian masing-masing perawat
yang akan bertugas di jam berikut nya menyiapkan catatan
program-program atau tindakan yang harus dilakukan pada shif
selanjutnya
Berdasarkan observasi yang dilakukan, tidak ada beberapa
kendala yang terjadi saat overan. Antara lain jelas dalam
tanggung jawab pasien yang di ada dalam TIM, ketepatan
kedatangan perawat yang bertugas pada shif selanjutnya,
komunikasi yang digunakan juga sudah lengkap dalam
menyampaikan hasil laporannya dan tetapi tidak semua perawat
jaga mengikuti overan jaga, saat proses overan perawat
menggunakan buku bantu dalam mencatat hasil laporan jaga
sebelumnya, bentuk pendokumentasian overan dalam
ruangrajawali 4A menggunakan metode SOAP.
Di ruang rajawali 4A terdapat jadwal shif yang di bagi
dalam 3 waktu yaitu shif pagi yang di mulai pukul 07.00 – 14.00
WIB. Siang 14.00 – 21.00 WIB. Malam 21.00 – 07.00 WIB.
Namun, ketika overan, hanya beberapa perawat melakukan
intraksi dengan pasien / berkeliling ke kamar-kamar pasien. Akan
tetapi di ruang Rajawali 4A selalu rutin melakukan pre Conference
sebelum melakukan kegiatan pada shif pagi, dalam pre Conference
sendiri sudah disampaikan masalah-masalah pada pasien,
perencanaan program dan berdiskusi tentang keadaan pasien.
3) RondeKeperawatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan maka
didapatkan pada proses ronde keperawatan semua perawat telah
melakukan ronde keperawatan, perawat yang menerapkan ronde
keperawatan sesuai dengan standar dalam proses ronde
keperawatan, sudah dilakukan pengenalan diri dalam pertukaran
jam dinas dengan perawat yang yang sebelum dinas dan perawat
yang akan melakukan dinas pada jam tersebut, telah menyebutkan
diagnosa keperawatan, dan rencana keperawatan yang akan
dilakukan dan ronde keperawatan dilakukan pada saatsemua
pergantian shift. pada proses serah terima atau operan shift
sebagian perawat telah melakukan operan secara optimal
menyebutkan diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
keperawatan yang harus dilanjutkan.
4) Pendokumentasian keperawatan
Proses pendokumentasian catatan perkembangan
keperawatan yang menggunakan SOAP sudah terdokumntasi
secara lengkap. Pada pelaksanaan pre dan post conference tidak
adanya notulen yang mencatat hasil dari pre dan post conference
tersebut.
5) Perencanaan pasien pulang
Discharge planning/ perencanaan pasien pulang dilakukan perawat
atas kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu mulai dari gizi,
rehabilitasi medis, dokter yang berhubungan dengan kondisi
terakhir pasien. Discharge planning juga dibahas bersama oleh
setiap tim yang mengelola pasien tersebut.
6) Pelaksanaan pasien safety
Pelaksanaa Pasien Safety di RSUP Dr. Kariadi Semarang
menggunakan Indikator Pasien Safety GOALS atau biasa disebut
dengan IPSG. Indikator mutu IPSG antara lain adalah

INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (I P S G)


IPSG
1. RS Mengembangkan dan Menerapkan Proses Untuk Meningkatkan
Ketepatan Identifikasi Pasien
1. SPO Identifikasi Pasien
2. SPO Identifikasi Ibu Baru Melahirkan dan Bayi Baru Lahir
3. SPO Pengambilan Sampel dan Identifikasi Sampel Laboratorium
IPSG 2. RS Mengembangkan dan Menerapkan Proses Untuk
Meningkatkan Efektivitas Komunikasi Verbal Dan / Atau Melalui
Telepon Antar Pemberi Pelayanan.
1. SPO Komunikasi Lisan Dan Melalui Telpon Pada Pemberian Resep,
Medikasi, Prosedur (Read Back)
2. SPO Komunikasi Lisan Dan Melalui Telpon Pada Pemberian Resep,
Medikasi, Prosedur Pada Kondisi “Gawat Dan Atau Darurat” (Repeat
Back)
IPSG 2.1. RS Mengembangkan dan Menerapkan Proses Pelaporan Hasil
Kritis Pemeriksaan Diagnostik.
1. SPO Pelaporan Hasil Kritis Pemeriksaan Laboratorium
2. SPO Penanganan Hasil Kritis Pemeriksaan Radiologi
IPSG 2.2. RS Mengembangkan Dan Menerapkan Proses Komunikasi
Pada Saat Serah Terima Pasien. 1. SPO Komunikasi Pada Saat Serah
Terima Antar Shift Jaga
IPSG 3. RS Mengembangkan dan Menerapkan Proses Untuk
Meningkatkan Keamanan Obat-Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-
Alert Medicine).
IPSG 3.1.RS Mengembangkan dan Menerapkan Proses Untuk
Mengelola Penggunaan Elektrolit Pekat Yang Aman.
1. SPO Pengelolaan Obat-Obat Yang Harus Diwaspadai (High Alert
Medication/Ham)
2. SPO Pengelolaan Obat-Obat Yang Sama Rupa Dan Ucapannya
(Looks Alike Sounds Alike / Lasa)
IPSG 4. RS Mengembangkan Dan Menerapkan Proses Untuk
Memastikan Benar-Lokasi, Benar-Prosedur, Dan Benar-Pasien Operasi.
1. SPO Tepat Pasien – Tepat Sisi – Tepat Tindakan Pada Tindakan
Bedah Dan Tindakan Invasive
IPSG 5. RS Mengadopsi dan Menerapkan Pedoman Cuci Tangan
Berbasis Bukti Untuk Mengurangi Risiko Infeksi Terkait Perawatan
Kesehatan.
1. SPO Cuci Tangan Dengan Antiseptik Berbahan Alkohol (Handrub)
2. SPO Cuci TanganDengan Sabun (Handwash)
IPSG 6.RS Mengembangkan dan Menerapkan Proses Untuk
Mengurangi Risiko Yang Membahayakan Pasien Akibat Jatuh.
1. SPO Pencegahan Jatuh Pada Pasien Dewasa
2. SPO Pencegahan Jatuh Pada Pasien Rawat Jalan

d. Money
Dalam penyusunan rencana anggaran tahunan di RSUP Dr. Kariadi
Semarang kepala ruang terlibat dalam penyusunan anggaran tahunan.
Penyusunan anggaran berisi kebutuhan operasional dan
pengembangan, antara lain seperti pengembangan pendidikan,
pelatihan, pemenuhan sarana dan prasarana yang kurang, dan
perbaikan sarana prasarana yang rusak, perbaikan kesejateraan
kariawan, seperti menganjurkan renovasi.
Jenis pembayaran yang diterapkan dalam ruangan ini adalah BPJS,
umum dan jaminan kecelakaan dengan menggunakan syarat adan
ketentuan yang sudah ditetapkan rumah sakit.
e. Market
Segmen pasar rawat inap berdasarkan kepesertaan disekitar
wilayah di RSUP Dr. Kariadi Semarang terdiri dari internal (karyawan
Rumah Sakit), dan eksternal ( asuransi, calon legislatif, calon
mahasiswa, mahasiswa dokter, mahasiswa perawat, mahasiswa rekam
medis, mahasiswa apoteker, mahasiswa psikologi).

PELAYANAN RAWAT INAP

a. Ruang perawatan
Ruang perawatan di Ruang Rajawali 4A mempunyai kapasitas 38
pasien dengan jumlah kamar sebanyak 7 blok, yaitu 6 blok untuk
reguler yang terdiri 6 bed dan 1 blok isolasi bertekanan positif terdiri 2
kamar. Fasilitas untuk pasien di masing-masing blok reguler pasien
terdapat fasilitas antara lain : Bed dan kasur, 1 kamar mandi, 1
wastafel, dan tirai diantara kedua bed pasien. Sedangkan untuk blok
isolasi per kamar terdapat 1 bed dan kasur, 1 kamar mandi, 1 wastafel,
1 televisi.
b. Segmen Pasar Rawat Inap Berdasarkan Kepesertaan
Rawat inap bedah wanita kelas III, jenis layanan UMUM,
JAMKESMAS, JAMKESDA, JAMSOSTEK dan BPJS. Mayoritas
pasien di Ruang Rajawali adalah 95% pasien menggunakan pelayanan
BPJS, 1 % pasien menggunakan pelayanan Umum, dan 4 % pasien
menggunakan pelayanan JAMKESDA.

c. Data Indikator

Masalah
Kurang optimalnya manajemen perawatan cairan/infus

2. Pengkajian Proses
a. Visi & Misi RS / Ruang rawat inap
Visi RS, yaitu “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan
Nasional yang Unggul“. Yang memiliki misi yaitu:
1) Menyediakan pelayanan kesehatan dan rujukan yang paripurna,
bermutu tinggi, menjamin keselamatan pasien dan menjangkau
seluruh masyarakat.
2) Menyediakan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tetap berorientasi pada
keselamatan pasien.
3) Melaksanakan dan memfasilitasi penelitian yang berkualitas
sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi yang menjamin keselamatan pasien.

b. Perencanaan
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa di ruang Rajawali
sudah ada komitmen ruangan, kepala ruang mengatakan bahwa sudah
merencanakan dan mengajukan untuk pengembangan SDM
keperawatan dan peningkatan kemampuan kerja melalui
pelatihan/pendidikan tambahan secara adil dan merata.

c. Pengorganisasian
Metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Rajawali 4A
yaitu dengan metode Moduler dan berjalan baik, karena ketenagaan
didalam ruangan juga cukup. Pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan sudah cukup berjalan dengan baik. Penghitungan
kebutuhan tenaga perawat saat ini dilakukan oleh bagian bidang
keperawatan, sehingga bila mengalami kendala management ruangan
langsung melaporkan ke bidang keperawatan tersebut. Pada kinerja
staf perawat di ruang Rajawali 4A sudah baik, dan tampak saling
kooperatif. Untuk program orientasi staf baru sementara belum ada
yang baru, tetapi kalau ada staf baru yang dilakukan adalah dengan
perkenalan, pengenalanan visi misi, pengenalan dokumentasian,
pengenalan struktur organisasi dan setiap 3 bulan sekali bagi staf baru
dilakukan evaluasi.
d. Pengarahan dan pengawasan
Pada pengarahan terhadap ketua tim dan staf dilaksanakan tiap hari
saat supervisi dan confrence, Sedangkan pelaksanaan bimbingan dan
supervisi kepada staf diarahkan oleh kepala ruang yang bertugas
sebagai penanggung jawab. Ruang Rajawali 4A belum menerapkan
sistem penghargaan dan sangsi yang jelas. Penggunaan komunikasi
dengan katim dan staf sudah cukup baik, komunikasi melalui
conference (pre dan post) sudah maksimal karena jumlah pegawai
cukup dan pelayanan terhadap pasien juga cukup baik. Apabila
terdapat konflik antar staf dalam mengatasinya dengan cara memanggil
ke dua pihak yang bermasalah secara pendekatan personal dengan
kemudian dicari titik permasalahannya dan juga mendiskusikan
solusinya
e. Pengendalian
Pengendalian mutu ruangan di ruang Rajawali 4A dikerjakan
bersama-sama dan terus dievaluasi, indikatornya meliputi
pengendalian mutu, pasien safety, kenyamanan, perawatan diri,
kepuasan klien. Pada pengendalian sosialisasi dan pengawasannya
kepada staf dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung (check
list), sosialisasi juga dapat dilakukan saat pertemuan pre dan post
conference. Dalam pengawasan terhadap SAK dan SOP dilakukan
secara langsung & tidak langsung. SAK dilakukan sesuai pedoman
masalah yang ditemukan di rumah sakit Dr. Kariadi secara umum
rekapan data setiap tahun. Terkait SOP, Karu melihat secara langsung
tindakan yang dilakukan dan pengawasan tersebut akan muncul juga
pada data rekapan secara komputererisasi sebagai sistem peningkatan
mutu rumah sakit. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kepuasan
pasien dengan cara mengisi buku kritik dan saran saat pasien
diperbolehkan pulang. Tindak lanjut dalam menangani keluhan pasien
terhadap pelayananan keperawatan di ruangan dapat dilakukan dengan
cara pasien diberi penjelasan, kemudian diberi tindak lanjut sesuai
dengan keluhan. Ruang Rajawali 4A dalam sistem pemberian reward
dan punishment terhadap staf di ruangan yaitu dengan pujian dan
pendekatan personal.
3. Pengkajian output
a. Tingkat kepuasan pelanggan / pasien
Kepuasan pasien
No Pelayanan Jumlah Responden Puas (%) Tidak Puas (%)
1 Pelayanan Dokter 6 90 % 10 %
2 Pelayanan Perawat 6 90 % 10 %
3 Pelayanan Farmasi 6 90 % 10 %
4 Pelayanan Gizi 6 90 % 10 %
5 Pelayanan 6 90 % 10 %
Administrasi
Total 6 90 % 10 %

Tingkat Pelayanan
Puas : 90 %
Tidak puas : 10 %

Dari hasil survai terdapat 1 dari 6 pasien mengisi pada kolom tidak
puas terhadap semua pelayanan rumah sakit mulai dari pelayanan
dokter, perawat, farmasi, gizi sampai pelayanan administrasi.
b. BOR, AVLOS, TOI Ruangan Rajawali 4A

Rumus Perhitungan :
Rumus BOR = (jumlah hari perawatan rumah sakit/
(jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu
periode)) x 100

Rumus AVLOS = jumlah lama dirawat /


jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Rumus TOI = ((jumlah tempat tidur x priode)


– hari perawatan) / jumlah pasien keluar
(hidup+mati)

Nilai TOI ideal 1-3 hari (Depkes RI, 2015)


4. Wawancara Kepala Ruang
a. Data biografi
1) Umur : 52 Tahun
2) Pendidikan terakhir keperawatan : S1 keperawatan
3) Lama bekerja sebagai perawat : 32 tahun
4) Jabatan saat ini : kepala ruang
5) Tempat tugas : RSUP dr Kariadi semarang
Rajawali 4A
6) Lama tugas diruangan ini : 2 tahun
7) Pelatihan yang pernah diikuti :
- Manajemen karu
- Pelatihan onkologi
- BLS
- IPSG
- K3

b. Perencanaan
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang di dapatkan hasil yaitu :
1) Perubahan visi RS, yaitu visi yang semula “ menjadi RS
kepercayaan publik “ sekarang lebih dispesifikasikan “ menjadi
RS Kariadi modern dan berdaya saing tinggi “
2) Tujuan unit perawatan telah disesuaikan dengan kedua visi dan
misi yang lebih meningkatkan penugasan implementasi secara
efektif dengan pembagian tim yang sesuai dengan metode
manajemen moduler.
3) Di ruang sudah memiliki dan membuat rencana harian, bulanan,
tahunan dan jadwal sift. Rencana pertemuan dengan staf dan
perencanaan dilakukan secara fleksibel, sesuai kebutuhan.
4) Untuk pengembangan staf, pelatiahan, dan pendidikan sudah ada
beberapa orang yang secara bergantian melanjutkan study lanjut.
5) Harapan dan jenjang karir perawat yang ingin dicapai semua
perawat yang ada diruangan berkompenten dan memiliki skill
yang baik sesuai pelatihan yang di ikuti.

c. Pengorganisasian
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang di dapatkan hasil yaitu :
1) Tugas, wewenang dan tanggungjawab pada masing – masing staf
sudah jelas
2) Metode pelayanan perawatan dengan menggunakan metode
MODULER
3) Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan dengan
menggunakan SOAP
4) Perhitungan kebutuhan tenaga perawat untuk saat ini dilakukan
oleh bagian bidang keperawatan.
5) Pelayanan dari mekanise kinerja staf sudah baik, professional, dan
kooperatif

6) Orientasi staf baru di laksanakan secara observasi, pengkajian


ruangan, tiap 3 bulan sekali.

d. Pengarahan
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang di dapatkan hasil yaitu :
1) Pengarahan terhadap ketua tim dan staf secara umum di
sampaikan pada saat supervise dan conference.
2) Pelaksanaan dan bimbingan pada staf di laksanakan secara
langsung melalui pendekatan.
3) Usaha untuk meningkatkan motivasi kerja staf dengan merangkul
dan melakukan pendekatan intrapersonal.
4) Komunikasi yang dilakukan dengan katim dan staf dapat
dikatakan baik dan tidak ada masalah.
5) Dalam manajemen konflik di rungan penyelesaian di serahkan
secara bertahap, misalnya di TIM 2 terdapat masalah maka di
selesaikan dengan katimnya terlebih dahulu jika belum teratasi
maka di selesaikan bersama dengan karu.

e. Pengendalian
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang di dapatkan hasil yaitu :
1) Pengendalian mutu di ruangan biasanya dilakukan dengan cara
terus menerus setiap hari.
2) Sosialisasi dengan stafnya sangat baik harus selalu dibimbing dan
diberikan motivasi.
3) Untuk pengawasan terhadap SAK dan SOP diruangan selalu
diperhatikan dan juga melalui pengawasan data di komputer.
4) Tingkat kepuasan pasien di ruang rajawali 4A menyatakan puas
atas segala pelayanan yang diberikan oleh pasien.
5) untuk menangani keluhan pasien dilakukan dengan cara
meningkatkan kinerja yang baik dan skill yang bagus serta
pendekatan kepada pasien.
6) Sistem pemberian reward diruangan yaitu berupa tour/wisata dan
sistem pemberian punismentnya yaitu jika kinerjanya dirasa
kurang bagus akan di beri bimbingan dan arahan melalui
pendekatan intra personal dari ketua tim, dan jika masih tetap
sama akan dilaporkan kepada kepala ruang sampai bagian bidang
keperawatan.
ANALISA SWOT

OPPORTUNITY THREATS
STRENGHT (KEKUATAN) WEAKNESS (KELEMAHAN)
(KESEMPATAN) (ANCAMAN)
PLANNING
1. Terdapat standar asuhan 1. Tidak patuhnya dalam perawatan 1. Ruangan dapat mencapai 1. Terjadinya edema
keperawatan dan standar infus yaitu mengganti infus yang tujuan melalui visi dan misi pada area IV
operasional prosedur. sudah terpasang selama 3-4 hari terkait rasa kebersamaan dan 2. Terjadinya febris
2. Terdapat sistem informasi dengan infus set yang baru. kepedulian. 3. Terjadi kemerahan
pasien pada komputer. 2. Hasil dari Observasi langsung dari 2. Semua perawat dapat pada arena IV
3. Ada form dokumentasi pasien di rungan Rajawali 4A mengakses informasi pasien
asuhan keperawatan. Ada pada tanggal 15 Desember 2019 melalui sistem informasi
form SPO perawatan infus. dihitung 3 hari kebelakang, rumah sakit (SIRUS dan
didapatkan data 33 Pasien yang HMIS) sehingga memudahkan
memenuhi syarat penmasangan dalam pencegahan dan
infus sesuai SPO 8 pasien, yang pengendalian.
tidak sesuai SPO 17 pasien, tidak 3. Semua perawat dapat
terpasang infus 8 pasien. Dari mengakses SPO tentang
hasil persentasi yang didapat dari pencegahan dan pengendalian.
32 pasien maka 53% perawatan 4. Sarana dan prasarana yang
infus tidak sesuai SPO memadai memudahkan dalam
pencegahan dan pengendalian.

Prioritas Masalah Dengan Metode CARL


No Daftar Masalah C A R L Total Nilai Urutan
1. Perawatan infus 1 3 2 3 9 I
Keterangan:
C :Capability yaitu ketersediaan sumber daya ( dana, sarana, dan prasarana )
A :Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
R :Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan motivasi.
L :Leverage yaitu seberapa besar pengaruh criteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Indikator nilai skor CARL :
Nilai 1 : sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 : tidak menjadi masalah
Nilai 3 : cukup menjadi masalah
Nilai 4 : menjadi masalah
Nilai 5 : sangat menjadi masalah
Dari hasil prioritas masalah diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas masalah adalah :
Perumusan masalah:

1. Belum optimalnya perawatan infus

ANALISA FISHBONE RESIKO KEJADIAN PLEBITIS


Metode
Material

Pemilihan area
Penerapan tekhnik antiseptik
Suhu & kelembaban insersi
Kebersihan area
area penyimpanan obat penyimpanan
obat injeksi Lepas bila tak diperlukan Penerapan SPO sesuai bundle

Kebersihan area tindakan


Menjaga area steril Kebijakan penggantian set infus
selama 3 hari
Pengelolaan limbag di
penyimpanan obat Desinfeksi alkohol 70% Memakai APD
Resiko
Kejadian
Knowlegde Tersedianya Plebitis
Kompetensi alkohol swab
petugas Ketersediaan
Kesehatan handscoon

Kepatuhan SPO
Dressing dengan
Personal hygine transparan dressing

Pelatihan
Infus set memakai
pemasangan infus
PLAN OF ACTION Y set
Man Mesin
PENANGGUNG
MASALAH RENCANA TINDAKAN TUJUAN SASARAN TEMPAT WAKTU
JAWAB
Belum optimalnya  Negosiasikan dengan  Mengoptimalkan Ka Ru Ruang
perawatan infus KaRu mengenai cara pemberian asuhan Genokologi
penyelesaian masalah keperawatan
perawatan infus dengan (perawatan infus)
penggunaan tool sesuai di Ruang
SPO yang ada Genokologi
Rajawali 4A
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Implementasi / penyelesaian masalah manajemen ruangan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

MASALAH IMPLEMENTASI EVALUASI


Optimalisasi  Negosiasikan dengan Ka Ru mengenai  Setelah dilakukan negosiasi
manajemen cairan cara penyelesaian masalah pemberian dengan kepala ruang cara
infuse asuhan keperawatan terkait dengan penyelesaian masalah
pemberian cairan/infus di Ruang pemberian asuhan
Rajawali 4A keperawatan terkait dengan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 pemberian cairan/infus di
Desember 2019 pukul 08.00 WIB di Ruang
ruang Rajawali 4A Rajawali 4A disetujui sesuai
SPO yang ada
 Sosialisasi terkait dengan masalah
pemasangan infus yang tidak  Setelah dilakukan sosialisasi
terpasang etiket tanggal masalah pemasangan infus
pemasangannya dan tidak mengganti yang tidak terpasang etiket
secara berkala infus selama 4 hari tanggal pemasangannya dan
sekali membuat daftar lamanya
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 22 perawatan infus setiap 2 hari
Mei 2019 pukul 07.30 WIB di ruang sekali diperbarui dan dicek
Rajawali 4A agar secara berkala pasien
yang penanggalannya infusnya
tidak ada atau lebih dari
selama 4 hari sesuai dengan
SPO.
90% perawat melakukan
pemeriksaan perawatan infus
sesuai dengan SPO. Hal ini
menunjukkan adanya
perubahan kepatuhan perawat
dalam memberikan
cairan/infus.

B. Diskusi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruang Rajawali 4A merupakan bangsal rawat inap pasien kanker wanita
kelas III di Gedung Rajawali RSUP dr Kariadi Semarang. Ruangan ini
mempunyai kapasitas 38 pasien dengan jumlah kamar sebanyak 7 blok, yaitu
6 blok untuk reguler yang terdiri 6 bed dan 1 blok isolasi bertekanan positif
terdiri 2 kamar. Fasilitas untuk pasien di masing-masing blok reguler pasien
terdapat fasilitas antara lain : Bed dan kasur, 1 kamar mandi, 1 wastafel, dan
tirai diantara kedua bed pasien. Sedangkan untuk blok isolasi per kamar
terdapat 1 bed dan kasur, 1 kamar mandi, 1 wastafel, 1 televisi. Selain itu ada
nurse stasion, ruang tindakan,ruang obat, ruang logistik,ruang diskusi,
spoolhook,pantri khususpetugas, 2 toilet khusus petugas dan musola.
Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan membagi sampah/limbah dalam 3
tong sampah, yaitu limbah tajam, limbah infeksius dan limbah non-infeksius.
Ruang rajawali 4A terdapat 1kepala ruangan, 3 PPJP/Katim, 20 perawat
pelaksana, 1 tenaga administrasi, 2 OB. Perhitungan jumlah tenaga
keperawatan dengan rata-rata jumlah pasien perhari diruang Rajawali 4A.
Untuk shift pagi jumlah perawat sudah sesuai dengan perhitungan yaitu
sebanyak 7 perawat, shift siang ada 6 perawat akan tetapi di Ruang Rajawali
4A hanya terdapat 4-5 perawat, dan untuk shif malam jumlah perawat sudah
sesuai dengan perhitungan yaitu 4 perawat. Metode pelayanan perawatan
dengan menggunakan metode TIM.

B. Saran
1. Manajemen cairan/infus lebih mengoptimalkan lagi sesuai dengan SPO
yang ada agar tidak mengakibatkan beberapa aspek diantaranya adanya
tanda-tanda infus macet dan resiko flebitis karena terlalu lamanya
perawatan infus yang lebih dari 4 hari.
2. Kepala ruang bisa lebih mengoptimalkan lagi terkait edukasi, memotivasi
perawat lain agar lebih memperhatikan perawatan infus sesuai SPO yang
berlaku.
3. Lebih mengoptimalkan lagi perawatan infus tersebut sesuai dengan SPO
berupa membuat daftar lamanya perawatan infus yang setiap 2 hari sekali
diperbarui dan dicek ulang pada setaip pasien masing-masing yang ada
diruangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai