Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada makalah ini dibahas sebuah kasus Ny. R berusia 36 tahun dengan

diagnosis P2A0 Post SC ai arrest of descent ec CPD+ janin IUFD+cidera

usus+large bowel obstruction+hipoalbumin. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pasien merupakan rujukan dari Bidan Praktik Mandiri dengan diagnosis

G2P1A0 hamil 38/39 minggu+ Kala II lama. Pasien riwayat dipimpin selama

1,5jam. Pasien mengaku datang ke bidan pukul 06.00 WITA(10jam SMKB)

dikatakan datang pembukaan 2cm, ketuban belum pecah. Pada pukul 13.00(3jam

SMKB) ketuban pecah, dan pada pukul 14.00WITA(2jam SMKB) pembukaan

lengkap. Pasien telah dipimpin mengejan dari pukul 14.00 hingga pukul 16.00.

Pasien mengaku hamil cukup bulan dengan keluhan kencang-kencang dan keluar

lender darah sejak 12 jam SMKB, keluar air air tidak ada.

Kala II lama (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya

waktu kala II dimana pada primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan pada

multipara berlangsung lebih dari 1 jam. Menurut ACOG (American Congress of

Obstetricians and Gynecologists), kala II lama didefiniskan sebagai tidak adanya

kemajuan pada kala II dengan batasan waktu dilakukan pimpinan persalinan

sebagai berikut: persalinan dengan anestesi epidural pada nullipara yang

berlangsung lebih 3 jam dan


53 multipara berlangsung lebih 2 jam, sedangkan untuk
persalinan tanpa anestesi epidural nullipara berlangsung lebih 2 jam dan multipara
berlangsung 1 jam.10,11 Sedangkan untuk Arrest of descent adalah terhentinya atau

tidak ada penurunan bagian terendah selama 1 jam setelah proses penurunan yang

progresif pada deselerasi maupun pada kala II.19

Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS E4V5M6, dengan tekanan darah

154/90 mmHg, nadi 112 kali/menit, respiratory 19 kali/menit, suhu 36,7oC, tinggi

badan 150 cm, berat badan 71 kg, BMI 31,6(obese grade I). Pemeriksaan fisik

obstetri, pada inspeksi didapat perut tampak massa gestasi dan tidak ada bekas

posisi persisten occiput posterior erasi, palpasi didapatkan TFU 37 cm dengan

presentasi kepala, auskultasi DJJ - x/mnt, his 4-5x/10’/50”. Pada pemeriksaan

dalam didapatkan pembukaan lengkap, ketuban negatif, namun posisi kepala bayi

masih di Hodge II. Selain itu didapatkan taksiran berat janin 4000 gr.

Faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi adanya CPD ialah bentuk

panggul, analgesik epidural, paritas, dan ras. Pada kasus ini tinggi badan ibu tidak

termasuk low height . Low height didefinisikan sebagai tinggi badan <150cm pada

wanita dewasa. Menurut Liselele, pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 150

cm dapat dicurigai adanya kesempitan panggul , pernyataan itu diperkuat dari hasil

penelitian Simin (2012) yaitu wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm

mempunyai ukuran panggul yang kurang dari normal. Selain itu taksiran berat

janin yang mencapai 4000gr adalah salah satu faktor resiko dari cephalo pelvic

disporpotion.10,11

Pemeriksaan penunjang didapatkan laboratorium didapatkan Hb 13,3 gr/dL,

leukosit 15.400,LDH 464,54


lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan USG dengan

biometri hamil 38-29 minggu, dengan jumlah air ketuban kurang. Dalam keadaan
sampai di RS Ulin Banjarmasin keadaan bayi sudah meninggal, dikarenakan tidak

ditemukannya DJJ bay, dan dikonfirmasi oleh pemeriksaan USG didapatkan bayi

sudah meninggal.

Penatalaksanaan awal yang diberikan pada pasien ini awalnya berupa IVFD

RL 20 tpm dan dilakukan Cito SC. Alasan dilakukannya sectio caesarea yaitu atas

indikasi CPD yang dicurigai berdasarkan TBJ bayi besar. Disproporsi

sefalopelvik merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan sectio caesaria. 14,15

Saat operasi berlangsung bayi sudah dilahirkan dengan lebam mayat, tidak kerdapat

maserasi, dan terdapat caput. Diduga kematian bayi terjadi saat proses persalinan

karena vetal distress, kemudian hipoksia karena kala II memanjang et causa CPD.

Selain itu saat operasi terdapatsedikit kendala, yaitu tertusuknya usus dengan jarum

saat menjahit. Telah dilakukan konsul bedah digestif namun dokter spesialis bedah

konsultan gastrointestinalnamun tidak terhubung. Sehingga operasi ditutup.

Dilakukan evaluasi pada pemeriksaan lanjutan, ditemukan kelainan ileus obstruktif

dan dilakukan penanganan dan teratasi dengan baik. Tatalaksana post operasi pada

pasien berupa sementara puasa, Pasang NGT, IVFD RL:D5% = 2:2, Inj.

Ceftriaxone 2x1gr, Inj. Gentamycin 2x50mg, Inj. Metronidazole 3x500mg , Inj.

Ketorolac 3x30mg, Inj. Asam Tranexamat 3x500mg, Fleet Enema 2x2 flash,

Tranfusi Albumin sd ≥3 g/d, Clear water 6x100cc(tutup ngt 2 jam lalu alirkan lagi)

Setelah dirawat selama 15 hari pasien dilakukan perawatan luka dan

pengobatan ileus teratasi obat obatan diganti menjadi obat oral cefixim 2x100mg,

Asam mefenamat 3x1, dan55diet lunak. Pasien diperbolehkan pulang, dan kontrol

poliklinik.

Anda mungkin juga menyukai