0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan60 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan disfungsi saluran cerna, termasuk labioskizis, stenosis pilorus, hirschprung, dan atresia ani. Dokumen menjelaskan struktur dan fungsi sistem pencernaan, gejala, diagnosis, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi-kondisi tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan disfungsi saluran cerna, termasuk labioskizis, stenosis pilorus, hirschprung, dan atresia ani. Dokumen menjelaskan struktur dan fungsi sistem pencernaan, gejala, diagnosis, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi-kondisi tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan disfungsi saluran cerna, termasuk labioskizis, stenosis pilorus, hirschprung, dan atresia ani. Dokumen menjelaskan struktur dan fungsi sistem pencernaan, gejala, diagnosis, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi-kondisi tersebut.
anak dengan disfungsi saluran cerna Materi Labioskizis Stenosis Pylorus Hischprung Atresia Ani STRUKTUR 1. GI bagian atas: mulut, esofagus, lambung 2. GI bagian bawah: duodenum, hepar, kandung empedu, pankreas, jejenum, ileum, caekum, apandiks, kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens, kolon sigmoid, rektum, & anus. FUNGSI 1. Pencernaan: pemecahan makanan scr fisik & kimiawi mjd substansi yg dpt diserap 2. Absorpsi: perpindahan produk akhir melalui intestinala ke dalam peredaran darah Labioskizis (celah bibir) dan palatoskizis (celah palatum) merupakan malformasi fasial yg terjadi dalam perkembangan embrio Insiden Labioskizis 1 dalam 800 kelahiran hidup dan palatoskizis 1 dalam 2000 kelahiran Etiologi : abnomalitas kromosom, faktor lingkungan, teratogen, rokok Labioskizis, karena kegagalan penyatuan kedua prosesus nasalis maksilaris dan mediana Palatoskizis, fisura garis tengah palatum, akibat kegagalan penyatuan kedua sísinya Labioskizis, karena kegagalan penyatuan kedua prosesus nasalis maksilaris dan mediana Palatoskizis, fisura garis tengah palatum, akibat kegagalan penyatuan kedua sísinya Mg ke 7&8, penyatuan bibir atas pada garis tengah Mg ke 7&12, fusi palatum sekunder (durum, mole) Labioskizis : bervariasi (lubang kecil-celah lengkap, unilateral-bilateral), deformitas struktur dental Palatoskizis : terdeteksi pada pemeriksaan rongga mulut bayi, palpasi (teraba deformitas, celah pada palatum), bayi tidak mampu menghasilkan tekanan (-) dalam cavum oral 1. Gangguan bicara 2. Kesejajaran gigi 3. Gangguan pendengaran 4. Otitis media 5. Infeksi saluran pernafasan atas 6. Penyesuaian anak dan orang tua terhadap lingkungan Koreksi dengan pembedahan Labioskizis-keiloplasti Palatoskizis (12-18 bulan)-palatoplasti Koreksi dilakukan ketika bayi tidak menderita infeksi oral, respiratori, sistemik 1. Keluarga dapat mengatasi dampak yg ditimbulkan oleh bayi dengan defek 2. Bayi mendapatkan gizi optimal 3. Bayi disiapkan menjalani pembedahan 1. Bayi tidak mengalami trauma dan nyeri 2. Bayi mendapatkan gizi optimal 3. Bayi tidak mengalami komplikasi (fiksasi berkala, perawatan luka, posisi tegak/duduk-keiloplasti, tengkurap-palatoplasti) 4. Bayi dan keluarga mendapatkan dukungan yg memadai 5. Keluarga disiapkan mampu melakukan perawatan di rumah STENOSIS PILORIK: penyempitan sfingter pilorus pada saluran keluar dari lambung. Etiologi: belum diketahui, tapi faktor hereditas berperan penting. Pilorus menyempit karena hipertrofi atau hiperplasia yang progresif otot pilorik sirkuler. Usia beberapa minggu pertama Tidak ada tanda-tanda abnormalitas pada minggu- minggu petama setelah lahir (umumnya) Regurgitasi atau muntah nonproyektil dimulai pada usia 3 minggu: emesis tidak mengandung empedu & hanya terdiri dari isi lambung tapi dapat mengandung darah Frekuensi muntah meningkat & dipaksakan setelah 1-2 minggu hingga hampir semua makanan dikeluarkan melalui muntah Tidak ada tanda-tanda anoreksia, nafsu makan & kebiasaan makan baik Tidak ada tanda-tanda nyeri Penurunan BB Distensi abdomen bagian atas Teraba massa berbentuk buah zaitun dalam epigastrium di sebelah kanan umbilikus Gelombang peristaltik gaster yang terlihat bergerak dari sebelah kiri ke kanan melintasi epigastrium Penurunan frekuensi & volume feses Tanda-tanda malnutrisi & dehidrasi Ultrasonografi & pemeriksaan GI bagian atas dapat menyatakan pengosongan lambung yang lambat, pilorus yang tipis & memanjang atau massa pilorus. AGD: peningkatan pH serum & kadar bikarbonat alkalosis metabolik Pemeriksaan elektrolit: penurunan kadar klorida, natriumm, & kalsium serum jika terjadi deplesi elektrolit HDL: peningkatan hematokrit & hemoglobin hemokonsentrasi Pantau pola makan anak & hubungan antara makan & muntah Kaji jumlah, karakter & frekuensi emesis Tingkatkan hidrasi yang adekuat Cegah aspirasi Berikan perawatan pasca operasi Berikan penyuluhan keluarga: jelaskan prosedur, demonstrasi teknik menyusui & pengaturan posisi serta perawatan luka bedah. Hirschsprung (Megakolon aganglionik konginetal) : obstruksi mekanis yg disebabkan ketidakadekuatan motilitas bagian usus Insiden 1 dalam 5000 kelahiran hidup Diduga defek konginetal familia Kegagalan perpindahan kraniokaudal dari prekursor sel saraf ganglion sepanjang saluran GI antara mg ke 5 dan 12 Tidak ada sel ganglion parasimpatik otonom pada satu segmen kolon, menyebabkan kurangnya persarafan di segmen itu. Sehingga tidak ada gerakan mendorong (akumulasi isi intestinal, distensi usus proksimal) 1. Bayi baru lahir, kegagalan mengeluarkan mekonium, malas minum, distensi abdomen, emesis mengandung empedu 2. Bayi, Gagal tumbuh, konstipasi, distensi abdomen, muntah, diare episodik 3. Anak lebih besar, anoreksia, konstipasi kronis, feses bau busuk (bentuk pita), distensi abdomen, peristaltik dapat terlihat, masa feses dapat dipalpasi, malnutrisi Rektum kosong dari feses, sfingter ani kencang Enterokolitis, diare hebat dan tiba-tiba, diare bercampur darah, demam, kelelahan parah Barium enema : megakolon Biopsi rektum : tidak ditemukan sel ganglionik Manometri anorektal : memasukkan balon dalam rektum untuk merekam tekanan refleks sfingter anal internal 1. Kaji tanda enterokolitis 2. Tingkatkan hidrasi yg adekuat 3. Kaji fungsi usus 4. Tingkatkan nutrisi adekuat sesuai usia 5. Berikan enema 6. Hindari mengukur suhu melalui rektum 7. Beri obat yg diprogramkan(antibiotik, pelunak feses) 8. Turunkan ketidaknyamanan karena distensi 9. Dukung anak dan ortu Malformasi anorektal: malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai saluran keluar. Malformasi anorektal: kelainan pada daerah anal & rektal sehingga terjadi gangguan atau kegagalan pengeluaran isi usus. LEVEL LAKI-LAKI PEREMPUAN
Tinggi Ujung distal rektum Jarang terjadi, bila ada
terletak di atas m. biasanya disertai fistula yang puborektalis. Kelainan bermuara pada cloaca atau yang sering bagaian atas vagina. Fistula ditemukan anorektal yang sering terjadi agenesis dengan adalahfistula recto cloaca fistula rektourektalis (pada perineum ditemukan satu lubang) LEVEL LAKI-LAKI PEREMPUAN Interm Rektum mencapai m. Jarang terjadi. Rectum ediate puborektalis tapi tidak dapat berakhir buntu melewati, dapat berakhir (anal agenesis) atau buntu atau mempunyai mempunyai fistula fistula (anal agenesis (rectovestibular fistula, atau rectobulbar fistula). rectovagina fistula 2 Fistula masuk di bawah lubang) uretra pars membranacea & bermuara di pars bulbosa dari penis LEVEL LAKI-LAKI PEREMPUAN Rendah Rektum melewati m. Relatif lebih banyak. puborectalis. Anus terletak Fistula yang sering pada tempat normal dengan didapat adalah lubang anus yang sempit anocutaneous fistula ke (stenosis) atau tertutup oleh perineum dan membran. Anus dapat tertutup anovestibular fistula secara lengkap (atresia) atau (pada perineum terdapat mempunyai lubang keluar 3 lubang) melalui fistul yang mengarah ke depan & bermuara pada pangkal penis Tipe Tinggi Biasanya ada mekonium dalam urin Colostomy sementara Terapi definitif: setelah anak cukup besar < 1 tahun dengan BB > 7 kg Abdominoperineal pull through Tipe Intermediate Bila rectourinary fistula atau rectovaginal fistula colstomy 6-12 bulan kemudian PSA (Posterior Sagital Anoplasty) 10 hari setelah kering, colostomy dimasukkan ke rectum Tipe Rendah Fistula pada perineum posterior anoplasti Pada stenosis anal dilakukan dilatasi Post op anoplasti atau rectoplasty bouginage untuk mencegah striktur ani Dilatasi dilakukan berulang sampai ukuran cukup besar untuk masuknya jari telunjuk ibu…(teratur sampai dengan 3 bulan) Wawancara: Muntah-muntah Tidak mau menyusui Kesukaran defekasi Adanya mekonium dalam urin Tidak ada passage mekonium selama 36 jam Laki-laki: Perineum diperiksa untuk mencari adanya lubang atau orificium, ini biasanya ditemukan pada kelainan-kelainan: anterior anus, fistula anocutaneus, stenosis anal membran Bila tidak ditemukan orificium, urin diperiksa terhadap kemungkinan adanya mekonium. Perempuan: Bila ditemukan pengeluaran mekonium, dilakukan pemeriksaan terhadap perineum untuk mencari adanya fistula Bila pada perineum ditemukan satu lubang berarti fistula rectocloacal. 2 lubang: fistula rectovaginal 3 lubang: anterior anus atau fistula anovestibuler atau fistula anocutaneus Neurologis Dermatom sacral fungsi otot rektum & vesica urinary Bila sensibilitas kurang m. levator ani dalam keadaan paralysis inkontinensia post op. Rongtenologis Invertogram Foto AP & lateral Endoskopi USG abdominal IV Pyelogram & distal Colografi 1. Pengkajian 2. Diagnosa 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi Riwayat Kesehatan Dapatkan gejala-gejala yang mencakup awitan, durasi, lokasi, & pencetus: anoreksia, mual, muntah, diare & konstipasi, nyeri abdomen, penambahan atau penurunan BB terakhir, adanya darah dalam feses Riwayat Kesehatan Gali riwayat prenatal, individu & keluarga untuk faktor resiko gangguan GI: Faktor-faktor resiko riwayat prenatal: pajanan obat-obatan Faktor-faktor resiko riwayat individu: BBLR, prematur, kesulitan makan, gangguan metabolik, gangguan neuromuskuler, imunosupresi, ketergantungan zat, stres, keracunan Faktor-faktor resiko riwayat keluarga: riwayat gangguan GI: peradangan usus, sindrom mal absorpsi Riwayat Kesehatan Dapatkan riwayat nutrisi yang lengkap, mencakup asupan diet selama 24 jam Pemeriksaan Fisik TTV: TB, BB, pn suhu Inspeksi: Kulit: pucat, ikterik, karotenemia; Mulut: karies, penyakit periodontal, lesi, celah bibir/ palatum Abdomen: distensi, depresi, herniasi umbilikal, gerakan peristaltik yang tampak pada dinding abdomen Anus: perdarahan rektum & tidak tersumbat Pemeriksaan Fisik Auskultasi: Abdomen: BU (ada atau tidak, hiperaktivasi) Palpasi: Palatum lunak & keras kemungkinan defek; Abdomen: nyeri tekan, rigiditas, massa, organomegali Perkusi: gas berlebih, massa, cairan, & pembesaran hepar Pemeriksaan Laboratorium & Uji Diagnostik Analisis feses: pengujian adanya bakteri, ovum & parasit, darah, mukus, lemak, urobilinogen, tripsin, leukosit, pn substansi & pH, perdarahan, & gangguan mal absorpsi LED: untuk mengetahui adanya peradangan Hitung darah lengkap: untuk mengevaluasi adanya anemia pada kasus perdarahan Pemeriksaan Laboratorium & Uji Diagnostik USG Abdomen: untuk melihat struktus organ & mengindikasi masalah-masalah (kista, abses, tumor, apendisitis, batu mepedu) Radiografi sinar-X: mendeteksi lesi, abstruksi, & masalah motilitas Barium enema (pemeriksaan usus besar, sinar-X kolon): mendeteksi lesi, abstruksi, & masalah motilitas sistem GI bagian bawah Pemeriksaan Laboratorium & Uji Diagnostik CT scan: mengidentifikasi tumor, abses, & obstruksi kandung empedu EGD (esofagusgastroduodenoskopi): menentukan keabnormalan jaringan, prdarahan GI & ulserasi pada sistem GI bagian atas. Kolonoskopi, anoskopi, sigmoidoskopi, dll: mengevaluasi kolon & caecum terminal akan adanya peradangan usus, perdarahan GI pada sistem GI bagian bawah. 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. Defisit volume cairan 3. Nyeri 4. Gangguan pertumbuhan & perkembangan 1. Anak akan menerima nutrisi yang adekuat & kenaikan berat badan 2. Anak akan mencapai & mempertahankan status cairan & elektrolit yang normal 3. Anak akan mengalami nyeri yang minimal atau tidak sama sekalli 4. Anak tidak akan mengalami gangguan pertumbuhan & perkembangan 1. Berikan nutrisi yang adekuat sesuai usia anak & kebutuhan nutrisi Pantau pola makan & cara makan anak Dokumentasikan asupan makanan sehari-hari Pantau BB tiap hari Anjurkan pemberian makan dengan nutrisi sesuai usia & kondisi anak Berikan makanan melalui enteral atau parenteral sesuai kebutuhan 2. Tingkatkan hidrasi yang adekuat Pantau status hidrasi dengan mencatat asupan & haluaran cairan, timbang BB setiap hari & evaluasi BJ urin Pastikan hidrasi yang adekuat dengan mengkaji tanda & gejala dehidrasi, pantau asupan & haluaran cairan, & pemberian cairan IV sesuai indikasi 3. Turunkan nyeri Kaji lokasi, durasi, frekuensi & jenis nyeri
Kolaborasi analgetik sesuai keutuhan
Gunakan metode nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri 4. Tingkatkan pertumbuhan & perkembangan yang sehat Bayi: kepuasan oral dapat terganggu (palatum) Todler: lokomotor dapat tergangggu (pada terapi nutrisi atau obat jangka panjang Usia prasekolah: malnutrisi dapat mengganggu perkembangan keterampilan, spt berlari Usia sekolah & remaja: citra tubuh & konsep diri dapat terganggu 1. Anak akan menerima nutrisi yang adekuat & peningkatan BB 2. Anak mencapai & mempertahankan status cairan & elektrolit yang normal 3. Anak akan mengalami nyeri yang minimal atau tidak sama sekali 4. Anak tidak akan mengalami gangguan pertumbuhan & perkembangan