TINJAUAN PUSTAKA
A. Kala II Lama
1. DEFINISI
Persalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum
dimaksudkan untuk persalinan yang abnormal atau sulit. Sementara itu, WHO
lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Waktu
atau kala II persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat variasi terdapat
sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus
waktu kala II dimana pada primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan pada
2. EPIDEMIOLOGI
melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami komplikasi
7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui sectio caesaria, 59%
kala II persalinan). Berdasarkan survei ini juga dilaporkan bahwa bayi yang
meninggal dalam usia satu bulan setelah dilahirkan terjadi akibat komplikasi
Berdasarkan data WHO tahun 2010, sebanyak 99% kematian ibu akibat
Ibu karena persalinan lama di Indonesia menempati urutan kelima (5%) setelah
perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi nifas (8%) dari
3. ETIOLOGI
Secara umum penyebab kala II lama dapat dibagi ke dalam beberapa faktor
yaitu faktor tenaga (power), faktor panggul (passage), faktor anak (passenger),
1) Power
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan dominasi kekuatan pada
fundus uteri (lapisan otot uterus paling dominan) kemudian terdapat relaksasi
Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga
1. Inersia uteri
Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus yaitu lebih singkat, dan
jarang daripada biasanya. Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri
tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik
bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.
Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction.
Apabila timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama, hal itu
dinamakan inersia uteri sekunder. Hingga saat ini etiologi dari inersia uteri belum
6
diketahui tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi: umum (primigravida pada
usia tua, anemia, perasaan tegang dan emosional, pengaruh hormonal: oksitosin
dan prostaglandin, dan penggunaan analgetik yang tidak tepat), dan lokal
rektum penuh).
Pada keadaan ini, sifat his berubah sehingga tonus otot uterus meningkat,
juga diluar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
menyebabkan terjadinya kala II. Kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
abdomen dapat terganggu secara bermakna sehingga bayi tidak dapat lahir secara
spontan melalui vagina. Sedasi berat atau anestesia regional kemungkinan besar
2) Passage 13,15
Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin
sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin
berada dalam batas normal. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan
perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran
yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. Karena
1. Kelainan herediter:
· Panggul Naegele: tidak adanya salah satu sacral alae
4. Kelainan kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau kelumpuhan satu kaki
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10
cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala
memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
luas dan spina ischiadika tidak menonjol diharapkan bahwa panggul tengah tidak
akan menghalangi bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang hanya bisa
ukuran ini kurang dari 9,5 cm maka perlu kita waspada terhadap kemungkinan
pendek. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi kepala
janin berupa posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm,
maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada
Selain panggul, jalan lahir terbentuk melalui bagian lunak yang dalam
3. Serviks uteri
4. Uterus
mioma uteri tersebut dapat menghalangi jalan lahir, menyebabkan janin letak
5. Ovarium
Tumor tersebut untuk sebagian atau seluruhnya terletak dalam cavum douglas.
Membiarkan persalinan berjalan lama, yang dapat menyebabkan pecahnya tumor
(tumor kistik) atau rupture uteri (tumor solid), dan atau infeksi intrapartum.
3. Passenger
Selain kelainan karena tenaga dan panggul, kala II lama dapat disebabkan
meliputi:
a. Malpresentasi
Presentasi Puncak
Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan ketika
melewati jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian terendah. Pada
presentasi puncak kepala, lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah
simfisis adalah glabella. Presentasi ini memiliki prognosis yang buruk karena
Presentasi Muka
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder jika baru terjadi pada masa
terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada
panggul sempit atau pada janin besar.
terjadinya presentasi muka. Kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di leher
dapat terjadi pada kematian janin intrauterine akibat otot janin yang telah
kehilangan tonusnya.
Presentasi Dahi
terendah. Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar
akan berubah menjadai presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab
terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi
muka karena semua presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih
dahulu.
Presentasi Ganda/Majemuk
dengan kaki dan atau tangan. Presentasi majemuk juga dapat terjadi manakala
prolaps tali pusat. Apabila bagian terendah janin tidak menutupi dengan
b. Malposisi
c. Letak : Letak sungsang dan letak lintang
Kembar siam
4. Faktor Penolong
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan
juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam
ibu yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan harus memulai
persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena
itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan
terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang
tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam
komplikasi.16
sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus
dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan
ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak.
Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila
terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu
dan anak. 12
kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu
5. Faktor Psikis
yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat
mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat
Faktor resiko terjadinya kala II lama masih belum diketahui secara pasti,
beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya variasi waktu dalam kala II, yaitu
posisi ibu pada kala II, posisi dari janin, penurunan pada saat pembukaan
lengkap, kualitas dari his, penggunaan oksitosin, kekuatan mengejan ibu dan
4. PATOFISIOLOGI
dan relaksasi. Kondisi metabolik ini dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan
aktivitas ini dipertahankan selama berjam-jam. Namun, jika kondisi ini
akan timbul gangguan emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan
cadangan glikogen pada uterus akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan
juga akan berkurang. Selain itu juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan
asam laktat untuk memenuhi kebutuhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa
menerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan hipoksia akan
kembung, demam, nafas yang cepat dan his hilang dan lemah)
2. Vulva edema
Sering timbul akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan penipisan
3. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
4. Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak
5. Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD).
6. DIAGNOSIS
1. Nullipara
Kala II lebih dari 2 jam tanpa pengaruh regional anestesi (AGOG 2003) atau
15
lebih dari 3 jam dengan pengaruh regional anestesi. (Kala II dimulai terjadi
Kala II lebih dari 1 jam tanpa pengaruh regional anestesis (AGOG 2003), atau
lebih dari 2 jam dengan pengaruh regional anestesi (Kala II dimulai terjadi
7. TATALAKSANA
mengurangi morbiditas maupun mortalitas ibu dan janin. Ketika Kala II lama
Kondisi ibu
Kontraksi/his
1. Pada wanita dengan kondisi fisik yang lelah dan panik, klinisi dapat
pemberian kalori.
2. Pemberian oksitosin sesuai dengan indikasi adanya inersia uteri.
4. Tindakan bedah baik per vaginam maupun Sectio Cesaria sesuai indikasi
B. Arrest of Descent 17
1. DEFINISI
Arrest of descent adalah terhentinya atau tidak ada penurunan bagian
terendah selama 1 jam setelah proses penurunan yang progresif pada deselerasi
2. ETIOLOGI
arrest of descent dan didukung oleh Handa dan Laros yang telah melaporkan
risiko pada tingkat kegagalan untuk kemajuan dalam kala aktif persalinan bahkan
dalam mengendalikan ibu yang demam dan induksi persalinan. kita juga
menemukan PROM dan induksi persalinan (baik dengan Foley kateter, oksitosin
3. TATALAKSANA
diterminasi dengan seksio sesaria. Jika penyebab bukan CPD maka persalinan
Pemberian oksitosin diindikasikan bila his tidak adekuat, bila ketuban masih ada
18
3,4,20
maka dipecahkan.
C. Cephalopelvic Disproportion (CPD)
1. DEFINISI
merupakan ketidaksesuaian antara ukuran rongga pelvis pada ibu hamil dan
menderita CPD atau disproporsi kepala panggul apabila posisi kepala yang masih
laten, kurang baiknya posisi fetus pada serviks, kemajuan persalinan melambat
ditemukannya molase. Namun molase yang ringan bukan merupakan tanda CPD
merupakan tanda pasti CPD namun hal tersebut kemungkinan adanya molase
CPD dapat dibuat tanpa melalui persalinan percobaan seperti pada kasus yang
2. KLASIFIKASI
CPD Absolut.
a)Hidrosefalus fetal
b)Kelainan pelvis kongenital (contoh: Robert’s atau Naegele’s Pelvis)
dimana salah satu atau kedua ruas os sacrum tidak ada sehingga
masa muda.
CPD Relatif.
Hal ini berarti bayi yang dikandung besar namun dapat melalui rongga
pelvis apabila dilakukan proses persalinan yang benar. Namun jika, kepala janin
defleksi atau gagal berputar pada mid-kavitas dan tidak ada kemajuan persalinan,
maka akan terjadi persalinan abnormal. Definisi tersebut tidak termasuk perkiraan
berat badan bayi atau pengukuran rongga pelvis berdasarkan sinar X. CPD hanya
dapat didiagnosis setelah dilakukan persalinan percobaan. Hal ini berarti saat
5,2” (1,58 m). Wanita tersebut cenderung memiliki pelvis tipe ginekoid tetapi
sering juga memiliki bayi yang kecil. Pada bayi dengan presentasi kepala telah
tersebut tidak ditemui maka dapat diduga salah satu penyebabnya adalah
CPD.23
3. EPIDEMIOLOGI
11% mengalami komplikasi pada kala I. Distosia terjadi sebanyak 12% dari pada
seluruh wanita yang tidak memiliki riwayat persalinan Caesar. Distosia terjadi
4. PATOFISIOLOGI
yang berlebihan atau memasuki masa persalinan yang lebih awal dengan serviks
yang masih tebal dan belum mendatar. Hal ini dapat disalah artikan karena
adanya his awal yang belum adekuat. Maka partus yang lama akan lebih mudah
partus abnormal, hal ini disebabkan karena ukuran bayi yang besar (contoh:
mutlak yaitu adanya hidrosefalus, bayi besar atau bayi dengan presentasi dahi
disebabkan oleh derajat defleksi yang berbeda atau asinklitismus atau presentasi
kepala dengan diameter yang besar. Kontraksi yang adekuat selama 6-8 jam dapat
21
membantu koreksi asinklitismus dan molase sehingga menyebabkan diameter
kepala mengecil. Selain itu kontraksi yang adekuat juga dapat menyebabkan
caput atau molase namun dengan kontraksi yang adekuat maka keadaan ini dapat
oksitosin selama 1 jam. Jika kepala bayi memungkinkan untuk dilahirkan dengan
tersebut disebabkan oleh malposisi atau asinklitismus namun posisi kepala bayi
persalinan pada kala I dan kala II apabila posisi bayi masih tinggi maka
P yang kedua adalah passage yaitu ukuran pelvis yang terlalu kecil atau
sempit sehingga sulit dilalui oleh bayi. Baik bayi maupun ukuran pelvis dapat
22
Gynaecoid pelvis Platypelioid pelvis Android pelvis
P yang ketiga adalah power atau kekuatan ibu. Walaupun kontraksi uterus
telah adekuat namun tidak dengan intensitasnya atau tidak adekuat. Namun dapat
juga terjadi gangguan pada uterus yang disebabkan oleh jaringan ikat pasca
operasi, jaringan fibroid, atau gangguan konduksi his lainnya. Namun apapun
Kontraksi uterus dapat diukur dengan menggunakan kateter tekanan intra uterine
(intra uterine pressure catheter). Kontraksi uterus harus ditentukan adekuat atau
Apabila serviks tidak membuka sebesar (<0,3cm/jam) atau dalam 6-8 jam setelah
disebabkan masalah power dapat disingkirkan dan dicari tahu apakah ada
meskipun kontraksi uterus baik, serta ditemukannya caput dan molase. Perubahan
pada kardiotokograf (KTG) dapat menjadi tanda adanya kompresi pada kepala
dan ditemukannya mekonium bisa pula menjadi tanda adanya disproporsi. 24,25
5. MANIFESTASI KLINIS
CPD terjadi jika kepala janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati
rongga pelvis ibu. Hal ini mungkin terjadi jika kepala bayi terlalu besar seperti
pada kasus-kasus hidrosefalus, atau jika rongga pelvis terlalu kecil atau
mengalami kelainan bentuk. Kelainan bentuk bisa disebabkan oleh riketsia pada
Jika kelainan yang sangat jelas seperti kelainan bentuk akibat riketsia atau
trauma tidak ditemui, CPD hanya bisa didiagnosis pada saat proses persalinan
berlangsung. Kala I persalinan mungkin memanjang atau kepala janin gagal turun
pada pemeriksaan luar dan dalam. Molase, yakni proses di mana tulang tengkorak
janin saling tumpang tindih, dapat terjadi. Cara mengenali CPD dibahas lebih
6. DIAGNOSIS
Pelvimetri Klinis
linea terminalis di lateral, serta ramus pubis superior dan simfisis pubis di
passage tersempit yang akan dilewati oleh kepala janin pada proses persalinan
promontorium sakrum.26
tangan yang dominan ke dalam vagina. Pertama-tama nilai, apakah koksigis dapat
digerakkan atau tidak. Setelah itu, lakukan perabaan permukaan anterior sakrum
dari bawah ke atas, demikian pula kelengkungan vertikal dan lateralnya. Pada
pelvis normal, hanya tiga ruas sakrum terbawah yang dapat teraba tanpa
buku jari ketiga dan keempat. Jari telunjuk dan jari tengah di masukkan mengarah
tangan cukup dalam, promontorium dapat disentuh dengan jari tengah sebagai
batas tulang yang menonjol. Dengan menjaga agar jari tengah tetap menyentuh
menyentuh arkus pubis. Bagian dari jari telunjuk yang bersentuhan dengan arkus
Jarak dari bagian yang ditandai tersebut dengan ujung jari tengah
25
merupakan konjugata diagonalis. Seperti telah disebutkan sebelumnya, konjugata
diperkirakan bahwa pintu atas pelvis dapat dilalui oleh janin berukuran normal.26
pubis)26
transversa pintu bawah panggul. Nilai yang dianggap normal adalah 8 cm.26
Pemeriksaan Penunjang26
Pelvimetri Sinar X
26
Prognosis kelahiran pervaginam yang sukses tidak dapat dipastikan hanya dengan
pelvimetri sinar x karena ukuran rongga panggul hanya satu dari beberapa faktor
yang menentukan hasil akhir persalinan. Oleh karena itu, pelvimetri sinar X
hanya memberikan sedikit nilai klinis dalam tata laksana persalinan dengan
presentasi kepala. 26
dengan pelvimetri sinar X, mencakup paparan radiasi yang lebih sedikit, lebih
Keuntungan yang diperoleh dari pelvimetri MRI mencakup radiasi lebih sedikit,
ukuran yang diperoleh lebih tepat, gambaran fetus yang lengkap, dan
Penggunaanynya pada saat ini dibatasi oleh permasalahan biaya yang cukup
mahal, waktu yang dibutuhkan, serta keterbatasan alat. Sporri et. al. Pernah
ketinggian pelvis serta USG intrapartum untuk mengukur kepala janin. Dalam
persalinan yang macet lebih dari 4 jam walaupun kontraksi uterus normal. 26
27
Gambar 7. A. Foto x-ray tampak anterior.
elektronik. Badan janan tampak jelas. B. Foto x-ray yampak lateral. Diperlihatkan
pengukuran diameter anteroposterior pintu atas panggul dan midpelvis dengan penanda
elektronik. C. CT-scan potongan aksial pada midpelvis. Ketinggian fovea kaput femoris
diketahui dari foto x-ray karena berhubungan dengan ketinggian spina iskiadika.
Diameter interspinosa diukur dengan penanda elektronik. Dosis radiasi total pada ketiga
7. PENATALAKSANAAN26
penunjang lain tidak sepenuhnya akurat. Selain itu, ligamen-ligamen pada rongga
memberikan ruang lebih untuk janin. Oleh karena itu, kebanyakan ahli
waktu tertentu telah terlampaui, atau terjadi tanda-tanda gawat janin dan
persalinan macet, maka seksio sesarea baru akan dilaksanakan. Di lain pihak,
pada kasus CPD absolut, seksio sesarea adalah pilihan tata laksana yang umum
28
dilakukan.
Partus Percobaan 26
Seksio Sesarea26
ketuban melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus. Prosedur operasi ini
forseps tidak dapat dilakukan. Pada kasus-kasus seperti ini, seksio sesarea harus
dilakukan. CPD pada pintu atas panggul perlu dicurigai pada ibu-ibu
primigravida yang persalinannya sudah dimulai tetapi kepala bayi tidak turun.
menonjol, ligamen sekrospinosa pendek, atau janin terlalu besar. CPD pada pintu
bawah panggul biasanya ditegakkan jika bantuan dengan forsep atau vakum gagal
dilakukan.
dinding abdomen karena dehisensi dan hernia post operasi lebih jarang
dilaporkan. Selain itu, insisi transversal memberikan hasil kosmetik yang lebih
baik. Untuk kasus-kasus gawat janin, di mana pasien memiliki riwayat operasi
dilakukan karena lebih cepat dan paparan untuk melahirkan janin dan
menghentikan perdarahan juga lebih baik. Jika terdapat bekas luka operasi
insisi sebelumnya untuk menghindari kandung kemih yang dapat tertarik ke atas
dengan larutan salin hangat diletakkan pada kedua sisi uterus untuk mencegah
diperhatikan dengan melihat posisi ligamentum rotundum agar insisi uterus tepat
di tengah.
diklem untuk menghindari kehilangan darah terlalu banyak. Bukti yang ada
masase uterus agar terjadi pemisahan plasenta spontan. Setelah janin dan plasenta
profilaksis dan pemastian hemostasis yang adekuat sebelum luka ditutup dapat
terjadi jika durasi operasi lebih lama. Nyeri pada lokasi insisi pada persalinan
berikutnya dapat menandakan adanya dehisensi luka. Kurang lebih 50% dari
seluruh ruptur bekas operasi klasik terjadi tepat sebelum persalinan berikutnya.
Insidensi ruptur diperkirakan 4-9% pada bekas operasi klasik dan 0,7-1,5% pada
bekas operasi dengan insisi transversal. Ruptur bekas operasi klasik biasanya
berakibat buruk, dengan penymbulan sebagian atau seluruh janin dari rongga
abdomen. Syok akibat perdarahan dalam biasanya muncul sebagai tanda yang
menonojol.
Ruptur bekas insisi transversal lebih jarang dan hampir selalu terjadi pada
pola denyut jantung janin. Tanda-tanda lain antara lain: perdarahan per vaginam
dan nyeri abdomen (khususnya pada lokasi insisi lama). Jika ruptur uterus
8. KOMPLIKASI 9
keluar dari true pelvic, jarang dijumpai kecuali pada panggul sempit
absolute
2. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian
sesak, sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar
6. Lightning tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan
dimulai
kesempitan panggul. 32
11
33
3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi tali
pusat menumbung
6. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inertia uteri primer
7. Partus yang lama akan menyebabkan pereganga SBR dan bila berlarut-larut
menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi
1. Infeksi intrapartal
3. Prolaps funikuli
4. Perdarahan intracranial
5. Kaput suksedaneum sefalo-hematoma yang besar
6. Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang
9. PROGNOSIS 9,27
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan
dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas
parietalis.