Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Friedman menjelaskan proses kemajuan persalinan dengan kurva yang berbeda untuk

wanita nulliparous dan multiparous sejak 1954. Setiap penyimpangan dari kurva ini dianggap

sebagai kegagalan untuk kemajuan dalam tahap kedua dari persalinan. Penyebab untuk

kemajuan pada tahap kedua dikategorikan sebagai “3P” yaitu Passanges; Power; dan

Passenger. Untuk mengurangi intervensi bedah dalam kasus ini, manajemen aktif persalinan

pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969. Sejak saat itu, tidak ada perubahan signifikan

dalam tatalaksana kegagalan penurunan yang terjadi dalam tahap kedua dari persalinan.1

Proses persalinan dari kala I sampai dengan kala IV normalnya berlangsung kurang dari

24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara. Persalinan kala II merupakan

proses dari pembukaan jalan lahir 10 cm atau pembukaan lengkap sampai dengan bayi lahir.

Kala II lamanya tidak boleh lebih dari 2 jam. Persalinan dengan kala II lama merupakan salah

satu faktor penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir. Masalah yang muncul

akibat kala II lama pada ibu dapat menyebabkan ibu kelelahan, dan perdarahan pasca

persalinan.2

Arrest of descent adalah terhentinya penurunan bagian terendah lebih dari 1 jam setelah

proses penurunan yang progresif pada saat deselerasi maupun pada kala II. Untuk

menegakkan diagnosis arrest of descent minimal harus dilakukan dua kali pemeriksaan dalam

waktu 1 jam. Evaluasi fetal meliputi penurunan bagian terendah janin, maulase dan caput.

Frekuensi terjadi kira kira sebanyak 5-6% persalinan.3

Ada empat penyebab utama arrest of descent yaitu tidak adekuatnya kontraksi uterus,
1
malposisi atau malpresentasi, Cephalopelvic disproportion (CPD) dan regional anestesi. Pada

nullipara, sebanyak 50% disebabkan oleh CPD. Langkah pertama setelah menegakkan
diagnosa arrest of descent adalah mencari faktor penyebabnya. Jika penyebabnya CPD maka

persalinan harus diterminasi dengan sectio caesaria. Jika penyebab bukan CPD maka

persalinan pervaginam dapat dilakukan dengan mengoreksi faktor penyebabnya. Pemberian

oksitosin diindikasikan bila his tidak adekuat, bila ketuban masih ada maka dipecahkan.

Persalinan dapat dibantu dengan menggunakan forcep atau vakum ekstraksi.3,4

Kegagalan kemajuan ditujukan pada tidak adanya dilatasi servik atau tidak adanya

penurunan janin yang progresif. Proses kegagalan kemajuan persalinan adalah hasil dari

Cephalopelvic disproportion/CPD (passenger or passage); dorongan uterus tidak efektif atau

tidak efektifnya usaha mengejan pada ibu (power). Penyebab paling umum dari fase aktif

yang memanjang di nullipara dengan CPD adalah tidak kuatnya dorongan dari uterus,

sedangkan pada multipara, CPD disebabkan oleh malposisi janin. Friedman menemukan

bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan dari fase aktif janin yakni

malposisi, konduksi analgesik dan CPD.5,6

Sectio Caesarea (SC) adalah suatu persalinan dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh

serta berat janin di atas 500 gram. Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin

akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama

atau kegagalan proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks,

preeklamsia berat, ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak

lintang, letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.7

Komplikasi yang mungkin timbul akibat arrest of descent karena CPD bagi ibu adalah

dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum, peregangan segmen bawah uterus dan

pembentukan lingkaran retraksi


2 patologik (Bundl), gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada jalan lahir, sedangkan beberapa setelah

persalinan dapat timbul fistula vesikoservikalis , atau fistula vesicovaginalis, atau fistula
rectovaginalis.. Sedangkan pada bayi komplikasi yang mungkin timbul adalah partus lama

dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah dengan infeksi intrapartum,

perdarahan intrakranial, hingga fraktur os parietalis.

Anda mungkin juga menyukai